PEDOMAN TAHUN 2012
RISET OPERASIONAL INTERVENSI KESEHATAN IBU DAN ANAK BERBASIS BUDAYA LOKAL
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan 2011 1
2
KATA PENGANTAR Riset Operasional Intervensi (ROI) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Berbasis Budaya Lokal merupakan riset dalam rangka meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak dengan memanfaakan kearifan lokal yang merupakan suatu budaya yang telah berkembang di masyarakat secara turun temurun. Penelitian ini diharapkan dapat diselenggarakan untuk membantu memecahkan masalah dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui suatu intervensi berbasis budaya lokal dengan mengikuti kaidah dan metode penelitian yang benar, dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik ilmiah. Pedoman ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 merupakan acuan pelaksanaan Riset operasional intervensi yang difokuskan kepada kesehatan ibu dan anak. Penelitian akan dilaksanakan tahun 2012 dengan penyelenggara adalah Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyusun pedoman ROI KIA berbasis Budaya Lokal Tahun 2012. Melalui pedoman ini diharapkan dapat memacu peneliti untuk berpartisipasi membantu masyarakat menyelesaikan masalah dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui pemanfaatan kekayaan budaya berupa pengetahuan tradisional (folklore) yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri. Jakarta, 5 September 2011 Badan Litbangkes Kemenkes Kepala
Dr.dr.Trihono, M.Sc
3
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. LUARAN II. KETENTUAN A. KETENTUAN UMUM B. ACUAN C. PRIORITAS D. TATA CARA PENGUSULAN E. PERSYARATAN TIM PELAKSANA F. PEMBIAYAAN III. SELEKSI PROPOSAL IV. PENUTUP
4
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi) (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan Negara ASEAN lainnya. Survei Demografi Indonesia (SDKI) 2007 memberikan data bahwa AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 34 per 1000 kelahiran hidup. Berdasar kesepakatan global (Millenium Development Goal/MDGs 2000) diharapkan tahun 2010 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Berbagai upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dilakukan untuk mengatasi perbedaan yang sangat besar antara AKI dan AKA di Negara maju dan di Negara berkembang seperti Indonesia. Upaya KIA dilakukan untuk menyelamatkan perempuan agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan sehat dan aman dan dihasilkan bayi yang sehat. Data Susenas 2007 menunjukkan bahwa hanya sekitar 35% penduduk sakit yang mencari pertolongan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini tampaknya juga dapat dikaitkan dengan masih tingginya persalinan oleh tenaga non kesehatan. Penyebab tingginya AKI dan AKB antara lain adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan. Sebenarnya telah terjadi peningkatan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun ke tahun. Susenas 1990 menunjukkan pertolongan persalinan sebesar 40,7% dan tahun 2007 sebesar 75,4% 5
(Susenas 2007). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa setahun sebelum survei, 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan namun masih ada kesenjangan antara perdesaan (72,5%) dan perkotaan (91,4%). Tampaknya penduduk cukup banyak yang tidak memanfaatkan fasilitas kesehatan terbukti 55,4% persalinan terjadi di fasilitas kesehatan dan masih banyak yaitu 43,2 persen melahirkan di rumah. Dari jumlah ibu yang melahirkan di rumah 51,9 persen ditolong bidan dan masih ada 40,2 persen yang ditolong dukun bersalin (Riskesdas 2010). Masih tingginya pemanfaatan dukun bersalin serta keinginan masyarakat untuk melahirkan di rumah, terkait dengan faktorfaktor sosial budaya. Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat di mana mereka berada. Disadari atau tidak, faktorfaktor kepercayaan dan pengetahuan tradisional seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan, seringkali membawa dampak positip atau negatip terhadap kesehatan ibu dan anak. Salah satu sebab mendasar masih tingginya kematian ibu dan anak adalah budaya, selain faktorfaktor yang lain seperti kondisi geografis, penyebaran penduduk atau kondisi sosial ekonomi (Komisi Kesehatan reproduksi, 2005). Pola dasar kesehatan masyarakat tidak terlepas dari masalah sosial budaya. Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 tentang program Gizi dan KIA menyebutkan indikator tercapainya sasaran hasil tahun 2014 yaitu persentase 6
