PANDUAN
PENGAJUAN PROPOSAL
RISET INTERVENSI KESEHATAN BERBASIS BUDAYA LOKAL 2016 BIDANG: KESEHATAN IBU DAN ANAK, GIZI, PENYAKIT MENULAR, PENYAKIT TIDAK MENULAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT HUMANIORA, KEBIJAKAN KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Jl. Indrapura 17 Surabaya 60176 Telp. 031-3528748 / Faks. 031-3528749
2015
KATA PENGANTAR
Riset Intervensi Kesehatan (RIK) Berbasis Budaya Lokal tahun 2016 merupakan riset dalam rangka pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal sosial bagi upaya peningkatan kesehatan yang berbasis budaya atau kearifan lokal. Riset ini bertujuan untuk mengembangkan intervensi pada budaya kesehatan yang bersifat positif, hasil pengetahuan budaya/kearifan lokal untuk menunjang program-program Kementerian Kesehatan dengan mengikuti kaidah dan metode penelitian yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik-ilmiah.
Panduan Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya lokal tahun 2016 merupakan acuan untuk menyusun riset intervensi sehingga proposal dapat disusun sesuai kriteria yang telah disyaratkan. Riset Intervensi Kesehatan pada tahun 2016 ini difokuskan pada upaya peningkatan kesehatan terkait KIA, gizi, penyakit menular dan penyakit tidak menular dalam rangka memberdayakan kearifan lokal dan kekayaan intelektual lokal (pengetahuan tradisional) berbagai budaya di Indonesia. Penelitian akan dilaksanakan tahun 2016 dengan penanggungjawab adalah Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyusun pedoman Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya Lokal Tahun 2016. Melalui riset ini diharapkan dapat memacu peneliti untuk berpartisipasi membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan melalui pemanfaatan kekayaan budaya berupa pengetahuan lokal tradisional yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri. Surabaya, 2 Nopember 2015 Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
drg. Agus Suprapto, M.Kes
DAFTAR ISI Halaman 1.
2.
3.
PENDAHULUAN
1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Tujuan Umum
5
1.3.
Tujuan Khusus
5
1.4.
Manfaat
5
1.5.
Arah
5
1.6.
Sasaran
6
1.7.
Luaran
6
RUANG LINGKUP DAN SIFAT RISET
7
2.1.
Ruang Lingkup
7
2.2.
Sifat dan Jenis Riset
7
PELAKSANA RISET INTERVENSI KESEHATAN
8
3.1.
Susunan Tim Pelaksana Riset Intervensi Kesehatan 2016
8
3.2.
Tim Teknis
9
3.3.
Tim Pakar
9
3.4.
Tim Peneliti
9
3.5.
Peneliti Pendamping
10
3.6.
Tenaga Administrasi
10
4.
PEMBIAYAAN
11
5.
JADUAL KEGIATAN
12
6.
MONITORING, EVALUASI, PENGHARGAAN DAN SANKSI
13
7.
FORMAT PROPOSAL, ETIK PENELITIAN, MEKANISME SELEKSI DAN KRITERIA PENILAIAN
13
7.1.
Format Proposal
13
7.2.
Etik Penelitian
14
7.3.
Mekanisme Seleksi dan Kriteria Seleksi
14
7.4.
Kriteria Penilaian
15
8.
PENUTUP
16
9.
Daftar Pustaka
17
Lampiran
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sampai saat ini permasalahan kesehatan di Indonesia masih banyak, diantaranya adalah masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang cenderung meningkat; masalah gizi khususnya gizi kurang, gizi buruk, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), stunting; penyakit menular (PM) yang memberikan kontribusi kematian akibat infeksi; penyakit tidak menular (PTM) dengan peningkatan penyakit degeneratif di beberapa wilayah di Indonesia. Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2012 memberikan data bahwa AKI 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode neonatus1,2. Berdasar kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDGs 2000) diharapkan tahun 2015 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
bahwa 95,4 persen dari kelahiran mendapat pemeriksaan kehamilan atau Ante Natal Care (ANC). Indikator K1 ideal dan K4 yang merujuk pada frekuensi dan periode trimester saat dilakukan ANC menunjukkan adanya keberlangsungan pemeriksaan kesehatan semasa hamil. Setiap ibu hamil yang menerima ANC pada trimester 1 (K1 ideal) seharusnya mendapat pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari trimester 1 hingga trimester 3. Hal ini dapat dilihat dari indikator ANC K4. Cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional adalah 81,6 persen dan 70,4 persen. Berdasarkan penjelasan di atas, selisih dari cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional memperlihatkan bahwa terdapat 12 persen ibu yang menerima K1 ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4)3. Data gizi menurut Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang nasional pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Masalah stunting/pendek pada balita masih cukup tinggi, yaitu 37,2 persen pada tahun 2013. Prevalensi status gizi tidak berubah, terlihat dari kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 25,5 persen (2007) menjadi 34,3 persen (2013). Menurut indikator IMT >25, prevalensi obesitas pada laki-laki sebesar 19,7 persen 1
dan perempuan 32,9 persen 3,4,5. Data pemetaan penyakit menular Riskesdas menunjukkan penurunan angka period prevalence diare dari 9,0 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun 2013. Terjadi kecenderungan yang meningkat untuk period prevalence pneumonia semua umur dari 2,1 persen (2007) menjadi 2,7 persen (2013). Prevalensi TB paru masih di posisi yang sama untuk tahun 2007 dan 2013 (0,4%). Terjadi peningkatan prevalensi hepatitis semua umur dari 0,6 persen tahun 2007 menjadi 1,2 persen tahun 2013 3,4. Data penyakit tidak menular Riskesdas menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013. Prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara terjadi peningkatan dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara juga meningkat dari 8,3/1000 (2007) menjadi 12,1/1000 (2013). Data Diabetes Melitus berdasarkan wawancara terjadi peningkatan dari 1,1 persen (2007) menjadi 2,4 persen (2013) 3,4. Strategi pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun 2005-2025 antara lain menyebutkan tentang pemberdayaan masyarakat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Keberhasilan pembangunan kesehatan,dan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah termasuk di dalamnya sosial dan budaya setempat. Sistem Kesehatan Nasional 2012 menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara
mandiri,
berperan aktif
dalam setiap
pembangunan kesehatan, serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Potensi yang dimiliki masyarakat perlu digerakkan, antara lain adalah pengetahuan tradisional berakar dari budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai pembangunan kesehatan berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga dan masyarakat sesuai dengan keragaman sosial budaya, kebutuhan permasalahan serta potensi masyarakat (modal sosial)6. Indonesia terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang dihuni oleh ratusan suku dengan berbagai ragam budaya telah memberikan suatu kekhasan tersendiri. Wujud budaya dapat berupa: (1) sistem ide/gagasan/nilai/norma/peraturan; (2) sistem sosial yang berupa kompleks aktivitas tindakan berpola dalam masyarakat; (3) alat-alat/benda yang merupakan hasil karya manusia. Wujud budaya tersebut 2
merefleksikan budaya dan identitas sosial masyarakatnya. Perilaku masyarakat tradisional tercermin dari cara mereka memanfaatkan kearifan lokal berupa pengetahuan tradisional dan keanekaragaman hayati di lingkungannya. Praktek budaya terkait kesehatan tersebut, sebagian diakui oleh masyarakat modern sebagai salah satu penyebab status kesehatan masyarakat yang rendah. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, pada tahun 2012, 2014, dan 2015 telah melaksanakan Riset Etnografi Kesehatan di beberapa wilayah di Indonesia. Hasil temuan diantaranya adalah beberapa kelompok masyarakat di Jawa, Madura, Kalimantan, Sumatra masih mempunyai kebiasaan memberi makanan campuran pisang lumat nasi kepada bayi usia dini (kurang 4 bulan) sehingga bayi mempunyai risiko gangguan saluran pencernaan. Praktek kesehatan yang berkembang di masyarakat seringkali dipengaruhi faktor sosial budaya yang ada di lingkungan sekitar. Faktor sosial budaya tersebut bisa berdampak merugikan terhadap kondisi kesehatan, namun cukup banyak dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang bermanfaat bagi kesehatan7. Riset Etnografi tentang pertolongan persalinan membuktikan bahwa dukun bayi masih mempunyai peran yang cukup besar di beberapa etnik Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten
Lebak,
Kabupaten
Mamuju
Utara,
Kabupaten
Sorolangun.12,13,14,15
Anggapan masyarakat etnik Papua bahwa darah persalinan perempuan adalah kotor dan membawa bala, menyebabkan ibu melahirkan diasingkan pada saat melahirkan di Kabupaten Boven Digul16. Etnik Laut di Indragiri Hilir Provinsi Riau, beranggapan bahwa penyakit yang diderita bayi merupakan penyakit akibat roh halus sehingga pencarian pengobatan dan penanganannya dilakukan secara tradisional17. Penyakit kusta pada suku Asmat dianggap sebagai penyakit kulit biasa sehingga tidak dilakukan pengobatan8.
Perilaku pengobatan sendiri di Kabupaten Boalemo9,
mempengaruhi penyebaran penyakit Tuberkulosis. Kepercayaan masyarakat setempat tentang penyakit TB berpengaruh pada keterlambatan pengobatan.10 Perilaku kesehatan reproduksi pria berpengaruh pada kehidupan sosial budaya yaitu seks bebas sebagai bukti kejantanan pria di Kabupaten Kaimana11. Kekayaan budaya Indonesia dari berbagai etnis yang tersebar di seluruh Indonesia telah mewarnai upaya kesehatan baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, yang bersifat konvensional maupun tradisional dan komplementer. Upaya kesehatan selalu ditekankan untuk mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi dan diselenggarakan guna menjamin pencapaian derajat 3
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan berbasis masyarakat termasuk pengobatan dan cara-cara tradisional perlu dijamin keamanan dan khasiatnya7. Riset Operasional Intervensi Kesehatan (ROI) 2012 telah menghasilkan intervensi berupa pemberdayaan masyarakat berbasis pada nilai lokal setempat, seperti budaya pijat bayi oleh dukun bayi. Pijat dengan teknik aman yang dilakukan oleh ibu sendiri, akan memiliki efek fisiologi, biokimia dan interaksi ibu dengan bayi yang lebih positif18. Penelitian lain dilakukan oleh Sasmito, dkk (2012)19 dan Syarifah, dkk (2012)20 memaparkan bahwa bidang seni tari dan syair budaya setempat dapat dijadikan sebagai sarana penyuluhan KIA yang efektif. Penelitian oleh Catur Adi, dkk (2012)21 dan Nurrachmawati, dkk (2012)22 memaparkan bahwa metode penyuluhan kesehatan bisa dilakukan melalui pendekatan aktor yang berperan dalam komunitas tersebut seperti tokoh adat, orang tua, dan kyai. Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2014 tentang gizi menunjukkan hasil bahwa bahan makanan spesifik lokal daerah setempat (kearifan lokal) bisa diolah sedemikian rupa dan disukai untuk peningkatan kesehatan ibu dan anak. Makanan seperti blondo VCO, opak-opak, ulat sagu, tempe dan bulu babi bisa dikembangkan oleh masyarakat, sehingga memiliki potensi ekonomi masyarakat setempat.23,24,25,26,27
Intervensi KIA tahun 2014 memanfaatkan lagu daerah yang
