Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
Sambutan Ketua Chairman’s Statement
Assalamu’alaikum wr. wb Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas terbitnya buku “Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan 2010”, semoga buku yang menyajikan informasi tentang industri Perusahaan Pembiayaan selama Tahun 2010 ini dapat bermanfaat bagi stakeholders dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
With the blessings of and thanks to Allah the Almighty, “The Annual Report of Finance Companies 2010” has finally been published. We hope this book which provides information on Finance Companies during 2010 will serve as useful references for stakeholders and Indonesian communities.
Secara umum, buku ini berisi tentang perkembangan kegiatan operasional, kondisi keuangan dan profil singkat Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010. Sebagai salah satu industri jasa keuangan yang memiliki kinerja yang baik sepanjang Tahun 2010, Perusahaan Pembiayaan diharapkan menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia.
In general, this book contains information on the development of the operational activities, financial performance and brief profile of Finance Companies in 2010. As one of the financial institutions showing good performance in 2010, Finance Companies is expected to become one of the important pillars in maintaining the financial stability of Indonesia in the future.
Sementara itu, untuk mendukung kinerja industri agar tetap tumbuh stabil dan sehat, diperlukan pembinaan dan pengawasan yang lebih baik. Untuk itu, industri ini harus dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan amanah. Sejalan dengan hal tersebut, beberapa kebijakan dan langkah strategis telah dilakukan oleh Bapepam-LK selama Tahun 2010 antara lain dengan melakukan pengawasan secara berkala (baik pengawasan langsung maupun tidak langsung) dan peningkatan kualitas manajemen di industri Perusahaan Pembiayaan melalui kegiatan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). Dengan demikian, baik di sisi industri maupun regulator ada sinergi untuk menjadikan industri ini sehat dan berkembang.
Meanwhile, to support the industry’s performance to remain stable and healthy growth, it needs a better regulation and supervision. Therefore, this industry should be led by professional and trustful managements. In line with this, several policies and strategic measures have been taken by Bapepam-LK during 2010, among others, by conducting periodic supervision through both on-site and off-site examination and improvement of management’s quality of Finance Companies through implementation of fit and proper test. Thus, in both the industry and regulator there are synergies to make it healthy and growing industry.
Akhirnya, kami berharap industri Perusahaan Pembiayaan mampu membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya melalui kegiatan pembiyaan konsumen (consumer finance), sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), dan usaha kartu kredit (credit card), sehingga akan berdampak pada bergeraknya sektor riil yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional.
Finally, it is our great hope that Finance Companies will be able to help Indonesian community to meet their needs through providing consumer finance, leasing, factoring and credit card, so it will have a significant impact on the real sector which in turn will contribute to Indonesian’s economy.
Kami menyadari bahwa buku “Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan 2010” ini masih jauh dari sempurna, maka kami sangat mengharpkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
We realize that this book of “The Annual Report of Finance Companies 2010” still needs a lot of improvements. Constructive comments and suggestions from the readers are most welcomed.
Wassalam,
Jakarta, June 2011 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency
ttd.
Nurhaida
Kata Sambutan
foreword Assalamu’alaikum wr. wb Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas selesainya buku “Laporan Tahunan Perusahaan Pembiayaan Tahun 2010”. Laporan tahunan ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai perkembangan kegiatan operasional dan keadaan keuangan serta profil singkat Perusahaan Pembiayaan Tahun 2010. Informasiinformasi yang disajikan dalam laporan tahunan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pembacanya.
With the blessings of and thanks to Allah the Almighty, “The Annual Report of Finance Companies 2010” has finally been completed. The aim of this report is to provide information on the development of the operational activities and financial condition of Finance Companies in 2010. The report includes brief additional information on the directory of each finance company. We hope that the information will serve as useful references benefiting all the readers needing the information.
Tahun 2010 dapat dikatakan sebagai tahun pemulihan perekonomian dunia akibat krisis keuangan global Tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi dunia Tahun 2010 tercatat sebesar 5%, utamanya dipicu oleh tingginya pertumbuhan ekonomi dari developing countries khususnya Asia yang rata-rata sebesar 9,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri selama Tahun 2010 sebesar 6,1% yang didorong oleh tingginya konsumsi domestik dan meningkatnya ekspor Indonesia.
2010 is generally believed asthe year of recovery for world economy from the global financial crisis of 2008. The economic growth in 2010 reached 5%, mostly driven by high growth of Developing Asian Countries averaging 9.3%. Indonesia itself has enjoyed the economic growth of 6.1% triggered by robust domestic consumption and export.
Kondisi makroekonomi yang kondusif ini memberi dampak langsung terhadap kinerja Perusahaan Pembiayaan selama Tahun 2010. Total aset industri mengalami peningkatan yang cukup pesat menjadi Rp230,3 atau tumbuh sebesar 32% yang dibarengi dengan peningkatan aset pembiayaan menjadi sebesar Rp186,4 triliun atau tumbuh 31% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja ini juga diikuti dengan kebijakan yang selektif dan pruden dalam penyaluran pembiayaan sejak terjadinya krisis keuangan global Tahun 2008. Hal tersebut menjadikan risiko pembiayaan industri sejak dua tahun lalu cenderung menurun, yang ditunjukkan oleh penurunan rasio non-performing financing (NPF) dari 2,7% di Tahun 2008 menjadi 1,4% pada Tahun 2010 yang merupakan nilai rasio NPF terendah selama lima periode terakhir.
This positive macroeconomic condition affected the performance of Finance Companies positively in 2010. The industry’s asset increased to Rp230.3 trillion, which was a rise of 32% along with the increase of financingasset totaling Rp186.4 trillion or a rise of 31% compared to the previous year. The performance increase has been further augmented by selective and prudent policy in the distribution of the financing since the outbreak of global financial crisis of 2008. This has led to the declining trend of the risk in finance industry as indicated by the decrease of non-performing financing (NPF) from 2.7% in 2008 to 1.4% in 2010 which was the lowest NPF ratio ever recorded in the last 5 years.
Dari sisi profitabilitas, positifnya kinerja Perusahaan Pembaiyaan selama Tahun 2010 diikuti dengan kenaikan laba bersih industri sebesar 14% menjadi Rp8,9 triliun dibandingkan periode tahun sebelumnya. Peningkatan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan operasional yang bersumber dari semakin dominannya piutang pembiayaan dalam aset Perusahaan Pembiayaan. Dengan demikian, pertumbuhan piutang pembiayaan secara signifikan memberi dampak positif pada peningkatan laba bersih tersebut.
With regard to profitability, the positive performance of Finance Companies throughout 2010 was followed by 14% increase in the industry net profit reaching the amount of Rp8.9 trillion. This increase was the result of earnings from the operations and the rise of receivables in the Finance Companies’ asset. Thus, the growth of the receivables in financing has positively affected companies’ gains in significant way.
Dari tahun ke tahun, industri keuangan non bank menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Di satu sisi, kapitalisasi industri perbankan terhadap PDB nominal menunjukkan tren agak menurun dalam lima tahun terakhir. Sejak Tahun 2006, persentase aset Perusahaan Pembiayaan terhadap PDB nominal naik sebesar 0,33% dari 3,26% pada Tahun 2006 menjadi 3,59% dari PDB nominal Tahun 2010. Sedangkan persentase aset industri perbankan terhadap PDB nominal mengalami penurunan dari 51,44% menjadi 47,54% pada akhir Tahun 2010.
From year to year, non-bank finance industry, especially insurance and finance companies, has shown a positive trend. On the other hand, the capitalization of banking industry against the nominal Gross Domestic Product has shown a slight declining trend in the last 5 years. Since 2006, the percentage of Finance Company Asset against nominal Gross Domestic Product has risen by 0.33% from 3.26% in 2006 to 3.59% in 2010. Meanwhile, the percentage of banking industry asset experienced a decrease from 51,44% to 47,54% by the end of 2010.
Peningkatan beberapa indikator utama pada industri Perusahaan Pembiayaan di atas selain dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi dalam negeri yang positif juga didorong oleh beberapa kebijakan dan langkah strategis yang telah dilakukan oleh Bapepam-LK selama Tahun 2010 antara lain meningkatkan fungsi monitoring dan pemeriksaan. Selama Tahun 2010, BapepamLK telah memberikan sanksi administratif berupa 44 Surat Peringatan Pertama, 14 Surat Peringatan Kedua, 13 Surat Peringatan Ketiga, 10 Pembekuan Kegiatan Usaha dan mencabut 13 izin usaha Perusahaan Pembiayaan. Selain itu, Bapepam-LK juga telah melakukan 159 uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap manajemen Perusahaan Pembiayaan, dari jumlah tersebut 100 direksi dan 49 dewan komisaris dinyatakan lulus. Pengawasan terhadap para pelaku industri akan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu dan akan terus menjadi agenda kerja utama Bapepam-LK mengingat penting dan strategisnya peran mereka dalam menjaga kredibilitas industri Perusahaan Pembiayaan.
The improvement in some key indicators in the industry of Finance Companies above is not only the result of positive national macro economy but also the result of policies and strategic measures taken by BapepamLK throughout 2010, which includesthe improvement in supervision and quality of the industry of Finance Companies. Throughout 2010, Bapepam-LK imposed administrative sanctions in the form of 44 first-admonitions, 14 second-admonitions, 13 third-admonitions, 10 suspensions of business activities, and 13 revocations of business licenses of Finance Companies. Besides that, Bapepam-LK has already conducted 159 fit and proper tests to the management of Finance Companies with 100 directors and 49 commissioner boards declared passing the test. The supervision toward those in this business will be improved further from time to time, and it will continue to be part of Bapepam-LK priority considering the important and strategic role they have in upholding the credibility of the finance industry in the future.
Selanjutnya, harapan kami ke depan industri Perusahaan Pembiayaan yang telah teruji melewati krisis ekonomi dan moneter yang dahsyat Tahun 1997/1998 dan krisis ekonomi global Tahun 2008 dapat tetap tumbuh dan berkembang dengan sehat dan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Kepercayaan kami didasari oleh kondisi ekonomi Indonesia yang cukup kondusif dan stabil ditambah dengan keunggulan industri antara lain skema bisnis yang di-backup oleh underlying asset; dekatnya jaringan industri pembiayaan dengan industri manufaktur, distributor dan pemegang merek tunggal; serta mudah dan cepatnya pelayanan ke konsumennya dibandingkan industri jasa keuangan yang sejenis.
Furthermore, it is our hope that the industry of Finance Companies, which has proven able to pass the economic and financial crisis of 1997/1998 and global economic crisis of 2008, will continue to develop strongly and contribute more to the economic development in Indonesia. Our confidence is based on the condition of Indonesia Economy, which is quite conducive and stable, plus the advantages the industries have as a result of business schemes backed-up by underlying asset; proximity to manufacturing industries, distributors and the sole distributors of brand holders; the ease and speed of services to consumers compared to similar industry of credit providers/businesses.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu proses penyusunan laporan ini hingga selesai. kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Last but not least, we would like to thank all those who have given the supports and assistance in the completion of the report. Suggestions and constructive criticisms from our readers are most welcomed.
Wassalam,
Jakarta, June 2011 Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Head of Financing and Guarantee Bureau Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Capital Market and Financial Institutions Supervisory Agency ttd.
M. Ihsanuddin
Economic Progress Through Strong Finance Companies
Daftar Isi 1 KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA BAB CHAPTER 1 INDONESIAN ECONOMIC HIGHLIGHT 1.1
Pemulihan Ekonomi Global Global Economy Recovery
1.2
Kondisi Makroekonomi Macroeconomic Condition 1.2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) 1.2.2 Inflasi dan Suku Bunga Inflation and Interest Rates 1.2.3 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Exchange Rate Volatility
1.3
Perbankan Banking
1.4
Industri Keuangan Non Bank Non-Bank Financial Industry
2 PERKEMBANGAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BAB CHAPTER 2 THE BRIEF OF FINANCE COMPANIES 2.1
2.2
Contents
1 1 3 4 6 8 9 10 13
Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 2010 The Development of Finance Companies in 2010 2.1.1 Jumlah Perusahaan Pembiayaan Number of Finance Companies 2.1.2 Posisi Keuangan Industri Jasa Pembiayaan Financial Position of the Finance Companies 2.1.3 Piutang Pembiayaan Financing Receivables 2.1.4 Laba (Rugi) Perusahaan Pembiayaan Profit (Loss) of the Finance Companies 2.1.5 Sumber Dana Perusahaan Pembiayaan Funding Sources of Finance Companies 2.1.6 Kegiatan Channeling dan Joint Financing Channeling and Joint Financing Activities 2.1.7 Kantor Cabang Branch Offices 2.1.8 Tenaga Kerja Manpower
14
Prospek Perkembangan Industri Pembiayaan 2011 Prospect of Finance Companies in 2011
21
14 16 17 17 18 19 20 20
BAPEPAM - LK i
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Isi Contents
3 KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN BAB CHAPTER 3 FINANCING ACTIVITIES 3.1
3.2
3.3
3.4
ii
Piutang Pembiayaan Financing Receivables 3.1.1 Pertumbuhan Jenis Kegiatan Pembiayaan The Growth of Financing Activities 3.1.2 Pertumbuhan Pembiayaan Per Debitur Financing Growth per Debtor 3.1.3 Sektor Usaha Pembiayaan Business Sector of Financing 3.1.4 Lokasi Pembiayaan Location of Financing 3.1.5 Kualitas Aktiva Pembiayaan The Quality of Financing Assets
Pembiayaan Sewa Guna Usaha Lease Financing 3.2.1 Pertumbuhan Pembiayaan Sewa Guna Usaha per Golongan Lessee Growth of Leasing per Lessee 3.2.2 Sektor Usaha Pembiayaan Sewa Guna Usaha Bussiness Sector of Lease Financing 3.2.3 Lokasi Pembiayaan Sewa Guna Usaha Location of Lease Financing 3.2.4 Kualitas Piutang Pembiayaan Sewa Guna Usaha The Quality of Leasing Receivables Pembiayaan Anjak Piutang Factoring 3.3.1 Pembiayaan Anjak Piutang per Klien Factoring per Client 3.3.2 Sektor Usaha Kegiatan Anjak Piutang Business Sector of Factoring 3.3.3 Lokasi Pembiayaan Kegiatan Anjak Piutang Location of Factoring Activities 3.3.4 Kualitas Kegiatan Anjak Piutang The Quality of Factoring Receivables Usaha Kartu Kredit Credit Card Business 3.4.1 Nasabah Kegiatan Usaha Kartu Kredit Customer of Credit Card Business Activities 3.4.2 Kualitas Piutang Kartu Kredit The Quality of the Credit Card Receivables
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
23 23 24 26 27 27 28 29 30 30 31 32 33 33 34 35 36
36 37 37
Daftar Isi Contents
3.5
Pembiayaan Konsumen Consumer Finance 3.5.1 Pertumbuhan Pembiayaan Konsumen per Nasabah The Growth of Consumer Finance per Customer 3.5.2 Sektor Usaha Nasabah Kegiatan Pembiayaan Konsumen Business Sector of Consumer Finance’s Customer 3.5.3 Lokasi Debitur Kegiatan Pembiayaan Konsumen Debtor Location of Consumer Finance Activities 3.5.4 Kolektibilitas Nasabah Kegiatan Pembiayaan Konsumen Customer Collectability of Consumer Finance Activities
38 39 40 40 41
4 INVESTASI BAB CHAPTER 4 INVESTMENT 4.1
4.2
43 43
Investasi pada Surat Berharga Investments in Securities 4.1.1 Jenis Surat Berharga Types of Securities 4.1.2 Golongan Penerbit Surat Berharga Category of Security Issuers 4.1.3 Jenis Mata Uang Surat Berharga Types of Securities 4.1.4 Tujuan Investasi Investment Objectives 4.1.5 Kolektibilitas Investasi Investment Collectability Penyertaan Modal Capital Participation
43 44 45 46 47 47
5 SUMBER PENDANAAN BAB CHAPTER 5 FUNDING SOURCES 5.1
5.2
49
Pinjaman Yang Diterima Loan Received 5.1.1 Sumber Pinjaman Funding Sources 5.1.2 Golongan Kreditur Creditor Category 5.1.3 Jenis Pinjaman Types of Loan 5.1.4 Jenis Valuta Pinjaman Types of Foreign Exchange Loans
Obligasi Bonds 5.2.1 Golongan Pemilik Obligasi Bond Ownership Category 5.2.2 Jatuh Tempo Obligasi Bond Maturity Period
49 49 50 51 51 52 52 53
BAPEPAM - LK iii
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Isi Contents
5.3
Modal Disetor Paid Up Capital 5.3.1 Golongan Pemegang Saham Classification of Shareholders 5.3.2 Bentuk Badan Hukum Pemegang Saham Shareholders’ Legal Entity
6 KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH BAB CHAPTER 6 FINANCING BUSINESS ACTIVITIES BASED ON SHARIA PRINCIPLES
54 55 55
57
6.1
Pertumbuhan Jenis Kegiatan Pembiayaan Growth of Financing Activity by Type
57
6.2
Jenis Barang Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Types of Assets Financed based on Sharia Principles
59
6.3
Golongan Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Sharia Principles Financing Consumer Category
60
6.4
Sektor Usaha Lessee Kegiatan Berdasarkan Prinsip Syariah Sharia Principles Financing Lessee’s Business Sector Activities
61
6.5
Lokasi Pembiayaan Financing Activities by Location
61
6.6
Kolektibilitas Piutang Pembiayaan Financing Receivables Collectability 6.7 Pendanaan Funding 6.7.1 Golongan Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Sharia based Finance Company’s Funding Source by Group 6.7.2 Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Sharia based Finance Company’s Funding Sources 6.7.3 Jangka Waktu Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah The Term of Sharia Funding Source PENYEMPURNAAN PERATURAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN CHAPTER 7 REVISION OF FINANCE COMPANIES REGULATIONS
62 62 63 63 64
BAB 7
65
8 PENETAPAN SANKSI BAB CHAPTER 8 SANCTIONS
67
9 PENINGKATAN KUALITAS INDUSTRI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BAB CHAPTER 9 IMPROVING QUALITY OF FINANCE COMPANIES INDUSTRY
71
LAMPIRAN
iv
IKHTISAR DALAM ANGKA / THE YEAR IN NUMBER
80
DAFTAR ISTILAH / GLOSSARY DIREKTORI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN 2010 / LISTS OF LICENSED FINANCE COMPANIES
89
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
93
Daftar Grafik List of Graphs 1.1.
Pertumbuhan Ekonomi Global Global Economic Growth
2
1.2.
Total PDB Riil dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2006-2010 Total Real GDP and Indonesia Economic Growth 2006-2010
4
1.3.
Penggunaan PDB Riil Tahun 2010 (harga konstan Tahun 2000) Real GDP 2010 (base price 2000)
5
1.4.
Perkembangan Inflasi Indonesia (mom) The Development of Inflation in Indonesia (mom)
6
1.5.
Perkembangan suku bunga perbankan The Development of Banking Interest Rates
8
1.6.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar The Development of Rupiah Exchange rates against Dollar
9
1.7.
Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan The Growth Credit Banking Distribution
10
1.8.
Aset Industri Keuangan terhadap GDP Nominal 2010 (Rp6.422 triliun) Financial Sector Assets againts Total GDP 2010 (Rp6.422 trillion)
11
2.1.
Jumlah Perusahaan Pembiayaan (2006 – 2010) Number of Finance Companies (2006-2010)
14
2.2.
Jumlah Perusahaan Pembiayaan per Katagori Besaran Aset 2010 (dalam unit) Number of Finance Companies based on Asset Categories 2010 (in unit)
15
2.3.
Penyebaran Aset 2010 (dalam triliun rupiah) Assets Distribution 2010 (in tillion rupiah)
16
2.4.
Aset, Kewajiban dan Ekuitas Industri Jasa Pembiayaan Finance Industry’s Assets, Liabilities and Equities
16
2.5.
Piutang Pembiayaan Financing Receivables
17
2.6.
Laba Rugi Tahun Berjalan (2006-2010) Current Profit and Loss (2006-2010)
18
2.7.
Perkembangan pembiayaan melalui skema channeling dan joint financing Tahun 2010 Growth of Channeling and Joint Financing Scheme 2010
19
BAPEPAM - LK v
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Grafik List of Graphs
2.8.
Jumlah Karyawan Perusahaan Pembiayaan Number of Finance Company’s Employees
21
2.9.
Tingkat Pendidikan Karyawan Perusahaan Pembiayaan (dalam orang) Educational Background (In Person)
21
3.1.
Total Aset dan Piutang Pembiayaan (2006 – 2010) Total Assets and Financing Receivables (2006-2010)
23
3.2.
Nilai Kegiatan Pembiayaan Periode 2006 – 2010 Financing Activities for the Period of 2006-2010
24
3.3.
Komposisi kegiatan pembiayaan 2010 Composition of financing activities 2010
25
3.4.
Jumlah Kontrak Jenis Kegiatan (2008 – 2010) Total Contract by Each Type of Activity (2008-2010)
25
3.5.
Pertumbuhan dan Pangsa pembiayaan per debitur (2008-2010) Growth and Shares of Financing per debtor (2008 - 2010)
26
3.6.
Pangsa pembiayaan per sektor usaha (2008 – 2010) Finance Share per business sector (2008-2010)
27
3.7.
Rasio NPF piutang pembiayaan NPF Ratio in financing receivables
29
3.8.
Piutang Sewa Guna Usaha (dalam triliun rupiah) Leasing Receivables (in trillions rupiah)
29
3.9
Pertumbuhan dan pangsa pembiayaan sewa guna usaha per Lesse (2008 – 2010) Growth and Share of Lease Financing per Lessee (2008 – 2010)
30
3.10
Pangsa pembiayaan sewa guna usaha per sektor usaha (2008 – 2010) Share of lease financing per business sector (2008-2010)
31
3.11. Rasio NPF piutang pembiayaan sewa guna usaha NPF Ratio in leasing receivables
32
3.12. Nilai Anjak Piutang Factoring Receivable
33
3.13. Pertumbuhan dan Pangsa pembiayaan Anjak Piutang per Golongan Klien (2008 – 2010) Growth and Share of Factoring per Client (2008-2010)
vi
34
3.14. Pangsa Kegiatan Anjak Piutang per Sektor Usaha (2008 - 2010) Share of Factoring per Business Sector (2008 - 2010)
34
3.15. Rasio NPF Kegiatan Usaha Anjak Piutang (2006-2010) NPF Ratio of Factoring Receivables (2006 – 2010)
36
3.16. Piutang Kartu Kredit (2006-2010) Credit Card Receivables (2006 - 2010)
37
3.17. Rasio NPF Usaha Kartu Kredit (2006 – 2010) NPF Ratio of Credit Card Receivables (2006 – 2010)
38
3.18. Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2006 – 2010) Consumer Finance Activities (2006-2010)
38
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Grafik List of Graphs
3.19. Pertumbuhan dan Pangsa Pembiayaan Konsumen per Nasabah (2008 - 2010) The Growth and Share of Consumer Finance per Customer (2008 - 2010)
39
3.20. Pangsa Pembiayaan Konsumen per Sektor Usaha (2008 – 2010) Consumer Finance Share by Business Sector (2008 - 2010)
40
3.21. Rasio NPF Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2006 – 2010) NPF Ratio of Consumer Finance Recievables (2006-2010)
42
4.1.
Jenis Surat Berharga (2008 – 2010) Types of Securities (2008-2010)
44
4.2.
Golongan Penerbit Surat Berharga (2008– 2010) Group of Security Issuers (2008-2010)
45
4.3.
Jenis Surat Berharga Tahun 2010 Types of Securities in 2010
46
4.4.
Tujuan Investasi Surat Berharga 2010 The Objective of Securities Investment 2010
46
4.5.
Kualitas Investasi pada Surat Berharga (2008 – 2010) The Quality of Securities Investment (2008-2010)
47
4.6.
Golongan Perusahaan Tujuan Penyertaan Modal (2008 – 2010) Group of Companies as Investment Destination (2008-2010)
48
5.1.
Sumber Pinjaman 2008 - 2010 (dalam miliar) Sources of Funds 2008-2010 (in billions)
50
5.2.
Golongan Kreditur Pinjaman (2008 – 2010) Creditors Group (2008-2010)
50
5.3.
Jenis Pinjaman (2008-2010) Types of Loans (2008-2010)
51
5.4.
Jenis Valuta Pinjaman (2008-2010) Loans Denomination (2008-2010)
52
5.5.
Golongan Pemilik Obligasi Yang Diterbitkan (2008-2010) Owner Group of Issued Bonds (2008-2010)
53
5.6.
Jatuh Tempo Obligasi Yang Diterbitkan (2008-2010) Issued Bonds Maturity (2008-2010)
53
5.7.
Kategori Modal Disetor (2010) Paid in Capital Category (2010)
54
5.8.
Golongan Pemegang Saham 2010 (dalam miliar rupiah) Shareholders Composition 2010 (In Billions Rupiah)
55
5.9.
Bentuk Badan Hukum Pemegang Saham 2010 (dalam miliar Rupiah) Forms of Shareholder’s Legal Entities 2010 (In billions Rupiah)
55
6.1.
Komposisi Jenis Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2010) Composition of Finance Activities based on Sharia Principles (2010)
58
6.2.
Piutang Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Financing Receivables based on Sharia Principles
58
BAPEPAM - LK vii
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Grafik List of Graphs
6.3.
Jumlah Kontrak Jenis Kegiatan (2008 – 2010) Number of Contract by Types of Financing Activity (2008-2010)
59
6.4.
Jenis Barang Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Types of Goods Financed in Sharia Principles (2008-2010)
60
6.5.
Golongan Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Consumer Group of Financing Activities in Sharia Principles (2008-2010)
6.6.
Sektor Usaha Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Consumer Finance in Sharia Principles (2008-2010)
6.7.
Lokasi Usaha Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Finance Activities Business Location in Sharia Principles (2008-2010)
6.8.
Kolektibilitas Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah 2008-2010 (dalam miliar) Financing Activities collectability in Sharia Principles 2008-2010 (in billions)
6.9.
Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah 2010 (dalam miliar) Source of Funds in Sharia Principles 2010 (in billions)
6.10. Proporsi Sumber Pendanaan Berdasarkan Prinsip Syariah Tahun 2010 (dalam miliar rupiah) Portion of Sharia Funding Source in 2010 (In Billion Rupiahs) 9.1.
viii
Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (2008-2010) Assessment Results of Fit and Proper Test (2008 - 2010)
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
60
61 62 62
63
64 74
Daftar Gambar List of Figures 1.1.
Lokasi Penyebaran Kantor Cabang (2010) Branch Offices Spread (2010)
20
1.1.
Lokasi Penyaluran Pembiayaan Locations of Financing Distribution
28
1.2.
Lokasi Pembiayaan Sewa Guna Usaha Locations of Lease Financing
32
1.3.
Lokasi Pembiayaan Kegiatan Usaha Anjak Piutang Factoring Location
35
1.4.
Lokasi Nasabah Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2010) Consumer Finance Location (2010)
41
BAPEPAM - LK ix
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
BAB 1
CHAPTER 1
KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA INDONESIAN ECONOMIC HIGHLIGHT
Kondisi perekonomian global yang semakin membaik setelah krisis keuangan Tahun 2008/2009, tampak dari beberapa indikator yang menunjukkan trend positif bagi proses pertumbuhan ekonomi dalam negeri sepanjang Tahun 2010. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator perekonomian global yang terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dan berdampak terhadap peningkatan kinerja beberapa indikator makro ekonomi dalam negeri. Meskipun krisis utang Dubai World dan krisis fiskal Yunani di penghujung awal Tahun 2010 sempat mengguncang perekonomian dunia, dampak kedua krisis keuangan tersebut dapat diminimalisasi. Dengan demikian, krisis tersebut berlangsung dengan singkat dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keseluruhan perekonomian global.
Improving global economy after the financial crisis of 2008/2009 can be seen from several indicators that show a positive trend for the process of domestic economic growth throughout 2010. This is evident in global economic indicators, which continues to develop rapidly and positively affects the performance of domestic macroeconomy. Although the loan crisis of Dubai World and the fiscal crisis in Greece rocked the world economy toward the end of 2010, the impacts of those two crises were successfully minimized. Thus, the crisis lasted briefly and did not significantly affect the world economy as a whole.
Terdapat beberapa indikator makro ekonomi Indonesia yang dinilai menjadi perhatian utama otoritas kebijakan ekonomi (Pemerintah dan Bank Indonesia) dalam menjaga kestabilan perekonomian dalam negeri atas pengaruh gejolak perekonomian global. Indikator-indikator tersebut antara lain adalah pertumbuhan PDB, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, danpergerakan kurs.
There are a number of macroeconomic indicators in Indonesia which are considered to be the main point of interest to the policy makers (Government and Indonesia Central Bank) in stabilizing domestic economy against the influence of turmoil in global economy. Those indicators are the growth of gross domestic product (GDP), inflation, interest, and exchange rates.
1.1. Pemulihan ekonomi global
1.1 Global Economy Recovery
Krisis utang Dubai world di akhir Tahun 2009 disusul dengan krisis fiskal yang terjadi di Yunani pada awal Tahun 2010 sempat diprediksikan akan menganggu proses pemulihan perekonomian global setelah terpuruk akibat krisis keuangan global. Disaat yang bersamaan, beberapa negara Eropa, seperti Portugal dan Spanyol, juga mulai menunjukkan gejala-gejala krisis utang yang serius. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan ketidakpastian kondisi perekonomian dunia. Para pelaku pasar mengambil tindakan berhati-hati terhadap ekspektasi gejolak pasar, terlebih para investor yang khawatir dampak krisis tersebut akan meningkatkan sovereign risk dan country risk.
The debt crisis of Dubai World at the end of 2009 followed by the fiscal crisis in Greece at the beginning of 2010 was predicted that it would disrupt the recovery process of global economy after suffering a blow from the previous global financial crisis. At the same time, some European countries such as, Portugal and Spain, showed the symptoms of serious debt crisis. This caused anxiety and uncertainty toward the condition of world economy. Market players were cautious about their expectation toward market turmoil; especially, the investors were worried that the impacts of the crisis would increase sovereign and country risks.
BAPEPAM - LK 1
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Sementara itu, bertolak belakang dengan kondisi fiskal negara-negara Eropa yang terpuruk dan menurunnya kinerja perekonomian negara-negara maju lainnya, beberapa negara emerging markets dan berkembang justru menjadi kontributor utama bagi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dunia sepanjang Tahun 2010. Proses pemulihan ekonomi yang berlangsung di negara emerging markets menunjukkan perkembangan yang positif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dan terjaga mendorong permintaan dalam negeri terhadap produksi domestik menjadi lebih tinggi, kinerja ekspor yang meningkat juga turut menjadi faktor pendorong perbaikan ekonomi di negara-negara berkembang.
Contrary to the financial condition of European countries which experienced economic slumps and the decrease in economic performance of other developed countries, emerging markets and developing countries became the major contributors to the world economic growth throughout 2010. The recovery process in emerging market countries was positive. The expansive and controlled financial policies pushed the demand for domestic products higher, and the improvement in export performances also became the push factor for the betterment of the economy in developing countries.
Berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF), laju pertumbuhan ekonomi dunia meningkat sebesar 5,01% (yoy) pada Tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sempat kontraksi sebesar -0,52% (yoy). Pertumbuhan ekonomi dunia ini ditopang oleh pertumbuhan yang kuat di negara-negara emerging markets dan berkembang sebesar 7,25% (yoy), sedangkan perekonomian di negara-negara maju hanya mencapai 2,96% (yoy).
Based on the data from the International Monetary Fund (IMF), the world economic growth increased at the rate of 5.01% (yoy) in 2010, a marked contrast from the previous year when it experienced a contraction of -0.52% (yoy). The world economic growth was driven by strong growth in emerging markets and developing countries reaching the rate of 7.25% (yoy), while developed countries could reach the rate of only 2.96% (yoy).
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Global Graph 1.1 Global Economic Growth
Sumber : International Monetary Fund (IMF) Lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, belum maksimalnya proses pemulihan ekonomi akibat krisis 2008/2009, dan data pengangguran yang cukup tinggi di negara-negara maju mengindikasikan bahwa pengeluaran agregat di negara-negara maju masih lemah. Bauran kebijakan-kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara maju bertujuan mempengaruhi pengeluaran agregat tersebut. Sebagai contoh, konsolidasi fiskal menjadi fokus kebijakan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat untuk mencegah agar krisis hutang di beberapa negara Eropa tidak merusak kondisi fundamental perekonomian negara-negara tersebut. Selain itu, kebijakan moneter yang diambil cenderung menahan tingkat suku bunga pada level rendah dengan tujuan menggairahkan sektor rill dan mengurangi tingkat pengangguran.
