16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi
Hasil identifikasi dengan menggunakan preparat mikroskop pada kantung pupa kutukebul berdasarkan kunci identifikasi Martin (1987), ditemukan ciri morfologi B. tabaci yang spesifik berupa seta kauda yang kokoh, umumnya sama panjang dengan vasiform orifice, dan tidak banyak variasi diantara individu. Vasiform orifice terdapat di
daerah sebelum ujung posterior, berbentuk segitiga, ukurannya lebih panjang dari alur kauda (caudal furrow) dan bagian samping orifice hampir lurus. Lingula berbentuk seperti lidah, serta subdorsum tampa pori. Kutikula kantung pupa berwarna pucat, dengan bentuk bervariasi tergantung bentuk permukaan daun. Kantung pupa kutukebul antara biotipe-B dan non-B memiliki beberapa perbedaan morfologi. Ciri morfologi spesifik
bagi biotipe-B adalah tidak adanya
submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior adanya lapisan lilin di anterior kiri dan
kanan tubuh yang berukuran pendek, serta lapisan lilin yang sedikit di bagian posterior. Ciri morfologi spesifik biotipe non-B adalah terdapat submarginal seta (ASMS4) di bagian anterior. Pada bagian anterior kiri dan kanan terdapat lapisan lilin yang panjang, sedangkan bagian posterior terdapat lapisan lilin yang lebih melebar.
Siklus Hidup B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun dan Cabai
Siklus hidup adalah selang waktu sejak telur diletakkan hingga saat imago betina meletakkan telur untuk pertama kalinya. Hasil pengamatan harian menunjukkan, siklus hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B pada mentimun (Tabel 2), berturut-turut adalah 31,27 hari dan 29,60 hari. Pada tanaman cabai siklus hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B (Tabel 3) yaitu berturut-turut 33,27 pada hari dan 30,86 hari. Pada tanaman mentimun imago betina B. tabaci biotipe-B mulai meletakkan telur pada hari ke-25, dengan masa peneluran 14,86 hari dan jumlah telur yang diletakkan 130 butir per betina. Sementara itu di tanaman cabai, telur mulai diletakkan pada hari ke-27, dengan masa peneluran 15,58 hari, dan jumlah telur yang diletakkan 82,05 butir per betina. Jumlah telur yang diletakkan imago betina
B. tabaci
biotipe non-B pada tanaman
mentimun dan cabai masing masing 130,30 butir per betina, dengan masa peneluran 15,75 hari, dan 94,48 butir
per betina dengan masa peneluran 14,75 hari
17
Tabel 2 Lama stadia B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun Biotipe-B Jenjang
Biotipe non-B
n
Periode (hari)
100
5,17±0,72
100
4,58±0,99
Nimfa Instar-1
85
4,83±0,72
95
4,53±0,50
Instar-2
85
4,05±0,28
95
3,74±0,43
Instar-3
85
4,05±0,35
95
3,95±0,20
Instar-4
85
4,02±0,26
95
3,90±0,32
Pupa
85
3,75±0,53
95
3,64±0,48
Imago Jantan
33
20,30±3,45
39
20,20±3,87
Betina
52
22,23±2,68
56
22,16±2,44
Pra peneluran
52
2,07±0,38
56
1,89±0,56
Peneluran
49
14,86±3,95
56
15,75±1,29
Siklus Hidup
49
31,27±17,70
56
29,60±3,80
Telur
n
Periode (hari)
Powell dan Bellows (1992) menyatakan bahwa siklus hidup B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 17,4 hari dengan suhu 25oC, dan tingkat keberhasilan telur menetas adalah 86,80%. Sementara itu Tsai dan Wang (1996) melaporkan siklus hidup B. tabaci pada tanaman mentimun berkisar 19,3 hari pada suhu 25,5oC, dengan tingkat
keberhasilan telur menetas mencapai 95%. Perbandingan sex rasio antara B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai dan tanaman mentimun adalah satu jantan banding dua betina, artinya ke dua biotipe B. tabaci lebih banyak menghasilkan keturunan betina daripada jantan. Imago betina
hidup lebih lama daripada imago jantan yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Mortalitas pradewasa antara B. tabaci non-B dengan biotipe-B mempunyai kesamaan, yaitu pada tanaman cabai lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman mentimun.