dimodifikasi, kesenian drama lokal sebagai media kesehatan. Pemberdayaan pemudi (teruni) sebagai pendamping ASI di Bali, pemanfaatan makan bersama (begibung) untuk mengeliminasi pantangan makanan bergizi pada ibu hamil, penguatan peran tokoh masyarakat lokal, pemantapan materi kesehatan ibu dalam pemanfaatan budaya menunggu kehamilan dan ratus pasca kelahiran, merupakan contoh kearifan lokal yang dimanfaatkan untuk intervensi kesehatan28,29,30,31,32,33,34. Hasil riset Etnografi dan Intervensi yang telah dilakukan menggambarkan bahwa banyak modal sosial yang dimiliki masyarakat dari berbagai suku yang bisa dimanfaatkan untuk peningkatan status kesehatan. Menurut Bank Dunia (2011) dalam Rocco & Suhrcke (2012), modal sosial bukan hanya sejumlah gabungan dari institusi dalam masyarakat namun merupakan perekat yang mengikat keseluruhan yang dapat menghasilkan luaran sosial dan/atau ekonomi yang menguntungkan35. Koordinasi akan muncul mengikuti keuntungan-keuntungan potensial yang ada, kemudian diikuti munculnya kepercayaan dalam interaksi sosial yang terwujud. Masalah kesehatan dan kuatnya pengaruh sosial budaya masyarakat menjadi permasalahan yang memerlukan suatu pemecahan segera. Pengembangan atau inovasi dengan melibatkan modal sosial bagi upaya peningkatan kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 4
tersebut melalui suatu intervensi yang dapat diterima oleh masyarakat pelaku. Oleh sebab itu, dukungan riset berupa intervensi kesehatan berbasis budaya yang bernilai positif bagi kesehatan masih sangat diperlukan. Riset Intervensi Kesehatan (RIK) berbasis budaya lokal tahun 2016 berfokus pada masalah kesehatan ibu dan anak, gizi,
pemberantasan penyakit menular, penanggulangan penyakit tidak
menular. RIK 2016 diharapkan memberi pemecahan masalah yang teridentifikasi pada lokasi riset etnografi kesehatan, lanjutan dari RIK 2015 dan intervensi di lokasi yang baru. Kekayaan budaya Indonesia yang berdampak positif pada kesehatan dapat terus dikembangkan, dilestarikan dan dimanfaatkan di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional. Peran masyarakat perlu ditingkatkan dengan melihat permasalahan lokal serta potensi budaya lokal yang masih sangat banyak di masyarakat. 1.2. Tujuan Umum Mengembangkan intervensi budaya kesehatan yang bersifat positif hasil pengetahuan budaya/kearifan lokal untuk menunjang program KIA, gizi, pemberantasan Penyakit Menular (PM), dan penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM) melalui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan berbasis budaya/kearifan lokal. 1.3. Tujuan Khusus Memberikan
kesempatan
kepada
peneliti
kesehatan
melaksanakan
Riset
Intervensi Kesehatan (RIK) berbasis budaya lokal dengan fokus pada upaya peningkatan kesehatan terkait KIA, gizi, Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular dalam rangka memberdayakan kearifan lokal dan kekayaan intelektual lokal (pengetahuan tradisional) berbagai budaya di Indonesia. 1.4. Manfaat Diperoleh berbagai bentuk intervensi berbasis budaya lokal yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas kesehatan terkait masalah KIA, gizi, Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular di Indonesia. 1.4. Arah Arah RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 disesuaikan dengan MDG’s 2015 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2014 - 2019, serta kelayakan yang dapat dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka fokus intervensi RIK sebagai berikut: 5
1. Kesehatan ibu dan Anak termasuk kesehatan reproduksi berbasis budaya lokal. 2. Gizi masyarakat berbasis bahan makanan lokal. 3. Pemberantasan Penyakit Menular berbasis budaya lokal. 4. Penanggulangan Penyakit Tidak Menular berbasis budaya lokal. 1.5. Sasaran Pedoman RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 ditujukan kepada: 1. Peneliti dari institusi penelitian dan pengembangan dari dalam dan luar Badan Litbang Kesehatan, dan LSM. 2. Dosen/tenaga pengajar di Perguruan Tinggi, Poltekkes Kemenkes atau institusi pendidikan kesehatan lainnya. 3. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajaran di bawahnya. 1.6. Luaran Hasil atau luaran wajib RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 adalah: 1. Laporan akhir dalam bentuk hardcopy dan
softcopy (format pdf).
2. Rekomendasi dalam bentuk Policy Paper, dalam bentuk hardcopy dan softcopy (format pdf). 3. Naskah publikasi ilmiah hasil riset dalam bentuk
hardcopy dan softcopy (format
pdf). 4. Film tentang riset secara keseluruhan dalam bentuk VCD beserta narasi film (hardcopy dan sofcopy). 5. Produk intervensi, dapat berupa: buku panduan, buku petunjuk, leaflet, pamflet, VCD, CD, brosur, buku saku, poster, dsb. 6. Data kuantitatif yang sudah dibersihkan dan atau
transkrip untuk data kualitatif.
7. Laporan pertanggungjawaban keuangan.
6
2.
RUANG LINGKUP DAN SIFAT RISET
2.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan tahun 2016 meliputi riset kesehatan berbasis budaya lokal, berupa intervensi yang memberi dampak terhadap program KIA dan Gizi, penanggulangan PM dan PTM. Area riset mencakup pengembangan atau inovasi serta pemanfaatan kearifan lokal/pengetahuan tradisional setempat. Ruang lingkup riset adalah : 1. Intervensi terhadap hasil temuan REK 2012, 2014 dan 2015. 2. Intervensi lanjutan ROI 2012, RIK 2014 dan RIK 2015. 3. Inovasi intervensi kesehatan berbasis budaya/kearifan lokal yang baru dan merupakan ide orisinal peneliti. Intervensi diutamakan pada daerah dengan permasalahan kesehatan yang telah dipetakan melalui REK dan
bisa diadopsi untuk daerah lain yang mempunyai latar
belakang budaya atau etnis yang serupa. Intervensi dapat juga dilakukan di lokasi lanjutan RIK 2014 dan RIK 2015 atau di lokasi yang baru. 2.2
Sifat dan Jenis Riset Kegiatan riset bersifat orisinal, bukan merupakan pengulangan yang telah dipublikasikan di dalam maupun di luar negeri. Kegiatan riset tidak sedang diusulkan atau pernah dibiayai oleh sumber dana yang lain. Jenis riset yang diperkenankan dalam kegiatan RIK merupakan riset intervensi yang dilaksanakan di masyarakat.
7
3.
PELAKSANA RISET INTERVENSI KESEHATAN (RIK) 2016
3.1. Susunan Tim Pelaksana Riset Intervensi Kesehatan 2016
Pembina
:
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes RI
Penanggung Jawab
:
Kepala Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Ketua Pelaksana RIK Ibu, Anak dan Gizi
:
Ristrini, Dra. MKes.
