Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
RESISTENSI PERUBAHAN DISPOSISIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA OPERATOR SISTEM AKUNTANSI INSTANSI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL HENY TRIA WAHYUNING DIAH Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki sejauh mana resistensi perubahan operator Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang disebabkan oleh kecenderungan dari dalam diri individu untuk menolak adanya implementasi sistem akuntansi berbasis akrual, serta pengaruhnya terhadap kinerja. Berdasarkan konsep dari penelitian psikologi, peneliti mengembangkan model resistensi perubahan disposisional dan persepsi teknologi. Dengan merujuk pada teori UTAUT dan studi empiris yang melibatkan 102 pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, analisis data mengungkapkan adanya kecenderungan resistensi perubahan disposisional atas implementasi sistem akuntansi berbasis akrual. Empat dimensi resistensi perubahan disposisional, routine seeking, emotional reaction, short-term focus, dan cognitive rigidity, yang ada dalam diri pegawai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ternyata tidak mempengaruhi kinerja (performance expectancy). Beberapa implikasi untuk teori, praktek, dan penelitian masa depan dibahas untuk memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang dampak kepribadian pada penerimaan atau resistensi pengguna sistem akuntansi berbasis akrual dalam organisasi pemerintah. Kata kunci : Resistensi Pengguna, Resistensi Perubahan Disposisional, UTAUT, Routine Seeking, Emotional Reaction, Short-Term Focus, Cognitive Rigidity , Performance Expectancy ABSTRACT This study attempts to investigate the extent to which the resistance change operator Institution Accounting System (SAI), which is caused by the tendency of the individual to reject the implementation of accrual-based accounting system, and its influence on performance. Based on the concept of psychological study, the researchers developed a model of dispositional change resistance and perception of technology. Reference to UTAUT theory and empirical studies involving 102 employees of Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, data analysis revealed the presence of dispositional tendency to change resistance on the implementation of accrual based accounting system. Four dimensions of dispositional change resistance, seeking routine, emotional reaction, short-term focus, and cognitive rigidity, which is within the Agency employee of the National Population and Family Planning did not affect the performance. Some implications for theory, practice and future research are discussed to enable a better understanding of the impact of personality on the acceptance or resistance accrual-based accounting system users in government organizations. Keywords : User Resistance, Resistance dispositional changes, UTAUT, Seeking Routine, Emotional Reaction, Short-Term Focus, Cognitive Rigidity, Performance Expectancy
- 222 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin kompetitif di era globalisasi mengharuskan organisasi untuk terus melakukan perubahan dalam struktur, teknologi dan sumber daya manusia (SDM) di dalamnya (Greenberg & Baron, 1997). Perubahan disikapi pemerintah Indonesia dengan terus melakukan perbaikan dan peningkatan dalam transparansi dalam pengelolaan keuangan negara. Salah satunya yaitu melalui kebijakan akuntansi pemerintah berupa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang bertujuan untuk memberikan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penerapan SAP basis kas menuju akrual (cash toward accrual basis) berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 telah digantikan dengan penerbitan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual, mulai diterapkan secara resmi dan wajib digunakan dalam laporan keuangan pemerintah mulai tahun 2015. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual membawa perubahan besar dalam sistem pelaporan keuangan di Indonesia, yaitu perubahan dari basis kas menuju akrual menjadi basis akrual penuh dalam pengakuan transaksi keuangan pemerintah. Informasi yang disajikan dalam laporan akuntansi berbasis akrual bersifat komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya (Kementerian Keuangan, 2014). Penerapan basis akuntansi akrual memiliki banyak kelebihan diantaranya kemudahan dalam mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumber daya. Disamping hal positif tersebut, akuntansi berbasis akrual tentunya juga memiliki kelemahan salah satunya kompleksitas dibanding basis akuntansi kas maupun basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan SDM dengan kompetensi akuntansi (Presiden R.I., 2010a). Adanya perubahan atas basis akuntansi ini tentunya dapat menimbulkan berbagai sikap, reaksi, serta tingkat dukungan yang berbeda pada setiap pegawai dengan kondisi organisasi serta karakteristik yang berbeda pula pada setiap organisasi (Wilson, 1994; Wilson & Brekke, 1994). Reaksi atau sikap tersebut secara garis besar dapat dibedakan antara individu yang mendukung perubahan dan individu yang tidak
