Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
UJI ADAPTASI CALON VARIETAS UNGGUL AKAR WANGI PRODUKSI TINGGI (≥ 40 KG/HA MINYAK) DAN MUTU TINGGI (KADAR VETIVEROL >50 %) PADA TIGA AGROKLIMAT Deliah Seswita, Cheppy Syukur, Endang Hadipoentyanti, Repianyo, Suryatna dan T. Sugandi ABSTRAK Balittro telah memiliki beberapa nomor harapan akarwangi hasil seleksi yang perlu diuji multi lokasi untuk persiapan pelepasan varietas. Penelitian uji adaptasi dilakukan pada tiga agroklimat berbeda. Kegiatan tahun 2010 merupakan pengamatan terhadap pertanaman kedua yang ditanam tahun 2009. Penelitian dilaksanakan mulai Januari sampai Desember 2010. Penelitian dilakukan di Kabupaten Garut pada tiga lokasi dengan kondisi agroekologi berbeda, yaitu di Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang; Desa Pada Awas, Kecamatan Pasir Wangi; dan Desa Cinta Negara, Kecamatan Cigedug. Di setiap lokasi ditanam lima nomor calon varietas unggul akarwangi, yaitu nomor M1, M2, M3, M4 dan PW, serta varietas lokal (L) sebagai pembanding. Jarak tanam 70 x 50 cm, populasi per petak 50 tanaman masing-maisng dengan 3 anakan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang 5 kali. Parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, rendemen minyak dan kualitas minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 7 bulan, daun tanaman akarwangi mulai kuning ± 30%, dan pada saat panen (umur 11 bulan 20 hari) kondisi tanaman terlihat sehat dan kuat. Secara umum pertumbuhan tanaman di desa Cigedug Cinta Negara terlihat lebih baik, sementara produksi akar basah dan kering pada percobaan di Desa Sukakarya Samarang lebih berat dibandingkan dengan di dua lokasi lainnya, yaitu Pada Awas Pasir Wangi dan Desar Cigeduk Cinta Negara yaitu 592,5 gram basah pada tanaman M1 dan keringnya 285 garam pada nomor M4.Hasil analisis kadar minyak tertinggi yaitu pada M2 di Samarang yaitu 1,74 % M4 di desa Pasir wangi yaitu 2,75 % dan PW di desa Cinta Negara yaitu 1,39 % dan kadar Vetiverol tertinggi pada calon varietas unggul M4 di desa Samarang yaitu 57,14 %, PW di Pasir wangi yaitu 58,85 % dan di Cinta Negara 59,66 % juga pada nomor unggulan PW. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa karakteristik morfologi dan produksi mutu minyak aksesi M4 lebih baik dari yang lain. M4 dengan produksi minyak 1,682 %, kadar vetiverol 57,478 %. Rata - rata ketiga lokasi akarwangi nomor M4 memperlihatkan karakter yang paling unggul dan berpotensi untuk dilepas sebagai varietas unggul. Kata kunci : Vetiveria zizamiodes Stapf, uji adaptasi, karakter morfologi, pertumbuhan, produksi, kadar minyak ABSTRACT IMACRI have had a few number of selected vetiver expectations that need to be tested in preparation for the release of multi-location variety. The study of adaptation trials conducted at three different agro-climatic. Activities in 2010 is the observation of the second crop planted in 2009. The experiment was conducted from January to December 2010. The study was conducted in Garut regency in three locations with different agroecological conditions, namely in the Village Sukakarya, District Samarang; Village On Watch, Pasir Wangi District; and Love Country Village, District Cigedug. At each location planted five varieties vetiver number of candidates, namely the number of M1, M2, M3, M4 and PW, as well as local varieties (L) as a comparison. Spacing 70 x 50 cm, the population of 50 plants per plot each of these with 3 chicks. The study used a randomized block design which was repeated 5 times. Growth parameters observed were plant height, number of tillers, yield of oil and oil quality. The results showed that at age 7 months, vetiver plant leaves begin to yellow ± 30%, and at harvest (age 11 months, 20 days)
119
Sri Wahyuni dan Nurliani Bermawie.
