HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan Tanam Setelah Penyimpanan Penyimpanan bahan tanam dilakukan pada kondisi suhu yang berbeda dengan lama simpan yang sama. Kondisi yang pertama ialah suhu ruang yang berkisar antara 23ºC hingga 30ºC. Penyimpanan pada suhu ruang menunjukkan perubahan fisik bahan tanam yang terlihat nyata di seluruh perlakuan potongan dan lama simpan. Terjadi perubahan warna, bau, dan tekstur bahan tanam yang sudah tidak lagi sama dengan kondisi awal. Menurut Justice dan Bass (2002), gejala kemunduran benih dapat dilihat dari gejala fisiologi dan kimiawi. Perubahan fisiologi gejalanya antara lain ialah perubahan warna benih, mundurnya pertumbuhan perkecambahan, dan meningkatnya kecambah abnormal.
Gambar 2. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang Bagian daun bahan tanam terlihat menguning seperti yang terlihat pada Gambar 2. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang melakukan penyimpanan pada germinator dengan suhu simpan 25,5ºC. Kisaran suhu yang cukup tinggi inilah yang menyebabkan tingginya penguapan pada bahan tanam. Munculnya titik-titik air pada permukaan dalam plastik simpan bahan tanam menjadi bukti adanya aktivitas penguapan. Terjadinya penguapan juga mengakibatkan perubahan tekstur bagian daun bahan tanam menjadi lembek/basah namun semakin mengering pada bagian akarnya. Bau yang dihasilkan setelah penyimpanan pun berbeda dengan kondisi awal sebelum penyimpanan, yaitu menjadi bau hampir busuk. Namun, belum terjadi proses pembusukan sehingga bau yang dihasilkan tidak terlalu menyengat. 12
Pada kondisi suhu ruang masih terjadi pertumbuhan, ada beberapa tunas baru tumbuh tapi tidak dalam kondisi segar.
Gambar 3. Kondisi Pols (8 cm) setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin Kondisi suhu simpan yang kedua ialah suhu dingin dengan kondisi fisik yang terdapat pada Gambar 3. Refrigerator diatur dengan suhu tetap yaitu 4ºC dari awal hingga akhir penyimpanan bahan tanam. Perubahan fisik yang terjadi pada seluruh perlakuan bahan tanam baik potongan maupun lama simpan menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh dengan kondisi awal sebelum penyimpanan. Warna daun masih tetap hijau meskipun sudah tak sesegar kondisi awal. Tekstur serta bau bahan tanam yang telah melewati penyimpanan masih tetap segar seperti kondisi sebelum penyimpanan. Penyimpanan pols pada suhu dingin mengakibatkan terjadinya dorman pada bahan tanam yang disimpan sehingga tidak terdapat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1989) bahwa salah satu faktor pembatas pertumbuhan adalah suhu. Penyusutan Bobot Terjadinya penyusutan bobot bahan tanam merupakan salah satu akibat dari proses penyimpanan. Bahan tanam mengalami proses penguapan ketika disimpan sehingga terjadi penyusutan bobot, baik pada suhu ruang ataupun suhu dingin. Selain akibat penguapan, penyusutan bobot terjadi karena berkurangnya cadangan nutrien pada bahan tanam untuk mempertahankan hidup selama proses penyimpanan. Hasil penyusutan bobot bahan tanam yang telah disimpan pada suhu ruang disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa 13
perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara kedua faktor tersebut memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot bahan tanam. Perlakuan dengan penyusutan bobot paling kecil ialah P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Tabel 2. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Ruang (g) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
H4
P0
0,50±0,17abc
0,71±0,17bcd
1,23±0,19e
1,03±0,10de
0,87±0,32
P1
0,26±0,09a
0,57±0,20abc
0,56±0,47abc
1,66±0,43f
0,76±0,62
P2
0,44±0,09ab
0,37±0,10ab
0,98±0,16de
0,81±0,28cd
0,65±0,29
Rataan
0,40±0,11
0,55±0,03
0,92±0,16
1,17±0,23
Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan potongan dan lama simpan pada suhu dingin memiliki pengaruh nyata (P<0,05) sedangkan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak nyata (P>0,05). Dari segi faktor potongan yang memiliki angka penyusutan terkecil ialah potongan setengah dari normal (4 cm) sedangkan faktor lama simpan yang terkecil penyusutannya ialah 2 hari. Semakin lama disimpan maka penyusutan bobot akibat menurunnya kadar air benih karena tingginya laju respirasi yang diduga diikuti oleh adanya penguapan tinggi dari dalam bahan tanam (Samjaya et al., 2010). Tabel 3. Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan pada Suhu Dingin (g) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
H4
P0
0,26±0,13
0,63±0,16
0,55±0,05
0,54±0,27
0,50±0,16b
P1
0,16±0,17
0,50±0,35
0,37±0,14
0,48±0,14
0,38±0,15a
P2
0,33±0,09
0,90±0,26
0,54±0,13
0,34±0,08
0,53±0,26b
Rataan
0,25±0,05a
0,67±0,18c 0,49±0,06b
0,46±0,10b
Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
14
Penyusutan bobot yang terjadi pada penyimpanan suhu ruang cenderung lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan suhu dingin. Hal tersebut sejalan dengan Sulaiman et al. (2010), penurunan kadar air benih dengan tingginya suhu diduga adanya peningkatan penguapan dari benih selama penyimpanan. Data perbandingan
Persentase Penyusutan Bobot (%)
penyusutan dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Potongan (cm) P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm
2
4
6
8
Lama Simpan (hari)
Persentase Penyusutan Bobot (%)
Gambar 4. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Ruang 40 35 30 25 20
Potongan (cm) P 0 : 8 cm
15
P 1 : 4 cm
10
P 2 : 0 cm
5 0 2
4
6
8
Lama Simpan (hari)
Gambar 5. Persentase Penyusutan Bobot Pols setelah Penyimpanan Suhu Dingin Awal Tumbuh Gambar 6 memperlihatkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada seluruh perlakuan baik perlakuan potongan maupun lama simpan yang telah mengalami penyimpanan pada suhu ruang. Awal pertumbuhan yang paling cepat
15
terjadi setelah ditanam selama 2 hari. Semakin menurunnya laju awal pertumbuhan disebabkan karena telah terjadi perombakan cadangan makanann dalam bahan tanam selama penyimpanan, sehingga pols kehilangan daya tumbuh (Maemunah dan Adelina, 2009). Meskipun awal pertumbuhan bahan tanam ini tergolong cepat, akan tetapi hasil akhir dari penanaman menunjukkan banyak terjadi kelayuan. Hal ini mungkin berkaitan dengan perlunya perlakuan khusus sebelum penanaman. Salah satu contoh perlakuan khusus ini ialah dengan pemberian zat penumbuh pada bahan tanam yang sudah melalui penyimpanan untuk merangsang pertumbuhannya.
Awal Tumbuh (hari)
6 5 Potongan (cm)
4
P 0 : 8 cm
3
P 1 : 4 cm
2
P 2 : 0 cm
1 0 2
4
6
8
Lama Simpan (hari)
Gambar 6. Rataan Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Ruang) Gambar 7 menggambarkan rataan awal pertumbuhan setelah tanam pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin. Awal tumbuh terjadi paling cepat ialah setelah 2 hari tanam namun hal ini hanya terjadi pada satu perlakuan saja yaitu perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari). Hal ini mungkin terjadi karena cadangan nutrien yang cenderung masih banyak tersisa dan waktu dorman dari bahan tanam juga tidaklah lama. Lamanya awal pertumbuhan yang terjadi merupakan akibat dari adanya penyimpanan pada suhu dingin yang menyebabkan terjadinya dormansi pada bahan tanam tersebut. Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa penyimpanan benih pada suhu di sekitar titik beku dapat memperpanjang dormansi benih menjadi lebih lama. Pertumbuhan daun pada pols yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin
16
menunjukkan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pols yang
Awal Tumbuh (hari)
disimpan pada suhu ruang dan hampir tidak ditemui adanya kelayuan.