mendukung. Proses perubahan serta reaksinya perlu dipahami agar perubahan dapat sukses. Karena sikap dan reaksi manusia terhadap perubahan akan turut mempengaruhi efektivitas dari perubahan itu sendiri, baik bagi individu itu sendiri maupun bagi organisasi (Eales-White, 1994). Kondisi ini memunculkan tantangan–tantangan perubahan berupa kekecewaan yang bersumber pada manusia. Salah satu masalah yang timbul bersumber dari sumber daya manusia (dalam hal ini pegawai) adalah memiliki kecenderungan kebal pada perubahan (resistance to change). Oreg (2003) dalam penelitiannya menyatakan konsep resistensi sebagai karakteristik individu yang mencerminkan pendekatan umum (negatif) ke arah perubahan dan kecenderungan untuk menghindari atau melawannya. Lebih lanjut, Oreg (2003) menjelaskan bahwa sumber resistance berasal dari dalam diri individu yang meliputi keengganan untuk kehilangan kontrol, kekakuan kognitif, kurangnya ketahanan psikologis, intoleransi untuk periode penyesuaian terlibat dalam perubahan, preferensi untuk tingkat rendah stimulasi dan hal baru, dan keengganan untuk menyerah pada kebiasaan lama. Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemahaman resistensi pengguna dengan menganalisis dampak dari kencerungan alami individu yang melihat perubahan sebagai hal negatif. Dalam konteks penelitian ini, resistensi perubahan dibahas dari sudut pandang disposisional (Oreg, 2003). Pendekatan ini sejalan dengan penelitian sistem informasi dalam pemahaman kepribadian dan fenomena penelitian sistem informasi (Devaraj et al., 2008) serta integrasi resistensi pengguna dan penelitian kepribadian (Venkatesh, 2006). Didasari atas masalah yang terjadi pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat dan juga perwakilan di tiap propinsi, berdasarkan pengamatan penulis, bahwa pegawai BKKBN khususnya operator Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan laporan keuangan masih belum optimal. Terdapat competency gap (kesenjangan kompetensi) aparatur BKKBN yang disebabkan adanya kebijakan zero growth terhadap pengadaan perencana komponen baru selama kurang lebih 8 (delapan) tahun (19962004), dan juga latar belakang pendidikan beragam yang diindikasikan mampu menjadi kendala dalam penerimaan implementasi akuntansi basis akrual. Hal ini diperkuat dengan kompleksitas pelaporan
- 223 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
dalam akuntansi akrual tentunya dapat menimbulkan resistensi, khususnya bagi para pelaku akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan unsur laporan SAP basis akrual yang relatif lebih rumit dibanding basis akuntansi kas maupun basis kas menuju akrual (Kementerian Keuangan, 2014). Hal lain yang memotivasi peneliti adalah adanya perubahan akuntansi basis kas menuju akrual ke akuntansi basis akrual merupakan tahapan baru dalam perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di bidang pelaporan sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut, dikarenakan ketidakberhasilan usaha perubahan mayoritas gagal dalam tahap implementasi. Kegagalan ini sering terjadi karena mengecilkan arti dari tingkat kesulitan implementasi, resistensi perubahan di saat-saat terakhir, perubahan dalam kepemimpinan, ataupun tekanan agenda tidak jelas (Wibowo, 2012). Beberapa perubahan lingkungan akibat dampak perubahan juga dapat menimbulkan culture shock sehingga diperlukan adanya pelatihan untuk membiasakan para pemakai dengan lingkungan barunya. Ketidaksesuaian yang timbul ini, biasanya dibarengi dengan hambatan teknis pengoperasian, yang dapat membuat para pengguna menjadi tertekan, tidak puas, bahkan menurunkan kinerja pemakai. Berbeda dengan penelitian Oreg et al. (2008) yang melakukan penelitian pada mahasiswa dari 17 negara, objek dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil (PNS) pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, salah satu Lembaga non Kementerian Pemerintah. Penelitian ini mengukur faktor resistensi disposisional yang muncul pada proses implementasi SAP basis akrual. Disamping itu dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari relevansi dari resistensi perubahan tersebut terhadap harapan kinerja (performance expectancy), sehingga dalam penelitian ini ditambahkan variabel dependen yaitu kinerja operator SAI.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor kepribadian individu yang menjadi penyebab resistensi dalam implementasi perubahan sistem akuntansi basis akrual dan pengaruhnya terhadap kinerja operator SAI. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah: Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmu akuntansi sektor publik dalam menjelaskan keberhasilan perubahan organisasi dalam implementasi akuntansi berbasis akrual (accrual basis). 2. Manfaat praktis penelitian ini adalah: Penelitian yang akan dilakukan pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam proses implementasi basis akuntansi akrual serta membantu dalam meminimalisasi resistensi atau penolakan atas perubahan dalam implementasi akuntansi basis akrual (accrual basis), sehingga sistem baru yang diimplemantasikan dapat berjalan dengan maksimal. 3. Manfaat kebijakan atas penelitian ini adalah : Dengan hasil penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata sebagai dasar kebijakan dalam perencanaan, pengembangan, serta pelaporan keuangan yang lebih akuntabel.
Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat pengaruh Pencari rutinitas (routine seeking), reaksi emosional (emotional reaction), fokus jangka pendek (short-term focus), dan kekakuan kognitif (cognitive rigidity) terhadap kinerja (performance expectancy) operator Sistem Akuntansi Instansi pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional?
