HAMDAYANI S.Kep.,Ns.,M.Kes
SOSIOLOGIdan
BUDAYA KESEHATAN 1
BAB I SOSIOLOGI KESEHATAN
Materi Kegiatan Belajar 1. Ruangn Lingkup Sosiologi Kesehatan 2. Pandangan Ilmu Sosial Dan Budaya Lainnya Tentang Kesehatan 3. Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan 4. Kesehatan Dan Faktor Sosial 5. Hubungan Kesehatan Dengan Usaha Dan Etnisitas 6. Perilaku Kesehatan 7. Komunikasi Dalam Pelayanan Masyarakat 8. Sikap Dalam Pelayanan Kesehatan 9. Peran Dalam Pelayanan Masyarakat 10. Peran Dan Konflik Peran Dalam Pelayanan Kesehatan 11. Individu Dalam Lingkungan Sosial 12. Pengaruh Sosial Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar sosiologi kesehatan Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menyebutkan Ruangn Lingkup Sosiologi Kesehatan 2. Menjelaskan Pandangan Ilmu Sosial Dan Budaya Lainnya Tentang Kesehatan 3. Menjelaskan Pandangan Sosiologi Mengenai Kesehatan 4. Menjelaskan Kesehatan Dan Faktor Sosial 5. Membedakan Hubungan Kesehatan Dengan Usaha Dan Etnisitas 6. Menjelaskan Perilaku Kesehatan 7. Menjelaskan Komunikasi Dalam Pelayanan Masyarakat 8. Menjelaskan Sikap Dalam Pelayanan Kesehatan 9. Menjelaskan Peran Dalam Pelayanan Masyarakat 10. Menjelaskan Peran Dan Konflik Peran Dalam Pelayanan Kesehatan 11. Menjelaskan Individu Dalam Lingkungan Sosial
2
12. Menjelaskan Pengaruh Sosial
Materi A.RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KESEHATAN Sosiologi kesehatan merupakan cabang sosiologi yang relative baru.Dimasa lalu dalam sosiologi telah lama dikenal cabang sosiologi, sosiologi medis, yang merupakan pendahulu sosiologi kesehatan dan terkait erat dengannya.Pertumbuhan sosiologi medis berlangsung melalui enam tahap. Menurut mechanic tugas medis hanya dapat dilaksanakan secara efektif manakala yang dipertimbangkan baik factor biologis maupun factor social dan psikologis.Mulai dikaji factor social – budaya dalam keberhasilan pelaksanaan tugas medis menjadi dasar bagi tumbuh dan berkembangnya sosiologi medis. Straus membedakan antara sosiologi mengenai bidang medis dan sosiologi dalam bidang medis.Menurutnya sosiologi mengenai bidang mendis terdiri dari kajian sosiologis terhadap factor di bidang medis yang dilaksanakan oleh ahli sosiologi yang menempati posisi mandiri di luar bidang medis dan bertujuan mengembangkan sosiologi serta untuk menguji prinsip dan teori sosiologi. Menurut kendall dan reader,sosiologi mengenai bidang medis mengulas masalah yang menjadi perhatian sosiologi profesi dan sosiologi organisasi. Menurut straus sosiologi dalam bidang medis merupakan penelitian dan pengajaran bersama yang sering melibatkan pengintegrasian konsep, teknik dan personalia dari berbagai disiplin, dalam mana sosiologi digunakan sebagai pelengkap bidang medis. Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke berbagai masalah ke berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis.Dengan demikian, berkembanglah bidang sosiologi kesehatan. Para ahli pun membedakan antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan. Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasikan oleh suatu masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian dan pengajaran yang lebih bercirikan keinntiman, terapan dan kebersamaan yang terutama didorong olleh adanya masalah kesehatan. Menurut wolinsky orientasi para ahli sosiologi kesehatan lebih tertuju pada maslah kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan cenderung miskin teori.
3
Twaddle merinci tujuh dimensi yang membedakan sosiologi kesehatan dengan sosiologi medis. Menurutnya terjadinya pergeseran-pergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan.Namun, sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang sosiologi medis masih tetap dominan. B.PANDANGAN ILMU SOSIAL dan BUDAYA LAINNYA TENTANG KESEHATAN Masalah kesehatan dipelajari pula oleh antropologi medis, suatu bidang ilmu social yang erat kaitannya dengan sosiologi medis. Menurut foster, kedekatan kedua bidang tersebut bersumber pada dua hal. Namun, beberapa hal khusus membedakan keduanya ; ada tiga hal yang membedakan antropologi medis dengan sosiologi medis. Foster menyebutkan tiga factor yang hanya dijumpai pada antropologi medis. Foster dan Anderson pun membedakan antara antropologi mengenai bidang medis dan antropologi dalam bidang medis. Anrtopologi medis mempunyai suatu cabang yang dinamakan etnomedisin. Pandangan masyarakat tradisional terhadap masalah psikiatri dan caracara mereka menanganinya merupakan suatu pokok bahasan suatu cabang khusus dalam etnomedisin yang dikenal dengan nama etnopsikiatri, psikiatri lintas budaya atau psikiatri transkultural. Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan.Karena sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan.Mmaslah pengalokasian sumber daya kedalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan. Bidang hukum merupakan suatu bidang yang erat sangkut pautnya dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapi warga masyarakat.Ketentuan yang mengatur masalah kesehatan kita jumpai diberbagai cabang ilmu hukum.Maslah kesehatan pun mempunyai aspek-aspek yang menarik perhatian ahli ilmu politik.Menurut Davidoff dalam psikologi dikenal bidang psikologi kesehatan, yang didefinisikannya sebagai sumbangann disiplin psikologi terhadap promosi dan pemeliharaan kesehatan. Masalah kesehatan yang dikaji psikologi dapat terdiri atas perilaku maupun proses mental.
4
C.PANDANGAN SOSIOLOGI MENGENAI KESEHATAN 1.Defenisi Kesehatan dan Penyakit Wolinsky menjelaskan bahwa bagi dokter simtom dan tanda penyakit merupakan bukti gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan penanganan medis.Dari sudut pandangan medis, kesehatan ialaha ketiadaan simtom dan tanda penyakit.Wolinsky selanjutnya mengemukakan beberapa keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini. Defenisi medis ini lebih sempit pada devenisi WHO, yang mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun social dan tidak semata=mata terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut mechanic defenisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita jumpai pula dalam pandangan blum. Blum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri atas tigga unsur, yaitu kesehatan somatic, kesehatan psikis, dan kesehatan social.Definisi yang menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Menurut defenisi person seorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas sosialisasi, lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut person pula, kesehatan sosiologi seseorang bersifat relative Karena tergantung pada peran dijalankannya dalam masyarakat. Ternyata defenisi kesehatan yang mirip dengan ketiga macam defenisi tersebut di atas serupa kita jumpai pula dikalangan masyarakat.Menurut hasil penelitian di inggris di kalangan masyarakat awam maupun di jumpai defenisi negative, defenisi fungsional, dan defenisi positif. Person memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan system social.Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi mengganggu berfungsinya system social Karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya.Selain mengganggu berfugsinya manusia sebagai suatu system biologis, penyakit pun menggangu penyesuaian pribadi dan social seseorang. Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian morbiditas.Menurut parson ini disebabkan Karena
moralitas
dan
5
(1) penyakit mengganggu berfungisnya seseorang sebagai anggota masyarakat dan., (2) penyakit, apalagi kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi anggota masyarakat. 1.Tipologi Sehat dan Perilaku sakit Wolinsky membedakan delapan macam keadaan sehat, yaitu (1) sakit secara normal, (2) pesimis, (3) sakit secara social, (4) hipokondrik, (5) sakit secara medis, (6 martir, (7) optimis, dan (8) sakit serius. Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan. D.KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIAL Hubungan kesehatan dengan kelas social, gaya hidup dan jenis kelamin.Penyakit tidak terdistribusi secara merata dikalangan penduduk. Masalah kelompok mana yang menderita penyakit apa merupakan bidang kajian yang dinamakan epidomologi. Data dari berbagai Negara memaparkan adanya hubungan antara kesehatan dan kelas social. Perbedaan mortalitas antarkrelas disebabkan oleh berbagai factor, seperti penyakit jantung isemia, kanker paru-paru, penyakit serebrovaskular, bronchitis, kecelakaan kendaraan bermotor, pneumonia dan bunuh diri. Meskipun antara dua Negara bagian AS yang bertetangga, Utah dan Nevada , tidak dijumpai banyak perbedaan dibidang pendapatan per kapita, persentase penduduk yang tinggal diperkotaan, jumlah dokter per
6
100.000penduduk, rata-rata tingkat pendidikan formal penduduk, struktur usia penduduk, komposisi ras, perbandingan laki-laki dan perempuan serta lingkungan fisik, namun antara keduanya dijumpai perbedaan mencolok diberbagai bidang kesehatan. Penjelasanya dicari pada perbedaan gaya hidup penduduk kedua Negara bagian tersebut. Dari kasus ini di simpulkan bahwa tersedianya sarana kesehatan dan tingginya penghasilan tidak dengan sendirinya menjamin kesehatan masyarakat. Ketidaksamaan distribusi morbiditas antara mortalitas kita jumpai pula antara laki-laki dan perempuan. Salah satu factor social yang terkait dengan perbedaan mortalitas laki –laki dan perempuan perbedaan perilaku, antara lain disebabkan perbedaan sosialisasi peran. Merokok yang mengakibatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit tertentu merupakan kebiasaan yang dalam banyak masyarakat lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki daripada kaum perempuan. Hal yang sama berlaku bagi konsumsi minuman keras. Factor social lain yang menyebabkan perbedaan moralitas laki-laki dan perempuan ialah kenyataannya bahwa laki-laki lebih sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan yang berbahaya. Temuan mnarik lain ialah adanya perbedaan mortalitas laki-laki dan perempuan dalam angka bunuh diri. Dalam kasus tertentu factor social justru mengakibatkan mortalitas lebih tinggi di kalangan perempuan. E.HUBUNGAN KESEHATAN DENGAN USAHA DAN ETNISITAS Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degenerative dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan semakin sulit mandir dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi Karena factor social, seperti ketidaktahuan dan factor ekonomi. Factor social yang terkait dengan usia lanjut adalah ageism, suatu system diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Data dari berbagai masyarakat sering menunjukkan bahwa etnisitas atau ras warga terkait dengan kedaan kesehatan mereka. Salah satu factor yang menyebabkan perbedaa kesehatan antara kelompok mayoritas etnik dan ras kelompok monoritas ialah kelas social. Factor social yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar. Upaya yang disarankan ialah pengalihan upaya
7
pencegahan maupun pengobatan dari rumah sakit, klinik, dan ruang gawat darurat ke pelayanan langsung ke komunitas beresiko paling tinggi, dan kampanye pendidikan intensif. Temuan lain yang menyangkut perbedaan distribusi penyakit antar-ras ialah hubungan bahwa jumlah pemuda kulit putih yang dinyatakan tidak memenuhi syarat mengikuti wajib militer Karena alasan medis selalu lebih banyak daripada jumlah pemuda kulit hitam. Perbedaan ini diduga disebabkan Karena orang kulit putih lebih muda menjalankan peran sakit daripada orang kulit hitam. Data mengenai keadaan kesehatan kelompok-kelompok monoritas etnik yang menetap diinggris menunjukkan lebih tingginya prevalansi morbiditas dan mortalitas tertentu dikalangan kelompok etnis tertentu daripada di kalangan penduduk setempat. Perbedaan system medis antara kaum migrant dan penduduk setempat pun merupakan salah satu factor yang menjadi penyebab perbedaan kesehatan. F.PERILAKU KESEHATAN Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok: `1.Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek: a.Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b.Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. c.Perilaku gizi (makanan dan minuman) Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan atau serimg disebut perilaku pencarian pengorbanan (heath seeking behavior). Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang paada saat menderita dan atau kecelakaan .tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri. Perilaku kesehatan lingkungan
8
Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini. Perilaku hidup sehat Adanya perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain: 1). Menu seimbang 2). Olahraga teratur 3). Tidak merokok 4). Tidak minum minuman keras dan narkoba 5). Istirahat yang cukup 6). Mengendalikan stress 7). Periklaku atau gaya hidup lain yang positif bgi kesehatan. Perilaku sakit Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. Perilaku peran sakit(the sick role behavior) Perilaku ini mencakup: 1). Tindakan untuk memperoleh kesembuhan 2). Mengenal atau mengetahui fasilitas penyembuhan penyakit yang layak.
