Jakarta, 16 Juni 2014 Yang kami hormati, Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Bapak Dr. Muliaman D. Hadad; Ketua STIE Indonesia Banking School (IBS), Bapak Dr. Subarjo Joyosumarto; Koordinator Kopertis Wilayah III, yang dalam hal ini diwakili oleh Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah III Bapak Putut Pujo Giri, SH; Anggota Dewan Kurator STIE IBS; Honorable faculty dan Badan Pelaksana Harian STIE IBS; o Bapak Drs. Rachmat Saleh o Bapak Prof. Adrianus Mooy o Bapak Dr. Darmin Nasution o Bapak Dr. KH. (HC) Ma’ruf Amin o Bapak Drs. Binhadi o Bapak Dr. J.P. Soebandono dan Bapak Bambang Sarengat; Senat Akademik STIE IBS, Para Pendiri STIE IBS : o Bapak Burhanuddin Abdullah o Bapak Dr. Maman Soemantri o Bapak Dr. Siswanto o Bapak Dr. Muchlis
Direktur Utama LPPI dan Jajaran Direksi LPPI, Bapak Hartadi A. Sarwono; Ketua YPPI Bapak Abdul Aziz dan Jajaran Pengurus YPPI; Direktur Utama PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk, Bapak Budi Gunadi Sadikin; Ketua Umum ASBISINDO, Bapak Yuslam Fauzi,; Bapak dan Ibu Direktur Utama, Direksi dan Pimpinan Bank-bank dan Lembaga Keuangan; Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia; Direktur Eksekutif LSPP; Ketua Umum BARa; Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Madrasah Aliyah Negeri dan SMA AlIzhar; Civitas Akademika STIE IBS, para Dosen, dan para mahasiswa; Para Hadirin dan Undangan yang berbahagia,
1
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua. Mengawali pertemuan pagi ini, perkenankan saya ingin mengajak Bapak/Ibu sekalian untuk bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas perkenan-Nya kita dapat bertemu dalam suasana yang baik untuk bersilaturahmi dan bersama-sama menghadiri Dies Natalis STIE Indonesia Banking School (IBS) ke X. Kami menyambut baik berbagai kerjasama yang terangkai pada acara ini, sebagai upaya kolaborasi yang baik antara industri perbankan, institusi pendidikan, lembaga pengembangan perbankan, dan lembaga terkait lainnya dalam meningkatkan kompetensi manajerial dan leadership SDM perbankan. Kami meyakini bahwa kerjasama ini akan menghasilkan kualitas individu yang professional dan dan mampu membawa kinerja industri perbankan menjadi lebih baik.
Bapak/Ibu dan para hadirin yang berbahagia, Sebagai sebuah komponen dalam sistem perekonomian, dinamika dan kinerja industri perbankan tentu tidak lepas dari dinamika perekonomian global maupun domestik. Bahkan, kondisi ekonomi ini yang pada akhirnya akan menempa para pimpinan perbankan dalam merumuskan strategi terbaik, untuk menjaga kelangsungan usaha dan profitabilitas bank. Kita
menyaksikan
bersama-sama
bagaimana
gejolak
ketidakpastian
ekonomi global pada setengah dasawarsa terakhir terus menciptakan bandul ketidakpastian baru. Ditengah belum kuatnya struktur ekonomi domestik, perubahan drastis struktur ekonomi dunia tersebut memberikan tambahan tekanan yang cukup signifikan pada perekonomian domestik. 2013 bukanlah tahun yang mudah buat kita semua. Aktivitas ekonomi nasional menunjukkan perlambatan dengan pertumbuhan yang lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Namun demikian, ditengah turbulensi ekonomi dunia, kita patut bersyukur bahwa pada tahun 2013 ekonomi kita mampu bertahan pada level yang cukup tinggi dengan pertumbuhan 5,78%, jauh diatas rata-rata pertumbuhan peer countries 3,6%. 2
Bapak/Ibu dan para hadirin yang berbahagia, Jika pada 2013 kebijakan makroekonomi diarahkan pada upaya stabilisasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dan seimbang, maka pada 2014 ini kita memasuki nuansa kebijakan yang berbeda, yaitu kebijakan dan reformasi struktural untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini dilandasi situasi perekonomian global yang masih dilingkupi ketidakpastian dan masih melambatnya perekonomian domestik. Berbeda dengan prediksi semula, tren pemulihan dan laju pertumbuhan ekonomi antar kawasan dan negara bergerak dengan percepatan yang beragam. Ekonomi negara-negara di kawasan Eropa akhirnya dapat lepas dari
jeratan
resesi,
sedangkan
ekonomi
Amerika
Serikat
terus
menunjukkan penguatan momentum pemulihan. Di sisi lain, ekonomi emerging markets terutama Tiongkok, memasuki fase perlambatan sebagai dampak dari “rebalancing” kebijakan makroekonomi. IMF telah memperkirakan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan kembali berlanjut yaitu turun menjadi 7,5%, dari sebelumnya sebesar 7,7%. Bahkan, beberapa negara emerging market mengalami peningkatan tekanan indikasi meningkatnya kerentanan, termasuk risiko neraca transaksi berjalan yang unsustainable dan akumulasi utang luar negeri swasta yang terus meningkat. Berbagai perkembangan tersebut tentunya sangat mempengaruhi kondisi pasar keuangan di kawasan. Tekanan di pasar keuangan beberapa negara ASEAN terus meningkat. Sejalan dengan ini, tekanan depresiasi Rupiah yang sempat mereda pada Q1-2014 kembali mengalami peningkatan, terutama dipengaruhi oleh reposisi aset keuangan dari emerging market terkait kemungkinan penyesuaian stimulus moneter oleh the Fed serta sentimen terhadap defisit fiskal dan transaksi berjalan di dalam negeri.