2
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Slow economic growth, slow process of recovery from 2008/2009 crisis, and high unemployment rates in developed countries indicated that the aggregate spending in those countries were still weak. Economic policy mix taken by those developed countries was intended to affect the aggregate spending. For example, fiscal consolidation has become the focus of policy making in European Countries and the United States of America in order to prevent the debt crisis in some European Countries from jeopardizing economic fundamentals in those countries. Besides that, the monetary policy taken was usually to keep the interest rates at low level so that it could stimulate real sectors and lower unemployment rates.
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Namun demikian, ketidakpercayaan investor global terhadap kondisi perekonomian negaranegara maju yang terguncang akibat krisis subprime mortgage dan krisis fiskal di Eropa telah menyebabkan perpindahan aliran modal ke negaranegara emerging markets dan berkembang. Hal ini menyebabkan terjadinya penguatan nilai mata uang beberapa negara emerging markets terhadap mata uang negara-negara maju. Di samping itu, imbal hasil nilai mata uang negara-negara emerging markets yang diindikasikan dengan selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (Interest Parity) dinilai lebih menarik dibandingkan dengan negaranegara maju yang sedang dalam proses pemulihan perekonomian secara menyeluruh. Faktor-faktor lain penyebab investor global mengalihkan dananya ke aset-aset berisiko dengan ekspektasi imbal hasil yang tinggi adalah ekspektasi inflasi di negara emerging markets yang cenderung stabil serta kondisi fundamental yang membaik dan tidak terpengaruh secara signifikan oleh dampak krisis subprime mortgage dan krisis fiskal di Dubai dan beberapa negara di Eropa.
Nonetheless, the loss of confidence of global investors in the economic condition of developed countries, which were shaken by subprime mortgage and fiscal crisis in Europe, has caused a shift in capital flows to emerging markets and developing countries. This has caused the strengthening of the currencies of emerging market countries against those of developed countries. Moreover, the yields resulting from interest parity between international and domestic rates in emerging market countries were considered more attractive compared to those in developed countries which were undergoing a thorough economic recovery. Other factors causing global investors to divert their funds to risky assets with higher expected yields were the expectation of inflation rates in emerging markets which tended to be stable and the improvement of economic fundamentals which were not significantly affected by the effects of subprime mortgage crisis and fiscal crisis in Dubai and some European Countries.
Aliran modal masuk akibat perbedaan tingkat suku bunga dalam negeri dan luar negeri memang memberikan dampak positif bagi perbaikan aktivitas perekonomian dalam negeri negaranegara emerging markets dan berkembang. Namun demikian, dampak negatif juga dapat terjadi apabila aliran modal masuk yang deras tersebut tidak dapat dikendalikan. Tingkat konsumsi yang tinggi akibat ekspansi aktivitas perekonomian yang tak terkendali dikhawatirkan akan menyebabkan tingkat inflasi yang tinggi (demand pull inflation), bahkan berpotensi overheating dan berdampak terhadap sektor riil yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan biaya produksi dalam negeri (cost push inflation). Hal itu dapat dilihat dari data IMF mengenai peningkatan inflasi global. Pada Tahun 2010 inflasi global mencapai 3,74% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 2,46% (yoy), dengan kontributor utama adalah negara emerging markets sebesar 6,21% (yoy) dan negara maju sebesar 1,56% (yoy).
Capital inflows resulting from the parity between international interest rates and domestic have indeed given positive influences to the betterment of the economic activities in emerging markets and developing countries. However, it could also have negative impacts if the rush of capital inflows became uncontrollable, which could cause high inflation (demand pull inflation) and even overheating affecting real sectors and pushing cost higher leading to high cost of domestic production (cost push inflation). This is relevant with the data from IMF about the increase of global inflation. In 2010, global inflation reached 2.46% (yoy), with the emerging markets countries as the main contributors at the rate of 6.21% (yoy) and developed countries’ contribution of 1.56% (yoy).
1.2. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia
1.2. Indonesia Macroeconomic Condition
Sebagai salah satu negara emerging markets, Indonesia turut berkontribusi dalam pembentukan output global, terlebih karena negara-negara emerging markets memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap kestabilan pertumbuhan output global. Beberapa indikator makro ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia bergerak dengan tren yang positif. Meskipun dampak krisis subprime mortgage sempat dirasakan, secara keseluruhan perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan kinerja yang membaik seiring dengan pulihnya perekonomian global.
As one of the emerging market countries, Indonesia has contributed to global output along with other emerging market countries which have significant influence on the stability of global output growth. A number of macroeconomic indicators in Indonesia have shown a positive trend. Although the subprime mortgage affected the country, overall, Indonesia economic development has shown improvement in line with the recovery of global economy.
BAPEPAM - LK 3
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
1.2.1 Produk Domestik Bruto (PDB)
1.2.1 Gross Domestic Product (GDP)
Perkembangan ekonomi Indonesia Tahun 2010 diwarnai dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian dunia. Berdasarkan data IMF, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat sebesar 6,12% (yoy) dari nilai PDB riil (harga dasar Tahun 2000), yaitu sebesar Rp2.177,7 triliun pada Tahun 2009 menjadi Rp2.310,7 triliun pada Tahun 2010. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh semakin seimbangnya faktor penentu pengeluaran agregat, yaitu tingkat konsumsi yang tinggi, membaiknya pembentukan investasi, dan meningkatnya permintaan ekspor.
Indonesian economic development in 2010 was marked by the acceleration of economic growth as the condition of world economy got better. According to the data from IMF, Indonesian economic growth increased by 6.12% (yoy) from the value of real GDP (base price of 2000), which was from Rp2,177.7 trillion in 2009 to Rp2,310.7 trillion in 2010. In general, Indonesia economic growth was based on balanced aggregate spending, i.e. high consumption level, better establishment of investment, and the increase in export demands.
Grafik 1.2. Total PDB Riil dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2006-2010 Graph 1.2. Total Real GDP and Indonesia Economic Growth 2006-2010
Source : Internasional Monetary Fund (base year: 2000)
4
Konsumsi yang meningkat terutama berasal dari konsumsi rumah tangga, sementara konsumsi pemerintah masih relatif terbatas seiring penyerapan anggaran yang masih terbatas dan kebijakan fiskal yang cenderung berhati-hati. Kuatnya konsumsi dalam negeri didukung oleh berbagai faktor, antara lain daya beli yang membaik, meningkatnya peranan lembaga pembiayaan, serta kepercayaan konsumen dan dunia usaha yang semakin dinamis.
The increase in consumption levels was mostly from household consumption while government consumption was relatively limited due to the tendency of having cautious fiscal policy. Strong domestic consumption was the result of several factors including stronger buying power, better roles from finance institutions, consumers’ confidence, and more dynamic businesses.
Kinerja investasi juga terus menunjukkan perbaikan terutama karena didukung oleh penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang mendorong kegiatan investasi. Faktor-faktor lain yang mendukung peningkatan investasi di Indonesia antara lain perbaikan persepsi pasar terhadap perekonomian, peningkatan pembiayaan, dan penurunan harga impor barang modal.
Investment performances have got better mainly because of the implementation of government policies which supported investment activities. Other factors which helped support the rise of investment in Indonesia included better market perception toward the economy, higher financing, and lower prices of imported capital goods.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Di sisi lain, biaya produksi dalam negeri di Indonesia masih tergolong mahal dibandingkan dengan negara-negara emerging markets lainnya. Hal ini tercermin dari kisaran nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang masih di atas normal (3-3,5) yaitu sebesar 3,9 (BPS, 2011). Namun demikian, biaya produksi yang tinggi tidak menyebabkan investor global mengurungkan niat untuk berinvestasi di Indonesia.
On the other hand, the production cost in Indonesia was still high compared to other emerging market countries, as indicated by the value of Incremental Capital Output Ratio (ICOR) which was still above normal (3-3.5) at 3.9 (BPS, 2011). However, the high production cost has not deterred global investors from investing in Indonesia.
Selain itu, dengan dinaikkannya peringkat surat hutang Indonesia dari BB- ke BB dengan outlook yang positif oleh Standard and Poor sebagai salah satu lembaga pemeringkat hutang internasional pada tanggal 12 Maret 2010, turut meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di dalam negeri.
Besides that, with the increase of bond ratings from BB- to BB with positive outlook by Standard and Poor,one of international debt rating agencies, on March 12 2010, has also improved investors’ confidence to invest in Indonesia.
Dari sisi ekspor, terjadi peningkatan kinerja pada Tahun 2010. Pertumbuhan ekspor tersebut didukung oleh naiknya permintaan eksternal seiring pemulihan ekonomi global, khususnya di kawasan Asia. Peningkatan harga komoditas global juga menjadi salah satu pendorong membaiknya kinerja ekspor. Permintaan ekspor diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi dengan didukung oleh masih kuatnya pertumbuhan ekonomi di negaranegara yang menjadi mitra dagang dan besarnya kontribusi komoditas sumber daya alam serta harga komoditas yang cenderung meningkat.
Export performance improved in 2010. The growth was the result of increasing external demands as global economy recovering, especially, in Asian Region. The increase in prices of global commodities was also another factor boosting the export. Export demands are predicted to continue increasing due to the strengthening of the economic growth of trading partners, the huge contribution of commodities from natural resources, and the tendency of commodity prices to keep on increasing.
Pada grafik 1.3, terlihat tingginya peranan investasi dalam pembentukan total nilai PDB riil Indonesia menurut penggunaan di Tahun 2010, yaitu sebesar 24%. Namun demikian, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa kontribusi konsumsi rumah tangga masih mendominasi pembentukan nilai PDB riil tersebut, yaitu sebesar 56,8% dengan total nominal Rp1.306,8 triliun. Sementara itu, kontribusi dari konsumsi pemerintah dan ekspor netto terhadap PDB riil nasional masing-masing sebesar Rp196,4 triliun (8,5%) dan Rp.240,4 triliun (10,4%).
Graph 1.3.shows the importance of the role of investment in determining the total value of real Indonesian GDP in 2010, amounting to 24%. However, the Board of Statistics Center indicates that the contribution from the household still dominating real GDP by 56.8% with the total amount of Rp1,306.8 trillion. Meanwhile, the contribution from government consumption and net export to real GDP was Rp196.4 trillion (8.5%) and Rp240.4 trillion (10.4%) respectively.
Grafik 1.3. Penggunaan PDB Riil Tahun 2010 (harga konstan Tahun 2000) Graph 1.3. Real GDP 2010 (base price 2000)
Source : Central Bureau of Statistics
BAPEPAM - LK 5
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
1.2.2. Inflasi dan Suku Bunga
1.2.2
Inflation and Interest Rates
Perkembangan inflasi di Indonesia menunjukkan tren yang meningkat sepanjang Tahun 2010. Berdasarkan data IMF, Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia pada tahun laporan tercatat sebesar 125,17 lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 117,03 (2007=100). Dengan demikian, secara keseluruhan inflasi Indonesia pada Tahun 2010 adalah sebesar 6,96% (yoy).
Inflation rates in Indonesia showed increasing trend in 2010. Based on the data from IMF, Indonesia Consumer Price Index by the reported year was 125.17 higher than the year before, which was 117.03 (2007=100). Thus, the overall inflation in Indonesia in 2010 was 6.96% (yoy).
Peningkatan IHK ini lebih disebabkan oleh menguatnya tekanan inflasi dari kelompok bahan pangan (volatile food). Kelompok ini mendominasi tingginya inflasi di Tahun 2010, yaitu sebesar 17,74% (yoy). Kenaikan harga pada kelompok ini terutama dipengaruhi dari sisi supply. Kondisi anomali cuaca yang tidak menentu telah menyebabkan penurunan produksi bahan makanan khususnya beras, aneka bumbu, dan sayur-sayuran. Tekanan dari peningkatan harga komoditas internasional juga berperan dalam penurunan supply tersebut.
The increase in the Consumers Price Index was caused by the pressure from volatile food commodity. This category dominated the inflation in 2010 by 17.74% (yoy). The high inflation was mostly caused by the shortage in supply. The anomaly of unpredictable weather has made the production of food especially, rice, various spices, and vegetables decrease. The pressure from the rising price of international commodity has also reduced the supply.
Selain itu, inflasi di Tahun 2010 juga dipengaruhi oleh pergerakan inflasi inti yang relatif stabil, dimana tekanan inflasi inti tersebut tercatat sebesar 0,38% (mom) pada akhir Desember 2010 atau sebesar 4,28% secara year on year (yoy). Kondisi penawaran yang masih mampu mengakomodir jumlah permintaan, ekspektasi inflasi masyarakat yang relatif stabil, dan apresiasi nilai tukar rupiah menjadi faktor pendukung stabilitas inflasi inti pada level yang rendah sepanjang Tahun 2010.
Besides, the 2010 inflation was also influenced by the movement of core inflation which was relatively stable with the pressure from the core inflation recorded at 0.33% (mom) by the end of December 2010 or 4.28% year on year (yoy). Adequate supply against demand, stable expectation of inflation, and the appreciation of rupiah were the factors keeping the core inflation at low level throughout 2010.
Grafik 1.4. Perkembangan Inflasi Indonesia (mom) Graph 1.4. The Development of Inflation in Indonesia (mom)
Source : Central Bureau of Statistics
6
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Dari sisi komponen harga yang diatur Pemerintah(administered prices), faktor penentu seperti kebijakan pemerintah untuk menunda kenaikan bakar minyak dan gas elpiji menyebabkan inflasi pada komponen ini relatif lebih moderat. Selain itu, faktor kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), biaya jasa Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), dan Surat Izin Mengemudi (SIM) sempat mendongkrak tingkat inflasi komponen ini pada triwulan III. Meskipun dari sisi eksternal telah terjadi peningkatan harga minyak dunia, hal itu masih dapat diantisipasi oleh apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tercatat inflasi berdasarkan komponen ini adalah sebesar 5,40% (yoy), meningkat dibandingkan tahun lalu yang justru terdeflasi sebesar -3,26% (yoy).
For the component of the administered prices, government policies to postpone price increases for fuel and LPG (liquefied Petroleum Gas) have caused the inflation on this component relatively more moderate although there were increases in basic electricity tariff, motor vehicle tax, and the cost of renewing driving licenses which had momentarily risen the inflation of this component in the 3rd quarter. Even though from the external side, there were increases in the world fuel prices, the effects were anticipated by the appreciation of Rupiahs against Dollars. The inflation based on this component was recorded at 5.40% (yoy) increasing from the previous year when it experienced deflation at -3.26%(yoy).
Sementara itu, dalam rangka menjaga kestabilan tingkat harga, Bank Indonesia melakukan transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga. Sepanjang Tahun 2010, BI mempertahankan tingkat suku bunga (BI rate) pada level 6,5%. Dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga tersebut adalah normal, diharapkan sektor riil dapat meresponnya dengan peningkatan aktivitas ekonomi seiring dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian global. Dengan demikian, peningkatan kemampuan sektor riil dari sisi supply untuk mengimbangi tingginya permintaan dapat menahan laju kenaikan inflasi.
Meanwhile, to keep the prices stable, Bank Indonesia (Indonesia Central Bank) has made monetary policy transmission by controlling the level of the interest rate. Throughout 2010, BI kept the interest rate (BI rate) at 6.5%, assuming that the normal interest rate would stimulate real sectors and improve business activities as the global economic condition getting better. Thus, the real sectors would be capable of providing enough supply to meet high demand and slow down the inflation rate.
Suku bunga BI rate yang flat sepanjang Tahun 2010 direspon dengan menurunnya suku bunga, baik deposito maupun kredit perbankan. Bank Indonesia mencatat bahwa suku bunga deposito 1 bulan menurun dari 7,09% pada Januari 2010 menjadi 6,83% pada Desember 2010. Sementara itu, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) pada Januari 2010 masing-masing tercatat sebesar 13,75%; 13,24%; dan 16,32%. Sedangkan, pada Desember 2010 suku bunga ketiga jenis kredit tersebut turun menjadi masing-masing 12,83%; 12,28%; dan 14,53%. Penurunan suku bunga, terutama suku bunga kredit, yang masih berlanjut dinilai akan berdampak positif terhadap peningkatan penyaluran kredit. Dengan demikian, fungsi intermediasi perbankan pun diharapkan semakin membaik.
Flat BI rate through 2010 was responded by the decrease in other interest rates, including both deposit and credit in banking. BI recorded one-month deposit interest rate at 7.09% in January 2010 decreasing to 6.83% in December 2010. At the same time, the interest rates for working capital loans, investment credit, and consumer credit decreased to 12.83%, 12.2%, and 14.53% respectively. The continually decline in interest rates, especially mortgage interest rates, was believed to give positive impact toward the increase in credit lending. Thus, the intermediation function of banks was expected to improve.
BAPEPAM - LK 7
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Grafik 1.5. Perkembangan suku bunga perbankan Graph 1.5. The Development of Banking Interest Rates
Source : Bank Indonesia
8
1.2.3. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
1.2.3. The Volatility of the Value of Rupiah
Sepanjang Tahun 2010, rupiah secara rata-rata memiliki tren yang positif dengan kecenderungan penguatan sebesar 14,15% ke level Rp9.077,67/ USD dari rata-rata kurs sebesar Rp10.362/USD pada Tahun 2009. Penguatan rata-rata nilai tukar rupiah ini juga diiringi dengan volatilitas nilai tukar yang relatif rendah dan terjaga. Terapresiasinya nilai tukar ini tidak lepas dari pengaruh kondisi fundamental dalam negeri yang positif, antara lain meningkatnya kinerja pertumbuhan ekonomi dan surplusnya neraca perdagangan Indonesia Tahun 2010.
Throughout 2010, rupiah indicated a positive trend with a tendency to strengthen against dollars increasing by 14.15% to the level of Rp9,077.67/ USD from the average exchange rate of Rp10,362/ USD in 2009. Stronger rupiah was also accompanied with lower volatility of its exchange rate. Better appreciation of rupiah exchange rate was also resulted from better and positive domestic fundamental conditions, i.e. higher economic growth and trade surpluses experienced by Indonesia in 2010.
Sentimen positif para investor global terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging markets telah memicu aliran masuk modal asing ke negara-negara tersebut, termasuk Indonesia. Imbal hasil investasi dalam rupiah dinilai masih menarik, sehingga permintaan akan rupiah pun semakin tinggi.
Positive sentiments from global investors toward economic growth in emerging market countries have triggered capital inflows toward those countries including Indonesia. The yields from investment in rupiah were considered attractive creating higher demand for rupiah.
Sementara itu, aliran masuk modal asing dari para investor global turut berkontribusi pada surplusnya neraca perdagangan Indonesia. Kinerja ekspor tercatat tumbuh cukup tinggi, walaupun di sisi lain impor juga turut meningkat. Peningkatan impor tersebut antara lain dipengaruhi oleh semakin dinamisnya kegiatan ekonomi domestik dan apresiasi nilai tukar rupiah. Peningkatan impor dinilai menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang Tahun 2010, di samping cukup memadainya cadangan devisa sebagai pendukung stabilitas nilai tukar.
Meanwhile, the capital inflows from global investors also contributed to Indonesia trade surpluses. Exports increased significantly high although imports also rose. The increase in import was resulted from, among others, more dynamic business activities and better appreciation of Rupiah exchange rates. The increase in import was also considered as a factor keeping the volatility of rupiah exchange rates low; besides that adequate foreign reserve has also kept rupiah exchange rates stable.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Grafik 1.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Graph 1.6. The Development of Rupiah Exchange rates against Dollar
Source : Bloomberg
1.3. Perbankan
1.3 Banking
Seperti periode-periode sebelumnya, industri perbankan masih mendominasi sektor keuangan Indonesia. Dengan nilai aset mencapai Rp3.008,8 triliun pada akhir 2010, perbankan mengelola 82,9% total aset lembaga-lembaga keuangan di Indonesia. Dibandingkan dengan Tahun 2009, asset perbankan telah tumbuh sebesar 18,73%.
Similar to previous periods, banking industry dominated financial sector in Indonesia with the total asset reaching Rp3,008.8 trillion by the end of 2010. Banking managed 82.9% of the total asset of other finance institutions in Indonesia. Compared to 2009, banking asset has grown by 18.73%
Pertumbuhan aset tersebut berjalan seiring dengan peningkatan sumber pendanaan utama perbankan, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), terutama di semester kedua Tahun 2010. Peningkatan DPK selama jangka waktu enam bulan tersebut mencapai Rp242,79 triliun. Pertumbuhan DPK ini diperkirakan tidak terlepas dari pengaruh derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia sebagai salah satu negara emerging market. Dengan meningkatnya DPK tersebut, tingkat likuiditas perbankan pun mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan perbankan juga memanfaatkan DPK untuk mengelola likuiditasnya, selain peningkatan penyaluran kredit.
The growth in asset was in line with the increase in the main source of banking financing, i.e. the third party funds, especially in the second semester of 2010. The third party funds within that six-month period reached the total of Rp247.79 trillion. The growth, to some extent, was also affected by foreign capital inflows to Indonesia as one of emerging market countries. As the third party funds increased, and so did the banking liquidity ratio. This was resulted from the fact that the banks also used third party funds to manage their liquidity ratio as well as increase their credit distribution.
Dari sisi penyaluran kredit, perbankan Indonesia telah menjalankan fungsi intermediasinya dengan cukup baik sepanjang 2010. Setelah pada 2009 kredit perbankan hanya tumbuh sekitar 10% (yoy) akibat terpengaruh oleh krisis keuangan global, pertumbuhan kredit perbankan pada 2010 mencapai 22,8% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut terutama karena tingginya peningkatan penyaluran kredit pada sektor produktif sepanjang Tahun 2010, yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi. Hal ini juga tercermin dari tingginya peningkatan sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan berupa pinjaman dari bank, setelah mengalami penurunan pada Tahun 2009. Dengan demikian, kondisi perekonomian Indonesia yang semakin pulih dapat diindikasikan sebagai salah satu faktor penentu positifnya perkembangan intermediasi perbankan tersebut.
With regard to credit distribution, banking in Indonesia has also done its intermediary function pretty well throughout 2010. In 2009, banking credit grew only 10% (yoy) due to global financial crisis, but in 2010 it grew by 22.8% (yoy). The growth was mainly the result of high increase in credit distribution toward productive sectors such as, working capital and investment credits. The same thing also happened to the financing of Finance Companies through banking after it experienced a drop in 2009. Thus, better economic condition in Indonesia is a good indicator that banking in Indonesia has already done its intermediary functions well.
BAPEPAM - LK 9
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Grafik 1.7: Pertumbuhan Penyaluran Kredit Perbankan Graph 1.7: The Growth Credit Banking Distribution
Source: Bank Indonesia
10
1.4. Industri Keuangan Non Bank
1.4. Non-bank Finance Industry
Perkembangan kapitalisasi sektor keuangan non bank diharapkan dapat mengimbangi sektor perbankan pada tahun-tahun mendatang. Dari tahun ke tahun, industri keuangan non bank menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Di satu sisi, kapitalisasi industri perbankan terhadap PDB nominal menunjukkan tren menurun setiap tahun. Sejak Tahun 2006, persentase aset industri perbankan terhadap PDB nominal mengalami penurunan dari 51,44% menjadi 47,54% pada akhir Tahun 2010. Kondisi ini diharapkan mampu memperkecil potensi pengulangan krisis keuangan 1997 yang bersumber dari permasalahan perbankan Indonesia.
The development of the capitalization of non-bank finance industry is hoped to be able to match that of banking sector in the coming years. From year to year, non-bank finance industry has shown a positive trend, especially, insurances and Finance Companies. On one hand, the capitalization of banking against the total GDP has shown a declining trend every year. Since 2006 its percentage against GDP has dropped from 51.44% to 47.54% by the end of 2010. A condition is hoped to be able to reduce the potential of recurring financial crisis like that happening in 1997, which was caused mostly by problems in Indonesian banking.
Untuk industri keuangan non bank, perasuransian masih menduduki peringkat pertama dengan aset mencapai Rp399,7 triliun atau 6,22% dari PDB nominal Tahun 2010 dan diikuti oleh pesatnya perkembangan Perusahaan Pembiayaan dengan aset mencapai Rp230,3 triliun. Sepanjang Tahun 2010, persentase aset Perusahaan Pembiayaan terhadap PDB nominal naik cukup signifikan sebesar 0,48%, dari 3,11% pada Tahun 2009 menjadi 3,59% dari PDB nominal Tahun 2010. Dengan total nilai aset tersebut, peran industri jasa pembiayaan menjadi sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, aset industri dana pensiun relatif stabil dengan persentase aset sebesar 2,02% dari PDB nominal.
In non-bank finance companies, insurance business still tops the list with the asset totaling Rp399.7 trillion or 6.22% of the total GDP in 2010 followed by fast growing financing companies with the asset reaching the amount of Rp230.3. Throughout 2010, the percentage of their asset against total GDP increased significantly by 0.48%, from 3.11% in 2009 to 3.59% of GDP 2010. Due to the value of its total asset, financing service industry plays important role in improving national economic growth. Meanwhile, the asset of pension fund industry remains stable with the percentage of its asset against total GPD reaching 2.02%
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 1 Chapter 1 Kondisi Perekonomian Indonesia Indonesian Economic Highlight
Grafik 1.8.Aset Industri Keuangan terhadap GDP Nominal 2010 (Rp6.422 triliun) Graph1.8. Financial Sector Assets againts Total GDP 2010 (Rp6.422 trillion)
Source: Bapepam-LK, BI and pawnshop
BAPEPAM - LK 11
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
BAB 2
CHAPTER 2
PERKEMBANGAN UMUM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN THE BRIEF OF FINANCE COMPANIES
Industri pembiayaan pada Tahun 2010 telah menjadi salah satu industri yang perkembangannya cukup pesat di Indonesia. Industri pembiayaan yang sudah lama berkembang di Indonesia berhasil melewati beberapa kali goncangan krisis ekonomi sehingga menarik minat banyak investor baru. Skema bisnis yang didasari oleh underlying asset; dekatnya jaringan industri pembiayaan dengan industri manufaktur, distributor dan pemegang merek tunggal; serta mudah dan cepatnya pelayanan, membuat industri pembiayaan lebih dekat ke konsumennya dibandingkan industri pemberi kredit sejenis.
In the year 2010, Finance Companies were one of many industries in Indonesia that had been growing rapidly. It had succeeded in going through some economic crisis and had attracted a lot of new investors. Underlying asset based-business scheme; good relationship between Finance Companies, manufacturer industry, distributors, and sole automotive agents; as well as the easy and fast service provider, had made Finance Companies a more consumer friendly industry compared to other similar credit-providing-industries.
Dalam rangka meningkatkan peran dan kapasitas industri ini, pembina dan pengawas industri pembiayaan mewajibkan minimum modal disetor (paid up capital requirement) Rp100 miliar untuk perseroan dan Rp50 miliar untuk koperasi. Sampai dengan saat ini telah banyak perusahaan pembiayaan yang modal disetornya di bawah ketentuan minimum tersebut mulai terpacu untuk meningkatkan modalnya untuk bersaing dan bersiap diri apabila menghadapi goncangangoncangan krisis ekonomi yang mungkin terjadi di masa datang. Selain itu, Perusahaan Pembiayaan juga diwajibkan memiliki rasio pinjaman terhadap modal sendiri (gearing ratio) maksimal sebesar 10 kali dan rasio piutang pembiayaan terhadap total aset (investment asset ratio) minimal sebesar 40%.
To elevate the role and capacity of this industry, the Finance Companies’ Advisor and Supervisor regulated a minimum paid up capital requirement of Rp100 billion for limited liability companies and Rp50 billion for cooperatives. Up to this date, many finance companies, whose paid up capital is less than the minimum requirement, are encouraged to increase their capital to become more competitive and be self-prepared in the event of a possible turmoil of economic crisis that they might have to face in the future. Additionally, finance companies are also obligated to comply with gearing ratio to a maximum of ten (10) times and a minimum investment ratio of at least 40%.
BAPEPAM - LK 13
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
2.1.Perkembangan Perusahaan Pembiayaan 2010
2.1. The Development of Finance Companies in 2010
2.1.1 Jumlah Perusahaan Pembiayaan
2.1.1. Number of Finance Companies
Agar Perusahaan Pembiayaan di Indonesia dapat dengan sehat dan kuat menjalankan kegiatan usahanya sehingga dapat bersaing di era globalisasi, serta dalam rangka meningkatkan kepercayaan konsumen, investor, kreditor, dan masyarakat, Bapepam-LK berkomitmen untuk membina, mengawasi, dan menegakkan ketentuan yang lebih prudent bagi industri pembiayaan. PMK Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan telah menitikberatkan pada penguatan struktur modal perusahaan pembiayaan, pengurangan risiko pinjaman, dan penguatan efisiensi aset. Tiga hal pokok tersebut antara lain telah menjadi acuan Bapepam-LK dalam penerbitan izin usaha baru dan pencabutan izin usaha perusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan. Sejak Tahun 2006, tercatat 14 (empat belas) izin usaha perusahaan pembiayaan telah diterbitkan dan 58 (lima puluh delapan) izin usaha telah dicabut.
For finance companies able to operate their business in a strong and healthy manner to compete in the globalization era, and to gain trust from the consumer, investor, creditor as well as the society, the Ministry of Finance Capital Market and Financial Institutions Supervisory Board (Bapepam-LK) have committed to develop, supervise and enforce a more prudent regulation for the Finance Industry. Ministerial Finance Decree (PMK) Number 84/PMK.012/2006 regarding Finance Companies is focused on strengthening the finance company’s capital structure, credit risk reduction and strengthening the asset efficiency. The three (3) main points become some of Bapepam-LK’s reference in issuing new license and revoking those Finance Company’s licenses which no longer comply with the stipulated regulation. Since 2006 fourteen (14) new Finance Company licenses have been issued and fifty-eight (58) licenses revoked.
Grafik 2.1 Jumlah Perusahaan Pembiayaan (2006 – 2010) Graph 2.1 Number of Finance Companies (2006-2010)
14
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Sepanjang Tahun 2010, Bapepam-LK telah menerbitkan 7 (tujuh) izin usaha baru dan mencabut 13 (tiga belas) izin usaha perusahaan pembiayaan, sehingga jumlah total perusahaan pembiayaan pada akhir Tahun 2010 adalah sebanyak 192 perusahaan, menurun dari total 198 perusahaan di akhir Tahun 2009. Namun demikian, pencabutan sejumlah perusahaan pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan Bapepam-LK tidak serta merta mengurangi pertumbuhan aset industri jasa pembiayaan, sebaliknya menciptakan industri jasa pembiayaan yang ada semakin kuat dan sehat dengan manajemen risiko yang lebih baik. Hal ini tercermin pada penyebaran jumlah perusahaan berdasarkan kategori kepemilikan aset selama lima tahun terakhir. Meskipun jumlah perusahaan dengan kategori aset di bawah Rp100 miliar dan antara Rp100 miliar s.d. Rp500 miliar masih mendominasi, selama lima tahun terakhir telah terjadi peningkatan pada jumlah Perusahaan Pembiayaan dengan nilai aset yang lebih besar. Selanjutnya untuk Tahun 2010, 53% dari total aset industri terkonsentrasi pada 9 (sembilan) perusahaan dengan kepemilikan aset di atas Rp5 triliun, yaitu senilai Rp123.1 triliun. Perusahaan beraset antara Rp1 triliun s.d. Rp5 triliun menguasai Rp58,8 triliun, sekitar 70.1 % dari total aset industri.
During the year 2010, Bapepam-LK issued seven (7) new licenses and revoked thirteen (13) Finance Companies licenses, making the number of finance companies at the end of 2010 totaling 192 companies; or a decrease from the total of 198 companies at the end of 2009. However, revoking those finance companies not in compliance with the stipulated Bapepam-LK regulation did not directly diminish the industry’s growth. On the contrary, it has created a stronger and healthier industry with better risk management. This is reflected from the spreading number of companies based on asset ownership category during the past 5 years. Although the number of companies with assets category below Rp100 billion and between Rp100 - Rp500 billion are still dominating, during the past five years there have been an increase in the number of Finance Company with larger asset value. Furthermore, for the year 2010, 53% of the industry’s total assets are concentrated on nine (9) companies with asset ownership above Rp5 trillion which is worth Rp123.1 trillion. Companies with assets ranging from Rp1-Rp5 trillion controlled Rp58.8 trillion or approximately 70.1% of the total industry’s assets.