condition of the plant looks healthy and strong. In general, plant growth in the village Cigedug Country Love look better, while the production of wet and dry roots in an experiment in the village of Sukakarya Samarang heavier than in two other locations, namely the Sand Watch Cigeduk Love Perfume and Country Village is 592.5 grams wet on M1 plants and 285 dry salt on the number M4.Hasil highest oil content analysis on the M2 in Samarang namely 1.74% M4 in the village of Sand fragrance that is 2.75% and PW in the village of Love State of 1.39% and grade Vetiverol The highest yielding varieties candidate Samarang M4 in the village that is 57.14%, the PW in the Sand fragrance that is 58.85% and 59.66% State of Love is also on the winning number PW.Based on the observations of some morphological characteristics and production of oil quality accession M4 better than the other. M4 with oil production of 1.682%, 57.478% vetiverol levels. Average number M4 vetiver three sites showed the most excellent character and potential for release as varieties. Key words: Vetiveria zizamiodes Stapf, test adaptation, morphological characters, growth, yield, oil content PENDAHULUAN Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides Stapf.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri penyumbang devisa negara. Tanaman akar wangi termasuk famili Graminae berasal dari India, Asia Tenggara dan Afrika. Dalam dunia perdagangan, minyak akar wangi dari Indonesia dikenal dengan nama Java vetiver oil. Minyak akarwangi antara lain mengandung senyawa-senyawa vetiveron, vetiverol dan vetivenat. Bau khas minyak akarwangi disebabkan oleh ester dari asam vetivenat dan vetiverol (Santoso, 1993). Vetiverol sampai saat ini belum dapat dibuat secara sintetis (Santoso, 1993). Kegunaan paling banyak dari minyak akarwangi adalah sebagai fiksatif pada pembuatan parfum dan kosmetik. Daun akarwangi dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos, industri kertas dan kerajinan, sedangkan akarnya juga dapat dipergunakan untuk kerajinan anyaman dan pengusir serangga (Emmyzar, 2006). Tanaman akarwangi juga digunakan sebagai tanaman konservasi tanah dan air. Pola tanam konservasi tanaman akarwangi dengan sayuran dapat menurunkan tingkat erosi tanah (Damanik, 2005). Akarwangi merupakan tanaman C4 yang sangat efisien dalam mengkonversi radiasi surya menjadi biomas (Vieritz et al., 2006), dan mampu tumbuh pada lahan yang mempunyai kisaran pH yang sangat luas dari 3,5 (sangat masam) sampai dengan 11,5 (sangat basa). Tanaman akarwangi sangat cocok untuk menahan erosi dan air, untuk reklamasi lahan terutama dari pencemaran logam berat Pb dan Cd (Roechan et al., 2000), Zn, Cu dan Fe (Wilde et al., 2005). Daerah sentra produksi akarwangi semakin meluas, yang semula di daerah Garut, sekarang sudah menyebar ke Kuningan, Sumedang, Sukabumi (Jawa Barat), Wonosobo, Wonogiri, Wonosari (Jawa Tengah). Di Jawa Tengah, di samping ditanam untuk disuling minyaknya, pada umumnya diusahakan untuk industri kerajinan (Emmyzar, 2006). Pada tahun 1989, Indonesia pernah memasok ± 40% dari kebutuhan minyak akarwangi dunia dengan volume ekspor 245-265 ton (Anon, 1989). Namun, pada tahun 2005 ekspor Indonesia hanya 63,618 ton dengan nilai US $ 1.062.192 (BPS, 2005). Produksi akarwangi Indonesia rata-rata masih rendah yaitu 29 kg per Ha (Disbun Jabar, 2005). Menurunnya volume ekspor disebabkan penurunan produksi dan mutu minyak, padahal mutu minyak menjadi faktor kunci dalam persaingan di pasaran dunia. Produktivitas dan mutu sangat ditentukan oleh jenis/bahan tanaman, teknik budidaya, panen dan prosesing, efesiensi produksi perlu dilakukan karena biaya prosesing (bahan bakar) yang semakin meningkat (Indrawanto, 2006). Untuk meningkatkan daya saing akarwangi Indonesia di pasaran dunia maka perlu dihasilkan varietas unggul akarwangi
