PROPOSAL PENGAJUAN SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY (KAJIAN EMPIRIS DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2009-2011)
Disusun Oleh :
Nama
:
NPM
:
Kelas
:
Fakultas / Jurusan
: Ekonomi / Akuntansi
UNIVERSITAS GUNADARMA 2013
Depok, 27 Maret 2013 Hal
: Pengajuan Proposal Skripsi
Kepada Yth. Dr. Imam Subaweh SE, AK, MM., Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma Di Tempat
Dengan Hormat, Dengan ini saya : Nama NPM / NIRM Kelas Fakultas / Jurusan IPK
: : : : Ekonomi / Akuntansi :
bermaksud mengajukan proposal penulisan skripsi. Saya menyatakan bersedia dan sanggup menyelesaikan skripsi saya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pihak Universitas Gunadarma apabila proposal penulisan skripsi saya ini disetujui. Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan proposal penulisan skripsi yang berjudul “ FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY (KAJIAN EMPIRIS DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2009-2011)”. Demikian surat pengajuan proposal skripsi ini saya buat. Atas perhatian dan kebijaksanaan Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
(Arianda Wahyu Nugroho)
LEMBAR PENGESAHAN Komisi Penelaah Ketua
(Dr. Imam Subaweh., SE., Ak., MMSI)
Anggota
(Prof. Dr. Dharma Tintri Ediraras, SE., Ak., MBA)
a) Latar Belakang Masalah Minat investasi di Indonesia saat ini sedang meningkat khususnya di pasar modal. Meningkatnya minat ini berdampak pada permintaan laporan keuangan perusahaan. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan harus relevan, reliabel dan tepat waktu. Sebelum di publikasikan, laporan keuangan harus di audit terlebih dahulu. Dalam hal ini auditor memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyampaikan hasil audit tepat waktu, hal ini tentu akan membuat auditor bekerja lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Menurut Suwardjono (2007:170), ketepatan waktu informasi mengandung pengertian
bahwa
informasi
tersedia
sebelum
kehilangan
kemampuannya
untuk
mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan. Dengan demikian, informasi yang memiliki prediksi tinggi dapat menjadi tidak relevan apabila tidak tersedia pada saat dibutuhkan. Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal, Peraturan Bapepam tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30 September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari. Ketepatan waktu publikasi laporan keuangan merupakan salah satu elemen pokok laporan keuangan selain tingkat relevansi laporan keuangan dengan kebutuhan dalam mengabil keputusan. Ketepatan waktu publikasi laporan keuangan ini mempengaruhi nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan publikasi dapat menghambat dan berdampak negatif pada kegiatan bisnis perusahaan. Dalam laporan keuangan yang telah di publikasikan terdapat beberapa sinyal yang kuat bagi investor untuk mengambil keputusan, karena laporan keuangan adalah cerminan situasi dan kondisi suatu perusahaan. Menurut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa kegiatan audit harus dilakukan dengan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Selain itu kegiatan audit harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan alat-alat yang memadai (Yugo Trianto, 2006:2). Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan
menggambarkan proses audit suatu laporan keuangan perusahaan, kondisi terlambatnya publikasi ini dikenal dengan istilah Audit Delay. Semakin lama keterlambatan publikasi laporan keuangan mengindikasikan banyaknya masalah yang terdapat dalam proses audit. Meninjau penelitian sebelumnya tentang audit delay di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Penelitian yang dilakukan Ekowati (1996) rata-rata audit delay pada tahun 1993 selama 72 hari pada tahun 1994 selama 78 hari. Sedangkan dalam penelitian Halim (1997) rata-rata audit delay tahun 1995-1996 selama 84 hari dan penelitian Hanipah (1999) rata-rata audit delay 90 hari. Penelitian Imam Subekti dan Novi W (2004) rata-rata audit delay selama 99 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan, Jenis Industri, profitabilitas, solvabilitas, Ukuran KAP, Opini KAP, dan Lamanya Perusahaan menjadi klien sebuah KAP. Berdasarkan pentingnya informasi laporan keuangan yang telah di audit dan beberapa hal – hal diatas maka penulis tertarik untuk memilih topik penelitian mengenai “ FaktorFaktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay (Kajian Empiris Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2009-2011)”. b) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini: 1) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay? 2) Bagaimana pengaruh jenis industri terhadap audit delay? 3) Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap audit delay? 4) Bagaimana pengaruh solvabilitas terhadap audit delay? 5) Bagaimana pengaruh ukuran KAP terhadap audit delay? 6) Bagaimana pengaruh opini KAP terhadap audit delay? 7) Bagaimana pengaruh lamanya perusahaan menjadi klien KAP terhadap audit delay? 8) Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, jenis industri, profitabilitas, solvabilitas, ukuran KAP, opini KAP, lamanya perusahaan menjadi klien KAP terhadap audit delay?
