ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAP PENYAKIT HIPERTENSI PRIMER DI PUSKESMAS TELUK DALAM BANJARMASIN Dwi Sulastri1; Aditya M.P.P2; M. Erriyadi Fazri3 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 penderita hipertensi di Indonesia prevalensinya sebesar 21% terus meningkatmenjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010. Pergeseran pola konsumsi tradisional menjadi pola konsumsi modern yang mengalami perkembangan pesat menyebabkan kecenderungan hipertensi meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara pola makan pasien hipertensiterhadap penyakit hipertensi primer di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan maksud menggambarkan serta menganalisa untuk mengetahui hubungan antara pola makan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi primer di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin. Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi primer yang berobat di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang disertai dengan pedoman wawancara berupa kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis bivariat. Data hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin pada 6 Mei sampai dengan 20 Mei 2013 didapatkan kesimpulan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara pola makan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi primer di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin. Kata Kunci: Hubungan, Pola makan, Hipertensi Primer
ABSTRACT THE RELATION SHIP BETWEEN DIET OF HYPERTENSION PATIENT SAGAINST PRIMARY HYPERTENSI ON DISEASEIN TELUK DALAM HEALTH CENTER BANJARMASIN Dwi Sulastri1; Aditya M.P.P2; M.Erriyadi Fazri3 Household Health Survey (SKRT) in 2000 hypertension patients prevalencein Indonesia continues to increa seof 21% to 26,4% and 27,5% in 2001 and 2004. Further more, expectedto rise again to 37% in 2015 and to 42% in 2025.According to data from The Ministry of Health in 2009 showed that the prevalence of hypertensi on was 29,6% and increased to 34,1% in 2010. Tradition ally been as hift in consumption patternsof modern consumption pattern slead toa tendencyto experiencerapid developmentof hypertension increased.The purpose of this study was to determine the presence or absence of a relationship betweendiet of hypertension patients against primary hypertension disease in teluk dalam health center banjarmasin. This study type is descriptive analytic study with the intention of describes and analyzes to determine the relation ship between diet of hypertension patients against primary hypertension disease in Teluk Dalam health centers Banjarmasin. The sampel inthis study wereall primary hypertension patients who seek treat mentin Teluk Dalam Health Center Banjarmasin. Data collection techni ques used were structure dinterview sarea ccompanied bya guidance interview questionn aire. Data analysis techniques used bivariate analysis techniques. Research data conducted in Teluk Dalam health centers Banjarmasin on May 6 until May 20, 2013 it was conclu ded that in this study there is a signifi can to meaning full relation ship between diet of hypertensi on patients against primary hypertension di sease in Teluk Dalam health centers Banjarmasin. Keywords: Relationship, Diet, Hypertension Primer
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian karena dapat menyebabkan kematian yang utama di negara-negara maju maupun negara berkembang (Aprianydan Tatik,2012).Menurut Goodman dan Gilman (2008), hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sebesar ≥140/90 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di arteri yang bersifat sistemik alias berlangsung terus-menerus untuk jangka waktu lama. Hipertensi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui proses yang cukup lama. Menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi diperlukan setidaknya tiga kali pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda selama interval 2-8 pekan (Lingga, 2012). Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena tidak memiliki gejala tertentu. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke, serangan jantung, dan gagal ginjal (Apriyanti, 2012). Menurut survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000, jumlah penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan wanita sekitar 26,1%, dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Aprianydan Tatik, 2012).Besarnya angka kejadian hipertensi di dunia menurut yang dilaporkan dari data Join National Committe On Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII (JNC VII) penderita hipertensi di seluruh dunia mendekati angka 1 miliar, hal ini bisa dikatakan 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Sekitar 600 juta penderita tersebar di beberapa negara berkembang.
Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun. Data penelitian terakhir, dikemukakan bahwa terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika menderita hipertensi. Penderita hipertensi juga menyerang Thailand sebesar 17% dari total penduduk, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9% dan Indonesia memiliki angka cukup tinggi yaitu 15% dari 230 juta orang pendududuk Indonesia (Susilodan Ari, 2011). Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2009, menunjukan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010 (Apriany dan Tatik, 2012). Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai angka kematian akibat hipertensi, tetapi sudah ada penelitian metodologis yang dilakukan secara berbeda-beda oleh para ahli. Berdasarkan hasil penelitian diperkirakan bahwa penduduk yang berusia 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8-2,86%. Namun sebagian besar penelitian menyatakan 8,6-10% persentase penderita di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penderita di pedesaan (Dalimartha dkk, 2008). Beberapa pengamat mengatakan, pergeseran pola konsumsi tradisional menjadi pola konsumsi modern yang mengalami perkembangan pesat
menyebabkan
kecenderungan hipertensi meningkat (Lingga, 2012).Umumnya orang menyukai makanan yang asin dan gurih, terutama makanan-makanan cepat saji yang banyak
mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi (Susilo dan Ari, 2011). Menurut Casey dan Herbert (2012), pola makan sehat bersama dengan olahraga teratur, memiliki kekuatan untuk membantu mencegah penyakit jantung dan hipertensi. JNC VII (Join National Committe On Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood PressureVII) organisasi pemerintah yang mengeluarkan pedoman pengobatan tekanan darah merekomendasikan diet DASH (Dietary Approaches to Stopping Hypertension) (bersama dengan penurunan berat badan dan mengurangi konsumsi garam) sebagai sarana pencegahan dan pengobatan hipertensi. Berdasarkan data di Puskesmas Teluk Dalam tentang kasus penyakit terbanyak tahun 2012 didapatkan hasil penyakit hipertensi primer diurutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Teluk Dalam dengan jumlah kasus sebanyak 1722 kasus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari pasien hipertensi tidak melakukan pola makan yang sehat seperti menyukai makanan yang asin dan gurih serta makanan yang banyak mengandung lemak jenuh. Mengingat penderita hipertensi memerlukan pengobatan yang bersifat jangka panjang dan berkesinambungan, namun obat-obatan dari dokter kadang-kadang tidak cukup ampuh untuk mengatasi hipertensi. Mengatur diet makanan merupakan cara bijaksana untuk mencegah dan mengatasi penyakit hipertensi primer. Berdasarkan hal tersebut timbul dugaan bahwa adanya hubungan antara pola makan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi primer. Karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara pola makan pasien hipertensi terhadap penyakit hipertensi primer.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti perlu melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara Pola Makan Pasien Hipertensi Terhadap Penyakit HipertensiPrimer di Puskesmas Teluk Dalam Banjarmasin”. Diharapkan nantinya hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam hal pemberian pengarahan dan penyuluhan kepada pasien hipertensi yang memeriksakan diri di Puskesmas untuk dapat menjaga pola asupan makanan, dan memberi arahan untuk segera memeriksakan diri apabila merasakan gejala-gejala sakit maupun apabila merasa pusing atau tekanan darah meningkat.