20
IV. 4.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel
Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh memiliki sifat yang masam (pH H2O= 4,60). Nilai pH tanah yang rendah ini diduga karena kejenuhan basa yang juga rendah (KB 9,71%). Kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut lebih besar dibandingkan dengan tanah mineral (KTK= 133,68 me/100g). Nilai KTK dapat menjadi penciri kesuburan tanah. Kapasitas tukar kation tanah umumnya tergantung pada jumlah muatan negatif yang berada pada kontak jerapan. Kation-kation Ca, Mg, K, dan Na dari kontak jerapan ditukar oleh ion-ion H sehingga ion-ion H memenuhi kompleks jerapan. Pada data hasil analisis awal ditemukan tiga hubungan susunan kation dalam kompleks jerapan yaitu, Ca-dd (5,54 me/100g) > Mg-dd (3,11 me/100g) > K-dd (2,49 me/100g) atau Na-dd (1,84 me/100g). Pola ini biasa ditemukan pada tanah gambut di daerah rawa Sumatera yang hanya dipengaruhi oleh air tawar (Hardjowigeno, 1989 dalam Noor, 2011). Gambut jenis ini tergolong kurang subur karena umumnya berada di tengah-tengah kawasan atau sekitar kubah dimana pengaruh pasang surut air sungai atau laut tidak mencapai wilayah ini, sehingga sumbangan hara hanya didapat dari hujan dan perombakan bahan organik setempat. Selain itu, dari hasil analisis awal tanah gambut terlihat kadar unsur mikro Cu pada tanah lebih rendah dibanding dengan unsur yang lain (923,2 ppm Fe; 142,5 ppm Mn; 57,9 ppm Zn; 17,9 ppm Cu). Hal ini disebabkan oleh terbentunya senyawa organo-metal yang memfiksasi ion-ion Cu dan Zn menjadi bentuk kurang tersedia. Kadar Cu umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Zn dan Mn, terlebih pada kadar bahan organik yang tinggi (Noor, 2011). Dari uraian karakteristik tanah awal tersebut diharapkan penambahan electric furnace slag, dolomit, dan unsur mikro (CuSO4 dan ZnSO4) dapat meningkatkan kandungan hara yang cukup menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman padi IR 64 pada tanah gambut dalam dari Kumpeh, Jambi.
21
4.2.
Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah Hasil sifat kimia tanah setelah satu bulan inkubasi disajikan pada Tabel 4.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian electric furnace slag nyata meningkatkan pH tanah, Ca dan Mg dapat ditukar, P-tersedia, SiO2tersedia, serta unsur mikro (Fe, Mn, dan Zn) tersedia tanah. Pemberian dolomit nyata meningkatkan pH tanah serta Ca dan Mg dapat ditukar dan untuk pemberian unsur mikro nyata meningkatkan nilai Cu dan Zn tersedia pada tanah. Ketiga perlakuan (EF slag, dolomit, dan unsur mikro) tidak berpengaruh nyata terhadap N-total dan kadar logam berat (Pb, Hg, dan Cd) tersedia tanah. Tabel 4. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah Setelah Satu Bulan Inkubasi Perlakuan
pH
Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
3,5a 3,6a 3,7b 4,0c 4,2d 4,4e 4,2d 4,6f 4,8g 5,1h
Ca-dd Mg-dd ……. (me/100g) …….. 4,43a 3,60a 5,10a 3,39a 15,04b 4,38ab 20,96bc 5,67bcd 26,37c 6,13d 35,87d 7,34e 18,62b 3,70a 37,25d 4,59abc 45,22e 5,33bcd 49,60e 5,74cd
P-tersedia .…..(ppm)…... 48,68a 68,55ab 80,96abc 86,54bc 109,02cd 119,83d 59,07ab 56,46ab 52,28a 69,15ab
N-total ……(%)…… 1,30 1,08 1,15 1,28 1,19 1,30 1,07 1,14 1,29 1,13
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
Tabel 4. Lanjutan Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
SiO2-tersedia Fe-tersedia Cu-tersedia Mn-tersedia Zn-tersedia …………………………….……... (ppm) ……….…..………………………… 53,10a 409,99ab 15,89abc 6,41a 12,04ab 43,13a 483,12bc 34,63d 5,49a 31,37d 240,03b 588,06cd 17,34bc 37,47b 12,58abc 293,67b 683,89d 14,35ab 54,65c 10,98a 277,66b 836,91e 14,19a 67,24d 14,08bc 257,86b 855,21e 17,29bc 81,36e 14,75c 29,72a 402,81ab 18,79c 9,35a 13,00abc 56,17a 330,18a 18,23c 8,32a 12,20ab 48,53a 395,29ab 16,87abc 8,06a 12,19ab 42,52a 393,33ab 17,71c 9,16a 13,51bc
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
22
Tabel 4. Lanjutan Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
Pb-tersedia Hg-tersedia Cd-tersedia ……………...… (ppm) …...…………… 0,35 td 0,08 0,13 td 0,02 td 0,00 0,04 td td 0,07 0,70 td 0,04 0,23 td 0,04 0,27 0,00 0,06 0,06 0,00 0,03 0,06 td 0,03 0,07 td 0,02
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT), td = tidak terdeteksi.
Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa perlakuan EF slag dan dolomit berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah. Nilai pH terendah (pH 3,5) terdapat pada perlakuan kontrol, sedangkan nilai pH tertinggi (pH 5,1) terdapat pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 8% dengan kenaikan sebesar 46% dibandingkan kontrol.
Gambar 1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap pH Tanah Setelah Satu Bulan Inkubasi Hasil analisis tanah inkubasi satu bulan didapat data pH tanah kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan unsur mikro. Grafik pH menunjukkan perlakuan EF slag dan dolomit mampu meningkatkan pH tanah dengan seiring bertambahnya dosis perlakuan (Gambar 1). Namun, pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih besar dibanding pemberian EF slag. Perlakuan EF slag dan dolomit mampu meningkatkan pH tanah setelah satu bulan inkubasi
23
diduga karena kandungan basa-basa dapat ditukar (terutama Ca, dan Mg) pun meningkat sesuai dosis perlakuan (Gambar 2). Hal ini sesuai dengan pendapat Soepardi (1983) dimana pada proses pengapuran, kapur karbonat berinteraksi dengan H2O dalam tanah terjadi pelepasan ion Ca2+, Mg2+, CO32-, dan OH-. Karbonat (CO32-) inilah yang mengikat ion H+ dan membuat ion H+ keluar dari kompleks jerapan tanah. Selanjutnya posisi H+ dalam kompleks jerapan digantikan oleh kation Ca2+ dan Mg2+ (sehingga ketersediaan Ca dan Mg dalam tanah meningkat). Selain itu pembentukan ion OH- dalam larutan tanah pun mampu meningkatkan pH tanah.
(a)
(b) Gambar 2. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Kadar Ca-dd (a) dan Mg-dd (b) Tanah Setelah Satu Bulan Inkubasi
24
Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 5 dan 6), pemberian EF slag dan dolomit berpengaruh sangat nyata terhadap kadar Mg dan Ca dapat dipertukarkan tanah. Terlihat pada grafik (Gambar 2) bahwa semakin tinggi dosis perlakuan EF slag dan dolomit yang diberikan, kadar Ca-dd dan Mg-dd tanah pun semakin meningkat jika dibandingkan perlakuan kontrol dan unsur mikro. Kadar Mg-dd tertinggi yaitu pada perlakuan EF slag 8% (Mg-dd= 7,34 me/100g) dengan kenaikan 104% dibanding kontrol dan kadar Ca-dd tertinggi pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 8% (Ca-dd= 49,60 me/100g) dengan kenaikan 1020% dibanding kontrol. Nilai Mg-dd terendah pada perlakuan unsur mikro (Mg-dd= 3,39 me/100g) dan Ca-dd terendah pada perlakuan kontrol (Ca-dd= 4,43 me/100g). Berdasarkan grafik P-tersedia (Gambar 3) terlihat bahwa perlakuan EF slag nyata meningkatkan P-tersedia tanah lebih baik dibanding dolomit dan unsur mikro. Kandungan P-tersedia terendah pada perlakuan kontrol yaitu 48,68 ppm dan tertinggi didapat pada perlakuan EF slag 8% yaitu 119,83 ppm dengan kenaikan P-tersedia sebesar 146% dibanding kontrol. Hal ini diduga karena selain adanya peningkatan ketersediaan P akibat meningkatnya pH tanah, persentase kandungan P2O5 dalam EF slag sebesar 530 ppm turut menyumbangkan ketersediaan P dalam tanah. Selain itu menurut Yukamgo dan Yuwono (2007), meningkatnya kadar P tersedia ini diduga karena adanya pengaruh tidak langsung dari peningkatan Si dalam tanah pada perlakuan EF slag.