RIK Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
:
Wahyu Dwi Astuti, dr.,SpPK, MKes
Koordinator Tim Teknis
:
M. Setyo Pramono, DR. S.Si,MSi
GIKIA
:
Herti Maryani, Dra.M.Kes Lusi Kristiana, SSi,Apt.,MKes Weny Lestari, S.Sos., M.Si Rukmini, dr.MKes. Oktarina,drg. MKes Nailul Izza, SKM
PM dan PTM
:
Astridya Paramita, SKM., MKes Lulut Kusumawati, dr., Sp.PK Setia Pranata, Drs, M.Si Tumaji, SKM.MPH. Pramita Andarwati, dr. Karlina, dr
Sekretariat
:
Mardiyah, SE, M.M Drie Subianto, SE Siti Luksitasari, Dra. Hendra Tri Widodo, S.Kom Alun Winarni
8
3.2. Tim Teknis Tim Teknis bertugas dalam hal manajemen dan teknis pelaksanaan RIK, mulai penyusunan buku panduan hingga laporan akhir RIK, yang meliputi: 1. Melakukan seleksi awal proposal. 2. Menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan RIK mulai seleksi proposal, pembuatan
protokol,
pelaksanaan
kegiatan
riset,
pelaksanaan
supervisi,
pelaksanaan pembimbingan oleh Tim Pakar, pembuatan laporan akhir dan luaran riset. 3.3. Tim Pakar Tim Pakar merupakan tim yang dibentuk dengan susunan ketua dan anggota terdiri dari para Profesor dan peneliti senior dari Badan Litbangkes, Profesor dari Perguruan Tinggi, Ketua/anggota Komisi Ilmiah Badan Litbangkes, Ketua/angggota PPI Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM), dan para pakar dari Pusat lain di Badan Litbangkes dan Universitas yang akan ditentukan oleh Kepala PHKKPM. Tim ini bertugas antara lain: 1. Melakukan seleksi proposal. 2. Memberikan bimbingan, pembinaan dan konsultasi pembuatan protokol. 3. Melakukan
monitoring
dan
evaluasi serta
supervisi ke
lapangan
saat
pelaksanaan riset. Supervisi pelaksanaan riset meliputi: a. Kesesuaian antara protokol dengan pelaksanaannya, pencapaian tujuan dan identifikasi kendala atau masalah. b. Kemajuan pelaksanaan riset. c. Pemeriksaan logbook. d. Memberikan masukan perbaikan atau asistensi teknis riset. e. Membantu mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan riset. 4. Melakukan bimbingan pembuatan laporan serta luaran riset. 3.4. Tim Peneliti 1. Tim peneliti berjumlah maksimal 3 (tiga) orang, terdiri dari yaitu: 1 (satu) orang Ketua Pelaksana dan maksimal 2 (dua) orang anggota peneliti. 2. Setiap peneliti harus menandatangani pernyataan: keaslian proposal riset, tidak ada duplikasi pendanaan, dan kesanggupan melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan. Formulir pernyataan disertakan dalam proposal yang diusulkan. 3. Ketua Pelaksana berpendidikan minimal S1 dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan riset termasuk administrasi riset dan keuangan. 9
Anggota peneliti membantu dan bertanggung jawab sesuai tugas yang diberikan oleh Ketua Pelaksana. 4. Ketua Pelaksana wajib mengikuti kegiatan pendampingan penyusunan protokol riset sebanyak 1 (satu) kali, serta penyusunan laporan sebanyak 2 (dua) kali. 5. Tim peneliti wajib melampirkan ijin tertulis dari atasan. 3.5. Peneliti Pendamping Setiap tim peneliti yang telah diterima untuk dibiayai, akan diberikan 1 (satu) orang Peneliti Pendamping untuk membantu pelaksanaan riset. Peneliti Pendamping adalah peneliti dari Badan Litbangkes yang ditentukan oleh PHKKPM. Peneliti Pendamping berperan sebagai anggota peneliti dari Badan Litbangkes yang akan membantu dan terlibat dalam keseluruhan proses pelaksanaan riset. 3.6. Tenaga Administrasi Setiap tim peneliti yang telah diterima untuk dibiayai, akan diberikan 1 (satu) orang Tenaga
Administrasi untuk membantu
dan mengontrol pertanggungjawaban
administrasi riset dan keuangan. Tenaga administrasi berasal dan akan ditunjuk oleh PHKKPM.
10
4.
PEMBIAYAAN
Pembiayaan RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 adalah: 1. Alokasi dana maksimal Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap proposal. Proposal yang akan dibiayai total sebanyak maksimal 24 (dua puluh empat) proposal yang memenuhi kriteria seleksi. Rencana Anggaran Belanja riset disesuaikan dengan kegiatan riset yang sewajarnya dengan mengikuti Satuan Biaya Umum (SBU) 2015 dari Kementerian Keuangan. 2. Jangka waktu efektif riset maksimal 10 (sepuluh) bulan. 3. Komponen pembiayaan terdiri dari: a. Belanja honor, dengan total tidak melebihi 5% dari anggaran yang diusulkan. b. Persiapan lapangan (belanja bahan, perjalanan, belanja non operasional), tidak melebihi 40% dari anggaran yang diusulkan. c. Pengumpulan data (belanja bahan, perjalanan, belanja non operasional), tidak melebihi 45% dari anggaran yang diusulkan. d. Penyusunan luaran dan laporan (belanja bahan), tidak melebihi 10% dari anggaran yang diusulkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Lampiran Rincian Rencana Anggaran. Pembiayaan yang TIDAK DIPERBOLEHKAN adalah: 1. Belanja di luar 4 komponen yang telah ditetapkan, misalnya belanja sewa, belanja jasa untuk pemeriksaan. 2. Belanja honor lebih dari 10 bulan. 3. Belanja pembelian alat.
11
5.