18
Mortalitas tertinggi B. tabaci non-B di tanaman cabai terjadi pada fase telur adalah 25%, dan nimfa instar satu sebesar 16%. Tingkat mortalitas pada B. tabaci biotipe-B ditanaman cabai terjadi pada fase telur sebesar 30%, dan nimfa instar satu 15,71%. Tabel 3 Lama stadia B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai Biotipe-B Jenjang
Biotipe non-B
n
Periode (hari)
n
Periode (hari)
100
5,97±0,95
100
6,88±0,85
Nimfa Instar-1
70
4,61±0,62
75
4,43±0,67
Instar-2
59
4,03±0,19
62
3,96±0,44
Instar-3
53
4,55±0,60
62
4,35±0,72
Instar-4
53
4,55±0,63
62
4,25±0,62
Pupa
53
3,92±3,69
62
3,22±0,62
Imago Jantan
17
18,94±3,66
20
16,60±2,65
Betina
36
20,47±4,61
42
21,11±4,06
Pra peneluran
36
1,88±0,52
42
1,92±0,55
Peneluran
36
15,58±4,87
37
14,76±6,32
Siklus Hidup
36
33,27±4,60
37
30,86±6,32
Telur
Hasil uraian di atas terlihat bahwa perbedaan tanaman berpengaruh nyata terhadap jenjang perkembangan B. tabaci biotipe-B dan non-B. Nilai keperidian B. tabaci biotipe-B dan non-B dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7.
Lama Hidup dan Keperidian B. tabaci Biotipe-B dan Non-B
Setiap organisme mempunyai variasi jangka hidup yang terbatas, yang menentukan karakteristik kelangsungan hidupnya di dalam suatu populasi. Lama hidup dua biotipe B. tabaci (biotipe-B dan non-B) pada tanaman mentimun dan cabai hampir
19
sama. Kemampuan bertahan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun yaitu berturut-turut adalah 53 hari dan 51 hari. Laju kematian biotipe-B dan non-B terjadi pada fase telur yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah masing-masing pada hari ke-8 dan ke-9. Hal ini mengisyaratkan bahwa fase telur sangat rentan terhadap gangguan luar, termasuk gangguan mekanis pada saat gugurnya daun. Pada tanaman cabai kemampuan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B masing-masing adalah 54 hari dan 53 hari. Laju kematian tertinggi pada kedua biotipe terjadi pada fase telur, setelah itu nimfa instar I dan nimfa instar II. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang penting yang mempengaruhi kehidupan serangga. Pengaruhnya antara lain pada proses pertumbuhan, perkembangbiakan, reproduksi, dan kebugaran imago. Faktor yang lainnya adalah faktor fisik dan kimia tanaman yang umumnya tidak berkerja secara tunggal tetapi bersama-sama membentuk suatu sistem pertahanan terhadap serangga (Wiseman 1985). Tipe bertahan hidup B. tabaci biotipe-B dan non-B memperlihatkan pola yang dikenal dengan tipe II. Menurut Price (1978), ada tiga jenis kurva bertahan hidup, yaitu: tipe I, tipe II, dan tipe III. Kurva tipe I adalah kematian organisme dalam jumlah yang sedikit ketika umur muda dan kematian dalam jumlah besar sewaktu organisme lebih tua, tipe II menunjukkan laju kematian yang konstan, sedangkan tipe III memperlihatkan kematian yang besar yang terjadi di waktu muda. Banyaknya telur yang diletakkan setiap harinya disajikan dalam bentuk mx (laju reproduksi kotor). Adapun nilai mx menunjukkan banyaknya telur betina yang dihasilkan induk yang berumur hari ke-x, dan dihitung setelah mempertimbangkan nisbah kelamin. Nilai mx B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pada tanaman cabai disajikan pada Tabel 5. Puncak kurva nilai mx pada B. tabaci non-B untuk tanaman cabai dicapai pada hari ke-43 dengan awal meletakkan telur pada hari ke-27 dengan nilai mx adalah 38,67 individu per betina, sedangkan untuk tanaman mentimun dicapai pada hari ke-33 dengan awal peletakan telur hari ke-25 dan nilai mx adalah 91,71 individu per betina. Sementara itu puncak kurva dan nilai mx pada B. tabaci biotipe-B untuk tanaman cabai dan mentimun, berturut-turut hari ke-35 dengan nilai mx adalah 75,79 individu dan hari ke-31 dengan nilai mx adalah 49,36 individu. Kurva lama hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman mentimun biotipe-B dapat dilihat pada Gambar 6, dan untuk B. tabaci non-B
20
pada Gambar 7. Kurva bertahan hidup dan keperidian B. tabaci pada tanaman cabai biotipe-B dapat dilihat pada Gambar 8, dan untuk B. tabaci non-B pada Gambar 9. Tabel 4 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun Biotipe-B
Jenjang n Telur
hari
Biotipe non-B
lx
mx
n
hari
lx
mx
100
0-7
1
-
100
0-8
1
-
Instar I
85
8-12
0,85
-
95
9-13
0,95
-
Instar II
85
13-16
0,85
-
95
14-17
0,95
-
Instar III
85
17-20
0,85
-
95
18-20
0,95
-
Instar IV
85
21-24
0,85
-
95
21-23
0,95
-
Pupa
85
25-28
0,85
-
95
24-26
0,95
-
Imago 52 29-48 0,52 75,79 56 27-44 0,56 91,71 Keterangan : (lx) individu yang hidup pada umur ke-x, (mx) keperidian individu pada umur ke-x. Tabel 5 Lama hidup dan keperidian B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai Jenjang
Biotipe-B n
hari
lx
Biotipe non-B mx
n
hari
lx
mx
Telur
100
0-8
1
-
100
0-7
1
-
Instar I
70
9-14
0,70
-
75
8-12
0,75
-
Instar II
59
15-18
0,59
-
62
13-17
0,62
-
Instar III
53
19-22
0,53
-
62
18-20
0,62
-
Instar IV
53
23-26
0,53
-
62
21-24
0,62
-
Pupa
53
27-30
0,53
-
62
25-28
0,62
-
Imago Keterangan :
36 31-50 0,36 49,36 42 29-44 0,42 38,67 (lx) individu yang hidup pada umur ke-x, (mx) keperidian individu pada umur ke-x.