atau sasaran
pelayanan
3). Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan). G.KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN MASYARAKAT Komunikasi efektif adalah paling penting dalam membangun hubungan antarmanusia yang baik. Kita bukan orang paranormal yang bias ESP (extra sensory perception)dan membaca fikiran orang lain. Komunikasi bias dalam
9
bentuk verbal, dengan bahasa, bisa juga nonverbal, dengan isyarat-isyarat dan bahasa tubuh. Kalau komunikasi tidak efektif, maka akan terjadi salah paham, mungkin sampai pertengkaran atau bahkan peperangan bila antar Negara. Dalam pelayanan kesehatan biasanya kita kerja dalam tim. Untuk bekerja secara efektif dan efisien juga sangat penting, disamping dinamika kelompok yang perlu diperhatikan oleh para anggota tim. Dan diatas semua ini, akhirnya komunikasi antara karyawan sehat denagn pasien yang menjadi tujuan pelayanan kesehatan adalah yang terpenting. Berikut ini akan dibicarakan seluk beluk hubungan pasien- dokter, yang sebagian besar berlaku juga bagi hubungan karyawan kesehatan pada umumnya. Bila hendak berhubungan dan berkomunikasi dengan masyarakat, maka keadaannya lain dan pedomannya tentu juga lain. Kita akan melihat dahulu factor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi secara umum yang berlaku bagi semua komunikasi antarmanusia. Karena hal ini dianggap penting, maka akan dibicarakan secara mendetail sedikit. Kemudian baru kita mengangkat factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam komunikasi-komunikasi khusus antara pasien dan karyawan kesehatan. H.SIKAP DALAM PELAYANAN KESEHATAN PENGATURAN SIKAP Bayi belum mempunyai sikap, sebab sikap mulai terbentuk bilamana kita sudah dapat menilai dunia.Dan kita dapat meniali dunia kalau kita sudah dapat menpersepsi dan mempunyai kognisi. Sebelum kita meneliti bagaimana sikap terbentuk, akan lihat dahulu apa sebenarnya sikap itu. PERUBAHAN SIKAP Kemantapan dan perubahan sikap Fishbein dan ajzen (1975) menyusun suatu model perubahan perilaku. Sebagai contoh adalah : nasehat dikter supaya berhenti merokok setelah infark jantung koroner, artinya berubah dari perilaku merokok menjadi perilaku tidak merokok. Perilaku merokok dipengaruhi oleh niat untuk merokok.Mau diadakan perubahan perilaku, dari perilaku merokok ke perilaku tidak merokok. Pasien lebih mudah berhenti merokok kalau niatnya kuat, ia bertekat untuk berhenti. Kalau niatnya lemah, ia setengah hati untuk berhenti, maka sukar baginya untuk berhenti.
10
Niat untuk berhenti merokok dipengaruhi oleh sikap terhadap merokok. Niat untuk berhenti merokok lebih kuat bila pasien itu mengambil sikap positif terhadap berhenti merokok, umpama bila berhenti akan lebih sehat, dapat bekerja lebih lama dan kuat, masih ada tanggungan keluarga dan sebagainya. Niat akan lebih lemah bila dia mempunyai sikap negative, umpama anggapan bila tidak merokok tidak dapat berkonsentrasi; merokok untuk melancarkan pergaulan; merokok boleh asal jangan menghirup asapnya ke dalam paru-paru; seseorang mahasiswa kedokteran perokok mengatakan :”belum tentu juga akan terjadi kanker paru pada saya; kalaupun terjadi akan masih lama, sebelumnya akan ditemukan obat untuk itu”; dan sebagainya. Sikap terhadap merokok dipengaruhi oleh informasi dasar mengenai merokok. Sikapnya dikuatkan bila iya percaya akan informasi dasar bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, kanker paru atau pada perempuan hamil dapat terjadi kelainan pada janin. Niat itu dilemahkan bila iya tidak percaya. Ada orang berpendapat “ menurut suatu survey di USA, pada orang-orang yang merokok terdapat lebih sedikit penyakit alzhaimer dibandingkan dengan orang-orang yang tidak merokok, tetapi lebih banyak penyakit jantung koroner. Bagi saya lebih baik serangan jantung dari pada alzhaimer. Informasi dasar mengenai merokok diberikan untuk membentuk kepercayaan dan penilaian tentang akibat merokok menjadi lebih positif dengan pemberian informasi dasar lebih banyak dan meyakinkan (buku, artikel, seminar, poster, dan sebagainya).Kepercayaan dan keyakinan akibat merokok tidak bertambah apabila tidak ada informasi dasar itu atau diberikan asal-asalan sehingga tidak meyakinkan. Norma subjektif mengenai merokok mempengaruhi niat juga. Niat untuk berhenti merokok dikuatkan bila norma subjektif mengenai berhenti merokok adlah positif, umpama bila tidak merokok, kemungkinan kena penyakit jantung atau kanker paru lebih kecil, dan kesehatan mempunyai nilai pribadi yang tinggi baginya. Niat untuk berhenti merokok menjadi lemah bila norma subjektifnya negative terhadpa berhenti merokok, umpama lebih baik merokok daripada main judi atau pakai narkoba, atau sekali-kali toh tidak apa-apa. Kepercayaan normative dan motivasi untuk menuruti mengenai hal merokok memengaruhi norma subjektif. Kepercayaan normative dan motivasi untuk menuruti yang positif terbentuk oleh teman-teman dan lingkungan lain yang mendukung perilaku tidak merokok serta oleh orangorang yang berarti atau yang dikagumi dalam hidupnya melalui nasehat dan contoh tidak merokok. Norma subjektif dan motivasi untuk menuruti yang negative mengenai merokok dipupuk bila teman-teman dan orang-orang
11
yang berarti atau dikagumi juga merokok,” kakek saya merokok setiap hari sampai umur 90 tahun tidak apa-apa”; “ ada juga dokter yang merokok”.
Sikap – sikap itu berhubungan satu sama lain. Kita mungkin tahu dari pengalaman sendiri bahwa mengetahui sikap seseorang terhadap suatu hal sering memungkinkan kita meramalkan sikapnya terhadap hal-hal lain. Sedikit banyak sikap itu konsisten satu dengan yang lainnya. Ada beberapa teori antara sikap dan semua mempunyai cirri-ciri umum khas yang sama. Semua mengatakan bahwa semua keadaan yang konsisten adalah menyenangkan serta diinginkan, dan keadaan inkonsisten tidak menyenangkan serta tidak disukai.Selanjutnya bahwa dianggap individu termotivasi untuk menghilangkan keadaan tak menyenangkan Karena inkonsistensi.Salah satu cara dapat menghilangkan keadaan inkonsistensi adalah dengan mengubah sikap atau sikap-sikap yang inkonsisten. PERUBAHAN SIKAP DAN PERILAKU PASIEN Pemahaman dan ingatan tentang informasi Tidak perlu dikatakan bahwa tidak akan terjadi perubahan bila informasi dan instruksi tidak dipahami dan diingat. Masalah-masalah pemahaman dan ingatan. Satu hal yang perlu diulangi disini: hanya member informasi dan instruksi tidak dengan sendirinya mengakibatkan perubahan. Pertama: pesan itu dapat diabaikan atau dapat didistorsi. Tidak ada hubungan langsung antara pesan yang diberikan dan pesan yang diterima, baik dengan media massa maupun dengan komunikasi tatap muka. Lagi pula, pesan yang telah diterima dengan baik, selanjutnya dapat juga didistorsi atau diremehkan pentingnya.Pasien yang memehami instruksi karyawan kesehatn dan kemudian tidak mengikutinya bisa mengalami disonansi. Pasien dapat memakai beberapa taktik mengurangi disonansi: “saya sudah merasa baik, tak perlu minum obat lagi”, “ ah, sekali-kali dipesta ,makan lemak tidak apa-apa”;” dokter menyuruh saya foto rontgen paru ulang, tapi saya tidak batuk-batuk lagi buat apa?”; dan sebagainya. Dengan instruksi yang efektif, penjelasan yang baik mengenai efek samping yang mulai timbul dan akibatnya bila tidak mengikuti nasehat, maka akan sukar bagi pasien utnuk tidak menuruti dengan macam-macam alasan. I.PERAN DALAM PELAYANAN MASYARAKAT KONSEP PERAN Defenisi peran
12
Istilah peran dapat berlaku untuk kedudukan yang diraih, yaitu kita harus berusaha untuk mencapainya, seperti jabatan.Berlaku juga untuk kedudukan asal atau yang dianggap, yaitu yang kita tidak dapat mengendalikan, umpama ras, umur dan jenis kelamin.Norma-norma untuk perilaku biasanya tidak tertulis secara resmi, tapi kurang lebih disetujui secara umum oleh para anggota masyarakat.Kadang-kadang fakta bahwa norma-norma itu ada, mungkin tidak mendapat begitu banyak perhatian sampai terjadi pelanggaran-pelanggaran, seperti seorang ibu dan ayah menyiksa anak atau seorang hamkim menerima suap. Peran, seperti ini perilaku sosialo lain, harus dipelajari.Banyaknya perilaku yang dipelajari berbeda-beda untuk menjalankan suatu peran yang dapat diterima.Ada peran, umpama pelanggan di toko, yang tidak memerlukan banyak perilku rumit sehingga mudah dikuasai. Ada peran lain, seperti peran dokter dan perawat, yang memerlukan banyak pola peran yang sangat rumit dan yang memerlukan suatu pendidikan formal khusus serta suatu penerimaan resmi dalam peran itu (upacara sumpah jabatan). Biasanya suatu individu mempunyai lebih dari satu peran dan sering beberapa pada waktu yang sama. Orang yang sama secara bersamaan dapat mempunyai beberapa peran umpanyasebagai suami, ayah anak, saudara, dosen, ketua sebuah panitia, anggota rukun tetangga, anggota milis di internet dan pemain bulu tangkis. Selanjutnya, individu mempunyai peran yang berbeda pada tahap-tahap kehidupan yang berbeda. Seorang manusia pertama adalah anak, setelah itu mungkin saudara, lalu siswa, mahasiswa, kemudian mungkin perawat atau dokter lantas pensiunan atau warga senior, disamping peran-peran lain yang diduduki pada setiap saat. Meskipun peran ditentukan oleh masyarakat, namun diperankan oleh para individu, dalam setiap individu mempunyai konsepsinya sendiri apa yang termasuk dalam setiap peran, umpama apa artinya seorang ibu baik,dokter yang baik dan mahasiswa yang baik. Konsepsi ini mungkin sangat mendekati apa yang dianggap oleh kebanyakan orang, atau mungkin sedikit atau banyak menyimpang dari pendapat umum. Selanjutnya, perilaku peran yang sebenarnya mungkin sesuai ataupun tidak sesuai dengan apa yang dianggap individu itu sebagai perannya, Karena perilaku yang sebenarnya sebagian besar tergantung pada factor-faktor lain, seperti kepribadian individu dan peran-peran lain. Peran dan iteraksi. Secara khas peran terdapat dalam pasangan-pasangan yang saling melengkapi atau timbal balik, seperti ibu – anak, dosen – mahasiswa, dokter – pasien, majikan – karyawan, suami – istri. Dua peran saling melengkapi dinamakan peran timbal balik (resprokal,reciprocal roles) jikan sifat dasar peran yang satu tidak dapat digambarkan sepenuhnya tanpa menunjuk kepada peran ibu tanpa memperhatikan peran anak, atau peran perawat tanpa mengingat peran pasien.