Grafik 2.2 : Jumlah Perusahaan Pembiayaan per Katagori Besaran Aset (dalam unit) Graph 2.2 : Number of Finance Companies based on Asset Categories (in unit)
BAPEPAM - LK 15
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Grafik 2.3 Penyebaran Aset 2010 (dalam triliun Rupiah) Graph 2.3 Assets Distribution 2010 (in trillion Rupiah)
2.1.2 Posisi Keuangan Industri Jasa Pembiayaan
2.1.2. Financial Position of the Finance Companies
Meskipun jumlah Perusahaan Pembiayaan turun, industri jasa pembiayaan dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2010) masih menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini antara lain diindikasikan oleh meningkatnya jumlah aset yang dimiliki oleh industri jasa Pembiayaan dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya.
Although the number of finance companies was decreased, Finance Companies, in general, showed good performance during the past five years (20062010). This was partly indicated by the increased of asset owned by the Finance Companies compared to the previous years.
Grafik 2.4 Aset, Kewajiban dan Ekuitas Industri Jasa Pembiayaan Graph 2.4 Finance Industry’sAssets, Liabilities and Equities
Pada Tahun 2010, aset industri jasa pembiayaan telah tumbuh sebesar 32,02% dibandingkan Tahun 2009. Sementara itu, dalam lima tahun terakhir, total aset industri jasa Pembiayaan meningkat sangat pesat dari Rp108,9 triliun di Tahun 2006 menjadi sebesar Rp230,3 triliun di Tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,2% per tahun. Dengan demikian, angka pertumbuhan di Tahun 2010 lebih tinggi daripada rata-rata tingkat pertumbuhan per tahun. Hal ini dimungkinkan karena perekonomian Indonesia Tahun 2010 yang membaik.
16
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
In 2010, Finance Companies’ assets grew to 32.02% compared to 2009. Meanwhile, during the previous five years, Finance Companies’ total assets increased rapidly from Rp108.9 trillion in 2006 amounting to Rp230.3 trillion in 2010 with an average growth of 21.2% per year. Therefore, the 2010 growth rate was higher than the average annual growth rate. This was possibly due to better Indonesia’s economy condition in 2010.
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Sementara itu, dalam lima tahun terakhir, modal sendiri Perusahaan Pembiayaan meningkat dari Rp18,9 triliun pada Tahun 2006 menjadi Rp47,8 triliun dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 26,2% pertahun, mencerminkan bahwa kepercayaan investor terhadap industri pembiayaan terus tumbuh dari tahun ke tahun.
Meanwhile, during the past five years, Finance Companies’ equity increased from Rp18.9 trillion in 2006 to Rp47.8 trillion with average growth rate of 26.2% annually, reflected that the investors’ confidence in the industry was getting better year after year.
2.1.3 Piutang Pembiayaan
2.1.3.
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan yang meliputi Sewa Guna Usaha (leasing), Anjak Piutang (factoring), Usaha Kartu Kredit (credit card), dan Pembiayaan Konsumen (consumer finance) telah berkembangcukup signifikan dan mampu memberikan kontribusi pada aktivitas ekonomi Indonesia. Kegiatan Perusahaan Pembiayaan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan naiknya piutang pembiayaan sebesar Rp93,3 triliun atau 100,19% dalam lima tahun terakhir; dari Rp93,1 triliun pada Tahun 2006 menjadi Rp186,4 triliun pada Tahun 2010.
Finance Companies’ business activities, consisting Leasing, Factoring, Credit Card and Consumer Finance, had grown significantly and had contributed to the Indonesian economic activities. Its activities had constantly increased year after year as indicated by the increase in financing receivables amounting to Rp93.3 trillion or 100.19% during the past five years; from Rp93.1 trillion in 2006 becoming Rp186.4 trillion in 2010.
Financing Receivables
Grafik 2.5 : Piutang Pembiayaan Graph 2.5 : Financing Receivables
Kegiatan pembiayaan konsumen telah mendominasi industri pembiayaan Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada Tahun 2010, piutang pembiayaan konsumen mencapai 69,8% dari total piutang pembiayaan; meningkat 39,7% dari Rp93,1 triliun pada 2009 menjadi Rp130 triliun pada 2010.
Consumer Finance activities have dominated the Finance Companies in Indonesia during the past five years. In 2010 the financing receivables for Consumer Finance reached 69.8% from the total financing receivables; or an increase of 39.7% from Rp93.1 trillion in 2009 to Rp130 trillion in 2010.
2.1.4 Laba (Rugi) Perusahaan Pembiayaan
2.1.4.
Dalam lima tahun terakhir, laba bersih Perusahaan Pembiayaan telah meningkat dari Rp3,1 triliun pada Tahun 2006 menjadi Rp8,9 triliun pada Tahun 2010; dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 30,6% per tahun. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2009, laba bersih industri jasa pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 14,1% yaitu naik dari Rp7,8 triliun menjadi Rp8,9 triliun pada 2010.
During the past 5 years, Finance Companies’ net profit grew from Rp3.1 trillion in 2006 becoming Rp8.9 trillion in 2010; with an average growth amounting 30.6% per year. Compared to the year 2009, the Finance Company’s net profit increased to 14.1% from Rp7.8 trillion to Rp8.9 trillion in 2010.
Profit (Loss) of the Finance Companies
BAPEPAM - LK 17
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Peningkatan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan pendapatan operasional yang bersumber dari semakin dominannya piutang pembiayaan dalam aset Perusahaan Pembiayaan. Dengan demikian, pertumbuhan piutang pembiayaan secara signifikan memberi dampak positif pada peningkatan laba bersih tersebut.
The net profit positive growth was driven by the increasing of operational income arriving from the more dominance finance receivables in the Finance Companies’ assets. Therefore, growth of the finance receivables gave significantly positive impact to the increasing of net profit.
Grafik 2.6 Laba Rugi Tahun Berjalan (2006 – 2010) Graph 2.6 Current Profit and Loss (2006 – 2010)
18
2.1.5 Sumber dana Perusahaan Pembiayaan
2.1.5 Funding Sources of Finance Companies
Selain menggunakan modal sendiri, untuk membiayai kegiatan usahanya, perusahaan pembiayaan dapat menerima pinjaman dari bank dan/atau badan usaha lainnya maupun obligasi. Untuk itu, kepercayaan investor terhadap industri pembiayaan sangat perlu dijaga. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan antara lain mempertahankan nilai piutang pembiayaan minimal sebesar 40% dari total aset, nilai ekuitas minimal 50% dari modal disetor, dan gearing ratio maksimal 10 kali, dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Perusahaan Pembiayaan yang pada akhirnya diharapkan dapat menjaga kepercayaan konsumen, investor, kreditor, dan masyarakat terhadap industri ini. Pada Tahun 2010, sumber dana Perusahaan Pembiayaan masih didominasi oleh pinjaman yang diterima dari sektor perbankan, yaitu sekitar 64%.
Besides using its own capital resources to operate its business activities, Finance Companies can receive borrowing from the bank and/or other business entities as well as issuing bonds. Therefore, it is necessary to mantain the investor’s confidence in this industry. Some provisions in the Ministerial Decree Number 84/PMK.012/2006 regarding Finance Companies such as maintaining the value of finance receivables to a minimum of 40% of its total assets, maintaining the value of its equity to a minimum of 50% from its paid-in capital and maintaining a gearing ratio to a maximum of ten times, are intended to improve the quality of Finance Companies which can maintain the trust from the consumer, investor, creditor and society towards this industry. In 2010, funding resources of Finance Companies were still dominated by the funding received from the banking sector (about 64% from all funding resources)
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
2.1.6 Kegiatan Channeling dan Joint Financing
2.1.6 Channeling and Joint Financing Activities
Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan Pembiayaan dapat bekerjasama dengan bank melalui pembiayaan Channeling atau Joint Financing. Dalam pembiayaan Channeling, seluruh dana untuk pembiayaan berasal dari bank sehingga bank menanggung risiko yang timbul dari kegiatan ini. Perusahaan Pembiayaan hanya bertindak sebagai pengelola dengan memperoleh imbalan atas pengelolaan dana pembiayaan tersebut. Sedangkan jenis pembiayaan Joint Financing yang diperbolehkan adalah pembiayaan bersamadi mana sumber dana berasal dari bank dan Perusahaan Pembiayaan sehingga risiko yang timbul menjadi beban masing-masing pihak secara proporsional atau sesuai dengan yang diperjanjikan.
In conducting its business, Finance Companies can cooperate with banks through Channeling or Joint Financing schemes. In the Channeling scheme, the overall funding originated from the bank and therefore the bank bear all risks which may arise from this activity. Finance Companies only receives a management fee on this transaction. While in the Joint Financing type of cooperation, it is allowed whereby the funding source arrive from both the bank and Finance Companies; therefore, any risk which may arise will be borne proportionally by each party or in accordance to the agreement made.
Pembiayaan Channeling mencapai Rp14,3 triliun pada akhir Tahun 2010, naik 57,8% dari Tahun 2009 setelah hanya mengalami peningkatan sebesar 1% pada periode tahun sebelumnya. Pembiayaan melalui Joint Financing juga mengalami peningkatan sebesar 42,8% dari Rp47,1 triliun pada Tahun 2009 menjadi Rp67,2 triliun pada akhir Tahun 2010. Peningkatan pertumbuhan pembiayaan Channeling dan jumlah pembiayaan Joint Financing ini terjadi karena kondisi keuangan global telah kembali kondusif yang menyebabkan pihak bank lebih berani dan percaya dalam memberikan sumber pendanaan dengan jumlah yang lebih besar baik dalam bentuk pembiayaan Channeling dan Joint Financing.
Channeling scheme reached Rp14,3trillion at the end of 2010; or rose by 57,8% from the year 2009 after only having increased by 1% on the same period in the previous year. Joint Financing Scheme also rose by 42,8% from Rp47,1 trillion on 2009 to Rp67,2 trillion at the end of 2010. The positive growth rate of the Channeling and Joint Financing Scheme was happened as a result of the good global financial condition that caused more confidence from banks to do Channeling and Joint Financing Scheme.
Grafik 2.7 Perkembangan pembiayaan melalui skema channeling dan joint financing Tahun 2010 Graph 2.7Growth of Channeling and Joint Financing Scheme 2010
BAPEPAM - LK 19
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
2.1.7 Kantor Cabang
2.1.7 Branch Offices
Pembukaan kantor cabang Perusahaan Pembiayaan saat ini bukan hanya di kota-kota besar saja seperti ibukota propinsi, tetapi sudah menjangkau kotakota kabupaten di sejumlah wilayah Indonesia. Pertumbuhan jumlah kantor cabang tersebut cukup pesat tiap tahunnya., Sepanjang Tahun 2010, telah diberikan izin pembukaan kantor cabang baru sebanyak 415 kantor cabang untuk 34 Perusahaan Pembiayaan, sehingga pada akhir Tahun 2010, terdapat 2.217 kantor cabang Perusahaan Pembiayaan. Dari jumlah tersebut, sekitar 56% atau sebanyak 1243 kantor cabang terletak di pulau Jawa dan 21% atau 468 kantor terletak di pulau Sumatera. Sedangkan sisanya tersebar di daerah kalimantan, Bali, Sulawesi dan Papua.
The opening of the Branch Offices has not only happened in the big cities such as capital province, but now it has reached district towns in several parts of the Indonesian territories. Number of branch offices has grown quite rapidly, while during 2010, there were 415 new branch offices for 34 finance companies, so that there were 2,217 branch offices at the end of 2010, with 1243 branch offices (56 %) were located in Java, 468 branch offices were located in Sumatera, and others were located in various areas such as Kalimantan, Bali, Sumatera, and Papua.
Gambar 2.1 Lokasi Penyebaran Kantor Cabang (2010) Figure2.1 Branch Offices Spread(2010)
20
2.1.8 Tenaga Kerja
2.1.8 Manpower
Dari tahun ke tahun, industri jasa pembiayaan semakin banyak menyerap tenaga kerja. Tingkat pertumbuhan tenaga kerja dalam industri ini mencapai rata-rata 16% pertahun dalam periode lima tahun terakhir. Pada akhir Tahun 2010, jumlah total tenaga kerja pada seluruh perusahaan pembiayaan mencapai sekitar 147,5 ribu orang dengan komposisi hampir 67% adalah sarjana dan sekitar 31% lulusan SMA.
Every year, the industry continually absorbs more and more employees. The employment growth rate in this industry reached an average of 16% per annum during the past five years. At the end of 2010, there were about 147.5 thousand people who worked in this industry with the composition of nearly 67% of them were university graduates and more than 30% of them were high school graduates.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Grafik 2.8 Jumlah Karyawan Perusahaan Pembiayaan Graph 2.8 Number of Finance Company’s Employees
Grafik 2.9 Tingkat Pendidikan Karyawan Perusahaan Pembiayaan (dalam Orang) Graph 2.9 Educational Background (In Person)
2.2 Prospek Perkembangan Industri Pembiayaan 2011
2.2 Prospects of Finance Companies in 2011
Industri jasa Pembiayaan mengalami perkembangan yang cukup pesat selama periode 2008-2010 dengan sedikit fluktuasi pada akhir Tahun 2008 sampai dengan awal Tahun 2009 sebagai akibat dari krisis keuangan global. Perkembangan tersebut terutama terjadi pada kegiatan pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha. Selanjutnya, secara umum, prospek perkembangan industri jasa pembiayaan pada Tahun 2011 menunjukkan arah yang positif. Hal tersebut didukung oleh semakin kuatnya kapitalisasi industri jasa pembiayaan dan prakiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif pada tahun mendatang.
Finance Companies had developed rapidly from 2008 to 2010 with a few fluctuations during the late 2008 until the early 2009 as a result of the global financial crisis, and The development had significantly occurred in the Consumer Finance and Leasing activities. Furthermore, in general, the prospects of this industry in 2011 are showing a positive direction. This conclusion was made based on the facts that the capitalization in this industry had grown stronger and the positive forecasts of the Indonesian economic growth in the coming years.
BAPEPAM - LK 21
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 2 Chapter 2 Perkembangan Umum Perusahaan Pembiayaan The Brief of Finance Companies
Beberapa faktor lain yang dapat mendorong berkembangnya industri jasa Pembiayaan ke depan adalah perkembangan industri otomotif yang mendukung kegiatan pembiayaan konsumen, perkembangan industri sektor riil seperti pertambangan dan perkebunan yang dapat meningkatkan kebutuhan akan alat-alat berat untuk proses produksi dan kendaraan niaga sehingga diharapkan mendorong peningkatan kegiatan sewa guna usaha. Di samping itu, pembangunan infrastruktur dan meningkatnya kebutuhan akan perumahan diharapkan dapat mendorong kegiatan pembiayaan melalui skema sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen, terutama dengan adanya dukungan dari skema sekuritisasi yang dilakukan oleh Sarana Multigriya Financial (SMF). Selanjutnya, ketentuan perpajakan yang akomodatif dan setara kepada semua pelaku industri jasa keuangan (bank dan non bank) dalam hal pembebasan PPN dan diakuinya biaya penyisihan aktiva produktif sebagai pengurang pajak membuat industri jasa Pembiayaan dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya dalam menyalurkan pembiayaan.
22
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Other factors which underpinFinance Companies’ development in the future is the development of the automotive industry which supports Consumer Finance activities, development of real sectors industries such as mining and plantation which could increase the need of heavy equipment for production process and commercial vehicles that supports leasing activities. In addition, infrastructures development and the growing need for housing are expected to drive finance activities through leasing and consumer finance schemes, especially with the asset securitization scheme supported by Sarana Multigriya Financial (SMF). Furthermore, the equal tax provisions with all other financial industry players (bank and non bank) in this case, exemption from VAT and recognition of deductable productive assets enable the financial services industry competes with other financial institutions to provide financing.
BAB 3
CHAPTER 3
KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN FINANCING ACTIVITIES 3.1. Piutang Pembiayaan Selama Tahun 2010 proses pemulihan ekonomi global terus membaik sejalan dengan naiknya pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5% (IMF, 2011). Berdasarkan data yang dikeluarkan IMF, pertumbuhan ini utamanya dipicu oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara developing asia yang secara rata-rata sebesar 9,3%. Pertumbuhan ekonomi Indonesiasendiri selama Tahun 2010 sebesar 6,1% yang didorong oleh kekuatan konsumsi domestik dan kuatnya kegiatan ekspor Indonesia. Secara umum,kondisi makroekonomi yang kondusif ini memberi dampak langsung terhadap kinerja Perusahaan Pembiayaanyang menggembirakan selama Tahun 2010. Total aset industri mengalami peningkatan menjadi Rp 230,3 atau tumbuh sebesar 32% yang ditandai dengan peningkatan aset pembiayaan sebesar 31% menjadi sebesar Rp 186,4 triliun. Peningkatan penyaluran pembiayaan ini diikuti oleh tingkat kehati-hatian Perusahaan Pembiayaan yang ditunjukkan dengan penurunan nilai non performing financing (NPF) piutang pembiayaan.
3.1. Financing Receivables In 2010, the global economy recovery continued to improve in line with the increase in global economic growth of 5% (IMF, 2011). Based on data published by IMF, this growth was primarily triggered by the rising economic growth in developing Asian countries of 9,3% in average.For Indonesia, economic growth improved to 6,1% during 2010, which was supported by the strength of domestic consumption and large export activities in indonesia. In general,favorable macroeconomy directly impacted toward encouraging Finance Companies’ performances during 2010. Total of industry’s asset increased to Rp230,3 trillion or grew up by 32%, followed by the increase of 31% in financing receivables to IDR186,4 trillion. The increase in financing distribution was shadowed by Finance Companies’ prudent policies as shown by the decline in non-performing financing (NPF) of finance receivables.
Grafik 3.1 Total Aset dan Piutang Pembiayaan (2006 – 2010) Graph 3.1 Total Assets and Finance Receivables (2006-2010)
BAPEPAM - LK 23
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.1.1. Pertumbuhan Jenis Kegiatan Pembiayaan
3.1.1. The growth of Financing Activities
Sepanjang Tahun 2010, kegiatan pembiayaan oleh Perusahaan Pembiayaan lebih banyak disalurkan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Sekitar 69,8% dari total piutang pembiayaan atau Rp 130 triliun pada Tahun 2010 ditujukan untuk pembiayaan konsumen. Penyaluran jenis kegiatan pembiayaan ini selama periode tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 40% yang menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya nilai piutang pembiayaan industri sebesar 31% selama Tahun 2010. Pertumbuhan kegiatan pembiayaan konsumen ini terutama didorong oleh tingginya permintaan kendaraan bermotor oleh masyarakat Indonesia seiring dengan kondisi perekonomian Indonesiayang stabil selama Tahun 2010. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO, 2010), secara kumulatif penjualan motor nasional Tahun 2010 adalah 7.372.989 unit atau naik signifikan sebesar 26% (yoy) dibandingkan penjualan Tahun 2009. Kondisi serupa terjadi pada penjualan mobil nasional, secara kumulatif penjualan mobil nasional pada Tahun 2010 adalah sebanyak 764.635 unit atau mengalami lonjakan sebesar 57,3% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
During 2010, many financing activities were distributed to consumer goods. Approximately 69,8% of the total finance receivables in 2010 were consumer finance receivables. Distribution of this type of financingduring this period grew by 40% which was the main driver for the growth of the industry’s receivables of 31% during 2010. Growth of such consumer finance activity was mainly due to the high Indonesian demand of motor vehicles in line with the improving and stabil Indonesian economy throughout 2010. Based on GAIKINDO’s (Indonesian automotive industry association) 2010 data, national motor sales was accumulatively 7.372.989 units or increased significantly by 26% (yoy) compared to 2009 figures. Likewise, national car sales substantially went up by 57,3% (yoy) in 2010 to 764.635 units compared to that of in 2009.
Grafik 3.2 Nilai Kegiatan Pembiayaan Periode 2006 – 2010 Graph 3.2 Financing Activities for the Period of 2006-2010
Sementara itu, penyaluran pembiayaan untuk kegiatan sewa guna usaha, yang merupakan pembiayaan produktif, hanya mengambil porsi sekitar 29% dari total pembiayaan. Setelah mengalami kontraksi pembiayaan Tahun 2009, pada Tahun 2010 pembiayaan dalam bentuk sewa guna usaha ini mengalami pertumbuhan sebesar 14% atau menjadi sebesar Rp 53,2 triliun sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan kondusif selama Tahun 2010.
24
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Meanwhile, leasing activity, considered as productive financing, only took 29% of the finance receivables. After having financing contractions in 2009, the leasing financing had growth of 14% or increased to IDR53,2 trillion along with a stable and condusive Indonesian economy during 2010.
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.3 Komposisi kegiatan pembiayaan 2010 Graph 3.3 Composition of financing activities 2010
Sedangkan kegiatan anjak piutang dan kartu kredit oleh industri pembiayaan masih menampilkan gambaran umum yang sama dengan periodeperiode sebelumnya dimana kedua jenis pembiayaan ini hanya mendapatkan porsi sangat kecil, yaitu sekitar 2% dari total piutang pembiayaan industri.
While Factoring and credit card still showed the same general picture with the previous periods whereby both of these type of financing only received small portions of about 2% of total finance receivables.
Sementara itu, jumlah kontrak beberapa kegiatan mengalami peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan, jumlah kontrak meningkat 22% menjadi sebesar 15,3 juta kontrak pembiayaan pada akhir Tahun 2010. Kenaikan jumlah kontrak tersebut berasal dari penyaluran pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha.
Meanwhile the total contract of some activities increased significantly. Overall, the total contract increased by 22% to 15.3 million financing contracts at the end of 2010. An increase in this number of contracts came from consumer finance and leasing activities.
Selain pembiayaan kartu kredit yang mengalami stagnasi selama tiga tahun terakhir, jumlah kontrak sewa guna usaha, anjak piutang dan pembiayaan konsumen selama Tahun 2010 mengalami pertumbuhan secara signifikan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 17%, 22% dan 22%.
Unlike credit card financing having stagnationduring the last three years, the contracts number of leasing, factoring and consumer finance booked by the industry grew significantly by 17%, 22% and 22% respectively.
Grafik 3.4 Jumlah Kontrak Jenis Kegiatan (2008 – 2010) Graph 3.4 Total Contract by Each Type of Activity (2008-2010)
BAPEPAM - LK 25
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.1.2. Pertumbuhan PembiayaanPer Debitur
3.1.2 Financing Growth per Debtor
Pertumbuhan piutang pembiayaan selama Tahun 2010 sebagian besar bersumber dari penyaluran pembiayaan pada barang-barang konsumtif seperti kendaraan bermotor dan alat-alat elektronik. Hal ini menjadikan golongan debitur perorangan sebagai penerima terbesar penyaluran piutang pembiayaan industri. Sepanjang Tahun 2010, debitur perorangan menerima penyaluran pembiayaan untuk konsumsi sebesar 68% dari total keseluruhan piutang industri pembiayaan, yaitu sebesar Rp127 triliun. Penyaluran pembiayaan ini mengalami pertumbuhan sebesar 38% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia yang berbasis pada populasi penduduk masih tetap memberikan kontribusi pada peningkatan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
The growth of finance receivables during 2010 which mainly came from financing consumer goods such as motor vehicles, electronic products has made the individual debtor category as the largest recipient of the industry’s finance receivables. During 2010, individual debtor received financing on consumer goods amounting 68% of the total finance industry’s receivable, or IDR127 trillion. This individual debtor financing during this period grew by 38%. This implied that the Indonesian economy which is characterized by huge populationstill contributes on the overall increase in the economic activity.
Sementara itu, debitur non perorangan yang menerima penyaluran pembiayaan masih didominasi oleh perusahaan non jasa keuangandan instansi pemerintah dengan proporsi masing-masing sebesar 24% dan 8%. Setelah mengalami stagnasi akibat dampak krisis global Tahun 2009, penyaluran pembiayaan di sektor riil pada perusahaan non jasa keuangan mengalami peningkatan kembali dengan pertumbuhan sebesar 26% dari tahun sebelumnya.
In the meantime, financing for non-individual debtor was still dominated by non-financial companies and government institutions with share of 24% and 8% respectively. After stagnating due to global financial crises in 2009, the financing activities in real sector for non-financial companiesreturned to rise by 26% compared to the previous year.
Grafik 3.5 : Pertumbuhan dan Pangsa pembiayaan per debitur (2008 - 2010) Graph 3.5 : Growth and Shares of Financing per debtor (2008 - 2010)
Berdasarkan sifat usahanya yang banyak bergerak di bidang jasa, debitur jenis lembaga keuangan baik bank maupun non bank tidak banyak menyerap dana pembiayaan dari perusahaan pembiayaan. Selama Tahun 2010, debitur jenis ini hanya mendapatkan kira-kira 1% piutang pembiayaan dari industri pembiayaan.
26
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Based on its business nature which many engaged in services, the financial institution type debtor; banks or non banks do not absorb many funds from finance companies. During 2010, this type of debtor only received about 1% of finance receivable from the finance industry.
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.1.3. Sektor Usaha Pembiayaan
3.1.3 Business Sector of Financing
Sepanjang Tahun 2010, peningkatan piutang pembiayaan masih dipicu oleh peningkatan pembiayaan konsumen kepada sektor perorangan, yaitu sebesar Rp105,9 triliun atau sekitar 57% dari total piutang pembiayaan. Sementara itu, sektor riil yang banyak menyerap pembiayaan sewa guna usaha seperti usaha listrik, manufaktur,pertambangan, pertanian, pengangkutan dan konstruksi masih tetap memberi kontribusi atas penyerapan piutang pembiayaan industri. Secara umum, penyaluran pembiayaan oleh industri Perusahaan Pembiayaan pada semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positifselama Tahun 2010 sebagai dampak dari kondisi keuangan global yang semakin baik.
During 2010 the increase of finance receivables was still driven by the increase of consumer finance receivables to the individual sector which was Rp105,9 trillion or approximately 57% of the total finance receivables. Meanwhile, the real sector which absorbs more leasing financing such as electricity, manufacturing, mining, agriculture, transportation and construction still contributed to the absorption of the industry’s finance receivables. In general, the industry’s financing distribution to most business sectors had positive growth during 2010 as a result of a better global financial condition.
Grafik 3.6 Pangsa pembiayaan per sektor usaha (2008 – 2010) Graph 3.6 Financing Share per business sector (2008 -2010)
3.1.4. Lokasi Pembiayaan
3.1.4 Location of Financing
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, konsentrasi penyaluran piutang pembiayaan selama Tahun 2010 masih didominasi daerahdaerah padat penduduk yang memang merupakan pangsa pasar utama pembiayaan barang-barang konsumen dan barang-barang produksi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. DKI Jakarta menerima pembiayaan terbesar dengan nilai piutang pembiayaan mencapai Rp45,1 triliun atau menguasai 24% 47,8% dari total nilai piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan, diikuti oleh daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat yang mempunyai pangsa pasar sebesar 14% (Rp25,7 triliun)dan 13% (Rp23,7 triliun).Selama Tahun 2010, ada 3 (tiga) daerah baru yang mendapat pembiayaan melampaui Rp 10 triliun setahun yaitu Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Timur yang menguasai pangsa pembiayaan masing-masing sebesar Rp14,4 triliun, Rp10,9 triliun dan Rp10,4 triliun.
As in the previous periods,concentration of financing distribution during 2010 was still dominated by dense populated locations which were indeed the major market share for financing of consumer and productive goods such as DKI Jakarta, West Java and Central Java. DKI Jakarta received the biggest financing with finance receivable value reaching RP45.1 trillion or 24% of the total industry’s receivable, followed by Central Java and West Java having a market share of 14%% (Rp25,7 trillion) and 13% (Rp23,7 trillion) respectively. During the year 2010, there are 3 (three) new areas that received financing exceeding Rp 10 trillion a year, namely East Java, Banten and East Kalimantan that absorbed the share of financing amounting to Rp14,4 trillion, Rp10,9 trillionand Rp10,4 trillion respectively.
BAPEPAM - LK 27
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Gambar3.1: Lokasi Penyaluran Pembiayaan Figure3.1: Location of Financing Distribution
28
3.1.5. Kualitas Aset Pembiayaan
3.1.5 The Quality of Financing Assets
Kualitas aset pembiayaan dapat dilihat dari naik turunnya nilai non-performing financing (NPF) piutang pembiayaan. Semakin kecil nilai NPF, semakin bagus kualitas aset piutang Perusahaan Pembiayaan. Selama Tahun 2010, kondisi ekonomi Indonesia yang stabil ikut mendorong peningkatan penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh industri Perusahaan Pembiayaan. Namun demikian, belajar dari krisis keuangan global dua tahun lalu, Perusahaan Pembiayaan sejak tahun lalu mulai menerapkan kebijakan yang selektif dan pruden dalam penyaluran pembiayaannya. Hal tersebut menjadikan risiko pembiayaan industri sejak Tahun 2008 cenderung menurun, yang ditunjukkan oleh penurunan rasio NPF dari 2,7% di Tahun 2008 menjadi 1.4% pada Tahun 2010 yang merupakan nilai rasio NPF terendah selama lima periode terakhir.
The quality of financing assets can be described from the value of non-performing financing (NPF). The smaller value of NPF, the better quality of financing assets. During 2010, Indonesia’s stable economic condition contributed to increase financing distribution by the Finance Companies. However, learning from a global financial crisis two years ago, Finance Companies began to implement selectively and pruden policies in extending their financing last year. It made the industry’s financing risk tended to decrease since 2008, representedby a decrease of NPF ratio from 2.7% in 2008 to 1.4% in 2010,which is the lowest NPF ratio during the last five periods.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.7 Rasio NPF piutang pembiayaan Graph 3.7 NPF Ratio in financing receivables
3.2. Pembiayaan Sewa Guna Usaha
3.2 Lease Financing
Setelah mengalami stagnasi akibat krisis keuangan global dan seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi sepanjang Tahun 2010, sektor riil yang merupakan sektor penerima pembiayaan sewa guna usaha dari Perusahaan Pembiayaan mulai menggeliat kembali. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan pembiayaan sewa guna usaha selama Tahun 2010 sebesar 14%.
After experiencing stagnation due to the global financial crisis and in line with increased economic activities throughout 2010, the real sector which is the recipient of lease financing began to grow again. This is indicated by an increase of 14% in lease financing during the year 2010.
Dalam kurun waktu 2006-2008, pertumbuhan sewa guna usaha cukup signifikan. Setelahmengalami kontraksi pembiayaan pada Tahun 2009, nilai piutang pembiayaan menunjukkan trend positif sepajang Tahun 2010 dan pada akhir periode pembiayaan sewa guna usaha yang telah disalurkan industri tercatat sebesar Rp53,2 triliun.
During the period of 2006-2010, leasing had significant growth. After having financing contractions in 2009,the finance receivable value showed a positive trend during 2010 and lease financing distributed by the industry at the end of the period reached to Rp53,2 trillion.
Grafik 3.8 Piutang Sewa Guna Usaha (dalam triliun rupiah) Graph 3.8 Lease Receivable (in trillion rupiah)
BAPEPAM - LK 29
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.2.1. Pertumbuhan Pembiayaan Sewa Guna Usaha per Lessee
3.2.1 Growth of Leasing per Lessee
Sepanjang Tahun 2010, penyaluran pembiayaan sewa guna usaha oleh Perusahaan Pembiayaan masih didominasi oleh perusahaan swasta non keuangan dan instansi pemerintah. Perusahaanperusahaan non keuangan menikmati sebagian besar pembiayaan sewa guna usaha selama Tahun 2010, dimana nilai pembiayaannya sekitar Rp31 triliun atau sekitar 58% dari total pembiayaan sewa guna usaha Tahun 2010. Sementara itu, instansi pemerintah dan lessee perseorangan memperoleh penyaluran pembiayaan sewa guna usahamasingmasing sebesar 28% (Rp14,6 triliun) dan 14% (Rp7,5 triliun).
During the year 2010, the distribution of lease financing by Finance Companieswas still dominated by non-financial private companies and government sectors. Non-financial companies enjoyed majority of lease financing during 2010, in which the financing value was around Rp31 trillion or approximately 58% of the total 2010 lease financing. Meanwhile, government sectors and individual lessee obtained a distribution of lease financing with a proportion of 28% (Rp14,6 trillion) and 14% (Rp7,5 trillion) respectively.