pertolongan persalinan oleh nakes terlatih sebesar 90% dan kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar 90% serta persentase balita yang ditimbang berat badannya (jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya atau D/S) sebesar 85%. Luaran yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas pelayanan ibu dan anak serta pelayanan reproduksi. Untuk mencapai hal tersebut bukanlah hal mudah. Strategi pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun 2005 – 2025 antara lain menyebutkan tentang pemberdayaan masyarakat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah. Keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah termasuk di dalamnya sosial dan budaya setempat. Dalam sistem Kesehatan Nasional, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan serta dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan berwawasan kesehatan. Untuk itu potensi yang dimiliki masyarakat perlu digerakkan. Potensi tersebut antara lain adalah pengetahuan tradisional yang berakar dari budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada masyarakat artinya pembangunan kesehatan berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga dan masyarakat sesuai dengan 7
keragaman sosial budaya, kebutuhan permasalahan serta potensi masyarakat (modal sosial) (Depkes RI, 2009, SKN). Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang dihuni ratusan suku dengan berbagai ragam budaya telah memberikan suatu kekhasan tersendiri. Perilaku masyarakat khususnya masyarakat tradisional tercermin dari perilaku mereka memanfaatkan kekayaan intelektual masyarakat lokal berupa pengetahuan tradisional mereka dan keanekaragaman hayati di lingkungannya. Praktek budaya terkait kesehatan tersebut sebagian diklaim oleh orang-orang dengan pengetahuan “modern” sebagai salah satu penyebab buruknya status kesehatan masyarakat setempat. Sebagai contoh, dalam budaya “Sei” dimana bayi yang baru lahir ditempatkan dalam rumah yang dibawahnya diberi pengasapan telah menyebabkan tingginya angka kesakitan gangguan pernapasan pada bayi baru lahir. Beberapa kelompok masyarakat di Jawa masih mempunyai kebiasaan memberikan makanan pisang dilumat dengan nasi untuk diberikan kepada bayi usia dini (kurang 4 bulan) sehingga bayi mempunyai risiko terganggu saluran pencernaannya. Praktek kesehatan yang berkembang di masyarakat seringkali dipengaruhi sosial budaya yang ada di lingkungan sekitarnya. Sosial budaya tersebut bisa berdampak merugikan terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Di satu sisi, cukup banyak pula pengetahuan tradisional termasuk bidang obat-obatan tradisional yang kemudian dikembangkan masyarakat modern menjadi suatu pengetahuan yang bermanfaat bagi kesehatan.
8
Kekayaan budaya Indonesia dari berbagai etnis dan suku yang tersebar di seluruh Indonesia telah mewarnai upaya kesehatan. Upaya kesehatan baik pelayanan konvensional maupun tradisional dan komplementer selalu ditekankan untuk mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Upaya kesehatan baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Dalam hal pelayanan kesehatan meliputi pula pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, di dalamnya termasuk pengobatan dan cara-cara tradisional yang terjamin keamanan dan khasiatnya. Masalah KIA dan pengaruh sosial budaya masyarakat menjadi permasalahan yang memerlukan suatu pemecahan segera. Peran masyarakat perlu ditingkatkan dengan melihat permasalahan lokal serta potensi yang ada. Agar mempercepat perbaikan upaya kesehatan ibu dan anak, perlu dukungan riset operasional berupa intervensi berbasis budaya. Budaya lokal yang bernilai positip bagi kesehatan perlu diangkat sebagai kekayaan bangsa. Wujud budaya dapat berupa suatu ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dsb, yang sering diistilahkan sebagai adat istiadat. Wujud budaya yang lain berupa sistem sosial yaitu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud budaya bisa pula berupa bentuk benda atau hal-hal yang dapat dilihat, diraba, difoto yaitu hasil fisik dari aktifitas, perbuatan dan karya seperti alat sunat, alat penumbuk jamu. Wujud budaya tersebut merefleksikan budaya dan identitas sosial dari masyarakatnya. Pengembangan atau inovasi dengan pelibatkan sosial budaya lokal yang bermanfaat bagi upaya KIA 9
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut melalui suatu intervensi yang dapat diterima oleh masyarakat pelakunya. Dengan demikian, kekayaan budaya Indonesia yang baik dapat terus dikembangkan, dilestarikan dan dimanfaatkan secara lokal bahkan bila memungkinkan secara nasional. B. Tujuan Memberikan kesempatan kepada peneliti kesehatan melaksanakan penelitian operasional berupa intervensi upaya kesehatan ibu dan anak berbasis budaya lokal dalam rangka memberdayakan kearifan lokal dan kekayaan intelektual lokal (pengetahuan tradisional) berbagai budaya di Indonesia C.