- 224 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
TINJAUAN PUSTAKA Theory of Reason Action (TRA) Theory of Reason Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1975. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen dan Fishbein (1975) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang tersebut. Lebih lanjut, Ajzen dan Fishbein (1975) mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan
yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) merupakan salah satu model terbaik untuk adopsi dan penggunaan teknologi informasi. Teori UTAUT disusun berdasarkan model-model penerimaan teknologi sebelumnya seperti Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), Task-Fit Technology, dan terutama adalah model Technology of Acceptance Model (TAM). UTAUT bertujuan menjelaskan minat seseorang untuk menggunakan suatu sistem informasi teknologi dan perilaku pengguna berikutnya (Venkatesh et al., 2003). Teori UTAUT bertujuan menjelaskan minat pengguna untuk menggunakan sistem informasi dan perilaku pengguna berikutnya (Vankatesh et al., 2003). Teori ini mengidentifikasi adanya 2 (dua) variabel penentu penggunaan teknologi (use behavior), yaitu niat untuk menggunakan sistem (behavioral intention) dan kondisi pendukung (facilitating condition). Venkatesh
et al. (2003) menyatakan bahwa niat untuk menggunakan (behavioral intention) merupakan indikator utama dari penggunaan sistem informasi (use behavior). Niat untuk menggunakan ditentukan oleh 3 (tiga) variabel independen utama, yaitu performance expectancy, effort expectancy, dan social influence (Venkatesh et.al., 2003). Kepribadian dan Resistensi Perubahan Disposisional Menurut kerangka kerja untuk mempelajari orang (McAdams, 1996, 2001), resistensi disposisional (Oreg, 2003) adalah sifat kepribadian individu yang mempengaruhi keprihatinan pribadi seseorang. Skala resistensi perubahan dirancang untuk mengukur resistensi perubahan dari kepribadian (Oreg, 2003). Asumsi dasarnya adalah bahwa individu yang menunjukkan karakter sifat resistensi yang paling kuat cenderung paling sedikit memulai perubahan untuk diri mereka sendiri serta akan mengembangkan sikap dan keyakinan yang lebih negatif terhadap perubahan yang mereka hadapi. Empat dimensi telah diidentifikasi mampu mencerminkan resistensi perubahan disposisional individu yaitu pencari rutinitas (routine seeking), reaksi emosional (emotional reaction), fokus jangka pendek (short-term focus), dan kekakuan kognitif (cognitive rigidity) (Oreg, 2003). Dimensi ini muncul dari analisis literatur tentang resistensi terhadap perubahan. Dalam proses ini, diidentifikasi sumber berbeda yang mendorong resistensi terhadap perubahan (Oreg, 2003). Yang pertama adalah keengganan untuk kehilangan kontrol, yang mencerminkan ketakutan individu kehilangan kontrol atas kehidupan sebagai konsekuensi perubahan. Berikutnya adalah dogmatism; kekakuan dan pikiran
tertutup bertanggung jawab atas sikap negatif individu (Fox, 1999; Rokeach, 1973). Kurangnya ketahanan psikologis juga dianggap sebagai resistensi perubahan, karena ketahanan psikologis mencerminkan kesediaan individu untuk menerima ide-ide inovatif (Judge et al., 1999). Selain itu, beberapa orang cenderung menghindari upaya jangka pendek seperti intoleransi individu untuk periode penyesuaian perubahan juga termasuk dalam dimensi resistensi. Aspek preferensi tingkat stimulasi rendah dan tujuan baru atas kebutuhan manusia yang berbeda membutuhkan rangsangan yang inovatif (Goldsmith, 1984a, b), dimana
- 225 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
keengganan untuk menyerah pada kebiasaan lama mencerminkan kemampuan untuk melepaskan diri dari cara lama.
ketidaknyamanan jangka pendek dibandingkan dengan potensi keuntungan jangka panjang perubahan dan dengan itu timbul intoleransi
Meskipun sifat-sifat ini terkait dengan bagaimana orang bereaksi terhadap perubahan, mereka belum dikonsep untuk menilai kecenderungan disposisional untuk menolak perubahan (Oreg, 2003). Oreg (2003) mengusulkan empat dimensi perlawanan. Pencari rutinitas (routine seeking) melibatkan sejauh mana individu menikmati dan berusaha keluar dari lingkungan yang stabil dan rutin, serta mencerminkan keengganan untuk menyerah kebiasaan lama individu dan preferensi tingkat stimulasi rendah atas hal baru. Keengganan kehilangan kontrol dan kurangnya ketahanan psikologis yang ditangkap dalam reaksi emosional (emotional reaction) mencerminkan sejauh mana individu merasa stres dan tidak nyaman dalam menanggapi perubahan yang dipaksakan.
individu terlibat dalam periode penyesuaian serta keengganan kehilangan kendali. Dan terakhir adalah dimensi kekakuan kognitif (cognitive rigidity). Sesuai dengan namanya, kekakuan kognitif (cognitive rigidity), diidentifikasi sebagai sumber perlawanan dan merupakan bentuk keras kepala dan keengganan untuk mempertimbangkan ide-ide dan perspektif alternatif (Oreg, 2003). Keempat dimensi telah terbukti untuk memprediksi perilaku perubahan secara spesifik dibandingkan karakteristik lain yang terkait kepribadian (Oreg, 2003), seperti Five-Factor Model (McCrae & Costa, 1987), toleransi untuk ambiguitas (Budner, 1962), risk aversion ( Slovic, 1972), atau pencari sensasi (Zuckerman dan Link, 1968). Tabel 1 menggambarkan hubungan antara empat dimensi dan sifat-sifat individu lainnya.