Bapak/Ibu dan para hadirin yang berbahagia, Kita menyadari bahwa tantangan yang perlu dibenahi, lambat laun kian terasa. Dalam pandangan saya, pada titik inilah kapabilitas kita untuk 3
membaca dan mengantisipasi gerakan ekonomi ke depan makin teruji. Kecepatan dalam menjawab tantangan tersebut akan mempengaruhi kemampuan kita untuk dapat menjaga kesinambungan pertumbuhan. Kami menilai proses penyesuaian ekonomi masih berjalan dengan cukup baik, meskipun terdapat sejumlah risiko yang perlu mendapat perhatian dan diwaspadai. Oleh karena itu kebijakan antisipatif perlu difokuskan untuk memastikan sasaran inflasi dapat dicapai dan kinerja transaksi berjalan tetap terkendali. Dengan pertimbangan tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,5% dan 5,75%. Selanjutnya, untuk mendukung kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik serta pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi. Selain itu Bank Indonesia juga akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan.
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang berbahagia, Menghadapi
beratnya
tantangan
ke
depan
yang
akan
dihadapi
perekonomian Indonesia, kami memandang industri keuangan syariah yang sudah terbukti kebal terhadap krisis memiliki peluang untuk dapat berperan lebih besar dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya pada kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis prinsip syariah. Walaupun permasalahan perekonomian nasional juga membawa pengaruh pada industri perbankan syariah, kami melihat sampai saat ini kinerja perbankan syariah masih cukup baik. Layanan perbankan syariah terus berkembang membawa dampak positif pada peningkatan jumlah rekening dana di bank syariah dari 10 juta rekening tahun 2012 menjadi 12 juta rekening di tahun 2013. Sementara itu, rasio Financing to deposit (FDR) sudah berada pada level sekitar 100% dengan prioritas pembiayaan disalurkan kepada pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 4
Dari sisi industri keuangan syariah, tantangan yang saat ini mengemuka antara lain adalah keterbatasan sumber daya insani baik kualitas maupun kuantitas
untuk
mendukung
akselerasi
industri,
keterbatasan
pengembangan produk dan layanan lembaga keuangan syariah, dan optimalisasi perkembangan pasar keuangan syariah. Tantangan-tantangan tersebut memiliki dimensi waktu jangka panjang dan memerlukan konsistensi kebijakan dalam menghadapinya. Dengan beralihnya pengaturan dan pengawasan bank syariah ke OJK, bukan berarti Bank Indonesia tidak lagi berperan dalam pengembangan industri keuangan syariah. Bank Indonesia dengan pengaturan dan pengawasan makroprudensial akan melakukan pemantauan terhadap lembaga-lembaga maupun pasar keuangan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan, termasuk lembaga dan pasar keuangan yang berdasarkan
prinsip
syariah.
Selain
itu,
Bank
Indonesia
juga
berkepentingan untuk melaksanakan kebijakan moneter berbasis syariah dalam menjaga stabilitas perekonomian. Peran Bank Indonesia dalam pengembangan keuangan syariah akan ditempuh melalui pengaturan terhadap pasar uang dan berbagai instrumen
funding pengelolaan likuiditas lembaga keuangan, seperti transaksi repo antar bank berdasarkan prinsip syariah. Selain itu, Bank Indonesia akan melakukan harmonisasi dan koordinasi kebijakan antar otoritas yang lebih erat serta meningkatkan sosialisasi & edukasi kepada stakeholders yang lebih terintegrasi, antara lain melalui implementasi Gerakan Ekonomi Syariah.
