Halo Vale. Inovasi yang Memperkuat Perusahaan. Ujicoba Lamella Gravity Settler PT Vale Dukung Pertanian Organik Luwu Timur Vale Ping Pong Club

15

INTERNAL MAGAZINE PT VALE INDONESIA Tbk 2015

Halo Vale Inovasi yang Memperkuat Perusahaan Ujicoba Lamella Gravity Settler PT Vale Dukung Pertanian Organik Luwu Timur Vale Ping Pong Club

Editorial

Editorial

Pembaca yang budiman.

Dear readers,

Sejumlah pakar manajemen perusahaan mengatakan, tolok ukur kesuksesan suatu perusahaan bukan hanya dari dilihat dari berapa besar profit yang dihasilkan. Lebih penting daripada itu, dan ini yang paling esensial, bagaimana ia tetap bertahan ketika dihadapkan pada krisis yang bahkan hingga menggoyahkan sendi-sendi perusahaan.

A number of company management experts have said that a company’s success cannot be measured simply by the amount of profit it earns. More than that, and the most substantial of all, is how can it survive a crisis that goes so far as shaking the corporate foundations.

Ada baiknya kita belajar pada filosofi Cina atas kata krisis. Bahasa Mandarin untuk krisis adalah wēi jī, yang berasal dari kata wēi xiān (bahaya) dan jī huì (kesempatan). Karena itu, dalam krisis senantiasa terkandung dua dimensi. Kiranya ini bisa menjadi perenungan kita, bahwa krisis tak pernah hadir sendirian. Krisis selalu mempunyai dimensi lain, yang membuka jalan bagi kita untuk berusaha dan berjuang. Demikianlah, pada akhirnya, suatu krisis memberi kita dua pilihan. Apakah kita hanyut dalam krisis itu atau bangkit dan keluar dari pusarannya. Pembaca, laporan Halo Vale kali ini menyuguhkan laporan utama bagaimana Vale melakukan pengelolaan perusahaan serta kerja sama yang baik di seluruh lini untuk mempraktikan operasional yang efisien. Patut disyukuri, inisiatif-inisiatif penghematan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan gagasan dari karyawan. Tidak berlebihan bila Nico Kanter, mengatakan, “Ide-ide yang datang dari bawah justru yang berkesinambungan dan melahirkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan. Saya yakin bila kita berjalan bersama dan kontinu, kita dapat menghadapi tantangan ini.”

It would be better if we learn from Chinese philosophy regarding crisis. In Chinese crisis is translated as wēi jī, which is rooted from wēi xiān (danger) and jī huì (opportunity). That’s why crisis always has two dimensions. For our contemplation, crisis never comes alone. Crisis always brings in another dimension which paves the way for human effort and fight. Hence, at the end of the day, a crisis gives us two choices: let ourselves be carried away in the crisis or get up and find a way-out of its turbulence. Readers, this edition of Halo Vale features a main report which tells about how Vale implementing a good management and team work that binds all company lines for practices of efficient operation. We have reasons to thank God because the efficiency initiatives came from company employees. It’s not an exaggeration if Nico Kanter says, “The ideas which come from the bottom usually are more sustainable and give birth to the sense of belonging on the part of employees. I believe if we continuously walk together we can face these challenges”. Enjoy your reading.

Selamat membaca.

Pelindung/Patron: Board of Directors PT Vale Indonesia Tbk, Penasihat/Advisor: Basrie Kamba (Director of Communications & External Affairs), Penanggung jawab/Editor in Chief: Sihanto B. Bela, Redaksi/ Editors: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi, Fotografer/Photographer: Doni Setiadi, Desain & Tata Letak/Design & Layout: Azwar Marzuki, Alamat Redaksi/Address: Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Telp. 021-5249100, Ext. 9628 & 3656, Fax. 021-5289587. Redaksi Halo Vale menerima sumbangan naskah dari pembaca. Naskah ditulis dengan bahasa yang mudah dimengerti dan populer. Panjang naskah maksimal satu setengah halaman kuarto, spasi satu setengah. Sertakan foto atau ilustrasi baik gambar maupun grafik jika diperlukan. Saran dan naskah dikirimkan ke alamat email editor: [email protected] dan [email protected]. Readers are welcome to contribute articles for publication in Halo Vale. Articles should be written in prose that is easy to understand, with a line-space of 1.5 and a maximum length of 1.5 A4 pages. Include photos or illustrations, drawings or graphs, if necessary. Please send suggestions and articles to the editor at [email protected] and [email protected]. Anda dapat mengunduh Halo Vale edisi digital (PDF) di vale.com/indonesia pada bagian Pers/Publikasi. Digital version of Halo Vale can be downloaded from vale.com/indonesia on Press/Publication section.

2

H a l o Va l e 15 I Ta h un 2015

15

DAFTAR ISI / CONT ENT S

INTERNAL MAGAZIN E PT VALE INDO NESIA Tbk 2015

Halo Va l e Inovasi y ang Memper kuat Perusaha an Ujicoba Lamella Gravity Settler PT Vale Dukun g Organik Luwu Pertanian Timur Vale Ping Pon g Club

Di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu, perusahaan tambang di seluruh dunia mengencangkan ikat pinggang. Beragam strategi ditempuh. In the midst of uncertain global economy mining companies across the world are tightening their belts. Various strategies are tried. Cover Design : Azwar Marzuki

DAFTAR ISI CONTENTS LAPORAN UTAMA COVER STORY

3

Inovasi yang Memperkuat Perusahaan

5

Inovations that Strengthen The Corporate

9

Upaya Bersama dari Penjuru Dunia

12

Common Efforts from across the World

14

Menjaga Tradisi, Mengembangkan Ide

16

Conserving Tradition, Developing Ideas

18

Dua Jawara dari Ajang Lomba

20

Winners of Cost Saving Contest

23

Inovasi-inovasi dari Departemen

26

Innovation Ideas from Departments

32

Opini Mereka tentang Efisiensi Biaya

38

What They Say about Cost Efficiency

40

KINERJA PERFORMANCE Hasil Ujicoba Lamella Gravity Settler: Kinerja LGS Efektif

42

Commisioning of Lamella Gravity Settler: LGS Performance is Effective

44

ATMOSFER ATMOSPHERE PT Vale Dukung Pertanian Organik Luwu Timur

54

PT Vale Supports Organic Farming in East Luwu 56

PROFIL PROFILE Heri Nur Saleh: Merawat Ban, Menjaga Roda Produksi

58

Heri Nur Saleh: Maintaining Tyres, Keeping Production Wheel

60

KOMUNITAS COMMUNITY Vale Ping Pong Club: Membina Atlet Muda

62

Vale Ping Pong Club: Training Young Athletes

64

SEHAT SELAMAT HEALTH AND SAFETY Sakit Kepala Sebelah yang Menyiksa

66

Beware of Migraine

68

KUIS ZOOM IN

70 72

INTERAKSI INTERACTION Perak untuk Tim Integrity

46

Silver Medal for Integrity Team

48

Pusaka Luwu Dipamerkan di Bentara Budaya 50 Luwu Heritage Exhibited in Bentara Budaya Jakarta

52

Tahun 2015 I H alo Vale 15

3

SURAT PEMB ACA / READE RS’ LET TERS Sehat Selamat Dua Artikel Saya sangat senang membaca rubrik “Sehat Selamat”. Banyak wawasan dan tips hidup sehat. Namun, menurut saya, porsi beritanya perlu diperbanyak. Mungkin lebih baik divariasikan, misalnya dalam satu edisi ada dua artikel. Satu artikel kesehatan, satunya lagi artikel keselamatan. Ar i s Tandi Ayu, ME M ( BN 6316) Modifikasi dan pengembangan rubrik di majalah sedang kami olah. Salah satu pertimbangannya adalah hasil survei pembaca. Terima kasih masukannya. Berita Kontraktor Minim Mengapa berita-berita di Halo Vale minim menyoroti aktivitas kontraktor PT Vale? Padahal kontraktor punya banyak kegiatan dan penghargaan yang berhubungan dengan produktivitas atau keselamatan kerja di PT Vale. Kegiatan cukup intens dilakukan, misalnya CSR perusahaan kontraktor, tapi beritanya belum pernah masuk ke majalah. R a h mania, PT Hexi n d o Sebenarnya pada beberapa edisi kami mengulas inisiatif dan pencapaian perusahaan kontraktor dalam mendukung kinerja PT Vale, misalnya tentang pelatihan dan sertifikasi scaffolding (Halo Vale edisi 11) dan penghargaan safety recognition (Halo Vale edisi 13). Untuk berita lainnya, dengan senang hati redaksi menantikan info kegiatan dari perusahaan kontraktor bila ada. Terima kasih. Kampanye di Sampul Belakang Menurut saya, memanfaatkan sampul belakang majalah menjadi media kampanye perusahaan adalah hal yang bagus. Harapan saya ke depan, tema-tema kampanye bukan hanya mengenai operations PT Vale, melainkan juga bisa tema-tema umum seperti budaya dan sosial. Z u l kifli Rachmat, Pro ce ss Pl ant ( BN 10542) Ide Anda akan kami pertimbangkan. Terima kasih masukannya.

Two Articles for Healthy Safety I am very keen on reading the column “Heathy Safety”. It provides a lot of viewpoints and tips on healthy lifestyle. But, I think, the number of articles needs to be increased. Perhaps we can start with variety of articles. Each edition, for example, can present two articles, one concerns health and the other on safety. A r i s Ta n di Ay u, M E M ( B N 6 3 1 6 ) Modification and development of columns in our magazine is being conducted. One of our considerations is the result of our readership survey. Thank you for your advice. News on Contractors Rare Why news stories in Halo Vale rarely take a look at activities of PT Vale contractors? The fact is contractors conduct many activities and have won appreciation in connection with productivity and work safety in PT Vale. Their activities are quite intensive, such as CSR programs. These however have never appeared in the magazine. R a h m a n i a , P T Hexi n d o Actually in several editions we reported initiatives and achievements of contractors in supporting PT Vale’s performance, such as scaffolding training and certification (Halo Vale edition 11) and safety recognition award (Halo Vale edition 13). For other stories, we look forward to receiving reports on activities of contractors. Thank you. Campaign on the Back Page In my opinion, utilizing the magazine’s back page for company campaign is a good idea. I hope in the future the themes of the campaign will not limited to PT Vale operations, but also concern general issues like social and culture. Z u l ki f l i R a c h m at, Proce s s P la nt ( B N 1 0 5 4 2 ) Your thought will be taken into consideration. Thanks you for your suggestion.

Kirimkan kritik, saran, dan tanggapan Anda tentang Halo Vale ke internal. [email protected] atau kirimkan surat ke DP 23B. Surat yang dimuat akan mendapatkan suvenir menarik. Pengirim surat pembaca yang dimuat, silahkan mengambil suvenir di Communications & External Affairs Department pada hari dan jam kerja. Send your opinion, comment and feedback about Halo Vale to internal. [email protected] or letters to DP 23B. For each letter published will receive a souvenir. For letter senders, kindly pick up your souvenir at Communications & External Affairs Department during the days and working hour.

4


L AP O R AN UTAMA

Inovasi yang Memperkuat Perusahaan Di tengah kondisi ekonomi global yang tak menentu, perusahaan tambang di seluruh dunia mengencangkan ikat pinggang. Beragam strategi ditempuh.


5

L A P OR A N UTA MA

Perusahaan tambang dunia kini tengah diterjang ombak ketidakpastian ekonomi global. Inflasi, devaluasi mata uang, hingga neraca perdagangan negara berimbas pada merosotnya harga komoditas tambang dan membengkaknya biaya operasi perusahaan. Tak kuasa mengendalikan pasar, mereka pun menjalankan berbagai strategi untuk bertahan hidup. Salah satunya adalah merampingkan biaya operasional dan menyesuaikan volume produksi. Laporan Price Waterhouse Cooper Australia berjudul “Mining for Efficiency” yang dirilis akhir tahun lalu menyebutkan, strategi efisiensi perusahaan merupakan langkah tepat untuk bertahan di tengah ekonomi global yang tak menentu. Beragam upaya dilakukan perusahaan tambang dunia agar dapat menghemat jutaan dollar, dengan berfokus pada kinerja alat, meningkatkan volume produksi, dan optimalisasi pekerja. Begitu pula di daratan Afrika Selatan. Negeri bertabur perusahaan tambang ini juga menjadi sorotan dunia. Hasil riset EY Global Mining & Metals Center beberapa waktu lalu menyebutkan, perusahaan tambang di benua hitam itu sejak 2007 melakukan kontrol ekstra terhadap biaya produksi untuk melindungi marjin keuntungan. Didominasi perusahaan tambang emas dan platinum (hampir 40%)—yang memerlukan biaya produksi paling besar dengan jumlah pekerja mencapai 514.000 orang—melemahnya mata uang ran terhadap dollar AS hingga 20% membuat perusahaan tambang di negeri itu melangkah pelan sejak 2007 hingga tahun lalu. Kondisi itu berefek pada kenaikan harga listrik dan bahan bakar sebesar 26%. Termasuk biaya suku cadang mesin yang naik 4,4%, rangka baja (7,2%), dan biaya tenaga kerja (12%). Namun yang terbesar pada komponen biaya transportasi dan logistik yang mencapai 60%. Ada 10 strategi yang ditempuh, di antaranya merevisi kebutuhan bahan bakar produksi, mengatur ulang trasportasi dan biaya logistik, mengatur ulang praktik penyediaan barang, dan mencari serta merealisasikan sumber-sumber energi alternatif.

6


Tambang bijih besi Vale di Carajas, Brazil. Foto: Vale

L AP O R AN UTAMA

EY Global Mining & Metal Center juga menyebutkan, langkah lain yang dapat ditempuh untuk menghemat uang perusahaan adalah memberi perhatian khusus pada produktivitas pekerja keselamatan kerja, aspek lingkungan. Disebutkan, faktor teknologi dan alat hanya mendukung 10-15% produktivitas. Sedangkan sumber daya manusia mencapai 20-45% produktivitas. Terkait aspek keselamatan kerja, dengan menurunkan angka kecelakaan kerja dapat menahan laju pertambahan beban perusahaan sebesar 2-6 juta dollar AS per tahun. Begitu pula ketika perusahaan tambang berhasil menekan tingkat emisi karbon dan memanfaatkan energi terbarukan dalam operasinya, akan menjadi nilai plus bagi performa dan efisiensi perusahaan. Bagaimana dengan Indonesia? Merosotnya harga minyak dunia sejak medio 2014 (50 dollar AS per barrel), membuka pelajaran baru bagi Pertamina EP untuk berpikir strategis. Perusahaan ini menyiasati pembengkakan biaya ekpsloitasi dengan cara menurunkan volume produksi minyak dan gas dan memaksimalkan kinerja sumur-sumur minyak dan gas yang lama. Pertamina juga menahan investasi untuk membuka sumursumur baru dan menggantinya dengan mengoptimalkan sumur-sumur lamanya. Unit hulu Pertamina di Klamono, Papua (Pertamina EP Field) mampu menekan biaya bahan bakar dengan cara merampingkan unit pembangkit. Hasilnya, mereka memetik efisiensi sebesar Rp7,8 miliar. Menekan konsumsi bahan bakar merupakan isu sentral perusahaan tambang. Hal inilah yang menjadi perhatian PT Krakatau Steel untuk merealisasikan proyek pembangunan pembangkit listrik berdaya 2 x 80 MW senilai 80 juta dollar AS untuk pabrik peleburan bajanya. Proyek tersebut diprediksi mampu menghemat biaya energi sebesar 35%. Lain lagi langkah yang ditempuh PT Berau Coal di tengah harga batubara yang terjun bebas. Mereka melakukan efisien produksi dengan cara memodifikasi proses produksi di area tambang.


7

L A P OR A N UTA MA

2

1 Pertamina EP di Papua (2,4) dan Krakatau Steel di Cilegon (1,3), dua perusahaan raksasa nasional ini juga melakukan efisiensi untuk meningkatkan daya saing perusahaannya.

3

4

Catatan tahun 2014, tingkat konversi penggunaan batubara sebesar 90%, melampaui target perusahaan yang dipatok sebesar 84%. Langkah PT Vale Bagi PT Vale, beroperasi dengan efisien bukanlah sesuatu yang baru. Sejak beroperasi empat dekade lalu, upaya efisien terus berlangsung. Yang paling nyata adalah keberhasilan menekan biaya bahan bakar melalui realisasi proyek konversi dari HSFO ke batubara untuk tiga tanur pengeringan (rotary dryer) di pabrik pengolahan PT Vale (Coal Convertion Project/ CCP). Fase pertama proyek (beroperasi kuartal III 2013), mampu menurunkan biaya produksi lebih dari 100.000 dollar AS per hari. Angka ini hasil penurunan konsumsi HSFO dari sekitar 144.000 ton per tahun menjadi 44.000 ton per tahun. Sedangkan konsumsi batubara menjadi sekitar 160.000 ton per tahun. Dalam kuartal IV 2013, konsumsi HSFO mampu ditekan hingga 28% dibandingkan kuartal III 2013. Catatan tahun 2014, tingkat konversi penggunaan batubara sebesar 90%, melampaui target perusahaan yang dipatok sebesar 84%. CCP menghasilkan penghematan biaya sebesar

8


kurang lebih 60,5 juta dollar AS. Efisiensi tersebut juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Di sisi lain, pengoperasian tiga unit PLTA PT Vale—Karebbe, Larona, dan Balambano—mampu mengurangi pemakaian HSFO sebanyak 400.000 barrel serta 64.000 kiloliter HSD. Penurunan konsumsi bahan bakar dan pelumas, serta turunnya harga HSFO di pasaran dunia telah menghemat kas perusahaan sebesar 23%. Catatan akhir, PT Vale tahun 2014 mampu mengurangi beban pokok produksi sebesar 6%. Merosotnya harga nikel di pasar logam dunia juga mendorong PT Vale melakukan upaya efisiensi pada komponen operasional pendukung. Antara lain dalam pengelolaan pemakaian kendaraan perusahaan dan memprioritaskan kendaraan operasional tambang, mengkaji kebutuhan dan nilai tambah pembelian/pengadaan barang bagi operasional perusahaan, dan meminimalisasi perjalanan dinas. Caranya dengan memanfaatkan teknologi komunikasi modern jarak jauh.

COVER S TO RY

? !?

Inovations that Strengthen The Corporate In the midst of uncertain global economy, mining companies across the world are tightening their belts. Various strategies are tried.