JADUAL KEGIATAN
Jadual kegiatan RIK tahun 2016:
Kegiatan Penyebaran informasi Batas akhir penerimaan proposal di Sekretariat RIK Seleksi proposal Tahap 1 (administrasi) Tahap 2 (substansi) Perbaikan proposal/pendampingan Finalisasi protokol riset dan konsinyasi etik Pengajuan persetujuan etik penelitian Pelaksanaan riset Supervisi pelaksanaan riset Konsinyasi penyusunan Laporan Akhir, Naskah Publikasi Ilmiah dan Policy Paper Penyerahan laporan dan seluruh luaran Diseminasi hasil akhir RIK
Waktu Mulai Nopember 2015 15 Januari 2016 (cap pos) Desember 2015 Januari 2016 Februari 2016 Februari 2016 Februari 2016 Maret – Desember 2016 Maret – Desember 2016 Nopember 2016 15 Desember 2016 Desember 2016
Situs RIK www.pusat4.litbang.depkes.go.id akan memuat pengumuman dan berita yang terkait dalam proses kegiatan. Peneliti yang mengirimkan proposal dianjurkan untuk mengunjungi situs tersebut secara teratur dan berkala.
12
6.
MONITORING, EVALUASI, PENGHARGAAN DAN SANKSI
Monitoring dan evaluasi akan dilakukan oleh Tim Pakar dan Tim Teknis. Supervisi di tempat pelaksanaan riset akan diatur tersendiri oleh Tim Teknis. Pada waktu monitoring dan seminar hasil riset akan dilakukan evaluasi laporan kemajuan riset (teknis dan administrasi), dan pengisian log book. Peneliti yang menunjukkan kinerja yang baik dan berprestasi akan diundang dalam simposium Badan Litbangkes tahun 2016. Peneliti yang tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati akan dihentikan pembiayaan riset dan diwajibkan mengganti biaya yang telah dikeluarkan. Ketua Pelaksana tidak diperkenankan untuk mengajukan proposal RIK berikutnya.
7. FORMAT PROPOSAL, ETIK PENELITIAN, MEKANISME SELEKSI DAN KRITERIA PENILAIAN
7.1. Format Proposal Isi proposal terdiri dari: judul, daftar isi, ringkasan penelitian, latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, pertimbangan ijin penelitian, pertimbangan etik penelitian, daftar kepustakaan, susunan tim peneliti, jadual kegiatan penelitian, rincian rencana anggaran. Proposal disusun menggunakan format
sebagaimana
terlampir
atau
diunduh
dari
situs
RIK
2016
www.pusat4.litbang.depkes.go.id. Proposal diketik dengan tipe huruf Arial 11 pt, spasi 1,5 dan ukuran kertas A4. Proposal dijilid sebanyak 3 (tiga) rangkap dan dikirim ke alamat: Sekretariat Riset Intervensi Kesehatan Berbasis Budaya Lokal 2016 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbangkes Kemenkes RI Jalan Indrapura 17 Surabaya 60176 Telp. 031 3528748; Fax. 031 3528749
Proposal dalam bentuk softcopy dikirim ke alamat email sekretariat:
[email protected].
Proposal softcopy diterima sekretariat selambat-lambatnya tanggal 15 Januari 2016 jam 24.00 WIB.
13
Proposal hardcopy dikirim ke sekretariat selambat-lambatnya tanggal 15 Januari 2016 (cap pos). Disampul surat dan cover Proposal sebelah kiri atas harap dicantumkan kode Poposal sebagai berukut : 1.
KIA dan Kespro
: Kode 1
2.
GIZI
: Kode 2
3.
PM
: Kode 3
4.
PTM
: Kode 4
7.2. Etik Penelitian Protokol yang mengikutsertakan manusia sebagai obyek penelitian perlu mengajukan persetujuan etik penelitian
(Ethical clearance) kepada Komisi
Etik (KE) Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Pengajuan persetujuan etik penelitian dilakukan melalui sekretariat RIK dengan surat pengantar dari PHKKPM. Pelaksanaan pengumpulan data diijinkan bila sudah menerima surat persetujuan etik penelitian
dari KE Badan Litbangkes Kemenkes RI.
7.3. Mekanisme dan Kriteria Seleksi Setiap proposal akan diseleksi oleh Tim Teknis dan Tim Pakar berdasarkan prinsip objektivitas dan bersifat kompetitif. Tugas Tim Teknis adalah menyeleksi proposal pada tahap awal. Tugas Tim Pakar adalah menilai dan menyeleksi proposal, serta membina peneliti untuk perbaikan proposal, protokol hingga laporan akhir dan luaran riset. Keputusan Tim Pakar bersifat final dan mengikat. Tahap proses seleksi untuk proposal RIK adalah: 1. Rapat Tim Teknis merupakan seleksi awal proposal untuk menjaring proposal yang sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup RIK, memenuhi persyaratan substansi dan kelayakan biaya. 2. Proposal yang lolos seleksi awal akan dilanjutkan seleksi oleh Tim Pakar. Seleksi dilakukan berdasarkan kriteria dan bobot yang telah ditentukan. Penilaian dalam seleksi akan menghasilkan dua kategori proposal: (a) diusulkan untuk dibiayai, atau (b) tidak dibiayai. 3. Proposal yang diusulkan untuk dibiayai merupakan proposal yang sudah diperbaiki berdasarkan masukan dari Tim Pakar. Perbaikan proposal disertai dengan pengantar isi perbaikan (ditulis bagian kalimat yang diperbaiki, halaman, dan dicetak tebal). 4. Peneliti akan diundang pada seminar proposal untuk memaparkan proposal riset dan mendapat pembinaan dari Tim Pakar untuk dilanjutkan menjadi protokol riset. 14