120
Konservasi in vitro 30 jenis tanaman obat dan aromatik
yang memiliki potensi produksi tinggi dan kualitas minyaknya sesuai dengan standar internasional. Hasil eksplorasi tanaman akarwangi di beberapa daerah di Jawa Barat pada tahun 1991/1992 telah diperoleh 31 nomor akar wangi. Setelah melalui seleksi diperoleh 4 nomor yang memiliki potensi produksi ± 40 kg/ha dan mutu minyaknya memenuhi syarat. Sedangkan dari hasil evaluasi di daerah sentra produksi di Garut diperoleh 1 nomor (PW) yang berproduksi tinggi (± 60 kg/ha). Kelima nomor tersebut perlu diuji di berbagai agroklimat untuk dapat dilepas sebagai varietas unggul. Tujuan akhir penelitian adalah mendapatkan 1-2 varietas unggul akarwangi yang berproduksi tinggi( ≥40 kg/ha minyak) dan bermutu tinggi ( kadar vetiverol > 50 %). Sedangkan tujuan penelitian tahun 2009 adalah mengetahui karakteristik pertumbuhan dan produksi serta mutu dari 5 nomor harapan akarwangi. Diharapkan akan diperoleh data yang cukup untuk mendukung usulan pelepasan varietas akarwangi unggul. METODOLOGI Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2010, di 3 lokasi yaitu: Desa Sukakarya, Kec Samarang ( 1425 m dpl), Desa Pada Awas, Kec Pasir Wangi ( 1557 m dpl ) dan Desa Cinta Negara, Kec Cigedug ( 1367 m dpl ) semuanya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kondisi agroekologi Desa Sukakarya Samarang memiliki ketinggian 1.425 m di atas permukaan laut. Bentuk wilayah agak bergelombang. Tanah memiliki kemiringan antara 8-30%. Sedangkan kondisi agroekologi Desa Pada Awas adalah ketinggian tempat 1557 m di atas permukaan laut, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Tanah memiliki kemiringan antara 10 – 30%. Adapun Desa Cinta Negara memiliki ketinggian 1.361 m di atas permukaan laut, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit. Tanah memiliki kemiringan antara 8–30%. Bahan dan Peralatan Bahan tanaman 5 nomor akarwangi dan 1 nomor pembanding, pupuk organik dan an-organik, bahan kimia untuk analisa mutu serta bahan pembantu berupa penggaris, meteran, timbangan, sigmat, cangkul, karung, tali rafia dan lain lain. Tahap-tahap pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di tiga agroklimat di Kabupaten Garut, yaitu 1) Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, 2) Desa Pada Awas, Kecamatan Pasir Wangi, dan 3) Desa Cinta Negara, Kecamatan Cigedug. Jumlah benih yang dibutuhkan ± 10. 000 untuk persiapan penanaman dan penyulaman tahun ke-2 (2010) yang didapat dari hasil panen I. Para meter adalah pemeliharaan, pemupukan, pengamatan, panen kedua ( bulan Oktober) dan analisis minyak. Analisis fisika kimia minyak akarwangi dilakukan di laboratorium Pasca Panen Balittro. Penanaman Setelah panen pada akhir bulan Oktober 2009, lahan bekas pertanaman dibersihkan dari gulma, kemudian diajir dengan jarak 1 m x 1 m, kemudian dibuat lubang tanam berukuran 20 x 20 x 20 cm. Setiap lubang tanam diberi 2 kg pupuk kandang. Benih dalam bentuk bonggol disiapkan dengan memecah rumpun akar wangi menjadi beberapa bagian, setiap bagian mengandung 3 anakan. Anakan dimasukan ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan. Pemupukan dengan 200 kg Urea + 100 kg SP-36 + 150 kg KCl/ha/tahun, diberikan 2 kali yaitu pada umur 2 dan 5 bulan masing-masing setengah dosis. Rancangan percobaan : Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan (5 nomor harapan dan 1 pembanding lokal akarwangi) dan 5 ulangan. Jumlah tanaman per petak 50 tanaman, jarak tanam 70cm x 50cm, pada ukuran petak 17,5m 2.
121
Sri Wahyuni dan Nurliani Bermawie.