Fokus jangka pendek (short-term focus) melibatkan sejauh mana individu disibukkan dengan KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka Konseptual Berdasarkan telaah teoritis yang dilakukan dibagian awal, selanjutnya dibentuk sebuah model penelitian yang diharapkan nantinya akan menjadi guideline bagi pemecahan masalah yang diajukan pada tulisan ini. Penelitian ini didorong oleh adanya kebutuhan untuk berubah bagi setiap organisasi agar mampu bersaing untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas keluaran yaitu produk maupun jasa (Burke, 2008; Robbins, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemahaman resistensi pengguna dengan menganalisis dampak dari kecenderungan alami individu yang melihat perubahan sebagai hal negatif. Dalam konteks penelitian ini, resistensi perubahan dibahas dari sudut pandang disposisional (Oreg, 2003). Pendekatan ini sejalan dengan penelitian sistem informasi dalam pemahaman kepribadian dan fenomena penelitian sistem informasi (Devaraj et al., 2008) serta integrasi resistensi pengguna dan penelitian kepribadian (Venkatesh, 2006). Hipotesis sentral dari model yang diusulkan adalah bahwa orang dengan resistensi disposisional tinggi
terhadap perubahan lebih mungkin untuk memiliki reaksi emosional dan kognitif negatif (Oreg, 2006). Oleh karena itu, karyawan dengan resistensi perubahan disposisional yang tinggi akan merespon penerapan sistem akuntansi basis akrual lebih negatif. Resistensi perubahan disposisional dapat menjelaskan reaksi pengguna yang ditemukan di berbagai proyek implementasi sistem informasi lebih baik dari variabel kepribadian umum lainnya, yang juga digunakan dalam penelitian serupa (Zmud, 1979, Agarwal dan Prasad, 1999) dikarenakan resistensi perubahan disposisional secara eksplisit terkait dengan reaksi individu untuk mengubah situasi (Oreg 2003). Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa keempat dimensi berdampak pada bagaimana individu memandang pengenalan sistem akuntansi yang baru. Kedua, peneliti membahas dari sudut pandang teoritis bahwa jika salah satu dari empat dimensi berkorelasi dengan ciri-ciri kepribadian lainnya, dan ciri-ciri kepribadian ini berkorelasi baik dengan usaha atau harapan kinerja. Beberapa hal
- 226 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
inilah yang mendasari peneliti dalam menyusun kerangka konseptual (gambar 3.1) yang diajukan dalam penelitian ini. Routine Seeking (X1) Emotional Reaction (X2) Short-term Focus (X3)
Performance expectancy (Y)
Cognitive Rigidity (X4) Dimensi Resistensi Perubahan disposisional (Oreg, 2003)
Persepsi keyakinan teknologi dari UTAUT (Venkatesh et al, 2003)
Kerangka Konseptual
Hipotesis Terdapat pengaruh antara Pencari rutinitas (Routine seeking) dengan harapan kinerja (performance expectancy) Routine seeking melibatkan sejauh mana individu menikmati dan berusaha mencari lingkungan yang rutin dan stabil, serta mencerminkan keengganan untuk menyerah pada kebiasaan lama dan kecenderungan stimulasi tingkat rendah dalam sebuah perubahan (Oreg, 2003; Oreg et al., 2008). Dari sudut pandang teoritis dan berdasarkan penelitian empiris sebelumnya, routine seeking berkorelasi negatif dengan keterbukaan untuk pengalaman, harga diri, mencari sensasi, toleransi untuk ambiguitas, dan umum self-efficacy, dan berkorelasi positif dengan dogmatisme, neurotisisme, dan penghindaran risiko (Oreg, 2003). Akibatnya, jika seseorang mencari rutinitas, inovasi maupun perubahan sistem baru yang mengubah rutinitas dianggap sebagai suatu hal negatif. Oleh karena itu, hipotesis pertama yang diajukan mengenai resistensi perubahan disposisional dan harapan kinerja adalah: H1 : Pencari rutinitas (routine seeking) berpengaruh negatif pada harapan kinerja (performance expectancy)
Terdapat pengaruh antara Reaksi emosional (emotional reaction) dengan harapan kinerja (performance expectancy) Reaksi emosional merupakan suatu sikap keengganan kehilangan kontrol dan kurangnya ketahanan psikologis dalam merespon sebuah perubahan yang dipaksakan. Reaksi emosional mencerminkan sejauh mana individu merasa stres dan tidak nyaman dalam sebuah periode transisi. Reaksi emosional memiliki korelasi negatif dengan sensasi mencari dan toleransi untuk ambiguitas, dan sebaliknya berkorelasi positif dengan risk aversion atau keengganan dalam menggambil resiko yang ada karena ketidakpastian akan sesuatu hal, dogmatism atau keyakinan teguh, dan neurotisisme yaitu gambaran seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman (Oreg, 2003). Dalam reaksi emosional, individu melihat sebuah perubahan sebagai hal yang negatif. Dalam konteks penelitian ini, inovasi dalam sistem akuntansi berbasis akrual dianggap sebagai sebuah hambatan yang mampu meningkatkan stress serta menambah beban kerja. Atas dasar tersebut hipotesis kedua yang diusulkan adalah bahwa: H2 : Reaksi emosional (emotional reaction) berpengaruh negatif terhadap harapan kinerja (performance expectancy) Terdapat pengaruh antara Fokus Jangka Pendek (short-term focus) dengan harapan kinerja (performance expectancy) Ketika seorang individu cenderung untuk merasakan ketidaknyamanan jangka pendek daripada manfaat jangka panjang, ia juga mengevaluasi sebuah inovasi sistem sebagai hal yang lebih negatif yang mampu mengancam kinerjanya. Fokus jangka pendek memiliki korelasi positif dengan sensasi mencari, self efficacy, risk aversion, dogmatisme, harga diri, toleransi untuk ambiguitas, dan neurotisisme (Oreg, 2003). Sedangkan pada penelitian sistem informasi lain, diungkapkan bahwa terdapat korelasi negatif antara neurotisisme dengan harapan kinerja (performance expectancy) (Devaraj et al., 2008, Moon et al., 2010), dan antara selfefficacy dan usaha dan harapan kinerja (performance expectancy) (Agarwal dan Karahanna, 2000 McElroy et al. 2007, Vijayasarathy, 2004). Dari uraian tersebut
- 227 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
hipotesa ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Fokus Jangka Pendek (short-term focus) berpengaruh negatif terhadap harapan kinerja (performance expectancy) Terdapat pengaruh antara kekakuan kognitif (cognitive rigidity) dengan harapan kinerja (performance expectancy) Untuk dimensi terakhir, kekakuan kognitif, dijelaskan bahwa individu yang enggan untuk mempertimbangkan ide-ide alternatif dan
