BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Layout Menurut buku Grids The Structure of Graphic Design - Andre Jute, text mungkin sering berdiri sendiri berbeda hubungan dengan ilustrasi, elemen-elemen dan dekorasi, ketika dipisahkan dengan garis pembagi kolom.
Aturannya
sederhana,
yaitu
jika
terdapat
elemen
grafis
(bidang,garis,foto/gambar) diletakkan di tepi text, baik disamping ataupun dibawah, text dengan elemen grafis harus berjarak minimal 4 pt. Ini juga berguna untuk memisahkan text dari jarak antar kolom. Jika jarak membuat kolom yang sempit semakin sempit, maka harus dipertimbangkan kembali elemen-elemen tersebut/warna elemen, jenis elemen, jenis huruf yang digunakan, dan lebar kolom. Desain layout yang baik akan nyaman untuk dibaca, akan tetapi desain
layout
yang
buruk
akan
ditinggalkan
pembacanya karena
membingungkan dan membosankan. White space atau yang dapat disebut ruang kosong pada suatu halaman sangat dibutuhkan dalam desain editorial. Dengan adanya white spaceakan memberikan perhatian lebih pada karya anda, dimana ketika membuka halaman, pembaca akan lebih nyaman untuk membaca. 2.1.1. Grid Sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemn visual dalam sebuah ruang.Gridsystems digunakan sebagai perangkat
untuk
mempermudah
menciptakan
sebuah
komposisi
visual.Melalui grid systemsseorang perancang grafis dapat membuat sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan.Tujuan utama menggunakan sistem grid adalah untuk menciptakan rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.(Sihombing 2001, 87).
Grid bervariasi dalam ukuran dan bentuk dari sedernahana hingga rumit, tergantung pada rentang dan banyaknya informasi yang harus tergabung ke dalam desain.Harus selalu diingat bahwa grid harus selalu diterapkan dalam semua desain yang dibuat. Grid satu kolom merupakan struktur desain paling dasar.Grid ini menyediakan komposisi tunggal pada bidang kerja yang sesuai untuk menunjukkan teks yang berkelanjutan.Kolom tunggal tidak boleh terlalu lebar atau terlalu sempit dan harus menyediakan panjang yang cukup sehingga tingkat keterbacaannya efektif.Margin merupakan pertimbangan utama
untuk
kolom
tunggal
dan
memerlukan
pengaturan
untuk
meningkatkan tampilan elemen visual.Pemilihan huruf, ukuran, dan leading harus dipertimbangkan secara teliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal(Cullen 2005). Grid tiga kolom digunakan untuk memisahkan bagian atau elemen tertentu yang dianggap penting berdasarkan hubungannya dengan teks atau elemen penting lainnya yang mendukung tingkat membaca yang optimal.(Samara 2007, 205). Terkadang, sebuah karya desain membutuhkan sebuah grid yang berbeda dan tidak sesuai dengan grid model biasanya. Grid ini dapat memecahkan masalah akan tetapi penempatannya tergantung dengan elemen serta proporsi yang tersedia. Lebar kolom bisa bervariasi dan bergantung dengan elemen lainnya yang menunjang.Sistem ini disebut dengan Hierarchical Grid. Menerapkan grid ini diawali dengan menetapkan elemen yang aka nada dalam sebuah halaman yang berinteraksi satu sama lain. Setelah itu, sebuah struktur dan sistem akan diciptakan dan disesuaikan dengan kondisi yang memadai. Hal yang perlu diperhatikan adalah nuansa dari perubahan lebar kolom, serta posisinya dalam halaman. Jenis grid ini sering kali digunakan untuk membuat buku, poster, atau desain lain yang membutuhkan sistem khusus agar tetap rapi dan teratur (Samara 2002, 29).