13
Perilaku pada umumnya melibatkan interaksi antara dua orang yang memainkan peran resiprokal.Jalannya interaksi ini ditentukan oleh normanorma yang berhubungan dengan setiap peran itu.Setiap orang bukan saja tahu bagaimana berperilaku, tetapi juga tahu perilaku yang diharapkan dari peran resiprokal.Dalam arti ini, peran dapat dipandang sebagai peraturanperaturan untuk interaksi antar posisi; diberi batas-batas pada peristiwa yang bisa terjadi dalam rangkaian interaksi peran-peran itu. Karena itu bila kita berinteraksi dengan orang-orang yang memainkan peran tertentu, kita dapat meramalkan perilaku mereka atas dasar peran mereka, atau paling sedikit menyingkirkan kemungkinan terjadinya beberapa jenis perilaku tertentu yang tidak pantas. Sanggup meramalkan jalan interaksi lebih menyenangkan bagi kita. Bila kita berinteraksi dengan keluarga dan teman-teman kita, kita tahu perilaku apa yang diharapkan mereka dari kita. Karena kita sudah lama kenal dengan kepribadian mereka, kita juga dapat meramalkan perilaku mereka dan begaimana berinteraksi dengan mereka Karena pengalaman masa lalu.Tetapi kebanyakan dari kita, setiap hari harus berinteraksi dengan bermacam-macam orang yang belum pernah kita temui sebelumnya.Bayangkan betapa bingung jika kita harus meramalkan perilaku orang hanya berdasarkan pada pengetahuan tentang kepribadiannya dan tidak pada pengetahuan tentang perannya, contoh saya bertemu dengan rector. Lalu saya tidak tahu perannya apa, rector atau bukan. Bagaimana saya harus berkomunikasi dengannya?. Konflik peran Konflik peran timbul bila individu merasa sukar atau tidak mungkin memenuhi harapan orang lain mengenai perilaku dalam perannya. Bila ini terjadi, maka interaksi yang diharapkan akan lancer, akan sedikit atau banyak teerganggu. Orang-orang yang terlibat didalamnya akan merasa sangat tidak enak. Tujuan umum interteraksi, misalnya dalam pengobatan dirumah sakit, produksi dipabrik atau asuhan dalam keluarga, dapat terganggu sebagai akibatnya. Brown (1965)menggambarkan tiga jenis umum konflik peran, biarpun samasekali bukan hanya ini saja yang dapat terjadi, yaitu sebagai berikut. Konflik antar peran :kita biasa menduduki lebih dari satu peran, tetapi biasnya peran yang berbeda-beda itu dimainkian pada waktu dan tempat yang berbeda. Namun dapat terjadi bahwa dua peran yang berbeda harus kita mainkan. Masing-masing peran menuntut perilaku yang bertentangan satu sama lain pada situasi yang sama serta pada waktu dan tempat yang sama. Individu tidak dapat memenuhi tuntutan kedua peran itu sekaligus. Contoh konflik peran macam ini adalah: sewaktu penulis melihat bahwa putrinya ada dalam kelas sebagai mahasiswi. Peran sebagai dosen dan
14
sebagai ayah mempunyai tuntutan-tuntutan yang inkonsisten terhadap putri-mahasiswi itu. Konflik intraperan: ada dua jenis konflik intraperan. Pada keduanya konflik itu muncul Karena harapan-harapan inkonsisten mengenai perilaku yang berhubungan dengan satu peran. Biasanya satu peran mempunyai lebih dari satu peran resiprokal, umpama peran dosen mempunyai resiprokal mahasiswa dan rekan sekaligus, peran perawat mempunyai peran resiprokal dokter dan direktur rumah sakit, seorang perempuan mempunyai suami dan anak, dan sebagainya. Konflik intraperan jenis pertama terjadi bila orang-orang dengan peran resiprokal yang berbedda melakukan tuntutan-tuntutan bertentangan pada orang ditengahnya, dokter dan direktur terhadap perawat, suami dan anak terhadap perempuan itu yang mempunyai peran resiprokal istri dan ibu. Konflik intraperan jenis kedeua terjadi bilanorang-orang yang menduduki peran resiprokal yang sama mempunyai harapan yang berbeda terhadap orang yang ditengah itu dan yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan konsepsi orang itu, umpama para mahasiswa mempunyai tuntutan berbeda-beda terhadap dosen, ada yang mengharapkan dosen memberi banyak contoh, ada yang mengharapkan diberi prinsip-prinsip saja, ada yang menginginkan ia lebih serius, dan mungkin ada yang mau banyak lelucon, dan sebagainya. Begitu juga pasien-pasien yang mempunyai tuntutan yang berbedda pada seorang karyawan kesehatan. Konflik kepribadian-peran: individu dituntut untuk memainkan peran dengan perilaku yang bertentangan atau tidak cocok dengan kepribadiannya. Beberapa serdadu mempunyai kepribaadian yang sukar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang penuh disiplin dan teraturkaku; seorang salesman yang tidak agresif dan ulet tidak akan senang dan berhasil dalam pekerjaannya. Orang yang mau bebas dan tak mau kenal perbedaan posisi atau orang yang prinsipnya tidak mau melukai orang lain, sukar untuk masuk dalam organisasi militer. J.PERAN DAN KONFLIK PERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN Peran pasien dan karyawan kesehatn Peran resiprokal pasien dan karyaawan kesehatn telah ditentukandengan jelas dan jalannya interaksi pasien karyawan kesehatn diatur oleh normanorma yang berhubungan dengan peran-peran itu. Kemampuan untuk meramalkan interaksi itu, paling sedikit dalam batas- batas tertentu, memungkinkan pasien dan karyawan kesehatan yang belum pernah bertemu sebelumnya berinteraksi secara relative muda, biarpun pasien
15
harus diperiksa badannya (dan membuka mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi.
pakaiannya)
atau
Peran si sakit; ternyata ada juga tuntutan-tuntutan untuk menunjukkan perilaku tertentu waktu sakit. Parsons (1951) menjelaskan empat tuntutan peran sakit: Dikecualikan dari tanggung jawab peran social normal yang tentunya adalah relative sesuai dasar dan kerasnya penyakit.Perkecualian ini perlu dikuatkan oleh berbagain orang yang terlibat dan karyawan kesehatan sering berfungsi sebagai”pengadilan” serta sekaligus member legitimasi untuk ini. Kepercayaan yang sudah berakar bahwa orang sakit tidak dapat diharapkan untuk” dengan sekuat tenaga” berusaha menjadi sembuh hanya ddengan kemauan saja.dalam defenisi kedaan sakit hal ini sangat penting sebagai jembatan untuk menerima “pertolongan”. Pengertian “keadaan sedang sakit”, yang dengan sendirinya tidak disukai, membawa kewajiban untuk menghendaki “menjadi sembuh”. Hal keempat yang berhubungan erat dengan hal yang ketiga adalah kewajiban mencari pertolongan teknis pada orang yang kompeten (meminta konsultasi), biasanya itu pada dokter atau karyawan kesehatn lain, dan bekerja sama dengan dia dalam usaha mencapai kesembuhan (atau mau mencari pengobatan alternatif). Dalam penggambaran ini secara implicit ada ketergantungan seperti anak kecil dari pasien kepada dokter yang serba tahu. Pasien diharapkan untuk menerima tanpa banyak bertanya mengenai pengobatan yang diberikan dan ia melepaskan fungsi mengambil keputusan yang biasanya ia jalankan. Manusia berbeda-beda dalam kerelaan untuk menerima peran si sakit, kadang-kadang keinginan dan ketidak inginan untuk menerima peran si sakit, tidak sesuai dengan evoluasi kedokteran mengenai keadaannya. Ada orang yang ingin agar peran si sakitnya diterima oleh orang-orang disekitarnya, tetapi evaluasi mengenai kesehatannya ia tidak demikian. Rupanya peran si sakit baginya sangat menarik Karena ia dibebaskan dari tanggungjawab sehari-hari dan menerima lebih banyak perhatian serta keprihatinan dari orang-orang disekitarnya lebih daripada biasanya. Ada orang lain yang sudah betul-betul sakit dari sudut pandang kedokteran, tetapi tidak mau mengakui ia sakit, mungkin Karena konflik tuntutan pekerjaan dalam keluarga, atau barangkali mengakui sakit baginya berarti kelemahan, atau Karena sebab lain.
16
Apa yang menetukan bagaimana individu berespons terhadap gejala-gejala penyakit? Pada stadium apa penyakit itu dikenal dan pertolongan dicari? Hal ini merupakan perilaku penyakit (illness behavior) yang menurut mechanic (1966) ada tujuh factor yang dapat mempengaruhi; yaitu sebagai berikut: 1.Jumlah dan persintensi gejala-gejala 2.Kemampuan individu melalui gejala-gejala 3.Keseriusan yang dipersepsi dari gejala-gejala 4.Beratnya gangguan social dan fisik akibat gejal-gejala Latar belakang cultural orang itu oramg itu, bagaimana kelompok atau perusahaanya, dalam arti kata seberapa besar diharapkan toleransi, keberanian untuk menahan sakit, dan sebagainya. Informasi yang dapat diperoleh dan pengetahuan kedokteran. Tersedia sumber bantuan dan kemudahan untuk mencapainya seccar social dan fisik. Di sini dapat dimasukkan bukan saja jarak fisik dan biaya uang, waktu dan usaha, tetapi juga beban seperti”rasa takut”, stigma, jarak social, rasa dihina, dan sebagainya. Sebarapa jauh peran si sakit yang telah ditentukan itu diterapkan sebenarnya tergantung pada seberapa berat saking orang itu. Makin serius keluhan-keluhannya, makin kuat harapan bahwa sisakit itu harus mengikuti ketentuan peran si sakit. Pasinen rawt inap di rumah sakit mengalami ketergantungan lebih besar dan lebih sedikit dapat mengendalikan kegiatan sehari- hari dibandingkan dengan pasien berobat jalan. Untuknya peran si sakit lebih diutamakan di atas peran- peran lain. Szasz dan hollender menyusulkan tiga jenis relasi pasien – dokter tergantung pada beratnya keadaan pasien. Relasi aktivitas – pasivitas: hal ini terjadi bila pasien mengalami sakit atau kecelakaan berat dan tidak bisa apa-apa. Pengobatan ini berjalan tanpa usaha yang berarti dari pihak pasien. Relasi bimbingan- kooperasi: ini pada keadaan yang tidak begitu akut dimana pasien walaupun sakit, tetapi masih sadar tentang situasi dan mampu berpartisipasi dalam pengobatan, sejauh ini dapat mengakui bahwa dokter “yang paling tahu” dan ia menuruti perintah dokter. Relasi partisipasi bersama: ini berlaku pada pengobatan pasien dengan penyakit yang menahun, seperti diabetes mellitus, hipertensi dan gangguan
17
mental dimana pasien harus aktif berpartisipasi dalam pengobatan. Dokter dan pasien saling mendekati dengan tingkat sederajat dibandingkan kedua jenis yang lain. Pendekatan yang lain terhadap relasi pasien-dokter, yang lebih bersifat filosofis, adalah dari Robert veatch (1981) yang menekankan pada sikap atau pendekatan karyawan kesehatan terhadap pasien: Model ilmiah atau model tukang: karyawan kesehatn merasa bahwa iya harus bertindak sebagai ilmuan murni yang hanya memperhatikan fakta, bukan nilai-nilai. Ia memeparkan fakta kepada pasien yang kemudian memutuskan bagi dirinya sendiri apa yang harus dilakukan. Secara moral, karyawan kesehatan disini sebagai tukang yang melakukan apa yang dipesan langganannya, biarpun itu bertentangan dengan hati nuraninya. Ia membenarkan dirinya dengan mengatakan bahwa ia hanya seorang ilmuan, bukan moralis. Model paternalistic atau pun model guru: karyawan kesehatan memerankan peran guru atau pendeta. Iya tahu apa yang paling penting bagi pasien dan pasien hanya menuruti nasehatnya.karyawan kesehatan mengambil semua keputusan mengenai kesehatan pasiennya. Keputusankeputusan model ini sebenarnya berdasarkan moral bukan berdasarkan ilmu kesehatan. Karyawan kesehatn tidak seakan-akan ia mempunyai kemampuan dalam kedua bidang itu, moral dan kedokteran, hanya Karena dia seorang karyawan kesehatan saja. Model kontrak: kontrak disini bukan seperti kontrak bisnis atau kontrak illegal, tetapi lebih kepada pengertian kedua belah pihak bahwa keduaduanya mempunyai dasar harapan dan keuntungan. Tanggung jawab disini dibagi kepada pasien dan karyawan kesehatan.Dengan model ini pasien harus kompeten, jika tidak, harus ada wali. Bila pasien sangat dependen, maka untuk sementara waktu boleh dirundingkan dengan keluarganya yang paling dekat dengan persetujuannya atau sediki atau banyak kita memakai model paternalistic, dan bila ia sudah mampu, maka ia bergeser lebih banyak ke model kontrak. Konflik peran dalam pelayanan masyarakat Konflik antarperan yang klasik terjadi bahwa dokter juga harus mengobati anaknya sendiri yang dibawa ke UGD Karena kecelakaan.Perannya sebagai dokter menuntut netralitas efektif, tetapi perannya sebagai orang tua dengan sendrinya mengandung keprihatinan emosional (mungkin sampai pada titik panik) terhadap keadaan anaknya.Justru untuk menghindari konflik macam ini para dokter jarang mengobati anggota keluarganya sendiri, terutama untuk penyakit yang serius.