Luas 3 lokasi ± 3.000m2. Panen dilakukan pada umur 12 bulan, prosessing dan analisa fisika-kimia minyak dilakukan di laboratorium pasca panen Balittro dengan menyuling akar kering dengan cara penyulingan dengan uap selama 12 jam dengan tekanan 1 – 2 atm. Pengamatan dilakukan pada waktu tanaman berumur ( 3, 6, 9 dan 12 ) bulan setelah tanam dengan parameter pengamatan type tumbuh, tinggi tanaman, karakter batang (diameter, warna), jumlah anakan per rumpun, karakter daun (panjang, tebal dan lebar ), karakter akar (bentuk, dan panjang ), serta mutu minyak (kadar minyak, vetiverol, kandungan fisika-kimia) dianalisa setelah panen I dan setelah panen II. Untuk mengkonversi hasil minyak per Ha dihitung dengan cara: Produksi minyak = % kadar minyak x berat kering akar x populasi. Pada akarwangi lahan yang dipakai untuk parit atau jalan berkisar 15 % sebagai pengurang populasi tanaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 1 hasil analisa gabungan dari penelitian Uji adaptasi calon varietas unggul akarwang produksi tinggi (≥ 40kg/h minyak) dan mutu tinggi (kadar vetiverol > 50 %) Pada tiga agroklimat, dapat dilihat pada saad tanaman berumur 3 BST terjadi interaksi antara lokasi dengan nomor nomor harapan pada parameter yang diuji yaitu pada tinggi tanaman, pajang, lebar dan tebal daun. setelah tanaman berumur 6 BST yang berinteraksi adalah tinggi tanaman, jumlah tunas, panjang dan lebar daun , dan setelah tanaman berumur 9 BST terlihat parameter yang beriteraksi adalah tinggi tanaman, jumlah tunas, dan diameter kanopi Barat Timur. Semua parameter yang berinteraksi berbedanyata pada taraf 5 % dan setelah itu dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey (BNJ) seperti tabel 3 Tabel 1 Pertumbuhan 6 nomor calon varietas unggul tanaman akarwangi pada tiga lokasi umur 3, 6 dan 9 BST Parameter 3 bulan Tinggi Tanaman Jumlah Tunas Jumlah Daun Panjang daun Lebar Daun Tebal Daun
10.93* 7.78* 6.67* 8.52* 2.36* 7.02*
Nomor Harapan Lokasi 2.21* 0.95 1.81 2.14* 1.82 2.14*
6.91* 6.79* 11.69* 7.12* 18.57* 3.50
8.15 19.42 3.94 8.91 4.35 6.46
6 Bulan Tinggi Tanaman Jumlah Tunas Jumlah daun Panjang Daun Lebar Daun Tebal Daun
25.93* 53.93* 5.35* 17.76* 10.63* 1.21
12.44* 18.21* 1.07 12.75* 33.54* 5.25*
6.53* 3.13* 0.86 4.90* 2.93* 1.39
6.04 10.36 19.72 6.61 2.70 14.19
9 Bulan Tinggi tanaman 67.06* 11.33* Jumlah Tunas 15.00* 12.52* Jumlah Daun 2.72 2.11 Diameter Kanopi U-S 22.07* 1.75 Diameter Kanopi B-T 24.49* 3.52* Catatan : * = beda nyata pada taraf 5 %
2.93* 2.03* 2.18* 2.33* 2.37*
3.97 10.70 12.64 4.99 5.38
122
Lokasi
Nomor Harapan
CV (%)
Konservasi in vitro 30 jenis tanaman obat dan aromatik
Tabel 2 : Produksi 6 nomor calon varietas unggul tanaman akarwangi pada umur 11 Bulan 20 hari setelah tanam. Nomor Harapan Parameter Lokasi Nomor Harapan Lokasi Diameter Rimpang 8.29* 2.20 1.50 Panjang Akar 4.60* 1.29 0.59 Bobot Basah /rmp 7.89* 0.77 0.73 Bobot Basah /petak 21.34* 2.72* 0.35 Bobot Bonggol 32.48* 2.57* 0.70 Catatan : * = beda nyata pada taraf 5 %
tiga lokasi CV (%) 10.53 13.14 27.55 17.96 19.86
Tabel 3 : Interaksi 6 nomor calon varietas unggul tanaman akarwangi pada 3 lokasi pada umur 3,6 dan 9 BST Nomor Harapan
Tinggi Tanaman (cm) Semarang
Pasir wangi Umur 3 Bulan setelah tanam 83.42 ab M1 67.30 cdef M2 76,20 abcd 60,71 f M3
