HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN 8 PSIK UIN SYARIF HIIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH: GABY NURSILA NIM: 1110104000010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
LEMBAR PER}TYATAAhI
Dengan
ini saya menyatakan bahwa:
t. Skripsi ini merupkan hasil karya asli
saya yang diajukan untuk memenuhi
salah safu persyaratan memperoleh gelar Strata
t
Keperawatan di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Of$
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini telah
saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakuttas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullatr Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lair1 maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedol
Universitas Islam Negeri (UIII{) Syarif Hidayatullah Jakarta.
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Gaby Nursila, NIM: 1110104000010 Relationships of Physical Activity and Body Mass Index with Osteopenia In Student Grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiv + 65 pages + 2 schemes + 13 tables + 8 attachments ABSTRACT Osteopenia is a condition where the level density (density matrix and mineral) bone is lower than the highest bone mass (peak bone mass) and the early detection of osteoporosis. Risk factors for decreased bone density include gender, increasing age, genetics, smoking, lack of physical activity, alcohol consumption and low body mass. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and BMI with the incidence of osteopenia in student grade 6 and 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is a quantitative analytical crosssectional design with α = 0.05. Data were collected on 68 respondents. Instruments in this research to determine the physical activity questionnaire sample, measurements BMI, and the measurement of bone density. Data analysis technique used is Spearmen Rank with the help of statistical application program in its processing. The results of the analysis showed that there is a relationship between physical activity with the incidence of osteopenia (p = 0,001, r= -0,378). While the results of the analysis between BMI and the incidence of osteopenia showed that there was no correlation (p = 0.238). Researchers suggest that the more diligently to increase student exercise at least 3 times a week, each performed 30 minutes and bone density checks regularly at least 6 months once. Keywords: Physical Activity, Body Mass Index, Osteopenia. Reference: 61 (years 1982-2013)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, July 2014
Gaby Nursila, NIM: 1110104000010
Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta xiv + 65 halaman + 2 bagan + 13 tabel + 8 lampiran ABSTRAK Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan sebagai deteksi dini terjadinya osteoporosis . Faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa tubuh yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional dengan α= 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 68 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengetahui aktivitas fisik sampel, pengukuran IMT, dan pengukuran kepadatan tulang. Teknik analisa data yang digunakan adalah Spearmen Rank dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia dengan (p= 0,001, r = -0,378). Sedangkan hasil analisis antara IMT dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan (p = 0,238). Peneliti menyarankan agar para mahasiswi lebih rajin untuk meningkatkan olahraga minimal 3 kali seminggu, masing- masing dilakukan 30 menit dan melakukan pengecekan kepadatan tulang secara rutin minimal 6 bulan sekali. Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Osteopenia Daftar Bacaan: 61 ( tahun 1982-2013)
iv
PS&}{Y"ETAANPf, N.SBf, fUUAN Skripsi denganjudul
EUBUNGAN AKTTYITAS FISIK DAI\I IMT DENGAN KGJ-ADIAIU OSTEOPENIA PADA MAIIASISWI SEMESTE,R 6 DAT{ b},tNT,bI[,I1,8 PSIK IIIN SYARI3 HII}AYATULLAII JAKARTA
Telah disetqiui dan diperiksa oleh pembimbiqg skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilnm Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disu.sun oleh:
Gabv Nufsih
NIM: 1110104000010
Pembimbiry
I
PembimbiryII
Qo
fuW
["IpSphahr S.Kp.' M,Kep., Ph. D
E*a*a(S.Kp.
NIP:
IYIP: 19731106 200501 2 003
196,80808 200604 2 001
M.Kep. Sp.KMB
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAII T.AKULTAS KEDOKTERAN DAl\t ILMU KESEHATAII
IM{ SYARIT HMAYATT]LLAH JAKARTA 1435
H2014 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER DAN SEMESTER 8 PSIK UIN SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA Telah disusun dan dipertahankan penguji:
Gaby Nursila
NIM: 1110104000010
Pembimbing I
Pembimbing
Or
II
frlW F( v'
ruart,r#. s.xJ.. vt.x"p.. pn. n
Ernawati. S.Kp. M.Kep, Sp.KiViB
NIP: 19680808 200604 2 001
NIP: 19731106 200501 2003
Penguji I
Penguji
w-
Maulina Ilandqvantl S.Kp.. M.Sc
II
W
Ernawati. S.Kp. M.Kep. Sp.ICVIB
NIP: 19790210 200501 2 002
NIP: 19731106 200501 2003
Penguji
III
NIP: 19680808 200604 2 001
6
|--
i
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi denganjudul
HUBT'NGAN AKTIVITAS rISIK DAN IMT DENGAN KEJADIAI\ OSTEOPENIA PADA MAHASISWI SEMESTER 6 DAN SEMESTER 8 PSIK IIIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh
Gabv Nursila
NIM: 1110104000010
Mengetahui, Ketua program Studi Ilmu Keperawatan
NIP: 19790520 200901 l0l2
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
if Hidayatullah Jakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Gaby Nursila
Tempat, Tanggal Lahir : Tengerang, 24 Juli 1992 Jenis Kelamin
: Perempuan
Tinggi/berat badan
: 168cm/56kg
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl. KH Dewantara RT 03/007 Kp.Sawah Lama Ciputat Tangerang Selatan
Telepon
: 085714048461
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
Latar Belakang Pendidikan 1997- 1998
: TK Aisiyah Ciputat
1998-2004
: SD Negeri Ciputat 1
2004-2007
: SMP Negeri 1 Ciputat
2007- 2010
: SMA Negeri 1 Tangerang Selatan
2010- 2014
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, Ayah dan Mama tercinta yang selalu memanjatkan doa untuk putri tercinta dalam setiap doanya. Tak lupa Adik- adik tersayang, i love you...... Untuk teman-teman, sahabat seperjuangan PSIK 2010 terimakasih untuk segala canda tawa, pengalaman, serta dukungan yang selalu kalian berikan. Perkuliahan akan amat tidak ada rasanya jika tanpa kalian, pasti akan ada yang dikenang. Terima kasih untuk semuanya :’) Mohon maaf saat ada candaan dengan kata-kata yang menggores hati.... SUKSES UNTUK KITA SEMUA !!!!!
I Will Always Miss You Guys :*:*:*
KATA PENGANTAR ix
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan Semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini, banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah. Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, doa, serta kerjasama yang luar biasa dalam proses penyusunan proposal skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta. 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi dan Ibu Eni Nur’aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB selaku dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi
x
kepada penulis selama proses penyusunan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kuliah. 5. Seluruh staf dan karyawan akademik yang telah banyak memberi kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Orang tua tercinta, Ibunda Susy Karmila dan Ayahanda Nurdin, yang selalu memberikan doa, dukungan, dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini. Tak lupa, kepada adik-adik tersayang Getha Nursila dan Zakia Nabila Putri Nursila dan seluruh keluarga besar yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini. 7. Karyawan Anlene yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. 8. Teman-teman ku di Keperawatan terutama Rosi Pratiwi, Naila, Fitri Farhani, Ika Febti, Fitriyani Rahayu, dan Devica yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 9. Wayu Bahar Tomy yang telah membantu penulis dalam memberikan semangat, doa dan dukungan untuk penulis agar menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. 10. Kepada seluruh keluarga PSIK, kakak-kakak, adik-adik, khususnya temanteman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, yang telah membantu dan memotivasi dalam mencapai cita-cita.
xi
11. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini baik dalam persiapan, dan pelaksanaan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini kearah yang lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih. Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته Ciputat, Juni 2014
Gaby Nursila
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Pernyataan Keaslian Karya
ii
Abstract
iii
Abstrak
iv
Pernyataan Persetujuan
v
Lembar Pengesahan
vi
Daftar Riwayat Hidup
viii
Lembar Persembahan
ix
Kata Pengantar
x
Daftar Isi
xiii
Daftar Bagan
xvii
Daftar Tabel
xviii
Daftar Lampiran
xix
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
1
B.
Rumusan Masalah
5
C.
Pertanyaan Penelitian
6
D.
Tujuan Penelitian
6
1. Tujuan Umum
6
2. Tujuan Khusus
7
Manfaat Penelitian
7
E.
xiii
F.
1. Bagi Peneliti
7
2. Bagi Mahasiswi PSIK
8
3. Bagi Institusi Pendidikan
8
Ruang Lingkup Penelitian
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
B.
Tulang
10
1. Definisi Tulang
10
2. Struktur Tulang
11
3. Remodeling Tulang
12
Osteopenia
13
1. Definisi Osteopenia
13
2. Faktor Risiko terjadinya Osteopenia
14
a. Jenis Kelamin
14
b. Indeks Massa Tubuh (IMT)
14
c. Gaya Hidup
16
1) Aktivitas Fisik
16
2) Status Merokok
17
d. Asupan
18
1) Kalsium
18
2) Vitamin D
19
3) Vitamin C
20
4) Fosfor
21
5) Protein
21
6) Konsumsi Obat
22
3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia
22
a. Densitometri DEXA
23
b. Quantitative Ultrasound (QUS)
24
c. Quantitative Computed Tomography (QCT)
25
C.
Penelitian Terkait
25
D.
Kerangka Teori
27
xiv
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.
Kerangka Konsep
28
B.
Definisi Operasional
29
C.
Hipotesis
30
BAB IV METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian
31
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian
31
C.
Populasi dan Sampel
32
D.
Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
34
1.
Metode Pengumpulan Data
34
2.
Instrumen Pengumpulan Data
38
E.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian
39
F.
Tahap Pengambilan Data
41
G.
Etika Penelitian
42
H.
Pengolahan Data
43
I.
Analisa Data
45
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
47
B. Hasil Analisa Univariat
48
C. Hasil Analisa Bivariat
51
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa Univariat
55
B. Analisa Bivariat
58
C. Keterbatasan Penelitian
62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
63
B. Saran
64
xv
Daftar Pustaka Lampiran
xvi
DAFTAR BAGAN Halaman 2.1 Kerangka Teori
27
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
28
xvii
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Batas Ambang IMT untuk Indonesia
16
2.2 AKG Kalsium di Indonesia
19
2.3 AKG Vitamin D di Indonesia
20
2.4 AKG Vitamin C di Indonesia
21
2.5 AKG Protein di Indonesia
22
3.1 Definisi Operasional
29
4.1 Interpretasi Koefisien Korelasi
46
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif
49
Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi
49
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang
51
Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi
52
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 5.6 Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xviii
53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Bivariat
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tulang manusia merupakan struktur yang paling penting dalam pembentukan rangka tubuh, dimana tulang adalah jaringan yang tumbuh dan hidup secara terus menerus. Tulang juga memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang manusia terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik, dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel (Tandra, 2009). Tulang memiliki dua sel, yaitu osteoklas (bekerja untuk menyerap dan menghancurkan atau merusak tulang) dan osteoblas (sel yang bekerja untuk membentuk tulang) (Compston,2002). Jika aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas dapat menyebabkan pengeroposan tulang yang lama kelamaan akan terjadi osteoporosis (Ganong, 2008). Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi dalam waktu yang lama. Osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada dibawah nilai rujukan atau standar deviasi yaitu di bawah nilai rata-rata rujukan (Depkes, 2002). World Health Organization (WHO) menggunakan pengukuran DMT sebagai salah satu pendekatan diagnosis osteoporosis. Secara umum terjadi penurunan DMT dalam proses terjadinya osteoporosis, sehingga terjadi
1
2
kerapuhan tulang. DMT memberikan sumbangan terbesar pada kekuatan tulang. DMT normal jika nilai kepadatan tulang (T-score) sampel ≥ -1 dan DMT rendah bila T-score sampel < -1 (WHO, 2003). Sebelum terjadi osteoporosis, seseorang terlebih dahulu mengalami proses osteopenia, yaitu suatu kondisi hilangnya sejumlah massa tulang akibat berbagai keadaan. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent Epidemic Disease, karena menyerang secara diam-diam, tanpa adanya tanda-tanda khusus, sampai seseorang mengalami patah tulang (Kemenkes, 2008). Penelitian osteoporosis yang dilakukan Jahari, dkk., 2005 di tiga provinsi (Sulawesi Utara, DI Yogyakarta dan Jawa Barat) ditemukan tingginya prevalensi nilai DMT rendah yang mengalami osteopenia sebesar 30,1% dan didapati tingginya angka DMT rendah pada perempuan dewasa muda. Pada wanita disebabkan oleh hormon estrogen dan massa puncak tulang, semakin meningkatnya umur, semakin sedikit hormon estrogen yang dihasilkan maka wanita akan lebih cepat mengalami kehilangan masa tulang yang lama kelamaan dapat menyebabkan osteoporosis (Ganong, 2008). Penyebab spesifik osteopenia belum diketahui dengan jelas tetapi penyebab osteopenia bersifat multifaktor. Semua hal yang mengurangi kekuatan tulang akan turut berperan terjadinya osteopenia. Faktor risiko terjadinya penurunan kepadatan tulang diantaranya adalah jenis kelamin, peningkatan usia, genetik, kebiasaan merokok, aktifitas fisik yang kurang, konsumsi alkohol dan massa tubuh yang rendah (Fox & Brown, 2007).