c) Batasan Masalah Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan yang ada dalam Audit Delay, maka penulis akan memberikan batasan masalah dengan maksud agar tujuan dari pembahasan dapat lebih terarah pada sasarannya. Adapun masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini hanya terbatas mengenai masalah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Audit Delay, faktor-faktor tersebut antara lain: Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas dan Profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2011 d) Tujuan Penelitian 1) Bagi investor, untuk memperoleh gambaran penyebab terjadinya audit delay yang berdampak pada keterlambatan publikasi laporan keuangan emiten. 2) Bagi badan
regulator, fakor dominan sebagai
bahan pertimbangan dalam
membuat kebijakan regulasi audit delay di Indonesia. 3) Bagi peneliti, sebagai sarana menambah pengetahuan tentang audit delay yang terjadi di Indonesia.
e) Metode Penelitian Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2009-2011. Sampel dipilih secara cluster random sampling, cluster yang digunakan adalah sektor yaitu sektor keuangan dan sektr non keuangan. Jumlah emiten yang terpilih adalah 80 emiten selama 3 tahun, Jadi total keseluruhan data yang ada adalah 240 data.
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dala penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Jakarta tahun 2009-2011. Kemudian data
di seleksi dengan beberapa ketentuan hingga ditemukan 80 emiten yang sesuai dan kriteria penelitian ini.
Alat Analisis Yang Digunakan Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post facto, yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa (Indriantoro dan Supomo, 1999:27). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.. Variabel dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Variabel
Pengukuran
Dependen
lamanya waktu penyelesaian audit
Audit Delay
yang diukur dari tanggal
Skala
Rasio
penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit. Independen: Ukuran Perusahaan
Total aktiva yang dimiliki emiten
Rasio
pada tahun pelaporan Skala nominal: Jenis Industri
Jenis Industri Dibagi Dalam 2 perusahaan Keuangan Kelompok: industri keuangan dan = 1, Non Keuangan = 0 non keuangan
Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio
Rasio Solvabilitas
kemampuan memenuhi
perusahaan semua
untuk
kewajiban-
kewajibannya.
Skala nominal: The Big Ukuran KAP
Ukuran KAP dibagi menjadi 2 Four = 1, Non Big Four kelompok : The Big Four, Non Big = 0 Four Skala nominal: selain
Opini KAP
Opini yang diberikan auditor pada unqualified = 1, laporan keuangan.
Lamanya
unqualified = 0
Perusahaan Skala nominal: 2 tahun
Menjadi Klien KAP Lamanya emiten menggunakan
atau lebih, kurang dari 2
jasa audit pada KAP yang sama
tahun = 0
f) Tinjauan Pustaka Pengertian Laporan Keuangan Pasar modal sangat memerlukan laporan keuangan bagi perusahaan yang melaksanakan emisi atau memasyarakatkan modalnya. Demikian juga pemerintah dalam memungut pajak bagi wajib pajaknya sangat didasarkan pada laporan keuangan mereka agar diperoleh penentuan pajak yang lebih objektif. Pihak-pihak lain seperti calon penanam modal, calon pemberi kredit, serikat buruh, lembaga-lembaga keuangan serta industri lainnya sangat memerlukan laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponenkomponen, (a) Neraca, (b) Laporan laba-rugi, (c) Laporan perubahan ekuitas, (d) Laporan arus kas, dan (e) Catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar \ akuntansi (PSAK No.1, par. 10) Di samping catatan atas laporan keuangan,
perusahaan (manajemen) juga dianjurkan untuk memberikan “informasi tambahan”. Informasi tambahan yang dianjurkan meliputi (1) telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, (2) posisi keuangan perusahaan, (3) kondisi ketidakpastian, (4) laporan mengenai lingkungan hidup, dan (5) laporan nilai tambah (PSAK No.1, par. 08 dan 09). Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan (regulasi) yang dibuat oleh profesi (dewan pembuat standar) dan pemerintah.