Menurut André Jute (1996. 8) dalam bukunya yang berjudul Grids: the Structure of Graphic Design , seni grafis dan layout merupakan dua komponen penting dalam sebuah identitas buku. Menekankan pada kenyamanan pembaca, sehingga harus mempunyai layout yang menarik dan enak untuk dilihat.Grid berfungsi untuk mengatur sebuah layout tersusun baik. Fungsi grid, dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Pengulangan (repeatability) Pengulangan merupakan adanya sistem bentuk dan posisi yang sama yang diletakkan di grid yang sama dan terjadi berulang-ulang dari setiap halaman. Untuk membuat pengulangan bisa menggunakan text, gambar, dan sebagainya. 2. Komposisi (composition) Menggabungkan antara komponen-pomponen yang ada pada sebuah halaman, seperti penggabungan body text, fotografi, ilustrasi dan penampilan text sebaik mungkin. Juga yang harus diperhatikan seperti ukuran besar kecil bentuk dan keseimbangan dari setiap komponen yang dipakai.Harus adanya emphasis yang memberikan perbandingan desain tanpa membuat pengulangan yang jelek. 3. Komunikasi (communication) Aspek komunikasi yang tepat yang ada dalam sebuah desain layout, yaitu: pertama, menempatkan elemen-elemen yang saling berhubungan di tempat yang sama di kolom-kolom tertentu dalam majalah. Kedua, memastikan designer untuk mengarahkan pembaca kepada elemen elemen yang penting melalui pengkomposisian yang bervariasi.
2.2. Illustrasi Illustrasi adalah sebuah visualisasi seperti gambar, lukisan, foto, atau seni lainnya yang lebih menitikberatkan subjek daripada bentuk.Tujuan dari illustrasi adalah menghias sebuah cerita, puisi, atau informasi tertulis lainnya.Illustrasi secara dasar menyediakan visual representatif dari isi bacaan atau teks.
Perry Nodelman, seorang penulis mengenai picture books, mengatakan bahwa anak-anak akan lebih mudah mengerti percakapan dan isi buku dengan lebih menyenangkan serta memahami bagaimana huruf dan gambar menjadi satu kesatuan dan bekerja sama untuk menjelaskan isi buku tersebut. Seperti yang sebelumnya dijelaskan pada identifikasi masalah, buku anak-anak dengan sedikit ilustrasi memungkinkan adanya pergeseran cerita karena anak-anak lebih mudah dan tertarik untuk membaca buku dengan gambar yang lebih banyak dari tulisan.Illustrasi menjelaskan lebih banyak dibandingkan tulisan.(Lukens 2003, 41). Hedgpeth dan Nissal menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Exploring Character Design (2006, 6) bahwa anak-anak mengamati bentuk dari sebuah objek dan memproduksi ulang visual tersebut ke dalam bentuk dan elemen inti paling sederhana yang mencirikan bentuknya. Objek tersebut tidak berbentuk sama seperti aslinya lagi, menjadi sebuah simbol, sering kali memiliki gaya dan representasi khusus. Contohnya, pada saat mereka diberikangambar gajah, maka mereka akan mengenalinya sebagai gajah dengan belalai, kuping, ekor, gading, dan ciri fisik gajah lainnya dengan gaya yang sederhana dan tidak terlalu rumit. Berdasarkan perbandingan antara illustrasi dan teks, buku dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu: 1. Picture book Buku ini merupakan jenis buku cerita yang ilustrasi dan teksnya membentuk satu kesatuan walaupun ilustrasi mendominasi, nilai dari teks juga tidak berkurang. 2. Picture storybook Illustrasi memegang peranan penting dan terkadang menggambar keseluruhan ceritanya. 3. Illustration book Illustrasi dan teks sama banyaknya.
2.3. Tipografi Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual.Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual yang pokok dan efektif. Memilih jenis huruf harus melihat fungsi, karakteristik, serta siapa yang akan membacanya. Perwajahan huruf merupakan sebuah konsep yang abstrak, seperti halnya musik.(Sihombing 2001, 12,66). Ilene Strizver pada situs www.Fonts.com (2010) yang juga merupakan konsultan tipografi dan pendiri Type Studio, menyatakan bahwa kebanyakan anak-anak belajar membaca huruf per huruf, terutama anak yang baru belajar membaca. Perlu dipastikan teks dapat terlihat menarik, mudah dibaca dan diatur sedemikian rupa dalam format termudah, terutama dalam mendesain sesuatu yang berhubungan dengan tipografi anak (Fonts 2010).