9

CO V ER STO RY

Mining companies all over the world are caught in the tide of uncertain global economy. Inflation, devaluation of currencies and trade account deficit have resulted in the fall of mining commodity prices and the rise of operational costs. Unable to control the market, the companies give many strategies a try in order to survive. One of the strategies is slashing operational costs and adjusting production volume. Price Waterhouse Cooper Australia report titled “Mining for Efficiency” released at the end of last year said the strategy of efficiency was the right step to survive the uncertain global economy. Various measures have been taken to save millions of dollars, with focus on equipment performance, production volume increase and optimizing manpower. South Africa is no exception. The country, home to many mining companies, is coming under the world’s spotlight. A research conducted by EY Global Mining & Metals Center recently found that since 2007 mining companies in the country have taken an extra control of their production costs in order to protect their profit margin. Dominated by gold and platinum producers (almost 40 percent) — whose production costs are the highest and which employ 514,000 people — depreciation of rand against US dollar by up to 20% have slowed the growth of mining companies since 2007 until last year. The situation impacted on electricity rate and fuel prices, which rose by 26 percent. The prices of engine spare parts climbed by 4.4%, steel column by 7.2% and worker wage by 12%. The highest increase however came in transportation and logistical costs which reached 60%.

Cutting fuel consumption is a key issue for mining companies.

10


1

There are 10 strategies in place, including revision of fuel demand for production, rearrangement of transportation and logistical costs, review of goods procurement practices and seeking and realizing alternative energy sources. EY Global Mining & Metal Center also says other measures worth trying to save money include special attention to productivity of workers, work safety, environment conservation. It reveals that technology and equipment only increase productivity by 10-15%, while human resources by 20-45%. Concerning work safety, successful program to curb occupational accidents can withstand acceleration of company liabilities by US$2-6 million annually. In the same way, a company’s success in reducing gas emissions through the use of renewable energy for its operations will give a plus to its performance and efficiency measures. How about Indonesia? The falling oil price since mid-2014 (to $50 per dollar) has taught state-owned Pertamina EP a lesson to develop strategic thinking. The company deals with swelling exploitation costs by reducing oil and gas production and maximizing the performance of existing oil and gas wells. Pertamina also withholds investment for new wells and replaces it with optimum utilization of old wells. Pertamina’s upstream unit in Klamono, Papua (Pertamina EP Field) has managed to curb fuel expenditures by streamlining its power generation unit. The result is efficiency, which reached Rp7.8 billion.

COVER S TO RY

2

3 Krakatau Steel’s plant and final product (1, 2); gold commodity from South Africa mine (3).

Cutting fuel consumption is a key issue for mining companies. This is also the concern of PT Krakatau Steel which plans to realize construction of a $80 million power plant it will need much to generate 2 x 80 MW for its steel smelting facility. The project is predicted to save 35 percent of the company’s energy spending. PT Berau Coal took a different way in response to the nose-diving coal price. The company enhanced efficiency in production line through modification of production process in mining sites.

PT Vale Measures For PT Vale, operation that strictly upholds efficiency is not something new. Since starting operation four decades ago, efficiency measures have been underway. The most concrete effort is slashing fuel expenditures through realization of conversion from HSFO into coal for its three rotary driver facilities in PT Vale processing plant (Coal Conversion Project/CCP). In the initial phase (the third quarter of 2013), the project managed to slice production costs by $100,000 per day. This is a result of declining consumption of HSFO from 144,000 ton annually to only 44,000 per annum. Coal consumption rose to 160,000 tons a year. In Q4 of 2013, HSFO consumption was further downed by up to 28% from the previous quarter.

According to the 2014 data, coal conversion rate hit 90%, exceeding the target which had been set at 84%. CCP generated cost efficiency by more or less $60.5 million. The efficiency measures also contributed to carbon emission cut. On the other hand, PT Vale’s operation of three hydro-power plants — Karebbe, Larona, and Balambano — managed to slash consumption of HSFO by 400,000 barrels and HSD by 64,000 kiloliters. The decline in fuel consumption and grease oil, compounded with the fall of HSFO price in the world market, has helped the company save 23 percent of its spending. Finally, in 2014 PT Vale managed to lower its main production expenses by 6%. The fall of nickel price in the world market of metals has also driven PT Vale to push for efficiency in supporting operational components, such as the use of operational vehicles that prioritizes mining operational vehicles, revision of the company’s need and added values of procurement of goods from operations, and minimizing office trips through the use of long-distance telecommunication technology.


11

L A P OR A N UTA MA

Upaya Bersama dari Penjuru Dunia Seluruh unit bisnis Vale di seluruh dunia mengoptimalkan efisiensi. Memaksimalkan energi terbarukan hingga pemanfaatan kembali limbah air dilakukan.

Goro Project, tambang nikel Vale di Kaledonia Baru.

Strategi operasional yang efektif dan efisien menjadi pilihan Vale dalam menjawab tantangan, sekaligus mencari peluang untuk memaksimalkan keunggulan. Pusat pemurnian nikel Vale di Kanada, misalnya, pada akhir Juni 2015 lalu berhasil memutakhirkan kerja konverter dengan sistem bernama Hydra Slide. Sistem ini, yang merupakan inovasi tim maintenance, mampu membuat kinerja konverter lebih cepat, aman, mudah, dan ekonomis dibandingkan sistem sebelumnya.

12


Ada pula S11D, proyek pengolahan bijih besi Vale di Carajas, Brasil, yang didesain agar mampu menghemat dan mengolah air sisa pabrik secara berkesinambungan. Dalam proyek ini alokasi konsumsi air dirancang seminim mungkin untuk membantu kinerja pabrik pengolahan. Keberadaan teknologi ini memungkinkan air dipergunakan kembali untuk keperluan mencuci alat berat dan kendaraan tambang lainnya, termasuk menyiram lintasan tambang agar debu tidak berlebihan ketika musim kemarau.

L AP O R AN UTAMA

Laboratorium pengolahan Vale di Sao Luis, Brasil, kini juga menggunakan otomasi penuh. Hasilnya, laboratorium mampu mengoptimalkan produktivitas, mereduksi waktu jeda, serta meningkatkan aspek keselamatan kerja. “Pemanfaatan komputerisasi dan otomasi menghilangkan faktor kegagalan dalam membaca data sampel dan mempercepat waktu produksi,” ungkap Teknisi Spesialis Laboratorium Pabrik Pengolahan Carajas, Rodolfo Pizol. Manajemen energi dan suplai yang efisien menjadi prioritas di Vale. Pasalnya, biaya energi memang hal yang signifikan bagi operasional Vale. Catatan tahun 2013, biaya energi mencapai 10,2% dari total biaya operasional pada seluruh unit Vale di dunia per tahun.

Operator Vale di Tambang Guaíba, Rio de Janeiro, Brazil

Tempat pengolahan bijih besi Vale di Espirito Santo, Brazil

Komposisinya, kebutuhan bahan bakar mencapai 46%, energi listrik sebesar 25%, dan gas sebesar 16% untuk produksi bijih besi, pupuk, dan produk nikel. Untuk mengurangi biaya produksi tersebut, Vale di Brasil kini memiliki sembilan pembangkit listrik tenaga air dengan total daya sebesar 1,3 gigawatt. Daya itu untuk mendukung kinerja produksi pabrik pengolahan nikel, biji besi, dan pupuk di bagian tenggara Brasil. Hasil seluruh upaya itu cukup menggembirakan. Performa Vale dalam menciptakan nilai kompetitif internal semakin baik. Catatan 2014, Vale berhasil mengurangi pengeluaran sebesar 1,2 miliar dollar AS. Perusahaan juga mampu menekan angka pengeluaran administrasi sampai 15%. Sementara biaya yang dihemat dari pra-operasi sebesar 40%. Dalam pada itu, pabrik pemurnian logam milik Vale di Acton, Inggris, juga berhasil menekan biaya penyediaan barang sebesar 3,3%. Hal itu dilakukan dengan menambah volume belanja menjadi modal usaha dan membuat kontrak suplai energi baru yang lebih ekonomis. Kinerja Vale tersebut diperhatikan oleh Market Realist yang merilis laporan awal 2014 silam. Disebutkan, Vale berada di peringkat kedua produsen bijih besi dunia yang mampu memangkas biaya produksi cukup besar, yakni senilai 23,6 dollar AS per ton. Pada 2012-2013 Vale global juga mampu melakukan efisiensi hingga mencapai angka 1,6 miliar dollar AS.[]


13

CO V ER STO RY

Project bijih besi Vale di Carajas, Brazil atau lebih dikenal sebagai SS1D Iron Project.

Common Efforts from across the World All the business units of Vale across the world have optimized efficiency measures. The efforts range from making full use of renewable energy to re-utilizing liquid waste. Effective and efficient operational strategy is the choice of Vale in addressing its challenges and opening opportunities to maximize its advantage. The company’s nickel refinery facility in Canada, for example, managed to upgrade the performance of its converter using a new system called Hydra Slide at the end of June 2015. The system, a result of innovation by maintenance team, can accelerate the work of the converter more safely, easily and economically than the old mechanism.

14


Another effort is S11D, Vale’s iron ore processing project in Carajas, Brazil, which was designed to save and process residual water from factory in a sustainable way. Through the project allocation of water for consumption is set as minimum as possible so as to support the work of the processing plant. The technology enables the company to reuse the residual water to clean heavy equipment and other mining vehicles, and sprinkle mining tracks to remove excessive dust in dry season.

COVER S TO RY

Vale’s processing laboratory in Sao Luis, Brazil is implementing full automation. The result is the laboratory helps optimize productivity, reduce break times and improve work safety. “The use of computer and automation removes the factor of failure in reading sample data and speeds up production time,” specialist technician of Vale’s processing plant laboratory in Carajas, Rodolfo Pizol, said. Energy management and efficient supply are the priority of Vale. The fact is energy spending plays a significant role in Vale’s operation. In 2013 the energy expenditure reached 10.2% of the total operational cost a year in all Vale’s units across the world. The composition is fuel demand may account for 46% of the total consumption, electricity reach 25% and gas 16% for production of iron ores, fertilizer and nickel. Vale in Brazil operates nine hydro-power plants with a capacity of 1.3 Gigawatt. The electricity is also used to support processing plants of nickel, iron ore and fertilizer in the southeastern part of Brazil.

The outcome of these efforts is delighting. Vale’s performance in creating a competitive climate inside the company is fairly improving. Based on 2014 data, Vale managed to cut expenditures by $1.2 billion. The company also managed to curb administrative cost by 15%, while pre-operational spending was slashed by 40%. At the same time Vale’s metal refinery plant in Acton, UK managed to squeeze goods procurement spending by 3.3%. This was made possible through increasing shopping volume to become equity and signing more economical energy supply contracts. The company’s performance won attention from Market Realist which released its report early in 2014. The report placed Vale second among iron ore producers in the world which managed to significantly cut production costs with $23.6 per ton. In 2012-2013 cost-cutting measures initiated by Vale across the globe reached $1.6 billion.

Alat angkut logistik dan material tambang Vale di Dermaga Sao Luiz, Brazil.


15

L A P OR A N UTA MA

Menjaga Tradisi, Mengembangkan Ide PT Vale telah menjalankan efisiensi sejak awal beroperasi. Terus mencari peluang-peluang penghematan melalui penerapan program, peningkatan kapasitas hingga kontes ide. Prinsip operasional yang efisien dan efektif sudah menjadi tradisi PT Vale sejak perusahaan beroperasi empat dekade lalu. Bahkan dalam satu dekade terakhir, sejumlah kebijakan dan sistem kerja digulirkan untuk mengoptimalkan kinerja yang efisien. Tengok saja yang terjadi pada tahun 2011. Ketika itu, PT Vale untuk pertama kalinya menerapkan Operational Excellent. Program yang dipimpin Departemen Operational Excellent ini bertujuan meningkatkan kinerja operasionalisasi berdasarkan tindakan yang benar, tepat, dan akurat. Melibatkan Operation & Maintenance Improvement Program (OMIP), Vale Production System & Environment, Health & Safety, Management System, program mensinergikan kapasitas produksi dan metode “Stop The Stops” dalam operasionalisasi dan perawatan alat produksi. “Program ini dapat membantu mempercepat pelaksanaan improvement yang sebelumnya terkendala karena kurang fokus. Salah satunya adalah pengendalian ore size di dryer yang kerap menimbulkan masalah di kiln dan furnace,” ungkap Senior Manager Process Technology, Sudirman T. Payangan. Program ini juga memberi dampak pada rencana program perbaikan lebih konsisten, terukur, terstruktur, dan memberikan budaya kerja positif bagi para pekerja. Juga mengubah budaya kerja operator yang sebelumnya menjalankan mesin atau memperbaiki mesin berdasarkan naluri, kini memiliki standar dan pengetahuan yang baku.

16


Ada pula peningkatan kapasitas pekerja untuk mengatasi persoalan alat. Hasilnya, sejak 2012, di area Maintenance System & Engineering dan Process Plant Automation, misalnya, pekerjaan-pekerjaan otomasi yang selama ini dilakukan oleh konsultan kini diselesaikan oleh sumber daya internal. Ada dua manfaat dari pengerjaan otomasi secara in house. Pertama, sebagai implementasi cost optimization. Kedua, familiarisasi alat otomasi secara cepat, karena dikerjakan atau disupervisi oleh insinyur-insinyur PT Vale sendiri. Bila terjadi problem, hal tersebut dapat ditangani dengan mudah. Alhasil, biaya proyek pengembangan dan perawatan otomasi jauh lebih efisien. Tingkat keamanan dan keselamatan kerja juga lebih terjaga, karena selalu dipantau oleh sumber daya internal yang ada. Hal ini terbukti dalam proyek CCP 1 dan CCP 2 yang melibatkan dan didukung oleh Tim PPE dan Central Engineering. Ada pula ide penghematan dengan menggunakan kembali komponen bekas. Misalnya yang dilakukan Tim Electric Workshop sejak pertengahan 2013 lalu. Tim melakukan modifikasi pada variable speed drive (VSD), sebuah alat yang berfungsi agar pengetesan tenaga motor main drive, dryer, kiln, dan converter lebih akurat. Dengan anggaran hanya 2.000 dollar AS untuk modifikasi alat tersebut, perusahaan dapat menghemat biaya sebesar 35.000 dollar AS (harga beli tahun 2005).

L AP O R AN UTAMA

Conveyor belt mengangkut batubara dari gudang ke pabrik pengolahan nikel PT Vale di Sorowako. Proyek konversi batubara merupakan strategi perusahaan dalam praktik operasional yang efisien.

Membentuk Task Force Di sisi lain, ide-ide penghematan memang diperlukan agar daya saing perusahaan terus meningkat. Pasar logam yang fluktuatif menjadi tantangan utama yang dihadapi produsen logam seperti PT Vale. Pada Mei 2013, menyikapi kondisi global pasar logam yang kian lesu, perusahaan dibentuklah Task Force Cost Saving. Bahkan Tim Task Force juga sempat menggelar kontes ide bagi karyawan. “Ada sebanyak 34 ide yang masuk dari 120 karyawan. Kontes ini diikuti berbagai level karyawan. Dari operator hingga L2. Sedangkan tujuan program cost saving ini untuk mengubah perilaku dan budaya perusahaan agar dapat memaksimalkan anggaran yang ada,” ungkap Senior Manager Capital & Project Management Muhammad Asril, yang juga anggota Komite Cost Saving ketika itu. Berkat kerja sama yang baik di seluruh lini, hasil penghematan perusahaan cukup signifikan. Selama berjalan efektif tiga bulan, Juli-September 2013, kas perusahaan berada di angka defisit 9 juta dollar AS. Angka ini cukup signifikan dibandingkan ketika inisiatif penghematan biaya belum diaktifkan. Defisit perusahaan ketika itu mencapai 70 juta dollar AS. Sejak awal 2015, harga nikel kembali merosot. Namun berkat kerja sama tim yang baik, PT Vale mampu menuai kinerja Kuartal III-2015 cukup baik. Volume produksi naik 10% lebih besar dari Kuartal II-2015.

Sambutan Positif Kebijakan penghematan internal juga disambut optimisme entitas perusahaan, termasuk serikat pekerja dan serikat buruh di PT Vale (lihat Laporan Utama hal. 38). Hal serupa juga dikatakan beberapa karyawan yang diwawancarai Halo Vale. Denis Dayan Kadama, karyawan Sample House and Laboratory Process Plant, misalnya. Dia mengatakan, lesunya perekonomian global dan berimbas pada melorotnya harga nikel dunia memang tidak dapat dihindari. “Cost effeciency adalah salah satu solusi dan langkah bijak yang dapat diambil perusahaan dalam menghadapi ekonomi global yang belum kondusif. Namun yang harus dipahami adalah kebijakaan ini perlu dukungan pekerja. Antara perusahaan dan karyawan juga perlu keterbukaan dan sharing. Alangkah bijaknya bila perusahaan untuk sementara mau mengurangi keuntungan untuk dialihkan ke biaya produksi, sehingga biaya produksi bisa dioptimalkan tanpa harus mengurangi buruhnya,” ungkap dia. Hal senada diungkapkan Lukman Hakim, karyawan Reduction Kiln Process Plant. “Departemen-departemen sangat mendukung kebijakan penghematan biaya secara internal. Tapi bukan dengan cara pengurangan karyawan. Yang perlu dilakukan adalah melakukan kontrol, apakah semua departemen dapat menerapkan kebijakan penghematan biaya tersebut,” ujar dia.


17

CO V ER STO RY

Conserving Tradition, Developing Ideas PT Vale has been used to efficiency measures since its early operation. Until today the efforts have been maintained. The principle of efficient and effective operation has been adopted as a tradition within PT Vale since the company was established four decades ago. Even within the past decade a number of policies and working systems were initiated to enhance efficient performance. Just look at what happened in 2011. Then PT Vale introduced Operational Excellent. The program, led by the Department of Operational Excellent, was aimed at giving a boost to operational performance in a right, precise and accurate way. Involving Operation & Maintenance Improvement Program (OMIP), Vale Production System & Environment, Health & Safety and Management System, the program synergized production capacity and “Stop The Stops” method in the operation and maintenance of production equipment. “The program helped accelerate improvement work which previously failed because of a lack of focus. One of the flaws was identified at the control of ore size in the dryer which often created problems in the kiln and furnace,” Senior Manager Process Technology, Sudirman T. Payangan, said. The program impacted on the improvement program plan, which was more consistent, measurable and structurized than it had been, and spread a positive working culture among workers. It also changed the operator’s working culture. In the past he ran and repaired machines based on instinct, but now he has consistent standard and knowledge.