18
Konflik intraperan yang timbul Karena inkonsistensi harapan dari kedua peran resiprokal yang berbeda adalah yang dialami perawat bila instruksi dikter (satu peran resiprokal) bertentangan dengan petunjuk atasan perawat (peran resiprokal yang lain) yang mewakili pimpinan rumah sakit.Seperti telah disinggung sebelum ini, penyelesain konflik seperti ini biasanya menuruti instruksi dokter, asalkan tidak bertentangan dengan pengetahuan medis dan moral perawat.Umpama perawat melaporkan keadaan pasien yang sangat kesakitan kepada dokter lewat telepon, lalu dokter menuruh perawat menyuntik morfin, tetapi menurut peraturan rumah sakit donter harus menandatangani instruksi itu terlebih dahulu.Perawat harus menuruti siapa? Konflik kepribadian-peran dapat dialami oleh pasien rawat inap.Menyesuaikan diri dengan peran penyakit, khususnya ketergantungan seperti kanak-kanak serta menerima saja dan tak dapat mengendalikan lingkungannya, mungkin sangat sukar bagi orang yang sehari-hari dominan dan sudah biasa mengendalikan lingkungannya secar ketat. Namun lorber (1975) melaporkan bahwa 103 pasien bedah, bahwa 28 memperlihatkan perilaku yang menyimpang dari perilaku pasien rawat inap yang dianggap “pasien yang baik”. Tetapi sering didengar bahwa para dokter adalah pasien yang susah diatur! K.INDIVIDU DALAM LINGKUNGAN SOSIAL (kehadiran orang lain) Kita semua tahu bahwa bila kita berada di dalam suatu ruangan dengan satu orang lain saja, maka pengalaman kita lain daripada bila kita hanya sendirian, tanpa komunikasi atau interaksi dengan orang lain itu, biasanya mempunyai pengaruh tidak begitu kentara (tetapi kadang-kadang jelas juga) terhadap perilaku kita sendiri. Kontak terus-menerus, isolasi, dan afiliasi Kebanyakan dari kita berada denagn orang lain selama sebagian besar dari waktu kita. Namun jelas bahwa harus ada suatu keseimbangan optimal antar waktu kita berada dengan orang lain dan waktu kita sendirian. Kadang-kadang kita ingin sekali berinteraksi dengan orang lain, tetapi ada kalanya kita juga ingin sekali berada sendirian. Jelas bahwa kita membutuhkan hubungan atau afiliasi denagn orang lain, tetapi tidak berlebihan. Sejak lahir manusia membutuhkan ini.pada umumnya, manusia membutuhkan afiliasi bila mengalami kecemasan.Dalam eksperimen-eksperimen terdapat hubungan antara ketakutan dan keinginan untuk berafiliasi.Hanya satu penelitian menunjukkan bahwa kebangkitan (arausal) keccemasan yang tinggi (bukan
19
kebangkitan kekuatan yang tinggi) mengakibatkan penurunan keinginan berafiliasi.
L.PENGARUH SOSIAL Setiap hari kita mengalami pengaruh social.Para sahabat mempengaruhi kita untuk turut dalam suatu kegiatan, untuk menghadiri suatu pertunjukan ataupun pertemuan atau untuk mengubah pandangan terhaadap sesuatu.Dalam bidang kesehatan terdapat kampanye ‘stop merokok’, ‘ narkoba atau sehat’; dibidang politik para kandidat berusaha untuk meyakinkan kita untuk memilih mereka. Tidak dapat disanggkal lagi bahwa kita dipengaruhi oleh lingkungan social kita, tetapi seberapa kuat dan luas, serta dimana batasnya? Kita akan membicarakan beberapa konsep pengaruh social, lalu beberapa contoh penelitian pengaruh social dan akhirnya efek media massa. KONSEP PENGARUH SOSIAL Secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi pengaruh social bila satu orang atau sebuah kelompok menyebabkan perubahan dalam perilaku orang lain (perilaku yang kelihatan atau pun pendapat, sikap dan perasaan yang tidak kelihatan). Respons-respons terhadap pengaruh social Identifikasi terjadi bila kita menerima sikap dan kepercayaan orang lain agar terjadi suatu relasi yang baik dengannya. Jadi kita mengidentifikasikan diri dengan mereka itu. Pengaruh itu tergantung pada pentingnya relasi dengan orang lain itu tanpa memperhatikan kehadiran fisik mereka dan identifikasi dipertahankan selama kita nmau mempertahankan relasi. Kita mungkin berfikir bahwa sikap dan fikiran yang diterima itu memang kepunyaan kita, tetapi sebenarnya tidak betul-betul terintegrasi dengan system nilai kita sesungguhnya.Bila identifikasi kita berubah maka begitu juga sifat dan pendapat yang menyertainya. Internalisasi terjadi bila sikap dan pendapat yang dimasukkan betul-betul menjadi kepercayaan kita. Kita menerima itu secara mendasar dan seutuhnya, Karena isinya yang menjadi terintegrasi dengan system nilai kita.Dalam hal ini, pengaruh itu tergantung pada kreadibilitas mereka yang mau memengaruhi, tetapi mempertahankan respon baru itu tidak tergantung pada yang menyebabkannya.Dengan demikian, maka internalisasi mungkin merupakan bentuk pengaruh yang paling stabil dan tahan lama.
20
BAB II ANTROPOLOGI KESEHATAN Materi Kegiatan Belajar 1. Defenisi Antropologi Kesehatan 2. Sistem Medis 3. Beberapa Unsur Universal Dalam System –Sistem Medis
Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar Antropologi kesehatan Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Defenisi Antropologi Kesehatan 2. Menjelaskan Sistem Medis 3. Menjelaskan Beberapa Unsur Universal Dalam System –Sistem Medis
Materi A.DEFENISI ANTROPOLOGI KESEHATAN Bidang baru antropologi kesehatan Para ahli antropologi tersebut umumnya disebut sebagai ahli antropologi kesehatan dan lapangan yang diwakilinya adalah subdisiplin baru antropologi, yakni”antropologi kesehatan”. Secara konseptual, semuanya itu dapat diajarkan dalam satu kontinum, dengan ujung yang satu disebut kutub biologi sedangkan ujung lainnya disebut kutub social-budaya.Kearah kutub biologi terdapat ahli-ahli antropologi yang pokok perhatiannya adalah tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia dan paleopatologi (study mengenai penyakit-penyakit purba). Secara singkat antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian-perhatian pada aspek biologis dan social-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara- cara interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit.
21
Akar dari antropologi kesehatan Kita menelusuri antropologi kesehatan kontenporer pada empat sumber yang berbeda, yang perkembangannya masing-masing secara relative terpisah satu sama lain. (1) perhatian ahli antropologi fisik terhadap topic-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi komparatif, tipe-tipe ras, genetika dan serologi (2) perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif, termasuk ilmu sihir dan magic (3) gerakan”kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940an, yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi; dan (4) gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah peran dunia II. 1.Antropologi fisik Selama beberapa dasawarsa , ahli antropologi fisik disibukkan dengan “kedokteran forensik”, suatu bidang mengenai masalah-masalah kedokteran-hukum yang mencakup identifikasi seperti umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang diduga mati Karena unsure kejahatan, serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya. 2.Etnomedisin Sebagian antropologi kesehatan yang kini disebut sebagai “etnomedisin” yakni, “kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern”. 3.Antropologi kesehatan dan ekologi Dalam ekologi keseluruhan integral adalah suatu ekosistem, “suatu interaksi antar kelompok tanaman dan satwa dengan lingkungan non hidup mereka” (hardest 1977 : 289). Pendekatan ekologis adalah dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidomologi, cara-cara dimana tingkah laku individu dan kelompok menentukan derajat kesehatn dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda
22
dalam populasi yang berbeda-beda.Dalam studi-studi ekologi, kita mulai dengan lingkungan.Sejauh yang menyangkut manusia manusia, lingkungan bersifat alamiah dan social-budaya. 4.Paleontology Ahli-ahli patologi, anatomi dan ahli-ahli antropologi fisik telah benyak belajar mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka manusia purba.Sebagai contoh, kerusakan atau abses pada tulang sebagai akibat dari syphilis, tuberkolosis, frambosia, osteomilitis, poliomilitis, kusta dan sejenisnya adalah jenis-jenis penyakit infeksi yang dapat dikenali. Teknik terbaru dalam menganalisis penyakit-penyakit manusia purba adalah penggunaan kotoran manusia yang apabila disusun kembali dapat memberikan informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau tidaknya parasit-parasit intestine. Hal-hal tentang penyakit-penyakit manusia purba dan adaptasinya terhadap lingkungan dapat disimpulkan dari studi mengenai sisa-sisa masyarakat berburu dan meramu, seperti orang bushmen di afrika selatan dan penduduk asli Australia. 5.Penyakit dan evolusi Anopheles gambiae, vector malaria yang terpenting di Afrika Barat, tidak dapat berkembang digenangan air yang sangat terlindungi oleh sinar matahari, seperti yang terdapat dihutan-hutan tropis. Bersamaan dengan itu kerajinan besi serta tanaman yang yang tinggi hasil produksinya, yaitu disocorea latifolia yang mungkin dibiakkan dinigeria, maka panggungpun telah siap bagi suatu perubahan lingkungan yang dramatis. 6.Makanan dan evolusi Seperti halnya dengan penyakit, makanan juga merupakan karasteristik lingkungan yang mempengaruhi evolusi.Selama 2 juta tahun tersebut, manusia menyebar kebagian-bagian bumi yang bisa didiami dan terjadilah peningkatan penting dalam ukuran tubuh dan otak, paling sedikit diperkirakan sebagai respons atas protein hewani yang telah menjadi bagian makanannya.Hanya Karena makanan yang cukup kuantitas dan keseimbangannya maka perkembangan itu dapat terjadi. Kata Stini “dalam arti bahwa terdapat lebih banyak individu yang bisa mempertahankan kelangsungan hidup dengan sumber-sumber yang ada,
23
tiap-tiap individu itu memiliki sejumlah kecil jaringan metabolism yang proporsional yang sesuai dengan pengurangan dalam kebutuhan nutrisi”.