2.3.1. Legibility Saat memilih tipografi untuk anak-anak harus yang sederhana dan tampak mudah dibaca
dengan
sebaiknya
counter
bulat,
bentuk
bagian
yang
sudutnya
disarankan mempunyai ujung yang tumpul, bukan bersudut lancip maupun kotak.
2.1. Sasson Primary, Gill Sans Infant, Bembo Infant & Platin infant.. Strizver. Sumber: www.fonts.com
Contoh yang baik adalah Sassoonyang dibuat secara khusus untuk anak-anak (Fonts 2010). Menurut
Danton
Sihombing
pada
bukunya yang berjudul Tipografi dalam desain grafis, legibility adalah kualitas
huruf atau
naskah dalam tingkat
kemudahan
untuk
dibaca.Tingkat keterbacaan ini tergantung kepada bentuk fisik huruf itu sendiri, ukuran, serta penataannya dalam sebuah naskah.(Sihombing 2001, 58).
Salah satu hal yang mempengaruhi tingkat keterbacaan adalah leading atau interval antarbaris.Penambahan
leading
mempengaruhi
besarnya
huruf,
kepekatan
ruang
namun
tampilan
mempengaruhi
tidak
(grayness) antar baris.Semakin besar leading
2.2. Ilustrasi untuk huruf serif Sumber: Tipografi dalam Desain Grafis, halaman 58.
semakin berkurang kepekatannya (Sihombing 2001, 26). Huruf serif lebih memiliki karakter pada bagian ke atas dibandingkan dengan sans serif,
sehingga huruf serif lebih mudah dibaca.Serif berfungsi sebagai pengait yang maya dapat menjembatani ruang antara satu huruf dengan lainnya. Oleh karena itu, serif dapat membuat kerja mata menjadi lebih ringan pada saat membaca naskah dalam jumlah yang cukup banyak (Sihombing 2001, 59). Huruf dengan x-heights yang lebih tinggi karena lebih mudah dibaca dibandingkan dengan x-height yang lebih pendek. Baik serif maupun sans serif dapat digunakan selama penggunaannya tidak ekstrim sehingga mempersulit
atau
merendahkan
tingkat legibility, contohnya: 1.
Tidak
menggunakan
huruf condensed atau huruf expanded yang
membuat
pengenalan
huruf
semakin sulit, 2. 2.3. Contoh penerapan leading yang mempengaruhi kepekatan Sumber: Tipografi dalam Desain Grafis, halaman 26.
yang
Memilih keluarga huruf
medium
atau
book,
hindari
penggunaan hairline atau very bold. 3.
Apabila
menggunakan
italic, pastikan bahwa huruf tersebut mudah dibaca dan tidak terlalu banyak hiasan atau condensed.