76,77 abcd
M4
79,09 abc
PW
79,78 abc
Lokal
68,84 cdef
64,46 def 60,81 f 78,01 abcd 83,39 ef
117,58 fghi
M2 M3
132,84 cdefg 110,99 hi
M4
120,70 efgh
PW
116,29 ghi
Lokal
101,83 i
122,27 defgh 117,98 efghi 124,65 cdefgh 114,51 ghi 140,35 bcd 125,10 cdefgh
HSD 5% 18,36 CV 6,04 Umur 9 bulan setelah tanam M1 162,04 cdef 156,32 efg M2 163,85 cdef 155,95 efg M3 153,91 efg 159,02 defg M4 163,65 151,99
Lokal
164,55 cdef 146,14 g
HSD 5% CV
15,54 3,97
PW
169,20 bcde 155,50 efg
Tebal Daun (mm)
Semarang
Pasir wangi
Cinta Negara
Semarang
Pasir wangi
Cinta Negara
74.15 bcdef 74,33 bcdef 72,08 bcdef 73,14 bcdef 88,73 a
76,32 ab
61,70 cdef 55,66 f
65,98 abcdef 67,59 abcdef 62,82 bcdef 64,62 bcdef 78,81 a
0,28 bcde 0,29 abcde
0,29 abcd 0,31 abc
0,27 bcde
0,31 ab
0,28 bcde 0,28 bcde 0,26 de
0,28 abcde
0,30 abcd 0,32 a
0,27 cde
71,30 bcdef
62,81 bcdef
63,83 bcdef
0,24 e
0,28 bcde
0,28 bcde
HSD 5% 14,06 CV % 8,15 Umur 6 bulan setelah tanam M1
Panjang Daun ( cm)
Cinta Negara
71,23 abcd 71,31 abcd 72,87 abc 72,52 abc
57,97 def 54,04 f 69,80 abcde 56,50 ef
13,89 8,91 Panjang Daun (Cm) 136,13b cde 151,48 ab 135,83 bcdef 140,70 bc 163,90 a
101,10 def
139,57 bcd
84,43 i
114,55 bcd 92,91 ef 104,06 cde 99,95 def
104,62 cde 107,61 cde 108,25 cde 99,65 def 119,95 bc 106,88 cde
116,1 3 bcd 130,2 0 ab 114,2 3 bcd 121,2 7 bc 138,9 8a 118,8 4 bc
193,95 a
14,56 abc
176,60 bc 10,72 c 4,27 12,64
56,26 efgh
49,80 gh
84,46 bc
54,40 fgh
32,12 i
78,78 cd
58,34efg
48,96 gh
66,30 def
41,86 hi
86,32 abc 101,28 a
56,44 efg
51,12 fgh 62,94 defg
70,72 cde
85,48 abc 99,98 ab
16,17 10,36
Jumlah daun 14,18 abc 14,64 abc 14,02 abc 13,38 abc 14,18 abc 14,12 abc 11,47 bc 14,12 abc
0,31 abc
0,04 4,35 Jumlah Tunas
17,23 6,61 177,24 bc 182,17 ab 175,48 bc 172,80
0,28 abcde
15,76 a 14,50 abc
15,12 ab 14,98 abc 15,02 ab 15,10 ab 15,64 ab 15,36 ab
Jumlah Tunas 80,70 defgh 74,14 efgh 68,22 fgh 60,58 h 78,92 defgh
87,84 bcdef
75,06 efgh 76,16 defgh 64,50 gh
94,4 abcde
90,66bcde
84,42 cdefg
108,78 ab 88,86 bcdef 97,42 abcd 114,50 a 95,24 abcde
10,70
123
Sri Wahyuni dan Nurliani Bermawie.
Pada tabel 2, dapat dilihat produksi tanaman akarwangi yang dipanen pada umur 11 bulan 20 hari setelah tanam, yang beriteraksi hanya Bobot basah akar/petak dan Bobot Bonggol antara lokasi dan nomor harapan dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pada tabel 3 terlihat nomor calon varietas unggul yang berinteraksi dengan lokasi, pada umur 3 BST untuk parameter tinggi tanaman, panjang daun dan tebal daun , terlihat di Samarang yang paling tinggi yaitu nomor M1 dengan tinggi 83,42 cm.Di Pasir Wangi tanaman yang tertinggi di peroleh pada nomor Lokal yaitu setinggi 83,39 dan di Cinta Negara yang tertinggi pada nomor PW yaitu 88,73 cm Untuk Panjang daun di Samarang tetap diungguli nomor M1 dengan panjang 76,32 cm, begitu juga di pasirwangi tetap pada nomor Pw dengan panjang daun 69,80 cm, sementara di desa Cinta Negara untuk Panjang daun di ungguli oleh nomor Pw dengan panjang 69,80 cm pada umur 3 BST. Sementara untuk tebal daun di Samarang yang unggul berolah ke nomor M2 dengan tebal 0,29 mm, tetapi untuk Pasir Wangi dan Cinta Negara teap pada nomr PW yang paling tebal yaitu untuk pasir wangi setebal 0,32 mm dan cinta Negara 0,31 mm . Pada