3
Seseorang
yang
mempunyai
massa
tubuh
yang
rendah
(underweight) dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) = 19 atau kurang serta mempunyai tubuh yang kecil sebagai hasil dari gangguan makan juga mempunyai risiko terjadinya osteopenia (National Osteoporosis Society, 2008). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat (Zaviera, 2008). Perempuan gemuk mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi untuk kekuatan tulang (Lane, 2003). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2007 menunjukkan tingginya prevalensi IMT rendah atau kurus di Indonesia. Prevalensi IMT rendah atau kurus, yakni sebanyak 14,8% pada orang dewasa. Menurut Jill, dkk., 1993 terjadinya penurunan massa tulang pada periode puncak massa tulang, dimana tulang memiliki massa pembentukan tulang tertinggi yaitu pada usia 20-35 tahun dikarenakan perubahan pola hidup seseorang terutama pada wanita dewasa usia 20 tahun keatas, kondisi ini dilihat dari kurangnya konsumsi kalsium, serta tingginya konsumsi kafein (teh, kopi, soda), perokok dan rendahnya aktivitas olahraga (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Usia mahasiswa pada masa ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang (Peak Bone Mass) yang akan berbeda setiap individu. Semakin tua maka akan terjadi peningkatan kerja osteoklast (merusak tulang) dibandingkan kerja osteoblast (membentuk tulang baru) (Napoli, 2007).
4
Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko terjadinya osteopenia semakin tinggi. Untuk menghindari risiko terjadinya osteopenia, maka perlu melakukan olahraga. Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan kesehatan secara umum. Olahraga membantu memperkuat tulang (Wardlaw, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya osteopenia. Penelitian ini dilakukan pada 111 mahasiswa di Universitas Seoul, Korea. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa 21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal. `Berdasarkan data-data hasil penelitian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan IMT dan aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah
5
Jakarta. Alasan peneliti memilih sampel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena pada penelitian di atas wanita usia 20 tahun keatas memiliki risiko yang tinggi terhadap terjadinya osteopenia. Penelitian dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengukur kepadatan mineral tulang sampel menggunakan alat Generic Electrik Ultrasound Bone Densitometer yang dipinjam ke pihak Anlene.
B. Rumusan Masalah Beberapa bukti telah menunjukan gangguan DMT telah terjadi, kesadaran akan gangguan DMT masih sangat rendah. Selain itu, penyakit yang diakibatkan oleh penurunan DMT dapat timbul tanpa adanya gejala sehingga akan dirasakan ketika telah terjadi keparahan pada penderita. DMT sangat perlu untuk diteliti lebih lanjut agar dapat mencegah dan mengurangi penyakit akibat penurunan DMT dimasa mendatang. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang mahasiswi PSIK UIN Jakarta di Kalcare Bintaro Xchange, 4 mahasiswi menderita osteopenia. Dari 4 mahasiswi yang menderita osteopenia, 2 mahasiswi mempunyai IMT kurus, 2 mahasiswi mempunyai IMT normal dan 1 mahasiswi yang kepadatan tulangnya normal mempunyai IMT kurus. Sedangkan kelima mahasiswi ini mempunyai aktivitas fisik yang rendah. Dengan demikian masalah penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara aktifitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 2. Bagaimana gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 4. Bagaimana gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta? 5. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta? 6. Apakah ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Untuk mengetahui gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Untuk mengetahui gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. d. Untuk mengetahui gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. e. Untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan osteopenia pada sampel. f. Untuk menganalisis hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada sampel.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberi tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman baru yang sangat berharga terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang keperawatan baik secara konten maupun metodelogi penelitiannya.
8
2. Bagi Mahasiswi PSIK Sebagai bahan informasi mengenai osteopenia dan mengetahui kepadatan tulang mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga dapat mencegah dan mengurangi kejadian osteopenia. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi ilmu dan informasi penguat ilmu kesehatan tentang penurunan kepadatan tulang secara dini yang biasa disebut osteopenia. Hasil penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai dasar untuk perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian osteopenia. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Dengan populasi semua mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah semester 6 dan semester 8 dan dengan sempel mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah berusia 20 tahun. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menilai aktivitas fisik yang dilakukan pada sampel, pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menilai IMT dan pengukuran DMT dengan menggunakan alat Quantitative Ultrasound Bone Densitometry untuk
9
menilai kepadatan mineral tulang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni di gedung FKIK UIN Jakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TULANG 1. Definisi Tulang Tulang merupakan jaringan ikat khusus yang berfungsi sebagai alat penyokong, pelekatan, perlindungan, dan penyimpanan mineral. Jaringan ini dilengkapi dengan rigiditas, kekuatan yang sangat besar serta elastisitas yang sangat terbatas. Kemampuan jaringan ini untuk menyimpan mineral terutama kalsium (Ca), kebanyakan dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang merupakan sifat utama untuk membedakan tulang dari jaringan ikat lainnya (Samuelson, 2007). Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh, metabolisme kalsium dan mineral, dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis serta selalu diperbaharui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorbsi dan formasi. Dengan proses resorbsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan dibersihkan dan diganti oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses resorbsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang yang diresorbsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis dan perforasi. Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari
10
11
komponen matriks dan sel. Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non-kolagen. Sedangkan sel tulang terdiri dari osteoblas, osteoklas dan osteosit. (Setyohadi, 2010)
2. Struktur Tulang Tulang terdiri dari lapisan luar, lapisan tulang padat dan lapisan tulang berongga. Pada penurunan densitas mineral tulang, lapisan tulang padat dan lapisan tulang berongga jauh lebih tipis, sehingga tulang menjadi lemah dan kemungkinan patah tulang meningkat (Compston, 2002). Tulang mulai terbentuk sejak kandungan, khususnya pada trimester 3 dan akan terus berkembang hingga mencapai puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass). Puncak massa tulang biasanya sampai dengan umur 20-35 tahun (Jill. dkk., 1993 dalam Hasye, 2008). Sel tulang terdiri dari osteoblas, osteklas dan osteosit. Osteoblas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi tulang, yaitu berfungsi dalam sintesis matriks tulang yang disebut osteoid, yaitu komponen protein dari jaringan tulang. Selain itu osteoblas juga berperan memulai proses resorbsi tulang dengan cara membersihkan permukaan osteoid yang akan diresorbsi melalui berbagai proteinase netral yang dihasilkannya. Pada permukaan osteoblas, terdapat berbagai reseptor permukaan untuk berbagai mediator metabolisme tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang sangat penting pada bone turnover. (Setyohadi, 2010).
12
Osteoklas adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorbsi tulang. Pada tulang trabekular, osteoklas akan membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif yang disebut lakuna howship, sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan membentuk kerucut sebagai hasil resorpsinya yang disebut cutting cone, dan merupakan sel raksasa yang berinti banyak, tetapi berasal dari sel hemopoetik mononuklear (Setyohadi, 2010). Osteosit merupakan sel tulang yang terbenam di dalam matriks tulang. Sel ini berasal dari osteoblas, memiliki juluran sitoplasma yang menghubungkan antara satu osteosit dengan osteosit lainnya dan juga dengan bone lining cells di permukaan tulang, fungsi osteosit belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada transmisi signal dan stimuli dari satu sel dengan sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit berasal dari sel mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang, periosteum, dan mungkin endotel pembuluh darah. Sekali osteoblas selesai mensintesis osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang disintesisnya (Setyohadi, 2010).
3. Remodeling Tulang Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami keratakan akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak itu akan diidentifikasi oleh sel osteosit (sel osteoblas menyatu dengan matriks tulang) (Cosman, 2009). Kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan
13
asam (Tandra, 2009). Dengan demikian, tulang yang sudah diserap osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas yang berasal dari sel prekursor di sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang (Cosman, 2009). Menurut Ganong (2008), ternyata endokrin mengendalikan proses remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu hormon paratiroid (resopsi tulang menjadi lebih cepat) dan estrogen (resopsi tulang menjadi lebih lama). Sedangkan pada osteoporosis, terjadi gangguan pada osteoklas, sehingga tidak timbul keseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas. Aktivitas sel osteoklas lebih besar daripada osteoblas.
B. Osteopenia 1. Definisi Osteopenia Osteopenia adalah suatu kondisi dimana tingkat densitas (kepadatan matriks dan mineral) tulang lebih rendah dari massa tulang tertinggi (peak bone mass) dan tidak terlalu parah dibandingkan dengan osteoporosis (WebMD, 2006). Walaupun tidak terlalu parah, kondisi ini harus menjadi diperhatikan karena jika kondisi ini dibiarkan makan akan mengarah ke osteoporosis dimana tulang akan menjadi rapuh dan mudah patah sehingga penderita tidak bebas bergerak, tinggi badan berkurang bahkan akan menjadi resiko kematian dini. Osteopenia merupakan deteksi awal untuk mencegah terjadinya osteoporosis dan patah tulang (Fox & Brown, 2007).
14
Osteopenia merupakan kondisi kepadatan tulang yang kurang atau hilangnya massa tulang. Kondisi tersebut dipicu oleh kurangnya konsumsi kalsium, kurang gerak, dan terkena sinar matahari; kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein; serta penggunaan obat-obatan yang mengandung kortikosteroid (Hasye, 2008)
2. Faktor Resiko terjadinya Osteopenia a. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan karakteristik biologik yang dikenali dari penampilan fisik, yaitu laki-laki dan perempuan. Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita sekitar 80% daripada laki-laki 20%. Hal ini terjadi karena laki-laki mempunyai tubuh yang lebih besar, tulang yang lebih padat dari wanita. Dengan kata lain wanita mempunyai masa tulang yang lebih rendah karena mengalami menopause, sehingga terjadi penurunan hormon estrogen yang menyebabkan aktivitas sel osteoblas menurun sedangkan osteoklas meningkat, maka wanita lebih cepat mengalami kehilangan masa tulang (Krinke, 2005). b. IMT Masa tulang akan lebih besar pada orang yang berbadan besar dibandingkan orang yang berbadan kurus dan kecil (Compston, 2002). Kondisi ini disebabkan karena tulang akan giat membentuk sel apabila ditekan oleh bobot yang berat. Posisi tulang menyangga
bobot,
maka
tulang
akan
merangsang
untuk
15
membentuk masa pada area tersebut, terutama pada daerah panggul dan pinggul. Jika bobot tubuh ringan, maka masa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna (Zaviera, 2008). IMT terkait dengan berat badan (BB). Menurut Halimah (2007), menyatakan bahwa BB yang kurang mengakibatkan kurangnya beban mekanik yang dapat merangsang meningkatkan DMT melalui gaya gravitasi, sedangkan berat badan yang lebih (obesitas) akan lebih meningkatkan DMT. Perempuan gemuk mempunyai jaringan lemak (adiposa) yang menyimpan hormon androgen dan kemudian diubah menjadi estrogen. Makin banyak jaringan lemak yang dimiliki perempuan, makin banyak hormon estrogen yang dapat diproduksi (Lane, 2003). Cara untuk menghitung IMT. IMT= Berat Badan (BB dalam kg) Tinggi Badan2 (TB dalam m)
IMT yang dikatakan kurus apabila < 18,4. IMT 18,5 sampai 25 dikatakan normal. Gemuk adalah apabila IMT antara 25,1 sampai 27 keatas. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
16
Tabel 2.1. Batas Ambang IMT untuk Indonesia
KEADAAN Kurus
KATEGORI Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan
Normal
IMT < 17 17- 18,4 18,5-25,0
Gemuk
Kelebihan berat badan ringan Kelebihan berat badan berat Sumber: Depkes, 2002
25,1- 27,0 >27,0
c. Gaya Hidup 1) Aktivitas Fisik Aktivitas yang dilakukan setiap orang berbeda-beda. Dengan aktivitas fisik, berarti otot tubuh bergerak dan menghasilkan energi. Pertumbuhan dan perkembangan tulang dipengaruhi gerakan badan dan istirahat. Latihan fisik meningkatkan suplai darah ke otot dan tulang. Kerena darah membawa zat-zat pembangun, maka latihan fisik akan meningkatkan pertumbuhan (Watson, 2002). Seseorang yang jarang melakukan aktivitas fisik akan mengakibatkan turunnya masa tulang dan dengan bertambahnya usia terutama pada usia lanjut, otot pun akan menjadi lemah sehingga akan berpeluang untuk timbulnya patah tulang (Compston, 2003). Olahraga baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain. Tidak bergerak sama sekali mempercepat penurunan masa tulang, sementara olahraga menahan beban tubuh bisa meningkatkan masa tulang. Pada orang dewasa, olahraga dapat
17
memperlambat penurunan masa tulang akibat usia serta meningkatkan kesehatan secara umum, sehingga megurangi risiko
jatuh.