perspektif secara umum juga merasakan sebuah inovasi ataupun perubahan sistem sebagai hal yang negatif. Kekakuan kognitif (cognitive rigidity) merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana individu memandang teknologi. . Dari uraian tersebut maka hipotesis selanjutnya yang diajukan adalah: H4 : Kognitif kekakuan (Cognitive rigidity) berpengaruh negatif terhadap harapan kinerja (performance expectancy)
METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring). Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini dipergunakan pengambilan sampel dengan teknik sampling jenuh yaitu menggunakan semua populasi sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah operator Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dari tiap Kantor Perwakilan BKKBN seluruh provinsi di Indonesia Operator SAI yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah operator secara de-facto yaitu pegawai BKKBN yang menjadi operator SAI pada praktiknya. Anggota populasi yang diteliti adalah sejumlah 102 orang dengan proporsi sebanyak 32 orang Kasubag Keuangan dan Barang Milik Negara, 5 orang koordinator Sistem Akuntansi Instansi, 26 orang operator Sistem Akntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA), 23 orang operator Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) dan 16 orang Bendahara Materiil. Kriteria atas sampel yang sedang diteliti ditentukan berdasarkan rumus Yamane (Ferdinand, 2006) yaitu: n= N 1 +Nd Keterangan : n : Jumlah Sampel N : Populasi d : Margin of Error Maximum, yaitu tingkat kesalahan maksimum yang masih bisa ditolerir (ditentukan 10 %)
Jumlah seluruh populasi sebanyak 102 orang, sehingga dari jumlah tersebut diketahui bahwa jumlah minimal sampel untuk penelitian ini adalah n=
102 = 50,49 = 51 1+102 (0,10)2
Dari rumus dan perhitungan dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang mampu merepresentasikan atas populasi secara keseluruhan adalah minimal 51 responden.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Deskripsi Subjek Penelitian Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah organisasi resmi pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi penyelenggaraan bidang keluarga berencana, mencakup bidang penyerasian kebijakan kependudukan dan peningkatan penyediaan data informasi kependudukan yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009.
Pegawai BKKBN yang merupakan objek penelitian adalah Aparatur Sipil Negara yang digaji dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), memiliki SKP yaitu Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam salah satu unsur di dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 dan juga mendapatkan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yaitu penilaian yang
- 228 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
diberikan atasan bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan PNS, dan dilaksanakan dalam kurun waktu sekali setahun oleh pejabat penilai yang bertitik pada perilaku kerja PNS yang bersangkutan. Sebagai salah satu instansi pemerintah yang didanai APBN, BKKBN wajib menyusun Laporan Keuangan semesteran dan juga tahunan. Dalam menyusun laporan keuangan, Instansi BKKBN menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yang berada di tingkat pengguna anggaran atau BKKBN Pusat, dimana proses penyusunan laporan keuangannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat propinsi sampai pusat dengan prinsip penggabungan data dari setiap satuan kerja dengan menggunakan aplikasi tersebut. Deskripsi Hasil Analisis Uji Hipotesis Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel Routine seeking (X1), Emotional reaction (X2), Short-term focus (X3), dan Cognitive rigidity (X4) menghasilkan nilai t hitung dengan tingkat signifikan diatas 10% (sig > 10 %) maka H1 tidak diterima, yang artinya tidak terdapat pengaruh variabel Routine seeking (X1) terhadap Performance expectancy (Y); H2 tidak diterima, yang artinya tidak terdapat pengaruh variabel Emotional reaction (X2) terhadap Performance expectancy (Y); H3 tidak diterima, yang artinya tidak terdapat pengaruh variabel Short-term focus (X3) terhadap Performance expectancy (Y); dan H4 tidak diterima, yang artinya tidak terdapat pengaruh variabel Cognitive rigidity (X4) terhadap Performance expectancy (Y). Uraian tersebut menyimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini tidak teruji kebenarannya. Pembahasan Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel Routine seeking (X1), Emotional reaction (X2), Short-term focus (X3), dan Cognitive rigidity (X4) tidak berpengaruh terhadap Performance expectancy (Y). Dari distribusi jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar operator SAI pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional adalah pribadi yang memiliki kecenderungan pencari rutinitas (Routine seeking) yang lebih menyukai suatu pekerjaan tetap atau rutin dan sama setiap harinya, selain itu operator SAI Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
baik di Pusat maupun di Propinsi kurang memiliki ketahanan secara psikologis, serta mampu dalam menghindari stress dan ketidaknyamanan dalam menghadapi perubahan yang dipaksakan. Hal ini menunjukkan bahwa operator SAI Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional baik di Pusat maupun di Propinsi secara garis besar adalah pribadi memiliki tingkat reaksi emosional (emotional reaction) yang cukup tinggi dalam menanggapi adanya sebuah perubahan dalam hal ini adalah perubahan sistem akuntansi berbasis akrual. Dari kuesioner yang disebarkan juga diketahui bahwa terdapat variabel pembentuk kekakuan kognitif (Cognitive rigidity). Hal ini berarti bahwa operator SAI pada kantor BKKBN Pusat serta operator SAI pada Kantor Perwakilan BKKBN secara pribadi mempertimbangkan ide-ide dan perspektif alternatif yang artinya terdapat kekakuan kognitif (Cognitive rigidity) yaitu keengganan untuk mempertimbangkan sebuah perubahan. Meskipun secara distribusi jawaban terbukti bahwa terdapat penolakan secara pribadi terhadap adanya perubahan (resistensi disposisional) namun posisi operator Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional tetap memiliki performance expectancy yang tinggi dalam bekerja. Hal ini dikarenakan dalam bekerja, operator SAI sebagai seorang pegawai pemerintah terikat dengan SKP yaitu Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam salah satu unsur di dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011. Capaian atas sasaran kerja pegawai ini nantinya dijadikan dasar dalam penilaian prestasi dan juga pemberian tunjangan kinerja. Selain SKP ada pula DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yaitu penilaian yang diberikan atasan bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan PNS, dan dilaksanakan dalam kurun waktu sekali setahun oleh pejabat penilai. Penilaian DP3 bertitik pada perilaku kerja PNS yang bersangkutan, sehingga sebagai seorang PNS yang baik output kerja maupun perilakunya dinilai, maka PNS selalu berupaya menyelesaikan pekerjaannya dan mengesampingkan penolakan yang ada dalam dirinya. Pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, penilaian prestasi serta pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai diatur dalam peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 229/PER/B2/2014. Tidak tercapainya SKP dapat berdampak dengan