umur 6 BST yang berinteraksi pada 6 nomor akarwangi ini dengan tiga lokasi pada parameter tinggi tanaman, panjang daun dan tinggi tunasnya, dimana pada desa Samarang, Pasir Wangi dan Cinta Negara yang tertinggi pada nomor M2 dan PW dengan inggi masing2; 132,84, 149,35 dan 163,90 tunas.sementara untuk panjang daun , samarang tetap M2 yang terpanjang, dan untuk Pasir wangi dan cinta Negara PW,tetapi pada jumlah tunas untuk ketiga lokasi yang terbanyak pada nomor PW yaitu 99,98 jumlah tunas pada cinta Negara. Pada umur 9 BST yang berinteraksi yaitu tinggi tanaman jumlah daun, jumlah tunas, lebar kanopi utara-selatan dan lebar kanopi timur barat.Untuk tinggi tanaman untuk ke 3 lokasi diungguli oleh tanaman momor PW, untuk jumlah tunas terbanyak pada tanaman l pada ketiga lokasi, sedangkan jumlah daun tanaman M2 di samarang mempunyai daun terbanyak, sementara pada lokasi pasirwangi dan Cinta Negara di peroleh daun terbanyak pada nomor PW. Tabel 4. Rataan jumlah tunas, jumlah daun, lebar daun pada umur 3 bulan dan jumlah daun umur 6 bulan calon varietas unggul akarwangi Lokasi Umur 3 BST Samarang Pasirwangi Cinta Negara HSD 5 % % CV Umur 6 BST Samarang Pasirwangi Cinta Negara HSD 5 % % CV Umur 11,2 BST Samarang Pasirwangi Cinta Negara HSD 5 % % CV
124
Jumlah Tunas 13,57 ab 10,61 b 16,98 a 4,94 19,42
Diameter Rumpun (cm) 52,35 b 51,36 b 59,78 a 6,48 10,53
Parameter Jumlah Daun Lebar Daun (cm) 16,98 a 7,41 b 7,84 ab 8,14 a 1,02 a 1,01 a 0,43 0,05 3,94 4,35 Jumlah Daun 10,52 ab 10,32 b 12,04 a 1,64 19,72 Panjang Akar (cm) 56,14 b 65,10 a 62,26 ac 8,64 13,14
Konservasi in vitro 30 jenis tanaman obat dan aromatik
Umur 11,2 BST Samarang Pasirwangi Cinta Negara HSD 5 % % CV
Bobot Akar Basah Bobot akar Rumpun (g) Kering/Petak (g) 412,71 a 30,17 a 309,04 b 23,23 b 304,45 b 18,00 b 88,12 5,34 27,55 17,96
Bobot Bonggol (g) 0,84 a 0,73 b 1,14 a 0,15 19,86
Pada Tabel 4, saat tanaman berumur 3 bulan setelah tanam, ketiga lokasi berbeda beda keunggulannya, seperti untuk jumlah tunas terbanyak di peroleh pada lokasi Cinta Negara dengan rataan jumlah tunas yaitu 16,93 tunas , sementara untuk jumlah daun terbanyak didapat dari lokasi Pasir Wangi dengan jumlah daun sebanyak 7,84, dan lebar daun ter lebar di dapat di lokasi Samarang dengan lebar 16,98 cm . Pada umur 6 BST, jumlah daun terbanyak di dapat di lokasi Cinta Negara dengan jumlah 12, 06 buah. Saat panen akar terpanjang di peroleh di lokasi Pasir wangi dengan panjang akar 65,10 cm, dan diameter rumpun terbesar di peroleh di lokasi Cinta Negara dengan diameter 59,78 cm. Untuk bobot basah dan kering terberat di dapat di lokasi Samarang , dengan bobot 412,71 g untuk basah dan 30,17 g untuk bobot keringnya. Sementara bobot bonggolnya 1,14 g pada lokasi Cinta Negara Tabel 5 : Rataan jumlah tunas, jumlah daun dan lebar daun umur 3 bulan pada 6 nomor calon varietas unggul akarwangi Nomor Harapan M1 M2 M3 M4 PW Lokal
Jumlah Tunas 13,24 bc 10,69 c 14,48 ab 12,92 bc 14,52 ab 16,47 a
Jumlah Daun 7,81 b 7,66 b 7,77 b 7,75 b 8,18 a 7,59 b
Lebar daun (cm) 0,99 b 1,00 ab 0,99 ab 0,98 ab 1,01 a 0,96 b