Olahraga
membantu
memperkuat
tulang
(Wardlaw, 2002). Melompat-lompat
atau
bermain
lompat
tali
bisa
meningkatkan masa tulang pinggul wanita, sementara berjalan cepat sekitar 30 menit yang dilakukan tiga sampai empat kali dalam seminggu bisa mengurangi penurunan masa tulang belakang dan tulang pinggul (Compston, 2002). Wanita yang malas bergerak atau berolahraga akan terhambat proses osteoblasnya. Selain itu, kepadatan masa tulang akan berkurang. Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot akan memacu tulang untuk membentuk masa (Zaviera, 2008). Menurut Muhial dkk (2004), aktivitas fisik dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. 2) Status Merokok Merokok
dan
minum
minuman
beralkohol
sangat
merugikan dalam kaitannya dengan osteoporosis. Penelitian menunjukan merokok mempercepat kehilangan tulang serta turut andil dalam berkurangnya kemampuan penyerapan kalsium (Nasir, 2008). Suatu studi analisis dari 48 penelitian memperlihatkan bahwa semakin banyak seorang wanita merokok, semakin
18
tinggi risikonya untuk fraktur (Zaviera, 2008). Perokok baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko fraktur tulang satu hingga dua kali lebih besar daripada bukan perokok (Permatasari, 2008). Bukti nyata efek merokok dalam penurunan DMT yaitu satu diantara delapan kejadian fraktur tulang pinggul terjadi akibat merokok. Perokok kehilangan tulang lebih
cepat
dibandingkan
yang tidak merokok
(Law,1997)
d. Asupan 1) Kalsium Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak dalam tubuh. Dalam tubuh dewasa terdapat sekitar 1200 gram (300 mmol) kasium, dimana sebanyak 99% berada dalam tulang dan gigi, 1% terdapat dalam darah, cairan ekstra seluler, otot dan jaringan lain (Tee,2005). Kalsium yang diserap dari makanan hanya sebesar 25% (Wardlaw, 2002). Diperkirakan 80-90% kandungan mineral tulang terdiri dari kalsium dan fosfor sehingga diyakini kalsium memegang peranan penting dalam terjadinya osteoporosis. Kalsium yang beredar dalam darah mejadi patokan keseimbangan kadar kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan dalam darah
normal,
maka
mineralisasi
berlangsung seimbang (Zaviera, 2008)
dan
demineralisasi
19
Tingginya asupan kalsium tidak bersifat toksik pada individu yang sehat karena mekanisme homeostasis tubuh mengontrol kandungan yang diserap melalui makanan dan yang diekskresikan melalui urin. Namun, The Committee On medical
Aspect
of
Food
Policy
menggunakan
dosis
peningkatan asupan kalsium pada orang yang berisiko terkena osteoporosis harus dilakukan dengan hati-hati (Barker, 2002)
Tabel 2.2 AKG Kalsium di Indonesia
Umur (tahun) Pria (mg) 10- 18 1000 19- 29 800 30- 49 800 50- 64 800 >65 800 Sumber: Depkes, 2005
Wanita (mg) 1000 800 800 800 800
2) Vitamin D Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang, yaitu membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang (Almatsier, 2002). Vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup tersedia kalsium untuk tulang, yang mengandung 99% kalsium tubuh. Pada orang yang cukup mengkonsumsi vitamin D, rata-rata penyerapan kalsium di usus yaitu 30%. Pada saat pertumbuhan, laktasi dan menyusui efektifitas penyerapan meningkat sampai
20
80%. Namun, tanpa vitamin D, maka penyerapan kalsium pada usus tidak lebih dari 10-15%. Defisiensi vitamin D pada orang dewasa dapat menyebabkan hyerparathyroidism sekunder (penyebab osteoporosis) (Holick, 2004)
Tabel 2.3. AKG Vitamin D di Indonesia Umur (tahun) Pria (µg) Wanita (µg) 10-18 5 5 19- 29 5 5 30- 49 5 5 50- 64 10 10 >65 15 15 Sumber: Depkes, 2005 3) Vitamin C Vitamin C berfungsi untuk pembentukan tulang, dimana dapat membantu absorbsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dalam membantu pertumbuhan osteoblas. Fungsi vitamin C yang lain yaitu berperan dalam berbagai reaksi hidrolisis yang dibutuhkan untuk sintesis kolagen, karnitin dan seronin. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan dan matriks tulang. Jadi vitamin C dapat membantu pembentukan tulang dan berperan dalam terjadinya fraktur (Almatsier, 2002 dan Wolf, 2005). Asupan vitamin C berpengaruh terhadap DMT sebagai radikal bebas yang dapat mengurangi efek dari stres oksidatif yang kemungkinan
21
berhubungan dengan bone loss, dengan mencegah resopsi tulang (Wolf, 2005).
Tabel 2.4. AKG Vitamin C di Indonesia Umur (tahun) Pria (mg) 16- 18 90 19- 29 90 30- 49 90 50- 64 90 >65 90 Sumber: Depkes, 2005
Wanita (mg) 75 75 75 75 75
4) Fosfor Fosfor merupakan mineral kedua yang banyak berperan dalam tubuh. Kalsium dan fosfor menjadi komponen dalam tulang. Akan tetapi, jika jumlah fosfor lebih besar daripada kalsium akan menyebabkan berkurangnya masa tulang. Karena pada makanan sumber fosfor dapat meningkatkan hormon paratiroid yang dapat memicu pengeluaran kalsium melalui urin, sehingga masa tulang pun akan berkurang (Barker, 2002). 5) Protein Terjadinya osteoporosis juga disebabkan oleh asupan protein yang berlebih. Karena protein dapat menghasilkan asam jika diuraikan dalam tubuh. Sehingga asam tersebut ditahan oleh tulang dan terjadilah pelepasan kalsium melalui urin. Ada studi
mengatakan
adanya
peningkatan
asupan
protein
mempengaruhi kehilangan masa tulang. Dengan asupan protein
22
sebanyak 1 gram dapat meningkatkan pengeluaran kalsium lewat urin sebanyak 1 mg (Dawson, 2006).
Tabel 2.5. AKG protein di Indonesia Umur (tahun) Pria (g) 16-18 65 19-29 60 30-49 60 50-64 60 >65 60 Sumber: Depkes, 2005
Wanita (g) 50 50 50 50 50
6) Konsumsi Obat Mengkonsumsi obat- obatan tertentu dengan frekuensi sering seperti kortikosteroid, akan mempunyai peluang untuk terkena osteoporosis lebih besar. Karena mengkonsumsi obat tersebut dalam jumlah yang tinggi atau sering, akan menghambat kerja pembentukan tulang dan dapat menurunkan masa tulang (Putri, 2009)
3. Alat Untuk Mengukur Osteopenia Nilai dari pengukuran masa tulang disebut densitas mineral tulang. Densitas mineral tulang dapat diukur melalui beberapa cara dengan output yang diperoleh disebut dengan T-score dan Z-score. Adapun alat yang dipergunakan untuk mengetahui seseorang mengalami osteopenia atau osteoporosis, antara lain:
23
a. Densitometri DEXA (Dual Energy X-Ray Absorptimetry) Dari semua teknik pemeriksaan densitas tulang dual energy x-ray
absorptimetry
adalah
cara
yang
paling
akurat.
Pemeriksaan ini aman tidak menimbulkan nyeri, bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit (Tandra, 2009). Keuntungan metode ini mengukur masa tulang di pinggul, pergelangan tangan, tulang belakang, atau seluruh rangka dan sering disebut scan tulang. Nilai masa tulang yang didapat dari pengukuran ini disebut kerapatan mineral tulang (BMD= Bone Mineral Density). Walaupun menggunakan sinar-X, namun tingkat radiasinya sangat kecil (New, 2003). Akan tetapi alat ini
memiliki
berdasarkan
kelemahan volume
yaitu
tulang
membutuhkan
(secara
bersamaan
koreksi hanya
menghitung 2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada saat seseorang melakukan pengukuran dalam posisi yang tidak benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan tersebut. (Cosman, 2009) Hasil dari DEXA dapat dinyatakan dengan T-Score, yang dinilai dengan melihat perbedaan BMD dari hasil pengukuran nilai rata-rata BMD puncak (Tandra, 2009). Kriteria WHO untuk menentukan berat ringannya keropos tulang, organisasi kesehatan dunia memberlakukan kriteria yang sudah diterima oleh seluruh dunia. Bila T-Score sama dengan atau lebih rendah dari -2,5 dinamakan osteoporosis. Bila T-Score dibawah -1,0
24
dinamakan osteopenia atau massa tulang yang rendah. T-Score diantara -1 sampai +1 dikatakan BMD yang normal. Orang dengan T-Score dibawah -2,5 yang disertai dengan fraktur karena osteoporosis dikategorikan dalam osteoporosis yang berat (Severe or establised osteoporosis) (Tandra, 2009). b. Quantitative Ultrasound (QUS) Ultrasound mengukur kecepatan suara, berbeda dengan pengukuran sebelumnya yang menggunakan sinar-X. Adanya elastisitas tulang terbukti dengan adanya kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang. Pemeriksaan dilakukan pada tulang tumit (calccaneus), tibia dan jari tangan. Keuntungan alat pengukur ini adalah murah dan dapat dibawa kemanamana, hanya saja tidak dapat mengetahui lokalisasi tepat osteoporosis (Suherman & Tobing, 2006). Pengukuran dengan QUS ini memiliki kelemahan dalam analisa karena yang diukur adalah bagian tumit karena perubahan kepadatan tulang tumit lebih lambat dibandingkan tulang belakang atau pinggul. Jadi, dapat saja terjadi kasus kepadatan tulang tumitnya normal, namun bagian pusat seperti tulang belakang atau pinggul tidak normal (Zaviera, 2008). Pemeriksaan ultrasound dapat memprediksi risiko fraktur dan dapat dilakukan sebagai skrining seseorang mengalami osteoporosis
yang
kemudian
bisa
dilanjutkan
dengan
pemeriksaan DEXA agar jauh lebih akurat (Gibney, 2008) .
25
c. Quantitative Computed Tomography (QCT) QCT merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengukur mineral tulang. Sebagian besar alat ini dapat mengukur densitas mineral tulang di daerah lain. QCT memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat mengukur DMT belakang di ruas tulang belakang, tempat patah tulang biasanya terjadi. Kekurangannya yaitu metode ini menggunakan radiasi yang sangat tinggi, sehingga penggunaannya tidak begitu direkomendasikan (Cosman, 2009).
C. Penelitian Terkait Beberapa penelitian terkait aktivitas fisik dan indeks masa tubuh dengan kejadian osteopenia adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012), menunjukan bahwa 21,7% responden memiliki DMT tidak normal dan terdapat hubungan yang signifikan (nilai p< 0,05) antara IMT dengan DMT tidak normal, dan ada perbedaan rata-rata antara pengetahuan dan kebiasaan konsumsi kopi dengan DMT normal dan DMT tidak normal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menunjukan bahwa aktivitas masa lalu selama masih remaja (p= 0,002) menunjukan efek positif pada kandungan mineral tulang. Dalam model multivariat, aktivitas fisik masa lalu (≥1 kali perminggu) memiliki efek perlindungan terjadinya osteopenia.
26
3. Penelitian yang dilakukan oleh Novriyana (2011), menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang, dengan nilai r= 0,451, p= 0,00. Aktivitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan kepadatan tulang.