18


There was also improvement in labor capacity to deal with equipment problems. The result is automation works in the Maintenance System & Engineering and Process Plant Automation areas, which used to be handled by consultants have since 2012 been tackled by internal human resources. There are two benefits from in-house automation works. First, it constitutes implementation of cost optimization. Second, familiarization of automatic equipment runs properly because it involves and is supervised by PT Vale engineers. When problems arise they can be easily solved. Therefore the cost for automation development and maintenance will be far more efficient. The level of security and work safety is well maintained because of persistent control by the internal human resources. This is evident in the CCP 1 and CCP 2 projects which involved and were supported by PPE and Central Engineering teams. Another efficiency initiative was reuse of components that no longer in use. The Electric Workshop team has realized this measure since 2013. The team attempted modification on variable speed drive (VSD), a tool which improves accuracy in the test of motor power for main drive, dryer, kiln and converter. With a budget of only $2,000 for modification of the equipment the company could save $35,000 (purchasing price 2005).

COVER S TO RY

PT Vale’s processing plant in Sorowako. All departments in PT Vale involve to give ideas for cost efficiency.

Forming Task Force Efficiency ideas are needed to increase the company’s competitiveness. The fluctuating metal market was the main challenge confronting metal producers like PT Vale. In May 2013, in response to the weakening global metal market, the company formed Task Force Cost Saving. One of the task force’s initiatives was holding a competition of ideas for employees. “A total of 34 ideas were submitted. Employees from various levels, ranging from operator to L2, took part in the contest. The cost saving program was aimed at changing the corporate behavior and culture so as to maximize budget,” Senior Manager Capital & Project Management Muhammad Asril, who was a member of the Cost Saving Committee, said at that time. Thanks to well-knit cooperation among all lines, the company’s cost saving efforts generated significant results. Within three months of implementation in July-September 2013, the company’s deficit fell to $9 million from $70 million when the cost saving initiatives were not activated. Since early 2015, nickel price has fallen again. But thanks to teamwork PT Vale performed quite well in the third quarter. The production volume increase 10% that second quarter 2015.

Positive Response The internal cost saving policy was also responded with optimism from the corporation entity, including labor union and trade union in PT Vale (see Main Report 6). Such positive response was also expressed by a number of employees who were interviewed by Halo Vale. Denis Dayan Kadama, who works in Sample House and Laboratory Process Plant, is just an example. He says the ailing global economy and its impact on the decline of world nickel price is indeed unavoidable. “Cost efficiency is one of solutions and wise efforts the company can take in facing the global economy which remains unstable. But we have to understand that the policy needs support from all employees. The company and its employees need to be open to and share with each other. It will be wise if the company for the time being cut its profit and reallocate the money for production expenditures, so that production spending can be disbursed optimally without laying off workers,” he says. Lukman Hakim of Reduction Kiln Process Plant concurs. “All departments are very supportive of the internal cost cutting policy not by reducing the number of workers. What we have to do is exercise control to ensure that all departments can implement the efficiency measures,” he says.


19

L A P OR A N UTA MA

Dua Jawara dari Ajang Lomba Ide modifikasi alat dari dua departemen ini mengantarkan mereka menjadi pemenang di Kontes Penghematan Biaya PT Vale. 20


L AP O R AN UTAMA

Hendrawan, Boas dan Bambang Wahyu Haryono (kiri-kanan) dari Tim Mobile Equipment Maintenance PT Vale yang melahirkan inovasi penghematan perawatan dozer.

Tingginya jam operasi alat berat di area PT Vale tentu memerlukan perhatian khusus, baik saat penggunaan, perawatan dan penggantian suku cadang. Hal ini yang menjadi perhatian Tim Departemen MEM (Mobile Equipment Maintenance) ketika dihadapkan dengan tantangan biaya perawatan dan penggantian suku cadang pada unit Dozer D8 dan D10, khususnya bagian track dozer yang kian besar dari waktu ke waktu. Padahal alat berat ini merupakan salah satu andalan PT Vale di area eksplorasi dan penambangan. “Harga track kian mahal karena inflasi dan ketersediaan suku cadang dari vendor kadang ada kendala. Padahal bagian ini perlu cepat untuk kebutuhan produksi,” ujar Hendrawan, Departemen MEM. Sebagai gambaran biaya, untuk mengganti satu sisi track (kanan dan kiri) baru pada satu dozer, bisa mencapai 18.000 dollar AS (tipe D8) dan 27.000 dollar AS (tipe D10) yang biasanya diganti 6 bulan sekali. “Biaya itu baru satu sisi saja. Kalau satu unit dozer berarti dikali dua tiap unit,” tambah Hendrawan.

Dari realita ini, kemudian Tim MEM – yang beranggotakan Hendrawan, Boas dan Bambang Wahyu Haryono – pun mencari cara untuk menekan biaya penggantian suku cadang track tersebut dengan melakukan modifikasi. Temuan mereka itu kemudian diberi nama “Reverse Bushing Dozer”. Modifikasi ini sebenarnya sederhana. Intinya, tetap menggunakan komponen yang sama (bukan suku cadang baru) dengan cara membalik bagian bushing dan mengganti bagian shoes dan bolts. “Dengan cara ini biaya dapat ditekan separuhnya dibanding dengan menggantinya dengan suku cadang yang baru,” ungkap Hendrawan. Seperti apa efisiensinya? Dengan menggunakan metode Reverse Bushing, biaya D10 hanya mencapai 18.000 dollar AS sedangkan unit D8 mencapai 9.000 dollar AS. Dengan jumlah D10 PT Vale mencapai 4 unit dan D8 mencapai 32 unit, potensi penghematan dari pembelian baru track dibanding modifikasi Tim MEM tersebut, mencapai 72.000 dollar AS (D10) dan 1.152.000 dollar AS (D8). “Jadi dalam satu tahun potensi penghematan penggantian Track GP dengan metode Reverse Bushing bisa mencapai 1.224.000 dollar AS,” ungkap Hendrawan.


21

L A P OR A N UTA MA

Efisiensi juga terjadi pada durasi penggantian track. Dengan metode Reverse Bushing penggantian hanya memerlukan waktu 14 jam kerja per unit. Sebenarnya ide ini bukan barang baru. Tim MEM telah menemukan dan mengimpelemtasikannya sejak tahun 2012. Ide ini kemudian mereka presentasikan kepada Komite Lomba Penghematan Biaya PT Vale dan kemudian mengantarkan mereka sebagai juara pada akhir Juli 2015 silam. “Program ini akan terus kami jalankan dan kembangkan agar lebih baik dari segala sisi dengan arah yang positif untuk perusahaan,” ungkap Hendrawan.

Fabrikasi internal Selain Tim MEM, ada pula gagasan dari Tim Support Service yang juga keluar sebagai juara Lomba Penghematan Biaya PT Vale 2015 itu. Ide mereka bernama Fabricate Corner Shroud Bucket. Kata Asep Suharto, (yang mewakili Departemen Support Service bersama A. Ardi Asdar dan Bachtiar di lomba tersebut), ide ini muncul karena suku cadang bucket alat berat ini sangat mahal harganya, ketersediaan dan pengirimannya

A. Ardi Asdar, Bachtiar dan Asep Suharto (kiri-kanan) dari Tim Support Service yang membuat inovasi fabrikasi bucket alat berat.

22


lama dan karena itu sulit memprediksi waktu pengerjaannya. Kondisi itu juga menyebabkan Tim Support Service kesulitan membuat jadwal pemeliharaan bucket alat berat tersebut. Akhirnya, Tim Support Service mencari solusi dengan cara melakukan fabrikasi internal komponen bucket tersebut. Baik secara material maupun tenaga kerja. Bagian yang difabrikan ada tiga bagian, yakni corner shroud, edge protector dan side cutter (edge shroud). Dalam perjalanannya, Tim Support Service kini telah mampu membuat bucket secara utuh dan memiliki ketahanan yang baik untuk di lapangan dan sesuai kebutuhan Mines Operations. "Sampai Agustus 2015, kami dalam proses membuat bucket yang ke-6,” ujar Asep Suharto. Implementasi fabrikasi komponen bucket ini mampu menekan biaya material sebesar 70%. Termasuk menyediakan ketersediaan unit bucket lebih cepat dan menghilangkan waktu pengiriman suku cadang. “Biaya yang bisa dihemat sekitar 68.000 dollar AS per tahun untuk tiap unit bucket dibandingkan dengan membeli yang sudah jadi,” ungkap Asep Suharto.****

COVER S TO RY

Winners of Cost Saving Contest Modification of equipment has led two departments to winning the Cost Saving Contest held by PT Vale.


23

CO V ER STO RY

The long operational hours of heavy equipment in PT Vale concession area begs special attention during usage, maintenance and replacement of spare parts. This is the area of interest of the Mobile Equipment Department team. They confront the problems of maintenance cost and spare part replacement for Dozer D8 and D10 units, especially track dozer, which grow from time to time. Whilst, the heavy equipment is one of PT Vale’s most reliable equipment in its exploration and mining sites. “The price of track is soaring because of inflation and availability of its spare parts sometimes is uncertain. Yet we always need this part immediately for the sake of production,” Hendrawan of the MEM Department says.

Hendrawan, Boas & Bambang Wahyu Haryono with PT Vale’s Mobile Equipment Maintenance team at workshop (right-below).

24


As an illustration, to replace one side of a track, the cost reaches $18,000 (for D8 type) and $27,000 (D10 type). Track must be replaced every six months. “The price only cover one side. For one unit of dozer the price doubles (left and right Editor),” says Hendrawan. Given the fact, the MEM Team — comprising Hendrawan, Boas and Bambang Wahyu Haryono — sought an avenue to curb the cost of track spare parts replacement through modification. They name their finding “Reverse Bushing Dozer”. The modification is actually simple. In short the same component (not the new spare part) remains in use by way of turning bushing back to front and changing the shoes and bolts. “This method cost us only a half of the spending on new spare parts,” Hendrawan unveils.

COVER S TO RY

Thanks to the reverse bushing, the budget for D10 only reaches US$18,000, while for D10 unit the cost reaches only $18,000 and $9,000 for D8 using the reverse bushing method. Operating 4 units of D10 and 32 units of D8, the money that can be saved reaches $72,000 (D10) and $152,000 (D8). “So within a year the cost saving in track replacement using the reverse bushing method can hit $1,224,000,” says Hendrawan. Efficiency also happens in the time needed to change the track. Using reverse bushing replacement only lasts 14 work hours per unit. That is not a new idea actually. The MEM Team has adopted the method since 2012. The concept was then presented to PT Vale’s Cost Saving Competition Committee, which named them the winner at the end of July this year. “We will keep applying and enhancing the method for betterment in all aspects,” Hendrawan says.

Internal Fabrication Apart from MEM Team, the Support Service Team won the cost saving competition this year. Their idea is called Fabricate Corner Shroud Bucket. Asep Suharto, who represented the Department of Support Service along with A. Ardi Asdar and Bachtiar in the competition, said the idea was invented out of concern about the extremely high cost of spare part bucket of the equipment, while stock was rare and its delivery took time. The department could not predict how long the replacement work would last. This difficulty made it difficult for the Support Service Team to arrange a schedule for maintenance work of the heavy equipment bucket. Finally the team sought a solution by conducting internal fabrication, in terms of materials or manpower. The fabricated parts comprise corner shroud, edge protector and side cutter (edge shroud). The Support Service Team has managed to create a complete bucket, which is proven durable in the field and meet the needs of Mines Operations. “As of August 2015, we have been in the process of creating bucket number 6,” says Asep Suharto. Implementation of internal fabrication of bucket components has slashed material spending by 70%, accelerate procurement of bucket unit and eliminate spare part delivery time. “The expenditure that we can save is amounted to $68,000 dollar per year per unit of bucket, compared with purchase of new bucket,” says Asep Suharto.

A. Ardi Asdar, Bachtiar & Asep Suharto at Support Service Fabrication Shop.


25

L A P OR A N UTA MA

Inovasi-inovasi dari Departemen Mulai dari lini utama hingga lini pendukung perusahaan, para karyawan melahirkan inisiatif penghematan. Berpikir bersama. Bergerak kompak. Karyawan dari departemen-departemen PT Vale mencari peluang untuk penghematan kas perusahaan. Tidak hanya ide-ide yang sebelumnya telah dipraktikkan dan menuai hasil menggembirakan. Mereka juga melahirkan inovasi baru agar daya saing perusahaan lebih kuat. Berikut inisiatif-inisiatif dari departemen dalam mendukung kinerja efisien tersebut.

Mengurangi Konsumsi Air di Area Pabrik Untuk mendukung kinerja alat produksi di pabrik memerlukan air. Air juga dibutuhkan pekerja untuk mencuci tangan, mencuci sepatu yang berlumpur dan lainnya. Sehingga tren konsumsi air di area ini cukup tinggi. Dari rata-rata 45 Mgal (milion gallon) naik menjadi 59,75 Mgal per pekan. “Cukup banyaknya pipa-pipa air yang bocor karena berusia tua juga menyebabkan konsumsi air menjadi besar,” ujar Budiman Paelongan, Supervisor Utilities Business Support.

26


Salah satu pond (kolam penampungan)

PT Vale di Sorowako.

L AP O R AN UTAMA

Dari kondisi itulah ide penghematan konsumsi air di area ini muncul. Tujuannya ada dua, yakni menekan konsumsi air yang otomatis menekan biaya pengeluaran pajak air dan menciptakan budaya bijak menggunakan air bagi para pekerja. Sebagai informasi, pajak air ini seharga Rp45/meter kubik. Upaya realisasinya melalui perbaikan pipa-pipa dan kerankeran air yang bocor dan kampanye bijak menggunakan air kepada karyawan.

Hasilnya, sejak diterapkan pada kuartal pertama, beban demurrage dapat direduksi menjadi 47.000 dollar AS/bulan. Angkanya masih cukup besar memang, hal itu tidak bisa dihindari karena free time demurrage yang diberikan oleh shipping line maksimal hanya 14 hari. Sedangkan perjalanan dan konsolidasi kontainer sampai di Pelabuhan Balantang dan kembali lagi ke Surabaya memakan waktu lebih dari 14 hari. Jadi otomatis tenggat waktu akan terlewat.

Konsolidasi untuk Pengurangan Biaya Keterlambatan Pemulangan Kontainer

Namun hal-hal tersebut masih dalam kajian dan tinjauan Tim Shipping & Traffic agar lebih efisien dan efektif. Termasuk rencana pembelian beberapa kontainer agar kebutuhan kontainer perusahaan tidak melulu tergantung dari kontainer sewa.

Untuk pengangkutan logistik dan material, PT Vale menggunakan ratusan kontainer berstatus sewa ke shipping line. Selama ini, pergerakan kontainer kurang termonitor dengan baik. Sehingga tidak sedikit kontainer yang selesai digunakan

Modifikasi Metode Pencucian Pompa dan Pipa HSFO di Mangkasa Point Ada dua jenis bahan bakar fosil yang menjadi kebutuhan operasional PT Vale, yakni HSFO dan HSD. Kebutuhan ini disuplai melalui pemompaan dari kapal tanker menuju penyimpanan di Mangkasa Point, Teluk Bone, Malili. Frekuensi pemompaan HSFO bisa mencapai 15-17 kali dalam setahun. Dan aktivitas tersebut silih berganti antara memompa HSFO dan HSD. Agar mesin pompa dan pipa bersih dan tidak terkontaminasi, pompa dan pipa dicuci dengan HSD setiap kali memulai pemompaan HSD. Tiap sekali cuci pompa dan pipa bisa menghabiskan 30.000-35.000 liter HSD.

Kontainer -kontainer logistik masuk ke area SCM.

masih tertinggal lama di site, tidak langsung dikembalikan ke agen yang berada di Surabaya. Alhasil, perusahaan terbebani penalti berupa tambahan biaya karena keterlambatan pemulangan (demurrage) kontainer-kontainer tersebut. Catatan tahun 2014, biaya penalti atas keterlambatan pemulangan kontainer tersebut mencapai 77.000 dollar AS/bulan. Melihat kondisi tersebut, Tim Shipping & Traffic dibantu oleh Material Handling, Export-Import, Warehouse dan Forwarder punya inisiatif bernama “Konsolidasi Kontainer untuk Mengurangi Biaya Keterlambatan Pemulangan”. Bentuk penerapannya berupa pembuatan sistem pencatatan pergerakan kontainer, waktu operasi dan tenggat waktu sewa kontainer sehingga keterlambatan pemulangan kontainer dapat diantisipasi.

Dari pengalaman tersebut Tim Logistic pun mempelajari mekanisme dan meninjau cara kerja pencucian tersebut. Ternyata ditemukan metode agar konsumsi HSD dapat ditekan yakni dengan cara metode dedicated pump. Di Mangkasa Point, terdapat empat pompa yang selama ini bergantian memompa HSD dan HSFO. Dengan metode ini, empat pompa punya

Aktivitas pencucian pompa HSFO/HSD

di Mangkasa Point.


27

L A P OR A N UTA MA

fokus tugas masing-masing. Satu pompa khusus untuk memompa HSD dan tiga pompa khusus untuk HSFO. Dengan pemisahan jalur minyak pipa dari masingmasing pompa ke PIG Launcher maka hanya memerlukan 2.000-2500 liter HSD dan dengan waktu proses pencucian yang singkat dan hasil maksimal.

Unit Road Stabilizer sedang memperba

“Inisiatif ini telah berjalan sejak Mei 2015. Hasil perhitungan penghematan terakhir (September 2015) menyebutkan kas perusahaan dapat hemat sedikitnya 250.000 dollar AS per tahun (asumsi harga minyak dunia saat ini, penghematan akan lebih besar jika harga HSD semakin mahal, Red),” ungkap Senior Manager Logistics PT Vale Mulawarman Arfah. Inisiatif ini juga nol investasi. Karena memanfaatkan sumber dan alat yang sudah ada. Hanya metodenya berbeda. Dalam penerapannya, Tim Logistic didukung oleh Tim Maintenance karena konsekuensi implementasi ide ini menuntut Tim Maintenance bergerak cepat ketika terjadi masalah dengan pompa HSD selama proses cleaning dan pumping. Tidak berhenti sampai di situ. Ide ini juga rencananya akan dikembangkan agar lebih efisien. “Ide yang akan dikembangkan adalah HSD sisa pencucian pipa itu ditampung dan dipakai lagi untuk pencucian selanjutnya. Namun dalam perhitungan kami memerlukan investasi sekitar 20.000-30.000 dollar AS untuk modifikasi dan penyiapan tempat tampung tambahan. Penghematannya juga dianggap tidak terlalu signifikan, yakni 500 liter tiap kali pemompaan (estimasi USD 300/setiap kali pumping). Dengan kondisi adanya kebijakan penghematan, eksekusi ide masih dalam peninjauan kami,” tambah Mulawarman.