2.3.2. Readability Anak-anak yang baru bisa membaca harus belajar untuk mengikuti huruf per huruf dari kiri ke kanan dan ‘melompat’ dari akhir kata di paling kanan dan memulai lagi pada kata awal di paling kiri. Ukuran huruf yang lebih tepat agar mempermudah mereka membaca adalah 14 sampai 24 pt (tergantung dengan jenis huruf yang digunakan). Leading
yang
lebih
bersahabat
yang
biasanya
4
sampai
6
points.Sihombing menuliskan dalam bukunya bahwa penambahan leading tidak mempengaruhi besarnya huruf, tetapi mempengaruhi kepekatan antar baris. Perbedaan warna antara huruf dengan latar belakang harus kontras, terutama saat menggunakan huruf yang tipis diatas latar belakang berwarna gelap.Penggunaan jarak satu spasi antar paragrah lebih baik digunakan untuk memisahkan paragraph dibandingkan awalan paragraph yang menjorok ke dalam.Hal ini bertujuan untuk memberikan pembaca jeda sebelum memulai paragraph berikutnya (Fonts 2010). 2.3.3. Alignment Danton Sihombing dalam Tipografi dalam Desain Grafis menyatakan bahwa penataan baris (alignment) memiliki peranan penting sebagai penunjang legibility serta estetika dari perancangan tipografi. Penataan sebuah paragraf atau sekumpulan tipografi dalam beberapa baris dapat disejajarkan dengan cara berikut ini: 1. Rata kiri (flush left) Baik digunakan untuk naskah yang panjang maupun pendek.Bagian kanan susunan huruf menghasilkan bentuk irregular
yang
memberikan kesan dinamis. 2. Rata kanan (flush right) Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf-huruf per barisnya hampir setara. 3. Rata tengah (centered)
Hanya layak digunakan untuk jumlah naskah yang pendek dengan penataan jumlah huruf yang seimbang pada tiap barisnya. 4. Rata kiri-kanan (justified) Layak digunakan untuk naskah yang panjang.Keteraturannya memberikan kesan bersih dan rapi.Namun, jarak antarkata harus diperhatikan bila jumlah huruf tidak sebanding dengan lebar kolom. Mata seorang pembaca dalam sebuah proses scanning naskah atau teks secara alami bergerak dari arah kiri ke kanan kemudian diagonal dari kanan atas ke kiri bawah untuk menyambung ke baris selanjutnya.Pola dasar membaca huruf Roman berbentuk huruf “Z”.
2.4. Warna Hurlock dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Anak, (1978, 336) menuliskan bahwa anak-anak menyukai warna cerah. Oleh karena itu, warna yang kelak akan digunakan adalah vivid color. Vivid color merupakan warna-warna dasar atau sering disebut dengan warna terang (bright color). Dengan kata lain, warna terang atau vivid merupakan warna tanpa campuran warna hitam maupun putih.Warna ini sering kali digunakan untuk desain baju, buku, maupun mainan anak.(Chijiiwa 1987, 8-9 & 24). Garis tepi yang digunakan dalam buku Understanding Color (Holtzschue 2011, 123) bertujuan untuk memisahkan warna terang yang saling bersandingan.Hal ini bertujuan untuk meredam warna terang yang bersandingan karena bisa menampilkan efek yang terlalu menyilaukan atau menyakitkan mata saat melihatnya.
Gambar 2.4. Contoh warna vivid & pemisahannya dengan garis Sumber: Holtzshue.Undertstanding Color. 2011, 123.
2.5.Pop-Up Pop-up merupakan bentuk tiga dimensi yang terlihat hidup dalam buku pop-up, muncul dari permukaan kertas. Empat teknik dasar konstruksi buku pop-up adalah pengaturan kertas, lipatan v, silinder dan kotak, dan layer kertas yang dibuat mengambang. Paper engineers saat ini tidak hanya menggunakan satu metode. Desainer menemukan cara baru dengan memperlajari teknik konstruksi yang ada untuk menampilkan tampilan baru yang lebih segar mendidik, serta mengejutkan. Kelebihan buku pop-up adalah dapat memberikan viasualisasi cerita yang Gambar 2.5. Cinderella, Robert Sabuda Sumber: www.robertsabuda.com
lebih
menarik.Mulai
dari
tampilan ilustrasi yang memiliki dimensi,
gambar
yang
dapat
bergerak, berubah bentuk, dan lainnya.Selain itu, buku ini memberikan kejutan di setiap halamannya yang dapat mengundang ketertarikan untuk terus membuka halaman berikutnya. Menurut Robert Sabuda, pembaca seperti menjadi bagian dari hal menakjubkan itu karena mereka memiliki andil dalam membuka halaman buku.
Hasil tanya jawab dengan Robert Sabuda memberikan alasan mengapa orang tua menyukai buku pop-up untuk bahan bacaan anak. Para orang tua menyukai buku pop-up karena mereka dapat mengajarkan dan menghibur anak-anak tetapi bukan dengan barang elektronik
yang saat ini
merajalela.Orang tua tidak perlu memasang perangkat apapun atau mengunduh dan meng-install dalam perangkat elektronik.Buku pop-up dapat dinikmati kapan dan dimana saja (Robert Sabuda 2010). Banyaknya buku pop-up yang beredar di masyarakat saat ini memiliki target utama anak-anak. Hal tersebut karena anak-anak merupakan individu yang masih sangat menggemari cerita bergambar dan membutuhkan banyak pengetahuan
pada
usia
dini.