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Potongan (cm) P 0 : 8 cm P 1 : 4 cm P 2 : 0 cm 2
4
6
8
Lama Simpan (hari)
Gambar 7. Rataan Awal Pertumbuhan setelah Tanam (Suhu Dingin) Daya Tumbuh Tujuan utama penyimpanan benih ialah untuk mempertahankan daya tumbuh atau viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin (Sutopo, 2002). Penyimpanan cenderung akan mengurangi daya tumbuh dari bahan tanam tersebut. Hal ini terbukti dari hasil yang terdapat dalam Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bahwa penyimpanan baik dalam suhu ruang ataupun suhu dingin akan tetap mengurangi daya tumbuh. Tabel 4. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Ruang (%) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
H4
P0
0,92±0,11e
0,36±0,22c
0,60±0,24d
0,04±0,09ab
0,48±0,37
P1
0,92±0,11
e
bc
a
ab
0,32±0,42
P2
0,88±0,27e
0,16±0,26abc
0,04±0,09ab
0,04±0,09ab
0,28±0,40
Rataan
0,91±11
0,27±0,15
0,21±0,09
0,05±0,06
0,28±0,23
0,00±0,00
0,08±0,18
Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
Tabel 4 menggambarkan hasil bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols. Dari hasil uji lanjut terlihat bahwa perlakuan P0H1 (potongan normal 8 cm 17
dengan lama simpan 2 hari), P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari), dan P2H1 (potongan habis hanya akar dengan lama simpan 2 hari) menjadi perlakuan terbaik dengan angka daya tumbuh tertinggi. Menurut Maemunah dan Adelina (2009), semakin lama benih disimpan menyebabkan vigor bibit juga semakin menurun. Tabel 5. Daya Tumbuh Pols setelah Mengalami Penyimpanan pada Suhu Dingin (%) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
H4
P0
1±0,00
0,8±0,14
0,8±0,20
0,4±0,47
0,75±0,25
P1
1±0,00
0,72±0,23
0,56±0,26
0,28±0,27
0,64±0,30
P2
0,88±0,18
0,56±0,33
0,44±0,17
0,56±0,17
0,61±0,19
Rataan
0,96±0,06c
0,69±0,14b
0,60±0,15ab
0,41±0,21a
Keterangan: P0=8 cm, P1=4 cm, P2=0 cm; H1=2 hari, H2=4 hari, H3=6 hari, H4=8 hari. Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
Tabel 5 memperlihatkan bahwa lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh pols setelah disimpan dalam suhu dingin. Untuk perlakuan potongan dan interaksi tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Penyimpanan selama 2 hari menghasilkan daya tumbuh yang tertinggi. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolok ukur daya berkecambah (Rahayu dan Widajati, 2007). Dapat disimpulkan bahwa baik suhu ruang ataupun suhu dingin, semakin lama disimpan maka daya tumbuh bahan tanam semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Rohayati (1997) yang menyatakan bahwa penyimpanan 2 hari tidak menimbulkan kerusakan berarti sehingga daya tumbuhnya masih tinggi. Tinggi Vertikal Bertambahnya tinggi vertikal tanaman menunjukkan adanya pertumbuhan sel. Tinggi vertikal menjadi salah satu peubah yang dapat terlihat dengan jelas terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman yang mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya (Kurniasari, 2007). Baik pols yang disimpan pada suhu ruang ataupun suhu dingin diperoleh hasil yang serupa pada tinggi vertikalnya. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran tinggi vertikal bahan tanam yang disimpan pada suhu
18
ruang. Hasil uji ragam menyatakan bahwa perlakuan potongan, lama simpan serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Perlakuan dengan tinggi vertikal paling baik terjadi pada P0H1 (potongan normal 8 cm dengan lama simpan 2 hari) dan P1H1 (potongan setengah dari normal 4 cm dengan lama simpan 2 hari). Tabel 6. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Ruang (cm) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
P0
25,91±6,94d
7,01±4,32bc
10,81±4,59c
0,24±0,54a 10,99±10,86
P1
21,63±2,55d
5,01±2,91ab
0,00±0,00a
0,68±1,52a
6,83±10,11
P2
10,90±5,23c
2,73±4,28ab
0,69±1,55a
0,38±0,65a
3,68±4,93
Rataan
19,48±2,86
4,92±2,73
3,83±1,43
0,43±0,54
H4
Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
Data pada Tabel 7 juga memperlihatkan hasil yang serupa bahwa perlakuan potongan, lama simpan, serta interaksi antara keduanya memiliki pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal tanaman. Hasil terbaik didapatkan ketika memadukan perlakuan potongan normal (8cm) dengan penyimpanan selama 2 hari (P0H1). Tabel 7. Tinggi Vertikal Pols yang Telah Disimpan pada Suhu Dingin (cm) Potongan
Lama Simpan (hari)
Rataan
(cm)
H1
H2
H3
P0
30,92±5,58d
11,47±6,18b
19,75±5,68c
7,10±8,84ab 17,31±10,48
P1
18,23±2,03c
10,12±4,55ab
10,62±6,60ab
4,37±4,25ab
10,83±5,69
P2
7,04±1,88ab
3,77±3,48a
4,75±2,80ab
4,20±1,53a
4,94±1,46
Rataan
18,73±2,13
8,45±2,84
11,70±4,40
5,22±4,41
H4
Keterangan: P0=8cm, P1=4cm, P2=0cm; H1=2hari, H2=4hari, H3=6hari, H4=8hari. Superskrip berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil nyata (P<0,05).
Terdapat perbedaan hasil tinggi vertikal pada suhu ruang dan suhu dingin yaitu tinggi vertikal pada penyimpanan suhu dingin menghasilkan tinggi vertikal yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan suhu ruang. Hal ini mungkin
19
disebabkan karena cadangan nutrien pada bahan tanam yang disimpan dalam suhu dingin masih tersisa cukup banyak dibandingkan bahan tanam yang disimpan dalam suhu ruang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasibuan (2011) yang menyatakan bahwa semakin singkat waktu penyimpanan serta semakin panjang potongan daun maka pertambahan tinggi vertikal akan semakin tinggi.
20