Pada tabel 5 terlihat, nomor lokal menghasilkan jumlah tunas terbanyak, yaitu sebanyak 16,47 tunas pada umur 3 bst, sementara jumlah daun terbanayak di hasilkan oleh nomor PW dengan jumlah daun 8,18 daun, namun untuk nomor2 lain selain dari Pw tdk berbeda nyata.Begitu juga pada lebar daun yang paling lebar yaitu dihasilkan juga oleh nomor PW dengan lebar 1,01 cm. Komponen produksi umur 11 bulan 20 hari Produksi akar pada tahun ke dua di tiga lokasi sebagai berikut : Di Desa Samarang, hasil panen akar yang terbanyak, yaitu berat kering akar 1 petak 285 g pada calon nomor harapan M4 dan akar terpanjang pada nomor M2 yaitu 68,08 cm, sementara berat basah satu petak yaitu 44 kg pada M1 diameter rumpunnya 87,84 cm pada M4. Hasil panen akar yang terbanyak dan akar terpanjang di Pasir Wangi diperoleh pada nomor M1 dengan panjang akarnya 80,89 cm dan berat keringnya 181,5 g juga pada M1 .sementara berat basah 1 petak 32 kg dan dimeter bonggolnya 81,93 cm juga pada M1. Hasil panen akar yang terbanyak dan akar terpanjang di desa Cinta Negara diperoleh dari nomor M2 dimana panjang akarnya yaitu 71.10 cm, sementara berat basah satu petak yaitu 26 kg pada M1 dan berat kering M4 nya adalah 383,5 g. Selain itu juga dilihat sifat fisika – kimia dari semua nomor di 3 desa pengujian.
125
Sri Wahyuni dan Nurliani Bermawie.
Analisa mutu Untuk desa Samarang kadar air yang terbesar tetap pada M2 yaitu 23,685 sementara berat jenisnya 0,9984 pada PW dengan index bias 1,5198 pada L. Untuk desa Pasir Wangi kadar air yang terbesar justru pada nomor M1 yaitu 19,925 , berat jenisnya 1,0075 pada nomor M4 dengan index bias 1,5275 pada M1. Untuk desa Cinta Negara kadar air yang terbesar pada M4 yaitu 18,995 dan berat jenisnya L yiatu 1,3500, sedangkan index biasnya pada PW 1,5197 Tabel 6 :
Sifat fisika–kimia enam nomor calon varietas unggul akarwangi di Desa Sukakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut
Sifat fisika-kimia Kadar air (%) Kadar Minyak(%) BJ 25º/25ºC Index Bias 25ºC Putaran Optik Kelarutan dlm Alkohol 90º Vetiverol (%)
M1 17,58 1,64 0,9924 1,5196 28,985 Larut jernih 1:1 51,68
M2 23,685 1,74 0,9954 1,5194 31,365 Larut jernih 1:1 51,28
Nomor Harapan M3 M4 21,68 20,55 1,65 1,38 0,9546 0,9966 1,5201 1,5250 30,58 Larut Larut jernih jernih 1:1 1:1 57,14 51,62
PW 22,98 1,165 0,9984 1,5196 Larut jernih 1:1 53,51
L 18,95 1,35 0,9904 1,5198 29,80 Larut jernih 1:1 53,13
Tabel 7: Sifat fisika – kimia, enam nomor calon varietas unggul akarwangi di Desa Pada Awas, Kecamatan Pasir Wangi, Kabupetan Garut Sifat fisika-kimia Kadar air (%) Kadar Minyak(%) BJ 25º/25ºC Index Bias 25ºC Putaran Optik Kelarutan dlm Alkohol 90º Vetiverol (%)
M1 19,925 0,9951 0,9950 1,5275 23.335 Larut jernih 1:1 53,385
M2 18,565 1,0020 1,0018 1,5204 24.535 Larut jernih 1:1 50,600
Nomor Harapan M3 M4 17,520 19.035 2,7500 2,0000 1,0075 1,0002 1,5217 1,5211 32.295 32.495 Larut Larut jernih jernih 1:1 1:1 56,145 56,550
PW 13,940 1,560 0,9946 1,5203 28.720 Larut jernih 1:1 58,850
L 16,465 1,6150 0,9981 1,529 30.950 Larut jernih 1:1 54,670
Tabel 8 : Sifat fisika-kimia enam nomor calon varietas unggul akarwangi di Desa Cinta Negara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut Sifat fisikakimia Kadar air (%) Kadar Minyak(%) BJ 25º/25ºC Index Bias 25ºC Putaran Optik Kelarutan dlm Alkohol 90º Vetiverol (%)
126
M1 18,6780 0,9995
Enam Nomor Calon Varietas Unggul M2 M3 M4 PW 18,995 17,345 18,215 16,410 1,3900 0,9800 0,7950 0,9150