Gambar 3. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap P-tersedia Tanah Setelah Satu Bulan Inkubasi
25
Berdasarkan analisis ragam didapatkan bahwa pemberian EF slag, dolomit, dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan N- total tanah. Nilai N-total pada Tabel 4 memperlihatkan kenaikan kandungan N-total tanah yang hampir seragam pada semua perlakuan. Hal ini menggambarkan bahwa pemberian EF slag, dolomit, dan unsur mikro pada taraf dosis yang diaplikasikan tidak mempengaruhi kandungan N-total tanah. Nilai N-total terendah pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 2% yaitu 1,07 % dan tertinggi pada perlakuan EF slag 8% yaitu 1,30%. Selain berpengaruh nyata meningkatkan pH, kadar basa-basa, dan Ptersedia, pemberian EF slag juga berpengaruh nyata pada SiO2-tersedia tanah setelah satu bulan inkubasi. Jika dilihat dari data peningkatan kadar SiO2 tersedia mencapai titik maksimal baik perlakuan EF slag atau pun dolomit di dosis 4% dan pada dosis selanjutnya (6%) mulai menunjukan penurunan kadar SiO2 tersedia tanah. Pada perlakuan EF slag dengan dosis 4% (293,67 ppm) didapatkan nilai ketersediaan SiO2 tertinggi dengan kenaikan SiO2-tersedia sebesar 453% dibanding kontrol dan kadar terendah pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 2% (29,72 ppm). EF slag meningkatkan kadar SiO2 tersedia tanah yang lebih baik dari pada dolomit dan unsur mikro. Hal ini dikarenakan adanya sumbangan SiO2 dari EF slag yang mengandung SiO2 sebesar 12,70%.
Gambar 4. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap SiO2-tersedia Tanah Setelah Satu Bulan Inkubasi Pada hasil analisis (Tabel Lampiran 9 dan Tabel Lampiran 10) terlihat bahwa dengan penambahan dosis EF slag berpengaruh nyata meningkatkan kadar
26
Fe, Mn, dan Zn tersedia tanah, sedangkan pada pemberian dolomit terdapat kecenderungan penurunan kadar Fe tersedia dengan penambahan dosis. Menurut Soepardi (1983), hal ini dimungkinkan karena kation unsur mikro dalam keadaan masam sangat larut dan tersedia bagi tanaman sehingga unsur mikro dijumpai dalam jumlah yang banyak di tanah. Meningkatnya ketersedia Fe pada perlakuan EF slag juga diduga karena kadar Fe pada EF slag yang cukup tinggi (Fe2O3 = 43,18%), sehingga turut menyumbangkan Fe ke dalam tanah. Kadar Fe-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 8% (855,21 ppm) (meningkat 109% dibanding kontrol) dan kadar Fe-tersedia tanah terendah yaitu pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 4% (330,18 ppm). Kadar Mn tersedia tanah tertinggi pada perlakuan EF slag 8% (81,36 ppm) (meningkat 1169% dibanding kontrol) dan terendah pada perlakuan unsur mikro (5,49 ppm). Perlakuan unsur mikro nyata meningkatkan nilai Cu dan Zn tersedia tanah setelah satu bulan inkubasi. Pada Tabel 4 terlihat bahwa nilai Cu dan Zn tersedia terbesar terdapat pada perlakuan unsur mikro yaitu 34,63 ppm Cu-tersedia (meningkat 118% dibanding kontrol) dan 31,37 ppm Zntersedia (meningkat 161% dibanding kontrol). Hal ini dikarenakan pada perlakuan unsur mikro memang hanya CuSO4 dan ZnSO4 yang diberikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian EF slag, dolomit, dan unsur mikro tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan logam berat Pb, Hg, dan Cd. Pada tabel sifat kimia tanah setelah inkubasi satu bulan (Tabel 4) menunjukkan nilai Pb tertinggi pada perlakuan EF slag 6%, namun nilai tersebut cukup rendah yaitu 0,7 ppm. Begitu juga dengan Cd yang pada seluruh perlakuan terdeteksi pada tanah, namun nilai tersebut terdeteksi sangat rendah. Bahkan hampir pada seluruh perlakuan unsur logam berat Hg tidak terdeteksi pada tanah. Hal ini disebabkan karena pemberian EF slag dan dolomit berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah, seiring dengan meningkatnya pH tanah kelarutan logam berat semakin menurun sehingga kurang mobil dan kurang tersedia (Soepardi, 1983).