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang berbahagia, Berbagai tantangan tersebut perlu kita cermati seiring makin dekatnya komitmen Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) di tahun 2015. Pada satu sisi komitmen KEA akan membuka peluang pasar dengan aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja dan modal yang lebih bebas. Namun di sisi lain, hal ini juga memberikan konsekuensi semakin tingginya persaingan di pasar domestik masing-masing negara. 5
Dengan potensi pasar yang massive, saya melihat substansi yang paling mendasar
dari
komitmen
AEC
tersebut
adalah
kemampuan
kita
menciptakan daya saing yang kompetitif. Mampukah kita memanfaatkan AEC sebagai pelaku utama dari rantai produksi global, atau kita hanya akan menjadi target pasar dan terpinggirkan? Dalam pandangan saya, pada titik inilah kapabilitas kita untuk membaca dan mengantisipasi gerakan ekonomi ke depan semakin teruji. Survivors aren't always the
strongest; they're the smartest. Dalam kondisi ini, para bankir patut membekali diri dengan sebaik-baiknya agar memiliki daya saing dan profesionalitas yang tinggi sehingga tidak menjadi bankir kelas dua. Kita harus dapat menunjukkan bahwa insaninsan perbankan Indonesia adalah yang terbaik di kawasan ASEAN dengan menjadi bankir yang profesional dan diperhitungkan kompetensi, keahlian, dan profesionalitasnya di negara-negara tetangga. Saat
ini,
skala
perekonomian
Indonesia
mendominasi
40%
dari
perekonomian negara-negara ASEAN, dengan jumlah penduduk sekitar 50% dari total penduduk ASEAN. Skala ekonomi dan jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan asset untuk bisa berkontribusi aktif pada perekonomian ASEAN. Namun tentu saja hal ini menuntut berbagai pembenahan yang harus dipenuhi, seperti adanya reformasi struktural. Kami mencatat setidaknya ada 3 (tiga) tantangan struktural yang perlu segera mendapat prioritas. Pertama, modal dasar pembangunan seperti infrastruktur konektivitas fisik dan digital, sumber daya manusia, dan kapasitas penyerapan teknologi, serta iklim usaha dan kelembagaan yang masih perlu terus diperkuat. Kedua, kondisi sektor riil yang masih memerlukan peningkatan daya saing dan kehandalan dari sisi produksi. Ketiga, pembiayaan pembangunan yang belum optimal sebagai dampak pasar keuangan domestik yang belum dalam. Untuk menjawab tantangan struktural tersebut diperlukan kebijakan reformasi struktural yang fokus pada tiga pilar utama, yaitu (i) kemandirian ekonomi domestik, (ii) daya saing sektor industri, dan (iii) sumber pembiayaan pembangunan yang berkesinambungan. 6
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang berbahagia, Sejalan dengan kebijakan reformasi struktural dan persiapan menghadapi terbentuknya
KEA
yang
semakin
dekat,
kami
mencermati
bahwa
konsolidasi berbagai institusi yang bergerak dibidang sektor keuangan dan industri pendidikan memiliki peranan penting untuk meningkatkan daya saing, terutama dari sisi kualitas sumber daya manusia perbankan. Berbagai institusi tersebut berkontribusi aktif dalam pengembangan pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), dan sikap (attitude) SDM perbankan dan jasa keuangan, dalam rangka mendukung terwujudnya industri perbankan yang berkualitas. Kerjasama antar lembaga baik di dalam maupun luar negeri yang memiliki reputasi baik adalah upaya integratif dan sinergis yang harus senantiasa dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pengembangan SDM. Namun demikian, kami meyakini bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan dengan penguasaan standar kompetensi dan keahlian secara professional tidak akan berarti tanpa integritas yang baik, karena bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan.
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang berbahagia, Akhir kata, kami mengucapkan selamat kepada STIE Indonesia Banking School atas Dies Natalis yang ke X. Semoga kolaborasi positif yang terangkai dalam perhelatan acara tahun ini dapat mendorong terciptanya sistem pengembangan SDM yang mumpuni dan memberikan bekal kompetensi manajerial dan leadership dalam rangka meningkatkan ketahanan dan daya saing industri perbankan nasional. Semoga niat baik kita untuk membangun bangsa dan negara melalui pengembangan insan perbankan yang berkualitas dan berintegritas senantiasa memperoleh ridho dari Allah SWT. Sekian dan terima kasih.
Sekian dan Terima Kasih Jakarta, Juni 2014 Ronald Waas 7