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan ada hubungan aktivitas fisik dengan osteopenia, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 2 dan nomor 3. Sedangkan antara IMT dengan osteopenia juga terdapat hubungan, hal ini dapat dilihat dari penelitian nomor 1.
27
D. Kerangka Teori
Tulang
Sel Tulang terdiri dari: -
Osteosit Osteoblas Osteoklas Akan membentuk
Remodeling Tulang normal: FAKTOR RISIKO: Tulang yang sudah rusak akan diidentifikasi oleh sel osteosit, kemudian terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh osteoklas dan nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan asam. Dengan demikian, tulang yang sudah diserap osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang dilakukan oleh osteoblas setelah sel osteoklas hilang.
1. 2. mempengaruhi 3. 4. 5.
Usia Jenis kelamin Gaya hidup IMT Asupan makanan
Remodeling Tulang Abnormal: Peningkatan kerja osteoklas dan penurunan kerja osteoblas Akan terjadi Penurunan kepadatan tulang (OSTEOPENIA)
Osteoporosis Dampaknya
Gambar 2.1. Model Kerangka Teori modifikasi ( Cosman, 2009; Compston, 2002; Fox & Brown, 2007; Ganong, 2008; Setyohadi, 2010; Tandra, 2009; Zaviera, 2008)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Dalam penelitian ini, variabel bebas (independen) yang ingin diketahui yakni IMT dan aktivitas fisik, sedangkan variabel terikat (dependen) yang akan diteliti yaitu osteopenia. Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Depanden
Variabel Indepanden
O S T E O P E N I A
Aktivitas Fisik
IMT
28
29
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi Operational Dependen: Suatu kondisi Osteopenia terjadinya penurunan kepadatan massa tulang dari keadaan normal. Independen Alat atau cara yang : sederhana untuk Indeks memantau status Massa gizi orang dewasa, Tubuh yang berkaitan (IMT) dengan kekurangan dan kelebihan berat badan . berdasarkan perbandingan antara berat badan dalam kilogram (kg) dan tinggi badan dalam m2 .
Independen : Aktivitas fisik
Suatu kegiatan sehari yang dapat menghasilkan energi dan melakukan secara terencana terstruktur dan terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
Cara Ukur Pengukuran densitas (kepadatan) tulang.
Alat Ukur
Hasil Ukur
Bone 1. 1. Normal= T score >-1 Densitometry 2. Osteopenia= T score QUS. 1 sampai -2,5
Skala Ordinal
(WHO, 2003) Pengukur berat badan (kg) dan tinggi badan (m).
Kuisioner
- Berat badan Kategori 1. Kurus : 17,0 - 18,4 diukur kg/m2 dengan 2. Normal : 18,5 - 25,0 timbangan kg/m2 berat badan 3. Gemuk : 25,1- 27,0 digital kg/m2 (Secca) - Tinggi (Depkes, 2002) badan diukur dengan tinggi badan dgital (Secca). Kuisioner Kategori: aktivitas 1. Rendah, jika: fisik. Skor < 29 2. Sedang, jika: Kuesioner ini Skor 29 ≤ Skor ≤ terdiri dari 18 38 item 3. Tinggi, jika: pertanyaan. Skor > 38
Ordinal
Ordinal
30
C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat, maka hipotesis penelitian yang muncul adalah: 1. Ada Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ada Hubungan IMT dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian
ini
bersifat
kuantitatif,
desain
penelitian
yang
direncanakan adalah penelitian dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional meneliti suatu kejadian pada titik waktu dimana variabel dependen dan independen diteliti sekaligus pada saat yang sama (Nursalam, 2009).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014 di gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tepatnya pada mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8. Alasan peneliti memilih FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena letaknya yang terjangkau, kemudahan dalam birokrasi, dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan aktivitas fisik dan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
31
32
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah 85 orang. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, atau sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu teknik sampling dengan cara acak
tanpa
memperhatikan
strata
yang
ada
dalam
anggota
populasi(Hidayat, 2007). Pengambilannya menggunakan kocokan sesuai dengan nomor urut yang ada di absen. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki kriteria sebagai berikut: a. Jenis kelamin perempuan. b. Berusia minimal 20 tahun. c. Bersedia menjadi sampel dan mempunyai waktu untuk mengisi kuesioner, mengukur IMT serta melakukan pengecekan kepadatan tulang.
33
Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan ketentuan rumus besar sampel yang sesuai dengan rancangan penelitian yaitu rumus sampel Uji beda dua proporsi.
Keterangan: n= besar sampel yang diharapkan Z1-α/2= tingkat kemaknaan pada α= 5% (z score= 1,96) Z1-β= kekuatan uji pada β= 80% (z score= 0,84) P= (P1+P2)/2 P1= proporsi kebiasaan olahraga kurang dengan DMT tidak normal, sebesar 73,1% (Trihapsari, 2009) P2= proporsi kebiasaan olahraga cukup dengan DMT tidak normal, sebesar 39% (Trihapsari, 2009) Maka besar sampel yang dihasilkan adalah:
n=
(
√
)+0.8√
(
)
(
(0.731 – 0.39)2
=
√(
)(
)+ 0.84√
(0.341)2 =
√
+ 0.84√ 0.116
2
2
)
2
34
= {1.376 + 0.553
2
0.116 = 3.721
= 32,1
0.116 Karena menggunakan rumus uji beda proporsi. Maka hasil dikali dua: 32.1x 2 = 64,2= 64 orang. Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out dan sebagai cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: 64+6= 70 responden. Pada saat penelitian, ada 2 orang yang tidak dapat mengikuti penelitian dikarenakan sakit. Sehingga didapatkan actual subject yang mengikuti penelitian sebanyak 68 orang.
D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data a. Pengambilan Data Kepadatan Tulang Untuk pengukuran densitas mineral tulang peneliti bekerja sama dengan puhak Anlene untuk peminjaman alat pengukuran kepadatan tulang yang nantinya alat tersebut akan dibawa ke gedung FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat perizinan peneliti hanya menghubungi petugas yang bertanggung jawab dengan alat tersebut. Pengukuran kepadatan mineral tulang dengan metode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan merk GE (General
35
Electric) dengan keakuratan 98% sama dengan alat DEXA . Pengukuran dilakukan pada tulang calcaneus (tumit) sebalah kanan sampel selama kurang lebih 1 menit. Nilai t-score -1 sampai -2,5 SD menunjukan osteopenia. b. Pengambilan Data IMT Data IMT, yang diambil terdiri dari berat badan (kg) dan tinggi badan (cm). Penimbangan berat badan (BB) dan tinggi badan dengan menggunakan secca. Untuk mengukur berat badan, pakaian sampel seminimal mungkin. Pada saat pengukuran tinggi badan, sampel harus dalam posisi berdiri tegak, dan alat ukur harus berada pada bidang datar, agar tidak mempengaruhi nilai pada saat pengukuran. Hasil dari pengukuran nantinya akan di perhitungkan dengan perhitungan BB(kg)/TB(m)2. c. Pengambilan Data Aktivitas Fisik Untuk memperoleh informasi tentang aktivitas fisik, peneliti menggunakan instrumen kuesioner tentang data demografi dan data aktivitas fisik yang di adopsi dari Baecke Questionnaire. Kuesioner tentang data demografi berisi tentang inisial responden, umur, semester dan nomor HP. Sedangkan aktivitas fisik akan menunjukan hasil aktivitas ringan, aktivitas sedang dan aktivitas berat. Baecke Questionnaire ini terbagi menjadi 3 domain yaitu aktivitas sehari-hari, aktivitas olahraga dan aktivitas waktu senggang. Dimana kuesioner ini telah di modif oleh peneliti dan digabung domainnya sesuai dengan bentuk jawaban. Kuesioner ini
36
terdiri dari 22 pertanyaan, yaitu nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan nomor 21 merupakan pertanyaan untuk aktivitas sehari-hari; nomor 2, 3, 4, 11, 15, 16, 17, 18, 19, dan nomor 22 merupakan pertanyaan untuk olahraga; nomor 12, 13, 14, dan nomor 20 merupakan aktivitas waktu senggang. Untuk penilaian jawaban dari masingmasing pertanyaan: Untuk jawaban nomor 1: Jika jawaban a = 1 Jika jawaban b = 3 Jika jawaban c = 5 Untuk jawaban nomor 2: Jika jawaban ya=
Skor olahraga(nomor 3,4,16,17,18,19) ≥ 12 = 5
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 8 - <12 = 4
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 4 - <8= 3
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0,01 - 4 = 2
Skor olahraga (nomor 3,4,16,17,18,19) 0 = 1
Jika jawaban tidak = 1 Untuk jawaban nomor 3 dan nomor 4: Jika jawaban a = 0,76 Jika jawaban b = 1,26 Jika jawaban c = 1,76 Untuk jawaban nomor 5 sampai nomor 15: Tidak pernah = 1
37
Jarang = 2 Kadang- kadang = 3 Sering = 4 Selalu = 5 Untuk jawaban nomor 16 dan 17: < 1 jam = 0,5 1-2 jam = 1,5 2-3 jam = 2,5 3-4 jam = 3,5 > 4 jam = 4,5 Untuk jawaban nomor 18 dan 19: <1 bulan = 0,04 1-3 bulan = 0,17 4-6 bulan = 0,42 7-9 bulan = 0,67 >9 bulan = 0,92 Untuk jawabam nomor 20: 5 menit = 1 5 – 15 menit = 2 15 – 30 menit = 3 30 - 45 menit = 4 > 45 menit = 5 Untuk jawaban nomor 21 dan 22: Lebih sangat berat = 5
38
Lebih berat = 4 Sama berat = 3 Lebih ringan = 2 Lebih sangat ringan = 1 Interpretasi skor yang digunakan pada instrumen ini dengan menggunakan kuartil yang ada pada SPSS dengan menggolongkan subjek dalam kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah.
2. Instrumen Pengumpulan data Berikut
merupakan
instrumen
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data dalam penelitian: a. GE (General Electric) GE (General Electric) digunakan untuk mengukur kepadatan tulang responden selama kurang lebih 1 menit. b. Meteran Tinggi Badan Meteran adalah alat untuk mengukur tinggi badan dalam satuan sentimeter (cm). Alat ukur tinggi badan menggunakan secca. c. Timbangan Berat Badan Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dengan satuan kilogram (kg). Alat ukur berat badan menggunakan secca. d. Baecke Questionnaire Baecke Questionnaire adalah kuesioner yang digunakan untuk melihat aktivitas fisik responden. Kuesioner aktivitas fisik ini terdiri dari 18
39
pertanyaan dengan skor maksimal 74,36 dan skor minimal 14,60. Peneliti menggunakan 3 kategori dalam menginterpretasikan hasil dari kuesioner aktivitas fisik ini, yaitu aktivitas ringan, sedang, dan aktivitas berat. Pengkategorian ini menggunakan perhitungan kuartil. Dalam beberapa kasus, peneliti terkadang tidak hanya membagi dalam dua kelompok tapi juga membaginya menjadi tiga maupun menjadi empat kategori. Pada kondisi seperti ini, tidak lagi menggunakan median sebagai pemisah melainkan kuartil (Nawari, 2007)
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Validitas Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu megukur apa- apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu(Setiadi, 2007). Perhitungan dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment yang rumusnya adalah
Keterangan: r= koefisien korelasi N= jumlah responden X= skor tiap item pertanyaan Y= skor total
40
Pada penelitian ini, uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 1320 Mei tahun 2014. Uji coba ini dilakukan terhadap 60 orang mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berumur ≥20 tahun keatas dan berjenis kelamin perempuan. Lokasi uji validitas instrumen dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah sama dengan lokasi penelitian, sehingga peneliti mengidentifikasi responden yang telah diteliti dalam uji coba instrumen tidak termasuk responden dalam penelitian. Ketentuan kevalidan instrumen apabila r hitung > 0,3. Hasil uji validitas untuk pertanyaan nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 21, 22 terdapat 4 pertanyaan yang tidak valid, yaitu nomor 5, 6, 8, dan 12, sehingga item-item ini tidak dapat digunakan. Pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 16, 17, 18, 19, 20 tidak di uji valid karena seharusnya pertanyaan tersebut dilihat menggunakan observasi. Hasil setelah yang di uji valid dan pertanyaan yang diobservasi digunakan dalam pengambilan data aktivitas fisik sebanyak 18 item pertanyaan.