- 229 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
dikenakannya sanksi atau sebuah punishment berupa pemotongan tunjangan kinerja. Adanya tekanan dari institusi (institusional pressures) ini yang diasumsikan peneliti menjadi sebuah alas an atas dibantahnya teori keberterimaan teknologi atau Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) yang merupakan salah satu model terbaik untuk menjelaskan minat pengguna untuk menggunakan sistem informasi dan perilaku pengguna berikutnya (Vankatesh et al., 2003).
SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN DAN IMPLIKASI Simpulan Penelitian yang berjudul “Resistensi Perubahan Disposisional Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Operator Sistem Akuntansi Instansi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional” memberikan kesimpulan bahwa terdapat resistensi disposisional yang terbentuk dari variabel Routine seeking (X1), Emotional reaction (X2), Short-term focus (X3), dan Cognitive rigidity (X4) namun tidak berpengaruh terhadap Performance expectancy (Y). Meskipun secara distribusi jawaban terbukti bahwa terdapat penolakan secara pribadi terhadap adanya perubahan (resistensi disposisional) namun posisi operator Sistem Akuntansi Instansi (SAI) di Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional tetap memiliki performance expectancy yang tinggi dalam bekerja. Hal ini dikarenakan dalam bekerja, operator SAI sebagai seorang pegawai pemerintah terikat dengan SKP yaitu Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam salah satu unsur di dalam Penilaian Prestasi Kerja PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011. Capaian atas sasaran kerja pegawai ini nantinya dijadikan dasar dalam penilaian prestasi dan juga pemberian tunjangan kinerja. Selain SKP ada pula DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) yaitu penilaian yang diberikan atasan bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan PNS, dan dilaksanakan dalam kurun waktu sekali setahun oleh pejabat penilai. Penilaian DP3 bertitik pada perilaku kerja PNS yang bersangkutan, sehingga sebagai seorang PNS yang baik output kerja maupun perilakunya dinilai, maka PNS selalu berupaya menyelesaikan pekerjaannya dan mengesampingkan penolakan yang ada dalam dirinya. Pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, penilaian prestasi serta pelaksanaan pemberian tunjangan kinerja pegawai diatur dalam peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 229/PER/B2/2014. Tidak tercapainya SKP dapat berdampak dengan
dikenakannya sanksi atau sebuah punishment berupa pemotongan tunjangan kinerja. Adanya tekanan dari institusi (institusional pressures), serta perbedaan lingkungan kerja dan budaya organisasi di Indonesia ini diasumsikan peneliti menjadi alasan atas ketidaksesuaian penerapan model penelitian. Keterbatasan Penelitian yang berjudul “Resistensi Perubahan Disposisional Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Operator Sistem Akuntansi Instansi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional” yang dilaksanakan peneliti hanya terbatas pada variable penolakan dari internal atau pribadi individu, sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan memasukan faktor atau variabel lain. Konsep resistensi disposisional atau penolakan terhadap perubahan hasil makalah ini menyoroti bahwa adanya penolakan atas perubahan sistem akuntansi berbasis akrual yang diimplementasikan pada organisasi sektor publik milik pemerintah yang ada dalam diri aparatur sipil negara ternyata tidak berpengaruh terhadap hasil kinerja. Terdapat faktor lain yaitu adanya tekanan dari institusi, lingkungan kerja serta budaya organisasi, yang ternyata berpengaruh lebih dominan dalam diri pegawai. Rekomendasi Hasil penelitian ini memberikan dasar bagi penelitian selanjutnya untuk memasukkan variabel tekanan institusi, lingkungan kerja serta budaya organisasi sebagai variabel yang mampu memoderasi hubungan antara resistensi disposisional dengan kinerja. Selain itu, konsep resistensi disposisional untuk mengubah dalam penelitian yang dilakukan tidak menunjukkan apakah orang-orang dengan tingkat tinggi resistensi disposisional untuk mengubah tampil lebih baik atau lebih buruk, lebih kreatif atau kurang kreatif, dan sebagainya. Oleh karena itu, di luar persepsi teknologi peneliti merekomendasikan studi untuk memeriksa
- 230 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
dampak yang lebih luas dari resistensi disposisional pada kinerja organisasi. Implikasi Penelitian ini menekankan hubungan kepribadian dan ketahanan individu dalam menghadapi perubahan organisasi (Oreg, 2003). Pendekatan peneliti dalam tesis ini adalah mencari bahwa resistensi perubahan disposisional memiliki dampak yang signifikan pada variabel kepercayaan teknologi dari UTAUT (Venkatesh et al., 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan individu merupakan prediktor penting dari perlawanan pegawai terhadap perubahan sistem akuntansi berbasis akrul dalam organisasi, dan bahwa persepsi teknologi ini tidak hanya didorong oleh karakteristik dari teknologi tersebut. Di satu sisi, hasil ini menunjukkan bahwa bahkan dengan merancang sistem yang sesuai dengan pedoman dan prinsip-prinsip yang paling tepat, perubahan sistem dapat dianggap negatif karena persepsi juga didorong oleh kecenderungan individu. Tapi di sisi lain, hasil analisis juga menunjukkan bahwa adanya persepsi negatif yang didasarkan pada kepribadian individu atas perubahan sistem akuntansi berbasis akrual tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai pemerintah.