Road Stabilizer, Agar Rehab Jalan Fleksibel dan Efisien Biaya perawatan jalan logistik dan area pendukung operasional Perusahaan cukuplah besar. Apalagi ketika rehab mayor jalan yang dilakukan rutin per 5 tahun sekali. Catatan terakhir dari aktivitas ini yang dilakukan pada 2010-2011 menelan bia-

Warehouse Support berinisiatif memanfaatkan kembali palet-palet dengan sentuhan modifikasi.

28


iki jalan di area Process Plant.

ya sekitar 4 juta dolar AS. “Biaya itu belum termasuk perawatan jalan minor bila terdapat titik-titik jalan yang perlu segera diperbaiki,” ungkap Senior Manager Construction Services PT Vale Robertus Bellarminus Sonny Swasono. Tim Construction Services pun mencari ide untuk dapat menekan biaya perawatan jalan tersebut. Hasilnya adalah dengan berinvestasi sebuah alat bernama Road Stabilizer buatan Caterpillar tipe RM500 senilai 1,5 juta dolar AS. Alat ini dapat mendaur ulang material jalan yang direhab untuk dapat dipergunakan kembali. “Kalau ada jalan rusak, misalnya HP28 (hauling process) untuk merehabnya material dikeruk dan langsung dibuang. Dengan alat ini, material kerukan jalan berlubang itu didaur ulang dan bisa kembali digunakan,” tambah Sonny. Dengan menggunakan alat ini, Perusahaan dapat menghemat material pengaspalan jalan mencapai 150.000 dolar AS tiap sekali rehab. Tidak hanya dari sisi ongkos. Waktu kerja, depresiasi alat dan konsumsi bahan bakar pun juga dapat ditekan. Pasalnya, tanpa road stabilizer, membuat tidak sedikit alat berat yang mondar-mandir untuk proses perbaikan dan pengaspalan jalan. “Keberadaan alat ini juga membuat Tim Civil Road Maintenance bisa kapan pun melakukan perawatan jalan,” tambah Ridwan, Manager Civil Road Maintenance Production Plant & GCT PT Vale.

Membalik Blow Bar, Memanfaatkan Track Dozer Masih dari Tim Construction Services (CS), ide lainnya adalah meminimalisasi penggantian komponen pada alat penghancur material (crusher), yakni Blow Bar dan Liner. Caranya adalah membalik blow bar, agar sisi lainnya yang masih bagus dapat dipakai. “Selama ini kalau satu sisi blow bar sudah aus karena menggiling batu dan material, langsung dibuang dan diganti yang baru. Sekarang dengan sedikit modifikasi, blow bar kami balik dan sisi lainnya yang masih bagus dipergunakan,” ungkap Senior Manager Construction Services PT Vale Robertus Bellarminus Sonny Swasono.

L AP O R AN UTAMA

Berapa angka yang dapat dihemat? Satu unit crusher memiliki 8 blow bar. Sedangkan harga satu unit blow bar senilai 600 dolar AS. Namun blow bar ini perlu diganti ketika telah beroperasi dan memproduksi 3.000 ton material. “Dengan adanya ide membalik blow bar tadi. Nilai pembelian komponen tetap sama, sekitar 4.800 dolar AS per unit crusher. Namun volume produksinya bisa dua kali lipat, 6.000 ton material,” tambah Sonny.

ang PT Vale di Sorowako. Unit dozer sedang melintas di area tamb

Begitu pula dengan Liner. Sebelumnya, Tim CS perlu membeli komponen baru untuk menggantinya. Ide penghematan yang mereka temukan adalah memanfaatkan track dozer dan sedikit modifikasi untuk mensubtitusi kebutuhan komponen baru tersebut. Penghematan yang dapat dilakukan sebesar 2.000 dolar AS. Angka itu berasal dari asumsi penggantian 4 unit Liner tiap crusher masing-masing senilai 500 dolar.

Menekan Jam Lembur di PLTA Upaya menekan jam lembur di PLTA merupakan salah satu fokus Departemen Utilities memangkas biaya operasional. Inisiatif ini juga sekaligus mendorong kinerja operator PLTA lebih efektif

dan efisien. Inisiatif ini juga disandingkan dengan 15 poin inisiatif baru penghematan lainnya dari departemen ini. Dua di antaranya telah berjalan sejak awal September silam. Sedangkan agenda sisanya, secara bertahap, dimulai kuartal terakhir 2015. Beberapa di antaranya adalah membuat sistem kerja dan upaya antisipatif untuk mencegah down time yang tidak terencana ketika furnace shut down. “Caranya, operator dan personel perawatan alat bahu-membahu melakukan on condition monitoring pada sistem dan peralatan. Jika menemukan hal yang tidak normal maka operation analyst dapat segera berkoordinasi dengan pihak maintenance untuk melakukan perbaikan dini dan operator mematikan salah satu turbin generator ke posisi standby,” ungkap Yusri Yunus, Supervisor Hyrdro Plant Operation PT Vale. Seperti diketahui, down time dapat berakibat tersendatnya operasi pabrik dan kerugian bagi perusahaan.

Pemanfaatan Palet Sisa untuk Pengangkutan Limbah B3 Palet dari pembelian tong baru penampung limbah B3 menjadi objek inisiatif Tim Warehouse Support. Selama ini, keberadaan palet (alas dudukan tong) selalu berlebih dan berusia pendek. Begitu paket tong limbah B3 tersebut tiba di Warehouse, palet-palet dibuang begitu saja. Padahal palet juga diperlukan Warehouse Support ketika mengirim tong yang telah berisi limbah B3 ke tempat pengolahannya di Bogor. “Dalam setahun, Warehouse yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan limbah B3 dan non B3 ini membeli sebanyak 8 – 9 kontainer palet dengan frekuensi 5-6 kali. Tiap satu kontainer ada 20 palet seharga Rp180.000 per palet. Bisa dibayangkan besarnya penghematan kalau palet itu dapat digunakan kembali,” ungkap Pata’ Padang, Team Leader Investment Recovery & Waste Handling PT Vale. Melihat kondisi itu, sejak akhir Juni 2015 silam, Warehouse Support berinisiatif memanfaatkan kembali palet-palet tersebut dengan sedikit sentuhan modifikasi. “Tidak hanya dapat menghemat pengeluaran perusahaan. Ide ini juga sejalan dengan konsep reuse (penggunaan kembali, Red) sesuatu yang dianggap sampah dan menjadi poin tersendiri dalam penilaian PROPER dari pemerintah,” tambah Pata’.

Ruang control di PLTA. Tahun 2015 I H alo Vale 15

29

L A P OR A N UTA MA

sahaan atau ditekan serendah mungkin. Semua material yang akan dibeli harus direncanakan dan dimanfaatkan secara benar agar biaya tidak terbuang sia-sia,” ungkap Firmansyah.

(30).JPG Bekas_Untuk_Pengangkutan_LimbahB3

WarehouseSupport_Pemanfaatan_Palet_

Hasilnya, Tim Warehouse yang terdiri dari dua pekerja mampu membuat rata-rata sebanyak 20 palet per dua pekan. Pada awalnya, pembuatan palet ini juga dikerjakan tiap akhir pekan (Sabtu dan Minggu). Namun untuk mengantisipasi beban lainnya (jam lembur karena kerja di akhir pekan), kini jadwal pengerjaannya digeser di sela-sela jam kerja tim Warehouse. “Awalnya akhir pekan. Tapi sekarang di jam kerja. Anggota menyisihkan waktunya 3-4 jam untuk membuat palet,” tambah Pata’. Inisiatif ini juga melahirkan simbiosis mutualisme dengan Departemen Process Plant. Pasalnya, departemen tersebut memiliki stok palet yang banyak dari pembelian material pabrik. “Kami mendapat suplai palet sisa dari mereka dan mereka beberapa kali juga sempat memesan palet kepada kami untuk kebutuhan pengiriman dan penyimpanan material pabrik,” ungkap Pata’.

Meski telah memasuki tahun ketiga, penerapan ide ini juga punya tantangan. “Tantangan terbesarnya adalah bagaimana agar user tertarik menggunakan material sisa proyek ini. Memang, sistem yang ada saat ini masih membuat user perlu usaha ekstra untuk mengecek stok dan kondisi material sisa proyek yang dapat mereka pakai,” tambah dia. Namun tantangan itu justru memicu Tim Warehouse Support berbenah. Beberapa langkah untuk menciptakan animo penggunaan material sisa proyek oleh user pun ditempuh. Di antaranya menata material sisa tersebut di rak-rak dan tempat penyimpanan baru yang lebih kondisuf dan rapi. Hal ini juga untuk menjaga kondisi dan kualitas material agar tetap layak pakai. Tim Warehouse Support juga bekerja sama dengan Departemen Engineering & Construction sebagai user utama sekaligus pemilik material sisa projek terbanyak untuk menginventarisasi material.

Menggenjot Penggunaan dan Aksesibilitas Material Sisa Proyek Penggunaan material sisa proyek bukanlah inisiatif baru. Ide ini muncul pasca proyek PLTA Karebbe selesai pada akhir 2011 dan mulai berjalan pada tahun 2012. Namun implementasi ide ini menuai hasil yang cukup signifikan untuk kas perusahaan. “Dalam catatan kami, ide ini telah mampu menghemat kas perusahaan rata-rata sebesar 2,5 juta dollar AS pada tahun 2013. “Angka itu juga merupakan rata-rata tiap tahunnya,” ujar Supervisor Warehouse Support PT Vale Andi Firmansyah Arsyad. Ide ini bertujuan mengurangi inventori material sisa agar dapat dimanfaatkan menjadi barang modal yang produktif, mengurangi beban perusahaan untuk membeli material baru yang sebenarnya tersedia di Warehouse dan mendorong user agar lebih cermat membeli material agar tidak mubazir. “Target inisiatif ini agar tidak ada lagi excess material di peru-

Material sisa yang berada di Warehous

e, Sorowako.

Terakhir adalah membuat sistem yang dapat membuat calon user melihat daftar material sisa yang tersedia. “Rencananya, sistem ini diujicoba pada Oktober 2015. Dari sistem tersebut, tidak hanya user namun seluruh pekerja PT Vale dapat melihat katalog (daftar dan variasi) dan kondisi material sisa yang terdapat di Warehouse secara akurat dan cepat untuk digunakan kemudian,” tambah Firmansyah.

Mereduksi Kadar Air Bijih Nikel di SSP Kandungan air terlalu tinggi pada ore (bijih) nikel di Screening Station dapat membuat pabrik pengolahan nikel bekerja

30


L AP O R AN UTAMA

namun kualitasnya juga bagus dan negosiasi tender/kontrak dengan rekanan penyedia barang,” ungkap Manajer Stock Purchasing PT Vale Achmadi Sumadi Rais.

Suasana screening station. ketika senja.

keras dan menimbulkan biaya tambahan yang cukup besar. “Dalam perhitungan kami kalau kadar air naik 1% saja, biaya pengolahan bijih nikel tersebut bisa bertambah ratusan juta tiap minggu dan seterusnya,” ungkap Abdul Rauf, Manager of Ore Quality System and Support PT Vale. Kondisi inilah yang menjadi perhatian Departemen Mines & Exploration, khususnya Ore Quality System & Support menghasilkan solusi bernama “Proyek Menurunkan Kadar Air di SSP”. Inisiatif ini ditempuh dengan beberapa cara; Pertama, pemasangan flow meter dan automatic metering di Stasiun 8 sehingga penyemprotan bijih nikel dapat diatur dengan volume air ideal dan sesuai standar. Kedua, karena selama ini penyemprotan bijih nikel dilakukan manual oleh operator dan mereka tidak memiliki standar, maka dilakukan training kepada para operator Screening Station untuk menyeragamkan standar penyemprotan sekaligus sosialisasi dan kampanye program. “Selain itu juga ada kampanye tertulis melalui poster-poster hemat air, hemat biaya dan teknik dan standar penyiraman bijih yang disarankan,” tambah Abdul Rauf. Sejauh ini, program sedang berjalan, masih dalam pengembangan dan monitoring sehingga angka keberhasilan program belum tercatat.

Menurut Achmadi, cara ini sebenarnya sudah menjadi fokus dan proses yang berkelanjutan dari tiap periode di departemen tersebut. “Di tempat kami ada sekitar 200 ribu items (barang sparepart hingga projek, Red) yang terdaftar dan terdata. Kalau prosesnya tidak diatur dengan baik, maka tidak akan efisien biaya pengadaan barangnya,” tambah dia. Konkretnya berupa menaikkan jumlah kontrak barang dengan sistem Vendor Held Stock (VHS) untuk mengurangi nilai inventori perusahaan dan menaikkan jumlah kontrak barang dengan sistem Fixed Price Agreement (FPA) untuk mempercepat proses waktu pengadaan barang. Melalui kontrak VHS tersebut, kini aset perusahaan berupa barang yang dipesan tidak lagi perlu disimpan di gudang PT Vale. Namun dikelola dan disimpan di gudang vendor. “Namun kalau user perlu, barang sudah ada dan tinggal diantarkan ke user,” ungkap Achmadi. Lalu, dimana nilai efisiensinya? Dengan metode tersebut, Tim Stock Purchasing tidak terlalu direpotkan dengan pekerjaanpekerjaan administratif, pengaturan-pendataan stok barang maupun tender-tender. “Mereka kini dapat lebih fokus pada tiga hal, memperbanyak saving melalui negosiasi, mencari usulan barang-barang alternatif dan memperbanyak item kontrak baik itu FPA maupun VHS,” ujar Achmadi.

Memperbanyak Item Kontrak dan Negosiasi Hulu ketersediaan material dan produk untuk mendukung operasional perusahaan berada di tangan Procurement & Contract Admin. Departemen ini juga punya strategi untuk mendukung kebijakan efisiensi perusahaan. “Cara yang kami tempuh ada dua macam. yakni mencari barang-barang alternatif yang lebih ekonomis

Petugas warehouse sendang mengecek

katalog material.


31

CO V ER STO RY

Innovation Ideas from Departments Many employees, from primary to supporting lines, have come up with efficiency initiatives. PT Vale employees compete to find ideas to save company expenditures. Not only are their ideas, which have been implemented and born fruits, delighting. They also have created innovation. The following are the initiatives from departments that support efficiency.

Reducing Water Consumption in Plant Area To support performance, production tools inside the factory need water. Workers also need water to wash their hands, their mud stained boots and others. Unsurprisingly the water consumption is considerably high. It has increased from an average of 45 Mgal to 59.75 Mgal per week.

Washing dump trucks in MEM Area is one

32

example of water consumption in PT Vale' s operation.


COVER S TO RY

“The fact that quite many water pipes leak due to age factor has contributed to the high water consumption,” says Budiman Paelongan, Supervisor of Utilities Business Support. Upon detecting the problem, the efficient water consumption initiative emerged. The efficiency measures have two goals: to curb water consumption which will automatically cut water tax and to instill the culture of wise use of water among workers. The initiatives were realized through repair of water pipes and faucets and persistent campaign for water conservation. For your information water taxl is set at Rp45/ cubic meter.

Container Consolidation to Reduce Demurrage Cost For logistics and materials shipment, PT Vale leases hundreds of containers to shipping lines. So far the movement of the containers has not been sufficiently monitored. The result is many containers are left in the site after use, while the rest has been returned to the agent in Surabaya. Consequently the company has to bear penalty, in the form of extra spending on container demurrage. The 2014 data revealed the penalty reached $77,000 per month on average. Identifying the problem, the Shipping & Traffic Team, with assistance from Material Handling, Export-Import, Warehouse and Forwarder Teams, created an initiative called “Container Consolidation to Reduce Demurrage Cost”. The initiative is implemented through establishment of a system to record container movement, operational time and deadline for container return so as to anticipate unnecessary spending.

however, although actually it is inevitable because free time demurrage given by a shipping line only lasts a maximum 14 days. Whereas container journey and consolidation from Balantang seaport to Surabaya can take more than 14 days. Automatically the deadline is prone to be missed. Such facts come under the scrutiny and study of the Shipping & Traffic Team as part of efforts to maintain efficiency and effectiveness. The measures include a plan purchase of new containers to ease the company’s dependency on rented containers.

Modification of Pump and HSFO Pipe Cleaning Method in Mangkasa Point

Logistic Team in Mangkasa Point are wash

ing the oil pump machine.

The result is the demurrage cost can be reduced to $47,000 per month in the first semester. Such figure is quite high, There are two types of fossil fuel that PT Vale cannot miss in its operations, which are HSFO and HSD. The company’s demand for the fuels is supplied through pumping from a tanker to a fuel storage facility in Mangkasa Point, in Bone Bay, Malili. The HSFO and HSD is pumped one after another. The frequency of HSFO pumping can reach 1517 times in a year. To keep the pumping machine and pipe clean and free from contamination, the equipment is cleaned using HSD before the pumping activity. The washing process requires 30,00035,000 liters of HSD.

rials. documents when receiving logistic mate Shipping and Traffic Team are checking

Learning from the experience, the Logistics Team conducted a study on the washing mechanism. They discovered a way to curb HSD consumption called dedicated pump method. At Mangkasa Point there are four pumps that alternately trans-


33

CO V ER STO RY

mit HSD and HSFO. Under the mechanism the four pumps have their specific job. One of the pumps focuses on HSD and the three other on HSFO. The division of labor allows the team to cut HSD use to 2,000-2,500 liters with quicker washing time but maximum result. “The initiative has been in place since May 2015. Our calculation in September found the company could save at least $250,000 annually,” Logistics Senior Manager of PT Vale, Mulawarman Arfah, says. The initiative also needs zero investment because it utilizes existing resources and equipment. It only changes the method. In this case the Logistics Team is supported by Maintenance Team, simply because the consequence of the new method’s implementation requires the Maintenance Team to act quickly when something wrong happens to the HSD pump during cleaning and pumping. There is a plan to develop the idea to make it more efficient. “The idea that we will develop is the remainder of HSD used in the cleaning process is stored for future use. But based on our estimate it will require an investment worth $20,000-30,000 for modification and additional storage facility. The efficiency is deemed as not significant, only 500 liters in each pumping work. Due to the existing efficiency policy, execution of the idea remains under our scrutiny,” says Mulawarman.

Road Stabilizer for More Efficient Road Rehabilitation Maintenance cost of logistics road and supporting operational areas is considerably high. It is much more costly when major road maintenance work is routinely conducted every five years. Records in 2010-2011 revealed that major road maintenance work cost about $4 million. “The cost did not include minor maintenance work, which occurred on some road spots that required immediate repair,” Senior Manager Construction Services of PT Vale, Robertus Bellarminus Sonny Swasono, says. The Construction Services Team then looked for an idea to squeeze the road maintenance expenditure. The result was investing equipment called road stabilizer which is produced by Caterpillar of RM500 type worth $1.5 million. The equipment can recycle rehabilitated road materials. “So far when

34


Road maintenance becomes easier and

more effective due to utilization of Road

Stabilizer .

road damage occurs, to rehabilitate it the material is excavated and dumped. Thanks to the equipment the material taken from potholes will be recycled and can be reused,” Sonny says. The equipment enables the company to save material The equipment allows the company to save materials for road overlay project up to $150,000 for every rehabilitation project. Not only from the cost side. Work hours, depreciation of equipment value, and fuel consumption can be curbed too. Without road stabilizer there are quite many heavy equipment walk about on the road while maintenance and repair work is underway. “The presence of the equipment on site helps the Civil Road Maintenance team can start road maintenance anytime they like,” Ridwan, Manager Civil Road Maintenance Production Plant & GCT PT Vale, says.