7.Epidomologi Secara singkat, epidomologi berkenaan dengan distribusi dalam tempat dan prevalensi atau terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau lingkungan ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia. Epidomologi berorientasi pada usaha mencapai suatu tujuan, dalam arti tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan. “epidomologi pembangunan,” yaitu konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu – terhadap proyek-proyek pembangunan teknologi. Peningkatan timbulnya penyakit buta sungai (river blindess), yang sering terjadi setelah pembangunan danau-danau buatan, serta penyebaran penyakit bilharziasis (atau schistosomiasis) sebagai akibat dari rencanarencana irigasi, merupakan ilustrasi dari jenis masalah epidomologi yang dipelajari oleh ahli-ahli antropologi dari negar-negara berkembang. 8.Misteri kuru Penyakit kuru ditandai oleh diteriorisasi progresif pada pusat system saraf yang mengarah pada kelumpuhan total, dan seringkali, ketidak mampuan untuk menelan. Karena otak tersebut tidak cukup matang dimasak, maka virus yang terdapat pada mayat wanita korban kuru tersebut ditularkan kepada kerabat-kerabat wanita dan anak-anak dalam keluarga. 8.Ekologi pembangunan Istilah pembangunan mempunyai konotasi yang positif. Merreka yakin bahwa melalui “pembangunanlah,” maka pemanfaatan yang rasional atas sumber daya manusia dan fisik dpat diperoleh, kemiskinan dapat diberantas, pendidikan menjadi universal, penyakit dapat diatasi, dan standar kehidupan menjadi dapat diterima. Konsep pembangunan mencakup intervensi pembangunan teknologi manusia terhadap keseimbangan alam : pembanguna bendungan-bendungan, pembukaan, peralatan dan irigasi lading-ladang, pembangunan jalan-jalan raya, sekolah-sekolah, rumah sakit,pengeboran minyak, pembukaan tambangtambanng, dan pembangunan pabrik-pabrik. Dalam arti luas, aktifitas pembangunan yang dilakukan oleh manusia bukanlah hal yang
24
baru.Dengan munculnya revolusi indutri di Eropa, kecepatan intervensi manusia terhadap alam menjadi semakin meningkat, dan mulailah dikenal polusi udara.Akibat udara yang kotor, kekurangan sanitasi dan cara hidup yang berdesakan didaerah pemukiman miskin di perkotaan yang pertama timbul timbul mengikuti revolusi industry, menimbulkan konsekuensikonsekuensi kesehatan yang belum dapat dipecahkan secara keseluruhan. Namun ada pembangunan yang ‘baik’ dan ada pembangunan yang’buruk’ yang pertama adalah dimana pada suatu populasi tertentu terdapat keseimbangan .sedangkan yang lain adalah dimana keadaan populasi justru menjadi lebih buruk dengan adanya pembangunan. Lingkungan alam yang telah digarap secara besar-besaran oleh manusia sedemikian rupa, sehingga suatu kontrak ekologi besar yang baru harus dibuat. Walaupun kami cenderung untuk berfikir bahwa pembangunan pada intinya adalah proses fisik, namun pembangunan juga adalah proses social dan ekonomi, yang menyangkut hal-hal seperti migrasi besar-besaran, pertanian tanaman keras, fasilitas kredit dan banyak lagi aktivitas manusia yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Dalam kasus selat panama, demam kuninglah yang mengalahkan insinyur perancis DeLessup dalam usahnay untuk menggali terusan; setelah dokter-dokter amerika menemukan penyebab sakit kuning, dan setelah vaktor nyamuk dibasmi, barulah keadaan kemungkinan untuk menyelesaikan terusan itu.Penyakit tidur disebabkan oleh lalat tsetse. Akhirnya, yang sukses sering secara berarti menyebabkan peningkatan munculnya penyakit-penyakit tertentu, menimbulkan masalah-masalah kesehatan yang sebelumnya tidak ada atau yang relative hanya sedikit. Demikianlah kita dihadapkan pada mata rantai lingkaran peristiwa yang disebabkan oleh penyakit. 9.Penyakit-penyakit pembangunan Tidak semua penyakit secara sama dipengaruhi oleh pembangunan, walaupun tampaknya semua keseimbangan penyakit, pada tingkatan tertentu, dipengaruhi oleh perubahan-perubahan akibat pembangunan. Memang ada penyakit yang prevalensinya telah amat luas tersebar melalui kegiatan-kegiatan pembangunan, sehingga hughes dan hunter menganjurkan penggunaan istilah “penyakit-penyakit pembangunan”. Diantara sejumlah penyakit-penyakit penting yang masuk dalam klasifikasi ini adalah tripanosomiasis (penyakit tidur), bilharziasis (juga disebut schistosomiasis), buta sungai (ochoncerciasis), filariasis, malaria, kesehatan yang buruk Karena malnutrisi, dan mungkin TBC serta penyakitpenyakit kronis umumnya.Penyakit-penyakit tersebut secara relative terjadi akibat beberapa factor, diantaranya yang terutama adalah danau-danau
25
buatan, irigasi pertanian.Pembangunan jalan-jalan yang menyebabkan migrasi tenaga kerja dan perdagangan, serta urbanisasi yang cepat. Pembuatan danau-danau dan bendungan tersebut adalah sama : pengendalian banjir, pembangunan instalasi listrik bertenaga air, pertanian irigasi dan mungkin pula keuntungan yang lain yang berhubungan dengan pengairan. Betapa pun terpuji-pujinya tujuan itu, nyata banyak dari proyekproyek tersebut kemudian mengakibatkan bahaya yang cukup tinggi bagi kesehatan, terutama yang paling serius adalah peningkatan penyakit bilhariaziasis dan ochoncerciasis.Bilhariaziasis disebabkan oleh salah satu spesies cacing pita dari genus shcistosoma yang ditularkan lewat vector siput air. Bilhariaziasis yang memiliki daya perusak umumnya bukanlah pembunuh sebaliknya mereka menyerang berbagai bagian tubuh seperti usus besar, daerah kelamin dan saluran kemih, ginjal, hati, limpa, jantung, dan paru-paru, serta mengakibatkan kerusakan yang lebih parah lagi, sehingga kematian dapat dicatat sebagai salah satu dari sejumlah sebabsebab tersebut.Siput siput perantara bagi parasit shcistosoma baru ditemukan pada awal tahun 1960-an. Bersumber pada kenyataan bahwa aliran air yang lambat dan hamper-hampir terhenti pada selokan-selokan irigasi dan sawah-sawah irigasi, telah merupakan lingkungan yang ideal bagi vector siput. B.SISTEM MEDIS System medis sebagai adaptasi social-budaya Kami memfokuskan pada masalah-masalah orang-orang sakit, yang sebagai makhluk-makhluk budaya telah sejak lama mengembangkan pranata-pranata social, teori-teori etiologi dan dan teknik-teknik pengobatan yang memungkinkan mereka menanggulangi dislokasi social dan dislokasi lainnya. mengenai strategi adaptasi social budaya yang melahirkan system-sistem medis, tingkah laku dan bentuk-bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya, yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman yang disebabkan oleh penyakit. defenisi dunn yang baru :”pola-pola dari pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlakukhusus tersebut belum tentu kesehatan yang baik.(dunn 1976 : 135) ”. Setelah leluhur-leluhur primat kita berevolusi menjadi mkhluk manusia, banyak macam penyakit yang dia bawa, disamping penyakit-penyakit baru yang mereka peroleh (misalnya Cockburn 1971 : 45-46), tidak lagi berupa fenomena biologis semata-mata ; penyakit-penyakit ini juga mempunyai dimensi social dan budaya. Karena, berbeda halnya dengan kehidupan
26
hewan, pada manusia penyakit mengancam secara besar-besaran, tidak hganya keamanan biologis si penderita dan sesamanya, melainkan juga dalam kehidupan social dan ekonomi kelompok yang bersangkutan. Aktivitas-aktivitas dalam sebuah masyarakat manusia adalah jauh lebih besar dari aktivitas hewan yang berkelompok, Karena terorganisir berdasarkan umur, seks dan spesialisasi keahlian yang kita namakan “peranan.” Peranan yang besar dalam masyarakat sederhana termasuk peranan sebagai orangtua, anak, suami, istri, koki, pembantu rumah tangga, pemburu, nelayan, peramu, pengrajin, pemimpin keagamaan, atau banyak lagi. Munculnya berbagai masyarakat manusia menciptakan suatu strategi adaptasi baru dalam menghadapi penyakit, suatu srategi yang memaksa manusia untuk menaruh perhatian utama dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. “kompleks yang luas” tersebut dan hal-hal lainnya yang kita anggap dapat ditambahkan pada daftar tersebut, membentuk suatu system “medis.” Istilah tersebut mencakup keseluruhan dari pengetahuan kesehatan, kepercayaan, keterampilan, dan praktek-praktek dari para anggota dari tiap kelompok.Istilah itu harus digunakan dalam arti komprehensif yang mencakup semua aktivitas klinik dan nonklinik, pranatapranata formal dan informal serta segala aktivitas lain, yang betapapun menyimpangnya, berpengaruh terhadap derajat kesehatan kelompok tersebut dan meningkatkan berfungsinya masyarakat secara optimal. Secara singkat, kita memandang setiap system medis sebagai mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung system tersebut. Teori penyakit dan system perawatan kesehatan Pada tingkatan yang sangat komprehensif ini, adalah tepat untuk merumuskan suatu konsep tetang satu system medis untuk setiap masyarakat. Suatu system teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai cirri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Sebaliknya suatu sitem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat prang sakit dan untuk memanfaatkan “pengetahuan” penyakit untuk menolong si pasien. Dengan demikian, suatu system teori penyakit merupakan suarttu system ide konseptual, suatu konstruk intelegtual, bagian dari orientasi kognitif angota-anggota kelompok tersebut.