27
4.3
Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi IR 64 4.3.1
Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan di rumah kaca menunjukkan bahwa pada awal masa tanam tanaman menunjukkan gejala kahat N. Hal ini diduga karena walaupun hara N dalam tanah gambut tinggi, tetapi nisbah C/N umumnya tinggi. Sehingga N yang dapat diserap tanaman dari tanah terbatas. Selama pengamatan vegetatif tanaman kontrol dan unsur mikro tumbuh kerdil, bahkan tanaman perlakuan kontrol mati pada saat usia 6 MST dan tanaman perlakuan unsur mikro mati pada saat usia 11 MST. Hasil uji statistik pengaruh pemberian EF slag, dolomit, dan unsur mikro terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan maksimal, dan jumlah anakan produktif disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
Tinggi Tanaman ….. (cm) ….. 15,4a 15,8a 51,3bc 76,5cd 84,0d 83,7d 36,9ab 49,0b 60,3bcd 57,1bc
Anakan Maksimal Anakan Produktif ……..……….... (batang/pot) ………………... 0,0a 0,0a 2,0a 0,0a 9,7d 4,0ab 13,7e 9,7c 23,0f 22,7d 25,3g 21,3d 7,0bc 0,0a 13,3e 2,3ab 9,3cd 4,7b 4,7b 4,7b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).
Pada Tabel 5 terlihat bahwa hasil analisis perlakuan EF slag dan dolomit berpengaruh nyata meningkatkan petumbuhan tanaman seiring peningkatan dosis perlakuan. Namun, perlakuan EF slag meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan maksimal, dan jumlah anakan produktif tanaman padi lebih baik dibanding dolomit.
28
Gambar 5. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Tinggi Tanaman Usia 11 MST Tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan EF slag 6% yaitu setinggi 84,00 cm dengan kenaikan sebesar 445% dibanding kontrol, sedangkan tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 15,40 cm. Penambahan tinggi tanaman sejalan dengan kadar SiO2 tersedia tanah yang lebih tinggi pada perlakuan dengan penambahan EF slag dibanding dengan dolomit. Hal ini sesuai dengan pendapat Yoshida (1981) yang menyatakan bahwa tanaman padi yang diberi tambahan silikon lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi silikon. Jumlah anakan maksimum dihitung menggunakan data pengamatan per minggu yang menunjukkan jumlah anakan yang paling maksimal dari setiap perlakuan. Jumlah anakan maksimum tertinggi terdapat pada perlakuan EF slag 8% sebanyak 25 batang/pot dan jumlah terendah yaitu pada kontrol yang tidak memiliki anakan (0 batang/pot). Sedangkan untuk jumlah anakan produktif tertinggi pada perlakuan EF slag 6% sebanyak 23 batang/pot dan terendah pada perlakuan kontrol yang tidak memiliki anakan (0 batang/pot). Hal ini dikarenakan perhitungan jumlah anakan produktif dilakukan saat panen (19 MST) sedangkan tanam kontrol tumbuh kerdil dan sudah mati pada umur tanam 6 MST dan belum sempat menghasilkan anakan.
29
(a)
(b) Gambar 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Jumlah Anakan Maksimal (a) dan Jumlah Anakan Produktif (b) Tanaman Padi 4.3.2
Produksi Tanaman Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 19 minggu setelah
tanam, hingga bulir padi matang, berkembang penuh, dan mengeras. Pada percobaan ini petumbuhan dan waktu panen tanaman lebih lambat jika dibandingkan dengan usia tanaman padi IR 64 yang dianjurkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada tanah mineral. Selain keadaan tanah gambut yang masam dan kurang unsur hara, keadaan atap rumah kaca yang berlumut membuat minimnya masukan cahaya matahari pada rumah kaca. Hal ini juga diduga turut menghambat proses produksi padi karena terhambatnya proses fotosintesis.