Grafik 3.9 Pertumbuhan dan Pangsa pembiayaan sewa guna usaha per Lessee (2008 - 2010) Graph 3.9: Growth and Shares of Lease Financing per Lessee (2008 - 2010)
30
Selama Tahun 2010, pembiayaan sewa guna usaha yang disalurkan kepada semua jenis lesseepada umumnya mengalami pertumbuhan positif terutama pada perusahaan-perusahaan non keuangan dan lessee perseorangan. Penyaluran pembiayaan pada kedua jenis lessee ini tumbuh masing-masing sebesar 17% dan 43%.
Throughout 2010, lease financing distributed to all types of lessee generally experienced a positive growth, especially non-financial companies and individual lessees. The financing distribution to both lessees grew respectively by 17% and 43%.
Sementara itu, lessee lainnya seperti lembaga keuangan dan perorangan hanya menerima sebagian kecil pembiayaan sewa guna usaha mengingat pembiayaan ini memang lebih diperuntukkan bagi industri yang bergerak di sektor riil, bukan sektor jasa keuangan.
Meanwhile, other types of debtors, i.e. financial institutions and individuals only received a small portion of lease financing because the nature of leasing is designed for industries engaged in the real sectors, not for financial sectors.
3.2.2. Sektor Usaha Pembiayaan Sewa Guna Usaha
3.2.2 Business Sector of Lease Financing
Sebagaimana periode-periode sebelumnya, penyaluran pembiayaan sewa guna usaha oleh Perusahaan Pembiayaan terbesar diterima oleh sektor listrik dengan pangsa pembiayaan sebesar 28%. Hal ini tidak mengherankan, mengingat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap ketersediaan listrik masih besar. Namun demikian, sektor ini kehilangan pangsa pembiayaan sewa guna usaha sekitar 4% selama Tahun 2010.
As in the previous periods, the largest distribution of Finance Company’s leasing was to the electricity sector with a share of 28%. This is not surprising, considering that Indonesian needs for electricity supply is still high. However, this sector lost its leasing share of about 4% during 2010.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.10 Pangsa pembiayaan sewa guna usaha per sektor usaha (2008 – 2010) Graph 3.10 Share of lease financing per business sector (2008-2010)
Sementara itu, sektor-sektor industri lainnya seperti pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, perdagangan dan pengangkutan menguasai pangsa pembiayaan sewa guna usaha masingmasing berkisar antara 9% - 15%. Selama Tahun 2010, seluruh sektor usaha tersebut mengalami peningkatan dalam menyerap pembiayaan sewa guna usaha terutama sektor pertambangan, konstruksi dan perdagangan.
In the meantime, other industrial sectors such as mining, manufacturing, construction, trading and transportation enjoyed lease financing share ranging between 9% - 15%. During the year 2010, all business sectors, mainly mining, construction and trading sectors experienced an increase in lease fianncing absorption.
3.2.3. Lokasi Pembiayaan Sewa Guna Usaha
3.2.3 Location of Lease Financing
Sepanjang Tahun 2010, konsentrasi penyaluran piutang pembiayaan sewa guna usaha didominasi oleh daerah-daerah industri yang terpusat di sebagian besar kota di pulau Jawa dan Kalimantan. Dengan masih terpusatnya sentra industri pengolahan, industri listrik dan konstruksi di beberapa kota di Jawa menjadikan DKI Jakarta dan Jawa Tengah menguasai penyaluran pembiayaan sewa guna usaha masing-masing sebesar 28% dan 29% dari total pembiayaan sewa guna usaha sebesar Rp52,3 triliun. Namun demikian, kedua daerah ini mengalami penurunan dalam menyerap pembiayaan sewa guna usaha selama Tahun 2010. Sementara itu, Kalimantan Timur mempunyai pangsa pasar pembiayaan sewa guna usaha terbesar di luar pulau Jawa sebesar 14% atau sekitar Rp7,3 triliun, naik sekitar Rp2 triliun dari Tahun 2009. Selain Kalimantan Timur, terdapat empat daerah lain yang memperoleh pangsa pembiayaan sewa guna usaha antara Rp1–10 triliun, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jambi. Sementara itu, daerah-daerah lainnya hanya memperoleh penyaluran piutang pembiayaan dalam jumlah kurang signifikan.
During 2010, concentration of lease financing distribution was dominated by the industrial districts concentrated mostly in big cities of the Java and Kalimantan Islands. With the centralized manufacturing, electricity and construction center in several cities in the Java Island have made DKI Jakarta and Central Java received lease financing share of 28% and 29% respectively of the total lease financing (Rp52.3 trillion). However, both of these areas experienced a decrease in lease financing absorption during 2010. Meanwhile, East Kalimantan had the largest lease financing share outside the Java island by 14% or about Rp7,3 trillion, rose from Rp2 trilliion in 2009. Apart from East Kalimantan, there are four other regionss which obtained lease financing share between Rp1-10 trillion, i.e. South Kalimantan, West Java, East Java and Jambi. Meanwhile, the other regions only obtained non significant amount.
BAPEPAM - LK 31
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Gambar 3.2 Lokasi Pembiayaan Sewa Guna Usaha Figure 3.2 Location of Lease Financing
32
3.2.4. Kualitas Piutang Pembiayaan Sewa Guna Usaha
3.2.4 The Quality of Lease Receivables
Sejak Tahun 2008 industri pembiayaan mulai menerapkan kebijakan yang lebih selektif dalam melakukan kegiatan pembiayaan sewa guna usaha. Hal ini ditandai dengan turunnya rasio NPF pembiayaan sewa guna usaha selama 2 (dua) tahun terakhir. Setelah turun cukup tajam dari 3,8% pada Tahun 2008 menjadi hanya 1,5% di Tahun 2009, Nilai NPF pada Tahun 2010 turun kembali menjadi hanya sebesar 0,6% atau terendah selama lima tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas piutang sewa guna usaha sangat bagus seiring dengan kebijakan pembiayaan yang lebih prudent.
Since 2008 Finance Companies began to implement more selective policies in distributing of lease financing. It is represented by a decline in NPF ratio of lease financing during the last two years.After decreasing sharply from 3,8% in 2008 to 1,5% in 2009, NPF ratio continued to decrease to only 0,6% in 2010 or the lowest NPF ratio in the last five years. This indicates that there is an increase in the quality of lease receivables arising from a more prudent decision.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.11 Rasio NPF piutang pembiayaan sewa guna usaha Graph 3.11 NPF Ratio in leasing receivables
3.3. Pembiayaan Anjak Piutang Perkembangan pembiayaan anjak piutang dalam lima tahun terakhir relatif stagnan. Setelah mengalami lonjakan yang cukup drastis pada Tahun 2007, nilai pembiayaan anjak piutang selama Tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan sebelum pada akhir Tahun 2010 kembali tumbuh sebesar 13% menjadi sebesar Rp2,3 triliun. Kondisi ini tidaklah mengherankan mengingat karakteristik bisnis anjak piutang (factoring) yang memang memiliki risiko kredit lebih tinggi dibandingkan kegiatan pembiayaan lainnya. Di samping itu juga, banyak Perusahaan Pembiayaan yang memang tidak menjadikan kegiatan anjak piutang dalam lini bisnisnya.
3.3
Factoring
The growthof factoring financing in the last five years was realtively stagnant. After experiencing a drastic jump in 2007, the factoring financing during2008 and 2009 decreased before returning to grow by 13% or to Rp2,3 trillion at the end of 2010.This condition is not surprising given the nature of factoring has a higher credit risk compared to the other finance activities. In addition, many Finance Companies did not include factoring activity in their line of business.
Grafik 3.12 Nilai Anjak Piutang Graph 3.12Factoring Receivable
BAPEPAM - LK 33
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.3.1. Pembiayaan Anjak Piutang per Klien
3.3.1 Factoring per Client
Klien kegiatan usaha anjak piutang adalah perusahaan/perorangan yang mengalihkan piutang dagang kepada Perusahaan Pembiayaan. Klien mengalihkan piutang kepada Perusahaan Pembiayaan dengan maksud untuk memperbaiki likuiditas keuangan.
Clients of factoring are companies/individuals who sells their account receivable to the Finance Company. The Client sells the receivables to the Finance Company in order to improve their liquidity.
Sebagaimana gambaran pada periode-periode sebelumnya, perusahaan-perusahaan non-jasa keuangan selalu mendominasi pangsa pasar pembiayaan anjak piutang dari Perusahaan Pembiayaan dan menyisakan sebagian kecil untuk golongan klien lainnya seperti perseorangan, lembaga keuangan, dan pemerintah. Pada Tahun 2010, Perusahaan Non Jasa Keuangan memperoleh pembiayaan anjak piutang sebesar Rp2,2 triliun atau mencapai 95% dari total piutang yang dialihkan klien kepada Perusahaan Pembiayaan.
As described in the previous periods, the non-financial companies always dominate the Finance Company’s factoring market share leaving a small portion of other client categories such as individuals, financial institutions, and government bodies. In 2010, nonfinancial companies obtained factoring financing amounting to Rp2,2 trillion or 95% of the total receivables that Clients sold to Finance Companies.
Grafik 3.13 Pertumbuhan dan Pangsa pembiayaan Anjak Piutang per Golongan Klien (2008 – 2010) Graph 3.13 Growth and Share of Factoring per Client (2008-2010)
34
3.3.2. Sektor Usaha Kegiatan Anjak Piutang
3.3.2 Business Sector of Factoring
Tidak seperti kegiatan pembiayaan sewa guna usaha yang didominasi sektor riil dan pembiayaan konsumen oleh sektor perorangan, pembiayaan anjak piutang terbesar disalurkan pada perusahaan yang bergerak di sektor jasa dunia usaha sebesar Rp789 miliar atau menguasai 34% pasar pembiayaan anjak piutang. Sementara itu, Perusahaan non keuangan yang bergerak di sektor industri pengolahan, perdagangan dan sektor lainlain berturut-turut menguasai pangsa pembiayaan sebesar 12%, 13% dan 23%.
Unlike leasing and consumer finance activities which are dominated by the real sector and individual sector respectively, the biggest Finance Company’s factoring financingwas channeled to clients that engaged in the business service sectors amounting to Rp789 billion or controlling 34% of factoring market. Meanwhile, non-financial companiesengaging in the manufacturing sector, trading sector and other sector obtained factoring share of 12%, 13% and23% respectively.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.14 Pangsa Kegiatan Anjak Piutang per Sektor Usaha (2008 - 2010) Graph 3.14 Share of Factoring per Business Sector (2008 - 2010)
Sepanjang Tahun 2010, hampir semua sektor usaha mengalami pertumbuhan negatif. Perusahaanperusahaan yang bergerak pada sektor riil kehilangan pangsa pembiayaan anjak piutangnya bila dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor industri pengolahan dan perdagangan masingmasing kehilangan sekitar 6% dan 3% pangsa pembiayaan anjak piutang selama Tahun 2010. Sebaliknya, peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada klien yang bergerak di sektor jasa dunia usaha, dimana terjadi peningkatan pangsa pembiayaan sebesar 13% menjadi 34% dari total pembiayaan anjak piutang Tahun 2010.
Throughout 2010, almost of business sectors experienced negative growth. Companies engaged in the real sector lost their factoring share compared to the previous year. Manufacturing and trading sectors lostabout 6% and 3% of factoring market share during 2010. On the other hand, there was an significantly increase in factoring financing for clients engaged the business service sector, in which their factoring share increased by 13% to 34% of total factoring market share during 2010.
3.3.3. Lokasi Pembiayaan Kegiatan Anjak Piutang
3.3.3 Location of Factoring Activities
Berdasarkan sifat bisnis pembiayaan anjak piutang dimana keputusan untuk mengalihkan piutang klien masih tersentralisasi di kantor pusat, maka lokasi penyaluran pembiayaan anjak piutang didominasi penuh oleh kota pusat administrasi yaitu DKI Jakarta. Sepanjang Tahun 2010, DKI Jakarta menguasai pangsa pembiayaan anjak piutang sebesar Rp1,7 triliun atau sekitar 74% dari total pembiayaan anjak piutang. Sementara itu, hanya Jawa Barat yang memperoleh market share pembiayaan antara Rp100 - 500 milyar, sedangkan daerah-daerah lainnya hanya menikmati pembiayaan masingmasing kurang dari Rp100 milyar.
Based on the nature of factoring business whereby decisions to sell the client’s receivable is still centralized at the head-offices, therefore, the location of factoring is fully dominated by the administrative center city, DKI Jakarta. During the year of 2010, DKI Jakarta controlled the factoring financing segment amounting to Rp1,7 trillion or about 74% of the total factoring financing. Meanwhile, only West Java obtained financing market share between Rp100 – 500 billion, while each other region only enjoyed financing less than Rp100 billion.
BAPEPAM - LK 35
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Gambar 3.3 Lokasi Pembiayaan Kegiatan Usaha Anjak Piutang Figure 3.3 Factoring Location
3.3.4. Kualitas Kegiatan Anjak Piutang
3.3.4 The Quality of Factoring Receivables
Kualitas anjak piutang selama tiga tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Setelah penurunan rasio NPF yang signifikan Tahun 2009, rasio NPF turun kembali menjadi 3,1% pada akhir Tahun 2010. Kondisi ini menunjukkan industri Perusahaan Pembiayaan masih tetap menerapkan kebijakan selektif dalam melakukan pembiayaan anjak piutang.
The quality of factoring over the last three years showed significant improvement. After a significant decline in NPF ratio in 2009, NPF ratio continued to fall to 3,1% at the end of 2010. This condition indicates that Finance Companies still operate a selective policy for their factoring financing.
Grafik 3.15 Rasio NPF Kegiatan Usaha Anjak Piutang (2006 – 2010) Graph 3.15 NPF Ratio of Factoring Receivables(2006 – 2010)
Meskipun menunjukkan tren menurun, nilai rasio NPF anjak piutang yang masih lebih tinggi dari ratarata rasio NPF industrimengindikasikan tingginya tingkat risiko kegiatan anjak piutang yang dihadapi Perusahaan Pembiayaan. Oleh karena itu, kebijakan yang lebih selektif dan prudent serta pemahaman business risk klien yang lebih baik harus dipenuhi oleh manajemen Perusahaan Pembiayaan sebelum melakukan pembiayaan ini.
36
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Although a declined trend is shown, Factoring The NPF ratio of factoring which is still higher than average industry’s NPF ratio emphasized the high level offactoring riskfaced byFinance Companies. Therefore, prudent and a more selective policies as well as better understanding of the Client’s business risk should be fulfilled by Finance Companies’ management before financing this transaction.
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.4. Usaha Kartu Kredit
3.4 Credit Card Business
Perkembangan nilai piutang pembiayaan kartu kredit mengalami penurunan secara bertahap selama lima tahun terakhir. Pada akhir Tahun 2010, nilai piutang pembiayaan kartu kredit hanya sebesar Rp876 miliar atau mengalami penurunan 6% dibandingkan kondisi Tahun 2009. Secara umum, nilai piutang pembiayaan kartu kredit beserta jumlah kontrak pembiayaan kartu kredit mengalami penurunan secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir dan diprediksi akan masih berlangsung hingga tahun-tahun mendatang kecuali ada pemain-pemain kartu kredit baru yang masuk dalam industri Perusahaan Pembaiyaan. Hal ini dikarenakan Perusahaan Pembiayaan bukanlah satu-satunya perusahaan yang memberikan pembiayaan kartu kredit. Industri perbankan saat ini tetap mendominasi sebagian besar penyaluran pembiayaan kartu kredit di Indonesia.
Credit card receivable was gradually decreased during the past five years. At the end of 2010, the credit card receivable was only Rp876 billion or decreased by 23% compared to the 2009 condition. In general, credit card receivable and total credit card contracthas decreased gradually in recent years and it is predicted to last until the years ahead unless there are new credit card players in Finance Companies. This is because Finance Companies are not the only ones providing credit card financing. The banking currently still dominates most of the distribution of credit card financing in Indonesia.
Di samping itu, dari 192 Perusahaan Pembiayaan yang aktif melakukan kegiatan, hanya ada satu Perusahaan Pembiayaan yang masih memiliki piutang pembiayaan kartu kredit. Sehingga hal ini mempengaruhi rendahnya nilai piutang kartu kredit yang dilakukan Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010. Di samping itu, tingkat risiko bisnis kartu kredit yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan konsumen juga sangat mungkin mempengaruhi keputusan Perusahaan Pembiayaan untuk tidak memfokuskan bisnisnya pada usaha kartu kredit.
In addition, out of the 192 active Finance Companies, there was only onefinance company still focused in the credit card activity. Therefore, this condition reflected the low credit card receivable carried by Finance Companies in the year 2010. Moreover, the credit card’s higher business risk compared to the consumer finance could also very likely influenced the Finance Company’s decision not to focus in the credit card business.
Grafik 3.16 Piutang Kartu Kredit (2006 - 2010) Graph 3.16 Credit Card Receivables (2006 - 2010)
3.4.1. Nasabah Kegiatan Usaha Kartu Kredit
3.4.1 Customer of Credit Card Business Activities
Pada Tahun 2010 semua nasabah yang memperoleh pembiayaan kartu kredit dari Perusahaan Pembiayaan adalah perseorangan. Hal ini karena memang karakteristik pasar bisnis kartu kredit adalah perseorangan yang ditujukan untuk keperluan konsumsi. Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung dalam tahun-tahun ke depan mengingat bisnis ini masih sulit menembus pangsa pasar nasabah korporasi yang memang tidak tepat dibiayai dengan jenis pembiayaan ini.
In 2010, all customers who obtained credit card financing from Finance Companies were individuals. The reason for this was due to the fact that characteristics of the credit card business market are designed for individuals for consumption purposes. This condition is predicted to last in the years aheadgiven this type of financing is still difficult to penetrate corporate customerswho are inappropriately funded with this type of financing.
BAPEPAM - LK 37
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.4.2. Kualitas Piutang Kartu Kredit
3.4.2 The Quality of Credit Card Receivables
Selama periode tiga tahun terakhir, kualitas piutang kartu kredit menurun secara bertahap sebagaimana dicerminkan oleh peningkatan rasio NPF dari 3,9% pada Tahun 2009 menjadi 4,6% pada Tahun 2010. Kondisi ini mengindikasikan tingginya tingkat risiko pembiayaan kartu kredit yang dihadapi Perusahaan Pembiayaan. Salah satu resiko pembiayaan ini adalah tidak adanya collateral yang mengikat nasabah sebagaimana yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan konsumen.
During the last three years, the quality of credit card receivables decreased gradually as reflected by an increase in NPF ratio from 3,9% in 2009 to 4.6% in 2010. This condition indicates the high level of credit card risk faced by Finance Companies. One risk of this financing is the absence of collateral that bind customers as occurred in consumer finance activity.
Grafik 3.17 Rasio NPF Usaha Kartu Kredit(2006 – 2010) Graph 3.17 NPF Ratio of Credit Card Receivables (2006 – 2010) v
3.5. Pembiayaan Konsumen
38
3.5 Consumer Finance
Sampai saat ini, Perusahaan Pembiayaan masih tetap mengandalkan kegiatan pembiayaan konsumen sebagai faktor utama pendongkrak pertumbuhan aset industri. Pada Tahun 2010, piutang pembiayaan konsumen tumbuh cukup tajam sebesar 40% dari Rp93,1 triliun pada Tahun 2009 menjadi Rp130 triliun.
To date, Finance Companies were still depended on consumer finance activities as a major factor in boosting growth of the industry’s asset. In 2010, consumer finance receivable grew sharply by 40% from Rp93,1 in 2009 to Rp130 trillion.
Seiring dengan membaiknya perekonomian global dan peningkatan aktivitas ekonomi domestik, piutang pembiayaan konsumen tumbuh secara bertahap sepanjang Tahun 2010. Peningkatan pembiayaan konsumen sepanjang tahun ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan konsumsi di Indonesia terutama permintaan kendaraan bermotor GAIKINDO (2010) mencatat bahwa selama Tahun 2010, penjualan sepeda motor nasional dan mobil nasional masing-masing mengalami peningkatan sebesar 26% dan 57%dibandingkan tahun sebelumnya.
Along with the improving global economy and increased domestic economic activities, consumer finance receivables grew gradually throughout 2010. An increased in consumer financing during this year was driven by increased consumption in Indonesia, especially in motor vehicle’s demand. GAIKINDO (2010) noted that during 2010, sales of motorcycles and national cars has increased by 26% and 57% respectively compared to the previous year.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.18 Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2006 – 2010) Graph 3.18 Consumer Finance Activities (2006-2010)
3.5.1. Pertumbuhan Pembiayaan Konsumen per Nasabah
3.5.1 Consumer Finance Growth by Customer
Nasabah perorangan menjadi penerima terbesar penyaluran piutang pembiayaan konsumen sepanjang Tahun 2010, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp118,6 triliun atau 91% dari total piutang pembiayaan konsumen. Hal ini sesuai dengan karakteristik bisnis pembiayaan konsumen dalam menyediakan dana pembiayaan pada barang-barang konsumtif seperti kendaraan bermotor dan alat-alat elektronik yang banyak dibutuhkan oleh konsumen perorangan.
Individual customers was the biggest recipient in consumer finance receivables distribution during the year 2010, which was not much difference from the previous years, amounting Rp118,6trillion or 91% of the total consumer finance receivable. This is in line with the consumer finance’s business characteristics in providing financing for consumer goods such as motor vehicles and electronic equipment which is much needed by individual consumers.
Dengan dominasi yang begitu besar, setiap pertumbuhan dari pembiayaan yang diterima nasabah perorangan akan mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada pertumbuhan nilai piutang pembiayaan konsumen. Sepanjang Tahun 2010, penyaluran piutang pembiayaan konsumen pada nasabah perorangan ini mengalami pertumbuhan sebesar 38% yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan nilai piutang pembiayaan konsumen secara keseluruhan.
With such a big domination, every financing growth received by the individual customers will be able to provide significant influence on the growth of consumer finance receivables. During the year 2010, distribution of consumer finance receivables on individual customers grew significantly by 38% which in turn affected the growth of consumer finance receivables as a whole.
BAPEPAM - LK 39
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
Grafik 3.19 Pertumbuhan dan Pangsa Pembiayaan Konsumen per Nasabah (2008 - 2010) Graph 3.19 The Growth and Share of Consumer Finance per Customer (2008 - 2010)
Sementara itu, nasabah non perorangan yang menerima penyaluran pembiayaan konsumen terbesar adalah perusahaannon jasa keuangan yang menguasai pangsa pembiayaan sebesar 8% atau sekitar Rp10,7 triliun. Sedangkan kategori nasabah lainnya seperti lembaga keuangan dan pemerintah bersama-sama hanya menguasai sekitar 1% saja, sehingga laju pertumbuhan pembiayaan pada kategori-kategori ini tidak banyak mempunyai pengaruh pada pertumbuhan kegiatan pembiayaan konsumen secara keseluruhan.
Meanwhile, the non-individual customers who received the largest consumer finance distribution was non-financial companies that controls 7% of financing share or about Rp10,7 trillion. While the other customer categories such as financial institutions and government institution jointly controlled only about 1%, therefore, the financing growth rate on these categories did not have much influence on the growth of consumer finance activities as a whole.
3.5.2. Sektor Usaha Nasabah Kegiatan Pembiayaan Konsumen
3.5.2 Business Sector Customer
Sepanjang Tahun 2010, penyaluran pembiayaan konsumen oleh Perusahaan Pembiayaan didominasi sektor lain-lain (konsumsi) dengan penguasaan mencapai 76% dari total nilai piutang pembiayaan konsumen atau sebesar Rp99,3 triliun. Sementara itu, sektor-sektor ekonomi yang bergerak di bidang jasa perdagangan, pengangkutan, jasa sosial dan jasa dunia usaha rata-rata menguasai pangsa pembiayaan antara 3% - 6%. Sedangkan porsi pembiayaan pada sektor industri berat seperti pertambangan, industi pengolahan, listirik dan kontruksi masih sangat rendah dan belum tumbuh dengan stabil.
Throughout 2010, Finance Company’s Consumer Finance distribution was dominated by the other sector (consumption sector) with controlling 78% of the total consumer finance receivable. Meanwhile, economic sectors that engaged in trading, transportation, social services and businesses services averagely controlled a financing share between 3%- 6%. While financing portion of the heavy industry sectors such as mining, processing industries, electricity and construction were still very low and did not yet grown steadily.
of
Consumer
Grafik 3.20 Pangsa Pembiayaan Konsumen per Sektor Usaha (2008 – 2010) Graph 3.20 Consumer Finance Share by Business Sector (2008 -2010)
40
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Finance’s
Bab 3 Chapter 3 Kegiatan Usaha Pembiayaan Financing Activities
3.5.3. Lokasi Debitur Kegiatan Pembiayaan Konsumen
3.5.3 Debtor Location of Consumer Finance Activities
Konsentrasi penyaluran piutang pembiayaan Tahun 2010 masih didominasi daerah-daerah padat penduduk sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Pangsa pembiayaan barang-barang konsumen terbesar disalurkan untuk DKI Jakarta yang mempunyai market share sebesar Rp27,4 triliun atau sekitar 21% dari total pembiayaan konsumen. Daerah lainnya yang menguasai pangsa pembiayaan di atas Rp10 triliun adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang masing-masing menyerap pembiayaan sebesar 16%, 10% dan 8%. Sementara untuk area luar Jawa, sebagian besar provinsi di Sumatera memiliki pangsa pembiayaan rata-rata 2% sampai 5%, di mana Sumatera Utara menguasai pangsa pembiayaan terbesar dengan nilai mencapai Rp6,6 triliun atau sekitar 5%.
Concentration of the 2010 finance receivable distribution was still dominated by the dense populated areas as in the previous years. The largest financing share of consumer goods was distributed to DKI Jakarta with a market share of Rp27,4 trillion, or about 21% of the total consumer finance transaction. The other areasthat controlled financing share over Rp10 trillion is West Java, East Java, and Central Java that absorb respectively about 16%, 10% and 8%. While for areas outside of Java, mostof the provinces in Sumatera had its financing share an average of 2%- 5%, whereby North Sumatera had the largest financing share reaching Rp6,6 trillion, or about 5%..
Gambar 3.4 Lokasi Nasabah Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2010) Figure3.4 Consumer Finance Location (2010) v
3.5.4. Kolektibilitas Nasabah Kegiatan Pembiayaan Konsumen
3.5.4 Customer Collectability of Consumer Finance Activities
Selama lima tahun terakhir, risiko pembiayaan konsumen yang dihadapi Perusahaan Pembiayaan cenderung semakin besar. Sejak Tahun 2006 nilai NPF pembiayaan konsumen naik secara bertahap dari 1,2% sampai 2% pada Tahun 2009 sebelum kembali turun pada akhir Tahun 2010 menjadi 1,6%. Penurunan rasio NPF pada Tahun 2010 ini mengindikasikan bahwa Perusahaan Pembiayaan masih menerapkan kebijakan yang sangat hati-hati dalam menyalurkan pembiayaannya.
During the last five years, consumer finance’s risk faced by Finance Companies tended to rise. Since 2006 NPF ratio increased gradually from 1,2% to 2% in 2009 before declining again to 1,6% at the end of 2010. The decreased NPF ratio in 2010 indicated that Finance Company still implemented more prudent policy in distributing their financing.
BAPEPAM - LK 41
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Grafik 3.21 Rasio NPF Kegiatan Usaha Pembiayaan Konsumen (2006 – 2010) Graph 3.21 NPF Ratio of Consumer Finance Recievables (2006-2010)
BAB 4
CHAPTER 4
INVESTASI INVESTMENT
4.1. Investasi pada Surat Berharga
4.1 Investments in Securities
Perusahaan pembiayaan dapat melakukan kegiatan investasi dalam surat berharga, di samping kegiatan operasional pembiayaan utama. Dengan menginvestasikan dana kas yang tidak digunakan untuk kegiatan pembiayaan utama pada instrumeninstrumen investasi yang menguntungkan, perusahaan dapat mengelola kebutuhan likuiditas dan meningkatkan pendapatan dari kegiatan non operasional pembiayaan.
Finance Companies may conduct investment in securities, besides the main financing operation. By investing funds which is not used for primary financing activities on the profitable investment instruments, the company can manage liquidity needs and increase some revenue from non operational financing activities.
Sepanjang Tahun 2010, total dana investasi seluruh perusahaan pembiayaan mencapai sekitar Rp 566,73 miliar. Tercatat bahwa jumlah tersebut naik 48,5 % dari Tahun 2009. Namun dana investasi tersebut hanya sebesar 0,24 % dari total aktiva industri jasa Pembiayaan yang sebesar Rp 230,3 triliun. Hal ini menandakan bahwa pada Tahun 2010 perusahaan pembiayaan berusaha untuk tetap fokus pada kegiatan operasional pembiayaan utama (sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan pembiayaan konsumen) walaupun terdapat peningkatan total dana investasi dari Tahun 2009.
During the year 2010, the total Finance Company’s investment funds was amounting Rp566.73 billion. Although it was noted that the amount was an increase of 48.5% from the year 2009, the 2010 investment funds was only 0.24% of the total Financial Services Industry’s assets which amounted Rp230.3 trillion. This indicated that in 2010 Finance Companies was trying to keep focused on the main operational financing activities (leasing, factoring, credit card and consumer finance) Although it was noted there was increasing of total investment fund from year of 2009.
4.1.1. Jenis Surat Berharga
4.1.1 Types of Securities
Sepanjang Tahun 2010, deposito menjadi pilihan utama investasi dengan proporsi mencapai 66,1% dari keseluruhan investasi diikuti dengan investasi dalam bentuk obligasi dengan proporsi 15,21 %. Hal ini terjadi karena dampak krisis keuangan global yang menyebabkan Perusahaan Pembiayaan lebih berhati-hati dalam berinvestasi, dimana produk investasi berbentuk deposito dan obligasi dinilai memiliki resiko yang relatif rendah.
During the year 2010, time deposits became the primary choice of investment with a proportion reached 66,1% of the total investment, followed by investments in bond issuance with a proportion of 15,21%. This was as a result of the impact of the global financial crisis which had caused Finance Companies to be more careful in their investments, while investment portofolio in time deposit and bond relatively have low risk.
BAPEPAM - LK 43
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 4 Chapter 4 Investasi Investment
Selama periode 2008–2010, investasi Perusahaan Pembiayaan pada instrumen sertifikat deposito mengalami peningkatan dari Rp 127,5 miliar pada Tahun 2008 menjadi Rp 374,6 miliar pada 2010. Instrumen obligasi yang meningkat pesat di Tahun 2007 mencapai Rp309,4 miliar, juga menurun drastis hingga tinggal 18% di Tahun 2008 sebesar Rp 55,3 miliar dan kemudian pada Tahun 2009 meningkat menjadi Rp 111,5 miliar,namun kembali mengalami penurunan di Tahun 2010 menjadi Rp 86,2 milliar. Kemudian di tempat ketiga terdapat Instrumen Promissory Note yang mengalami peningkatan cukup besar menjadi Rp 33,7 miliar dimana selama Tahun 2008 dan 2009 mempunyai porsi yang tidak terlalu besar.
During the period 2008-2010, the Finance Company’s investment in time deposit certificate instruments was increased from Rp127.5 billion in 2008 to Rp374.6 billion in 2010. Bond Instruments which increased rapidly in 2007 reached Rp309.4 billion, also dropped drastically to only 18% in 2008 for amount of Rp55,3 billion and then slightly increased to Rp111.5 billion in 2009, nevertheless it was decreased to Rp86.2 billion in 2010. Then the promissory note rank in the third place which increased to Rp33.7 billion, while during 2008 and 2009 the portion were not too big.
Grafik 4.1 Jenis Surat Berharga (2008 – 2010) Graph 4.1 Types of Securities (2008-2010)
44
4.1.2. Golongan Penerbit SuratBerharga
4.1.2 Category of Security Issuers
Sejalan dengan besarnya kepemilikan sertifikat deposito oleh perusahaan pembiayaan sebagai instrumen investasi mayoritas, perbankan menjadi golongan penerbit yang paling dominan selama Tahun 2010 dengan proporsi mencapai 75,7% diikuti oleh perusahaan non jasa keuangan menjadi golongan penerbit terbesar kedua dengan proporsi sebesar 18,7 %. Sementara itu, institusi keuangan non bank di posisi ketiga dengan proporsi sebesar 5,2 %.