27
Suatu system perawatan kesehatan adalah suattu pranata social yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.Fungsi yang terwujud dari suatu system perawatan kesehatan untuk memobilisasikan sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka mengenai masalah tersebut. Perbedaan antara system teori penyakit dengan system perawatan kesehatan bermanfaat dari berbagai alasan.Di satu pihak, perbedaan itu membantu kita untuk melihat dengan lebih jelas kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari keseluruhan system medis. Perbedaan antara system penyakit dan perawatan kesehatan juga memiliki keuntungan-keuntungan dalam situasi tindakan-tindakan tertentu : perbedaan itu memungkinkan kita untuk mengatasi secara lebih bijaksana, lebih peka, tantangan dalam memperkenalkan perubahan dalam praktek medis di kalangan penduduk yang sebelumnya hanya mengenal systemsistem tradisionalnya belaka. C. BEBERAPA UNSUR UNIVERSAL DALAM SYSTEM –SISTEM MEDIS 1.System medis adalah bagian integral dari kebudayaan-kebudayaan Pranata-pranata utama dalam setia kebudayaan berhubungan satu dengan yang lain dan memenuhi fungsi khusus dalam hubungannya satu sama lain. Paranata- pranata kesehatan tidak beda halnya. Sebagai contoh, kepercyaan kepada penyakit pada banyak masyarakat sangat terjalin erat dengan megic dan religi sehingga tidak mungkin untuk memisahkan keduanya. Untuk mengatakan bahwa system medis adalah bagian yang integral dari kebudayaan, berarti memandangnya pada tingkatan dasar yang nyata.Namun system medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan dari tingkatan yang lebih abstrak, yang dalam isi maupun bentuknya mencerminkan pola-pola dan nilai-nilai yang kurang Nampak.Tiap kebudayaan telah mengembangkan suatu system kesehatan yang mendukung hubungan timbale balik yang tidak luntur dalam pandangan hidup yang berlaku. Manusia dianggap sebagai mikrokosmos dari jaga raya, yang terjadi dari lima unsure – kayu, api, tanah, logam, air yang sebaliknya mempengaruhi lima bagian tubuh, panca indera, panca warna dan panca rasa. Sebaliknya di Negara barat, kedokteran formal menonjol dari segi ilmiahnya, yang mencerminkan orientasi ilmiah yang telah merupakan ciri Negara tersebut selama tiga abad. 1.Penyakit ditentukan oleh kebudayaan
28
Di Amerika Serikat orang telah biasa berfikir tentang penyakit dalam rangka kuman dan virus-virus yang kita asumsikan sebagai keadaan biologis yang tetap, suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan hasil-hasil tes laboratorium atau bentuk pemeriksaan klinik lain. Namun dari pandangan budaya penyakit adalah pandangan yang berbeda; penyakit adalah pengakuan social bahwa orang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. 2.Semua system-sistem medis memiliki segi-segi pengobatan dan pencegahan Pada umumnya, pengobatan preventif lebih merupakan tindakan individu daripada tindakan badan-badan hukum, merupakan tingkah laku individu yang secara logis mengikuti konsep tentang penyebab penyakit, yang sambil menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, juga sekaligus mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari penyakit itu. Mereka yang menganggap penyakit akibat ilmu sihir akan bijaksana untuk menghidari perbuatan yang menyakiti hati tetangga-tetangga yang memungkinkan akan melakukan tindakan jahat tersebut. 1.System medis memiliki sejumlah fungsi Mula-mula berfikir bahwa jawaban terhadap pertanyaan “apakah fungsi dari suatu system medis?” adalah jelas : untuk memulihkan kesehatan pasien kembali, jika mungkin. a).Suatu system teori penyakit memberikan rasional bagi pengobatan Jika penyakit (illness) didefenisikan sebagai akibat masuknya suatu objek Karena ilmu sihir, maka pengeluaran objek itu adalah mutlak bagi kesembuhan si pasien. Dalam system kedokteran barat, apabila analisis laboratorium tentang gangguan kerongkongan menunjukkan adanya infeksi streptococcus, maka dokter modern itu akan menulis resep antibiotic yang tepat. b).Suatu system teori penyakit menjelaskan “mengapa” Fungsi dari teori penyakit tidaklah terbatas hanya pada pemberian pedoman untuk penyembuhan. Senantiasa ada pertanyaan yang menggelitik, “mengapa ini terjadi padaku, pada saat ini dan di tempat ini?”. Maka system teori penyakit tidak hanya mendiagnosis sebab dan memberikan pengobatan yang logis, tetapi juga berhubungan dengan pertanyaan yang lebih luas lagi tentang apa yang telah mengganggu hubungan social si pasien, keseimbangan apakah yang terjadi dalam alam yang telah terganggu, dan mengapa, dengan tak terduga, nasib buruk telah menimpa individu tersebut.
29
c).System-sistem teori penyakit seringkali menjalankan peran kuat dalam member sanksi dan dorongan norma-norma budaya social dan moral. Hal ini benar jika penyakit disebabkan oleh dosa, pelanggaran tabu, dan bentuk-bentuk lain dari kesalahan tindakan, dalam tradisi judeo-kristen sakkit dijelaskan sebagai hukuman tuhan terhadap manusia akibat kesalahan-kesalahan moralnya dan atas dosa-dosanya. Ancaman dari penyakit sebagai akibat dari tingkah laku yang tidak diterima oleh masyarakat memainkan peran yang besar pada banyak masyarakat dalam usaha mempertahankan aturan-aturan.
30
BAB III PENGOBATAN DUNIA NON BARAT Materi Kegiatan Belajar 1. Etnomedisin 2. Etnopsikiatri 3. Etiologi – Etiologi Penyakit Non - Barat 4. Penyembuhan Lainnya (Shaman, Dukun Sihir)
Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar Pengobatan Dunia Non Barat Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Etnomedisin 2. Menjelaskan Etnopsikiatri 3. Menjelaskan Etiologi-Etiologi Penyakit Non-Barat 4. Menjelaskan Penyembuhan Lainnya (Shaman, Dukun Sihir) Materi A.Etnomedisin Etologi penyakit 1.System-sistem medis personalistik System personalistik adalah suatu system dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural, makhluk yang bukan manusia maupun makhluk manusia.Orang sakit adalah korbannya, objek dari agresi atau hukuman yang ditunjukkan khusus kepadanya untuk alasan- alasan yang khusus menyangkut dirinya saja. 2.System-sistem medis naturalistik Dalam system naturalistic, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi. System-sistem naturalistic, diatas segalanya, mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi Karena unsureunsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam llingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya.
31
Orang-orang yang menggunakan sebab personalistik untuk menjelaskan tentang terjadinya penyakit biasanya mengakui adanya factor alam atau unsure kebetulan sebagai penyebab.Masyarakat yang merasakan lebih banyak terjadinya sebab-sebab naturalistic, kadang-kadang menyatakan bahwa beberapa penyakit merupakan akibat dari sihir atau mata jahat. Konsep-konsep kuasalitas dalam system-sistem personalistik Penyakit disebabkan oleh agen-agen yang dengan beberapa cara menjatuhkan kekuatan mereka atas diri para korban mereka.Agen-agen tersebut dapat berupa makhluk manusia “manusia super ”… atau bukan manusia; namun senantiasa dipandang sebagai makhluk yang keras hati, yang tidak bertindak sembarangan melainkan sebagai respons terhadap motiv pribadi yang disadari. Pengobatan tradisional cina Yin dan yang dianggap sebagai unsure-unsur primodial dari mana alam semesta berputar, tidaklah mengherankan bahwa mereka memiliki sejumlah kualitas. Para ahli filsafat cina (termasuk tabib) mengakui adanya lima unsur yang terdiri dari air, api, logam, kayu, dan bumi, yang semuanya ada dalam tubuh manusia dan semua erat hubungannya dengan proses filosofi dan organorgan dalam yang tertentu. Tulisan topley di hongkong menunjukkan bahwa suatu keseimbangan antara panas dan dingin yang utama bagi kesehatan fisik, dan bahwa makanan dan obatan-obatan memiliki kualitas panas atau dingin yang harus diperhatikan dalam usaha mempertahankan keseimbangan yang baik dalam makanan maupun dalam pengobatan penyakit. Hubungan sebab – akibat Sebagai keterangan lebih lanjut etiologi-etiologi personalistik logisnya membutuhkan jenis penyembuh tertentu, seorang shaman atau peramal lain, untuk menentukan bukan hanya penyebab langsung dari suatu penyakit melainkan juga, yang lebih penting, mencari siapa yang berada dibelakang penyebab tersebut. Etiologi-etiologi naturalistic memerlukan jenis penyembuh lain, yakni tabib atau ahli ramuan yang mengetahui tentang obat-obatan dan pengobatan lainnya. 1.Etiologi – etiologi komprehensif dan terbatas Merupakan suatu kasusu khusus dalam penjelasan tentang segala kemalangan. Dalam berbagai masyarakat dimana terdapat penjelasan
32
personalistik bagi penyakit, kita dapatkan bahwa agen-agen yang sama, makhluk-makhluk yang sama, juga ada dibelakang segala kemalangan, misalnya kegagalan panen, kerugian finansil, pencurian, dan pertengkaran dalam keluarga.Sebaliknya, etiologi-etiologi yang naturalistic hanya terbatas pada penyakit – penyakit tertentu. 2.Penyakit, religi dan magic Glick telah menulis, “kita harus memikirkan tentang bagaimana dan dimana ‘pengobatan’ dapat dimasukkan dalam religi”…. Pengobatan magic dan religi sedemikian seringnya didiskusikan, seakanakan ketiganya adalah bagian yang sangat penting dari suatu system sehingga orang jarang menanyakan, “kapankah mereka itu tiddak berjalan sering?”. Namun apabila dihubungkan antara religi dan megic dengan system-sistem etiologi, tampak jelas bahwa kedua pihak berkorelasi dengan system-sistem personalistik dan kurang sekali berhubungan dengan system-sistem naturalistic. 1.Tingkatan-tingkatan penyebab Pada system naturalistic, penyakit biasanya dijelaskan melalui penyakit tunggal, seperti kelebihan panas atau dingin dalam tubuh, yang telah mengacaukan keseimbangan alamiah.System personalistik lebih kompleks, dalam arti bahwa dua tingkatan kuasalitas atau lebih dapat dibedakan, dan dalam usaha penyembuhan tingkatan-tingkatan ini harus diperhitungkan. 2.Shaman dan pengobatan lainnya. Dalam system naturalistic, penyembuhan cenderung untuk menjadi “dokter,” dalam arti bahwa mereka telah mempelajari keterampilan mereka melalui observasi dan praktek, dan bukan memperolehnya melalui intervensi makhluk gaib. 3.Diagnosis Pengobatan terhadap gejala-gejala penyakit mungkin merupakan kepentingan kedua.Sebaliknya, sejauh yang berkenaan dengan penyembuh, diagnosis merupakan hal yang kurang penting dalam systemsistem naturalistic; penentuan tentang penyebab dilakukan oleh si pasien sendiri atau oleh anggota-anggota keluarganya. Pengobatan rakyat amerika Pada tingkatan ini yang paling umum, kita dapat berbicara mengenai suatu system medis rakyat amerika, yang didefenisikan sebagai semua kepercayaan dan praktek yang bukan merupakan bagian dari kedokteran
33
ilmiah yang kuno. Pengobatan rakyat ini terbentuk melalui pengalamanpengalaman hidup yang sama di daerah baru. Pengobatan Amerika – Spanyol merupakan “sistem” yang lebih terintegrasi daripada dua system yang lainnya, artinya baik dalam teori maupun terapi, sebagian terbesar cocok dengan model kesehatan “keseimbangan.” Keseimbangan pertama kali dan terutama dinyatakan dalam kepercayaan patologi humoral yang melemah, bahwa tubuh yang sehat mempertahankan keseimbangan antara calidades – kualitas atau unsure-unsur – “panas” atau “dingin.” Dan bahwa penyakit terjadi apabila terdapat suatu akses “panas” atau “dingin” yang menimpa atau menusuk ketubuh dan mengacaukan keseimbangan itu. B.ETNOPSIKIATRI Awal dari etnopsikiatri Perhatian mereka itu mulai dari pemahaman atas hubungan antara kepribadian dan kekuatan-kekuatan budaya yang berpengaruh dan membentuk kepribadian. Dalam penelitian Cora Dubois, the people a lor, seperti yang dikatan oleh Dubois, “kita sudah lelah berbicara, dan hanya penelitian lapanganlah yang dapat menguji prosedur itu.” Khusunya, ada beberapa pertanyaan yang ditangani oleh para ahli antropologi seperti berikut: 1.Defenisi budaya tentang”normal” dan “abnormal,” serta bagaimana penyakit jiwa diakui dan didefinisikan dalam masyarakat lain di luar masyarakat amerika 2.Penjelasan non-Barat tentang penyakit jiwa. Sebagaimana kita dapat mengkaji etiologi-etiologi penyakit fisik non-Barat,kita juga dapat melakukan yang sama terhadap penyakit jiwa. 3.Cara-cara dari segi budaya untuk menangani tingkahlaku menyimpang yang didefenisikan sebagai abnormal. 4.Terjadinya penyakit jiwa kompleksitas yang berbeda.