Luaran Hasil penelitian operasional yang merupakan hasil intervensi upaya KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 adalah: 1. Protokol riset operasional tahun 2012 2. Laporan akhir dalam bentuk hardcopy (rangkap 4) dan softcopy (format pdf) 3. Naskah publikasi ilmiah hasil riset dalam bentuk hardcopy (rangkap 4) dan softcopy (format pdf) 4. Data kuantitatif yang sudah dibersihkan dan atau transkrip untuk data kualitatif 5. Laporan pertanggungjawaban keuangan riset operasional tahun 2012
Seluruh hasil luaran ini harus diserahkan kepada sekretariat ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 dan seluruhnya menjadi 10
hak milik dari Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Publikasi lain bersumber dari data penelitian, Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk paten yang mungkin dihasilkan dari penelitian, akan diatur tersendiri.
11
12
II. KETENTUAN A. Ketentuan Umum Seluruh peneliti kesehatan di Indonesia tanpa membatasi unit kerja, dapat mengusulkan ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 sesuai pagu anggaran dan kuota yang ditetapkan Tim Tehnis. Pagu dan kuota dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi terkahir dari Badan Litbang Kesehatan. B. Acuan Secara umum, arah ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 mengacu pada Renstra Kemenkes RI tahun 20102014 dan memfokuskan kepada: 1. Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita 2. Gizi Masyarakat 3. Pemberdayaan Masyarakat (sosial budaya, pengetahuan tradisional, kearifan lokal, kekayaan hayati lokal) 4. Upaya Kesehatan (Preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) C. Prioritas Mempertimbangkan permasalahan KIA terkait budaya lokal guna mempercepat pencapaian program nasional, maka ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 memprioritaskan penelitian pada budaya: 1. Kesehatan Ibu dan Anak (termasuk gizi) dengan memperhatikan siklus kehidupan yaitu pra hamil, hamil, melahirkan, menyusui, bayi/ balita
13
2. Kajian diutamakan pada etnis Sasak, Dayak, Madura, Bugis, Melayu, Gorontalo,Papua, dan etnis lain yang diketahui banyak permasalahan dengan KIA. 3. Diutamakan berupa intervensi yag memanfaatkan kearifan lokal/ pengetahuan tradisional setempat. D. Tata Cara pengusulan Tata cara pengusulan ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 adalah: 1. Calon Ketua Pelaksanan (KP) bersama Tim Peneliti menyusun proposal sesuai dengan arah dan prioritas ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 2. Proposal dikirim kepada Sekretariat ROI KIA tahun 2012 dalam bentuk hardcopy sebanyak 4 rangkap dan softcopy ke alamat email sekretariat:
[email protected] Panitia Seleksi (PS) ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 akan melakukan seleksi dan memberikan umpan balik kepada pengusul untuk perbaikan sampai dengan diperoleh proposal yang sesuai dengan kriteria yang disyaratkan. Proposal terpilih selanjutnya diserahkan kepada Tim Tehnis untuk tindak lanjut pelaksanaan. 3. Tim Tehnis ROI KIA tahun 2012 berbasis budaya lokal akan mempersiapkan dan memberikan penjelasan dan pengarahan kepada KP terkait pelaksanaan riset. E. Persyaratan Tim Pelaksana Susunan dan persyaratan Tim Pelaksanan pada ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 adalah: 1. Susunan peneliti maksimal 6 orang, terdiri dari 3-4 anggota tim peneliti non Badan Litbangkes dan 1-2 orang anggota tim peneliti Badan Litbangkes dan 1 tehnisi litkayasa/tenaga administrasi