In line with the large Finance Company’s certificate deposit ownership as majority investment instruments, the banks became the most dominant issuer category during the year 2010 with the proportion reached 75.7% followed by non-financial services companies as the second large issuer group with the proportion of 18.7%. Meanwhile, the non bank financial institutions were placed in the third position with a proportion of 5,2%.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 4 Chapter 4 Investasi Investment
Selanjutnya, selama periode 2008–2010, terjadi peningkatan jumlah penempatan dana oleh perusahaan pembiayaan di bank sebagai penerbit sertifikat deposito, yaitu dari Rp167,5 miliar pada Tahun 2008 menjadi Rp 429,5 miliar pada Tahun 2010. Selama periode yang sama, pemilikan surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan non jasa keuangan juga menurun lebih dari 17 % dan lembaga keuangan non bank turun sebesar lebih dari 50%.
Furthermore, during the period 2008-2010, there was an improvement in Finance Company’s fund placement in the banks as issuer of certificate deposit, which was from Rp167.5 billion in 2008 to Rp429.5 billion in 2010. During the same period, ownership of securities issued by non-financing services companies also declined more than 17% and for non-bank financial institutions more than 50%.
Grafik 4.2 Golongan Penerbit Surat Berharga (2008 – 2010) Graph 4.2 Group of Security Issuers (2008-2010)
4.1.3. Jenis Mata Uang Surat Berharga
4.1.3 Types of Securities
Surat berharga berdenominasi rupiah menjadi mayoritas dalam kegiatan investasi yang dilakukan Perusahaan Pembiayaan selama Tahun 2010 dengan proporsi 68,3 %, sedangkan 31,7 % sisanya berdenominasi US dollar. Terdapat peningkatan proporsi Surat Berharga berdenominasi US Dollar dari Tahun 2009 yang hanya memiliki proporsi 5,9 %. Hal ini dipicu oleh kepanikan investor terhadap krisis fiskal di Yunani dan dinegara-negara Eropa lainnya yang berdampak kepada kondisi fiskal di negara-negara emerging market termasuk Indonesia, sehingga menyebabkan beralihnya secara temporer orientasi investasi dalam surat berharga berdenominasi Rupiah kepada surat berharga berdenominasi US Dollar.
Rp denominated securities became the majority investment activity by Finance Companies in 2010 with a proportion of 68.3%, while the remaining 31.7% are denominated in U.S. dollar. There is an increasing in proportion of U.S. dollar denominated securities from 2009 that only has the proportion of 5.9%. This is triggered by the panic of investors on the fiscal crisis in the country of Greece and other European countries which have an impact on fiscal conditions in emerging market countries including Indonesia, causing a temporary shift in the orientation of investment in Rp denominated securities to U.S. dollar denominated securities.
BAPEPAM - LK 45
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 4 Chapter 4 Investasi Investment
Grafik 4.3 Jenis Surat Berharga Tahun 2010 Graph 4.3 Types of Securities in 2010
4.1.4. Tujuan Investasi
4.1.4 Investment Objectives
Berdasarkan tujuan investasi, selama periode 2008– 2010, secara umum terjadi peningkatan tren atas surat berharga dengan tujuan untuk dimiliki hingga jatuh tempo. Di Tahun 2008, lebih dari 60% surat berharga dimiliki hingga jatuh tempo dengan total nilai mencapai Rp 232 miliar. Sedangkan pada Tahun 2009, persentase tersebut turun menjadi 53,6% atau sekitar Rp204,1 miliar, sehingga hampir setengah dari surat berharga dalam investasi perusahaan pembiayaan ditujukan tidak untuk dimiliki hingga jatuh tempo. Namun pada Tahun 2010 persentase atas surat berharga untuk dimiliki hingga jatuh tempo kembali meningkat dengan persentase sebesar 71,6 % dengan total mencapai Rp 405,8 miliar.
Based on the investment objectives during the period 2008-2010, there was generally an improvement in securities to be held up until it matured. In 2008, more than 60% of the securities were held up until the maturity date with a total value reached Rp232 billion. Whereas in 2009, this percentage decreased to 53.6% or about Rp204.1 billion, therefore, almost half of the securities invested by Finance Companies were not intended to be held up until it matured. Nevertheless, in 2010 percentage of securities to be held to maturity increased again with the percentage of 71.6% with a total value reach Rp 405.8 billion.
Grafik 4.4 Tujuan Investasi Surat Berharga 2010 Graph 4.4 The Objective of Securities Investment 2010
46
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 4 Chapter 4 Investasi Investment
4.1.5. Kolektibilitas Investasi
4.1.5 Investment Collectability
Berdasarkan tingkat kolektibilitas investasi, seluruh surat berharga yang dimiliki oleh Perusahaan Pembiayaan sepanjang Tahun 2010 masuk dalam kategori lancar. Kondisi tersebut lebih baik daripada Tahun 2008 dan 2009, yang mengindikasikan selektifnya Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan kebijakan investasinya.
Based on the investment collectability levels, the overall securities held by the Finance Companies during 2010 were in the performing category. This condition was better than 2008 and 2009, which indicated Finance Company’s selectiveness in their investment policy.
Grafik 4.5 Kualitas Investasi pada Surat Berharga (2008 – 2010) Graph 4.5 The Quality of Securities Investment (2008-2010)
4.2. Penyertaan Modal
4.2 Capital Participation
Selain investasi pada surat-surat berharga, Perusahaan Pembiayaan diperkenankan melakukan kegiatan penyertaan modal, dengan beberapa batasan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 29 PMK 84/PMK.012/2006. Salah satu batasannya, maksimal penyertaan modal adalah 40% dari modal sendiri. Dengan demikian, Perusahaan Pembiayaan harus tetap menjalankan kegiatan sewa guna usaha, anjak piutang, usaha kartu kredit, dan pembiayaan konsumen sebagai kegiatan utamanya.
Other than investments in securities, Finance Companies may realize capital participation with certain restriction as stipulated in Article 29 of the Ministerial Decree No. 84/PMK.012/2006. One of the limitations is that the maximum capital participation is 40% of its own equity. Therefore, the Finance Company shall continue to conduct their business in Leasing, Factoring, Credit Cards and Consumer Finance as their main activities.
Selama Tahun 2010, besarnya dana dalam kegiatan penyertaan modal oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp268,6 miliar, meningkat bila dibandingkan dengan Tahun 2009 yang mencapai Rp 180,9 miliar. Bila dibandingkan pertumbuhannya sejak Tahun 2008 dimana pada tahun tersebut telah mencapai Rp 160,4 miliar, pada Tahun 2010 pertumbuhan penyertaan modal dari Perusahaan Pembiayaan telah mencapai 67,5%. Perusahaan pembiayaan semakin memandang pentingnya kegiatan penyertaan modal ini untuk memperbesar pangsa pasar di industri pembiayaan melalui hubungan istimewa.
During the year 2010, the amount of Finance Company’s capital participation reached Rp268.6 billion, which was an increase compared to the year 2009 which only reached Rp180.9 billion. Compare with the growth since 2008 whilehas reached USD160.4 billion, in 2010 the growth of the capital participation from Finance Company has reached 67.5%. Finance Companies began to see the importance of capital participation to expand their market share in the financial industry through special relationships.
BAPEPAM - LK 47
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 4 Chapter 4 Investasi Investment
Sepanjang Tahun 2010 penyertaan modal ke Perusahaan Pembiayaan lain menduduki posisi pertama dengan proporsi sebesar 86,3 %. Untuk Posisi kedua terdapat perubahan dimana pada Tahun 2009 ditempati oleh Bank Umum, namun pada Tahun 2010 Proporsi Penyertaan Modal Perusahaan Pembiayaan terbanyak berikutnya adalah pada Perusahaan Asuransi dengan proporsi 4,6% dan Perusahaan Modal Ventura dengan proporsi 3,8%.
Throughout the year 2010, capital participation to other Finance Companies was ranked first place with a proportion of 86.3% For the second position there is a change which in 2009 occupied by commercial banks, but in 2010 proportion of Finance Company’s Equity participation in insurance company was the next largest with a proportion of 4.6% and followed by Venture Capital Company on the thrid place with proportion of 3.8%.
Grafik 4.6 Golongan Perusahaan Tujuan Penyertaan Modal (2008 – 2010) Graph 4.6 Group of Companies as Investment Destination (2008-2010)
Selanjutnya, seluruh penyertaan saham yang dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan selama periode 2008-2010 masuk dalam kategori lancar. Hal ini mengindikasikan selektifnya Perusahaan Pembiayaan dalam melakukan kebijakan investasi dalam bentuk penyertaan modal.
48
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Furthermore, the overall Finance Companies’ equity participation during the period 2008-2010 was categorized as performing. This indicates that the Finance Company was selective in their capital participation investment policy.
BAB 5
CHAPTER 5
SUMBER PENDANAAN FUNDING SOURCES
Perusahaan Pembiayaan merupakan sebuah lembaga keuangan yang tidak dapat menghimpun dana masyarakat secara langsung untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Sumber pendanaan Perusahaan Pembiayaan dapat berupa pinjaman, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham. Dengan pulihnya iklim investasi di Indonesia, aliran dana dari pihak investor untuk Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan.
5.1. Pinjaman Yang Diterima
A finance company is a financial institution which is not allowed to raise funds directly from the public to fund its operational activities. Finance companies’ funding sources may include loans, bonds, and shares. Along with the recovery of the investment climate in Indonesia, the flow of investors’ funds to finance companies in 2010 increased significantly.
5.1 Loan Received
Pinjaman merupakan sumber pendanaan utama bagi Perusahaan Pembiayaan. Pada Tahun 2010, total pinjaman yang diterima mencapai Rp145,3 triliun. Terdapat peningkatan yang cukup signifikan pada nilai pinjaman tersebut bila dibandingkan dengan Tahun 2009 yang sebesar Rp102 triliun. Peningkatan tersebut dapat dilihat terutama dari tingginya kenaikan jumlah pinjaman dari dalam negeri. Sementara itu, dilihat dari sisi kreditur, sektor perbankan memegang peran utama dalam peningkatan total pinjaman yang diterima Perusahaan Pembiayaan.
Loans are the finance companies’ primary funding source. In 2010, the total loans has reached the level of Rp145.3 trillion. The total loan increased significantly, compared to 2009 amounting Rp102 trillion. The improvementcould beseenmainlyfrom thehighincrease ofdomestic loans. Meanwhile, as for the creditors category, banking sector has had the main role in the total loans increase received by finance companies.
5.1.1. Sumber Pinjaman
5.1.1 Funding Sources
Selama periode 2008–2010, jumlah pinjaman yang berasal dari dalam negeri terus naik, terutama sepanjang 2010 di mana peningkatan yang terjadi sangat signifikan. Persentase pinjaman dari dalam negeri yang semula 50.53% dari portofolio total pinjaman pada Tahun 2008 juga meningkat menjadi sekitar 58.55% pada Tahun 2010. Kinerja sektor keuangan domestik yang membaik menjadi salah satu pendukung utama peningkatan pinjaman dalam negeri sepanjang Tahun 2010 ini.
During the period of 2008-2010, the domestic loan has tended to increase, especially in 2010 which there was a significant improvement. The percentage of domestic loan in 2008 was about 50.53% (Rp55.5 trillion) of the total funding portfolio, then it increased to 58.55% (Rp85.08 trillion) in 2010. The better performance of domestic financial sectors has become one of the domestic loans increase main supporters throughout 2010.
Sementara itu, pinjaman yang bersumber dari luar negeri juga meningkat cukup tinggi di Tahun 2010. Derasnya aliran masuk modal asing ini disebabkan antara lain karena para investor asing lebih berminat menjadikan negara-negara emerging markets sebagai tujuan investasi. Perekonomian negaranegara emerging markets tersebut, termasuk Indonesia, dipandang lebih solid daripada negaranegara maju masih belum sepenuhnya pulih dari krisis keuangan global.
Meanwhile, foreign loans has also increased highly during 2010. The rapid foreign capital inflows are mainly due to the foreign investors’ interest in placing their money in emerging market countries. The economy of emerging markets countries, including Indonesia, has been considered as more solid than the developed countries which were not fully recovered from the global financial crisis.
BAPEPAM - LK 49
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
Grafik 5.1 Sumber Pinjaman 2008 - 2010 (dalam miliar) Graph 5.1 Source of Funds 2008-2010 (in billions)
5.1.2. Golongan Kreditur
5.1.2 Creditor Category
Selama periode 2008–2010, perbankan masih menjadi kreditur utama Perusahaan Pembiayaan. Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman yang diperoleh dari perbankan pada Tahun 2010 naik mencapai 91,28% dari total pinjaman yang sebelumnya berkisar 86,56% pada Tahun 2008. Setelah krisis keuangan global mengganggu likuiditas perbankan, terutama pada semester pertama Tahun 2009, fungsi intermediasi perbankan membaik sepanjang Tahun 2010. Hal ini menyebabkan antara lain tingginya peningkatan nominal pinjaman dari bank kepada Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010.
Throughout the period of 2008-2010, banks were still the major creditors of the finance companies. During such period, funding received from the banks in 2010 has increased to 91.28% from the total funding which previously was approximately 86.56% in 2008. After the global financial crisis disrupt the banking liquidity, especially in the first semester of 2009, the banking intermediation function improved throughout 2010. The improvement has brought the increase of bank loans to the finance companies.
Portofolio pinjaman bagi perusahaan pembiayaan juga meliputi perusahaan swasta lainnya (5,26%) dan lembaga keuangan non bank (1,29%) sebagai kreditur. Komposisi kedua kreditur tersebut, beserta Pemerintah dan kreditur perseorangan, cenderung stabil.
The portfolio of finance companies creditors also involves other private companies (5.26%) and nonbank financial institutions (1.29 %). The composition of both creditors, as well as government and private lenders, tends to be stable.
Grafik 5.2 Golongan Kreditur Pinjaman (2008 – 2010) Graph 5.2 Creditors Group (2008 -2010)
50
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
5.1.3. Jenis Pinjaman
5.1.3 Types of Loan
Sepanjang 2010, pinjaman bilateral dan pinjaman sindikasi mendominasi komposisi jenis pinjaman yang diterima oleh perusahaan pembiayaan, masingmasing sekitar 74,97% dan 24,28%. Jenis pinjaman lain seperti pinjaman multilateral dan pinjaman subordinasi, masih seperti tahun sebelumnya, hanya berjumlah kurang dari 1%.
Throughout 2010, bilateral loans and syndicated loans have dominated the types of loans composition, amounted to approximately 74.97% and 24.28%. Other types of loans received by finance companies, such as multilateral loans and subordinated loans, tend to be stable, totaling just less than 1 %.
Pinjaman bilateral mengalami peningkatan selama periode 2008–2010, yaitu dari Rp80,7 triliun pada 2008 menjadi Rp108,9 triliun pada 2010 walaupun di Tahun 2009 nilainya turun di angka Rp77,7 triliun. Dalam kurun waktu yang sama, pinjaman sindikasi mengalami tren yang serupa dengan pinjaman bilateral. Dari Rp27,26 triliun pada 2008 menjadi Rp35,28 triliun pada akhir Tahun 2010, setelah mengalami penurunan di Tahun 2009.
The bilateral loans have increased in the period of 2008-2010, from Rp80.7 trillion in 2008 to Rp108.9 trillion in 2010, although in 2009 the amount fell into Rp77.7 trillion. In the same period, syndicated loans was experiencing a similar trend as the bilateral loans, from Rp27.26 trillion in 2008 to Rp35.28 trillion by the end of 2010, after declining in 2009.
The value of multilateral loans has also increased Nilai pinjaman multilateral juga meningkat di throughout 2010 after declined sharply in 2009 due sepanjang Tahun 2010 setelah merosot drastis pada to global financial crisis. Meanwhile, the nominal of 2009 akibat krisis keuangan global. Sementara itu, subordinated loans has decreased gradually. nominal pinjaman subordinasi menurun secara bertahap. Grafik 5.3 Jenis Pinjaman (2008 – 2010) Graph 5.3 Types of Loans (2008-2010)
5.1.4. Jenis Valuta Pinjaman
5.1.4 Types of Foreign Exchange Loans
Dengan nominal pinjaman dalam negeri yang mendominasi portofolio pinjaman Perusahaan Pembiayaan selama periode 2008-2010, lebih dari setengah pinjaman yang diterima Perusahaan Pembiayaan bermata uang Rupiah. Sedangkan pinjaman dalam valuta asing, terbagi kurang lebih sama antara pinjaman dalam valuta Yen Jepang dan US Dollar. Untuk Tahun 2010, 56,4% total pinjaman Perusahaan Pembiayaan dalam rupiah, diikuti dengan US Dollar dan Yen Jepang masing-masing 21,35% dan 22,21%.
Since the domestic loans has dominated the finance companies’ loans portfolio during the period of 20082010, more than half of the loans received were denominated in Rupiah. As for the foreign loans, the loans denominated in Japanese Yen and US Dollar were shared equally. During 2010, 56.4% of the finance companies’ total loans were denominated in Rupiah, followed by US Dollar (21.35%) and Japanese Yen (22.21%).
BAPEPAM - LK 51
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
Grafik 5.4 Jenis Valuta Pinjaman (2008 – 2010) Graph 5.4 Loan Exchange (2008-2010)
v 5.2. Obligasi
52
5.2
Bonds
Perusahaan Pembiayaan dapat menerbitkan surat berharga berupa obligasi di pasar modal sebagai alternatif untuk membiayai kegiatan usahanya. Dalam kurun waktu tiga tahun, nominal obligasi yang diterbitkan Perusahaan Pembiayaan meningkat setiap tahunnya, dari Rp11,5 triliun pada Tahun 2008 menjadi Rp18,4 triliun pada Tahun 2010. Trend kenaikan penerbitan obligasi ini diperkirakan akan terus berlanjut mengingat semakin cerahnya prospek perusahaan pembiayaan ke depan dan ketersediaan regulasi yang memadai.
The finance companies may issue securities in the form of bonds through the capital market as an alternative funding source to operate their business activities. Within three years, the nominal of bonds issued by finance companies increased every year, from Rp11.5 trillion in 2008 to Rp18.4 trillion in 2010. The increasing trend of the bond issuance is expected to continue, considering the finance companies bright prospects in the future as well as the availability of adequate regulations.
5.2.1. Golongan Pemilik Obligasi
5.2.1 Bond Ownership Category
Pada Tahun 2010, peningkatan kepemilikan obligasi Perusahaan Pembiayaan oleh perusahaan swasta non jasa keuangan dan lembaga keuangan non bank telah mendorong naiknya nominal portofolio obligasi Perusahaan Pembiayaan. Perusahaan swasta non jasa keuangan memiliki mayoritas obligasi yang diterbitkan, yaitu sekitar 69,3%. Sedangkan lembaga keuangan non bank memegang 22,7% dari total portofolio obligasi tersebut.
In 2010, the increase of finance companies bonds held by non-financial-services private companies and non-bank financial institutions has led to the rising value of finance companies’ bond portfolio. From the total of issued bonds, 69.3% was held by non-financial-services private companies and 22.7% was held by non-bank financial institutions.
Di sisi lain, kepemilikan obligasi Perusahaan Pembiayaan oleh Bank mengalami penurunan hingga menjadi sekitar 8% dari total obligasi Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010. Tren tersebut bertolak belakang dengan tren naiknya investasi Bank dalam bentuk pinjaman terhadap Perusahaan Pembiayaan. Imbal hasil pinjaman atau kredit yang relatif lebih tinggi menjadi salah satu faktor pertimbangan jenis investasi yang dilakukan oleh Bank.
On the other hand, the finance companies bonds held by bank have declined to about 8% of the total bonds in 2010. This trend was contrary to the increased investment Bank in loans to the finance companies. The return of loan investment which was relatively higher has been one of the Banks’ considerations.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
Grafik 5.5 Golongan Pemilik Obligasi Yang Diterbitkan (2008 – 2010) Graph 5.5 Owner Group of Issued Bonds (2008-2010)
5.2.2. Jatuh Tempo Obligasi
5.2.2 Bond Maturity Period
Dengan masih mendominasinya kegiatan pembiayaan jangka pendek, obligasi bertenor kurang dari 3 tahun yang ditawarkan oleh Perusahaan Pembiayaan selama Tahun 2010 masih menarik minat para investor. Dari total obligasi Perusahaan Pembiayaan tersebut, sebesar 37,69% merupakan obligasi dengan masa jatuh tempo kurang dari setahun dan 40,25% memiliki tenor antara 1–3 tahun. Sementara itu, obligasi dengan masa jatuh tempo lebih dari 3 tahun mulai beredar kembali di Tahun 2010 setelah Perusahaan Pembiayaan tidak menerbitkannya sejak Tahun 2007. Obligasi ini adalah sebesar 22,06% dari total obligasi Perusahaan Pembiayaan di Tahun 2010. Hal ini menandai pulihnya iklim investasi pasca krisis keuangan global dan kembalinya kepercayaan investor akan kinerja Perusahaan Pembiayaan dalam jangka panjang.
Since the short term financing activities were still dominating, bonds with less-than-3-years tenor offered by finance companies throughout 2010 have still attracted the investors. Of the finance companies total bonds, 37.69% had the maturity less-than-1year and 40.25% had tenor between 1 to 3 years. Meanwhile, bonds with maturity more-than-3years have been issued in 2010, after the finance companies had stopped issuing them since 2007. The total of these bonds amounted to 22.06% of the total bonds in 2010. This has marked the recovery of the investment climate after the global financial crisis and the return of investor trust on the finance companies’ performance in the long term.
Grafik 5.6 Jatuh Tempo Obligasi Yang Diterbitkan (2008 – 2010) Graph 5.6 Issued Bonds Maturity (2008-2010)
BAPEPAM - LK 53
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
5.3 Paid Up Capital
5.3. Modal Disetor Modal disetor Perusahaan Pembiayaan swasta nasional telah ditetapkan minimum sebesar Rp100 miliar berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006. Secara umum, terjadi perkembangan yang sangat baik terkait permodalan selama periode 2008–2010. Tiap tahun jumlah Perusahaan Pembiayaan yang mempunyai modal disetor minimum Rp 100 miliar semakin bertambah, dari 59 perusahaan menjadi 77 perusahaan selama kurun waktu tiga tahun. Pada Tahun 2010, dari 77 Perusahaan Pembiayaan (40,31%) yang mempunyai modal disetor Rp100 miliar atau lebih, 17 perusahaan diantaranya bahkan memiliki modal disetor lebih dari Rp250 miliar.
The minimum paid-up capital for a private finance company is IDR 100 billion, based on the Minister of Finance Decree Number 84/PMK.012/2006. In general, there have been very good improvements related to capital during the period of 2008-2010. Each year, the number of finance companies with minimum paid-up capital of IDR 100 billion, has been increasing from 59 companies to 77 companies during the period of three years. In 2010, from 77 finance companies (40.31%) with their paid-up capital IDR 100 billion or more, 17 companies have had the paid-up capital of more than IDR 250 billion.
Namun demikian, kewajiban untuk mematuhi ketentuan modal disetor minimum hanya berlaku untuk pendirian Perusahaan Pembiayaan baru atau perubahan pemegang saham Perusahaan Pembiayaan yang telah berdiri. Pada Tahun 2010, masih terdapat 114 Perusahaan Pembiayaan (59,69%) yang modal disetornya kurang dari Rp100 miliar, dimana 69 perusahaan mempunyai modal disetor kurang dari Rp25 miliar.
Nevertheless, the obligation to comply with the minimum paid-up capital requirements is applied only in the case of the establishment of new finance companies or the shareholders change in existing finance companies. In 2010, there were still 114 finance companies (59.69%) had the paid-up capital less than IDR 100 billion, which 69 finance companies among them had less than IDR 25 billion paid-up capital.
Diharapkan Perusahaan Pembiayaan dapat terus meningkatkan modal disetor karena sangat bermanfaat untuk mendorong ekspansi bisnis Perusahaan Pembiayaan. Tingginya nilai modal disetor juga dapat mempermudah upaya Perusahaan Pembiayaan untuk mencari sumber pendanaan lain, baik berupa pinjaman maupun penerbitan obligasi.
Finance companies are expected to continue in increasing their paid-up capital as it is very essential in encouraging finance companies’ business expansion. The high paid-up capital value may support the finance companies’ efforts to attain other funding sources, either in the form of loans or bonds.
Grafik 5.7 Kategori Modal Disetor 2010 Graph 5.7 Paid in Capital Category 2010
54
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 5 Chapter 5 Sumber Pendanaan Funding Sources
5.3.1. Golongan Pemegang Saham
5.3.1 Classification of Shareholders
Mayoritas pemegang saham Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010 adalah perusahaan non jasa keuangan dengan proporsi mencapai 69%, diikuti oleh pemegang saham perseorangan dengan proporsi 15%. Sementara itu, bank dan lembaga keuangan non bank memiliki kepemilikan masingmasing 10% dan 4%.
The major shareholders of finance companies in 2010 were non-financial-service companies with the proportion of 69%, followed by individual stockholders with the proportion of 15%. Meanwhile, banks and non-bank financial institutions have owned 10% and 4% shares, respectively.
Grafik 5.8 Golongan Pemegang Saham 2010 (dalam miliar Rupiah) Graph 5.8 Shareholders Composition 2010 (In Billions Rupiah)
5.3.2. Bentuk Badan Hukum Pemegang Saham
5.3.2 Shareholders’ Legal Entity
Pada Tahun 2010, pemegang saham yang berbentuk perseroan terbatas masih mendominasi dengan 72,14% kepemilikan Perusahaan Pembiayaan. Sedangkan, pemegang saham perseorangan dan koperasi masing-masing sebesar 27,18% dan 0,68 %
Among finance companies’ shareholders in 2010, the limited liability companies have still dominated with 72.14% ownership. Meanwhile, the individual shareholders and co-operatives have had 27.18% and 0.68% ownership, respectively.
Grafik 5.9 Bentuk Badan Hukum Pemegang Saham 2010 (dalam miliar Rupiah) Graph 5.9 Forms of Shareholder’s Legal Entities 2010 (In billions Rupiah)
BAPEPAM - LK 55
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
BAB 6
CHAPTER 6
KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH FINANCING BUSINESS ACTIVITIES BASED ON SHARIA PRINCIPLES
6.1. Pertumbuhan Jenis Kegiatan Pembiayaan
6.1 Growth of Financing Activity by Type
Pada Tahun 2010, perkembangan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah meningkat cukup pesat dari tahun sebelumnya, dari sekitar Rp551 miliar pada Tahun 2009 menjadi Rp2.149 miliar atau meningkat sebesar 290,08%. Peningkatan jumlah pembiayaan tersebut diikuti pula oleh peningkatan jumlah kontrak pembiayaan. Jumlah kontrak meningkat cukup signifikan dari 4.440 kontrak pada Tahun 2009 menjadi 15.077 kontrak pada Tahun 2010. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa nilai kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat di sepanjang Tahun 2010 yang diimbangi dengan peningkatan minat konsumen akan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
In 2010, finance activities development based on sharia principles increased compared to the previous year, from about Rp551 billion in 2009 to Rp2,149 billion or increased 290.08%. The increasing of amount that finance activities was followed by increase in the number of contracts. The total number of contracts increased from 4,440 contracts in 2009 to 15,077 contracts in 2010. Based on these data, it is concluded that finance activities based on sharia principles increased drastically in 2010 which was balanced with the increase of consumer’s interest in finance activities based on sharia principles.
Sampai saat ini hanya ada empat jenis pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan oleh Perusahaan Pembiayaan. Jenis Pembiayaan Murabahah masih mendominasi kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan yaitu sekitar 93,76%. Pembiayaan Murabahah ini digunakan nasabah untuk membeli barang-barang yang bersifat konsumtif. Jenis pembiayaan yang lain adalah Ijarah sebesar 0,56% Ijarah Muntahiyah Bittamlik sebesar 5,35%, dan piutang hiwalah sebesar 0,33%.
To date, there are only four types of financing based on Islamic/sharia principles. Murabaha type of financing still dominates the Finance Company’s sharia financing which is around 93.76%. Murabaha financing is chosen by the customers to acquire consumer goods. Another type of financing is the Ijarah amounting 0.56%, Ijarah Muntahiyah Bittamlik amounting 5.53% and hiwalah receivables of 0.33%.
BAPEPAM - LK 57
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Grafik 6.1 Komposisi Jenis Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2010) Graph 6.1 Composition of Finance Activities based on Sharia Principles (2010)
Hampir semua jenis pembiayaan mengalami kenaikan nilai piutang pembiayaan dari Tahun 2009, kecuali piutang hiwalah yang tidak mengalami perubahan. Selama Tahun 2010, nilai piutang pembiayaan murabahah mengalami kenaikan cukup tajam yakni sebesar 370,91% atau menjadi sekitar Rp2 triliun. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya ketertarikan konsumen pada jenis pembiayaan ini.
Almost all types of financing increased since 2009, except for hiwalah receivables which did not have any change. During 2010, murabahah grew sharply by 370,91% to about Rp2 trillion. This showed the increased consumer’s interest to this type of financing.
Pada Tahun 2010, pemegang saham yang berbentuk perseroan terbatas masih mendominasi dengan 72,14% kepemilikan Perusahaan Pembiayaan. Sedangkan, pemegang saham perseorangan dan koperasi masing-masing sebesar 27,18% dan 0,68
Among finance companies’ shareholders in 2010, the limited liability companies have still dominated with 72.14% ownership. Meanwhile, the individual shareholders and co-operatives have had 27.18% and 0.68% ownership, respectively.
Grafik 6.2 Piutang Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Graph 6.2 Financing Receivables based on Sharia Principles
58
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Jumlah kontrak kegiatan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik mengalami sedikit peningkatan, dari 27 kontrak pembiayaan pada akhir Tahun 2009 menjadi 30 kontrak pembiayaan pada Tahun 2010. Sedangkan, jumlah kontrak pembiayaan murabahah mengalami peningkatan yang cukup drastis dari 4.408 kontrak pada Tahun 2009 menjadi 15.042 kontrak pada Tahun 2010. Seperti yang telah disebutkan di atas, ketertarikan konsumen pada kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah semakin meningkat sepanjang Tahun 2010 yangmenunjukkan peluang makin berkembangnya kegiatan pembiayaan ini untuk tahun-tahun berikutnya.
The total Ijarah Muntahiyah Bittamlik contracts increased from 27 contracts at the end of 2009 to 30 contracts in 2010. Meanwhile, the number of murabahah contracts increased drastically from 4,408 in 2009 to 15,042 contracts in 2010. As mentioned above, the consumer’s interest in finance activities based on sharia principles increased in 2010, indicating that the chance of thissharia financing will be able to grow for the coming years.
Grafik 6.3 Jumlah Kontrak Jenis Kegiatan Pembiayaan (2008– 2010) Graph 6.3 Number of Contract by Each Type of Financing (2008-2010)
6.2. Jenis Barang Kegiatan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Jenis barang yang paling banyak dibiayai oleh pembiayaan syariah Perusahaan Pembiayaan adalah kendaraan bermotor baik beroda empat maupun beroda dua. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, kebutuhan mayarakat Indonesia akan transportasi masih cukup tinggi hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dari total pembiayaan yang diberikan untuk kendaraan bermotor roda dua meningkat lebih dari 380% dari tahun sebelumnya. Persyaratan pemberian kredit yang cukup mudah dan didukung oleh pemrosesan pemberian kredit yang cepat telah memperbesar total pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Di samping itu, perusahaan pembiayaan juga menyalurkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk pembelian alat-alat berat, mesin dan pengangkutan, walaupun porsi pembiayaannya belum sebesar pembiayaan untuk kendaraan bermotor.
6.2. Types of Assets Financed based on Sharia Principles The most financed assets by Sharia Finance Companies are four-wheeler and two-wheeler vehicles. As explained in the previous chapters, the needs of Indonesians for transportation means are still very high until this day. This can be seen by the total number of two-wheeler financed which is more than 380% from the previous year. The relatively easy credit terms supported by the rapid credit process increased the total financing provided to the customer. In addition, Finance Companies also distributed Sharia Principles financing for heavy equipment, machineries as well as transportation equipment, although these financing portion is not as big as the motor vehicles financing.