L 17,260 0,8350
0,9960 1,5183 Larut jernih 1:1 46,805
1,0080 1,5187 23.26 Larut jernih 1:1 51,020
1,3500 1,5177 28.1 Larut jernih 1:1 55,300
0,9981 1,5101 Larut jernih 1:1 48,685
1,0016 1,5191 27.38 Larut jernih 1:1 58,745
1,3900 1,5197 31.77 Larut jernih 1:1 59,660
Konservasi in vitro 30 jenis tanaman obat dan aromatik
Tabel 9. Rata – rata kadar minyak masing masing nomor calon varietas unggul akarwangi pada tiga lokasi Calon Varietas M1 M2 M3 M4 PW L
Lokasi Samarang 1,6400 1,7400 1,6500 1,3800 1,1650 1,3500
Lokasi Pasir Wangi 0,9951 1,0020 2,0000 2,7500 1,5600 1,6150
Lokasi Cinta Negara 0,99950 0,9800 0,7950 0,9150 1,3900 0,8350
Rata-rata (%) 1,211 1,241 1,482 1,682 1,372 1,266
Tabel 10 Rata – rata vetiverol masing masing nomor calon varietas unggul akarwangi pada tiga lokasi Calon varietas M1 M2 M3 M4 PW L
Lokasi Samarang 51,68 51,28 51,62 57,14 53,51 53,13
Lokasi Pasir Wangi 53,385 50,600 56,145 56,550 58,850 54,670
Lokasi Cinta Negara 46,805 51,020 48,685 58,745 59,660 55,300
Rata-rata (kg) 50,623 50,766 52,150 57,478 57,340 54,366
Pada tabel 10 , rata rata kadar minyak terbesar diperoleh pada lokasi Pasir wangi yaitu pada nomor M4 yaitu 1,682. Pada tabel 11, rataan vetiverol terbesar diperoleh pada lokasi Samarang pada nomor M4 yaitu 57,478. KESIMPULAN Secara umum pertumbuhan dan produksi akarwangi pada percobaan di Samarang lebih baik dibandingkan dengan di Pasir Wangi. Akarwangi nomor M4 menunjukkan karakteristik paling baik di tiga lokasi pengujian begitu. Kadar minyak tertinggi yaitu pada M2 di Samarang yaitu 1,74 % M4 di desa Pasir wangi yaitu 2,75 % dan PW di desa Cinta Negara yaitu 1,39 % dan kadar Vetiverol tertinggi pada calon varietas unggul M4 di desa Samarang yaitu 57,14 %, PW di Pasir wangi yaitu 58,85 % dan di Cinta Negara 59,66 % juga pada nomor unggulan PW. Berdasarkan pengamatan terhadap beberapa karakteristik morfologi dan produksi mutu minyak aksesi M4 lebih baik dari yang lain. M4 dengan produksi minyak 1,682 %, kadar vetiverol 57,478 %,dapat dilepas sebagai varietas unggul DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1989. Pembinaan dan Pengembangan Budidaya Akar Wangi Melalui Usahatani Konservasi Terpadu di Kabupaten Garut Jawa Barat. Dep. Tan. Jakarta. Anonymous,1991.Essential oil.ministry of Trade Republic of Indonesia.National for Export development (NAFED).18 p.
Agency
BPS, 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, 2005. Jilid I. BPS – Jakarta. Indonesia. hal 205. Damanik, S. 2005. Kajian Usahatani Akar Wangi Rakyat Berwawasan Konservasi di Garut Jurnal Pen. Tan Industri 11 (1) : 25-31. Disbun prov. Jabar, 2005. http://www.disbun jabar prov.
127
Sri Wahyuni dan Nurliani Bermawie.
Emmyzar, Yulius Ferry dan Daswir, 2006. Prospek Pengembangan Tanaman Akar Wangi. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. XVIII (I) : 1-11. Guenther.E.1991.The Essential Oil .D.Van Nastrrand Co.Inc. New York 2nd ed.vol IV. Indrawanto, C., 2006. Analisis Finansial Agroindustri Penyulingan Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat XIII (2) : 78-83. Dari Tabel 13,14 dan 15 terlihat bahwa kadar minyak terbesar ditemukan pada M3 di desa Cinta Negara Cigeduk sebesar 2.86 % dan kadar Vetiverol 60,65 % Pada M3 di desa Sukakarya Samarang.
128