5. Protokol selanjutnya diserahkan kepada Tim Teknis untuk diproses pengurusan etik penelitian.
7.4. Kriteria Penilaian Lingkup seleksi proposal lengkap dilakukan untuk menyeleksi proposal dari aspek substansi dan aspek kelayakan biaya. Aspek substansi dan kriteria seleksi adalah: 1. Orisinalitas 2. Kontribusi terhadap program Gizi, KIA, PM dan PTM Kementerian Kesehatan RI 3. Peluang adopsi (penerimaan) dan keberlanjutan pemakaian oleh pengguna 4. Penulisan dan ketepatan metodologi
15
8. PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pengajuan
proposal dan
pelaksanaan RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 bagi semua pihak khususnya yang berminat dalam penelitian bidang humaniora kesehatan. Calon peserta diharapkan mendapat informasi yang jelas dari buku panduan sehingga dapat berpartisipasi dalam RIK dan mengajukan proposal sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Seluruh hasil luaran RIK harus diserahkan kepada sekretariat RIK berbasis budaya lokal tahun 2016 dan seluruhnya menjadi hak milik Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Publikasi lain bersumber dari data penelitian, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk paten yang mungkin dihasilkan dari riset, akan diatur tersendiri.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Dra. Ristrini, M.Kes Dr. Wahyu Dwi Astuti, SpPK, M.Kes DR. M. Setyo Pramono, S.Si,Msi Dra. Herti Maryani, M.Kes Lusi Kristiana, Apt., M.Kes Weny Lestari, S.Sos., M.Si. Astridya Paramita, SKM., M.Kes. dr. Lulut Kusumawati, Sp.PK Dra. Siti Luksitasari Alun Winanrni
HP: 081330673252, 081918118502 HP: 0811378684 HP: 081330695133 HP: 08123199390 HP: 088803117569 HP: 08123157097 HP: 081330543763 HP. 081230203965 Hp. 081235045689, 0818591491 Hp. 082234562230, 08563142207
16
9. DAFTAR PUSTAKA 1.
Sindonews.com, 26 September 2013. Data SDKI 2012, angka kematian ibu melonjak. http://nasional.sindonews.com/read/2013/09/25/15/787480/data-sdki-2012-angkakematian-ibu-melonjak. Diakses 19 Oktober 2013.
2.
BPS dan Tim, 2012. “Laporan Pendahuluan Badan Pusat Statistik”. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012.
3.
Badan Litbangkes RI, 2014. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Litbangkes Kemkes RI.
4.
Badan Litbangkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
5.
Badan Litbangkes RI, 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Litbangkes Kemkes RI.
6.
Kemkes RI, 2012. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
7.
Badan Litbangkes RI, 2012. Laporan Penelitian Riset Etnografi Budaya Kesehatan Ibu dan Anak. Badan Litbangkes Kemkes RI.
8.
Tumaji, et al, 2014. Nomphoboas yang Mengganas di Mumugu. Etnik Asmat. Kabupaten Asmat. Riset Etnografi Kesehatan. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes
9.
Ningsi, et al, 2014. Rekam Jejak Terengi. Etnik Gorontalo, Kabupaten Boalemo. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes
10. Santi D, et al, 2014. Belenggu Apung. Etnik Sumba, Kabupaten Sumba Timur. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 11. Setia P, et al, 2014. Dibalik Rahasia Bungkus Daun Tiga Jari. Etnik Irarutu, Kabupaten Kaimana. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 12. Mufida A, et al, 2014. Kesembuhan Mulia. Mamoh. Etnik Aceh, Kabupaten Aceh Barat. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 13. Mara I, et al, 2014. Menguak Halimun Baduy. Etnik Baduy Dalam, Kabupaten Lebak. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 14. Sri H, et al, 2014. Hembusan Topo Tawui di Seberang Koala. Etnik Kalii Da’a, Kabupaten Mamuju Utara. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 15. Manggala I, et al, 2014. Cukit Budak. Nun Jauh di Mudik. Etnik Melayu Jambi, Kabupaten Sarolangun. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 16. Agung D.L, et al, 2014. Perempuan Muyu dalam Pengasingan.Etnik Muyu, Kabupaten Boven Digul. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 17. Syarifah N, et al, 2014. Tangis Budak dari Negeri Seribu Jembatan. Etnik Laut, Kabupaten Indragiri Hilir. Buku Seri Riset Etnografi Kesehatan 2014. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes 18. Lestari, Ade Febriana., et al, 2012. “Budaya Pijat Bayi Aman (Safe Baby Massage) Berbasis Keluarga Dalam Upaya Peningkatan Kesehatan Bayi Di Sleman
17
Yogjakarta”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora, Badan Litbangkes dan Rumah Sakit Akademik UGM. 19. Sasmito, et al, 2012. “Tari Memengan Sebagai Media Penyampai Pesan Posyandu Pada Ibu dan Anak di Banyuwangi Jawa Timur”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Politeknik Kesehatan Malang. 20. Syarifah, et al, 2012. “Syair dalam Tarian Maena Sebagai Wahana Penyampaian Pesan untuk Meningkatkan Pengetahuan kesehatan Reproduksi Remaja pada Masyarakat Nias Barat”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan. 21. Annis Catur, et al. 2012. “Penguatan Modal Sosial Buppa Babbu Guru ban Rato dalam Peningkatan Kualitas Diet Ibu Hamil Etnis Madura di Bangkalan Jawa Timur”. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan FKM Unair Surabaya. 22. Nurrachmawati, et al, 2012. Laporan Hasil ROI KIA Berbasis Budaya Lokal. Pusat Humaniora Badan Litbangkes. 23. Murlan, et al, 2014. Optimasasi Pemanfaatan Sisa Produk Virgin Coconut Oil (Blondo) pada makanan lokal untuk Perbaikan Gizi Balita di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan STIK Avicenna Kendari. 24. Susilo, et al, 2014. Keberkelanjutan Pemberian Makanan Tradisional Opa-opak dengan Pengayaan Ikan Ekor Kuning dan Serbuk Daun Kelor sebagai Alternatif Selingan Untuk Ibu hamil KEK di Kabupaten Lombok Utara, NTB. (Tahap1). Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes NTB.
25. Intan, et al, 2014. Optimalisasi Penerimaan Ulat Sagu (Rhinchophorus Ferruginenus) Dalam Meningkatkan Kualitas Makanan Anak Balita Suku Tolaki Dengan Pendekatan Potensi Budaya Makan Setempat”. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Kendari.
26. Yohannes, et al, 2014. Optimalisasi Budaya Makan Tempe Generasi Dua Untuk Meningkatkan Asupan Gizi Ibu Hamil dan Anak Balita di Kota Malang. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Malang.