14
2. Peneliti terdiri dari Ketua Pelaksana, Peneliti 1, Peneliti 2, Peneliti 3, Peneliti 4 dengan pendidikan minimal bergelar akademis S1 3. Tehnisi minimal bergelar akademis D3 4. Proposal ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 disusun oleh tim peneliti dan penentuan Ketua Pelaksana disepakati bersama oleh tim peneliti 5. Ketua Pelaksana bertanggung jawab terhadap keseluruhan pelaksanaan penelitian, sedangkan Peneliti 1 s/d 4 membantu ketua Pelaksana sesuai tanggung jawab yang diberikan Ketua Pelaksana 6. Tim peneliti wajib membuat pernyataan tentang keaslian riset yang diajukan dan kesanggupan menyelesaikan penelitian sesuai ketetapan. 7. Formulir pernyataan dilampirkan dalam proposal yang diusulkan. Persyaratan Ketua Pelaksana: 1. Berstatus sebagai peneliti di bidang humaniora kesehatan 2. Topik riset sesuai dengan latar belakang pendidikan, tugas dan fungsi dari unit kerja dan rekam jejak Ketua Pelaksana 3. Wajib mengikuti kegiatan pendampingan penyusunan protokol ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 sebanyak 2 kali. Bila berhalangan harus digantikan oleh salah satu anggota tim. Persyaratan anggota Tim Peneliti 1. Salah satu anggota Tim Peneliti ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 adalah anggota yang berasal dari unit kerja yang sama dengan Ketua Pelaksanan. 15
2. Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan topik penelitian. F. Pembiayaan Pembiayaan ROI KIA berbasis budaya lokal tahun 2012 adalah: 1. Alokasi dana maksimal Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) untuk setiap proposal riset. Dana disesuikan dengan kegiatan penelitian yang sewajarnya dengan mengikuti sesuai aturan pembiayaan pemerintah (Kementerian Kesehatan) . 2. Waktu efektif maksimal 10 (sepuluh) bulan 3. Komponen pembiayaan terdiri dari: a. Belanja honor tidak tetap lainnya, maksimal 20% dari total dana penelitian yang disetujui. Alokasi maksimal adalah sebagai berikut: 1) KP = 1 or x 4 jam x 4 mg x 10 bl x .. = 2) Peneliti = 4 or x 4 jam x 4 mg x 8 bl x … = 3) Tehnisi = 1 or x 4 jam x 4 mg x 6 bl x … = b. Belanja bahan, dialokasikan hanya untuk ATK, bahan computer, penggandaan, penjilidan dan bahan kontak c. Belanja barang non operasional lainnya, meliputi pembuatan poster, dokumentasi, pembelian bahan habis pakai penelitian, pengurusan resmi ijin administrasi penelitian di lembaga lain dan transport local d. Belanja perjalanan. Alokasi perjalanan hanya untuk persiapan dan pengumpulan data di lapangan yang meliputi pengurusan ijin, persiapan lapangan/ observasi, pengumpulan data, konsultasi ke Tim Tehnis (maksimal 2 kali) dan diseminasi hasil di Badan Litbang Kesehatan di Jakarta. 16
Pembiayaan yang TIDAK DIPERBOLEHKAN adalah 1. Belanja di luar 4 komponen yang telah ditetapkan, misalnya belanja sewa, belanja jasa untuk pemeriksaan 2. Belanja honor lebih dari 10 bulan 3. Belanja pembelian alat 4. Belanja untuk kewajiban tim meliputi rapat tim, menyusun proposal, protokol, mengolah data, menganalisa data, menyusun laporan dan membuat rancangan publikasi ilmiah.