BAPEPAM - LK 59
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Grafik 6.4 Jenis Barang Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Graph .6.4 Types of Goods Financed in Sharia Principles (2008-2010)
6.3. Golongan Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah Golongan konsumen pembiayaan berdasarkan prisip syariah untuk Tahun 2010 masih didominasi oleh perseorangan dan perusahaan non jasa keuangan, yang ditunjukkan dengan besarnya nilai pembiayaan yang diberikan kepada kedua golongan konsumen ini yaitu sebesar Rp1.723 miliar untuk golongan konsumen perseorangan dan Rp179 miliar untuk golongan konsumen perusahaan non jasa keuangan. Hal ini disebabkan oleh dominasi pembiayaan murabahah yang menyediakan pembiayaan kendaraan bermotor bagi nasabah perorangan dan pembiayaan ijarah mutahiyah bittamlik yang menyediakan pembiayaan aktiva-aktiva produktif untuk Perusahaan Non Jasa Keuangan. Selain kedua golongan tersebut, golongan konsumen lainnya adalah perusahaan jasa keuangan bukan bank dengan nilai pembiayaan yang diberikan sebesar Rp69 miliar.
6.3 Sharia Principles Financing Consumer Category The consumer categories of sharia financing in 2010 are still dominated by individuals and non financial services companies, which was shown with the ammount of financing which was given to both consumer that is Rp1.723 billion to individuals consumer and Rp179 billion to non financial services companies. This is due to the dominance of murabahah financing which provides motor vehicle for individual customers and ijarah mutahiyah bittamlik financing which provides productive assets for non-financial companies. Beside that two both consumers, the other consumer categories are nonbank financial industry which has financing ammount at Rp69 billion.
Grafik 6.5 Golongan Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Graph 6.5 Consumer Group of Financing Activities in Sharia Principles (2008-2010)
60
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
6.4. Sektor Usaha Lessee Kegiatan Berdasarkan Prinsip Syariah Sektor usaha yang banyak mendapatkan pembiayaan syariah dari perusahaan pembiayaan adalah sektor perorangan, yang mana pada Tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp244 miliar ke Rp1046,16 miliar. Sektor-sektor lain juga mendapatkan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan seperti pertanian, pertambangan, konstruksi dan lain-lain.
6.4 Sharia Principles Financing Lessee’s Business Sector Activities The business sector that received many sharia financing from the Finance Companies are private/ individual sector, which is in 2010 increased significantly than previous years. The other sectors that also receive Finance Company’s financing are the agriculture, mining, construction and others.
Grafik 6.6 Sektor Usaha Konsumen Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Graph 6.6 Consumer Finance in Sharia Principles (2008-2010)
6.5. Lokasi Pembiayaan Pulau Sulawesi masih menjadi lokasi utama pemberian pembiayaan syariah dengan proporsi lebih dari 64% atau sekitar Rp1.219 miliar, meningkat cukup pesat dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp300 miliar. Hal ini dikarenakan salah satu perusahaan pembiayaan yang menjalankan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah memusatkan kegiatan usahanya di Pulau Sulawesi ini. Sementara itu, jumlah pembiayaan di Pulau Sumatera dan Kalimantan meningkat cukup pesat, dari hanya sekitar Rp51 miliar dan Rp1 miliar di Tahun 2009 menjadi lebih dari Rp375 miliar dan Rp45 miliar di Tahun 2010, Di sisi lain, perkembangan kegiatan pembiayaan syariah di daerah lainnya mengalami penurunan terutama di daerah Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, dan Papua.
6.5. Financing Activities by Location The Sulawesi Island is still the main location of Sharia Financing recipient with a proportion of more than 64% or about Rp1,219 billion, which is increased sharply than previous year which achieve Rp300 billion. This is because one sharia finance company concentrated its operation on the island of Sulawesi.Meanwhile, the total financing in Sumatera and Kalimantan Island increased sharply from only about Rp51 billion and 1 billion respectively in 2009 to over Rp375 billion and Rp45 billion respectively in 2010. On the other hand, development of sharia financing activities in the other islands decreased especially in Banten, Central Java, East Java, Maluku, and Papua.
BAPEPAM - LK 61
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Grafik 6.7 Lokasi Usaha Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah (2008 – 2010) Graph 6.7 Finance Activities Business Location in Sharia Principles (2008-2010)
6.6. Kolektibilitas Piutang Pembiayaan Sama seperti tahun sebelumnya, pada Tahun 2010 terdapat piutang pembiayaan yang dikategorikan macet walaupun proporsi dari kategori tersebut masih sangat kecil yaitu hanya sekitar 0,10% dari seluruh piutang pembiayaan. Selain itu, piutang yang dikategorikan diragukan mengalami kenaikan dari sekitar 2,62% di Tahun 2009 menjadi sekitar 3,75% pada Tahun 2010.
6.6. Financing Receivables Collectability Similar in the previous year, in 2010 there wassharia financing receivables which is categorized unpaid although its portion was still very small; only about 0.10% of the total sharia finance receivables. In addition, the doubtful financing receivables category increased from about 2.62% in 2009 to around 3.75% in 2010.
Grafik 6.8 Kolektibilitas Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah 2008 – 2010 (dalam miliar) Graph 6.8 Financing Activities collectability in Sharia Principles 2008-2010 (in billions)
6.7. Pendanaan Pada Tahun 2010 pendanaan Murabahah kembali mendominasi total pendanaan kegiatan usaha perusahaan pembiayaan yang tercermin pada kenaikan proporsi pendanaan Murabahah terhadap total pembiayaan dari Rp245 miliar pada Tahun 2009 menjadi Rp1.089 miliar pada Tahun 2010. Selain itu, sumber pendanaan yang lain yaitu pendanaan musyarakah dan mudharabah juga masih menjadi sumber pendanaan yang menarik bagi perusahaan pembiayaan. Hal ini dikarenakan pada Tahun 2010 kedua pendanaan ini mengalami peningkatan cukup pesat dibandingkan Tahun 2009 yaitu dari Rp55 miliar dan Rp39 miliar menjadi Rp322 miliar dan Rp399 miliar.
62
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
6.7. Funding In 2010 Murabahah returned to dominate the total Finance Company’s fundingwhich is reflected by the increase in portionofmurabahah financing from Rp245 billion in 2009 to Rp1,089 billion in 2010. Beside that, other Sharia Funding source, like musyaraka and mudharabah, also still become Sharia Funding source which attractive for them. This was because these both funding increased sharply from Rp55 billion and Rp39 billion respectively in 2009 to Rp322 billion and Rp399 billion respectively in 2010.
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Grafik 6.9 Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah 2010 (dalam miliar) Graph 6.9 Source of Funds in Sharia Principles 2010 (in billions)
6.7.1. Golongan Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
6.7.1 Sharia based Finance Company’s Funding Source by Group
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, perbankan masih menjadi salah satu sumber untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, terutama dari bank-bank yang juga menjalankan kegiatan syariah. Di samping itu, sumber pendanaan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah juga berasal dari Perusahaan Jasa Keuangan Bukan Bank walau jumlahnya tidak sebesar sumber pendanaan dari sektor perbankan.
As in the previous years, the banks are still become ones of Sharia based Finance Company’s funding source, especially from banks that also use sharia activity. Beside that, Sharia based Finance Company’s funding source also come from Non Bank Financial Services Companies, although the amount not as big as funding source from banks.
6.7.2. Sumber Pendanaan Kegiatan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
6.7.2 Sharia based Finance Company’s Funding Sources
Pada Tahun 2010, selain mendapatkan sumber pendanaan berdasarkan prinsip syariah yang berasal dari dalam negeri, beberapa perusahaan pembiayaan juga mendapat sumber pendanaan untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dari luar negeri dengan porsi yang cukup besar yaitu sebesar 33% dari total sumber pendanaan. Hal ini menunjukkan ketertarikan sejumlah lembaga keuangan yang berasal dari luar terhadap perkembangan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah di Indonesia. Salah satu lembaga keuangan yang berasal dari luar negeri yang memberikan pendanaan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah Islamic for the Development of Private Sector (ICD), yang merupakan salah satu anak dari Islamic Development Bank. Institusi ini telah memberikan pinjaman kepada salah satu perusahaan pembiayaan Indonesia selama Tahun 2010.
In 2010, in addition to on-shore Islamic principles funding sources, some finance companies also have sources of funding from abroad with a sizable portion that was equal to 33% of total funding sources. This showedan interest of foreign financial institutions to the development of sharia financing activities in Indonesia. One of the foreign financial institutions providing funding for sharia financing activities isIslamic for the Development of Private Sector (ICD), a subsidiary of the Islamic Development Bank. This institution has provided a loan for one finance company in Indonesia during 2010.
BAPEPAM - LK 63
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 6 Chapter 6 Kegiatan Usaha Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah Financing Business Activities Based On Sharia Principles
Grafik 6.10 Proporsi Sumber Pendanaan Berdasarkan Prinsip Syariah Tahun 2010 (dalam miliar rupiah) Graph 6.10 Portion of Sharia Funding Source in 2010 (In Billion Rupiahs)
64
6.7.3. Jangka Waktu Pendanaan Kegiatan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah
6.7.3 The Term of Sharia Funding Source
Jangka waktu pendanaan untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah mempunyai tenor 3 atau 5 tahun. Hal ini mungkin untuk menyesuaikan jatuh tempo pendanaan dengan jangka waktu pembiayaan yang didominasi oleh pembiayaan murahabah yang umumnya bertenor 1 sampai 5 tahun.
Funding term of the Sharia Principles based Financing activity is 3 or 5 years. This may be due to adjust the funding maturity date with the financing term which is dominated by murahabah financing which mostly have 1 to 5 years tenor.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
BAB 7
CHAPTER 7
PENYEMPURNAAN PERATURAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN REVISION OF FINANCE COMPANIES REGULATIONS
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tanggal 18 Maret 2009 tentang Lembaga Pembiayaan merupakan penyempurnaan dari Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan di mana berdasarkan peraturan ini Lembaga Pembiayaan terdiri dari Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur. Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Presiden ini antara lain meliputi kegiatan usaha Lembaga Pembiayaan, pemegang saham Lembaga Pembiayaan, Pembatasan, dan Pembinaan Pengawasan.
Presidential Decree Number 9 of 2009 dated 18 March 2009 on Financial Institution is a revision of Presidential Decree Number 61 of 1988 on Financial Institutions. Based on this Presidential Decree, the Financial Institution consists of Finance Companies, Venture Capital Companies, and Infrastructure Finance Companies. The main points of this Presidential Decree include the Financial Institution’s business activities and shareholders as well as the scope or limitation, guidance and supervision of its business activities.
Penyempurnaan regulasi dalam rangka mendukung pengembangan industri telah menjadi bagian penting dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pokok Bapepam - LK sebagai pembina dan pengawas industri Perusahaan Pembiayaan. Setelah adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 166/ PMK.010/2008 tentang Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan, maka pada Tahun 2009 Bapepam LK menerbitkan Peraturan Ketua Bapepam Nomor PER-06/BL/2009 tentang Pedoman Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan. Pedoman tersebut digunakan tim Pemeriksa Bapepam LK sebagai pedoman dalam melaksanakan on-site supervision terhadap Perusahaan Pembiayaan. Pedoman tersebut antara lain mengatur mengenai organisasi pemeriksaan, perencanaan pemeriksaan, tahapan pemeriksaan yang dilalui, pendokumentasian pemeriksaan dan pengendalian atas rencana dan pelaksanaan pemeriksaan. PER-06/BL/2009 juga memberikan transparansi kebijakan kepada pelaku pasar karena didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban Perusahaan Pembiayaan sebagai auditee serta hak dan kewajiban tim Pemeriksaan selaku auditor.
Revising the regulations to support the industry’s development has became an important part of Bapepam – LK in fulfilling the tasks and basic functions as Finance Companies regulator and supervisor. After the issuance of Minister of Finance Regulation No.166/PMK.010/2008 regarding Audit of the Finance Company, in 2009 Bapepam - LK issued Bapepam Chairman’s Regulation No.PER-06/ BL/2009 regarding Guidelines of Finance Company Audit. Bapepam-LK Auditor team has used this guideline in conducting on-site supervision to the finance companies. The guideline itself regulates audit organization, planning and stages as well as documentation and control on the audit plan and execution. PER-06/BL/2009 also provides transparency policy to the stake-holders since the rights and obligations of the Finance Company as the auditee as well as the rights and obligations of the examination team as the auditor is regulated.
BAPEPAM - LK 65
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 7 Chapter 7 Penyempurnaan Peraturan Perusahaan Pembiayaan Revision of Finance Company Regulations
66
Selanjutnya, untuk mendukung perkembangan industri pembiayaan yang lebih sehat, Bapepam-LK selaku regulator industri pembiayaan selalu berusaha melakukan peningkatan kualitas pengaturan Perusahaan Pembiayaan dalam rangka mendukung perkembangan Perusahaan Pembiayaan yang dinamis dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian. Kebijakan ini telah dituangkan dalam rancangan perubahan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Perusahaan Pembiayaan, diharapkan rancangan PMK tersebut akan segera disahkan pada Tahun 2011.
Furthermore, to support a healthier development for the industry, BapepamLK as the regulator of the industry, has been always trying to improve its job in supporting the development of a dynamic and prudent Finance Companies, which can be shown with the progress that has been done in amending the Minister of Finance Regulation regarding Finance Companies, that hopefully it will become legitimate in 2011.
Peningkatan kepastian hukum bagi industri Perusahaan Pembiayaan juga menjadi perhatian Bapepam-LK dengan melakukan kajian penyusunan rancangan Undang-Undang tentang Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010 oleh Bapepam-LK bersama dengan stakeholders terkait.
Bapepam-LK also acknowledged that this industy needs a higher legal regulation that can give legal certainty, so that in 2010, Bapepam-LK with other related stakeholders, has been doing a study to design a law regarding Finance Companies
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
BAB 8
CHAPTER 8
PENETAPAN SANKSI SANCTIONS
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan terhadap Perusahaan Pembiayaan, Bapepam LK melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan melalui pemeriksaan lapangan, sedangkan pemeriksaan tidak langsung dilakukan melalui analisis laporan baik laporan tahunan maupun laporan keuangan bulanan. Fokus utama pengawasan yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat kepatuhan Perusahaan Pembiayaan terhadap ketentuan yang ada. Guna peningkatan kepatuhan tersebut, Bapepam LK mengenakan sanksi administratif kepada Perusahaan Pembiayaan. Sanksi tersebut dikenakan kepada setiap Perusahaan Pembiayaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan berupa sanksi peringatan I, sanksi peringatan II, sanksi peringatan III, pembekuan kegiatan usaha, dan pencabutan usaha.
To supervise Finance Companies, Bapepam LK has conducted direct and indirect supervision. Direct supervision is conducted by on-site inspection, while indirect examination is by analyzing the reports consisting of annual reports and monthly reports. The main focus of supervision is to measure all of the finance companies’ level of compliance to the existing provisions. In order to increase their level of compliance, Bapepam LK imposes administrative sanctions to those that did not comply to the existing provisions set forth in the Minister of Finance Regulation Number 84/PMK.012/2006 regarding Finance Company consisting of Warning Sanction I, Warning Sanction II, Warning Sanction III, Suspension of Business Activity and Revocation of the business.
Pada Tahun 2010, Bapepam LK telah memberikan sanksi berupa Surat Peringatan Pertama sampai dengan Surat Peringatan Ketiga dan Pembekuan Kegiatan Usaha terhadap Perusahaan Pembiayaan karena belum menyampaikan Laporan Keuangan Audit Tahun 2009 sampai dengan selambatlambatnya akhir April Tahun 2010 sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Rincian jumlah Perusahaan Pembiayaan yang telah dikenakan sanksi adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
In 2010, Bapepam LK released sanctions such as Warning Letter-I up to Warning Letter-III and Suspension Letter to finance companies that failed to submit their Audited Financial Statement in Year 2009 until its expiration date by the end of April 2010 as stipulated in Article 33 of the Minister of Finance Regulation No.84/PMK.012/2006 Regarding Finance Companies. Detail of the number of finance companies being sanctioned is stated in the following table below:
BAPEPAM - LK 67
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 8 Chapter 8 Penetapan Sanksi Sanction
No
Jenis Sanksi / Type of Sanction
Jumlah Perusahaan / No. Of Companies
1.
Surat Peringatan Pertama / 1st Admonition
26
2.
Surat Peringatan Kedua / 2nd Admonition
4
3.
Surat Peringatan Ketiga / 3rd Admonition
2
4.
Pembekuan Kegiatan Usaha / Suspension of Business Activity
1
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 166/PMK.010/2008 tentang Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan dinyatakan bahwa Menteri berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Perusahaan Pembiayaan dan berdasarkan kewenangan tersebut Menteri melakukan pemeriksaan terhadap Perusahaan Pembiayaan. Pada Tahun 2010, Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap 60 Perusahaan Pembiayaan berdasarkan hasil analisis atas laporan periodik Perusahaan Pembiayaan, surat pengaduan dari masyarakat, dan hasil monitoring atas pemenuhan ketentuan Perusahaan Pembiayaan yang telah diperiksa pada Tahun 2009.
Under Article 2 of the Minister of Finance Regulation Number 166/PMK.010/2008 regarding Audit of Finance Company, it is stated that the Minister has the authority to guide and supervise the Finance Company and under such authority the Minister audits the finance companies. In 2010, BapepamLK had inspected 60 finance companies based on the results of finance companies’ periodic report analysis, complaints from the public, and the 2009 audited monitoring results regarding compliance with the Finance Companies provisions
Sebagai tindak lanjut atas pemeriksaan yang telah dilakukan selama Tahun 2010 terhadap 60 Perusahaan Pembiayaan, Bapepam-LK telah memberikan sanksi berupa Surat Peringatan Pertama sampai dengan Ketiga, Pembekuan Kegiatan Usaha, dan Pencabutan Izin Usaha terhadap Perusahaan Pembiayaan yang telah melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang Perusahaan Pembiayaan. Rincian jumlah Perusahaan Pembiayaan yang telah dikenakan sanksi adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
As a response to the 2010 audit for 53 finance companies, Bapepam-LK released sanctions being Warning Letter I up to Warning Letter III, Suspension Letter, and Revocation Letter to finance companies that violated the Finance Company’s prevailing provisions. Details on the number of Finance Companies who have been subject to sanctions are stated in the following table:
No
Jenis Sanksi / Type of Sanction
Jumlah Perusahaan / No. Of Companies
1.
Surat Peringatan Pertama / 1st Admonition
13
2.
Surat Peringatan Kedua / 2nd Admonition
1
3.
Surat Peringatan Ketiga / 3rd Admonition
1
4.
Pembekuan Kegiatan Usaha / Suspension of Business Activity
1
5.
Pencabutan Izin Usaha / Revocation of Business License
-
Apabila ditambah dengan bebrapa sanksi yang dikeluarkan sebagai tindak lanjut atas pemeriksaan Tahun 2009, maka rincian sanksi yang dikeluarkan selama Tahun 2010 adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
68
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
If the above figures are combined with the number of sanctions released as the follow up of 2009 examination, details of sanction released in 2010 are as follow:
Bab 8 Chapter 8 Penetapan Sanksi Sanction
No
Jenis Sanksi / Type of Sanction
Jumlah Sanksi 2010 / Total Sanctions in 2010 Follow-up of 2009 Off-site Examination Supervision 2010
Total 2010 Examination
1.
Surat Peringatan Pertama / 1st Admonition
5
26
13
44
2.
Surat Peringatan Kedua / 2nd Admonition
9
4
1
14
3.
Surat Peringatan Ketiga / 3rd Admonition
10
2
1
13
4.
Pembekuan Kegiatan Usaha / Suspension of Business Activity
8
1
1
10
5.
Pencabutan Izin Usaha / Revocation of Business License
12
-
Total
13 94
BAPEPAM - LK 69
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
BAB 9
CHAPTER 9
PENINGKATAN KUALITAS INDUSTRI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN IMPROVING QUALITY OF FINANCE COMPANIES INDUSTRY
Dalam rangka mendorong terciptanya dan terlaksananya tata kelola perusahaan yang baik di industri Perusahaan Pembiayaan, diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan kepatutan yang tinggi dalam menjalankan Perusahaan Pembiayaan. Sejalan dengan hal tersebut, dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, telah diatur mengenai kewajiban pemenuhan persyaratan kemampuan dan kepatutan bagi setiap anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Kepala Cabang Perusahaan Pembiayaan. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penilaian kemampuan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris ditetapkan dalam Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-03/BL/2008 tanggal 30 Juni 2008 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan. Kewajiban pemenuhan persyaratan kemampuan dan kepatutan bagi Kepala Cabang Perusahaan Pembiayaan, sebelumnya pernah dilaksanakan oleh Biro Pembiayaan dan Penjaminan, namun dengan dikeluarkannya Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor PER-03/BL/2008, ketentuan mengenai kewajiban pemenuhan persyaratan bagi Kepala Cabang tidak dilaksanakan lagi.
In relation to encourage effective and implemented good corporate governance in the Finance Companies Industry, fit and proper human resources are required in organizing the Finance Company. In line with the above, in the Minister of Finance Regulation Number 84/PMK.012/2006 regarding Finance Company, the obligation to fulfill the fit and proper requirements for each member of the Board of Directors, Board of Commissioners and Finance Company Branch Manager is regulated. Further provisions concerning the requirements and procedures for the assessment of the capability for members of the Board of Directors and Board of Commissioners is stipulated in the Capital Market Supervisory Agency and Financial Institution Regulation Number PER.03/BL/2008 dated 30th June 2008 regarding Fit and Proper Test for the Finance Company Members of Board of Directors and Board of Commissioners. The obligation to fulfill the fit and proper test requirements for the Finance Company’s Branch Managers was previously conducted by the Head of Financing and Guarantee Bureau, however, with the issuance of the Capital Market Supervisory Agency and Financial Institution Regulation Number PER-03/BL/2008, provisions concerning the Branch Manager’s requirement to fulfill the obligation, is discontinued.
BAPEPAM - LK 71
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 9 Chapter 9 Peningkatan Kualitas Industri Perushaaan Pembiayaan Improving Quality of Financial Service Industry
Selama Tahun 2010, pelaksanaan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris telah dilakukan sebanyak 159 kali. Pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan tersebut dilakukan melalui tes wawancara dan tes tertulis yang diperuntukkan bagi calon anggota Dewan Komisaris yang berdomisili di luar negeri. Penilaian kemampuan dan kepatutan periode Tahun 2010 diikuti oleh 105 orang calon anggota Direksi dan 54 orang calon anggota Dewan Komisaris, dimana penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap 14 orang calon anggota Dewan Komisaris dilakukan secara tertulis. Dari hasil pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan tersebut, telah dinyatakan lulus sebanyak 149 orang peserta atau 93,71% dari total peserta penilaian kemampuan dan kepatutan selama Tahun 2010, dengan rincian yaitu calon Direksi sebanyak 100 (95,24%) dan calon anggota Dewan Komisaris sebanyak 49 orang (90,74%). Dengan demikian, selama Tahun 2010 terdapat 10 orang (6,29%) peserta penilaian kemampuan dan kepatutan yang dinyatakan tidak lulus, yang terdiri atas calon anggota Direksi sebanyak 5 orang dan calon anggota Dewan Komisaris sebanyak 5 orang (4 orang wawancara, 1 orang tertulis).
72
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
During 2010, implementation of the Fit and Proper Test for the members of Board of Directors and Board of Commissioners has been conducted 159 times. Fit and proper test is carried out through interviews and written test for the Board of Commisioners domiciled abroad. Fit and proper test for the 2010 period is followed by 105 candidates of the Board of Directors and 54 candidates for the Board of Commissioners, where the fit and proper test for the 14 candidates of the Board of Commissioners are by written test. Results of this 2010 fit and proper test showed that 149 participants or 93,71% were declared passed, in details Board of Directors candidates 100 persons (95,24%) and Board of Commissioners 49 persons (90,74%). Therefore, during 2010, there were 10 persons (6,29%) who were stated failed the fit and proper test, consist of 5 candidates for the members of Board of Directors and 5 candidates for the Board of Commissioners (4 person from the interview test and 1 person from the written test).
Bab 9 Chapter 9 Peningkatan Kualitas Industri Perushaaan Pembiayaan Improving Quality of Financial Service Industry
URAIAN / Description
2008
2009
2010
Total
37
142
159
338
- Direksi / Directors
24
84
105
213
- Dewan Komisaris / Commissioners
13
58
54
125
Lulus / Pass
36
133
149
318
- Direksi / Directors
24
80
100
204
- Dewan Komisaris / Commissioners
12
53
49
114
a. Wawancara / Interview
12
41
36
89
b. Tertulis / Paper Examination
0
12
13
25
Tidak Lulus / Fail
1
9
10
20
- Direksi / Directors
0
4
5
9
- Dewan Komisaris / Commissioners
1
5
5
11
a. Wawancara / Interview
1
5
4
10
b. Tertulis / Paper Examination
0
0
1
1
Jumlah Peserta / Number of Participants Klasifikasi Peserta / Participants classification:
Hasil Penilaian / Test Result A.
B.
BAPEPAM - LK 73
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Bab 9 Chapter 9 Peningkatan Kualitas Industri Perushaaan Pembiayaan Improving Quality of Financial Service Industry
Grafik 9.1 Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (2008 - 2010) Graph 9.1 Assessment Results of Fit and Proper Test (2008 - 2010)
Selanjutnya, jika dibandingkan antara jumlah Perusahaan Pembiayaan yang mengajukan permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan dengan jumlah keseluruhan dari Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010, yaitu jumlah perusahaan yang mengajukan permohonan sebanyak 68 perusahaan dan jumlah seluruh Perusahaan Pembiayaan dalam Tahun 2010 sebanyak 192 perusahaan, maka prosentase jumlah perusahaan yang mengajukan permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan telah mencapai 35,42% dari keseluruhan jumlah Perusahaan Pembiayaan. Sedangkan jumlah pengurus Perusahaan Pembiayaan pada Tahun 2010 sebanyak 888 orang, yang terdiri atas 489 orang Direksi dan 389 orang anggota Dewan Komisaris, sehingga prosentase jumlah pengurus Perusahaan Pembiayaan yang telah mengikuti dan lulus dalam penilaian kemampuan dan kepatutan sampai dengan Tahun 2010, yaitu: Direksi 41,92% dan Dewan Komisaris 28,57% dari total pengurus Perusahaan Pembiayaan.
74
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Further, if the number of Finance Companies submitting request for fit and proper test is compared to the total number of Finance Companies in 2010, the number of companies submitting such request are 68 companies; while the total number of Finance Companies in 2010 is 192 companies; therefore, the percentage of total companies applied for fit and proper test reached 35,42% of the total number of Finance Companies. While the number of Finance Company Board Member in 2010 is 888 persons; consisting 489 Directors and 389 members of the Board of Commissioners, therefore, percentage of the total Finance Company’s management attended and passed the Fit and Proper Test until the year 2010: Board of Directors 41,92% and Board of Commissioners 28,57% from the total number of Finance Company’s management.
BIRO PEMBIAYAAN DAN PENJAMINAN Financing And Guarantee Bureau
Visi
Vision
Menjadi otoritas pembiayaan dan penjaminan yang amanah dan profesional yang mampu mewujudkan industri jasa pembiayaan dan penjaminan sebagai penggerak perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.
Being a trust and professional financing and guarantee authority that is capable of creating the finance and guarantee industries as a solid and globally competitive driver to the national economy.
Misi
Mission
1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri jasa pembiayaan dan penjaminan.
1. Creating a conducive environment for the finance and guarantee industries’ development.
2. Mewujudkan pembinaan dan pengawasan lembaga pembiayaan dan penjaminan yang berkualitas.
2. Creating a qualified guidance and supervision for the financing and guarantee institutions.
Strategi
Strategy
1. Meningkatkan Aksesibilitas Masyarakat terhadap Lembaga Pembiayaan dan Penjaminan.
1. Improving Public Accessibility to the Financing and Guarantee Institutions.
2. Meningkatkan Kualitas Pengaturan Lembaga Pembiayaan dan Penjaminan 3. Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Lembaga Pembiayaan dan Penjaminan
2. Improving the quality of the Financing and Guarantee Institutions regulations. 3. Improving the effectiveness of the Financing and Guarantee Institutions supervision.
Tugas
Task
Biro Pembiayaan dan Penjaminan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, standardisasi, evaluasi, pelaksanaan dan pengawasan di bidang lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan.
The Financing and Guarantee Bureau has the task to organize policies formulation, standardization, evaluation, implementation and supervision in the Financing and Guarantee Institutions.