Turn Blow Bar Upside Down, Benefitting from Track Dozer The Construction Services (CS) Team also offered another idea, which aims to minimize replacement of components for material crusher, which are blow bar and liner. It can be done by turning the blow bar upside down so that the other side, which is still in good condition and therefore usable. “We used to dispose of the blow bar and replace it with a new one if one of it sides was worn out after using it to grind stones and materials. Now with minor modification, we only need to turn over the blow bar so that we can utilize the other side,” Robertus Bellarminus Sonny Swasono says.

Dozer in Mines Area.

COVER S TO RY

How much does it save cost? Each unit of crusher has eight blow bars, each of them costing $600. A blow bar must be replaced after operating and producing 3,000 tons of material. “Thanks to the new initiative, the purchase of blow bar components remain the same at $4,800 per one crusher but production volume can double at 6,000 tons,” Sonny says. The same happens to the liner. If previously the CS Team bought new components for replacement, now they utilize track dozer and with minor modification they can substitute the new components. Efficiency resulted from the initiative reaches $2,000, assuming that a crusher has four units of liner which each costs $500.

Plant Operation of PT Vale. As we may know down time can impede the operation of the factory which in turn result in losses.

Reuse of Used Pallets for Delivery of Hazardous Waste

Bring Down Overtime at Hydro Power Plant Efforts to curb overtime at hydro power plant is one of the priorities of the Department of Utilities in their bid to slash unnecessary operational expenditure. The initiative has at the same time given a boost to the performance of the power plant and enhanced efficiency and effectiveness. The initiative was part of 15 new cost-saving ideas proposed by the department. At least two of the initiatives have been adopted since early September, while the remaining are expected to commence in stage in the last quarter of 2015. Some of the new initiatives concern a new working system and anticipatory measures to prevent unplanned down time when furnace is shut down. “The key is both equipment maintenance operators and personnel have to work hand in hand in conducting on condition monitoring of the system and equipment. If they discover abnormality operation analyst should immediately call the maintenance unit to make early repair and the operator switch one of the generator turbines to the standby mode,” says Yusri Yunus, Supervisor Hydro

Warehouse crews make pallets from used material.

Pallets from the purchase of new barrels to store hazardous waste were the object of the Warehouse Support Team’s initiative. The company used to buy too many pallets but their use was short lived. As soon as the barrels reached the warehouse, the pallets were dumped, despite the fact that the company also needs them when sending barrels containing hazardous waste to be sent to its processing plant in Bogor. “Within a year the Warehouse, which is responsible for transportation of hazardous and non-harmful waste, purchased 8-9 containers of pallet 5-6 times. Each container consists of 20 pallets which cost Rp180.000.000 (?) each. We can imagine how much we can save if the pallets can be reused,” Pata’ Padang, team leader of Investment Recovery and Waste Handling at PT Vale. Learning from the practice, since the end of last June Warehouse Support has reutilized the pallets after slightly modifying them. “Not only does it save the company spending. The idea also falls in line with the concept of reusing something which is regarded as waste. It now becomes a plus in the PROPER assessment by the government,” says Pata’.

Activity at Karrebe Hydro Power Plant control room.


35

CO V ER STO RY

As a result, the Warehouse Team, which comprises two workers, can produce an average of 20 pallets per two weeks. Initially the pallets were produced every weekend, either Saturday or Sunday. But to anticipate extra cost, which is overtime, the schedule has been shifted to in between work hours of the team members. “At first we worked in the weekend, but now in normal work days. Each member spares 3-4 hours to produce pallet,” Pata’ says. The initiative has also generated a mutual symbiosis with the Department of Process Plant. It is because the department keeps abundant stock of pallet from the company’s purchase of materials. “We receive pallets from them and they several times have ordered back pallets from us for the purpose of material delivery and storage,” says Pata’.

Boosting Use of Project Material Remainders The use of project material remainders is not a new cost-saving initiative. The idea came out after Karebbe hydro power plant was completed at the end of 2011, and started to run in 2012. Implementation of the idea has significantly contributed to the company’s coffer. “Based on our records, the idea has managed to save corporate money by an average of $2.5 million in 2013. “The figure is average cost saving in a year,” Supervisor Warehouse Support of PT Vale, Andi Firmansyah Arsyad, says. The initiative is aimed at reducing inventory if material remainder to produce new goods, reducing the company’s burden to buy new materials which actually are already in

place in the warehouse and encouraging users to buy materials carefully so as to avoid wastage. “The target of this initiative is eliminating or extremely curbing excess materials in the company. Any purchase of materials must follow a plan and is utilized accordingly so as to keep the company fund from unnecessary waste,” says Firmansyah. Although already in its third year running, the idea has faced various challenges. “The toughest challenge is how to appeal to users to use materials. Although it has just entered its third year of operation implementation of the ideas is still problematic. “Indeed the existing system forces users to take extra efforts to check the stock and condition of the project material left-overs which they could reuse,” he says. The challenge turns out to encourage the Warehouse Team to work harder. A number of steps to create interest among users in using unused project materials have been taken. Among them was arranging the used materials in new, tidy shelves and storage. This keep the quality and condition of the used materials well so that they can be reused. The Warehouse Support Team also worked with the Department of Engineering and Construction, as the main user as well as owner of the largest part of the material remainders, to take inventory of the materials. Lastly the team invested a system that can help prospective users to check the list of material remainders which are available. “According to our plan, the system will be on trial in October 2015. Under the system, not just users but also all Vale employees can take a look at the catalogue and the condition of material remainders that we keep in the warehouse accurately and quickly before use,” Firmansyah says.

Reducing Water Level in Nickel Ore at SSP Excess material at Warehouse.

36


High level of water in nickel ore during processing at the screening station will force the plant to work harder and increase quite significant amount of additional cost. “Based on our estimate, every 1 percent of water level increase will increase operational cost by hundreds of millions of rupiah every week,” Abdul Rauf, Manager of Ore Quality System and Support at PT Vale, says.

COVER S TO RY

This challenge was the concern of the Department of Mines & Exploration, especially Ore Quality System & Support, which generated a joint solution called “Project to Reduce Water Level at SSP”. The initiative was implemented in various steps. First, installing flow meter and automatic metering at Station 8 so that nickel spraying could be arranged in an ideal volume of water according to the standard. Second, because the spraying was conducted manually, operators did not have a standard, therefore training for operators of the screening station was necessary to standardize the spraying process and familiarize the campaign. “Besides, we distribute posters that call for water saving, cost saving and recommended techniques and standard of nickel

Activities in Screening Station.

ore spraying,” explains Abdul Rauf. So far the program is underway and waiting for development and monitoring process to complete, therefore no success ratio of the program can be unveiled yet.

good quality and second, we negotiated tender/contract with goods suppliers,” Manager of Stock Purchasing at PT Vale, Achmadi Sumadi Rais, says. According to Achmadi, the two efforts had already been the focus of the department for quite some time. “In our department, there are about 200,000 items which are registered in our database. If we do not arrange them well the procurement of goods will be inefficient,” he says. The focus was translated in the increase in the number of goods procurement contract using Vendor Held Stock (VHS) system in order to lower the value of inventory, and the number of goods procurement tender using Fixed Price Agreement (FPA) system to speed up goods procurement process. Through the VHS mechanism the company’s assets in the form of ordered goods are not necessarily stored in its warehouse, but in the vendor’s warehouse. “But when a user wants certain goods, it is available and only needs to be delivered to the user,” says Achmadi. Then, where is the efficiency? Thanks to the method the Stock Purchasing Team does not need to waste time dealing with administrative works, like ordering and filing the stock of goods, and procurement tender. “They can now focus on three jobs: increasing savings through negotiation, proposing alternative goods and increasing contracts either using FPA or VHS,” says Achmadi.

Adding More Items of Contract and Negotiation The availability of materials and products to support the company’s operations starts from the Department of Procurement and Contract Admin. The department has a strategy to support the efficiency measures. “We took two efforts. First, we looked for alternative goods that was more economical but in

Activity of material purchasing through

SAP System.


37

L A P OR A N UTA MA

Opini tentang Efisiensi Biaya

“Satu-satunya jalan yang perlu dilakukan untuk menghadapi harga nikel yang fluktuatif dan cenderung turun ini adalah memang melakukan penghematan biaya operasional. Kami sangat menghargai tiap departemen dan karyawan yang melakukan inisiatif untuk penghematan biaya tersebut. Karena ide-ide yang datang dari bawah ini yang justru berkesinambungan dan melahirkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan. Saya yakin bila kita berjalan bersama dan kontinyu, kita dapat menghadapi tantangan ini.”

CEO & Presdir PT Vale Nico K anter.

“Dalam menghadapi situasi sulit, setiap individu PT Vale harus senantiasa bersikap optimistis. Kalaupun ada kebijakan penghematan komponen non karyawan adalah yang diprioritaskan.”

Wakil Presdir PT Vale Bernardus Irmanto.

38


L AP O R AN UTAMA

“Menjalankan operasionalisasi yang efisien merupakan tantangan bersama dan seharusya dilakukan secara berkesinambungan. Jangan terlena bila kondisi membaik. Dalam menghadapinya, juga memerlukan transparansi manajemen kepada karyawannya. Perusahaan mungkin sudah melakukannya namun belum sepenuhnya menyentuh level terbawah. Sampai ada anekdot ‘Jika perusahaan untung diam-diam saja, tapi kalau ribut sampai ke level bawah’. Hal ini agar ketika manajemen mengambil keputusan atau kebijakan mendengar dan mendapat masukan dari karyawan dan melibatkan serikat pekerja.”

“Dalam kondisi saat ini semua karyawan prihatin dan berdoa semoga krisis yang kita hadapi cepat berlalu. Kami berharap jangan hanya digagas cost efficiency tapi wujudkan tanpa mengorbankan sisi kemanusiaan.”

Ketua SBSI PT Vale Wasinton S aragih

Ketua SP-KEP PT Vale Hasbi Bidol.

“Kondisi global seperti ini sebenarnya sudah pernah dihadapi dan hal itu dapat diterima perusahaan dan karyawan sebagai tantangan agar dapat survive. Kami yakin komunikasi yang transparan, situasi ini dapat meningkatkan kebersamaan kita dalam hadapinya. Atensi karyawan dalam merespon inisiatif perusahaan adalah indikator keberhasilan kita membangun rasa memiliki terhadap perusahaan. Kami juga berharap tidak ada program efisiensi yang mengarah pada individu-individu yang berdampak personal. Inisiatif perusahaan harus ditawarkan terbuka kepada seluruh karyawan dan diajukan sukarela oleh karyawan bukan sebaliknya.”

Ketua SPSI PT Vale Mustamal M ahagu.

“Efisiensi dan efektivitas kinerja keuangan dan manajemen perusahaan memang harus dilakukan untuk perusahaan global sekelas PT Vale. Namun efisiensi bukan hanya berbentuk pengetatan anggaran di setiap departemen namun juga diikuti pengawasan dan pemantauan terhadap penggunaan anggaran. Sehingga efektif dan berdaya guna sesuai standar perusahaan. Bahkan program tersebut juga bukan cuma ketika harga nikel turun. Namun harus dilakukan berkelanjutan dan berkeadilan. Perusahaan harus berani melakukan pengetatan yang dapat berdampak langsung terhadap keberlangsungan perusahaan dengan tetap mempertimbangkan kesejahteraan karyawan dan kesepakatan antara manajemen dan karyawan yang dalam hal ini serikat pekerja/serikat buruh. Tentu kita perlu membangun budaya kepercayaan, transparansi, akuntabilitas dan komunikasi untuk meningkatkan rasa memiliki dan kebersamaan antar karyawan terhadap perusahaan untuk menghadapi kondisi ini.”

Ketua SPBI PT Vale Rustan Abbas.


39

CO V ER STO RY

What They Say about Cost Efficiency

“The only way we can do in facing the fluctuating but tends to decline price of nickel is cutting operational costs. We really appreciate the initiatives of each department and employee to save the costs. Because the ideas came from the bottom they are sustainable and promote the sense of belonging among company employees. I believe if we walk together and continuously we can go through this challenge.”

“In dealing with this difficult time each individual in PT Vale has to remain optimistic. If efficiency policy is to be taken, nonemployee components will be prioritized.”

Nico K anter, CEO & President D irec tor of PT Vale

Bernardus Irmanto, Vice President D irec tor of PT Vale

“Implementing efficient operation is a common challenge and must be conducted in a sustainable manner. Never be complacent when the crisis eases. In facing the challenge a transparent management is needed. The company has adopted it but not yet reached the lowest level. There is an anecdote which says “The management is silent when the company gains, but when embroiled in a dispute the noise reaches the lowest level”. When making a decision or policy the management has to listen and seek input from the employees and involve the labor union.”

Hasbi Bidol, Chairman of Chemic al, Energy and M ininf Labor Union (SP-KEP) P T Vale

40


COVER S TO RY

“In such a crisis all employees are concerned and pray for it to immediately pass. We hope the focus is not only cost efficiency, but how it can be realized without sacrificing the human.”

Wasinton S aragih, Chairman of Indonesian Prosperous Labor Union (SBSI) PT Vale

“We once faced such a global crisis in the past and it was accepted by both the company and employees as a challenge to survive. We believe with transparent communication this crisis will enhance our solidarity in dealing with it. We also expect there will be efficiency measures that aim at individuals. The company’s initiatives must be offered openly to all employees and proposed by employees voluntarily, not the other way around.”

“Efficiency and effectiveness of financial performance and company management must be conducted by a global company like PT Vale. But they should not only take form in cost cutting in every department. The program should be followed up with supervision and monitoring of the budget use. The program should not even be in place only when the nickel price is down, but be made consistent and sustainable. The management must dare to take austerity measures which directly affect the company’s survival by taking into account employees’ welfare and labor agreement between the management and employees, in this case labor unions. Of course we need to build the culture of trust, transparency, accountability and good communication in order to enhance the sense of belonging and solidarity in facing this crisis.”

Mustamal M ahagu, Chairman of All-Indonesia Labor Union (SPSI) PT Vale

Rustan Abbas, Chairman of Indonesian Labor Movement Union (SPBI) PT Vale


41

KIN E R J A

Ujicoba Lamella Gravity Settler

Kinerja LGS Efektif LGS mampu melakukan treatment effluent dengan volume lebih besar empat kali lipat ukuran pond-nya (kolam pengendapan) sekaligus menurunkan kadar kromium secara signifikan.

42


Setelah mulai dikerjakan pada April 2014, akhirnya Lamella Gravity Settler, instalasi baru pengolahan limbah PT Vale menjalani ujicoba pada Juni 2015 silam. Pada kegiatan tersebut, PT Vale bekerjasama dengan Tim Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) untuk melihat fungsi dan sistem instalasi yang telah dibangun. Hasil dari ujicoba dilakukan tepatnya pada pada tanggal 15, 17 dan 18 Juni 2015 silam ini menunjukkan kinerja LGS berstatus efektif. Peningkatan aliran limpasan dari 49% (ujicoba hari pertama) menjadi 61% (hari ketiga/terakhir). Sedangkan tingkat efektivitas penurunan Kromium 6+ (Cr) mampu ditekan hingga 98-99% sepanjang ujicoba. Tidak hanya itu, komparasi dari dua tipe yang berbeda juga menunjukkan efektivitas LGS dalam melakukan treatment effluent lebih baik saat ujicoba. Baffed Pond dengan luasan pond 2.700 meter persegi hanya meraih efektivitas pengendapan air limbah sebanyak 2.700 meter kubik per jam. Sedangkan LGS dengan pond hanya seluas 1.380 meter persegi mampu melakukan treatment effluent bervolume 7.860 meter kubik per jam.

KINER J A

Fasilitas LGS ketika tahap pembangunan, September 2015 (kiri). LGS selesai dan beberapa hari menjelang ujicoba fasilitas, November 2015.

Artinya, kinerja LGS memang seperti hasil studi sebelumnya, yakni mampu menurunkan konsentrasi TSS (total suspended solid) lebih baik dibanding Baffled Pond biasa. Karena luas area efektif pengendapan pada LGS jauh lebih luas dibandingkan dengan kolam pengendapan biasa, maka LGS juga memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama terhadap adanya peningkatan TSS dibandingkan dengan kolam biasa. Pasca ujicoba ini, instalasi yang berada di daerah Rante, Sorowako atau disebut Area LC3 ini, akan dilakukan pemantauan penuh selama dua bulan (Oktober-November 2015) oleh PT Vale bersama Tim BPPT. “Full monitoring akan dilakukan terhadap seluruh kompartemen sekaligus melihat optimasi sistem. Kegiatan itu juga untuk memberikan masukan terhadap sisi operasional agar sistem dapat bekerja efektif dan efisien,” ujar Project Manager LGS, Topan Prasetyo.

Sinergi dengan Regulasi Proyek ini sejalan dengan regulasi pemerintah, khususnya Permen LH No. 9 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. “Terdapat 11 parameter kualitas air yang harus dipenuhi baku mutunya sebelum air limbah tersebut dapat dibuang ke badan air," tambah Topan.

Saat ini PT Vale telah menerapkan beberapa teknik dalam pengelolaan air limbahnya yaitu dengan penambahan ferro sulfat untuk mereduksi Cr dan membangun sedimen pond untuk menurunkan TSS. Namun demikian PT. Vale Indonesia masih sering menghadapi beberapa masalah terutama untuk parameter TSS dan Cr total. Selama tahun 2011, terjadi beberapa kali loncatan (spike) nilai TSS dan Cr total yang diakibatkan oleh adanya curah hujan yang tinggi. Dalam tahun 2013-2014 PT Vale telah melakukan pembangunan beberapa pond tambahan dan perluasan beberapa kolam pengendapan untuk menghindari terjadinya spike ini melalui project ‘Mine Effluent Improvement’. Pengelolaan limbah Cr dan TSS saat ini dengan sistem konvensional yaitu kolam pengendapan biasa sudah memadai untuk memenuhi baku mutu, namun pembangunan LGS ini adalah inisiatif PTVale sebagai kepedulian terhadap lingkungan dan upaya untuk lebih di atas baku yang telah ditetapkan pemerintah. Proyek ini merupakan bagian dari “Enam Proyek Strategis” tahun 2014 yang dicanangkan PT Vale dan disetujui Vale Global. []


43

PER FO R M A NCE

Commisioning of Lamella Gravity Settler

LGS Performance is Effective LGS is capable of carrying out treatment effluent with a volume four times larger than sedimentation pond. It also significantly lowers the chrome level.