17
18
III SELEKSI PROPOSAL A. Panitia Bidang Ilmiah Panitia Bidang Ilmiah dengan ketentuan: 1. Panitia bidang ilmiah terdiri dari Tim Seleksi dan Tim Tehnis. 2. Tim Seleksi merupakan tim yang dibentuk dengan susunan ketua dan anggota terdiri dari ketua/angggota PPI tingkat Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM), ketua/anggota Komisi Ilmiah Badan Litbangkes, para pakar dari Pusat lain di Badanlitbangkes dan Universitas. Tim ini bertugas melakukan seleksi proposal sampai dengan diperolehnya protokol sesuai kriteria seleksi. 3. Lingkup Seleksi a. Seleksi terkait perumusan ide yang diuraikan dalam proposal terdiri dari judul, daftar isi, ringkasan penelitian, latar belakang, manfaat penelitian, tujuan penelitian, metoda penelitian, pertimbangan ijin penelitian, pertimbangan etik penelitian, daftar kepustakaan, susunan tim penelitin jadual kegiatan penelitian, rincian rencana anggaran, biodata ketua pelaksana dan anggota peneliti b. Aspek yang dinilai Beberapa aspek yang dinilai dalam proposal penelitian adalah: 1) Relevansi 2) Metoda 3) Kelayakan 4) Cara Penulisan 19
4. Tim Tehnis merupakan tim yang dibentuk dengan susunan ketua dan anggota terdiri dari peneliti senior Badanlitbangkes atau yang ditunjuk oleh Kepala Badanlitbangkes. Tim Tehnis bertugas dalam pendampingan terhadap tim peneliti ROI KIA sehingga penelitian dapat dilaksanakan sampai dengan terbitnya publikasi ilmiah dan pelaksanaan diseminasi hasil penelitian. 5. Tim Tehnis juga bertugas melakukan monitoring dan evaluasi termasuk supervisi ke lapangan. Supervisi pelaksanaan penelitian meliputi: a. Kesesuaian antara protokol dengan pelaksanaannya, pencapaian tujuan dan identifikasi kendala atau masalah b. Kemajuan pelaksanaan penelitian c. Pemeriksaan logbook d. Memberikan masukan perbaikan atau asistensi teknis penelitian dan administrasi e. Membantu mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan penelitian. B. Sasaran Pedoman ROI KIA berbasis budaya ditujukan kepada: a. Peneliti humaniora kesehatan yang bertugas di institusi litbang pemerintah atau swasta atau yang bergerak di Lembaga Swadaya Masyarakat b. Dosen/tenaga pengajar di Perguruan Tinggi pemerintah maupun swasta C. Etik Penelitian Protokol yang mengikutsertakan manusia sebagai obyek riset perlu mengajukan persetujuan etik penelitian (Ethical clearance) ke Komisi Etik (KE) 20
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. Pengajuan persetujuan etik penelitian di lakukan melalui sekretariat ROI KIA berbasis Budaya 2012 dengan surat pengantar Tim Teknis. Pelaksanaan pengumpulan data diijinkan bila sudah menerima surat persetujuan etik penelitian dari KE Badan Litbangkes Kemkes RI. D. Jadual Kegiatan Kegiatan
Waktu
Distribusi pedoman
6 September 2011 31 Oktober 2011
Batas akhir penerimaan proposal di Sekretariat ROI KIA Seleksi proposal Perbaikan proposal/pendampingan Finalisasi protocol penelitian dan konsinyasi etik Pengajuan persetujuan etik penelitian Pelaksanaan penelitian Supervisi pelaksanaan penelitian Konsinyasi penyusunan Laporan Ilmiah dan Penulisan Naskah Publikasi Batas akhir penerimaan seluruh luaran ROI- KIA
Nopember 2011 Nopember 2011 Desember 2011 Desember 2011 Januari 2012 Maret Desember 2012 Juni-Juli 2012 Nopember 2012 Desember 2012
21
22
IV PENUTUP Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam pengajuan proposal dan pelaksanaan penelitian ROI-KIA berbasis budaya lokal bagi semua pihak khususnya yang berminat dalam penelitian bidang humaniora kesehatan. Keterangan lebih lanjut tentang Pedoman ROI-KIA tahun 2012 dapat menghubungi Sekretariat ROI-KIA tahun 2012 di: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jl. Indrapura 17, Surabaya Telp 031 3528748; Fax. 031 3528749 Email:
[email protected] Contact persons: 1. Mubaroch, S.Sos. hp: 08155060325 2. Yunita , S.Ant. hp: 085643249008
23