27. Wiralis, et al, 2014. Budaya Makan Tetehe Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Menu Keluarga pada Suku Bajo Relokasi Pulau Bokori. , Di Konawe. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Kendari. 28. Lia, et al, 2014. Efektifitas Seni Budaya Tarling Cirebon Sebagai Media Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil di Kabupaten Cirebom Jawa Barat. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. 29. Rini, et al, 2014. Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil terhadap Kesehatan Maternal Melalui Media Kesenian "Dulmuluk" di Kabupaten Ogan Ikir Sumatera Selatan. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan FKM Universitas Sriwijaya Palembang. 30. Ida Ayu, et al, 2014. Pemberdayaan Sekaa Teruni Dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Menyusui di wilayah Puskesmas Klungkung Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Poltekkes Kemenkes Denpasar. 31. Nurhandini, et al, 2014. Budaya Begibung Sebagai Upaya Penurunan Kurang energy Kronis (KEK) pada Kehamilan di Kabupaten Lombok. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan Dinas Kesehatan Lombok Tengah NTB. 18
32. Annis Catur, et al. 2014. Pengembangan Intervensi Penguatan "Modal Sosial Buppa Bappu ban Ratto" Dalam Peningkatan Kualitas Diet Ibu Hamil Etnis Madura di Daratan Pulau Madura. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan FKM Unair 33. Epti, et al, 2014. Pemanfaatan Budaya Merunggu Pada Ibu Bersalin Suku Serawai Dalam Promosi Pertolongan Persalinan, IMD dan ASI Ekslusif di Desa Puguk Kabupaten Seluma. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan dan Poltekkes Kemenkes Bengkulu. 34. Nancy, et al, 2014. Pemberdayaan Budaya Bakera "Sebagai Upaya Peningkatan Cakupan Pemberian ASI Ekslusif di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Humaniora Badan Litbangkes dan dan Poltekkes Kemenkes Manado. 35. Rocco L, Suhrcke M., 2012. Is social capital good for health? A European perspective. Copenhagen, WHO Regional Office for Europe.
19
LAMPIRAN 1 LEMBAR PERNYATAAN Pernyataan Tim Peneliti Dengan ini kami menyatakan bahwa: - menjamin usulan riset ini asli dan belum pernah dilakukan oleh pihak lain - usulan ini tidak ada duplikasi pendanaan dari sumber dana lainnya -
bersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan riset apabila usulan riset ini disetujui untuk dibiayai
- bersedia mengikuti seluruh proses kegiatan riset sampai selesai -
menyerahkan data, laporan dan luaran riset ke Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan bila di kemudian hari terbukti tidak sesuai, maka kami bersedia mengembalikan dana yang telah dipergunakan kepada pemerintah.
Ketua Pelaksana
Tanda tangan
Tanggal
Peneliti Pertama
Tanda tangan
Tanggal
Peneliti Kedua
Tanda tangan
Tanggal
LAMPIRAN 2 IJIN ATASAN TIM PENELITI
Dengan ini kami memberikan ijin kepada:
Nama
:
Jabatan
:
Bagian
:
Untuk mengikuti Riset Intervensi Kesehatan berbasis budaya lokal tahun 2016 dengan judul:
Kami bersedia memberikan waktu dan dukungan yang diperlukan untuk pelaksanaan riset oleh staf kami tersebut.
Tanggal Nama Institusi
Tanda tangan dan Cap
Nama Dekan/Direktur/Kepala
LAMPIRAN 3 LEMBAR DATA TIM PENELITI 1. Ketua Pelaksana FOTO BERWARNA Uk. 4x6
Identitas Nama Gelar Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya Kualifikasi Akademik Tahun Tahun Dst
2. Peneliti Pertama FOTO BERWARNA Uk. 4x6
Identitas Nama Gelar Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi
1. 2.
Institusi Gelar Institusi Gelar
Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya Kualifikasi Akademik Tahun Tahun
1. 2.
Institusi Gelar Institusi Gelar
Dst
3. Peneliti Kedua FOTO BERWARNA Uk. 4x6
Identitas Nama Gelar Tempat tanggal lahir Jenis Kelamin Alamat Korespondensi Alamat Email Telepon Institusi Utama Bagian/Divisi Telpon dan Fax Kantor Institusi Lainnya
Kualifikasi Akademik Tahun Tahun Dst
1. 2.
Institusi Gelar Institusi Gelar
LAMPIRAN 4 PUBLIKASI ILMIAH PENELITI 1. Ketua Pelaksana Berisi publikasi yang relevan, maksimal 2 lembar
2. Peneliti Pertama Berisi publikasi yang relevan, maksimal 2 lembar
3. Peneliti Kedua Berisi publikasi yang relevan, maksimal 2 lembar
LAMPIRAN 5 FORMAT PROPOSAL RISET INTERVENSI KESEHATAN 1.
Judul Mencerminkan topik dan tujuan riset. Singkat, jelas, maksimal 20 kata. Bila perlu menggunakan sub judul.
2.
Daftar Isi
3.
Ringkasan Uraian singkat latar belakang, masalah yang akan diteliti, metode, tempat dan waktu riset serta informasi/data yang akan dihasilkan. Maksimal 1 halaman.
4.
Latar Belakang Justifikasi, rumusan masalah.
5.
Tujuan Terdiri dari tujuan umum dan khusus.
6.
Manfaat Hasil riset dapat dimanfaatkan baik oleh pemangku kebijakan, masyarakat umum, atau pelaksana program.
7.
Metode Berisi rancangan, lokasi dan waktu, populasi/sampel/informan, cara pengumpulan data, batasan operasional, pengawasan kualitas data, manajemen dan analisis data.
8.
Pertimbangan Ijin Ijin dari pemerintah terkait (Kemendagri, Pemprov, Pemkot/kab) dan lokasi tempat riset dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
9.
Pertimbangan Etik Riset yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek riset harus mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik yang diperoleh sebelum pelaksanaan riset. Informed Consent diperoleh dari subyek setelah mendapatkan penjelasan riset.