tertentu, karena dapat ditunjukkan bahwa selain keyakinan evaluasi diri seperti komputer self-efficacy, sifat lebih umum juga prediktor penting dari keyakinan individu tentang perubahan sistem informasi. Resistensi disposisional perubahan adalah salah satu contoh dari perbedaan individu yang berperan dalam menjelaskan sebagian besar varians dalam keyakinan. Resistensi perubahan disposisional yang ditunjukkan dari hasil penelitian ini merupakan suatu tantangan khususnya bagi BKKBN agar segera dapat dimitigasi agar tidak menjadi semakin tinggi dan dapat menimbulkan pengaruh terhadap kinerja misalnya dengan memberikan pelatihan yang lebih intesnsif kepada para karyawan yang secara de facto menangani aplikasi Sistem Akuntansi Instansi. Hasil penelitian ini juga memiliki implikasi secara praktis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai BKKBN dengan tingkat resistensi perubahan disposisional tinggi memandang perubahan sistem akuntansi lebih negatif daripada yang memiliki resistensi perubahan disposisional yang rendah. Oleh karena itu, disarankan agar dalam proses rekrutmen BKKBN memperhatikan latar belakang pendidikan pegawai agar resistensi perubahan disposisional diharapkan dapat diturunkan dengan mudah karena pengetahuan yang sesuai dari calon pegawai dengan bidang pekerjaan.
Resistensi perubahan disposisional memperluas pemahaman keyakinan persepsi tentang teknologi
- 231 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
DAFTAR PUSTAKA Agboola, A. A. , & Salawu, R. O. . (2011). Managing Deviant Behavior and Resistance to Change. International Journal of Business and Management, 6(1). Ajzen, I. (1985). From Intentions to Actions: A Theory of Planned Behavior. In J. Kuhl & J. Beckmann (Eds.), Action Control: From Cognition to Behavior B2 - Action Control: From Cognition to Behavior. New York: Springer. Ajzen, I., & Fishbein, M. (1975). Belief Attitude Intention And Behavior : An Introduction to Theory And Research. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Allport, G. W. (1937). Personality : A psychological interpretation. New York, Holt, Rinehart, & Winston. . Astuti, F. F., & Zunaidah. (2012). Pengaruh Perubahan Sistem Pengadaan Barang/Jasa dan Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Bagian Pengadaan Barang/Jasa Di Sekretariat Dprd Provinsi Sumatera Selatan). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 10(20). Bovey, W., & Hede, A. (2001). Resistance to Organizational Change: The Role of Cognitive and Affective Processes. Leadership and Organizational Devevelopment Journal, 22(2), 372-383. Burke, W. W. (2008). Organization Change, Theory and Practice (2nd ed.). USA: Sage Publications. Cenfetelli, R. T. . (2004). Inhibitors And Enablers As Dual Factor Concepts in Technology Usage. Journal of the Association for Information Systems. Devaraj, S., Easley, R. F., & Crant, J. M. (2008). How does personality matter? Relating the five-factor model to technology acceptance and use. . Information Systems Research, 19, 93-105. Dickson, G. W., & Simmons, J. K. (1970). The Behavioral Side of MIS Some Aspects of the “People Problem”. Business Horizons, 13(4), 59-71. Eales-White, R. (1994). Creating Growth from Change – How You React: McGraw Hill International (UK) Ltd. Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ferneley, E. H., & Sobreperez, P. (2006). Resist, Comply Or Workaround? An Examination Of Different Facets Of User Engagement With Information Systems. European Journal of Information Systems 15, 345-356. Fox, S. (1999). The psychology of resistance to change. Ramat Gan, Israel, Bar-Ilan University. Galpin, T. J. (1996). The Human Side of Change. San Francisco, USA.: Josey Bass Publishers. Greenberg, J., & Baron, R. A. (1997). Behavior in Organization. New Jersey: Prentice Hall International, Inc. Hall, A. (2008). Overcoming Resistance to Organizational Change Initiatives. Conflict Management and Dispute Resolution. Handoko, T. H., & Reksohadiprodjo, S. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia dan Perusahaan (Kedua ed.). Yogyakarta: BPFE. Hendarto, A. R., & Prihastuty, R. . (2014). Resistance To Change (Studi Deskriptif Pada Perubahan Peraturan Di Pt. Mitra Sentosa Plastik Industri Semarang). Journal of Social and Industrial Psychology, 3(1). Hirschheim, R., & Newman, M. (1988). Information System and User Resistance : Theory and Practice. The Computer Journal, 31, 398-408. Jaramillo, F., Mulki, J. P., Onyemah, V., & Pesquera, M. R. (2012). Salesperson Resistance to Change: an Empirical Investigation of Antecedents and Outcomes. International Journal of Bank Marketing, 30(7), 548-566. Judge, T. A. , Higgins, C. A. , Thoresen, C. J. , & Barrick, M. R. (1999). The Big Five Personality Traits, General Mental Ability, And Career Success Across The Life Span. Personnel Psychology, 52(2), 621-652. Kementerian Keuangan, R. I. (2014). Gambaran Umum Akuntansi Berbasis Akrual (Program Percepatan Akuntabilitas Pemerintah Pusat ed.). Jakarta.