21
Gambar 6
Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci biotipe-B pada tanaman mentimun.
Gambar 7
Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci non-B pada tanaman mentimun.
22
Gambar 8 Kurva lama hidup (lx) dan rataan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci biotipe-B pada tanaman cabai.
Gambar 9 Kurva lama hidup (lx) dan retaan keperidian betina per hari (mx) B. tabaci non-B pada tanaman cabai.
23
Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B pada Tanaman Mentimun
Pada tanaman mentimun (Tabel 6), nilai Ro untuk B. tabaci non-B per individu per generasinya adalah 51,12 per individu, sedangkan biotipe-B adalah 38,39 per individu. Laju pertambahan intrinsik (r) merupakan pertambahan populasi pada lingkungan konstan dan sumberdaya yang tidak terbatas (Birch 1948). Keturunan yang dihasilkan B. tabaci non-B dan biotipe-B berturut-turut adalah 0,12 dan 0,10 betina per induk per hari. Tingginya nilai r disebabkan oleh tingginya keperidian, rendahnya mortalitas pradewasa, dan masa dewasa. Birch (1948) menyatakan bahwa semangkin tinggi persentase telur diletakkan pada kelompok umur muda, maka akan semangkin besar nilai laju pertambahan intrinsik organisme tersebut. Rataan masa generasi (T) adalah rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago betina menghasilkan separuh keturunannya. Berdasarkan dua jenis tanaman (mentimun dan cabai) yang diujikan, terlihat bahwa waktu yang dibutuhkan B. tabaci non-B untuk berkembangbiak pada tanaman mentimun lebih singkat 1,2 kali daripada biotipe-B. Menurut Oka (1998), arti penting nilai Ro dan T adalah untuk membandingkan nilai r. Misalkan dua populasi spesies yang berbeda dengan nilai Ro yang sama tinggi, tetapi salah satu spesies nilai T-nya pendek. Maka laju pertambahan intrinsik kedua populasi tersebut dalam satuan waktu tertentu akan berbeda. Waktu yang dibutuhkan populasi untuk berlipat ganda (DT) adalah 6,45 hari pada biotipe-B dan 5,71 hari pada non-B.
Neraca Kehidupan B. tabaci Biotipe-B dan Non-B Pada Tanaman Cabai
Pada tanaman cabai (Tabel 7) diperoleh nilai laju reproduksi kotor (Ro) B. tabaci biotipe-B dan non-B berturut-turut adalah 15,30 dan 15,41 per individu. Hasil tersebut diartikan. Nilai r yang diperoleh pada B. tabaci biotipe-B dan non-B masing-masing 0,17 dan 0,07 per induk per hari. Rataan masa generasi (T) yang diperoleh merupakan rataan waktu yang dibutuhkan sejak telur diletakkan hingga saat imago menghasilkan separuh keturunan masing- masing 37,69 hari pada biotipe-B dan 37,14 hari pada nonB. Waktu yang dibutuhkan untuk populasi berlipat ganda (DT) adalah 3,96 hari pada biotipe-B dan 9,21 hari pada non-B.
24
Tabel 6. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman mentimun Parameter populasi Ro
Biotipe-B
Biotipe non-B
Satuan
38,39
51,12
r
0,10
0,12
T
35,00
33,53
Hari
6,45
5,71
Hari
DT
Individu/induk/generasi Individu/induk/hari
Keterangan : (Ro) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik , (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda Tabel 7. Neraca kehidupan B. tabaci biotipe-B dan non-B pada tanaman cabai Parameter populasi Ro
Biotipe-B
Biotipe non-B
Satuan
15,30
15,41
r
0,17
0,07
T
37,69
37,14
Hari
3,96
9,21
Hari
DT
Individu/induk/generasi Individu/induk/hari
Keterangan : (Ro) Laju reproduksi bersih, (r) laju pertambahan intrinsik , (T) rataan masa generasi, (DT) waktu untuk populasi berlipat ganda