dalam
masyarakat-masyarakat
dengan
4.Demografi penyakit jiwa.”hysteria Arctic” dan “mengamuk” adalah gangguan kejiwaan yang pertama-tama muncul dalam tulisan-tulisan etnologi. Defenisi budaya tentang normal dan abnormal Kasus “teori label”
34
Rosenhan menyimpulkan bahwa “suatu label psikiatri mempunyai kehidupan dan pengaruh tersendiri. Sekali terbentuk impresi bahawa pasien menderita schizophrenia, harapan orang adalah bahwa ia akan selamanya demikian.” “Label” psikiatri seringkali merupakan ramalan diri yang direalisir sendiri oleh pasien, keluarganya dan oleh kawan-kawannya. Pada akhirnya pasien juga menerima diagnosis tersebut dengan segala tuntutan harapannya, dan bertingkahlaku seperti yang diinginkan itu. D. ETIOLOGI-ETIOLOGI PENYAKIT NON-BARAT Menurut Leighton, penjelasan ,masyarakat Yoruba tentang penyakit jiwa termasuk serangan-serangan dari para makhluk supranatural seperti dewadewa, roh-roh dan hantu-hantu Karena melanggar tabu-tabu atau tidak emnaati tugas-tugas upacara. Suatu perbedaan yang penting adalah bahwa pada masyarakat non-Barat, faktot-faktor psikologis, pengalaman-pengalaman hidup dan stress Nampak kurang memainkan peran dibandingkan dengan yang terdapat dalam masyarakat barat. Factor-faktor penyebab yang pribadi dalam hal penyakit jiwa, yang mempunyai arti penting dalam pengobatan psikiatri Barat, umumnya amat terbatas atau sedikit sekali diperhatikan dalam systemsistem tradisional. Perawatan terhadap orang yang sakit jiwa Beberapa jenis penyakit jiwa terutama yang beersifat keras atau memberikan ancaman kekerasan, membutuhkan bentuk-bentuk pengobatan yang lebih formal. Kadang-kadang pengobatan itu keseluruhannya bersifat sangat professional, dan pada kesempatan lain lebih merupakan “pengobatan rumah.” Pada beberapa minggu pertama biasanya para pasien dipasung, sampai orang percaya bahwa mereka tidak akan melarikan diri lagi selama berada disana. Berbagai ramuan tumbuh-tumbuhan digunakan, dan pengorbanan hewan kadang-kadang berlakukan waktu untuk masuk ketempat perawatan. Penyembuhan barat tidak boleh terlibat secara pribadi dengan pasiennya, ia harus bersikap empati, tidak memvonis, harus bersifat hangat dan manusiawi, serta menunjukkan tingkah laku yang menuntut keterlibatan pasien dan penyembuh itu melalui fenomena penyerahan. Sebaliknya seseorang penyembuh penyakit jiwa non-barat yang terlibat dalam upacara penyembuhan utama bertindak sama halnya seperti waktu ia mengobati penyakit fisik.
35
Tujuan perawatan pada kedua system itu juga berbeda. Terapi barat dalam arti tertentu, adalah redukasi; pasien didorong untuk mengembangkan suatu pandangan baru tentang dirinya sendiri, dengan harga diri yang lebih besar, agar ia bebaas dari rasa sakit subjektifnya. Sebaliknya ahli-ahli terapi non-Barat sedikit sekali melakukan redukasi, memperkuat ego,dan modifikasi kepribadian. C. PENYEMBUHAN LAINNYA(SHAMAN, DUKUN SIHIR) Wawancara Pengobatan Perhatian terutama ditujukan pada peranan ,tingkah laku dan ciri – ciri kepribadian para penyembuh non Barat ,para penyembuh non Barat dideskripsikan dalam konteks kebudayaan dan system – system medis dimana mereka merupakan bagian darinya.Dalam rangka analisis strukrural fungsional dari suatu masyarakat tertentu hal tersebut merupakan presentasi yang tepat.Pada saat yang sama,pendekatan.
36
BAB IV PENGOBATAN DUNIA BARAT Materi Kegiatan Belajar 1. Tingkah Laku Sakit 2. Peranan Sakit 3. Tahapan Sakit
Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar Pengobatan Dunia Barat Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Tingkah Laku Sakit 2. Peranan Sakit 3. Tahapan Sakit
Materi A.TINGKAH LAKU SAKIT Pesan Von Mering, bahwa “studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medical dan aspek sosialnya.” Proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik maupun yang nonspesifik. Tingkah laku sakit, yakni istilah yang paling umum, didefenisikan sebagai cara-cara dimana gejala-gejala ditanggapi, dievaluasi, dan diperankan oleh seorang individu yang mengalami sakit, kurang nyaman, atau tanda-tanda lain dari fungsi tubuh yang kurang baik. Sebagaimana yang dikatan oleh Jaco, “ketika tingkah laku yang berhubungan dengan penyakit disusun dalam suatu peranan social, maka peranan sakit menjadi suatu cara yang berarti untuk bereaksi dan untuk mengatasi eksistensi dan bahaya-bahaya potensial penyakit oleh suatu masyarakat”(jaco 1972 : 93). Peranan pasien merupakan kasus khusus dari peranan sakit.Peranan pasien untuk menuntut pengesahan medical yang formal, yaitu penyerahan orang yang sakit kepada perawatan dokter dan sumber-sumber pendukungnya.Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh factor-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Peranan sakit dapat dilihat sebagai “mekanisme untuk mengatasi, sebagai cara yang berguna dalam strategi total kehidupan seorang individu.”
37
Dengan kata lain penyakit dapat memenuhi peranan social seperti contoh dibawah ini. 1.Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahankan 2.Penyakit membantu untuk menaggung kegagalan pribadi 3.Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian. 4.Masuk rumah sakit dapat dianggap sebagai liburan 5.Penyakit dapat digunakan sebagai alat control social 6.Penyakit dapat dijadikan alat untuk menghapus perasaan berdosa. B. PERANAN SAKIT Penyakit, kata parsons, adalah suatu bentuk tingkah laku menyimpang yang memberikan jalan, yang bersanksi social dan dilembagakan, untuk membebaskan diri dari tuntutan-tuntutan dan stress alam kehidupan seharihari. Si pasien memiliki dua hak pokok 1.Pembebasan dari tanggung jawab peranan sosialnya yang biasa. 2.Perawatan hingga sembuh. Pasien juga memiliki dua kewajiban 1.Mengakui bahwa peranan sakit itu tidak menyenangkan dan merasa berkewajiban untuk menjadi sembuh secepat mungkin. 2.Mencari bantuan teknis yang kompeten dan bekerja sama dengan pihak yang membantu dalam penyembuhan. C.TAHAPAN SAKIT 1.Tahap pengalaman gejala-gejala (keputusan bahwa ada yang tidak beres) “gejala-gejala tersebut akan dikenali dan didefinisikan bukan dengan kategori-kategori diagnostic medis, melainkan dalam rangka gangguannya terhadap fungsi sosialnya yang normal”. 2.Asumsi dari keadaan peranan sakit (keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional). 3.Tahap kontak peraawatan medis (keputusan untuk mencari perawatan madis profesional).
38
4.Tahap peranan tergantung pasien (keputusan untuk mengalihkan pengawasan pada dokter dan menerima serta mengikuti pengobatan yang diterapkan). 5.Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (keputusan untuk mengakhiri peranan pasien).
39
BAB V RUMAH SAKIT : PANDANGAN DARI ILMU PERILAKU Materi Kegiatan Belajar 1. Perubahan Peranan Rumah Sakit 2. Profesionalisme (Dilema Keperawatan)
Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar Rumah Sakit : Pandangan Dari Ilmu Perilaku Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Peranan Rumah Sakit 2. Profesionalisme ( Dilema Keperawatan) Materi
A. PERUBAHAN PERANAN RUMAH SAKIT Rumah sakit telah berfungsi sebagai pranata untuk amal, sebagai suatu penampungandan sebagai tujuan akhir bagi orang-orang miskin yang sakit gawat.Factor-faktor merubah fungsi rumah sakit adalah pemanfaatan waktu para dokter. Rumah sakit sebagai masyarakat kecil Para ahli perilaku umum memandang rumah skit sebagai suatu masyarakat kecil dengan kebudayaannya sendiri yang sangat mirip dengan suatu desa petani ataupun masyarakat rumpun kecil dengan suatu kebudayaan.Bagian besar dari penelitian dalam ilmu perilaku dirumah sakit didasarkan atas konseptualisasi unit studi tersebut. Ada berbagai tipe rumah sakit.Rumah sakit swasta yang merupakan milik individu-individu dan berorientasi pada keuntungan, serta dengan rumah sakit umum yang sering berorientasi pada amal. Perbedaan antara rumah skit jiwa dan umum walupun fungsi rumah sakit umum sebagai suatu tipe adalah merawat, an kalau mungkin, banyak pula diantaranya yang memiliki fungsi-fungsi utama sebagai pengajaran dan penelitian. Struktur dan fungsi dalam rumah sakit Berkenaan dengan aktifitas rumah sakit yang bersifat mati atau hidup, maka hal itu adalah wajar, Karena tindakan yang tertunda atau dilakukan dengan ceroboh akan membahayakan jiwa seorang pasien. Namun rumah sakit bukan pula suatu struktur hierarki dan otoriter dalam artian umum, dengan
40
garis-garis control langsung dari atas kebawah alam suatu system yang semakin luas berakar. Ilmuan perilaku telah terpaku pada kenyataan bahwa suatu rumah sakit memiliki system administrasi ganda, di mana system otoritas awam seringkali berada dalam konflik dengan otorita professional yang tertanam pada para dokter (smith 1955). Garis Otoritas Yang Bertentangan Duff dan Hollingshead mencatat masalah yang dihadapi perawat kepala dari tiap unit perawatan pasien di rumah sakit yang mereka pelajari. “ada dua garis otoritas yang berpusat dalam peranannya. Ia adalah wakil rumah sakit dilantai tempat unitnya,bertenggung jawab untuk mengikuti berbagai kebijaksanaan, peraturan dan prosedur yang digariskan oleh administrasi rumah sakit.” Karena garis otoritas tersebut tidak disebutkan, hal itu menimbulkan dilema bagi para perawat yang harus dipecahkan, yang berarti harus memuaskan empat kelompok : hierarki perawatan; bagian-bagian rumah sakit lainnya yang bukan perawatan.; dokter swasta maupun staf tetap rumah sakit dan pasien. Mobilitas buntu dalam rumah sakit Sebagai akibat dari pemisahan antara peranan secara ketan adalah bahwa mobilitas fertikal dalm suatu rumah sakit menjadi terbatas dan jarang sekali ada orang yang baru naik dari status yang lebih rendah ke status yang lebih tinggi.Tanpa mendapat tambahan pendidikan formal. Sebagaimana dikatakan Smith, “ keahlian yang dikembangkan dalam suatu komponen kecil dari rumah sakit, misalnya bagian sinar-X atau patologi atau rumah tangga maupun administrasi, tidak dapat dipindahkan begitu saja ke bagian yang lain.” Akibatnya jika timbul masalah promosi ke bagian lain, orang-orang dari dalam rumah sakit yan berhak mendapatkannya seringkali tidak memilki ketarampilan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan yang baru. Pandangan pasien tentang masuk rumah sakit Brown melihat masuk rumah sakit sebagai awal dari proses “pengulitan” pasien. Ia diharapkan untuk dapat menahan sebagian besar dari keinginan pribadinya, hasrat serta kebiasaan lamanya untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Namun Karena proses pengulitan terus berlangsung dan efeknya terhadap dirinya semakin meningkat, ia seringkali merasa seakan-akan kehilangan lapisan demi lapisan demi lapisan dari identifikasi dirinya.Coe juga melihat pembatasan-pembatasan terhadap pasien seperti ketiadaan informasi, terutama mengenai dirinya sendiri,
41
pembatasan gerak dan keterpaksaan untuk tergantung pada orang lain. Dalam konteks kehidupan rumah sakit, terlalu sering tersirat rasa takut yang nonverbal, juga disorientasi serta perlunya untuk menenangkan pihak pasien dan keluarganya,yang semua itu tampaknya tidak diketahui dan tidak terpecahkan. Merubah Praktek-Praktek Amerika Mereka sedang bereksperimen dengan cara beralih secara dramatis dari pola-pola perawatan yang konvensional. Misalnya dalam pengintegrasian pasien-pasien sakit jiwa ke dalam perawatan rumah sakit umum, mengombinasikan pasien-pasien yang muda dengan yang tua dalam bangsal yang sama, bahkan mengijinkan pasangan suami istri yang sakit untuk terus bersama-sama. Alam salah satu contoh, yaitu sebuah rumah sakit untuk anak cacat, suatu bangun baru yang lebih besar dirancang dengan tujuan inovasi khusus: pengaturan penginapan dirumah sakit bagi para orang tua dating dari jauh, agar lebih meningkatkan keterlibatan orang tua dalam perawatan dan konsultasi rumah sakit yang rutin, dan dalam program-program latihan para medis bagi para orangtua yang anakanaknya menderita penyakit kronis. B. PROFESIONALISME (Dilema Keperawatan) 1).Frustasi perawat yang disebabkan oleh perbedaan antara citra dirinya mengenai apa yang dirasakan harus dilakukan dengan kenyataan yang ia lakukan. 2).Friksi antara dokter perawat 3).Banyaknya masalah mengenai dorongan bagi profesionalisasi 1.Peranan perawat ideal dan kenyataanjelas bahwa citra tradisional awam mengenai peranan perawat adalah seperti yang dilakukan oleh bidadari penolong yang merapikan tempat tidur dan menepuk bantal. Secara historis, paling sedikit, citra florance nightingale ini mengenai “perawat yang seharusnya” telah berada dalam alam pikiran sejumlah besar wanita muda yang memasuki karier tersebut. 2.Hubungan perawat dokter Barbara bates menunjukkan bahwa hal ini terjadi Karena adanya kenyataan bahwa dokter adalah “otokrat yang terakhir,” ia adalah orang yang menganggap perawat dan personal kesehatan lainnya sebagai