10. Daftar Kepustakaan Metode Harvard. 11. Susunan Tim Peneliti Disusun dalam bentuk tabel. No. 1 2 3 4
Nama Peneliti
Kedudukan Ketua Pelaksana Peneliti 1 Peneliti 2 PA (Pelaksana Administrasi)
Keahlian
Uraian Tugas
12. Jadual Kegiatan Dalam bentuk tabel seperti contoh berikut: Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1
2
3
4
Bulan ke5 6
7
8
9
10
Penyusunan proposal Perbaikan proposal Finalisasi protokol Pengajuan persetujuan etik Pengajuan persetujuan ijin Pelaksanaan riset Penyusunan laporan Diseminasi hasil laporan Pengumpulan laporan
*)Format Jadual Kegiatan hanya contoh, kegiatan dan waktu bisa berbeda sesuai proposal yang disetujui
13. Rincian Rencana Anggaran Disusun berdasarkan jenis pengeluaran, seperti contoh berikut ini. RINCIAN ANGGARAN BIAYA (RAB) Judul Riset: ............................................. Ketua Pelaksana: ............................................ No 1.
2.
3.
4.
Komponen Pembiayaan Satuan Biaya BELANJA HONOR Ketua Pelaksana Peneliti Pertama Peneliti kedua Pelaksana Administrasi PERSIAPAN LAPANGAN Belanja Bahan ATK dan Fotocopy Belanja Perjalanan Belanja barang non operasional (BNO) Pengurusan ijin etik Pengurusan ijin riset PENGUMPULAN DATA Belanja Bahan ATK dan Fotocopy Belanja Perjalanan BNO Bahan kontak responden Pembuatan film kegiatan Pembuatan poster/leaflet/modul intervensi Konsumsi pertemuan PENYUSUNAN LUARAN DAN LAPORAN Belanja Bahan Penggandaan Laporan dan output riset Total
Total Maksimal 5 % dari total anggaran
Maksimal 40 % dari total anggaran
Maksimal 45 % dari total anggaran
Maksimal 10 % dari total anggaran
Rp ...................
100%
*)Format RAB hanya contoh, komponen pembiayaan dan besarnya anggaran sesuai dengan kegiatan dalam proposal yang telah disetujui
RENCANA ANGGARAN BIAYA RISET INTERVENSI KESEHATAN (RIK) TAHUN 2016 JUDUL PENELITIAN ......................................................................................................................................................................
No Komponen Pembiayaan 1 Belanja Honor (521213) Ketua Pelaksana Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 2 Belanja Bahan (521211)
Satuan
Jumlah (Rp)
OB OB
1 or x 6 bulan x 400,000 1 or x 6 bulan x 300,000
2.400.000 1.800.000
OB
1 or x 6 bulan x 250,000
1.500.000
Total (Rp) 7.500.000
12.330.000
ATK/ Foto Copy Bahan komputer Konsumsi Rapat Cetak Kuesioner Modul Pelatihan 3 Belanja Perjalanan
Biaya
PT PT OK 1 PT 1 PT
1 PT x 1,000,000 1 PT x 1.630,000 4 or x 10 kl x 30,000 l PT x 3.500.000 100 exp x 50,000
1.000.000 1.630.000 1.200.000 3.500.000 5.000.000
(524111)
3.a Persiapan Penelitian
66.720.000
Uang harian peneliti Transport survey pendahuluan Uang harian peneliti litbang Transport peneliti litbang Penginapan peneliti litbang 3.b Pengumpulan Data Pengumpulan data pertama - Pertemuan Kelas Ibu (3 hari x 8 kelas) Transport Responden Uang harian (Ketua Peneliti) Uang harian (anggota peneliti) Uang harian (Peneliti Litbang) Uang harian fasilitator kelas ibu Transport Transport peneliti litbang Penginapan peneliti litbang Transport kader - Pengumpulan data kedua Transport Responden Uang harian (peneliti dan fasilitator) Transport 3.c Pengumpulan data ketiga Uang harian (peneliti dan fasilitator) Uang harian (Peneliti Litbang) Uang harian undangan Transport Transport peneliti litbang Penginapan peneliti litbang Transport Kepala Puskesmas Transport Bidan Koordinator 4 Belanja Non Operasional lainnya Pesiapan Etical Clearence FGD Bahan kontak Rsponden Bumil Konsumsi responden ibu balita Pengolahan Data
OH OK OH OK OH
3 or x 2 kl x 430,000 3 or x 2 kl x 250,000 1 or x 3 hr x 430,000 1 or x 1 kali x 1,500,000 1 or x 2 hr x 350.000
2.580.000 1.500.000 1.290.000 1.500.000 700.000
OT OH OH OH OH OT OT OH OK
70 or x 3hr x 10,000 1 or x 7 hr x 430,000 2 or x 6 hr x 430,000 1 or x 7 hr x 430,000 2 or x 7 hr x 430,000 2 or x 6 hr x 250,000 2 OT x1. 540,000 1 or x 6 hr x 350,000 5or x 1 kl x 8 klsx 30,000
2.100.000 3.010.000 5.160.000 3.010.000 6.020.000 6.000.000 1.080.000 2.100.000 1.200.000
OH OH OH
80 or x 1 hr x 10,000 5 or x 4 hr x 430,000 5 or x 4 hr x 250,000
800.000 8.600.000 5.000.000
OH OH OH OH OT OH OT OT
5 or x 3 hr x 430,000 1 or x 4 hr x 430,000 3 or x 1 kl x 430,000 5 hr x 250,000 1 OT x 1.500,000 1 or x 3 hr x 350,000 1 or x 10kl x 100,000 1 or x 10 kl x 100,000
6.450.000 2.580.000 1.290.000 1.250.000 1.500.000 1.050.000 1.000.000 1.000.000
(521219)
9.850.000 PT OH OK OK 1 PT
1 PT x 500,000 10 org x 50,000 20 or x 50,000 2 kl x 80 or x 20,000 1 Lit x 1 kl x 1.000.000
Penggandaan CD
1 PK
1 Lit x 50 buah x 15.000
Penggandaan Laporan
1 PK
1 Lit x 50 eks x 50.000
2.500.000
1 PT x 4.000.000
4.000.000
Dokumentasi / Film Vidio
PT
500.000 500.000 1.000.000 3.600.000 1.000.000 750.000
100.000.000
Kota Asal, Januari 2016 Ketua Pelaksana
(
) NIP.