30
Pada tabel hasil analisis (Tabel 6) menunjukkan bahwa perlakuan EF slag nyata meningkatkan produksi tanaman padi, sedangkan perlakuan dolomit dan unsur mikro tidak nyata meningkatkan produksi tanaman padi. Variabel-variabel yang diukur adalah bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering giling (GKG), bobot kering gabah bernas (GB), dan bobot kering gabah hampa (GH). Tabel 6. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Produksi Tanaman Padi Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
Bobot GKP Bobot GKG Bobot GB Bobot GH …………………………… (g/pot) ……………………………. 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,70a 0,63a 0,02a 0,61a 4,60a 4,09a 2,05a 2,05b 15,99b 14,23b 11,63b 2,60bc 19,67b 17,51b 14,34b 3,16c 0,00a 0,00a 0,00a 0,00a 0,23a 0,20a 0,00a 0,20a 2,30a 2,04a 1,08a 0,96a 2,65a 2,36a 1,39a 0,96a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).
Karena tanaman kontrol dan unsur mikro mati sebelum menghasilkan malai sedangkan bobot gabah dihitung saat panen (19 MST), maka untuk data bobot gabah perlakuan kontrol dan unsur mikro tidak ada (0 kg/pot). Hal ini berbeda dengan perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 2%, pada perlakuan ini tanaman masih hidup sampai panen namun pertumbuhannya terhambat dan hingga masa panen belum menghasilkan malai sehingga untuk perlakuan tersebut data juga tidak ada (0 kg/pot).
(a)
31
(b) Gambar 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Bobot Gabah Kering Giling (a) dan Bobot Gabah Bernas (b) Bobot gabah kering panen paling tinggi diperoleh pada perlakuan EF slag 8% yaitu 19,67 g/pot, berbeda nyata dengan kontrol dan unsur mikro yang bobotnya 0 g/pot. Hal yang sama terlihat pada bobot gabah kering giling dan bobot gabah bernas, didapatkan hasil yang paling tinggi pada perlakuan EF slag 8%, masing-masing 17,51 g/pot dan 14,34 g/pot. Bobot gabah hampa paling tinggi juga terdapat pada perlakuan EF slag 8% yaitu sebesar 3,16 g/pot. Namun jika dilihat dari seluruh perlakuan, pertumbuhan tanaman pada perlakuan ini menunjukkan hasil yang baik dan produksi gabah bernas yang tertinggi. Hal ini dimungkinkan juga karena dilihat dari kadar unsur hara EF slag yang lebih baik tersedia bagi tanaman, terutama SiO2. Pemberian EF slag turut menyumbangkan silikat pada tanah. De datta (1981) menyatakan bahwa efek silikon pada pertumbuhan tanaman padi yaitu mempercepat pertumbuhan, memperkuat batang dan akar, mempercepat pembentukan malai, meningkatkan jumlah bulir per malai, meningkatkan persentasi gabah bernas, mempertahankan tegakan daun sehingga dapat meningkatkan proses fotosintesis tanaman. De data (1981) juga menyatakan bahwa kelarutan silikat dalam larutan tanah berkaitan langsung dengan ketersediaan fospor untuk tanaman dalam tanah. Fungsi P pada tanaman yaitu berfungsi dalam proses metabolisme; mempercepat pembelahan sel; mempercepat masa pembungaan dan pengisian biji; serta mempercepat pematangan. Kandungan P tersedia di tanah setelah satu bulan inkubasi menunjukkan bahwa kadar P tersedia perlakuan EF slag nyata lebih
32
tinggi dibanding dolomit dan unsur mikro. Karena ketersediaan hara ini juga diduga tanaman pada perlakuan EF slag mampu berproduksi lebih baik dibanding dengan perlakuan dolomit dan unsur mikro. 4.4.
Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2 pada Jerami dan Kadar Logam Berat pada Beras Tanaman Padi IR 64 4.4.1
Kadar SiO2 pada Jerami
Setelah tanaman panen, lalu dilakukan pengambilan sampel tanaman berupa jerami untuk mengukur kadar hara SiO2 yang terdapat pada jerami. Namun, untuk perlakuan kontrol dan unsur mikro karena tanaman tumbuh kerdil, mati, dan kering sebelum panen sehingga bobot jerami kedua perlakuan tersebut tidak mencukupi untuk dilakukan analisis tanaman. Dari hasil analisis didapatkan hasil pengukuran SiO2-total di jerami sebagai berikut : Tabel 7. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2 pada Jerami Padi Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
SiO2 …….. (%) ……. 12,46 19,41 18,81 8,94 2,51 7,71 11,04 11,01
Keterangan: -) bobot sample tidak mencukupi untuk dilakukan analisis.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa kadar SiO2 pada jerami tanaman tertinggi pada perlakuan EF slag 4% (19,41%) dan terendah pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 2% (2,51%). Kadar SiO2 pada jerami sejalan dngan data unsur SiO2 tersedia pada tanah perlakuan pada saat awal tanam/ setelah inkubasi tanah satu bulan (Tabel 4) yang menunjukkan bahwa pada perlakuan EF slag 4% memiliki nilai ketersediaan SiO2 tanah tetinggi dan perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 2% menunjukkan nilai terendah dibanding seluruh perlakuan (SiO2 tersedia tanah = 293,67 ppm dan 29,72 ppm). Dari data ini diketahui bahwa
33
kadar SiO2 dalam jerami tergantung ketesediaan SiO2 pada tanah perlakuan tersebut, bukan bergantung dengan semakin tingginya dosis perlakuan. Namun, jika dilihat data pertumbuhan dan produksi tanaman didapatkan hasil perlakuan EF slag 4% tidak menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kadar SiO2 yang tinggi belum tentu menjamin pertumbuhan dan produksi padi yang terbaik. 4.4.2. Kadar Logam Berat (Hg, Pb, dan Cd) pada Beras Hasil analisis laboratorium pada Tabel 8 menunjukkan bahwa secara umum logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg) tidak terdeteksi pada beras, sedangkan pada logam berat kadmium (Cd) kadar tertinggi pada perlakuan dolomit ekuivalen EF slag 6% (Cd= 0,25 ppm). Pada beras hasil tanaman kontrol, unsur mikro, EF slag 2%, dolomit ekivalen EF slag 2 dan 4 % tidak dapat dilakukan analisis karena sample gabah bernas tidak ada dan jika ada pun bobotnya tidak mencukupi untuk dilakuakan analisis. Tabel 8. Pengaruh Electric Furnace Slag, Dolomit, dan Unsur Mikro terhadap Kadar Logam Berat pada Beras Perlakuan Kontrol Unsur Mikro EF slag 2% EF slag 4% EF slag 6% EF slag 8% Dolomit ek 2% Dolomit ek 4% Dolomit ek 6% Dolomit ek 8%
Pb Hg Cd ………………….. (ppm) …..………………. td td 0,13 td td 0,17 td td 0,13 td td 0,25 td 0,0 0,23
Keterangan : td = tidak terdeteksi, -) sample tidak ada, sehingga tidak dianalisis.
Pada tabel didapatkan data untuk unsur Pb dan Hg relatif tidak terdeteksi pada seluruh perlakuan, sedangkan untuk Cd terseteksi dengan nilai yang hampir seragam pada setiap perlakuan. Jika melihat data kadar logam berat pada tanah saat awal tanam/ setelah inkubasi tanah satu bulan (Tabel 4), data kadar Hg pada tanah perlakuan setelah diinkubasi menunjukkan nilai tidak terdeteksi sehingga kadar Hg dalam tanaman sejalan dengan kadarnya dalam tanah. Data analisis
34
tanah setelah inkubasi untuk unsur Pb menunjukkan nilai terdeteksi, namun kadarnya di tanaman menunjukkan tidak terdeteksi. Hal ini dimungkinkan karena memang ketersediaan logam berat Pb tersebut di dalam tanah juga rendah. Kandungan logam berat pada beras yang tidak terdeteksi, diduga juga karena logam berat tidak ditranslokasikan ke bagian atas tanaman. Kandungan logam berat beracun timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) dalam beras untuk pelakuan EF slag dan dolomit masih di bawah ambang batas normal menurut SNI 7387 tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Beras (Tabel 1), sehingga beras hasil tanaman padi perlakuan masih aman untuk dikonsumsi.