- 232 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Klaus, T., Wingreen, S. C., & Blanton, J. E. (2010). Resistant groups in enterprise system implementations: a Qmethodology examination. Journal of Information Technology, 25(1), 91-106. doi: 10.1057/jit.2009.7 Kotter, J.P. (1996). Leading change, why transformation efforts fail. Harvard: HBS Press.
Kreitner, R., & Kinicki, A. . (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik (4th ed.). Yogyakarta: CV. Andi Offset. McAdams, D. P. (1996). Personality, modernity, and the storied self: A contemporary framework for studying persons. Psychological Inquiry, 7, 295-321. ---. (2001). The Person: An introduction to Personality Psychology. San Diego, CA, US: Harcourt Brace Jovanovich. McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of the Five-Factor Model of Personality Across Instruments and Observers. Journal of Personality and Social Psychology, 52(1), 81-90. Nurahaju, R. (2004). Pengaruh Resistensi dan Kecerdasan Emosi Terhadap Sikap Dosen mengenai Perubahan ITS dari PTN Menuju PT. BHMN. Oreg, S. (2001). Antecedents and consequences of resistance to organizational change: Cornell University. ---. (2003). Resistance to change: Developing an individual differences measure. Journal of Applied Psychology, 88, 680–693. ---. (2006). Personality, context, and resistance to organizational change. European Journal of Work and Organizational Psychology, 15(1), 73-101. Oreg, S., Bayazit, M., Vakola, M., Arciniega, L., Armenakis, A., Barkauskiene, R., Bozionelos, N., Fujimoto, Y., Gonzalez, L., Han, J., Hrebickova, M., Jimmieson, N., Kordacova, J., Mitsuhashi, H., Mlacic, B., Feric, I., Topic, M. K., Ohly, S., Saksvik, P. O., Hetland, H., Saksvik, I., & van Dam, K. (2008). Dispositional resistance to change: measurement equivalence and the link to personal values across 17 nations. [Research Support, Non-U.S. Gov't]. Journal of Applied Psychology, 93(4), 935-944. doi: 10.1037/0021-9010.93.4.935 Palmer, I., Dunford, R., & Akin, G. (2009). Managing organizational change: A multiple perspectives approach: McGraw-Hill Irwin New York. Piderit, S. K. (2000). Rethinking Resistance And Recognizing Ambivalence: A Multidimensional View Of Attitudes Toward An Organizational Change. Academy of Management Beview, 25(4), 783-794. Prawirodirdjo, A. S. . (2007). Analisis Pengaruh Perubahan Organisasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Dan Kinerja Pegawai Direktorat Jenderal Pajak. (S2), Universitas Diponegoro, Semarang. Presiden R.I. (2004). Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun Tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta. ---. (2005a). Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005. Jakarta. ---. (2005b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta. ---. (2010a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta. ---. (2010b). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum. ---. (2011). Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Rastekenari, M. A., Monsef, S. M. S., & Majnoon, K. . (2013). Study Of Factors Associated With Employees'resistance To Change And Its Relation With Customer Responsiveness And Outcome Performance In Private Banks Of Rasht. Singaporean Journal Of Business Economics, And Management Studies 2(5). - 233 -
Tahun XXVI, No. 3 Desember 2015
Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Regar, R., Mullane, J. , Gustafson, L. , & DeMarie, S. (1994). Creating earthquakes to change organizational mindsets. Academy of Management Executive, 8(4), 31-46. Republik Indonesia. (2009). Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Rinawati. (2010). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resistensi Individual Pada Transformasi Organisasi Di PT Telkom Indonesia Tbk. Bandung. Jurnal Computech & Bisnis 4(2), 84-97. Robbins, S. P. (2001). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi (Bahasa Indonesia ed.). Jakarta: PT. Prenhallindo. Rokeach, M. (1973). The Nature of Human Values. New York: The Free Press. Romero, E., Villar, P., Luengo, M. Á., & Gómez-Fraguela, J. A. (2009). Traits, personal strivings and wellbeing. Journal of Research in Personality, 43(4), 535-546. doi: 10.1016/j.jrp.2009.03.006 Sekaran, U. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Jakarta: Salemba Empat.
- 234 -