2. Hasil Uji Reliabilitas Setelah mengukur validitas, peneliti perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas instrumen adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilakukan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan
41
rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini, saat pertama kali diuji menghasilkan α= 0,447. Selanjutnya, dilakukan uji reliabilitas yang kedua tanpa menggunakan item 5, 6, 8, dan 12 menghasilkan nilai α =0,657. Karena Alpha Cronbach > 0,60, maka instrumen ini dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan diandalkan.
F. Tahap Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan bulan Mei tahun 2014. Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peneliti menentukan subjek penelitian, maksud dan tujuan penelitian. Peneliti menghubungi pihak Anlene untuk meminjam alat kepadatan tulang yang akan dilakukan di gedung FKIK UIN Syarif Jakarta. 2. Bekerjasama dengan BEM FKIK untuk peminjaman laboratorium keperawatan. 3. Setelah pihak Anlene menyetujui, pihak Anlene datang ke kampus untuk melakukan pengukuran DMT dangan alat Bone Densitometry (Achilles Insigth). 4. Setelah mengecek tulang, responden langsung diukur BB dan TB untuk dihitung IMT.
42
5. Setelah itu peneliti menyebarkan kuesioner untuk menilai aktifitas fisik. serta memberikan lembar inform consent dan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. 6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengecekan apakah data yang terkumpul sudah lengkap atau belum. Setelah lengkap, data diberi kode pada masing-masing pernyataan untuk mempermudah saat analisis data. Langkah selanjutnya adalah memproses data, pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke program aplikasi statistik. Langkah yang terakhir yaitu pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
G. Etika Penelitian Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak boleh bertentangan dengan etik (Setiadi, 2007). Menurut Hidayat (2007) dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang dilakukan benar-benar menunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitan pada manusia yang harus dipahami antara lain: 1. Prinsip Manfaat Dengan berprinsip
pada aspek manfaat, maka segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
manusia.
Prinsip
ini
dapat
ditegakkan
dengan
43
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. 2. Prinsip Menghormati Manusia Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia harus dihormat, karena manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian. 3. Prinsip Keadilan Prinsip ini dilakukan untuk menunjang tinggi keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
H. Pengolahan Data Hidayat (2007) mengungkapkan bahwa dalam penelitian terdapat langkah-langkah pengolahan data yang harus ditempuh. Adapun tahaptahap pengolahan data meliputi: 1. Editing Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Kegiatan yang dilakukan dalam editing adalah pengecekan dari sisi kelengkapan, relevansi, dan konsistensi jawaban. Kelengkapan data diperiksa dengan cara memastikan bahwa jumlah kuisioner yang terkumpul sudah memenuhi jumlah sampel minimal yang ditentukan dan
44
memeriksa apakah setiap pertanyaan dalam kuisioner sudah terjawab dan jelas. Relevansi dan konsistensi jawaban diperiksa dengan cara melihat apakah ada data yang bertentangan dengan data lain. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Dalam coding, data yang berbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Misal, untuk jawaban Tidak Pernah diberi kode 0, jawaban Kadang-kadang diberi kode 1, dan seterusnya. 3. Entry Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Program untuk analisis data : SPSS, Epi Info, Epi Data, dan lain-lain.
4. Melakukan Teknik Analisis Dalam melakukan teknik analisis, khusunya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan
45
dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.
I. Analisis Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen. Variabel independen yaitu IMT dan akivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu osteopenia. 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel (Umar, 2003) yaitu variabel independen IMT dan aktivitas fisik dengan osteopenia. Teknik analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearmen dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan 5%, sehingga jika nilai P (p value) < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukan ada hubungan antara variabel indepanden dengan variabel dependen, dan apabila nilai P value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji korelasi Spearmen adalah uji statistik yang ditujukan untuk mengetahui hubungan
46
antara dua atau lebih variabel berskala ordinal. Asumsi uji korelasi Spearmen adalah: (1) Data tidak berdistribusi normal dan (2) Data diukur dalam skala ordinal. Sedangkan cara menginterpretasikan sejauh mana hubungan kedua variabel independen dan dependen berdasarkan koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Versi de Vaus Koefisien Kekuatan Hubungan 0,00 Tidak ada hubungan 0,01-0,09 Hubungan kurang berarti 0,10-0,29 Hubungan lemah 0,30-0,49 Hubungan moderat 0,50-0,69 Hubungan kuat 0,50-0,69 Hubungan sangat kuat 0,70-0,89 Hubungan mendekati sempurna Interpretasi tersebut berlaku sama pada hubungan positif (+) dan negatif (-)
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Program
Studi
Ilmu
Keperawatan
mendapatkan
izin
penyelenggaraan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 1356/D/T2005 tanggal 10 Mei 2005 dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan
Agama
Islam
Departemen
Agama
RI
Nomor:
Dj.II/123/2005 tanggal 17 Mei 2005, yang diperpanjang ijin penyelenggaraannya sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pensisikan Islam Kementrian Agama RI Nomor: Dj.I/38/2010 tanggal 29 Januari 2010. Lulusan PSIK bergelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dan lulusan pendidikan profesinya mendapat sebutan Ners (Ns). Program Studi Ilmu Keperawatan telah meluluskan Ners sebanyak 102 orang sampai semester genap 2013/2014. 1. Tujuan Program Studi Sarjana Keperawatan a. Tujuan Umum Menghasilkan sarjana keperawatan dengan kualifikasi akademik Sarjana Keperawatan (S.Kep) yang beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, mempunyai keunggulan yang kompetetitif
dalam
persaingan
global
serta
mampu
mengintegrasikan ilmu keperawatan dan ilmu pengetahuan
47
48
keislaman sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan kualitas derajat kesehatan bangsa Indonesia. b. Tujuan Khusus 1) Mahasiswa memiliki sikap profesional dan Islami 2) Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan di tatanan rumah sakit dan komunitas. 3) Mahasiswa mampu mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap 4) Mampu melaksanakan penelitian sederhana 5) Mampu berperan sebagai pendidik tenaga keperawatan yang berada di ruang lingkup tanggung jawabnya
B. Hasil Analisa Univariat Hasil analisis dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis Univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi: karakteristik mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 dan semester 8 dari usia; aktivitas fisik; IMT; dan kepadatan tulang.
49
1. Karakteristik Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 a. Usia Rata-rata usia responden adalah 21 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan tertua 22 tahun. Usia responden terbanyak adalah 21 tahun. Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 Usia 20 21 22 Total
Frekuensi 23 28 17 68
Persentase 33.8% 41.2% 25% 100%
2. Karakteristik berdasarkan Aktivitas Fisik pada Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 Karakteristik responden berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aktivitas Fisik Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Aktivitas Fisik Frekuensi Persentasi Ringan 17 25 % Sedang 35 51,5% Tinggi 16 23,5 % Total 68 100%
50
Data yang ada pada tabel 5.2 di atas terlihat bahwa dari 68 responden, mayoritas aktivitas fisik responden adalah aktivitas sedang yaitu berjumlah 35 orang (51,5%), responden dengan aktivitas fisik ringan berjumlah 17 orang (25%), sedangkan responden dengan aktivitas fisik tinggi berjumlah 16 orang (23,5%). 3. Karakteristik berdasarkan IMT pada mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 Karakteristik responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut IMT Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta IMT Kurus Normal Gemuk Total
Frekuensi 11 49 8 68
Persentasi 16.2% 72.1% 11.8% 100%
Data yang ada pada tabel 5.3 di atas terlihat bahwa dari 68 responden, mayoritas mahasiswi memiliki IMT normal yaitu sebanyak 49 orang (72,1%), mahasiswi dengan IMT kurus sebanyak 11 orang (16,2%), sementara mahasiswi dengan IMT gemuk sebanyak 8 orang (11,8%).
51
4. Karakteristik berdasarkan Kepadatan Tulang pada mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester 6 dan Semester 8 Karakteristik responden berdasarkan IMT dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kepadatan Tulang Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kepadatan Tulang Frekuensi
Persentase
Normal
51
75%
Osteopenia
17
25%
Total
68
100%
Data yang ada pada tabel 5.4 di atas terlihat bahwa dari 68 responden, mayoritas mahasiswi yang memiliki kepadatan tulang normal yaitu sebanyak 51 orang (75%), sedangkan mahasiswi dengan osteopenia yaitu sebanyak 17 orang (25%).
C. Hasil Analisa Bivariat 1. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Osteopenia Analisa hubungan antara aktivitas fisik dengan osteopenia dapat dilihat pada tabel 5.5.
52
Tabel 5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kepadatan Tulang Aktifitas Fisik Ringan Sedang Tinggi Total
Total
Pvalue
R
Normal Osteopenia 9 8 17 0,001 -0,378 (13,2%) (11,8%) (25%) 26 9 35 (38,2%) (13,2%) (51,5%) 16 0 16 (23,5%) (0%) (23,5%) 51 17 68 (75%) (25%) (100.0%)
Hasil yang diperoleh dari tabel 5.5 yaitu dari 68 responden dapat diketahui bahwa mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 yang mempunyai
aktifitas fisik sedang dengan kepadatan tulang
normal sebanyak 26 orang (38,2%), mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang normal sebanyak 16 orang (23,5%), mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik ringan dengan kepadatan tulang normal sebanyak 9 orang (13,2%), mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik ringan dengan kepadatan tulang osteopenia
sebanyak 8 orang (11,8%), mahasiswi yang
mempunyai aktivitas fisik sedang dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak 9 orang (13,2%), dan tidak ada mahasiswi yang mempunyai aktivitas fisik tinggi dengan kepadatan
tulang osteopenia. Hasil
analisis menggunakan uji Spearmen Rank. Hasil analisa menunjukan P=0,001 (sig<0,05), maka Ho ditolak artinya ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi PSIK UIN semester
53
6 dan semester 8. Dari hasil koefisien korelasi diketahui r= -0,378 hal ini menunjukan hubungan antar kedua variabel merupakan hubungan yang moderat/ sedang karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0,30-0,49. Hubungan antar variabel bersifat negatif, ini artinya bahwa semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin rendah kejadian osteopenia. 2. Hubungan IMT dengan Osteopenia Analisa hubungan antara IMT dengan osteopenia dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Hubungan IMT dengan Osteopenia pada Pada Mahasiswi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KT IMT
Total
P value 0,238
Kurus
Normal 7
Osteopenia 4
11
Normal
(10,3%) 37
(5,9%) 12
(16,2%) 49
Gemuk
(54,4%) 7
(17,6%) 1
(72,1%) 8
Total
(10,3%) 55
(1,5%) 13
(11,8%) 68
(75%)
( 25%)
(100%)
Hasil yang diperoleh dari tabel 5.6 yaitu dari 68 responden dapat diketahui bahwa mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 yang mempunyai
IMT normal dengan kepadatan tulang normal
sebanyak 37 orang (54,4%), mahasiswi yang mempunyai IMT kurus
54
dengan kepadatan tulang normal sebanyak 7 orang (10,3%), mahasiswi yang mempunyai IMT gemuk dengan kepadatan tulang normal sebanyak 7 orang (10,3%), sedangkan mahasiswi yang mempunyai IMT normal dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak 12 orang (17,6%), mahasiswi yang mempunyai IMT kurus dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak 4 orang (5,9%), dan mahasiswi yang mempunyai IMT gemuk dengan kepadatan tulang osteopenia sebanyak 1 orang (1,5%) . Hasil analisis ini menggunakan uji Spearmen Rank. Hasil uji Spearmen Rank menunjukan P=0,238 (sig>0,05), maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi PSIK UIN semester 6 dan semester 8.
BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan penelitian. A. Analisis Univariat 1. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan Usia Seiring bertambahnya umur dan perubahan gaya hidup maka risiko terjadinya osteopenia semakin tinggi. Usia mahasiswa pada masa ini tengah mengalami puncak pembentukan massa tulang yang akan berbeda setiap individu (Nicklas, 2003). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswi PSIK Semester 6 dan semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berusia sama dengan 20 tahun keatas. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 68 orang. Responden yang memiliki usia 20 tahun berjumlah 23 orang (33,8%), responden yang berumur 21 tahun berjumlah 28 orang (41,2%), sedangkan yang berusia 22 tahun berjumlah 17 orang (25%). Mayoritas responden yang terlibat dalam penelitian ini yaitu yang berusia 21 tahun. Tahapan ini jika terlewati maka penurunan massa tulang terus terjadi. Semakin tua maka kerja osteoblas semakin
55
56
menurun sebaliknya kerja osteoklas semakin meningkat (Napoli, 2007). 2. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan Aktivitas Fisik Aktivitas fisik baik bagi tulang maupun aspek kesehatan lain, jika tidak melakukan pergerakan sama sekali akan
mempercepat
penurunan masa tulang, sedangkan melakukan aktivitas dapat menahan beban tubuh yang membuat masa tulang meningkat (Wardlaw, 2002). Olahraga dengan pembebanan dapat membantu pembentukan osteoblast lebih aktif. Olahraga lompat tali atau jalan kaki sekitar 30 menit yang dilakukan tiga atau empat kali dalam seminggu dapat meningkatkan massa panggul dan mengurangi penurunan massa tulang (Nicklas, 2003). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki aktifitas sedang, yaitu sebesar 51,5%, responden yang memiliki aktivitas fisik rendah sebesar 25%, sedangkan responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebesar 23,5%. Penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas fisik minimum responden , yaitu 19 dan aktivitas fisik maksimum , yaitu 44,86 dan dengan rata-rata aktivitas fisik responden 33,1 yaitu termasuk kategori sedang. Data tersebut menunjukan bahwa 51,5% dan 23,5% mahasiswi semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakartasudah memiliki aktivitas fisik yang baik walaupun masih terdapat 25% mahasiwi yang memiliki aktivitas fisik yang kurang.
57
3. Karakteristik Mahasiswi PSIK berdasarkan IMT IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang. Berat badan dan tinggi badan sampel diukur dengan menggunakan timbang secca yang dapat mengukur dalam satu waktu (Nutrition Policy, 2000). IMT dihitung dengan menggunakan rumus, kemudian dikelompokan berdasarkan klasifikasi (Depkes, 2002). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki IMT normal, yaitu sebanyak 72,1%, responden yang memiliki IMT kurus sebanyak 16,2%, sedangkan responden yang memiliki IMT dengan kategori gemuk sebesar 11,8%. IMT minimum responden 16,5 , IMT maksimum 34,8 dan dengan rata-rata responden memiliki IMT 21,5 yaitu kategori normal. 4. Karakteristik Mahasiswi PSIK Berdasarkan Kepadatan Tulang Pengukuran kepadatan tulang adalah pengukuran kepadatan mineral pada tulang dengan menggunakan sinar-X spesial, CT scan, atau ultrasounds. Dari hasil pengukuran kepadatan tulang ini dapat diperkirakan kekuatan tulang (Nissl, 2004). Hasil penelitian pada subjek penelitian mahasiswi PSIK semester 6 dan semester 8 dengan responden sebanyak 68 orang menunjukan bahwa sebanyak 51 orang mahasiswi memiliki kepadatan tulang normal, sedangkan 17 orang menderita osteopenia. Kepadatan tulang minimum responden, yaitu-2,5 dan kepadatan tulang maximum 3,9
58
dan dengan rata-rata responden memiliki nilai kepadatan tulang +0,3 yaitu berada pada rentang kategori normal.
B. Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi PSIK Semester 6 dan Semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Spearmen karena kedua variabel berbentuk ordinal dan mempunyai distribusi data yang tidak normal. Hasil penelitian mengenai hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia menunjukan bahwa responden yang memiliki aktivitas rendah sebanyak 8 orang (11,8%) mengalami osteopenia, responden yang memiliki aktivitas rendah dan memiliki kepadatan tulang normal sebanyak 9 orang (13,2%), responden yang memiliki aktivitas sedang dan mengalami osteopenia hanya
9 orang (13,2%), responden yang memiliki aktifitas fisik
sedang dan memiliki kepadatan tulang normal sebanyak 26 orang (38,2%), responden yang memiliki aktivitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang normal sebanyak 16 orang (23,5%), dan responden yang memiliki aktvitas fisik tinggi dengan kepadatan tulang normal tidak ada. Sebagian besar subyek penelitian memiliki aktivitas fisik sedang. Hal ini disebabkan subyek penelitian ini merupakan mahasiswi yang memiliki aktivitas fisik hampir sama dan lebih banyak yang memiliki kepadatan tulang normal.
59
Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia, artinya semakin sering melakukan aktivitas fisik semakin menurun angka osteopenia.Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novriyana (2011) juga menunjukan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan kepadatan tulang dengan p-value= 0,000. Aktivitas fisik merupakan modulator penting massa tulang sehingga dapat mencegah kehilangan massa tulang hampir 1% pertahun pada wanita. Peningkatan kepadatan tulang merupakan respon stres tulang dan kontraksi otot melawan daya gravitasi dalam menunjang berat badan saat beraktivitas terutama olahraga sehingga memicu fungsi osteoblas (Anderson, 2008). Secara teori, aktivitas fisik mempengaruhi tulang secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terhadap tulang melalui mekanisme pembebanan pada tulang sedangkan secara tidak langsung melalui faktor hormonal (WHO, 2003). Aktivitas fisik dapat mengurangi kehilangan massa tulang bahkan menambah massa tulang dengan cara meningkatkan pembentukan tulang lebih besar daripada resopsi tulang (Henrich, 2003). Aktivitas fisik meningkatkan massa tulang dengan cara meningkatkan massa otot yang akan memberikan pembebanan pada tulang (Tandra, 2009). Pembebanan dari aktivitas fisik dibutuhkan tulang agar pembentukan tulang dapat mengimbangi kehilangan massa tulang yang terjadi (Alexander, 2002).
60
2. Hubungan antara IMT dengan Kejadian Osteopenia pada Mahasiswi PSIK Semester 6 dan Semester 8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar (72,1%), responden memiliki IMT sedang, namun masih ada responden yang memiliki IMT dibawah normal, yaitu sebesar (16,2%), dan responden yang memiliki IMT gemuk sebesar (11,8%). Menurut Markus dalam Halimah (2007), status gizi yang lebih dapat meningkatkan kepadatan tulang karena lemak pada perempuan yang kelebihan berat badan menempatkan tekanan yang besar pada tulang dan merangsang pembentukan tulang baru. Seseorang dengan tubuh lebih kurus dapat lebih mudah memiliki kepadatan tulang yang tidak normal daripada tubuh gemuk. Hal ini dikarenakan beban yang lebih berat dapat merangsang optimalisasi kepadatan tulang. Terlepas dari kelebihan berat badan baik untuk kesehatan tulang, kelebihan
dan
kekurangan
berat
badan
dapat
meningkatkan
kemungkinan seseorang mengalami penyakit degeneratif tertentu. Selain itu, kelebihan berat badan membuat tubuh sulit berfungsi secara efektif. Apabila kekurangan berat badan, seseorang mungkin kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk membentuk otot yang sehat dan tulang yang kuat. Oleh karena itu, risiko terkena osteoporosis pun meningkat (Davies, 2007). Pada Analisis bivariat penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia (p-value=
61
0,238). Pada hasil pengukuran IMT dari penelitian ini diperoleh 4 orang (5,9%) subyek dengan kategori kurus mengalami osteopenia, 12 orang (17,6%) subyek dengan kategori sedang atau normal mengalami osteopenia, dan 1 orang (1,5%) subyek dengan kategori gemuk mengalami osteopenia. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p-value= 0,0043). Penelitian ini tidak sependapat dengan Groff and Gropper (2000) bahwa bentuk badan semakin kurus dan kecil tubuh seseorang maka makin berisiko mengalami keropos tulang. Menurut Shorff and Pai (2000) bahwa berat badan kurang merupakan salah satu faktor risiko keropos tulang. Hubungan yang tidak signifikan antara IMT dan Osteopenia dari hasil penelitian ini dapat dikarenakan oleh faktor lain seperti asupan makanan; kebiasaan konsumsi kopi; status merokok; genetik; aktivitas fisik yang kurang dan peningkatan usia, dimana faktor-faktor tersebut berpengaruh menjadi faktor yang memberi pengaruh terhadap terjadinya osteopenia (Fox & Brown, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian (2012) menunjukan bahwa adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi, asupan kalsium dan asupan fosfor dengan kejadian osteopenia
62
C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain: 1. Adanya kemungkinan bias dalam pengisian kuesioner aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan peneliti tidak mengobservasi langsung melainkan hanya mengajukan pertanyaan melalui kuesioner. 2. Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan (BB) dan tinggi (TB) tidak dilakukan kalibrasi alat.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil dari keseluruhan temuan dan pengujian hasil penelitian sebagai berikut: 1. Gambaran usia mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu 23 orang (33,8%) memiliki usia 20 tahun, 28 orang (41,2%) memiliki usia 21 tahun, dan 17 orang (25%) memiliki usia 22 tahun. 2. Gambaran kepadatan tulang mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki kepadatan tulang normal sebanyak 51 orang (75%), sedangkan mahasiswi yang mengalami osteopenia sebanyak 17 orang (25%). 3. Gambaran aktivitas fisik pada mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki aktifitas fisik sedang sebanyak 35 orang (51,5%), mahasiswi yang memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 17 orang (25%), sedangkan mahasiswi yang memiliki aktifitas fisik tinggi sebanyak 16 orang (23,5%). 4. Gambaran IMT mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu mahasiswi yang memiliki IMT sedang atau normal sebanyak 49 orang (72,1%), mahasiswi yang memiliki IMT
63
64
kurus sebanyak 11 orang (16,2%) dan mahasiswi yang memiliki IMT gemuk sebanyak 8 orang (11,8%). 5. Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia diperoleh P value sebesar 0,001 atau sig < 0,05 maka Ho di tolak, artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Hasil uji statistik antara IMT dengan kejadian osteopenia diperoleh P value sebesar 0,238 atau sig > 0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara IMT dengan kejadian osteopenia pada mahasiswi semester 6 dan semeter 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Saran 1. Bagi Responden Berikut merupakan saran bagi responden, yaitu: a. Meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan tulang, yaitu halhal yang mempengaruhi densitas mineral tulang, dan dampak jika terjadi penurunan densitas mineral tulang. b. Meningkatkan aktivitas fisik, khususnya olahraga minimal 3 hari seminggu dalam waktu kurang lebih 30 menit. c. Melakukan pengecekan tulang 6 bulan sekali. 2. Bagi Institut Pendidikan Diharapkan untuk mengadakan upaya preventif dengan cara mengadakan penyebarluasan mengenai densitas mineral tulang berupa
65
penyuluhan atau seminar, poster dan leaflet. Penyebarluasan informasi mengenai batas IMT normal dan asupan yang sesuai dengan AKG. Hal ini bermanfaat agar mahasiswi dapat menjaga status gizi dalam batas normal. Selain itu sebaiknya diadakan pengecekan kepadatan tulang secara rutin agar menumbuhkan kesadaran pada warga kampus, khususnya mahasiswi mengenai kondisi densitas mineral tulangnya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan sampel yang diteliti memiliki rentang 20-35 tahun agar distribusi jauh lebih banyak. b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih ditekankan pada orang yang osteopenia.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anderson JJB. 2008. Nutrition And Bone Health p.614-33. Philadelphia : Saunders. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes, 2008. Baecke., et al. 1982. A Short Questionnaire For The Measurement Of Habitual Physical Activity In Epidemiological Studies. USA: Am J Clin Nutr. Barker, Helen M. 2002. Nutrition And Dietics For Health Care. United Kingdom: Churchil Livingtone. Compston, Juliet DR. 2002. Seri Kesehatan, Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis. Jakarta: Dian Rakyat. Cosman, Felicia. 2009. Osteoporosis: Panduan Lengkap Agar Tulang Anda Tetap Sehat. Yogyakarta: B First. D.A. de Vaus. 2002. Survey in Social Research, 5th Edition. New South Wales: Allen and Unwin. Dahlan, MS. 2013. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multiviariat, Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS, Edisi 5. Jakarta: Salmeba Medika. Davies, Kim. 2007. Nyeri tulang dan otot. Jakarta: erlangga Dawson & Hughes. 2006. Osteoporosis; Modern Nutrition In Health And Desease. Philadelphia: Tenth Edition. Depkes RI. 2002. Pedoman Pengendalian Penyakit Osteoporosis. Jakarta: Dinas Kesehatan. Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Depkes RI. 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009. Jakarta: Dinas Kesehatan Dian, DG. 2012. Hubungan Karakteristik Individu, Asupam Gizi dan Gaya Hidup Dengan Densitas Mineral Tulang Mahasiswi Reguler Gizi dan Komunikasi Universitas Indonesia angkatan 2009 Tahun 2012 [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Fox-Spencer R & Brown Pam. 2007. Simple Guides Osteoporosis. Jakarta: Erlangga.