42
nonprofessional, yang tugasnya adalah bekerja lebih banyak untuknya daripada untuk pasien. 1.Dorongan kearah profesionalisasi Kebanyakan perawat yang terdaftar, misalnya tidak memiliki gelar bachelor (serjana muda), yang wajarnya dianggap sebagai persyaratan minimal nagi status suatu professional.Mereka juga tidak memiliki otonomi bertindak yang dianggap sebagai karasteristik dari suatu profesi, Karena kebanyakan dari mereka telah bekerja di bawah pengawasan dokter dan rumah sakit, sesuai dari peraturan dari pranata tersebut. 2.Kelanjutan peranan perawat Untuk memenuhi kebutuhan pasien, sebagian lagi sebagai respon terhadap tuntutan perawatan kesehaatan baru yang timbul akibat semakin panjangnya umur manusia, peningkatan penyakit kronis, dan pengakuan yang lebih besar tentang pentingnya perawatan kesehatan mental.
43
BAB VI KONSEP SEHAT SAKIT Materi Kegiatan Belajar 1. Defenisi Sehat 2. Sakit dan Perilaku Sehat 3. Tahap – tahap perilaku sakit 4. Perilaku Kesehatan
Tujuan Kegiatan Belajar Tujuan Umum : Peserta didik dapat menjelaskan kembali dengan benar Konsep Sehat Sakit Tujuan Khusus :Setelah mengikuti Kuliah ini, Mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan Defenisi Sehat 2. Menjelaskan Sakit dan Perilaku Sehat 3. Menjelaskan Tahap – tahap perilaku sakit 4. Menjelaskan Perilaku Kesehatan Materi A.DEFENISI SEHAT Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO. 1947). Defenisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan mandle. 1994): 1.Memeperhatikan individu sebagai suatu system yang menyeluruh 2.Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. 3.Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup. uu no. 23, 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi.dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsure-unsur fisik, mental dan social dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
44
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intektual, spiritual, dan penyakit) dan ekternal (lingkungan fisik, social dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya. Teori model yang terkait dengan konsep sehat – sakit 1.Model rentang sehat – sakit (neuman) Menurut Neuman (1990): “sehat adalah suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu yang tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energy total” Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan yang dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya yang mempertahankan keadaan fisik emosional, intektual, social, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. 1.Model kesejahteraan tingkat tinggi (Dunn) Model yang dikembangka oelh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku. Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan. 2.Model agen-penjamu-lingkungan (Leavell at all.) Agen : berbagai factor internal – eksternal yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini biasanya bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Penjamu : seorang atau sekelompok orang yang rentang terhadap penyakit/ sakit tertentu.misalnya riwayat keluarga, usia dan gaya hidup dll. Lingkungan : seluruh factor yang ada diluar penjamu.Yaitu : a. Kondisi lingkungan fisik : tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, penerangan, kebisingan.
45
b. Lingkungan social : hal-hal yng berkaitan dengan interaksi social, misalnya stress, konflik, kesulitan ekonomi, krisis hidup.
B.SAKIT DAN PERILAKU SAKIT Sakit adalah dimana keaadaan fisik, emosional, intelektual, social, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit. Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi : cara seseorang memantau tubuhnya, mendefenisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping. C.TAHAP-TAHAP PERILAKU SAKIT Tahap 1 (mengalami gejala) Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ada sesuatu yang salah.Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa tertentu. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: a) kesadaran terhadap perubahan fisik; b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal teersebut merupakan suatu gejala penyakit; c) respon emosional. Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan. Tahap 2 (asumsi tentang peran sakit) Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat.Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.Menimbulkan perubahan social seperti: menarik diri/ depresi, dan juga perubahan fisik. Seorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan system pelayanan kesehatan.
46
Tahap 3 (kontak dengan pelayanan kesehatan) Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadp kesehatan dimasa yang akan dating.Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau justru mengatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa menfancam kehidupannya. jila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari system pelayanan kesehatan yang lain, atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan orang yang bisa mendiagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka menerima diagnose awal yang telah ditetapkan.Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakaan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnose yang diinginkan.Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Tahap 4 (peran klien dependen) Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung kepada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya.Secara social klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya.Pada tahap ini klien juga harus menunjukkannya dengan perubahan jadwal sehari-hari. Tahap 5 (pemulihan dan rehabilitasi) Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya penurunan demam.Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.
47
D.PERILAKU KESEHATAN Pengertian perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism yang bersangkutan.Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: 1.Perilaku tertutup (cover behavior) Respon terhadap seorang stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.Contoh, seorang ibu hamil tahu tentang pentingnya perikasa kehamilan. 2.Perilaku terbuka (overt behavior). Respons terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, contoh, seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Domain perilaku Factor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni: 1.Determinan atau factor internal, yakni karasteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dsb. 2.Determinan atau factor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: 1.Pengetahuan Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. a.
Proses adopsi perilaku Di dalam diri seseorang tesebut dapat terjadi proses yang berurutan yakni:Awareness,Interest,Evaluation,Trial,Adoption
48
b.
Tingkatkan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :Tahu(know),Memahami,Aplikasi,Analisis,Sintesis,Evaluasi
2.Sikap Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Proses pembentukan sikap dan reaksi a. Komponen pokok sikap.Dalam bagian lain allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai komponen pokok: 1. Kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) a. Berbagai tingkatan sikap Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan: 1. Menerima (receiving) 2. Merespon (responding) 3. Menghargai (vauling) 4. Bertanggung jawab (reponsible) b. Praktek atau tindakan (practice) Mempunyai beberapa tingkatan : 1. Persepsi (perception) 2. Respon terpimpin (guide respon) 3. Mekanisme (mecanism) 4. Adopsi (adoption) Perubahan (adopsi) perilaku atau indikatornya Adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang realtif lama. 1. Pengetahuan Dikelompokkan menjadi : a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan. 2. Sikap Dikelompokkan menjadi: a. Sikap terhadap sakit dan penyakit. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan.
49
3. Praktek dan tindakan Indikatronya yakni: a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan Aspek sosio-psikologi perilaku Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa factor dari dalam individu itu sendiri. Factor-faktor tersebut adalah: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dsb. Determinan dan perubahan perilaku Factor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi Karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai factor, baik internal maupun eksternal. Asumsi determinan perilaku manusia 1. Teori Lawrence green Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu factor perilaku dan factor luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor : a. Factor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. b. Factor-faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan lainnya. c. Factor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 2. Teori Snehandu, Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan berkritik tolak pada perilaku itu merupakan fungsi dari: a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan b. Kesehatannya dukungan social dari masyarakat sekitarnya. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan, otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan,situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. 3. Teori WHO
50
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah Karena adanya 4 alasan pokok yakni : a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. b. Kepercayaan Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c. Sikap Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. d. Orang penting sebagai referensi perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oelh orang-orang yang dianggap penting. e. Sumber-sumber daya (resources) sumberdaya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumbersumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Perilaku Sehat Dan Perilaku Sakit Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oelh individu sebagia segala bentuk tindakan yang dilakukan oelh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Berikut beberapa pengertian yang berkaitan dengan perilaku sehat dan perilaku sakit: 1.Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 2.Perilaku sakit (illness behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. 3.Perilaku peran sakit (the sick role behavior) Yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh
51
kesembuhan.Saparinah sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan social yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram. Keterangan: a. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan lingkungan. b. Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan. c. Lingkungan terbatas , tradisi, adat – istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan. d. Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan dan sebagainya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni: 1.
2.
3.
4.
Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain terhadap gangguan tersebut akan peran. Timbulnya kecemasan Karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalahkesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Dilakukannya tindakan manipulative untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi ganguan kesehatan. Dan dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
52
DAFTAR PUSTAKA
http://kandangpengetahuan.blogspot.com/2011/02/pengaruh-budayaterhadap-perilaku.html Anonim. 2013. Definisi Budaya Pengertian Kebudayaan.http://duniabaca.com/definisi-budaya-pengertiankebudayaan.html Anonim. 2013. Mkalah tentang hubungan antara budaya dan perilaku masyarakat. http://cekila.blogspot.com/ Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat.Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja Rosdakarya.hal.25 Gochman, David S. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues for the Future. Springer, 1997. Page. 89-90 Kessing, Roger, M., 1992, Antropologi Budaya suatu persepektif Kontemporer, jilid 2, terj: Samuel Gunawan, Jakarta: Erlangga Koentrajaningrat (Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta: Jambatan. Wikipedia. 2013. Budaya. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya Wikipedia. 2013. Perilaku manusia.http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusiaAnderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press. Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Paul Benyamin D. 1963.Anthropology Perspectives on Medicine and Public Health. Dalam Medicine and Society.
53