Fungsi
Function
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Biro Pembiayaan dan Penjaminan menyelenggarakan fungsi:
In order to carry out the above tasks, the Financing and Guarantee Bureau manages the following functions:
1. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan;
1. Implementation of guidance and supervision of the financing and guarantee institutions;
2. Penelaahan data kelembagaan, jasa, dan pemantauan dalam rangka pembinaan dan pengawasan lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan;
2. Review of institutional data, services, and monitoring in relation to guide and supervise the financing and guarantee institutions;
3. Pengkajian dan penyiapan rumusan pengaturan di bidang lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan;
3. Assessment and preparation of regulatory formulation for the financing and guarantee institutions;
4. Pelaksanaan dan evaluasi pengawasan lembaga pembiayaan dan lembaga penjaminan;
4. Implementation and evaluation of the financing and guarantee institutions supervision;
5. Pelaksanaan tata usaha Biro.
5. The Bureau’s administration.
Struktur Organisasi
Organizational Structure
Susunan organisasi Biro Penjaminan terdiri dari:
Pembiayaan
dan
The organizational structure of the Financing and Guarantee Bureau consists of:
1. Bagian Lembaga Pembiayaan;
1. Financing Institution Division;
2. Bagian Pemeriksaan Lembaga Pembiayaan
2. Financing Institution Inspection Division;
3. Bagian Lembaga Penjaminan;
3. Guarantee Institution Division;
4. Bagian Lembaga Pembiayaan Khusus;
4. Special Financing Institution Division;
5. Kelompok Jabatan Fungsional.
5. Functional Team.
STRUKTUR ORGANISASI Pembina dan Pengawas Perusahaan Pembiayaan ORGANIZATIONAL STRUCTURE Regulator and Supervisor of Finance Companies
M. Ihsanuddin
Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Head of Financing and Guarantee Bureau
Tattys Miranti Hedyana
Jongki Artezi
Kepala Bagian Lembaga Penjaminan
Kepala Bagian Lembaga Pembiayaan
Kepala Bagian Pemeriksaan Lembaga Pembiayan
Kepala Bagian Lembaga Pembiayaan Khusus
Head Of Guarantee Institution Division
Head of Financing Institution Division
Head of Financing Institution Inspection Division
Head of Special Financing Institution Division
Anasrul
Naomi Triyuliani
Rudi Sulistyo
Indra
Lilik Sutoyo
Syafril
Kepala Subbagian Jasa Lembaga Pembiayaan
Kepala Subbagian Jasa Lembaga Pembiayaan
Kepala Bagian Pemantauan Lembaga Pembiayan
Kepala Subbagian Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan I
Kepala Subbagian Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan II
Kepala Subbagian Pemeriksaan Perusahaan Modal Ventura
Head of Financing Institution Service Sub Division
Head of Financing Institution Service Sub Division
Head of Financing Institution Monitoring Sub Division
Head of Finance Company Inspection Sub Division I
Head of Finance Company Inspection Sub Division II
Head of Venture Capital Company Inspection Sub Division
Pejabat dan Staff pada Bagian Lembaga Pembiayaan Officials at Financing Institution Division
Pejabat dan Staff pada Bagian Pemeriksaan Lembaga Pembiayaan Officials at Financing Institution Inspection Division
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
IKHTISAR DALAM ANGKA THE YEAR IN NUMBER
Financial Statements of Finance Companies during 2008 - 2010 (in Billion Rupiah) NERACA / BALANCE SHEET 1. Kas dan Setara Kas / Cash and Cash Equivalent a. Kas / Cash on Hand b. Bank Dalam Negeri / On-shore Banks: i. Giro / Giro ii. Simpanan Lainnya / Other Deposits c. Bank Luar Negeri / Off-shore Banks: i. Giro / Giro ii. Simpanan Lainnya / Other Deposits 2. Investasi Jk Pendek SB / Short-term Investments 3. Piutang pembiayaan / Financing Receivables a. Sewa Guna Usaha / Leasing b. Anjak Piutang / Factoring c. Kartu Kredit / Credit Cards d. Pembiayaan Konsumen / Consumer Finance 4. Penyertaan Modal / Equity Participation a. Bank / Banks b. Perusahaan Jasa Keuangan Lainnya / NBFIs 5. Investasi Jk Panjang SB / Long-term Investments 6. Aktiva tetap Yg Di-SGU-kan / Leased Assets 7. Aktiva tetap dan Inventaris / Fixed Assets and Equipments 8. Aktiva pajak tangguhan / Deferred Tax Assets 9. Rupa-rupaaktiva / Other Assets TOTAL AKTIVA / TOTAL ASSETS 1. Kewajiban Segera / Current Liabilities 2. Utang Pajak / Tax Payable 3. Pinjaman Yang Diterima / Borrowings a. Dalam Negeri / On-shore: i. Bank / Banks ii. Lainnya / Others b. Luar Negeri / Off-shore: i. Bank / Banks ii. Lainnya / Others 4. Surat Berharga yg Diterbitkan / Issued Bonds 5. Kewajiban Pajak Tangguhan / Deferred Tax Liabilities 6. Pinjaman Subordinasi / Sub-ordinary Debts a. Dalam Negeri / On-shore b. LuarNegeri / Off-shore 7. Rupa-rupapasiva / Other Liabilities 8. Modal / Capital a. Modal Disetor / Paid-up Capital b. Agio / Agio c. Disagio / Disagio 9. Cadangan / Reserves a. Cadangan Umum / General Reserves b. Cadangan Tujuan / Specific Reserves 10. Saldo Laba (Rugi) / Retained Earnings 11. Laba (Rugi) Tahun Berjalan /Current Profit TOTAL PASIVA / TOTAL LIABILITIES & EQUITIES
Sandi /
1100 1110 1120 1121 1129 1130 1131 1139 1200 1300 1310 1320 1330 1340 1400 1410 1420 1500 1600 1700 1800 1900 1000 2100 2200 2300 2310 2311 2319 2320 2321 2329 2400 2500 2600 2610 2620 2900 3100 3110 3120 3130 3200 3210 3220 3300 3400 3000
Des 2008 12.739 501 9.835 4.308 5.528 2.402 1.941 461 353 137.237 50.680 2.221 1.145 83.191 174 29 145 15 806 2.164 1.171 13.796 168.455
Des 2009 11.278 376 8.290 3.254 5.036 2.612 1.564 1.048 378 142.539 46.528 2.027 930 93.054 181 23 158 4 594 2.266 891 16.310 174.442
Des 2010 10.143 548 7.461 3.892 3.570 2.133 354 1.780 553 186.354 53.167 2.295 876 130.016 269 12 257 14 1.116 20.007 854 10.991 230.301
2.893 1.259 108.932 55.387 51.948 3.440 53.545 43.046 10.499 11.491 230 925 121 803 10.330 18.715 17.385 1.337 7 547 558 45 6.762 6.372 168.455
4.074 1.339 101.278 56.920 53.107 3.813 44.358 36.130 8.228 13.595 233 682 118 565 13.153 21.032 18.635 2.426 29 668 2.444 45 10.561 7.827 174.442
3.974 1.137 144.796 84.909 79.310 5.599 59.887 53.118 6.769 18.389 369 516 175 341 13.290 22.308 20.474 2.067 233 740 722 46 15.855 8.929 230.301
BAPEPAM - LK 81
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
LAPORAN LABA RUGI
Sandi
A. PENDAPATAN / Revenues 1. Pendapatan Operasional / Operational Revenues 1.1. Sewagunausaha / Leasing a. DenganHakOpsi / Finance Lease b. TanpaHakOpsi / Operating Lease
4000 4100 4110 4111 4112 4120 4121 4122 4130 4131 4132 4133 4134 4140 4141 4142
1.2. Anjakpiutang / Factoring a. Diskonto / Discounts b. Fee / Fee 1.3. Kartukredit/ Credit Cards a. Bunga / Interest b. Fee / Fee c. Komisi (Diskon) / Discounts d. Administrasi / Administration 1.4. Pembiayaankonsumen / Consumer Finance a. Bunga / Interest b. Administrasi / Administration 1.5. Pendapatandarikegiatanpembiayaanbersama / Revenues from Chanelling & Joint Financing 2. Pendapatan non-operasional / Non-operational Revenues 2.1. PendapatanBunga (Jasagiro) / Interest Revenues / Giro 2.2. Pendapatan Non OperasionalLainnya / Other Non-operational Revenues B. BEBAN / Expenses 1. BebanOperasional / Operational Expenses 1.1 Bunga/ Interest Expenses 1.2. Premi Swap / Swap Premiums 1.3. PremiAsuransi / Insurance Expenses 1.4. TenagaKerja / Manpower 1.5. Penghapusan/Penyusutan / Write-off / Depreciation a. PiutangPembiayaan / Financing Receivables b. AktivaTetap yang Disewagunausahakan / Leased Assets c. AktivaTetapdanInventaris / Fixed Assets and Equipments 1.6. Sewa / Rent Expenses 1.7. PemeliharaandanPerbaikan / Maintenance and Repairs 1.8. BarangdanJasa / Goods and Services 1.9. Lainnya / Others 2. Beban Non-operasional / Non-operational Expenses C . 1. Laba (Rugi) / Profit (Loss) D.TAKSIRAN PAJAK / Tax Estimates 1. Pajak Tahun Berjalan / Current Tax Expenses 2. PajakTangguhan / Deferred Tax a. BebanPajakTangguhan / Deferred Tax Expenses b. PendapatanPajakTangguhan / Deferred Tax Income E. Laba(Rugi) BersihSetelahPajak / After-Tax Income (Loss)
82
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Des 2008 35.532 32.467 5.960 5.477 483 274 226 48 698 511 153 33 1 24.823 21.276 3.547
Des 2009 39.787 36.359 5.639 5.313 326 268 236 33 601 420 152 29 0 28.877 24.511 4.366
Des 2010 44.374 41.250 5.462 5.065 398 306 260 47 496 344 124 28 0 33.972 28.748 5.224
4150 4200 4210
712
973
1.012
3.065 294
3.428 426
3.124 254
4290
2.771
3.002
2.870
5000
26.714 25.364 9.352 826 104 4.728 3.353 2.537 347 469 477 265 3.222 3.037 1.350 8.818
29.366 27.819 9.740 1.628 140 5.485 3.237 2.517 192 528 505 275 3.414 3.395 1.548 10.421
32.811 31.399 10.952 1.566 154 7.150 4.226 3.388 258 580 603 354 3.467 2.927 1.412 11.563
5100 5110 5120 5130 5140 5150 5151 5152 5153 5160 5170 5180 5190 5200 6100 5315 5321 5322 6200
2.316
2.371
201 71 6.372
2.650
267 44 7.827
165 181 8.929
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
REKENING ADMINISTRATIF 1. Fasilitas Pinjaman yang Belum Ditarik / Undisbursed Loan Facilities a. Dalam Negeri / On-shore i. Bank / Banks ii. Lainnya / Others b. LuarNegeri / Off-shore i. Bank / Banks ii. Lainnya / Others 2. Fasilitas Pembiayaan kepada Nasabah yang belum ditarik / Undisbursed Financing Facilities to Customers 3. Penerbitan Surat Sanggup Bayar / Promissory Notes Issuence a. Pinjaman dalam negeri / On-shore Loans b. Pinjaman luar negeri / Off-shore Loans 4. PiutangPihakKetigaatasPenyaluranPembiayaanBersama/ Third Party Financing receivables a. Chanelling b. Joint Financing JUMLAH / TOTAL
Sandi
Des 2008
Des 2009
Des 2010
8510
39.747
55.599
44.147
8511 8512 8513 8515 8516 8517
29.846 29.396 449 9.901 5.481 4.420
30.729 30.439 291 24.870 18.899 5.971
28.344 27.878 466 15.804 13.814 1.990
8530
8.002
6.364
6.755
8540
11.725
13.856
13.369
8541 8545
5.610 6.115
8.647 5.209
6.083 7.286
8550
58.894
56.185
81.569
8551 8552 8500
8.988 49.906 118.368
9.092 47.092 132.003
14.344 67.225 145.841
BAPEPAM - LK 83
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
Financial Statements of Sharia Finance Companies during 2008 - 2010 (in Million Rupiah) Jumlah Perusahaan / Nuumber of Companies (satuan / in unit) NERACA / BALANCE SHEET 1. Kas dan Setara Kas / Cash and Cash Equivalents a. Kas / Cash on Hand
1100 1110
b. Bank / Bank 2. EfekSyariah yang Dimiliki / Sharia Securities 3. Piutang / Financing Receivables a. Piutang Murabahah / Murabahah Receivables - Neto 1) Piutang Murabahah/ Murabahah Receivables - Bruto 2) Pendapatan Margin Murabahah Yang Ditangguhkan / Unearned Revenues - Murabahah 3) PenyisihanPiutangMurabahah / Accumulated for Bad Debts – Murabahah Receivables. b. PiutangHiwalah/ Hiwalah Receivables –Neto
Des 2008 4
Des 2009 8
Des 2010 11
19.915 266
28.387 287
63.621 8.057
1120 1200
19.648 3.750
28.100 3.750
55.563 3.750
1300 1340 1341
403.244 396.391 538.975
509.044 501.753 674.835
2.022.208 2.014.917 2.708.425
1342
142.134
170.948
684.567
1343
451
1.546
8.941
1320
6.854
7.291
7.291
1321
7.000
7.478
7.478
1322
146
187
187
1310 1600 1610
86.987 0 0
105.586 0 0
126.550 11.607 13.116
1620
0
0
1.509
1311 1312
86.987 93.550
105.586 131.205
114.943 159.480
1313
6.563
25.619
44.536
1650 1700 1710 1711
0 5.996 5.724 6.863
0 5.697 5.494 7.721
194 26.400 25.177 31.509
1712
1.140
423
6.332
1720 1721
272 366
203 410
1.223 1.648
1722
94
208
425
8. Aktiva Lain-lain / Other Assets
1900
36.161
67.662
121.930
TOTAL AKTIVA / TOTAL ASSET
1000
556.054
720.126
2.364.654
1. KewajibanSegera / Current Liabilities 2. UangMukaPembayaran / Down Payments a. Murabahah / Murabahah
2100 2110 2111
2.376 0 0
6.277 1.261 1.261
31.045 315 79
b. Istishna / Istishna’ c. Lainnya / Others 3. Pendanaan / Fundings
2112 2113 2300
0 0 283.895
0 0 413.803
26 209 1.815.499
2310 2320 2330
0 0 46.706
55.170 0 72.875
399.334 0 322.153
1) PiutangHiwalah/ Hiwalah Receivables -Bruto 2) PenyisihanPiutangHiwalah’ / Accumulated for Bad Debts – Hiwalah Receivables 4. Ijarah / Ijarah a. AktivaIjarahIjarah Assets - Neto 1) AktivaIjarah/ Ijarah Assets –Bruto 2) AkumulasiPenyusutanAktivaIjarah / Accumulated Depreciation – Ijarah Assets b. AktivaIjarahMuntahiyahBittamlik/ IMBT Assets- Neto 1) AktivaIjarahMuntahiyahBittamlik/ IMBT Assets - Bruto 2) AkumulasiPenyusutanAktivaIjarahMuntahiyahBittamlik / Accumulated Depreciation – IMBT Assets 5. Persediaan / Inventories 6. AktivaTetapdanInventaris / Fixed Assets and Equipment a. AktivaTetap/ Fixed Assets- Neto 1) AktivaTetap/ Fixed Assets - Bruto 2) AkumulasiPenyusutanAktivaTetap / Accumulated Depreciation b. Inventaris / Equipments - Neto 1) Inventaris/ Equipments - Bruto 2) AkumulasiPenyusutanInventaris /Accumulated Depreciation - Equipments
a. Mudharabah / Mudharabah b. MudharabahMuqayyadah / MudharabahMuqayyadah c. Musyarakah / Musyarakah
84
SANDI
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
d. FasilitasPendanaanMurabahah / Murabahah Funding Facilities e. IjarahSukuk / IjarahSukuk f. Pendanaan Lain BerbasisSyariah / Other Sharia Funding Facilities 4. Kewajiban Lain-lain / Other Liabilities 5. Modal / Capital
a. Modal Disetor / Paid-up Capital b. Agio / Agio c. Disagio / Disagio 6. SaldoLaba / Retained Earnings (Loss)
7. LabaRugiPeriodeBerjalan / Current Profit (Loss) TOTAL PASIVA / TOTAL LIABILITIES & EQUITIES
2340 2350
228.617 0
283.842 0
1.089.290 0
2360
8.573
1.916
4.722
2900 3100
83.556 161.500
22.175 231.725
117.620 231.725
3110 3120 3130
161.500 0 0 5.547
231.725 0 0 25.654
231.725 0 0 110.571
18.950 556.054
17.790 720.126
57.879 2.364.654
3000
BAPEPAM - LK 85
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
LAPORAN LABA RUGI / INCOME STATEMENTS A. PENDAPATAN / REVENUES 1. Pendapatan Operasional / Operational Revenues a. Ijarah / Ijarah 1) Pendapatan Sewa Ijarah / Ijarah Income 2) Pendapatan Sewa Ijarah Muntahiyah Bi-Tamlik / IMBT Income 3) Administrasi / Administration b. Hiwalah / Hiwalah 1) Administrasi /Administration c. Murabahah / Murabahah 1) Pendapatan Margin Murabahah / Murabahah Income 2) Administrasi / Administration d. Pendapatan Fee dari Penyaluran Pembiayaan Bersama / Fee from Third-Party Financing Distribution e. Pendapatan operasional lainnya / Other Operational Revenues 1) Pendapatan dari penyertaan / Investment Revenues 3) Lainnya / Others 2. Pendapatan Non-operasional / Non-operational Revenues a. Selisih Kurs / Exchange Rate DIfferences b. Lainnya / Others B. BEBAN / EXPENSES 1. BebanOperasional / Operatioanl Expenses a. BiayaPerbaikan Aktiva Ijarah / Maintenance on Ijarah Asset b. PremiAsuransi / Insurance Expenses c. TenagaKerja / Manpower 1) GajidanUpah / Salaries & Wages 2) Honorarium / Honorarium 3) Lainnya / Others d. Penghapusan / Penyusutan / Write-off / Depreciation 1) Piutang Murabahah / Murabahah Receivables 2) Piutang Istishna’ / Istishna’ Receivables 3) Aktiva Ijarah / Ijarah Assets 4) Aktiva Ijarah Muntahiah Bittamlik / IMBT Assets 5) Aktiva Ijarah Musyarakah Muntanaqisah / IMM Assets
Sandi 4000 4100 4110 4111
Des 2008 44.525 41.306 17.124 0
Des 2009 88.213 87.138 34.317 0
Des 2010 214.587 213.540 46.489 0
4112
16.342
34.263
46.402
4114 4120 4121 4130 4131 4132
782 277 277 18.262 15.895 2.367
55 1.765 1.765 46.338 42.368 3.970
87 1.132 1.132 159.992 150.219 9.772
4150
5.643
2.745
3.321
4160
0
1.973
2.606
4161 4163 4200 4230 4240 5000 5100 5110 5130 5140 5141 5142 5143 5150 5151 5152 5155 5156 5157
0 0 3.219 1.939 1.281 28.036 27.971 0 0 6.710 6.710 0 0 7.359 778 0 6.563 0 0
0 1.973 1.075 0 1.075 32.594 64.235 39.407 1.124 6.301 13.373 7.071 0 5.051 21.779 1.835 0 19.273 821
2 2.604 1.047 0 1.047 156.517 147.412 9.302 1.999 50.022 50.020 2 0 41.664 7.474 0 29.322 3.056 0
6) AktivaTetap dan Inventaris / Fixed Assets & Equipments e. Biaya Sewa / Rent Expenses
5158 5160
18 356
227 236
1.812 4.847
f. Pemeliharaan dan Perbaikan Aktiva Tetap dan Inventaris / Maintenance & Repairs on Fixed Assets & Equipments
5170
15
141
4.945
5180 5190 5200 5210 5220
5.997 7.534 64 0 64 16.489
902 13.302 5.123 1.789 3.334 15.579
3.998 30.633 9.105 -118 9.223 58.070
g. BarangdanJasa / Goods and Services h. Lainnya / Others 2. Beban Non-operasional / Non-operational Expenses a. SelisihKurs / Exchange Rate Differences b. Lainnya / Others C. Laba(Rugi)PeriodeBerjalan / Current Income (Loss) D. TaksiranPajak / Tax Estimates 1. PajakKini / Curent Tax Expense 2. Pajak Tangguhan / Deferred Tax a. Pendapatan Pajak Tangguhan / Deferred tax Income b. Beban Pajak Tangguhan / Diferred tax Expenses E. Laba (Rugi) Bersih Periode Berjalan / After-Tax Income (Loss)
86
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
5315
5321 5322
43
1.412
0 0 18.950
192
0 0 17.790
0 0 57.879
Ikhtisar Dalam Angka The Year In Number
Rekening Administratif
1. Fasilitas Pendanaan yang Belum Ditarik / Undisbursed Funding Facilities a. Mudharabah / Mudharabah b. Mudharabah Muqayyadah / MudharabahMuqayyadah c. Musyarakah / Musyarakah
Sandi
Des 2008
Des 2009
Des 2010
8510
82.389
95.028
520.357
8511 8512
5.909 0
0 0
388.400 0
8513
76.480
92.845
100.501
d. Fasilitas Pendanaan Murabahah / Murabahah Fundings Facilities
8514
0
22.009
31.456
2. Fasilitas Pembiayaan kepada Nasabah yang belumditarik / Undisbursed Financing Facilities to Customers
8530
0
0
0
8540 8541 8542
29.911 0 29.911
30.290 0 30.290
36.352 1.772 34.580
8543
0
0
0
8550
0
0
106.395
8551 8552
0 0
0 0
32.279 74.116
3. Pendapatan Ijarah Yang Akan Diterima / Unearned Ijarah Income a. Ijarah b. Ijarah Muntahiyah Bittamlik c. Ijarah Musyarakah Muntanaqisah 4. Piutang Pihak Ketiga atasPenyaluran Pembiayaan Bersama / Third Party Financing receivables a. Chanelling b. Joint Financing
BAPEPAM - LK 87
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan This Page is Intetionally Left Blank
Daftar Istilah Glossary
DAFTAR ISTILAH Glossary
Anjak Piutang (Factoring)
Factoring
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
A financing activity in the form of the purchase of short-term trade receivable of a company as well as the settlement of the receivable.
Ijarah
Ijarah
Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan barang itu sendiri.
A fund distribution agreement for the transfer of usage rights (benefit) over certain goods within a certain time by installment payments (ujrah), between the Finance Company as the Lessor (mu’ajjir) to the Lessee (musta’jir) without the transfer of ownership of the underlying goods.
Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa.
A fund distribution agreement for the transfer usage rights (benefit) over certain goods within a certain time by installment payments (ujrah), between the Finance Company as the Lessor (mu’ajjir) to the Lessee (musta’jir) with the option to transfer the leased asset ownership at the end of the lease term.
Istishna’
Istishna
Akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’) dengan harga yang disepakati bersama oleh para pihak.
A financing contract of certain manufactured goods with prior agreed criteria and conditions as well as prior agreed price between the buyer (‘mustashni’) and seller (manufacturer, ‘shani’).
Modal sendiri
Equity
Bagi pemegang saham yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas merupakan penjumlahan dari modal disetor, agio saham, cadangan dan saldo laba/rugi.
For Limited Liability Company shareholders, it shall be the sum of paid-up capital, premium, reserves and retained earnings.
Bagi pemegang saham yang berbentuk hukum Koperasi merupakan penjumlahan dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah.
For Cooperative shareholders, it shall be the sum of principal deposit, compulsory deposit, reserve funds and grants.
Bagi pemegang saham yang berbentuk hukum Yayasan adalah sebesar aktiva bersih yang terdiri dari Aktiva Bersih terikat secara permanen, Aktiva Bersih terikat secara temporer, dan Aktiva Bersih tidak terikat.
For Foundation shareholders, it shall be as much as the net assets, consisting of permanently committed net assets, temporarily committed assets and noncommitted net assets.
BAPEPAM - LK 89
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Istilah Glossary
90
Murabahah
Murabaha
Akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih sebagai laba.
A financing contract for the procurement of goods by asserting the purchase price (cost of goods sold) to the buyer and the buyer pay in installments with a higher price as profit.
Non Performing Financing (NPF)
Non-Performing Financing (NPF)
proporsi kualitas aktiva piutang pembiayaan kategori macet terhadap total piutang atas kegiatan pembiayaan.
The proportion of unpaid finance receivable against the total receivables of finance activities.
PembiayaanKonsumen
Consumer Finance
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.
A financing activity to procure goods on the basis of the need of consumer by installments.
Pendanaan Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah Funding
kegiatan pendanaan melalui akad kerja sama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal), dimana shahibul mal tersebut membiayai 100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang telah ditentukan oleh Perusahaan Pembiayaan dan keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
A financing activity through cooperation agreement with other party acting as lender (shahibul mal), where the Shahibul mal funds 100% capital of the financing activity for a project determined by Finance Company and the business profits are shared in accordance to the agreement set forth in the contract.
Pendanaan Mudharabah Musytarakah
Mudharabah Musytarakah Funding
kegiatan pendanaan melalui akad kerja sama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal), dimana shahibul mal dan Perusahaan Pembiayaan (mudharib) turut menyertakan modalnya dalam kerja sama investasi dan keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
A financing activity through cooperation agreement with other party acting as lender (shahibul mal), where both the Shahibul mal and the Finance Company (“mudharib”) provide funds in this investment whereby the business profits is shared in accordance to the agreement set forth in the contract.
Pendanaan Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah Funding
kegiatan pendanaan melalui akad kerja sama dengan pihak lain yang bertindak sebagai penyandang dana (shahibul mal), dimana shahibul mal tersebut membiayai 100% modal kegiatan pembiayaan untuk proyek yang tidak ditentukan dan keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
a financing activity through cooperation agreement with other party acting as lender (shahibul mal), where the Shahibul mal provides 100% fund for unspecified projects and the business profits are shared in accordance to the agreement set forth in the contract.
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Istilah Glossary
Pendanaan Musyarakah
Musharaka funding
Kegiatan pendanaan melalui akad kerja sama dengan pihak lain untuk usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad.
a financing activity through cooperation agreement with other party for certain business, whereby each party contributes funds with the provisions that the risks and benefits will be shared in accordance to the agreement set forth in the contract.
Perusahaan Pembiayaan
Finance Company
Badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau usaha Kartu Kredit.
A business entity which is established specifically to undertake Leasing, Factoring, Consumer Finance and Credit Card business activities.
Pinjaman Sindikasi
Syndicated Loan
Pinjaman yang diterima oleh Perusahaan Pembiayaan pelapor dari dua pemberi pinjaman (kreditur) atau lebih, baik secara langsung maupun melalui jasa penghubung/perantara.
loans received by the underlying Finance Company from two lenders (creditors) or more, either directly or through liaison/intermediary service.
Pinjaman Bilateral
Bilateral Loans
Pinjaman yang diterima oleh Perusahaan Pembiayaan pelapor dari satu kreditur.
loans received by the underlying Finance Company from one creditor.
Pinjaman Multilateral
Multilateral Loans
Pinjaman yang diterima oleh Perusahaan Pembiayaan pelapor dari lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti IFC dan ADB.
loans received by the underlying Financing Company from international financial institutions, such as IFC and ADB.
Salam
Salam
Akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak.
A financing contract for the procurement of goods by way of ordering and payment in advance with certain conditions agreed between the parties.
Sewa Guna Usaha
Leasing
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.
A financing activity in the form of provision of capital goods by finance lease or operating lease to be used by lessee for a specified period on the basis of the payment by installment.
Usaha Kartu Kredit
Credit Card Business
Kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.
A financing activity for the purchase of goods and/or services by using credit card.
BAPEPAM - LK 91
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Daftar Istilah Glossary
Wakalah bil Ujrah
Wakalah bil ujrah
Pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).
Authority delegation by one party (al muwakil) to other parties (al wakil) on matters that may be delegated by granting benefits (ujrah).
Gearing Ratio
Gearing Ratio
Rasio total pinjaman Perusahaan Pembiayaan terhadap total modal sendiri dan pinjaman subordinasi setelah dikurangi penyertaan modal yang ada.
The ratio of Finance Company’s total loans to the total equity (net worth) and subordinated loans, net existing capital investments.
Pinjaman subordinasi yang dapat diperhitungkan dalam perhitungan gearing ratio sebanyakbanyaknya sebesar 50% dari modal disetor.
The subordinated loan which can be included in the gearing ratio calculation shall be at a maximum of 50% of the paid up capital.
Investment Asset Ratio
Investment Asset Ratio
Rasio aset dari kegiatan pembiayaan terhadap The ratio of assets from financing activities to total aset. the total assets.
92
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
DIREKTORI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN YANG MEMPEROLEH IZIN USAHA DARI KEMENTERIAN KEUANGAN 2010 Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
AB Sinar Mas Multifinance
Alamat
:
BII Plaza, Tower III Lantai 11, Jl. M.H. Thamrin No. 51, Jakarta 10350
Telp Fax
: :
021-3925660 021-3925788
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Adhika Primadhana Multifinance Gedung Menara Rajawali Lantai 6 Podium 6, Jl. Mega Kuningan Lot # 5.1 Kawasan Mega Kuningan Jakarta 12950 021-5761361-63 021-5761367
Nama Perusahaan
:
Adira Dinamika Multi Finance
Alamat
:
Graha Adira Lantai 10-12, Jl. Menteng Raya No. 21 Jakarta 10340
Telp Fax
: :
021-3918686 021-3924826
Nama Perusahaan
:
Adira Quantum Multifinance
Alamat
:
Gedung Sentra Mulia Lantai 9, Jl. H.R Rasuna Said Kav. X6 No. 8, Setia Budi, Jakarta 12940
Telp Fax
: :
021-529 222 99 021-529 224 72
Nama Perusahaan
:
AEON Credit Services Indonesia
Alamat
:
12/F, Summitmas II, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62, Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-2523331 021-2526570
Nama Perusahaan
:
Agro Finance Indonesia
Alamat
:
Gedung BRI II Lt. 16, Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Pusat 10210
Telp Fax
: :
021-71001351 021-57902190
BAPEPAM - LK 93
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
94
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Al Ijarah Indonesia Finance
Alamat
:
Gedung Arthaloka Lantai 3 Suite 307 & 308, Jl. Jend. Sudirman No. 2 Jakarta
Telp Fax
: :
021-2512525,24 021-2512542
Nama Perusahaan
:
Amanah Finance
Alamat
:
Menara Imperium Lantai 15 Suite C, Metropolitan Kuningan, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 1 Jakarta 12980
Telp Fax
: :
021-83704005, 83705745 021-83704006
Nama Perusahaan
:
Andalan Finance Indonesia
Alamat
:
Cawang Commercial Estate, Jl. MT Haryono No. 9 Jakarta 13630
Telp Fax
: :
021-8010079 021-8004947
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Anugerah Buana Central Multi Finance Jl. Raden Temenggung Suryo No. 34 Malang 0341-491222 0341-470079
Nama Perusahaan
:
Anugerah Utama Multifinance
Alamat
:
Plaza ABDA Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-51402228 021-51402224
Nama Perusahaan
:
Arjuna Finance
Alamat
:
Perkantoran Duta Merlin Blok A No. 11-12 Jl. Gajah Mada No. 3-5 Jakarta Pusat 10130
Telp Fax
: :
021-6334448 021-63866252
Nama Perusahaan
:
Armada Finance
Alamat
:
Gedung BRA Lantai II, Jl. Mayjen Bambang Soegeng No.7 Magelang
Telp Fax
: :
0293-362400, 363591, 364303 0293-364379
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Artamas Multi Finance
Alamat
:
Jl. KH Moh. Mansyur 162 B, Jembatan Lima Jakarta Barat 12345
Telp Fax
: :
021-63853660 021-63853619
Nama Perusahaan
:
Artha Prima Finance
Alamat
:
Bellezza Office Tower Lt. 12, Jl. Letjen Soepeno No. 34 Arteri Permata Hijau Jakarta 12210
Telp Fax
: :
021-53664899 021-53664892/93
Nama Perusahaan
:
Arthaasia Finance
Alamat
:
Business Park Kebon Jeruk Jl. Raya Meruya Ilir No. 88 Blok I No. 1-3 Kebon Jeruk, Jakarta 11620
Telp Fax
: :
021-58908190 021-58908153
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Arthabuana Margausaha Finance Jl. Sungai Gerong No. 20 Kebon Melati, Jakarta Pusat 10230 021-3148889 021-3154289, 3154309
Nama Perusahaan
:
Asia Multidana
Alamat
:
Komplek Kebayoran Center Blok A1 Jl. Kebayoran Baru, Mayestik/Velbak, Jakarta
Telp Fax
: :
021-7230334 021 7230335
Nama Perusahaan
:
Asiatic Sejahtera Finance
Alamat
:
Citra Graha Lantai 10, Jl. Gatot Subroto Jakarta
Telp Fax
: :
021-5519222 021-5518030
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Astra Auto Finance Jl. TB Simatupang No. 90 Tanjung Barat Jakarta Selatan 12530 021-78859000 021-78851182
BAPEPAM - LK 95
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
96
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Astra Multi Finance
Alamat
:
Menara FIF Jl. TB. Simatupang Kav. 15 Cilandak Barat, Jakarta 12430
Telp Fax
: :
021-7698899 021-7698811
Nama Perusahaan
:
Astra Sedaya Finance
Alamat
:
Gedung ACC, Jl. T.B. Simatupang No. 90, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta 12530
Telp Fax
: :
021-78859000 021-78851182
Nama Perusahaan
:
Astrido Pacific Finance
Alamat
:
Astrido Toyota Building Lantai 3-4, Jl. Balikpapan Raya No. 7 Jakarta 10160
Telp Fax
: :
021-2312220 021-2310053
Nama Perusahaan
:
Austindo Nusantara Jaya Finance
Alamat
:
Plaza Marein Lt 23, Jl. Jend Sudirman Kav 76-78, Jakarta Selatan 12920
Telp Fax
: :
021-57935888 021-57935889
Nama Perusahaan
:
Balimor Finance
Alamat
:
Jakarta Honda Center Lt. 4, Jl. Pangeran Jayakarta No. 50, Jakarta 10730
Telp Fax
: :
021-6393877, 6590062 021-6287950
Nama Perusahaan
:
Batara Internasional Finansindo
Alamat
:
Komplek Ruko Wolter Monginsidi, Jalan Wolter Monginsidi No. 88 N Jakarta Selatan 12180
Telp Fax
: :
021-7196488 021-7196489
Nama Perusahaan
:
Batavia Prosperindo Finance
Alamat
:
Plaza Chase Lantai 12, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 21 Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-5200434 021-5209160
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
BCA Finance
Alamat
:
Wisma BCA Pondok Indah 2nd Floor, Jl. Metro Pondok Indah No. 10, Jakarta 12310
Telp Fax
: :
021-29973100 021-29973200, 29973232
Nama Perusahaan
:
Bentara Sinergies Multifinance
Alamat
:
Komplek Puri Mutiara Blok D 123-125, Jl. Griya Utama Sunter, Jakarta Utara 14350
Telp Fax
: :
021-65314165 021-65314162
Nama Perusahaan
:
Beta Inti Multifinance
Alamat
:
Plaza Kebon Jeruk Blok B 6-7, Jl. Kedoya Raya (Pejuangan) Jakarta Barat 11530
Telp Fax
: :
021-5309331 021-5363549
Nama Perusahaan
:
BFI Finance Indonesia
Alamat
:
MNC Tower Lt. 25 Jl. Kebon Sirih No. 17-19 Jakarta 10340
Telp Fax
: :
021-3910110, 3920061, 3920091 021-3912005, 3920607
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Bhumindo Sentosa Abadi Finance Jl. Balikpapan Raya No.24, Lantai Dasar Jakarta Pusat 10130 021-6321111 021-6318555.