For the first time since its inception in April 2014, Lamella Gravity Settler (LGS), a new waste treatment facility belonging to PT Vale, underwent a trial in June 2015. During the trial, PT Vale cooperated with the Technology Research and Implementation Board (BPPT) in reviewing the existing functions and installation system which is already constructed. The trial, which took place on June 15, 17 and 18, 2015, showed the performance of LGS was effective. Its runoff increased from 49% on the first day of trial to 61% on the third day, while the effectiveness rate of Chromium 6+ (Cr) decline could be curbed by 98-99% during the trial.

Not just that. Comparison of two different types also displayed the effectiveness of LGS in conducting treatment effluent improved. Baffled pond measuring 2,700 square meters only demonstrated liquid waste sedimentation rate of 2,700 cubic meters per hour. LGS with pond measuring 1,380 square meters managed to carry out treatment effluent at a rate of 7,860 cubic meters per hour. That means the LGS performance now is better than the previous study, in this case reducing total suspended solid (TSS) concentration higher than in ordinary baffled pond. Because

44


P ER FOR MA NCE

the effective area of LGS is far wider than ordinary sedimentation pond, LGS can withstand the increase in TSS rate longer than ordinary ponds. Following the trial, the installation at Rante, Sorowako, or Area LC3, will undergo full monitoring in October-November 2015 from PT Vale and BPPT team. “Full monitoring will be performed on the whole compartments, in order to look at its system optimization. The activity will also seek input to operational sides so that the system can work effectively and efficiently,” LGS Project Manager, Topan Prasetyo, says.

Conforming the Regulation The project goes in line with the government regulation, especially Environment Minister Regulation No. 9/2006 on Liquid Waste Quality Standard for Nickel Ore Mining Activities and/or Mining. “There are 11 parameters of water quality that must be fulfilled before liquid waste can be dumped into the water body,” says Topan.

Currently PT Vale has adopted several liquid water treatment methods, which include adding ferro sulfate to reduce Cr and building sedimentation pond to lower TSS. Nevertheless PT Vale Indonesia often faces impediments, particularly when it comes to parameter of TSS and Cr total rate. Throughout 2011, a number of spikes in TSS and Cr total scores occurred because of high rainfalls. In 2013-2014 PT Vale built more ponds and expanded several sedimentation ponds to avoid the spike through “Mine Effluent Improvement” project. Treatment of Cr dan TSS waste using conventional system, which uses ordinary sedimentation pond, in fact is adequate to meet the quality standard. The construction of LGS was the initiative of PT Vale in a show of its care about the environment and efforts to go above the quality standard stipulated by the government. The project was part of “Six Strategic Projects” launched by PT Vale and approved by Vale Global in 2014.

LGS’s construction on September 2015 (above). LGS facility has finished and a few days before commissioning, November 2015 (right).


45

INTE R A K S I

Redaksi majalah Integrit

y SMP YPS Singkole

Perak untuk Tim Integrity SMP Singkole Bersaing dengan 39 jurnalis pelajar tingkat nasional lainnya.

Journalism

46


IN TER AK SI

Majalah Integrity karya para jurnalis muda SMP Singkole.

Tim Integrity ketika melakukan reportase di Kampung Batik Laweyan, Solo.

Integrity merupakan ekstrakurikuler bidang jurnalistik di SMP Singkole. Dalam kegiatan inilah siswa SMP Singkole melakukan kegiatan layaknya seorang jurnalis. Melakukan reportase dan membuat berita untuk majalah sekolah, menggelar pelatihan menulis dan memotret, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan jurnalistik. Pada awal Oktober 2015 silam, Tim Integrity yang diwakili Andi Muthiara Purnama Ningsih (pemimpin redaksi), Chindy Euaggelionita (reporter), dan Natazha Jennyfer Podandi (artistik/lay out) dan didampingi pembinanya, Fadli Herman, mengikuti Lomba Karya Jurnalistik Siswa (LKJS) Tingkat Nasional di Solo. Acara ini merupakan agenda rutin yang digelar Direktorat Pembinaan SMP Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebanyak 39 tim dari 28 provinsi se-Indonesia berpartisipasi di ajang ini. Selamat empat hari, dewan juri yang terdiri atas pakar dan praktisi jurnalistik nasional menguji kemampuan jurnalistik dan media yang diwakili para peserta lomba. Pada penilaian tersebut Tim Integrity memaparkan beragam keahlian jurnalistik yang mereka miliki, termasuk proses produksi media di meja redaksi. Mulai dari pemilihan narasumber, teknik wawancara, pemilihan sudut pandang, teknik penulisan, tata letak, pemilihan foto, dan tujuan pemberitaan.

Jurnalis muda Integrity mewawancarai teman sekolahnya untuk sebuah laporan.

Bagian lain penilaian adalah peserta ditantang membuat buletin hasil reportase di Kampung Batik Laweyan dan Monumen Pers yang berada di tengah kota Solo. Hasil reportase itu kemudian diolah ke dalam bentuk buletin melalui proses karantina selama empat jam. Hasilnya, Tim Integrity meraih juara dua (medali perak) dan memperoleh uang pembinaan senilai Rp12 juta di ajang ini. “Hal ini merupakan prestasi bersama dan imbalan dari upaya dan kegigihan tim untuk mengharumkan nama Yayasan Pendidikan Sorowako di tingkat nasional,” kata Fadli Herman. Pada LKJS ini, SMP Singkole menjadi wakil tunggal Sulawesi Selatan. Tahun sebelumnya, Sulawesi Selatan diwakili SMPN 10 Parepare dan SMPN 34 Makassar yang hanya sampai ke final. “Atas prestasi yang luar biasa ini kami ucapkan terima kasih kepada Dirsekum, Ketua YPS, dan semua pihak yang sudah memberikan dukungan kepada tim Integrity SMP YPS. Semoga Sekum YPS selalu mengukir prestasi di masa yang akan datang,” kata Kepala SMP YPS Singkole, Mintje L. Manenggek.


47

INTER ACTI O N

Silver for Integrity Team of Singkole Junior High School Competing with 39 student journalists from other parts of the nation. Integrity Team is part of journalism extracurricular program in Junior High School (SMP) Singkole. During the program the team members participate in activities like what journalists do. They cover events and write news reports for their school magazine, organize writing skill improvement and photography training and conduct other activities related to journalism.

Integrity Team with their mentor, Fadli Herman at National Student Journalism Contest, Solo, early October 2015.

48


In early October 2015, the Team of Integrity, represented by Andi Muthiara Purnama Ningsih (editor-in-chief ), Chindy Euaggelionita (reporter), and Natazha Jennyfer Podandi (artistic/ lay out) and accompanied by their mentor, Fadli Herman, took part in the National Student Journalism Contest (LKJS) in Solo. This is a routine agenda of the Directorate of Junior High School Development at the Directorate General of Elementary Education of the Ministry of Education and Culture. A total of 39 teams from 28 provinces across Indonesia turned up for the competition.

I N TER ACT IO N

For four days, the panel of jury, comprising national-level experts and practitioners in journalism assessed the competence of the teams and their media. During the assessment the Integrity Team demonstrated their various journalism skills, including the media production process in the news room. This included choice of news sources, interview technique, choice of angle, writing technique, lay out, selection of pictures and aims of news reporting. In another part of assessment the participants were challenged to create a bulletin from the results of their coverage in Laweyan batik village and the Press Monument in the heart of Solo city. The results of the coverage were processed into a bulletin through a quarantine which lasted four hours. The Integrity Team emerged as the second winner for a silver medal and development fund worth IDR12 million.

Young journalists interviewing their source in YPS Singkole.

“This achievement is the result of collective efforts and the team’s determination to give pride to Sorowako Education Foundation (YPS) in the national level,” said Fadli Herman. In this year’s LKJS SMP Singkole was named the sole representative of South Sulawesi. In the previous yeat the province’s colors were donned by State Junior High School (SMPN) 10 Parepare and SMPN 34 Makassar, which reached the final. “For this extraordinary achievement, we thank the director of general school, chairman of YPS, and all parties who have supported the Integrity Team of SMP YPS. May the general school under YPS continue to carve out achievements in the future,” the headmaster of SMP YPS Singkole, Mintje L. Manenggek, said.


49

INTE R A K S I

Pusaka Luwu Dipamerkan di Bentara Budaya PT Vale dukung tim Bentara Budaya ketika kurasi dan mendokumentasikan keris Pompessi Luwu. Kebesaran nama pusaka Luwu membuat tim Bentara Budaya menelusuri jejak besi Luwu dan Matano pada awal Juli 2015 silam. Ekspedisi yang bertujuan mendokumentasikan dan mengurasi pusakapusaka khas Luwu dan Matano selama empat hari itu juga didukung PT Vale. Hasil ekspedisi kemudian dipamerkan dan diseminarkan di ajang “Keris dan Senjata Pusaka Bahari” di Bentara Budaya Jakarta, pada 11 Agustus 2015. Pada pameran pusaka yang mengusung kebaharian keris dari tiga wilayah; Sulawesi Selatan, Sumatera dan Cirebon, Pompessi Luwu membawa 30 pusaka dan keris koleksi para anggotanya untuk dipamerkan. “Pusaka yang kami bawa untuk dipamerkan berupa keris, badik, ponai, mata tombak, pisau dan kampak kuno. Termasuk beberapa lemme atau benda pusaka yang didapat dari bawah air Danau Matano dan gua-gua air di sekitarnya,” ujar Ketua Pompessi Luwu Indra Wijaya. Acara dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Pada sambutannya Menteri Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa kegiatan tersebut wujud apresiasi dan pelestarian budaya dan tradisi bangsa. ”Kegiatan ini merupakan wujud upaya menghargai asal-usul bangsa. Bangsa yang dihargai dan dianggap besar adalah bangsa yang bisa menghargai asal-usulnya,” ungkap menteri.

50


Menteri Kelautan dan Perikanan juga menegaskan kebaharian menjadi semangat baru, karena pembangunan selama ini perpaku budaya pertanian. Susi menyatakan dalam pidatonya, visi pemerintah sekarang adalah menjadikan laut sebagai masa depan bangsa. Kebaharian harus dibangkitkan. Maka pameran yang diadakan Bentara Budaya Jakarta ini termasuk upaya menghargai asal-usul bangsa Indonesia sebagai bangsa bahari. “Kementerian juga memutuskan menghentikan kegiatan komersialisasi harta karun. Kepada Kementerian Luar Negeri, saya juga meminta agar menyurati setiap negara untuk mengembalikan pusaka-pusaka ke negara asalnya,” kata Susi Pudjiastuti. Sedangkan di kegiatan seminar, mengundang Ketua Umum The Bugis Makassar Polobessi Club Ahmad Ubbe dan pembuat keris (panre) Amri SB. Termasuk Datu Luwu Andi Maradang Mackulau Opu To Bau dan perwakilan manajemen PT Vale.

IN TER AK SI

Suasana pameran dan bursa keris nusantara di

Bentara Budaya Jakarta, akhir Agustus 2015.

Direktur Eksekutif Bentara Budaya Hariadi Saptono mengatakan ketika bersama tim Bentara Budaya melakukan kajian dan mendatangi Luwu Timur, mereka berkesimpulan bahwa Luwu merupakan wilayah yang memiliki budaya besar. “Saat menginjakkan kaki di Sorowako dan berdiskusi dengan beberapa pemuda yang peduli terhadap pusaka dan budaya Luwu, kami berkeseimpulan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan budaya dan tradisi yang besar,” tegas dia. Hal itu dibenarkan Ahmad Ubbe yang menegaskan bahwa ketersediaan bijih besi di Sulawesi bagian tengah, Luwu, Banggai dan Tobungku menjadi faktor berkembangnya pengetahuan dan teknologi peleburan bijih besi di Sulawesi Selatan. Tana Luwu, misalnya sudah dikenal sebagai pusat peleburan besi dan pembuatan pusaka sejak zaman Majapahit. Bahkan Teluk Bone dan perairan Luwu menjadi jalur pelayaran lintas negara dan eksploitasi bahan logam. Besi juga telah menjadi komoditas saat itu. Besi Luwu juga memiliki komposisi unik. Mengandung nikel, besi Luwu merupakan bahan pamor yang memberi nilai lebih pada senjata Majapahit yang terkenal elok buatannya, terutama keris dan pedang, sehingga, seperti disebut Tome Pires (1515), diekspor hingga ke India. ”Majapahit butuh banyak persenjataan kuat, ringan, dan mudah ditempa. Karakter besi Luwu yang kaya nikel mampu memenuhi kriteria itu,” kata Iwan Sumantri, arkeolog Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tantangan pusaka Namun di sisi lain, eksistensi dan tradisi pusaka di Tana Luwu kian tergerus waktu. Aktivitas pembuatan keris dan pusaka,

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

ketika menghadiri pameran.

tidak mudah ditemui. Hal itu diungkapkan Datu Luwu Andi Maradang Mackulau Opu To Bau pada acara tersebut. “Meski kerajaannya bertahan sejak abad ke-7 hingga sekarang, namun semua pusaka yang pernah dimiliki sudah hilang dan berada di Belanda. Padahal pusaka tidak hanya untuk perang, tetapi juga simbol berketuhanan dan manusia yang berbudaya,” ungkap dia. Melalui kegiatan ini, Bentara Budaya menegaskan bahwa kehadiran kelompok pecinta dan pelestari pusaka seperti Pompessi Luwu sangat strategis sebagai salah satu kekuatan yang membuat besi Luwu kembali dikenal di dunia luar. “Akan lebih baik bila pemerintah daerah dan pihak-pihak lainnya mendukung aktivitas Pompessi Luwu untuk melestarikan salah satu budaya dan peradaban Luwu yang telah terkenal itu,” tambah Hariadi. Di sisi lain, kehadiran Pompessi Luwu didorong keinginan para anak muda di Tana Luwu untuk melestarikan peninggalan pusaka dan budaya pandai besi. ”Saya mulai menyelam Danau Matano sejak 2013, dan sejak itu telah melihat banyak mata tombak, parang, badik, dan berbagai perkakas besi di dasar danau. Awalnya kami biarkan saja karena tidak tahu sejarahnya,” kata Rendra Gunawan, anggota klub menyelam yang kemudian tertarik dengan dunia tosan aji (senjata pusaka) dan menjadi anggota Pompessi. Dari interaksinya dengan anggota Pompessi dan informasi dari internet, Rendra akhirnya mengetahui sejarah Luwu Timur yang menjadi pusat penempaan besi di masa lalu. ”Kini, senjata-senjata kuno itu kami angkat dan kumpulkan agar tidak hilang atau dijual para pemburu senjata kuno,” kata dia. []


51

INTER ACTI O N

Luwu Heritage Exhibited in Bentara Budaya Jakarta PT Vale supports Bentara Budaya in exhibition themed “Kris and Maritime Sacred Weapon”. The greatness of Luwu heritage has inspired Bentara Budaya team, a cultural institution under Kompas-Gramedia, to trace back the history of Luwu and Matano iron in July 2015. The expedition, which was aimed at documenting special heritage of Luwu for four days, received backing from PT Vale. The results of the expedition were presented as one of the materials of the exhibition, which was themed “Kris and Maritime Sacred Weapon”, held at Bentara Budaya building in Jakarta, on August 2015. The exhibition featured cultural heritage of kris from three regions, which were South Sulawesi, Sumatra and Cirebon. Pompessi Luwu brought in 30 items and kris collected by its members. “The heritage which we bring for exhibition includes ancient traditional weapons of kris, badik, ponai, spear, knife and axe. Also exhibited are several lemme or heritage items which were retrieved from the bottom of Lake Matano and caves around it,” chairman of Pompessi Luwu Indra Wijaya said. The exhibition was opened by Maritime and Fisheries Affairs Minister Susi Pudjiastuti. In her speech the minister said the event was representation of appreciation and conservation of the national culture and tradition. ”The event is part of efforts to respect the roots of the nation. A nation that wins respect and is known for its greatness is one that can respect its origin,” the minister said.

The minister also affirmed that maritime was a new spirit, because development had so far relied on agricultural culture. Susi said in her speech the current government envisioned ocean as the nation’s future. Maritime affair should stand out. Therefore the exhibition in Bentara Budaya Jakarta was among the efforts to appreciate the origin of Indonesia as a maritime nation. “The ministry has decided to stop commercialization of treasure hunting. I have asked the Ministry of Foreign Affairs to write to a number of countries to return national heritage to where they belong,” Susi Pudjiastuti said. Present in the seminar were chairman of the Bugis Makassar Polobessi Club Ahmad Ubbe and kris maker (panre) Amri SB, Datu Luwu Andi Maradang Mackulau Opu To Bau and representative of PT Vale. Executive director of Bentara Budaya Hariadi Saptono said when the Bentara Budaya team conducted a study and visited East Luwu, they concluded that Luwu was a region with a great culture. “When we set our foot on the land of Sorowako and discussed with a number of youths who cared for Luwu heritage and culture, we came to a conclusion that this region was blessed with a great culture and tradition,” he said.

52


I N TER ACT IO N

1

3

4

2

Ahmad Ubbe concurred. He said rich iron ore supply in the central part of Sulawesi, Luwu, Banggai, and Tobungku was behind the development of iron ore smelting technology and knowledge in South Sulawesi. Tana Luwu has been renowned as a center of iron smelting and production of sacred objects since the era of Majapahit Kingdom. Even Gulf of Bone and Luwu waters were the main routes for international trade and exploitation of metal industry. Iron was then a popular commodity. Tome Pires (1515) said Luwu iron was exported to as far as India at that time. ”Majapahit was in need of strong, light and easy to hammer weaponry system. The character of Luwu iron, which is rich in nickel, suited the criteria,” Hasanuddin University archaeologist Iwan Sumantri said.

Challenge On the other hand, the charm of Luwu land heritage has been eroded, according to community leader Datu Luwu Andi Maradang Mackulau Opu To Bau. “Almost all the sacred objects belonging to Luwu Kingdom are now kept in the Netherlands. To beat Datu Luwu it turned out the Dutch had to take the sacred objects beforehand,” Datu Luwu told the seminar. He added that the sacred weapons were not purported for defense only, but also belief to God. The heritage is a symbol of civilized human beings.

A kind of Luwu kris (1).The Indonesian Kris exhibitions held at Bentara Budaya Jakarta, August 2015 (2). Minister of Maritime Affairs and Fisheries Susi Pudjiastuti when attending the exhibition(3,4).