Ganong, W.F . 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Gibney, Michael j., et al. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Groff J.L. and Gropper S.S. 2000. Advanced Nutrition and Human Metabolism. United State: Wadsworth Thomson Leaming. Halimah. 2007. Analisis Survival Untuk Mengukur Peningkatan Densitas Mineral Tulang Pasien Perempuan Yang Menderita Osteoporosis Primer Yang Diberikan Terapi Sesuai Tata Laksana Klinik MTIE FK UI, Jakarta tahun 2004- 2007 [Tesis]. Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Indonesia. Hastono, S. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia . Hasye, Reza Amelia. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Osteopenis Pada Mahasiswi FKM UI Tahun 2008 [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Henrich, J. 2003. Calcium and Your Bones. World ide Web :http://health.yahoo.com/health/centers/bone_health/104-207-208.html [diakses tanggal 3 Juni 2014, pukul 16.47]. Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Holick, Michael F. 2004. Vitamin D: Imprtance In The Prevention Of Cancers, Type 1 Diabetes , Heart Disease And Osteoporosis. USA: Am. J Clin Nutr. [diakses tanggal 24 Maret 2014, pukul 13.02]. Jahari AB, Prihatini S. 2007. Risiko Osteoporosis Di Indonesia. Jakarta: Gizi Indonesia. Kemenkes. 2008. Pedoman Pengendalian Osteoporosis Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kim Jinhyun, Moonki Jung, dkk. 2013. Physical Activity in Adolescence Has a Positive Effect on Bone Mineral Density in Young Men. Seoul: University College of Medicine. Krinke U Beate. 2005. Nutrition Throug Life Cycle second edition. Thomson Wadsworth Lane, NE. 2003. Lebih Lengkap Tentang Osteoporosis Petunjuk Untuk Penderita Dan Langkah-Langkah Penggunaan Bagi Keluarga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Law, MR, dan Hackshaw AK. 1997. A meta-analysis of cigarette smoking, bone mineral density and risk of hip frakture: recognition of a major effect. BMJ. [diakses tanggal 7 Maret 2014, pukul 19.20].
Muhilal, dkk. 2004. Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi. Jakarta : Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Napoli,Nicole, et al. 2007. Effect of Dietary Calcium Compared with Calcium Supplements on Estrogen Metabolism and Bone Mineral Density. American Journal Clinical of Nutrition.http://www.ajcn.org.[diakses 26 Mei 2014, pukul 20.12]. Nasir. 2008. Dua Dari Lima Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Lima “Pencuri” Kalsium [On line]. http://www.dokternasir.web.id [diakses tanggal 5 Maret 2014, pukul 12.34]. National Osteoporosis Society. 2008. Who Is At Risk Of Osteoporosis And Broken Bones? http://www.nos.org.uk . [diakses tanggal 22 Februari 2014, pukul 16.47]. Nawari. 2007. Analisis Statistik dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17. Jakarta: PT Elex Media Komutindo. New, Susan A dan Jean Philippe Bonjour. 2003. Nutritional Aspect Of Bone Health. UK: The Royal Society of Chemistry . Nicklas, T.A. 2003. Calcium Intake Trends And Health Consequences From Childhood Through Adulthood Vol.22,pp:340-356. Journal of The American College of Nutrition. [diakses tanggal 26 Mei 2014, pukul 19.52]. Nissl. 2004. Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Word ide Web. http://health.webmd.com/hw/health-guide_atoz/zm6058.asp. [diakses tanggal12 juni 2014, pukul 16.13]. Noviyana, Muji. 2011. Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik dan Kepadatan Tulang Penari [Skripsi]. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nutricion Policy and Promotion. 2000. Body Mass Index And Health 1-2. USA [12 Juni 2014] Permatasari, Tria Astika Endah. 2008. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Kelompok Dewasa Usia 40-65 Tahun Di Kota Depok Tahun 2008 [Tesis]. Fakultas kesehatan masyarakat, Universitas Indonesia. Prihatini S. 2006. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis Di Tiga Provinsi Di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan. Putri, Alissa. 2009. Tetap Sehat Diusia Lanjut. Yogyakarta: Genius Printika Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Samuelson DA. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Elsevier: Missouri. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Setiyohadi, Bambang. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Shroff M., and Pai, B., 2000. Osteoporosis, the Battle againts Brittel Bones. India: Jewings Magazine . Suherman, Sukarti dan Tobing. 2006. Osteoporosis Edisi 1. Jakarta: Perpustakaan Nasional. Tandra, Hans. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis Mengenal, Mengatasi Dan Mencegah Tulang Keropos. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Tee, E-Siong dan Rodolfo F. Florentino. 2005. Recommended dietari allowances (RDA), Armonization in Southeast asia. Singapore: ILSI. Trihapsari, Enita. 2009. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Densitas Mineral Tulang ≥ 45 Tahun Di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta Pusat Tahun 2009 [Skripsi]. Depok: FKM-UI. Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Watson, Roger. 2002. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC. Wardlaw, Gordon M., et al. 2002. Perppective in nutrition. New York: Mc, Graw Hill. WebMD medical Reference from Healthwise, 2006, Osteopenia-Overview dari http://www.webmd.com [diakses pada tanggal 21 Februari 2014 pukul 19.20]. WHO. 2003. Prevention And Management Of Osteoporosis: Report Of A WHO Scientific Group. (WHO technical report series; 921). Geneva: WHO. Wolf, Randi L, et al. 2005. Lack Of A Relation Between Vitamin And Mineral Antioxidants And Bone Mineral Density: Result From The Women’s Health Initative.USA: Am J Clin Nutr. [diakses pada tanggal 21 Maret 2014, pukul 20.46]. Zaviera, Ferdinand. 2008. Osteoporosis: Deteksi Dini, Penanganan Dan Terapi Praktis: Yogyakarta: Ar-ruzz Media
LAMPIRAN
Nomor : Istimewa Lampiran : Hal : Permohonan Izin Pengambilan Data Skripsi dan Penelitian Kepada Yth. Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
NIM : Semester : Judul Skripsi :
Gaby Nursila 1110104000010 8 (delapan) Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester 6 dan semester 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Akan melaksanakan penelitian dan mengambil data di Prodi Ilmu Keperawatan, maka dari itu saya memohon izin untuk melaksanakan penelitian dan pengambilan data tersebut. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, Mei 2014
Gaby Nursila
BADAI\I EI$EKUTTT' MAEASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTTRAN DAN ILMU KESEIIATAN I]NTVERSITAS ISLAM I\TEGERI SYARIF HIDAYATTILLAH sekretariau
Gd- FI(IK Lt" 1 Jl, Kerramukti Raya No. 5, Pisangan, Gputat Tangerang Selatan 15419 Telp. 08528024880S/085691412898 e.mail: bempstkuinjkt@gmail-com
Ciputat, 19 Mei 2014
Nomor
: lI5/e.G/PAII{-KESOS/BEM PSIK/V/2014
Lamp : [Ial : Peminjaman Laboratorium Kep. Dasar Lt 4 Bid. KMB Yfrt Kabag
(Jmum Fahtlras Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
di tempat
Assalamu'alaihtm Wn Wb Sehubungan dengan program keda Kementrian Kesehatan Sosiat, BEM PSIK mengadakan kegiaan "Pemerilcsaan Tulang' pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatarl yang insya Allah akan dilaksanakan pada: hari, tanggal : RabU 21 Mei 2014 waktu : 10.00- 16.00wIB tempat : Laboralorium Kep. Dasar Bid. KMB ,
maka kami selaku BEM PSIK memohon izin untuk menggunakan Laboratotrium Keperawatan Bidang KMB demi kelancaran acaratersebut
Demikian surat ini kami sarrpaikan Atas perhatian dan izin yang Bapak berikarU kami mengueapkan terima kasih" Walkhul *Amag eq illa Aqwamii th Ihari e q., Was s alamu' ala i kwn Wr. WB -
HORMAT KA]i{I Ketua Pelaksana
ffiw rffi tuff
U I
PANIT
N PELAKSA Mengetahui,
PJ Lab Bid. KMB
(
Yry 't
LAMPIRAN 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN “Hubungan Aktivitas Fisik Dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester VI dan Semester VIII PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
Saya adalah mahasiswi semester 8 (delapan) Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh Dengan Kejadian Osteopenia Pada Mahasiswi Semester VI dan Semester VIII PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas Anda. Informasi yang Anda berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lainnya. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat bebas, Anda dipersilahkan memilih untuk bersedia menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apa pun. Jika Anda bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan Anda menandatangani formulir persetujuan di bawah ini. Ciputat, Peneliti
(Gaby Nursila)
Peserta
(
)
2014
LANJUTAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Tahun Angkatan
:
NIM
:
Umur
:
No. HP
: Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang dilakukan
oleh: Nama
: Gaby Nursila
Program Studi
: Ilmu Keperawatan 2010, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NIM
: 1110104000010
Judul penelitian
: Hubungan Aktivitas Fisik dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Osteopenia Pada Semester 6 dan 8 PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saya akan memberikan jawaban sesuai dengan keyakinan saya untuk membantu penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela dan tanpa unsur paksaan dari siapapun.
Ciputat,.........................................
(...................................................................)
LAMPIRAN 3
Kuesioner Aktivitas Fisik Untuk mengisi kuesioner nomor 1 sampai dengan nomor 4 berilah lingkaran pada pilihan sesuai dengan jawaban anda. 1. Bagaimana aktivitas anda? (a) aktivitas ringan: berjalan di atas permukaan datar, dengan kecepatan 2.5- 3 m/jam, bekerja di garasi, keterampilan listrik, membersihkan rumah, aktivitas menulis, (b) aktivitas sedang: berjalan di atas permukaan datar dengan kecepatan 3.5- 4 m/jam, mencangkul, membawa beban, bersepeda, (c) aktivitas berat: berjalan menanjak dengan beban, mendaki gunung, bermain basket. 2. Apakah anda berolahraga? Jika tidak, tidak perlu menjawab pertanyaan nomor 3, 4, 16, 17, 18, dan nomor 19. (a) Ya (b) Tidak 3. Jika anda berolahraga: Olahraga pertama yang paling sering, termasuk olahraga apakah yang sering anda lakukan? (a) tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll (b) tingkat sedang: Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis (c) tingkat berat: Bertinju, bola basket, sepak bola, mendayung 4. Jika anda berolahraga: Olahraga kedua yang paling sering, termasuk olahraga apakah yang sering anda lakukan? (a) tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll (b) tingkat sedang: Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis (c) tingkat berat: Bertinju, bola basket, sepak bola, mendayung
Untuk mengisi kuesioner nomor 5 sampai dengan nomor 22 berilah tanda contreng (√) di kolom yang sesuai dengan jawaban anda. No Pertanyaan 5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Seberapa sering anda duduk di kampus? Seberapa sering anda berdiri di kampus? Seberapa sering anda berjalan di kampus? Selama di kampus seberapa sering anda mengangkat beban berat? Apakah anda sering merasa lelah secara fisik, setelah kuliah? Seberapa sering anda berkeringat di kampus? Selama waktu senggang apakah anda berolahraga? Seberapa sering anda menonton televisi, selama waktu senggang? Selama waktu senggang apakah anda berjalanjalan? Selama waktu senggang apakah anda bermain sepeda? Seberapa sering anda berkeringat
Tidak pernah
Jarang
Kadangkadang
Sering
Selalu
selama waktu senggang saat melakukan aktivitas? No Pertanyaan < 1 jam 16 Jika anda berolahraga:olahraga pertama yang paling sering. Berapa banyak anda berolahraga dalam seminggu? 17 Jika anda berolahraga:olahraga kedua yang paling sering. Berapa banyak anda berolahraga dalam seminggu?
No Pertanyaan < 1 bulan 18 Jika anda berolahraga:olahraga pertama yang paling sering. Berapa bulan anda berolahraga dalam setahun? 19
2-3 jam
1-3 bulan
3-4 jam
4-6 bulan
>4 jam
7-9 bulan
>9 bulan
30-45 menit
>45 menit
Jika anda berolahraga:olahraga kedua yang paling sering. Berapa bulan anda berolahraga dalam setahun?
No Pertanyaan 20
1-2 jam
Selama waktu senggang berapa menit anda
5 menit
5-15 menit 15-30 menit
berjalan, bersepeda perhari keadaan bekerja, sekolah, berbelanja?