Audit Delay Lamanya waktu penyelesaian audit terhitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit report lag atau audit delay. Menurut Dyer & McHugh (1975:206), “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditors’ report”. Menurut Ashton, Willingham, & Elliott (1987), Carslaw & Kaplan (1991), Ahmad & Kamarudin (2001), “Audit delay is the length of time from a company’s fiscal year end to the date of the auditor’s report”. Perusahaan yang sudah go public harus menyerahkan laporan keuangan tahunannya disertai dengan opini auditor kepada Bapepam. Peraturan Bapepam tersebut diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang publikasi laporan keuangan tahunan auditan yang bersifat wajib dengan batas waktu 120 hari dari akhir tahun fiskal sampai tanggal diserahkannya laporan keuangan yang telah diaudit ke BAPEPAM. Namun, Sejak 30 September 2003, peraturan ini diganti dengan peraturan baru dengan Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan ke Bapepam menjadi 90 hari. Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan rata-rata audit delay yang berbedabeda pada setiap negara. Perbedaan ini dapat dimaklumi karena adanya peraturan dan kebijakan pasar modal yang berbeda antar negara. Penelitian yang dilakukan Halim (2000) di
Indonesia menunjukkan rata-rata audit delay adalah 84.45 hari. Hasil ini tergolong lebih panjang diban-dingkan hasil penelitian Ashton, Willingham, & Elliott (1987) yang hanya sebesar 62.53 hari. Sedangkan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998) di Pakistan menunjukkan rata-rata audit delay yang lebih panjang yaitu 143 hari. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap audit delay 1) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki perusahaan. Dimana menurut Mas’ud Machfoedz (1994:56) ukuran perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Perusahaan besar 2) Perusahaan Menengah 3) Perusahaan Kecil.Perusahaan berskala besar cenderung tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan, hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki pengendalian manajemen internal yang baik. Menurut Boynton and Kell (1996:152) berendapat bahwa, ”audit delay akan semakin lama apabila ukuran perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah sampel yang harus di ambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dilakukan. Ukuran Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Beberapa penelitian serupa di Indonesia menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pelaporan laporan keuangan (Schwartz dan Soo1996; Owusu dan Ansah:2000) 2) Jenis Industri Ashto et al (1987) mengungkapkan bahwa perusahaan sektor financial mempunyai audit delay lebih pendek dibandingkan perusahaan di sektor lainnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan financial tidak memiliki saldo persediaan yang cukup signifikan sehingga audit tidak membutuhkan waktu yang lama. Disamping itu, aktiva yang dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah dalam pengukurannya dibandingkan dengan aktiva yang
berbentuk fisik, seperti persediaan, aktiva tetap dan aktiva berwujud (Anthony dan Govindarajan, 1998 : 717). 3) Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006) telah membuktikan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.Namun penelitian Supriyati Yuliasri Roslina (2007) mendapatkan hasil yang berbeda, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi audit delay. Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut bagi perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang diproleh dengan persamaan berikut (Martono dan Agus Harjito, 2005):
Keterangan : Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas EBIT : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. 4) Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, baik jangka panjang ataupun jangka pendek. Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yugo Trianto (2006:35) menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari total debt to total asset ratio (TDTA) terhadap audit delay. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas. Namun penelitian Sistya Rachmawati (2008:8) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2005 menunjukkan bahwa rasio Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Perhitungan solvabilitas dengan rasio total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
5) Ukuran KAP Hasil penelitian Ashtom, Willingham dan Elliott (1987) dan Schwartz dan Soo (1996) menunjukkan bahwa audit delay akan lebih pendek lagi bagi perusahaan yang di audit oleh KAP besar. Hal ini di asumsikan karena KAP besar memiliki karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Hasil penelitian diatas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Carslaw dan Kaplan (1991), Hossain dan Taylor (1998) yaitu bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran KAP dengan audit delay.
Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah: a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan. b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya.
c. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo. d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata. Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. 6) Opini KAP Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor (Mulyadi, 2002:20-22):
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language) c. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion) d. Pendapat tidak wajar (adverse Opinion)\ e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
7) Lamanya Perusahaan Menjadi Klien KAP
Hasil penelitian Ashton (1987) menemukan bahwa semakin lama menjadi klien KAP, semakin pendek audit delay. Hal ini dikarenakan KAP tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan, sistem pengendalian internal perusahaan, dan sebagainya. Hasil ini
berbeda dengan yang ditemukan Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien KAP maka semakin lama audit delay, hal ini kemungkinan disebabkan oleh skala perusahaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun kecuali tahun 1997 (karena krisis moneter).
g) Daftar Pustaka Ahmad, R.A.R. and K.A. Kamarudin, 2001, Audit Delay and The Timeliness of Corporate Reporting Malaysian Evidence
Anthony, R.N and V. Govindarajan, 1998. Manajement Cntrol System, Ninth Edition, Irwin, USA. Boynton, W.C. and Walter G. K. , 1996. Modern Auditing, edisi 6, John Wiley & Sons, Inc., New York.
Carslaw, Charles A.P.N. and Steven E. Kaplan, 1991. An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand, Accounting and Bussiness Research (22 : 85)
Dyer, J.D. and Arhur Mc. Hugh.1975. The Timeliness of the Australian Annual Report, Journal of Accounting Research.
Ghozali,Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi 2, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Halim, Varianda.2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaanperusahaan di Bursa Efek Jakarta,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan.Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Mas’ud Machfoedz. 1994. Financial Ratio Characteristic Analysis and The Prediction of Earnings Changes in Indonesia.
Mulyadi, 2002, Auditing, Universitas Gajah Mada : penerbit Salemba Empat.
Munawir, S, 2000, Analisis Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta :Liberty.
Owusu, S dan Ansah, Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence from The Zimbamwe Stock Exchange. Accounting and Business Research, 241-254 . Siagian, Dergibson, dan Sugiarto, 2002, Metode Statistika Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Yugo Trianto. 2006. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia), Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.