Through the event Bentara Budaya Jakarta confirmed the presence of Luwu cultural and heritage loving and preserving group like Pompessi Luwu, which is one of forces that will help Luwu iron regain prominence in international forum. “It would be better if the regional government and other parties support the activities of Pompessi Luwu in its bid to preserve one of the most popular Luwu cultures and civilization,” said Hariadi. The emergence of Pompessi Luwu owed its origin from the will of young generation in Luwu Land to conserve iron crafting culture and heritage. ”I started to dive into Lake Matano in 2013, and since then I have seen a lot of spears, swords, badik and other iron-made objects in the bottom of the lake. Initially I just ignored them because I didn’t know the history of the objects,” said Rendra Gunawan, a member of a diving club who is interested in the world of charmed weapons (tosan aji) and then joined Pompessi. From his interaction with other Pompessi members and search of information in the Internet, Rendra finally discovered the history of East Luwu as a centre of iron craft industry in the past. ”Now we have retrieved and gathered the ancient weapons so that they will not be missing or sold to artefact hunters,” he said.


53

ATMOS F E R

PT Vale Dukung Pertanian Organik Luwu Timur Merealisasi BP3K Model Nuha sebagai pusat informasi dan penyuluhan pertanian organik bagi petani di daerah pemberdayaan. Introduksi pertanian ramah lingkungan (organik) di komunitas petani di wilayah pemberdayaan PT Vale, Luwu Timur, Sulawesi Selatan kian berkembang mendapat sambutan hangat dari pemerintah dan masyarakat. Guna meningkatkan penyerapan teknologi dan tenaga penyuluh pertanian di wilayah pemberdayaan tersebut, PT Vale bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Timur mewujudkannya melalui peningkatan fungsi Badan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

54


Kehutanan (BP3K) Kecamatan Nuha sebagai model percontohan pertanian organik yang diresmikan pada awal September 2015 silam. Proyek ini dibangun melalui skema Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) yang juga melibatkan konsultan CSR A+ Indonesia dan kelompok tani berpengalaman di bidang pertanian organik, yakni Joglo Tani, Yogyakarta.

ATM OSFER

Di areal BP3K Nuha seluas 2 hektar, beberapa fasilitas dan sarana penunjang dibangun. Di antaranya green house, gedung pertemuan (baruga), kebun tanaman obat keluarga, kebun buah dan sayuran, kolam ikan, persawahan, dan pembibitan tanaman perkebunan.

nam di BP3K Nuha.

Ragam sayuran organik yang dita

Keberadaan BP3K Nuha ini menjadi model pengembangan teknologi pertanian organik, kata Koordinator BP3K Nuha Burhanuddin, bertujuan sebagai pusat komunikasi, informasi, tempat belajar, dan lokasi ekowisata. “Ke depan juga diusung sebagai kebun bibit masyarakat, lumbung pangan, pusat kesehatan pertanian masyarakat,” tambah Burhanuddin. BP3K Nuha juga akan menjadi model bagi tiga BP3K lainnya di wilayah pemberdayaan PT Vale yakni yang berada di Towuti, Wasuponda, dan Malili. “Dukungan PT Vale terhadap realisasi BP3K Model ini merupakan implementasi dan komitmen dari PTPM perusahaan di sektor pertanian dan ekonomi. Juga menuju pertanian yang produktif, berkelanjutan dan aman bagi lingkungan,” ungkap Manajer Program Pengembangan Sosial Busman Dahlan Shirat. Saat ini BP3K Kecamatan Nuha memiliki 39 kelompok tani binaan dan 18 kelompok binaan di bidang kehutanan. Dengan jumlah personel yang hanya 6 orang, lembaga tersebut merasa kesulitan menjangkau para petani, khususnya yang tinggal di daerah-daerah terpencil. “Jadi selama ini kami melakukan penyuluhan dengan sistem gropyokan. Petani dikumpulkan berdasarkan komoditas yang mereka tanam, lalu kami adakan penyuluhan secara serempak,” kata Burhanuddin. Kelak kegiatan penyuluhan bisa dipusatkan di BP3K Model yang sudah dilengkapi berbagai fasilitas belajar bagi petani. Sebenarnya konsep BP3K Model bukan hal baru. BP3K Model di Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, misalnya, mendapat predikat Unit Kerja Pelayanan Publik (UKPP) Terbaik bidang pertanian di tingkat nasional tahun 2011. Penyuluh lapangan di BP3K Sukamantri bukan hanya meningkatkan kapasitas petani, melainkan melatih angkatan kerja yang belum punya pekerjaan. Para pemuda mendapat penyuluhan pertanian dan punya kesempatan menggarap lahan demplot di sekitar kompleks kantor BP3K Sukamantri. Sebagian besar pemuda yang mendapat pelatihan kini telah menjadi pelaku usaha atau petani sukses. Selain itu, mereka juga punya sederet inovasi yaitu pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, penguatan kelompok wanita tani, konsultasi agribisnis, serta inovasi telekomunikasi komputer. []

BP3K Nuha kini kerap menjadi tempat pelatihan para kelo mpok tani dan penyuluh pertanian di area pemberdayaan PT Vale.


55

ATMO SPH ER E

PT Vale Supports Organic Farming in East Luwu Realizing Nuha Model of P3K Model as a center of organic farming information and guidance for farmers in empowered areas. Introduction of organic farming to farmer community in PT Vale areas of empowerment in East Luwu, South Sulawesi has increasingly received war welcome from both the local government and community. To boost absorption of technology and agricultural advisors in the areas, PT Vale and East Luwu government expanded the responsibilities of the Board for Agriculture, Fishery and Forestry Guidance (BP3K) in Nuha district as a pilot project of organic farming development early in September 2015. The project was built under an Integrated Community Development Program (PTPM) scheme which involved consultant CSR A+ Indonesia and a farmer group experienced in organic farming, Joglo Tani, from Yogyakarta.

56


In the area of BP3K Nuha which covers two hectares, a number of facilities and supporting infrastructure were built. They include a green house, meeting hall (baruga), family herbal medicine garden, fruits and vegetables garden, fish pond, rice field and plant seeding facility. BP3K Nuha serves as a model of development of organic farming technology, coordinator of BP3K Nuha, Burhanuddin, said. The institution will become a centre of communication, information, learning and ecotourism. “In the future it will be developed into a community seed center, food storage, and community agricultural health center,” Burhanuddin added. BP3K Nuha is also projected to become a model for three other BP3K in the empowerment areas of PT Vale, which are Towuti, Wasuponda and Malili.

ATMOS PHERE

Organic vegetables grown in BP3K area, Nuha.

“Support from PT Vale to realization of BP3K Model is implementation and display of commitment to the company’s PTPM in the sectors of economy and agriculture. We also aim at productive, sustainable and environmentally harmless farming,” Social Development Program Manager Busman Dahlan Shirat said. Now BP3K in Nuha district has 39 farmer groups under its guidance and 18 other groups in the fields of forestry. With only six people running the organization, the institution has found difficulties in reaching farmers, particularly those living in remote villages. “So far we provide guidance to the farmers en masse. The farmers were gathered based on the commodity they plant and then we held a guidance meeting simultaneously for them,” Burhanuddin said. In the future the guidance activities will be centred at the Model BP3K if it is already equipped with learning facilities that the farmers will need.

In fact the concept of Model BP3K Model is not new. The Model BP3K in Sukamantri district in the West Java regency of Ciamis, for example, won the title of the country’s best public service delivery unit in the field of agriculture in 2011. Field counsellors who run BP3K in Sukamantri managed not only to improve the capacity of farmers, but also train the jobless. Youths who took part in the agricultural guidance program received an opportunity to cultivate a field around the BP3K Sukamantri office. Most of the youths who participated in the training have now emerged as successful farmers and farm industry players. They also created innovation, such as empowerment of people living near forest, empowerment of women, agribusiness consultation and telecommunication computer innovation.


57

PROF I L

Heri Nur Saleh

Merawat Ban, Menjaga Roda Produksi Tak kenal waktu dan lokasi. Ketika ada panggilan kerusakan ban alat berat, dengan tangkas Tim Tyre Shop segera merespons. Satu unit dump truck 785C PT Vale parkir di Tyreshop, Mobile Equipment Maintenance (MEM), Sorowako, pertengahan Juli lalu. Begitu besarnya alat berat ini hingga hampir membuat area tersebut tampak penuh. “Unit ini baru masuk. Sudah empat bulan beroperasi dan bannya perlu diganti karena agak botak. Mengganti satu ban butuh 3-4 jam,” ujar Heri Nur Saleh, Group Leader Tyre Shop. Dump truck hanya satu dari sederet alat berat PT Vale yang menjadi objek kerja Heri dan rekan-rekannya di Tyre Shop. Setiap hari, sedikitnya dua unit alat berat yang bannya perlu diganti atau minimal dilakukan perawatan. Jenisnya mulai dari haul master, loader, grader, trailer, hingga yang berukuran mini seperti forklift. Namun yang paling banyak adalah haul master, karena medan dan tugas alat berat ini cukup berat. Yang kedua adalah dump truck.

Pekerjaan seorang tyreman tidak melulu di Tyre Shop. Tak jarang mereka turun ke lapangan bila ada panggilan darurat untuk mengganti ban alat berat. Panggilan itu bisa kapan saja, di mana saja, tidak mengenal kondisi. Mereka tak jarang dipanggil dini hari atau di siang terik, atau ketika hujan deras dan berlumpur. “Kalau ada panggilan seperti itu, harus segera ke lokasi. Soalnya, produksi tidak bisa berjalan kalau ban kendaraan operasional ada gangguan,” kata Heri. Tyre Shop merupakan salah satu bagian di MEM yang cukup sibuk. Tugas utamanya adalah memperbaiki, mengganti, dan merawat ban alat-alat berat. Termasuk mengikis dan merawat pelek bila berkarat. Mereka juga bertugas melihat indikasi kerusakan pada setiap ban, dan selanjutnya memutuskan langkah yang perlu diambil, apakah perbaikan atau penggantian. Tiap hari, selalu ada alat berat yang membutuhkan perhatian pada bagian bannya. Perbaikannya bisa mencapai 3-4 jam per unitnya. Namun untuk beberapa kondisi dan unit tertentu, penggantian ban bisa mencapai 6-8 jam. Peran Tim Tyre Shop dalam mata rantai operasi dan produksi PT Vale cukup penting. Ada ratusan alat berat dan truk medium PT Vale yang perlu dipantau kualitas bannya. Mereka dituntut sigap merespons tiap laporan kerusakan ban. “Kami memang cuma main ban. Tapi dampaknya ke produksi,” kata Jammes Herold Dumais, Team Leader Maintenance Tyre Shop yang juga atasan Heri.

58


PROFIL

Heri Nur Saleh ketika sedang mengecek kondisi

ban dumptruck.

Dengan peran dan tanggung jawab yang besar itu, tak heran bila anggaran ban untuk divisi ini cukup fantastis. Rata-rata mencapai Rp2 miliar per minggu. Besar? Sebenarnya nilai itu relatif, karena harga satu ban baru dump truck mencapai Rp1,2 miliar.

Inisiatif Penghematan Meski demikian, MEM-Tyre Shop punya program agar masa pakai ban alat berat dapat lebih lama, namun kualitas tetap terjaga dan mengutamakan aspek keselamatan. Berkolaborasi dengan Mines & Exploration Department, program itu dinamakan Mining and Maintenance Tyring Improvement. Ini sejalan dengan inisiatif penghematan biaya perusahaan. Program itu, yang telah berjalan selama dua tahun terakhir, terdiri atas peningkatan kemampuan berkendara para operator alat berat agar ramah terhadap kondisi ban, perawatan jalan di area tambang dan operasi, dan terkait loading point. “Salah satu poin terpenting untuk menjaga ban tidak cepat bocor atau botak adalah cara berkendara operator alat berat. Mereka harus menjaga kecepatan dan tidak kelebihan muatan,” papar Heri, pria kelahiran Palopo, 5 September 1976. Cara kedua adalah mendeteksi kerusakan ban secara akurat untuk menentukan tindakan selanjutnya, sebab tingkat kerusakan ban berbeda-beda. Ada kondisi yang memang harus diganti karena ban tidak mungkin lagi diperbaiki. Ada juga ban yang dapat diperbaiki dan digunakan kembali. Salah satu tindakannya adalah dengan melakukan tyre recap atau vul-

kanisir. Kendati demikian, perlu dipastikan apakah sejumlah komponen ban, seperti kawat di dalamnya dan ketebalannya masih memungkinkan untuk divulkanisir. Langkah vulkanisir ini dapat menekan biaya. Sebagai perbandingan, harga ban yang divulkanisir dengan harga ban baru adalah 1:3. Sedangkan perbedaan durasi pakainya 2.000 jam banding 4.000 jam. Tentu lebih hemat yang divulkanisir.

Saling Mendukung Heri telah berkarier selama 10 tahun di PT Vale. Dia mengaku senang dan betah bekerja di unitnya. Selain menjadi paham benar soal dunia ban, suasana dengan rekan kerja sudah seperti keluarga. “Kami saling mendukung dan sudah seperti saudara. Jadi pekerjaan terasa ringan,” ujar pria yang membawahi tiga pekerja kontraktor ini. Suami Deasy Irawati Mone dan telah dikarunia tiga orang anak ini itu juga berharap PT Vale ke depan semakin maju. “Harga nikel dunia kian cemerlang sehingga berdampak pada kas perusahaan dan tambahan bagi karyawan,” tambah dia. Heri di mata atasannya, Jammes Herold Dumais, merupakan sosok pekerja yang punya berkomitmen, dapat bekerja baik dalam tim, disiplin dan tangkas. “Dia orang yang peduli dengan apa yang diharapkan,” tegas Jammes yang sedang mendelegasikan Heri sebagai Acting Part Coordinator untuk melakukan penilaian RAC di Tyre Shop.


59

PR O FI L E

Heri Nur Saleh

Maintaining Tyres, Keeping Production Wheel No matter where or when, anytime a call reaches them for heavy equipment tire repair, the Tyre Shop Team will quickly respond. A unit of dump truck 785C PT Vale was seen parked in Tyre Shop, Mobile Equipment Maintenance (MEM), in Sorowako, in mid-July. So big was the heavy equipment that the area was almost wholly filled. “The unit has just come in. It has already operated for four months and its tyres need replacement because they are quite bald. To replace one whole tyre will take 3-4 hours,” Heri Nur Saleh, Group Leader Tire Shop. Dump truck is just among the list of PT Vale heavy equipment that Heri and his colleagues in the Tire Shop have to take care of. Every day at least two units of heavy equipment need tyre replacement or maintenance. The types include haul master, loader, grader, trailer, and mini-sized equipment like forklift. But haul master is the heavy equipment that frequently visits Tyre Shop the most, considering the tough challenge and terrain it has to face. Coming second is dump truck. A tyreman does not necessarily works at Tyre Shop. They often have to go to the field when an emergency call to replace the tyres of heavy equipment rings. The call can come anytime, anywhere and know no compromise. They quite often receive a call early in the morning, on a scorching day or during a heavy rain. “When such emergency call reaches us we have to quickly come for help. It simply because production cannot run if the tyres of operational vehicles catch a problem,” said Heri. Tyre Shop is part of the busy MEM. Its main jobs are repair, replace, and maintain tyres of heavy equipment. Other jobs include scaling and repair rusty rim. They are hired to detect indications of damage on each tyre and subsequently take

60


necessary actions, either repair or replacement. Heavy equipment always needs tyre inspection every day. Repair work may last 3-4 hours per unit, but for certain conditions and units, replacement may take 6-8 hours. The role of Tyre Shop Team plays in the operation production chain of PT Vale is considerably crucial. There are hundreds of heavy equipment and medium-size trucks whose tyres need monitoring. The team are required to immediately respond to each report regarding tyre problems. “We only deal with tyres. But the impact can be seen in production,” Jammes Herold Dumais, Team Leader Maintenance Tyre Shop, who is Heri’s superior. Given their major role and responsibilities no wonder the budget for the division is quite fantastic. On average it spends Rp 2 billion a week. Huge? The figure is relative, because a new dump truck tyre can reach Rp 1.2 billion.

PR O F IL E

Efficiency Initiatives Nevertheless, MEM-Tyre Shop offers a program to lengthen durability of heavy equipment tyres without having to compromise quality and safety. In collaboration with Mines & Exploration Department, the tyre shop initiates a program called Mining and Maintenance Tyring Improvement. It is in line with the company’s cost efficiency initiative. The program, which has been running over the last two years, consists of enhancement of driving skills of heavy equipment operators so as to enable them to be friendly to the tyres, on-location maintenance work in mining and operational areas and works related to loading point. “One of the most important points to keep a tyre from leaking or balding too quickly is driving style of the heavy equipment operators. They have to keep speed stable and avoid overloading,” Heri, who was born in Palopo on Sept. 5, 1976, said.

Heri Nur Saleh checking a dumptruck unit in Tyre Shop, MEM Department in Sorowako.

The second step is detecting ban problems accurately before determining the next action, because the level of tyres damage varies. A tyre may have to be replaced because it is already beyond repair. There is also a tyre that can be repaired and reused by way of tyre recap or vulcanization. However it must be ensured that a number of tyre parts, such as bead wire, remain in a good shape and thick enough for vulcanization. The vulcanization has curbed expenditure. As a comparison a vulcanized tyre only costs one third of a new tyre’s price. In terms of duration, a vulcanized tyre can last 2,000 hours as against a new one’s 4,000 hours. Of course vulcanized tyres are more efficient.

Support Each Other Heri has been working in PT Vale for 10 years. He says he is happy and enjoys working in his unit. Apart from obtaining new knowledge about tyre, he feels the atmosphere of kinship when working with his colleagues. “We support each other and look like siblings. Therefore we feel our workload is light,” says the man who supervises three contractual workers.

Heri, who is married to Deasy Irawati Mone who has given him three children, also hopes for PT Vale’s success in the future. “The world nickel price is increasingly shining so that it can impact on the company’s revenue and its employees’ welfare,” he says. In the eyes of Jammes Herold Dumais, Heri is a committed employee who can work in a team, upholds discipline and is agile. “He is a person who cares about what others expect from him,” says Jammes, who is delegating jobs as Acting Part Coordinator to assess RAC di Tyre Shop to Heri.


61

KO MUN I TA S

Vale Ping Pong Club

Membina Atlet Muda Usia komunitas ini baru tujuh tahun. Namun peminatnya semakin banyak. Mereka rutin menggelar turnamen dan memiliki program pembinaan atlet muda.