No Pertanyaan
21
22
Bila dibandingkan dengan orang yang sebaya dengan anda, aktivitas anda tergolong? Bila dibandingkan orang yang sebaya dengan anda, aktivitas anda selama waktu senggang tergolong?
Lebih sangat berat
Lebih berat
Sama berat
Lebih ringan
Lebih sangat ringan
LAMPIRAN 4 TABULASI DATA Subyek
Umur
Skor AF
AF
KT
KT1
IMT
IMT1
1
21
38.86
Tinggi
1.8
Normal
19.2
Normal
2
20
39.73
Tinggi
3.6
Normal
21.6
Normal
3
20
35.86
Normal
3.9
Normal
24.4
Normal
4
20
43.11
Tinggi
0.0
Normal
19.2
Normal
5
21
36.00
Normal
0.2
Normal
24.2
Normal
6
21
25.00
Rendah
-1.8
Osteopenia
19.6
Normal
7
20
34.86
Normal
0.9
Normal
19.7
Normal
8
20
34.86
Normal
0.3
Normal
17.4
Kurus
9
20
32.00
Normal
0.2
Normal
22.7
Normal
10
20
44.86
Tinggi
1.7
Normal
19.4
Normal
11
22
28.11
Rendah
-1.1
Osteopenia
19.3
Normal
12
21
29.00
Normal
-1.7
Osteopenia
24.1
Normal
13
20
26.00
Rendah
-0.9
Normal
17.1
Kurus
14
20
37.61
Normal
-0.9
Normal
18.8
Normal
15
20
30.00
Normal
-0.9
Normal
19.5
Normal
16
22
42.86
Tinggi
1.5
Normal
26.5
Gemuk
17
21
29.00
Normal
0.5
Normal
21.0
Normal
18
21
30.00
Normal
1.0
Normal
19.4
Normal
19
20
28.48
Rendah
-1.1
Osteopenia
21.3
Normal
20
21
28.00
Rendah
3.8
Normal
17.2
Kurus
21
20
38.60
Tinggi
1.4
Normal
21.9
Normal
22
21
32.00
Normal
0.3
Normal
18.9
Normal
23
20
38.86
Tinggi
-0.5
Normal
22.8
Normal
24
20
37.73
Normal
1.9
Normal
34.8
Gemuk
25
20
35.60
Normal
0.0
Normal
18.3
Kurus
26
21
28.00
Rendah
-1.2
Osteopenia
20.9
Normal
27
21
29.00
Normal
-0.8
Normal
22.1
Normal
28
20
23.00
Rendah
3.0
Normal
28.1
Gemuk
29
21
31.00
Normal
0.8
Normal
20.7
Normal
30
22
42.86
Tinggi
1.1
Normal
19.6
Normal
31
21
26.00
Rendah
0.7
Normal
26.0
Gemuk
32
20
19.00
Rendah
-0.6
Normal
21.1
Normal
33
20
40.86
Tinggi
-0.1
Normal
27.7
Gemuk
34
21
31.48
Normal
2.0
Normal
21.0
Normal
35
21
42.36
Tinggi
-0.1
Normal
20.8
Normal
36
20
28.00
Rendah
0.0
Normal
22.2
Normal
37
21
39.23
Tinggi
0.7
Normal
20.1
Normal
38
20
36.86
Normal
2.4
Normal
20.8
Normal
Subyek 39
Umur 22
Skor AF 38.23
AF Tinggi
KT 2.4
KT1 Normal
IMT 18.4
IMT1 Kurus
40
20
35.86
Normal
-1.6
Osteopenia
17.3
Kurus
41
21
33.00
Normal
1.8
Normal
22.7
Normal
42
21
31.00
Normal
0.2
Normal
16.5
Kurus
43
22
30.00
Normal
-0.9
Normal
23.7
Normal
44
22
35.00
Normal
1.5
Normal
24.8
Normal
45
22
33.00
Normal
-2.2
Osteopenia
24.8
Normal
46
21
32.10
Normal
-2.1
Osteopenia
18.2
Kurus
47
22
35.73
Normal
0.4
Normal
18.9
Normal
48
22
30.00
Normal
-1.5
Osteopenia
18.8
Normal
49
21
28.00
Rendah
1.7
Normal
22.3
Normal
50
22
38.61
Tinggi
0.8
Normal
33.0
Gemuk
51
21
28.00
Rendah
-2.0
Osteopenia
18.5
Normal
52
22
28.00
Rendah
-1.3
Osteopenia
20.9
Normal
53
22
41.00
Tinggi
1.4
Normal
24.9
Normal
54
22
27.00
Rendah
2.0
Normal
23.2
Normal
55
21
32.60
Normal
0.0
Normal
21.0
Normal
56
21
29.00
Normal
-1.2
Osteopenia
20.5
Normal
57
21
26.00
Rendah
2.0
Normal
20.6
Normal
58
21
30.60
Normal
0.6
Normal
17.8
Kurus
59
22
29.00
Normal
0.6
Normal
20.1
Normal
60
22
37.60
Normal
-1.7
Osteopenia
26.1
Gemuk
61
20
33.86
Normal
-1.5
Osteopenia
22.7
Normal
62
21
24.00
Rendah
-1.2
Osteopenia
16.8
Kurus
63
21
28.00
Rendah
-2.5
Osteopenia
22.4
Normal
64
22
42.86
Tinggi
-0.7
Normal
21.6
Normal
65
21
31.00
Normal
2.6
Normal
26.5
Gemuk
66
21
34.86
Normal
-0.8
Normal
19.2
Normal
67
22
29.00
Normal
-1.1
Osteopenia
17.8
Kurus
68
22
40.86
Tinggi
0.6
Normal
19.0
Normal
LAMPIRAN 5 HASIL UJI VALIDITAS
Correlations P5 P5
Pearson Correlation
P6 1
Sig. (2-tailed) N P6
Pearson Correlation
.071
Sig. (2-tailed)
.591
N P7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
P8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
P9
P14
.034
.192
.102
60
60
60
60
60
.050
.161
.120
.039
.233
.588
.986
.362
60
60
60
60
60
60
60
60
-.136 -.078 -.030 -.132 -.181 -.045
.003
.301
.556
.818
.313
.167
.733
.703
.219
.362
.766
.073
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**
1 -.086
.051
.150
.116 -.146
.002
.016
.066
.019
.059
.325
.270
.003
.512
.697
.252
.377
.266
.987
.901
.616
.886
.655
.011
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.166 -.177
.060 -.154 -.056
.023
.213
.018
.245
.035
.205
.177
.651
.241
.670
.862
.102
.891
.060
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
.041 -.104
.023 -.042
.103
.228
.139
.007
.755
.430
.860
.749
.434
.080
.288
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
-.063
.161
.119 .348
**
.127
.063
.037
.631
.220
.366
.006
.332
.633
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
1
.146 -.026
.037
60
60
-.145 .379
60
-.049 -.136 -.086 .711
.301
.512
60
60
60
1 .273
60 *
*
60
Pearson Correlation
.005 -.030
.150
.166 .342
Sig. (2-tailed)
.970
.818
.252
.205
.007
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.743
.558
60
N
.213
.970
**
Total
.171
.056
1 .379
P22 *
.711
60
Sig. (2-tailed)
P21
.270
60
Pearson Correlation
P15
.591
.035
N
P14
.043 .275
.697
Sig. (2-tailed)
P13
.005 -.077 -.071 -.002 -.120
.556
Pearson Correlation
P12
.248
.056
Pearson Correlation
P11
.071 -.145 -.049
Sig. (2-tailed)
N
P13
P10
.051 .273
Sig. (2-tailed)
P12
P9
.248 -.078
N P11
P8
Pearson Correlation
N P10
60
P7
-.077 -.132
1 .342
60 **
**
1 .270
.116 -.177
.041 .270
.558
.313
.377
.177
.755
.037
60
60
60
60
60
60
-.071 -.181 -.146
*
.425
**
.022
.266
.845
.781
.001
60
60
60
60
60
60
60
60
.060 -.104 -.063
.092
1
.219
.018 -.267
-.071 -.094
.146
.093
.894
.040
.588
.476
.266
60
60
60
60
60
60
*
.017
.078
.101
.266
.651
.430
.631
.483
60
60
60
60
60
60
60
.002 -.154
.023
.161 .348
60 .219
1 .262
.043
.897
.554
.440
.001
60
60
60
60
60
60
*
1
.135 -.110
.026
.324
.733
.987
.241
.860
.220
.006
.093
60
60
60
60
60
60
60
60
.016 -.056 -.042
*
**
.986
.050
.294
**
.006
.167
-.120
**
.579
**
.483
.588
-.002 -.045
.092 .348
.440
*
.119 .294
*
.018 .262
.401
**
*
Sig. (2-tailed) N P15
.901
.670
.749
.366
.022
.894
.043
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
.146 -.267
.302
.404
.843
.011
60
60
60
60
60
.017
.135
1
.168
.033
.199
.801
.001
60
60
60
.043
.161
.066
.023
.103 .348
Sig. (2-tailed)
.743
.219
.616
.862
.434
.006
.266
.040
.897
.302
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
Pearson Correlation
.275
*
.120
.019
.213
.228
.127 -.026 -.071
.078 -.110
.168
Sig. (2-tailed)
.034
.362
.886
.102
.080
.332
.845
.588
.554
.404
.199
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
N P22
.703
Pearson Correlation
N P21
.362
1 .724
60
60
60
**
1
.039
.059
.018
.139
.063
.037 -.094
.101
.026
.033 .724
Sig. (2-tailed)
.192
.766
.655
.891
.288
.633
.781
.476
.440
.843
.801
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
*
**
**
**
**
.146 .401
**
.324 .420
.552
**
60
**
1
.233 .325
Sig. (2-tailed)
.102
.073
.011
.060
.000
.000
.001
.266
.001
.011
.001
.000
.000
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.425
**
60
.213
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.579
.464
.000
Total Pearson Correlation
N
.245 .440
**
.000
.171
*
.552
**
.000
Pearson Correlation
N
**
.420
.464
60
LAMPIRAN 6 UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 60
100.0
0
.0
60
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .657
9
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P7
3.47
.853
60
P9
3.43
.722
60
P10
2.65
.899
60
P11
2.25
.856
60
P13
2.78
.640
60
P14
1.55
.723
60
P15
2.97
.882
60
P21
2.87
.769
60
P22
2.70
.809
60
LAMPIRAN 7 HASIL OLAHAN SPSS UNIVARIAT
Umur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
20
23
33.8
33.8
33.8
21
28
41.2
41.2
75.0
22
17
25.0
25.0
100.0
Total
68
100.0
100.0
KT1 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Normal
51
75.0
75.0
75.0
osteopenia
17
25.0
25.0
100.0
Total
68
100.0
100.0
AF Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rendah
17
25.0
25.0
25.0
Normal
35
51.5
51.5
76.5
Tinggi
16
23.5
23.5
100.0
Total
68
100.0
100.0
IMT1 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Kurus
11
16.2
16.2
16.2
Sedang
49
72.1
72.1
88.2
gemuk
8
11.8
11.8
100.0
68
100.0
100.0
Total
LAMPIRAN 8 HASIL OLAHAN SPSS BIVARIAT
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
KatAF * KT1
68
100.0%
0
.0%
68
100.0%
IMT 1* KT1
68
100.0%
0
.0%
68
100.0%
AF * KT1 Crosstabulation KT1 normal AF
rendah
Count % of Total
normal
tinggi
8
17
13.2%
11.8%
25.0%
26
9
35
38.2%
13.2%
51.5%
16
0
16
23.5%
.0%
23.5%
51
17
68
75.0%
25.0%
100.0%
Count % of Total
Total
Count % of Total
Total
9
Count % of Total
osteopenia
Correlations KT1 Spearman's rho
KT1
Correlation Coefficient
AF
1.000
Sig. (2-tailed) N AF
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
-.378
**
.
.001
68
68
**
1.000
.001
.
68
68
-.378
IMT1 * KT1 Crosstabulation KT1 normal IMT1
kurus
Count % of Total
normal
gemuk
Total
4
11
10.3%
5.9%
16.2%
37
12
49
54.4%
17.6%
72.1%
7
1
8
10.3%
1.5%
11.8%
51
17
68
75.0%
25.0%
100.0%
Count % of Total Count % of Total
Total
7
Count % of Total
osteopenia
Correlations KT1 Spearman's rho
KT1
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
IMT1
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
IMT1
1.000
-.145
.
.238
68
68
-.145
1.000
.238
.
68
68