Nama Perusahaan
:
BII Finance Center
Alamat
:
Wisma Eka Jiwa Lt. 10, Jl. Mangga Dua Raya Jakarta Pusat 10730
Telp Fax
: :
021-62300088 021-62300099
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
BIMA Multi Finance Jl. Cideng Barat No. 47i Jakarta 10150 021-63858555 021-63858001
BAPEPAM - LK 97
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
98
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
:
Bintang Mandiri Finance
Alamat
:
Ruko Graha Mas Pemuda Blok AD 10-11 Kompleks Taman Berdikari Sentosa, Jalan Pemuda Raya Jakarta 13320
Telp Fax
: :
021-4714199 021-4714066, 4714206
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
BNI Multi Finance Atrium Setiabudi Building Lantai 8 Suite 806808, Jl. HR Rasuna Said Kav. 62 Kuningan, Jakarta 12920 021-5210308 021-5210306
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Bosowa Multifinance Menara Global Lt. 2, Jl. Gatot Subroto Kav. 27 Jakarta 12950 021-5275230 021-5275231
Nama Perusahaan
:
Bringin Indotama Sejahtera Finance
Alamat
:
Hayam Wuruk Plaza Tower Lantai 3, Jl. Hayam Wuruk No. 108 Jakarta 11160
Telp Fax
: :
021-6498218 021-6498235
Nama Perusahaan
:
Bringin Srikandi Finance
Alamat
:
Gedung Hero II Lantai 11, Jl. Jend. Gatot Subroto 177A Kav. 64 Jakarta 12870
Telp Fax
: :
021-83794610 021-83794609
Nama Perusahaan
:
BTMU-BRI Finance
Alamat
:
Wisma 46 Lantai 6 dan 10, Kota BNI, Jl. Jend. Sudirman Kav. 1 Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-5745333 021-5745444
Nama Perusahaan
:
Buana Finance
Alamat
:
Chase Plaza Lantai 17, Jl. Jend. Sudirman Kav. 21 Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-5208066 021-5208055
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Bukopin Finance
Alamat
:
Gedung Bank Bukopin Melawai Lantai 3, Jl. Melawai Raya No. 66 Jakarta Selatan 12160
Telp Fax
: :
021-7260756, 7245014 021-7260865
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Bumikusuma Multi Finance Jl. Arteri Teuku Nyak Arief No. 9 C RT 005/02 Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta 12220 021-72790818 021-72790819
Nama Perusahaan
:
Bumiputera BOT- Finance
Alamat
:
Wisma Bumiputera Lantai 11 - 12, Jl. Jend. Sudirman No. 75 Jakarta 12910
Telp Fax
: :
021-5706762, 5224522 021-5255610, 5706773
Nama Perusahaan
:
Bussan Auto Finance
Alamat
:
Gedung Sentra Mulia Lantai 12, Jl. H.R Rasuna Said Kav. X-6 No. 8 Jakarta 12940
Telp Fax
: :
021-5222166 021-5222165
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Cahyagold Prasetya Finance Jl. Jatinegara Barat 139, Balimester, Jakarta Timur 13310 021-2800603, 2800788 021-8582994
Nama Perusahaan
:
Cakrawala Citra Mega Multifinance
Alamat
:
Ciputat Indah Permai Blok D/23, Jl. Ir. H. Juanda No. 50 Tangerang 15419
Telp Fax
: :
021-74713621-23 021-74713625
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Capella Multidana Jalan Sunter Paradise Timur Raya Blok G-2 No. 4-5 Jakarta 14350 021-6401001 021-6401003
BAPEPAM - LK 99
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
100
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Capitalinc Finance
Alamat
:
Recapital Building Lantai 9, Jl. Adityawarman Kav. 55, Kebayoran Baru, Jakarta 12160
Telp Fax
: :
021-7260025 021-7260626
Nama Perusahaan
:
Catterpillar Finance Indonesia
Alamat
:
The Garden Centre Building Suite 5-12 Cilandak Commercial Estate, Jl. Raya Cilandak KKO Jakarta 12560
Telp Fax
: :
021-7810686 021-7810680
Nama Perusahaan
:
Central Java Power
Alamat
:
Summitmas Tower 1 Lantai 15, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-5205041 021-5202474
Nama Perusahaan
:
Central Santosa Finance
Alamat
:
Gedung WTC Mangga Dua Lt. 5 Blok CL Jl. Mangga Dua Raya No. 8 Jakarta 14430
Telp Fax
: :
021-29986100 021-29986101
Nama Perusahaan
:
Chandra Sakti Utama Leasing
Alamat
:
Gedung TMT 1, Lantai 6, Jl. Cilandak KKO No. 1, Jakarta Selatan 12560
Telp Fax
: :
021-29976650 021-29976651
Nama Perusahaan
:
CIMB Niaga Auto Finance
Alamat
:
Mega Plaza Building 6th Floor, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-3 Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-5212626 021-5212577, 5212588
Nama Perusahaan
:
Ciptadana Multifinance
Alamat
:
Plaza Asia Office Park Unit 2, Jl. Jend. Sudirman Kav. 59, Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-25574800 021-51401020
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Citigroup Finance Indonesia
Alamat
:
Citibank Tower Lantai 5, Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-52908696/8637, 52908560/8082 021-52908053/8677
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Citra Mandiri Multi Finance JL. Mayjend. Sutoyo No.33 Semarang 50144 024-8316111 024-8316222
Nama Perusahaan
:
Clemont Finance Indonesia
Alamat
:
Wisma Korindo Lantai 2, Jl. MT. Haryono Kav. 62, Pancoran Jakarta 12780
Telp Fax
: :
021-7976363 021-7976368
Nama Perusahaan
:
Clipan Finance Indonesia
Alamat
:
Wisma Slipi Lantai 6, Jl. Letjen S. Parman Kav.12 Jakarta 11480
Telp Fax
: :
021-5308005 021-5308026-27
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Commerce Finance Jl. Gading Kirana Utara Blok H 10/No. 1 Kelapa Gading, Jakarta 14241 021-4516226 021-45857381
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Danareksa Finance Jl. Medan Merdeka Selatan No. 14 Jakarta 10110 021-3509777, 3509888 021-3522495
Nama Perusahaan
:
Danasupra Erapacific
Alamat
:
Sahid Sudirman Residence Lt. 3 Jl. Jend. Sudirman No. 85 Jakarta Pusat 10220
Telp Fax
: :
021-29022651 021-52970269
Daindo International Finance Jl. K.H. Hasyim Ashari No. 35A Lantai 5 Jakarta 10150 021-6323308 021-6323307
BAPEPAM - LK 101
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
102
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Danmotor Unico Finance
Alamat
:
Kompleks Danmotor Jl. Perintis Kemerdekaan RT.001 RW.005, Jakarta Utara 14250
Telp Fax
: :
021-4523584 021-4523565
Nama Perusahaan
:
Danpac Finance
Alamat
:
Plaza Abda 8th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta 12950
Telp Fax
: :
021-51401260 021-51401267
Nama Perusahaan
:
Daya Sembada Finance
Alamat
:
Wisma Argo Manunggal Lantai 8, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 22 Jakarta 12930
Telp Fax
: :
021-2522772 021-2525402
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Dharmatama Megah Finance Jl. Bungur Besar Raya No.105 Jakarta 021-4219436, 4219439, 4219440 021-4244266, 42887554
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Diners Jaya Indonesia International Jl. Raden Saleh No. 27 Jakarta 10330 021-3929222 021-3918077
Nama Perusahaan
:
Dipo Star Finance
Alamat
:
Sentral Senayan II Lt.3, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta Pusat 10270
Telp Fax
: :
021-57954100 021-57954099
Nama Perusahaan
:
Emperor Finance Indonesia
Alamat
:
Panin Tower Senayan City Lt. 23 Unit B, Jl. Asia Aprika Lot. 19, Kel. Gelora, Kec. Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat 10270
Telp Fax
: :
021-72782278 021-72782279
Diamon Jaya Multi Finance Jl. Pandanaran No. 100 Semarang 50134 024-8411480 024-8411176
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Equity Finance Indonesia
Alamat
:
Wisma Sudirman Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 34 Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-5700625, 5735677, 5738967, 5733186 021-5734673
Nama Perusahaan
:
Eterindo Pacific Finance
Alamat
:
Barclays House, Lt.7, Jend.Sudirman Kav. 22-23, Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-5712721 021-5712678
Nama Perusahaan
:
Federal International Finance
Alamat
:
Jl. TB Simatupang Kav. 15 Cilandak Barat Jakarta 12430
Telp Fax
: :
021-7698899 021-75905599
Nama Perusahaan
:
Finansia Multi Finance
Alamat
:
Gedung Graha Paramita Lantai 8, Jl.Denpasar Raya Blok D-2 Kuningan Jakarta 12940
Telp Fax
: :
021-2523646 021-2523648
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
First Indo American Leasing Jl. Batu Ceper No. 36 Lantai 3 Jakarta 10120 021-2312088 021-2312118
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Fortuna Multi Finance JL. Cideng Timur No.15 F, Jakarta Pusat 10130 021-63867102/3 021-63867104
Nama Perusahaan
:
Garishindo Buana Finance Indonesia
Alamat
:
Gedung Teja Buana Lantai 1, Jl. Menteng Raya No.29 Jakarta 10340
Telp Fax
: :
021-3101302 021-3101334
Nama Perusahaan
:
GE Finance Indonesia
Alamat
:
BRI II Tower, 24th-26th & 29th Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 42-46, Jakarta 10210
Telp Fax
: :
021-5745228 021-5744933
BAPEPAM - LK 103
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
104
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Globalindo Multi Finance Jl. Hasyim Ashari No. 15 A, Jakarta Pusat 10130 021-6331218 021-6331317
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Hasjrat Multifinance Jl. Jend. Sudirman No. 119A Manado 95121 0431-877731, 877758, 877762, 877763 0431-877751
Nama Perusahaan
:
HD Finance
Alamat
:
Plaza Kelapa Dua, Jl. Panjang Arteri Kelapa Dua No. 29, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11550
Telp Fax
: :
021-5359491 021-5359492
Nama Perusahaan
:
Hewlet-Packard Finance Indonesia
Alamat
:
Menara Bank Danamon Lt.23, Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. E IV/6 Jakarta Selatan 12950
Telp Fax
: :
021-57991088 021-57991288
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
021-4611688 021-4614706
Nama Perusahaan
:
IBJ Verena Finance
Alamat
:
Sentral Senayan I Lantai 6 Unit 106D Jalan Asia Afrika No. 8, Gelora Bung Karno Jakarta Pusat 10270
Telp Fax
: :
021-5724101 021-5724102
Nama Perusahaan
:
IFS Capital Indonesia
Alamat
:
ANZ Tower, Lt. 10, Jl. Jendral Sudirman Kav. 33A Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-57901090 021-57901080
Harvesia Aktiva Finance Jl. Tanah Abang III No. 19 D Jakarta Pusat 10160 021-34833366, 34833377 021-3457476
Hitachi Construction Machinery Finance Indonesia Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung, Jl. Pulo Kambing II Kav I-II No. 33 Jakarta 13920
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Indo Finance Perkasa Jl. Biak No. 29 A, Kel. Cideng, Gambir, Jakarta Pusat 11000 021-63854532 021-63854536
Nama Perusahaan
:
Indojasa Pratama Finance
Alamat
:
Sudirman Park Blok C 30, Jl. KH Mas Mansyur Kav. 35, Jakarta Pusat 10220
Telp Fax
: :
021-57942440 021-57942441, 57942443, 57942446
Nama Perusahaan
:
Indomobil Finance Indonesia
Alamat
:
Wisma Indomobil Lantai 11, Jl. M.T. Haryono Kav. 8 Jakarta 13330
Telp Fax
: :
021-8564846 021-8566171
Nama Perusahaan
:
Intan Baruprana Finance
Alamat
:
Intraco Penta Building (Gedung Inta) Lantai 2, Jl. P. Jayakarta No. 115 Blok C 1-3 Jakarta 10730
Telp Fax
: :
021-6283333-6393538 021-6243416-6283391
Nama Perusahaan
:
Intensif Multi finance
Alamat
:
Ruko Golden Truly Plaza Blok E No. 28, Jl. R.S Fatmawati No.15, Jakarta 12420
Telp Fax
: :
021-75900563, 75900564, 7668574, 7668557 021-7507543
Nama Perusahaan
:
Internusa Tribuana Citra Multi Finance
Alamat
:
Komplek Marinatama Mangga Dua Blok E/7 Jl. Gunung Sahari Raya No. 2 Ancol Jakarta 14420
Telp Fax
: :
021-6455122 021-6455123
Nama Perusahaan
:
ITC Auto Multi Finance
Alamat
:
Atrium Mulia Building Lantai 5, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B 10-11 Jakarta 12910
Telp Fax
: :
021-5225902-04 021-5226078
BAPEPAM - LK 105
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
106
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Jasra Internasional Multifinance Jalan Terusan Pasirkoja No. 186 RT 01/06, Kelurahan Sukaasih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung 40233, Jawa Barat 022-93605277 022-6024207
Nama Perusahaan
:
Jaya Fuji Leasing Pratama
Alamat
:
Jaya Building Lantai 9, Jl. M.H. Thamrin No.12 Jakarta 10340
Telp Fax
: :
021-31931750, 3141147, 3140090 021-31925430
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Karya Technik Multi Finance Jl. Kali Besar Barat Nomor 37 Jakarta Barat 11230 021-6910382 021-6916267, 6916268
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Kembang Delapan Delapan Multi Finance Jl. Bungur Besar No. 88, Jakarta Pusat 10610 021-42878888 021-4219037, 42803617
Nama Perusahaan
:
Kencana Internusa Artha Finance
Alamat
:
Gedung Kita Finance Jl. RS Fatmawati No. 16, Jakarta Selatan 12420
Telp Fax
: :
021-75908899 021-75906875
Nama Perusahaan
:
Koexim Mandiri Finance
Alamat
:
Mulia Tower Suite 2007 Lantai 20, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 9-11 Jakarta 12930
Telp Fax
: :
021-5257261 021-5257260
Nama Perusahaan
:
Komatsu Astra Finance
Alamat
:
Menara FIF, 10th Floor, Suite 101 Jl. T.B. Simatupang Kav. 15 Lebak Bulus, Cilandak Jakarta 12440
Telp Fax
: :
021-75916848 021-75916849
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Koperasi Pembiayaan Indonesia Gedung Koperasi Pembiayaan Indonesia, Jl. Tegal Parang Utara No. 3 Mampang Prapatan Jakarta 12790 021-7982367, 7902761 021-7902411
Nama Perusahaan
:
Kresna Reksa Finance Jl. Kapas Krampung No. 65a, Surabaya
Alamat
:
Telp Fax
: :
031-3731382, 021-57852892-93 031-3734225, 021-57852894
Nama Perusahaan
:
Magna Finance
Alamat
:
Menara Sudirman Lantai 19, Jl. Jend. Sudirman Kav. 60 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-5226668 021-5226669
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Mandala Multifinance Jl. Cideng Barat No. 47A, Jakarta Pusat 10150 021-63863084 021-63863089
Nama Perusahaan
:
Mandiri Finance Indonesia
Alamat
:
Wisma AMG, Jl. Fatmawati No. 29, Jakarta Selatan 12430
Telp Fax
: :
021-6401243 021-64714407
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Mandiri Tunas Finance Jl. Pecenongan No.60-62, Jakarta 10120 021-2305608 021-2305618
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp
:
Fax
:
Plaza Abda (Plaza Asia) Lt.28 Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta 12190
Mashill Internasional Finance Jl. Sultan Iskandar Muda RT 2 RW 2 No. 13 B Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12240 021-7205573, 7205488, 7250510, 7250633, 7257345 021-7257062
BAPEPAM - LK 107
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
108
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Maxima Auto Finance Jl. Kaji Nomor 22 E Petojo Utara Jakarta Pusat 10130 021-63861989 021-6335922
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Maxima Inti Finance Jl. Sunter Kemayoran No. 18 Jakarta Utara 14350 021-65307278 021-65307251
Nama Perusahaan
:
Mega Auto Finance
Alamat
:
Gedung Wisma 76 Lantai 16, Jl. Let. Jend S. Parman-Kavling 76, Slipi Jakarta Barat 11410
Telp Fax
: :
021-53666627, 53666628 021-53666698
Nama Perusahaan
:
Mega Central Finance
Alamat
:
Gedung Wisma 76 Lantai 16, Jl. Let. Jend S. Parman-Kavling 76, Slipi Jakarta Barat 11410
Telp Fax
: :
021-53666627, 53666628 021-53666698
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Mega Finadana Finance Jl. Abdul Muis No.34 Jakarta 10160 021-34835325 021-3459559
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Mega Finance Jl. Wijaya I No. 19 Kebayoran Baru Jakarta 12170 021-72800818, 72800978 021-72800976
Nama Perusahaan
:
Metro Finance
Alamat
:
Graha Metro, Jl. Panglima Polim Raya No.68 Jakarta Selatan 12160
Telp Fax
: :
021-72786666 021-7247741
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Mirasurya Multi Finance Jl. Abdulrahman Saleh 2 Bandung 022-5203914, 5204650 022-5209316, 5204933
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Mitra Dana Putra Utama Finance
Alamat
:
Komplek Duta Merlin Blok D No. 3-6, Jl. Gadjah Mada Jakarta Pusat 10130
Telp
:
Fax
:
021-63866017, 63866018, 6341784, 6341760, 6341752, 6324406, 6324384 021-6306880, 6307278, 6431752
Nama Perusahaan
:
Mitsubishi UFJ Lease & Finance Indonesia
Alamat
:
Mid Plaza 1 Building Lantai 10, Jl. Jend. Sudirman Kav. 10-11 Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-5735905 021-5735906
Nama Perusahaan
:
Mitsui Leasing Capital Indonesia
Alamat
:
Permata Plaza Lantai 11 Suite 1106, Jl. M.H. Thamrin Kav. 57 Jakarta 10350
Telp Fax
: :
021-3903238 021-3903245
Nama Perusahaan
:
MNC Finance
Alamat
:
Gedung Bhakti Finance, Jl. Abdul Muis No. 36 C.D.E.F Jakarta 10160
Telp Fax
: :
021-3858080 021-3848431, 3452420, 3458538
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Multindo Auto Finance Jl. Pandanaran No. 119A, Semarang 50234 024-8311130 024-8445254, 8445650, 8445856
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Murni Upaya Raya Nilai Inti Finance Jl. Petojo VIJ, II No. 4-6 Cideng, Jakarta Pusat 10150 021-3859331 021-3859332
Nama Perusahaan
:
Nation Capital Finance
Alamat
:
Wisma Staco Graha Lantai 11 Jl. Casablanca Kav. 18, Jakarta 10230
Telp Fax
: :
021-39838928 021-39838927
BAPEPAM - LK 109
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
110
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
:
National Finance
Alamat
:
Artha Graha Building Lt. 20 , Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Kec. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190
Telp Fax
: :
021-5152930 021-5153265
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nusa Surya Ciptadana Jl. Brigjend. Katamso No.5 Slipi Jakarta Barat 021-5685000 021-5633719
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Olympindo Multi Finance Jl. Pecenongan No. 45 Jakarta 10120 021-3522238 021-3840352
Nama Perusahaan
:
Orix Indonesia Finance
Alamat
:
Wisma Kyoei Prince Lantai 24, Jl. Jend. Sudirman Kav 3 - 4 Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-5723041 021-5723071
Nama Perusahaan
:
Oto Multiartha
Alamat
:
Gedung Summitmas II Lantai 18, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-5226410 021-5226424
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Otomas Multifinance Komplek Duta Mas Fatmawati Blok B1 No. 25-26 Jakarta 12150 021-7220279 021-7220881
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Pan Pacific Oto Finance Jl. Mampang Prapatan Raya No. 20 D-E Jakarta 12790 021-79183929, 7983085 021-7944415 Panen Arta Indonesia Multi Finance Jl. Terusan Bandengan Utara Blok B. 3 - 4 No. 16, Lt. 3 Jakarta 14450 021-6615163-6615164 021-6685906
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
PANN Multi Finance
Alamat
:
Gedung PT. PANN, Jl. Cikini IV No.11 Jakarta 10330
Telp Fax
: :
021-31922003, 3152933 021-31922980
Nama Perusahaan
:
Paramitra Multifinance
Alamat
:
Kompleks Simprug Gallery, Jl. Teuku Nyak Arief Nomor 10-R Jakarta 12220
Telp Fax
: :
021-72787845 021-72787846
Nama Perusahaan
:
Patra Multifinance
Alamat
:
Komplek Grand Wijaya Blok F No. 5, Jalan Wijaya II Pulo, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160
Telp Fax
: :
021-7201733 021-7230843, 7207824
Nama Perusahaan
:
Permata Finance Indonesia
Alamat
:
Gedung Waringin Group Lt. 3, Jl. Kesehatan No. 22, Jakarta Pusat 10150
Telp Fax
: :
021-3867321 021-3867319
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
PPA Finance Sampoerna Strategic Square Tower Utara Lantai 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 45 – 46, Jakarta, 12930 021-57982135, 57982514, 57982516 021-57982150
Nama Perusahaan
:
Pracico Multi Finance
Alamat
:
Mutiara Taman Palem Blok A3 No. 6, Jl. Kamal Raya-Outer Ring Road Cengkareng Jakarta 11730
Telp Fax
: :
021-54350810, 54350820, 54350830 021-54350443
Nama Perusahaan
:
Pratama Interdana Finance
Alamat
:
Wisma SMR Ground Floor Jl.Yos Sudarso Kav.89 Jakarta 14350
Telp Fax
: :
021-6502222 021-6508142
BAPEPAM - LK 111
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
112
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Pratama Sedaya Finance Jl. R.S. Fatmawati No. 9 Jakarta 12420 021-7509000 021-7506246
Nama Perusahaan
:
Prioritas Raditya Multifinance
Alamat
:
Komplek D’Best Fatmawati Blok A-18, Jl. RS Fatmawati No. 15, Kel. Gandaria Selatan, Kec. Cilandak, Jakarta Selatan 12410
Telp Fax
: :
021-7691350 021-7507522
Nama Perusahaan
:
Pro Car International Finance
Alamat
:
Gedung Victoria Lantai 7, Suite 701 Jl Sultan Hasanudin No. 47-51 Jakarta Selatan 12160
Telp Fax
: :
021-7255583 021-7255585
Nama Perusahaan
:
Pro Mitra Finance
Alamat
:
Gedung Victoria Lt. 7, Suite 702, Jl. Sultan Hasanuddin No. 47, 49, dan 51 Jakarta Selatan 12160
Telp Fax
: :
021-7255583 021-7255585
Nama Perusahaan
:
Rabana Investindo
Alamat
:
Gedung Rabana Lantai 6, Jl. Tomang Raya No. 48 A Jakarta 11430
Telp Fax
: :
021-5669808-10 021-5671646
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Rama Multi Finance Jl. Mampang Prapatan Raya No. 2D-E Jakarta 12790 021-7996345 021-7996445
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
RBS Finance Indonesia Indonesia Stock Exchange Building Tower II Lantai 11, Sudirman Central Business District, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 021-5156000 021-5156000
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Reksa Finance
Alamat
:
Maspion Building Lt.6 Unit E1 Jl. Gunung Sahari Raya No. 18, Jakarta Utara 14420
Telp Fax
: :
021-64701281-2 021-64701287
Nama Perusahaan
:
Resona Indonesia Finance
Alamat
:
Gedung Bank Resona Perdania Lantai 5, Jl. Jend. Sudirman Kav. 40-41 Jakarta 10210
Telp Fax
: :
021-5701956 021-5701961
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Ridean Finance Jl. Pemadam Kebakaran No. 11 Jakarta 10410 021-6341511, 6332027, 6331032 021-6341511, 6332027, 6331032
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Rukun Rahardjo Sedoyo Jl. MT. Haryono/Mataram No. 803 Semarang 024-8316000 024-8448851
Nama Perusahaan
:
Sadira Finance
Alamat
:
Menara Global Lantai 20 Suite E. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 27, Jakarta 12950
Telp Fax
: :
021-52892097 021-52892133
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Sarana Global Finance Indonesia Jl. Fatmawati Raya No. 29 Cilandak Barat, Jakarta 12430 021-7509161 021-7509169
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Rindang Sejahtera Finance Wisma Kosgoro Lt 2, Jl. MH. Thamrin 53 Jakarta 10350 021-39832325 021-39832461
Sasana Artha Finance MPM Building Lantai 2, Jl. Agung Karya IV Blok B1 No. 19 Sunter Podomoro Jakarta Utara 14340 021-6510789 021 6504283
BAPEPAM - LK 113
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
114
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Satya Adhika Bhakti Multifinance
Alamat
:
Gedung Graha Pangeran Lantai 7, Jl. Jend. A. Yani 286 Surabaya 60234
Telp Fax
: :
031-8292617 031-8292616
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Sejahtera Pertama Multifinance Jl. Raya Serpong Nomor 89 Tangerang 15130 021-53163999 021-53163939
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Semesta Citra Dana Jl. Warung Buncit Raya No. 8, Mampang, Jakarta Selatan 12740 021-7996219 021-7993341-43-47-49
Nama Perusahaan
:
Siantar Top Multi Finance
Alamat
:
Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 27 B, Kel. Pucang Sewu, Kec. Gubeng, Surabaya
Telp Fax
: :
031-8419995 031-5026028
Nama Perusahaan
:
Sinar Mas Multifinance
Alamat
:
BII Plaza Tower III Lantai 5, Jl. MH. Thamrin No. 51 Jakarta 10350
Telp Fax
: :
021-31902888 021-31903589
Nama Perusahaan
:
Sinar Mitra Sepadan Finance
Alamat
:
Wisma Milenia Lantai 6, Jl. M.T. Haryono Kav.16 Jakarta 12810
Telp Fax
: :
021-8319828 021-8319028
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Smart Multi Finance Jl. Gunung Sahari Raya No.2B Jakarta Pusat 10720 021-62202206 021-62202204
Nama Perusahaan
:
SMFL Leasing Indonesia
Alamat
:
Summitmas II, 12th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta Selatan 12190
Telp Fax
: :
021-5202083 021-5202088
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Staco Estika Sedaya Finance Jl. R.S. Fatmawati No. 9 Jakarta 12420 021-7509000 021-7506246
Nama Perusahaan
:
Star Finance
Alamat
:
Sona Topas Tower Lt. 7 Jl. Jend. Sudirman Kav. 26 Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-2506543 021-2506594
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Sumber Artha Mas Finance Jl. Agung Timur IX Blok O1 No. 24 Sunter Podomoro Jakarta Utara 14350 021-65833840, 65836031, 65836032 021-65836030
Nama Perusahaan
:
Summit Oto Finance
Alamat
:
New Summitmas II Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman Kav. 61-62 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-2522788 021-2526388
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Sunindo Parama Finance Jl. Slamet Riyadi No.6 Jakarta 13150 021-8515555, 8518888, 8517365-66 021-8571248
Nama Perusahaan
:
Sunprima Nusantara Pembiayaan
Alamat
:
Jl. Cideng Timur No. 15 D, Kel. Petojo Utara, Kec. Gambir, Jakarta Pusat
Telp Fax
: :
021-6330354 021-6330354
Nama Perusahaan
:
Surya Artha Nusantara Finance
Alamat
:
11th Floor Tower B, Perkantoran Hijau Arkadia Jl. TB Simatupang Kav. 88 Jakarta 12520
Telp Fax
: :
021-7817555 021-7819111
Nama Perusahaan
:
Surya Nordfinans
Alamat
:
Graha Niaga Lantai 25, Jl. Jend. Sudirman Kav. 58 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-2505609 021-2505638
BAPEPAM - LK 115
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
116
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Suzuki Finance Indonesia
Alamat
:
Atrium Mulia Building Lantai 5, Jl. HR Rasuna Said Kav. B 10-11 Jakarta 12910
Telp Fax
: :
021-5226427 021-5226388
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Swadharma Bhakti Sedaya Finance Jl. R.S. Fatmawati No. 9 Jakarta 12420 021-7509000 021-7506246
Nama Perusahaan
:
Swadharma Indotama Finance
Alamat
:
Wisma Indomobil 1, 10th Floor, JI. MT. Haryono Kav. 8 Jakarta 13330
Telp Fax
: :
021-8579095 021-8574171
Nama Perusahaan
:
Swadharma Surya Multi Finance
Alamat
:
Graha BIP Lantai 3, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta 12930
Telp Fax
: :
021-5279439 021-2521536
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Tata International Multi Finance Jl. Lautze No. 50, Pasar Baru Jakarta Pusat 10740 021-6252990 021-6398088
Nama Perusahaan
:
Tempo Utama Finance
Alamat
:
Gedung Bina Mulia II Lantai 3, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 11 Jakarta 12950
Telp Fax
: :
021-5251185, 5251202, 5201942 021-5255131
Nama Perusahaan
:
Tifa Finance
Alamat
:
Gedung Tifa Lantai 4, Jl. Kuningan Barat No. 26 Jakarta 12710
Telp Fax
: :
021-5200667, 5252029 021-5229273, 5262425
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Tiga Berlian Auto Finance Kramayudha Tiga Berlian Motor Annex Building Lantai 5, (Proyek Pulo Mas) Jl. A. Yani Jakarta 13210 021-4711085 021-4714963, 4753231
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Tirta Larastama Dinamika Finance Jl. Sultan Iskandar Muda (Arteri Pondok Indah), No. 38 B Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12240 021-7267521, 7267522 021-7267523
Nama Perusahaan
:
Topas Multi Finance
Alamat
:
Kompleks Plaza Kelapa Gading Blok A No. 7, Jl. Boulevard Barat Raya Kelapa Gading Jakarta Utara 14240
Telp Fax
: :
021-45851520 021-45851530
Nama Perusahaan
:
Tossa Salimas Finance
Alamat
:
Jl. Raya Semarang Kendal KM. 19, Desa Mangir, Kec. Kaliwungu, Kab. Kendal 51372
Telp Fax
: :
024-8662091, 8662681 024-8662615, 8662618
Nama Perusahaan
:
Toyota Astra Financial Services
Alamat
:
Gedung Mega Plaza Lantai 8, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-3 Jakarta 12920
Telp Fax
: :
021-57898999 021-5212919-20
Nama Perusahaan
:
Transpacific Finance
Alamat
:
Menara Imperium Lantai 18 Metropolitan, Kuningan Superblok Kav. 1, Jl. H.R.Rasuna Said Jakarta 12980
Telp Fax
: :
021-8282712, 8306610 021-8353911
Tirta Finance Jl. Senopati no.21 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12190 021-5213685 021-5213684
BAPEPAM - LK 117
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
118
BAPEPAM - LK
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Trevi Pelita Multifinance Jl. Teluk Betung 17 Menteng Jakarta 10310 021-3190658, 31906582 021-31906580
Nama Perusahaan
:
Trihamas Finance
Alamat
:
Ambassador Kuningan Shop Office No.18, Jl. Prof. Dr. Satrio Jakarta 12940
Telp Fax
: :
021-5760501 021-5760504
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Triprima Finance Jl. Arteri Kelapa Dua Raya No. 2 B, Jakarta Barat, 021-5309665,53670815,5320004 021-5309665,53670815,5320005
Nama Perusahaan
:
Trust Finance Indonesia
Alamat
:
Artha Graha Building Lantai 21, Jl. Jend Sudirman Kav.52-53 Jakarta 12190
Telp Fax
: :
021-5155477 021-5155484
Nama Perusahaan
:
U Finance Indonesia
Alamat
:
ANZ Tower, Lt. 20 & 21, Jl. Jendral Sudirman Kav. 33A Jakarta 10220
Telp Fax
: :
021-5711109 021-5731162
Nama Perusahaan
:
Varia Intra Finance
Alamat
:
Gedung Rahardjo Lantai 4 Ruang B, Jl. Roa Malaka Utara No. 5-6, Kel. Roa Malaka, Kec. Tambora, Jakarta 11230
Telp Fax
: :
021-6913639 021-6913639
Nama Perusahaan
:
Verena Multi Finance
Alamat
:
Gedung Bank Panin Lantai 3, Jl. Pecenongan Raya No 84 Jakarta Pusat 10120
Telp Fax
: :
021-3504890 021-3504891
Lists Of Licensed Finance Companies 2010
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Nama Perusahaan
:
Alamat
:
Telp Fax
: :
Wahana Ottomitra Multiartha Mega Glodok Kemayoran Office Tower B, Lt. 2 Jl. Angkasa Kav. B-6, Kota Baru Bandar Kemayoran Jakarta 10610 021-26646600 021-26646611 Woka Internasional Jl. Teuku Cik Di Tiro No. 38 Menteng Jakarta 10310 021-3921358-3157501 021-31902809
BAPEPAM - LK 119
Laporan Tahunan 2010 Annual Report
Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Gedung Soemitro Djojohadikusumo Lantai 13 Jl. Lapangan Banteng TImur No. 2 - 4 Telp 021 385 8001 ext. 6124 Fax. 021 384 7437 email.
[email protected] www.bapepam.go.id