Gedung D Gym, Sorowako tampak dipenuhi pemain ping pong. Arena permainannya dibagi dalam empat area sesuai usia dan orientasi bermain; muda, tua hingga anak dengan motivasi yang berbeda. Dari yang cuma ingin berolahraga hingga berlatih serius sebagai atlet muda. Itulah kegiatan rutin Vale Ping Pong Club (VPC) yang tiap Rabu, Sabtu dan Minggu menggelar latihan bersama. VPC berdiri sekitar tujuh tahun lalu. “Awalnya kami latihan di area ATS (Akademi Teknik Sorowako, Red). Baru beberapa tahun belakangan latihan di D Gym,” ungkap Nur Mutmain, Ketua VPC yang juga karyawan dari Procurement Departement. Kehadiran VPC ini berawal dari lumayan banyaknya karyawan PT Vale yang menyukai ping pong. Akhirnya mereka pun berkumpul dan membentuk VPC. Awalnya anggotanya tak lebih dari 20 orang. Kini seiring intensnya jadwal latihan dan keberadaan sarana olahraga ping pong dari perusahaan yang kian komplit, anggota VPC pun berkembang menjadi 40 orang. Mereka berasal dari departemen hampir seluruh departemen di PT Vale. Dalam kegiatan latihannya, VPC juga melebur dengan Persatuan Tenis Meja Sorowako (PTMS). Alhasil, semakin penuh lah D Gym ketika jadwal latihan berlangsung. Bersama PTMS, komunitas ini juga telah menggelar empat kali turnamen terbuka. Di turnamen terakhir pada 2014 silam, tidak hanya atlet di Sulawesi Selatan yang terbang ke Sorowako untuk mengikuti turnamen tersebut. Namun juga beberapa atlet yang datang dari Sulawesi Tengah. Pada Agustus 2015 silam, PVC untuk pertama kalinya menggelar Turnamen Ping Pong Internal PT Vale yang diikuti 16 tim dari seluruh departemen PT Vale.

62


KO M UNITAS

Juara Olimpiade Sepuluh anggota di antaranya adalah anak-anak. Bahkan di kelompok anak-anak ini, VPC memiliki program pembinaan atlet muda ping pong. Program yang telah berjalan sejak September 2014 silam ini juga mendatangkan pelatih khusus dari Makassar yang merupakan mantan atlet Porda. “Agar dapat memantau perkembangan atlet muda, pelatih ping pong PVC ini juga stand by di Sorowako,” ungkap Andri Ardiansyah, Sekretaris VPC yang juga bekerja sebagai Rehabilitation Engineer PT Vale ini. Meski berjalan masih muda, program pembinaan atlet muda ping pong ini telah menuai hasil. Dia adalah Aldy Zaqi yang menyabet Juara 2 di Turnamen Ping Pong di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional, Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan pada Juni 2015 silam.

Aldy merupakan anak karyawan PT Vale (Abdul Hakim, Mines & Exploration Departement) yang juga anggota VPC. “Melihat bakat dan minatnya, ada beberapa anak memang kami latih untuk menjadi atlet. Aldy salah satunya,” tambah Mutmain. Sebelum berangkat ke turnamen tersebut, Aldy memang digembleng latihan yang intens. “Latihan tiap hari selama 2-5 jam tiap latihan,” tambah siswa kelas 6 SD Singkole, Sorowako ini. Sebenarnya, Aldy baru mengenal ping pong sejak dua tahun terakhir. Namun karena dia tertarik dengan permainannya. “Saya suka dengan cara bermainnya yang lincah,” ujar Aldy yang mengidolakan atlet ping pong professional asal China, Zhang Jike ini.


63

CO M M U NI T Y

Vale Ping Pong Club

Training Young Athletes The community is only seven years old, but many enthusiasts have joined it. They routinely hold tournament and arrange a program to groom young athletes.

Building D Gym in Sorowako is seen crowded by table tennis players. The playing field is divided into four areas in accordance with the age groups and orientation of players. Old, young and children have different motivation. They range from those who only want to play a game to those who train seriously to become athletes. Those are some of the routine activities of Vale Ping Pong Club (VPC) which holds public training every Wednesday, Saturday and Sunday. VPC was established seven years ago. “Initially we practiced in the area of ATS (Sorowako Engineering Academy —Ed). Only in the last few years they have moved to D Gym,” Nur Mutmain, head of VPC who works in the Procurement Departement.

VPC was founded to accommodate enthusiasm of PT Vale employees to play table tennis. They finally formed VPC. Initially only 20 people joined VPC, but now the number has doubled given the intensifying activities and development of facilities provided by the company. They come from various departments within PT Vale. In its training program, VPC affiliates itself to Sorowako Table Tennis Association (PTMS). As a result D Gym is more crowded when training program is held. In cooperation with PTMS the community has organized four tournaments. In the latest tournament in 2014 not only athletes from across South Sulawesi flew to Sorowako to take part in the competition, but also a number of athletes from Central Sulawesi. In August 2015, PVC for the first time held an internal table tennis competition, featuring 16 teams from all departments within PT Vale.

64


COM MUNIT Y

VPC activity during training session at D-Gym

Olympic Champion Ten of the PVC members are kids. For this age group VPC set up a young athlete training program. Having run since September 2014, the program is supervised by a special coach who was brought in from Makassar. He is a former athlete who competed in regional sports events (Porda). “To monitor the progress of young athletes our VPC ping pong coach stands by in Sorowako,” says Andri Ardiansyah, Secretary of VPC who also works as rehabilitation engineer at PT Vale. Although the community is relatively young, its young athlete training program has born fruits. They include Aldy Zaqi who finished second in the table tennis competition at the National Student Olympics of Sports in South Sulawesi level in June.

Aldy is a son of Abdul Hakim, employee of PT Vale di Mines & Exploration Department, who is also a VPC member. “Looking at their talent and interest a number of kids will undergo training session to become athletes. Aldy is one of them,” Mutmain says. Before leaving for the tournament Aldy underwent intensive training. “I trained every day for 2-5 hours,” says the sixth year elementary school student in Singkole, Sorowako. In fact Aldy only recognized ping pong two years ago. “I like the way the game is played with agility,” says Aldy who idolizes Chinese professional player Zhang Jike.


65

SE H AT S E L A MAT

Sakit Kepala Sebelah yang Menyiksa Bila Anda mengalami migrain 2-3 kali sebulan, Anda termasuk penderita kategori akut. Sebaiknya periksakan diri ke dokter. Penelitian World Headache Alliance bersama World Health Organization, Juni 2015 silam menyebutkan bahwa migrain merupakan sakit yang tidak bisa disepelekan. Pasalnya efek yang diakibatkannya tidak cuma mengganggu rutinitas dan kebugaran Anda. Namun sekaligus indikasi adanya gangguan di bagian kepala Anda. Orang yang diserang migrain biasanya akan mengalami sakit kepala sebelah, kaku pada leher, sulit konsentrasi, ngilu pada tulang, merasa lelah dan menjadi agresif-emosional. Padahal tidak hanya itu, pada beberapa penderitanya, terjadi gejala-gejala lain yang spesifik. Misalnya demam, muntah, mengalami fotofobia (merasa sakit bila terkena cahaya) dan fonofobia (merasa sakit ketika mendengar suara), mati rasa hingga sulit bicara. Rasio jumlah penderita juga cukup tinggi. Terdapat dua dari tujuh orang dewasa disinyalir “langganan” migrain. Bahkan wanita tiga kali lebih sering diserang migrain daripada pria. Bagi mereka penderita moderat, mengalami dua kali serangan dalam setahun. Sedangkan bagi penderita akut, bisa 2-3 kali serangan sebulan. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa migrain termasuk penyakit warisan. Bisa berasal dari orang tua atau hubungan kerabat lebih tua sedarah yakni kakek atau nenek. Anehnya, masih dari penelitian tersebut, menyebutkan bahwa 70% penderitanya menyadari dan mengenali bila mereka sering menderita migrain. Namun enggan memeriksakan diri ke dokter. Bila diserang, biasanya mereka memilih jalan praktis dengan menegak obat analgesik sakit kepala yang dijual bebas. Obat ini merupakan kombinasi codein atau kafein dengan pereda rasa sakit umum seperti aspirin, parasetamol atau ibuprofen. Padahal karakter obat analgesik bila dikonsumsi lebih dari tiga hari berefek samping membuat frekuensi sakit kepala

66


kian mudah muncul. Yang kemudian disebut “sakit kepala kronis harian” yang dapat berlangsung selama 15 hari dalam sebulan, selama tiga bulan berturut-turut. Secara bertahap dan pasti, migrain yang berubah menjadi sakit kepala kronis harian ini memberi dampak lebih masif terhadap metabolisme tubuh. Misalnya, sistem pencernaan bekerja lebih lambat dan turunnya kemampuan tubuh menyerap obat dan cairan. Sebenarnya, keputusan langsung minum analgesik atau obat sakit kepala ketika migraine menyerang bukanlah tindakan paling tepat. Minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi lebih baik. Apalagi migrain disertai muntah. Setelah itu, beristirahat dan tidur di ruangan yang gelap dan tenang. Akan lebih baik bila ditolong dengan pijatan pada dahi dan leher. Termasuk memberikan kompresan dengan temperatur berbeda berulang-ulang di bagian dahi dan leher dapat mengurangi rasa nyeri.

SE HAT SE L AMAT

Penyakit-penyakit dengan Gejala Sakit Kepala

Pemicu Sakit Kepala

1. Stroke

1. Cuaca

Waspadalah bila Anda sering sakit kepala dan punya riwayat tekanan darah tinggi, diabetes, atau kolestrol tinggi. Hal itu bisa merupakan indikasi Anda potensial mengalami gangguan atau malformasi pembuluh darah otak.

Biasanya disebabkan cuaca super panas atau perubahan cuaca dari panas ke mendadak hujan. Hal ini dapat mengubah kimiawi otak karena terjadinya perubahan tekanan udara, kelembaban dan temperatur lingkungan secara drastis.

2. Tumor atau Kanker Otak

2. Kurang tidur Hal ini membuat otot mata dan tubuh tegang dan tidak lentur yang dapat dengan mudah memicu sakit kepala.

Tumor atau kanker otak bisa ditandai dengan sakit kepala yang berulang dengan tingkat kronis dan intensitas semakin tinggi dari hari ke hari.

3. Infeksi Selaput Otak, HIV/AIDS, Sakit Paru-paru Tiga penyakit yang disebabkan virus juga ini punya gejala berupa sakit kepala. Yang biasanya disertai demam tinggi, batuk, kejang, hingga penurunan kesadaran.

4. Gangguan Metabolisme dan Elektrolit Tubuh Wujud penyakit berupa sesak napas karena oksigen dan air yang diangkut darah sangat minim. Biasanya terjadi pada pendaki gunung pada ketinggian tertentu. Namun juga beberapa kasus terjadi pada ibu hamil yang mengindikasikan tekanan darahnya tidak normal.

Kiat Menghindari Migrain 1. Lindungi kepala Anda dari terik dan sengatan matahari ketika berada di luar. Lindungi juga mata Anda dengan kacamata gelap. 2. Hindari makanan yang mengandung MSG dan perasa sintetik. Biasanya bahan ini banyak terdapat di camilan. 3. Hindari kafein dan soda. Termasuk alkohol, khususnya anggur merah. 4. Makan teratur. 5. Hindari wangi-wangian yang terlalu tajam seperti parfum, cairan pembersih rumah atau semprotan anti serangga.

3. Diet Beberapa bahan makanan yang diyakini berpotensi memicu sakit kepala adalah keju, cokelat, buah yang asam, kacang, makanan asin dan mengandung MSG. Termasuk es krim bagi beberapa orang dengan serangan hanya beberapa menit saja.

4. Posisi dan gerakan tubuh Posisi tubuh Anda membungkuk ketika berdiri, jalan atau duduk, menekuk kaki terlalu lama atau posisi tidur tidak benar dapat memicu sakit kepala karena hal ini mengakibatkan syaraf tidak optimal dan otot tidak berada di jalur semestinya.

5. Minum Kopi, alkohol dan soda memicu sakit kepala. Bahkan bagi beberapa orang, teh juga. Sedangkan dehidrasi adalah penyebab lain munculnya sakit kepala.

6. Stres Dua dari tiga orang mengalami hal ini. Namun serangan sakit kepalanya baru muncul setelah melewati masa stres. Penyebabnya karena hormon pelawan stres mendadak turun sehingga memicu saluran darah membesar dan memunculkan sakit kepala.

7. Terlambat makan Hal ini terjadi karena turunnya kadar gula darah. Namun hal sebaliknya, terlalu banyak makan (yang mengandung gula) juga dapat memicu sakit kepala.

8. Terlalu banyak berolahraga Terlalu memforsir fisik ketika olahraga juga memicu Anda sakit kepala. Pasalnya, olah raga meningkatkan sirkulasi darah di kepala dan leher sehingga pembuluh darah membesar sehingga memicu sakit kepala. Olahraga rutin dan seimbang, 3-5 kali seminggu dapat mengurangi stres dan Anda terhidar dari sakit kepala.

9. Hormon Faktor ini lebih sering terjadi pada kaum wanita, khususnya ketika menstruasi. Turunnya estrogen memicu sakit kepala.


67

HEA LTH A ND SA FE

Beware of Migraine If you complain about migraine 2-3 times a month you are among of acute sufferers. You’d better see doctor. A study jointly conducted by World Headache Alliance and World Health Organization in June 2015 concluded that migraine was a disease that could not be taken lightly. The impacts of ailment can not only disrupt your daily activities and fitness, but also indicate problems in your head. When migraine strikes, one may suffer from an ache on a half of his/her head, strained neck, difficult to concentrate, sore bones, fatigue and aggressively emotional. In some cases other characteristic symptoms arise, such as vomiting, fever, photophobia, phonophobia, numb and difficulty to speak. The ratio of people with migraine is quite high. Two in seven adults are feared to frequently complain about migraine. In women the cases are three times higher than men. For moderate sufferers migraine strikes only twice a year, which for acute sufferers the headache comes 2-3 times a month. The results of the study discovered that migraine is inherited. It is passed on by parents or grandparents.

Strangely the research found that 70% of people with migraine realize and know the disease but are reluctant to see the doctor. If migraine strikes, they simply choose practicality by consuming analgesic which is sold freely. The drug combines codein or cafein with common pain killer like aspirin, paracetamol and ibuprofen. The characters of analgesic if consumed more than three days is prompting side effects in the forms of vulnerability to headache. This is what is called “chronic daily headache” which can happen for 15 days in a month for three consecutive months. Slow but sure, migraine will change into acute headache, which will affect metabolism in a more massive way. Digestive system, for example, will slow and the body’s capability to absorb drug and liquid will drop. In fact the decision to take analgesic or other drug to address migraine is not right. Drinking enough water to avoid dehydration is better, especially if vomiting accompanies migraine. After that you can take a rest in a dark and quiet room. Tender massage on forehead and neck will be relieving. Applying a compress with different temperature repeatedly on neck and forehead will also help.

68


H EALTH AN D S A F E

Diseases with Headache as Symptoms

What Triggers Headache

1. Stroke

1. Weather

Beware is you complain about headache frequently and have a record of hypertension, diabetes and high cholesterol. That may be an early indication of potential malformation of brain blood artery.

2. Tumor or Brain Cancer

Normally extreme heat or contrasting change from heat to rain can trigger a headache. The change affects the brain’s chemical as a result of changing air pressure, humidity and temperature which drastically drop or increase.

Tumor or brain cancer can be marked with repeated chronic headache in an increasing intensity from day by day.

2. Little Sleep This will cause strained eye muscles and body will lose flexibility so that it easily trigger a headache.

3. Brain membrane infection, HIV/AIDS, Lung disease

3. Diet

The three diseases which are caused by virus have symptoms that include headache. It usually is accompanied by high fever, cough, convulsion and unconsciousness.

4. Metabolism and Body Electrical Disruption The disease can take form in strangulation because of the minimum oxygen and water that blood can carry. It normally happens to mount climbers at a certain altitude, pregnant women whose blood pressure is abnormal.

A number of food nutrient which are believed to potentially trigger a headache are cheese, chocolate, sour fruits, beas and salty food and MSG. For some ice cream may spark a headache, albeit only for a few minutes.

4. Body Positions and Movements Bowing, walking, sitting, bending foot for too long or incorrect sleeping positions can ignite a headache because they prevent nerves from working optimally.

5. 5. Drink Coffee, alcohol and sodium can spark headache. Even for some people dehydration is another cause of headache.

6. Stress Tips to Avoid Migraine 1. 2.

3. 4. 5.

Protect your head from sun heat when outside the room. Protect also your eyes with sunglasses. Avoid consuming food that contains MSG and synthetic taste enhancing additives, which normally are found in crackers. Avoid caffeine and sodium, including alcohol and particularly red wine. Orderly meals. Avoid extreme fragrance such as perfume, house cleaning fluid or anti-insect spray.

Two in three people experience stress. But headache will arrive when the stress passes. The reason is hormone that resists stress all of suddenly drops so as to enlarge blood artery and ignite headache.

7. Belated Meals Belated meals cause blood sugar level to fall and spark a headache. On the contrary excessive meals (particularly if they contain too much sugar) will also ignite a headache.

8. Too much exercise Too much exercise will also trigger a headache. The reason is exercise will increase blood circulation around the head and neck. Blood vein will enlarge and spark a headache. Routine exercise 3-5 times a week can reduce stress and avoid headache.

9. Hormone This normally happens only on women, particularly those in the period. Headache occurs because of a decline in estrogen.


69

KUIS

Temukan perbedaan pada kedua gambar. Suvenir menarik Vale menanti 10 pengirim kuis yang beruntung. Pemenang kuis Halo Vale 14 1. Sylpanus Tampudu, C011243 2. Asriady, 6982 3. Musryanto, HRPD. 4. Saldi, 7709 5. Hendrik 6666 6. Andi Subriyadi, 8393 7. Sachrul, 10275 8. Risma 10945 9. Hezron 8408 10. Asep Nurtseha, 7313

70


Scan atau fotokopi jawaban anda dan kirim ke internal. [email protected] atau masukkan ke DP 23B. Pengundian secara acak dilakukan melaui situs random.org. Pemenang akan diumumkan di Halo Vale edisi mendatang. Semoga Anda beruntung...!

Mining Tour Doni Setiadi, Communications

Lebih dekat dengan 785 Fatmawati Mursidin, Corporate Services Dept.


71

Nyaman dan sehat. Luangkan waktu Anda sejenak untuk menata dan membersihkan meja kerja.

Halo Vale. Inovasi yang Memperkuat Perusahaan. Ujicoba Lamella Gravity Settler PT Vale Dukung Pertanian Organik Luwu Timur Vale Ping Pong Club

Recommend Documents