Buku-buku
yang
beredar
tersebut
memanfaatkannya dan memproduksi buku dengan berbagai macam cara agar menarik perhatian mereka sekaligus memberikan edukasi dan menghibur. Oleh karena itu, eksplorasi akan buku-buku tersebut terus bermunculan, salah satunya dengan memberikan elemen interaktif di dalam buku seperti pop-up. 2.5.1. Langkah-langkah membuat buku pop-up menurut Robert Sabuda, antara lain : 1. Manuscirpt Sebelum memulai, cerita buku pop-up ditulis.Semua halaman cerita dijadikan satu dan disebut manuskrip. 2. Pop-up list Setelah cerita selesai dibuat, desainer membuat catatan pop-up yang akan dibuat. Daftar ini akan mengkonsistenkan idea akan pop-up yang akan dimuat dalam buku. Daftar ini patut dipertimbangkan hingga selesai, akan tetapi terkadang sedikit perubahan bisa terjadi saat mendesain. 3. 3-dimensional, rough prototypes Tahap berikutnya adalah proses paper engineering. Kertas dilipat, digunting, dan dilem untuk memulai menyusun mekanisme pop-up. 4. Tissue tracings
Setelah semua pop-up berhasil bekerja dengan baik, desainer berusaha memisahkannya satu per satu, meletakkannya pada permukaan datar dan menjiplak bentuknya pada kertas.Keuntungan tahap ini adalah dapat mempersingkat waktu dalam memperbanyak bentuk pop-up dan membuatnya menjadi pop-up. 5. White dummy Menggunakan hasil jiplakan kertas sebeumnya, desainer memotong, melipat dan menyusun pop-up untuk ditunjukkan kepada pihak penerbit. Desainer mungkin memberikan sedikit sketsa diatas kertas tersebut karena dummy yang diberikan berupa kertas putih polos. 6. Computer die lines Setelah hasil pop-up diterima, desainer bisa mulai maju ke tahap berikutnya. Semua tissue tracingdi scan dan dimasukkan ke dalam komputer. Tahap ini menggunakan illustrator dan tahap digital tracing yang lebih akurat ini dinamakan dengan die lines.Die lines adalah semua hasil tracing dicetak di card stock dan dijadikan popup tanpa warna (putih), untuk memastikan semua pop-up bekerja dengan baik. 7. Finished artwork Semua die lines dicetak dengan jelas, asetat dan dipisahkan menjadi bagian-bagian kartu putih. Asetat ini digunakan sebagai panduan agar desainer tetap mengetahui bagian-bagian pop-up.Awalnya, gambar dibuat dengan tangan kemudian ditempelkan dengan hatihati di kartu putih yang telah dijadikan pop-up.Tahap ini bermanfaat juga untuk memberitahu pencetak, gambar dan pasangan pop-up. 8. Off to the manufacturer Data digital dan kartu putih (white card) dikirimkan ke pabrik atau percetakan setelah semua karya disetujui penerbit.Semua pengrajin buku pop-up berlokasi di Amerika Selatan atau Asia. 9. Nesting Saat semuanya sudah sampai di pecetakan, hal pertama yang dilakukan adalah nesting. Semua bagian pop-upakan dicetak pada satu lembar besar untuk menghindari penggunaan kertas yang
berlebihan. Proses tersebut disebut dengan nesting dan sangat rumit. Bahkan hal tersebut tidak lagi dapat dilakukan dalam studio. 10. Printing Data yang berisi semua bagian pop-up dicetak berwarna pada kedua sisi.Sama halnya dengan mencetak katalog atau majalah. 11. Die making Setelah semuanya dicetak, die making dimulai. Sebuah die terlihat seperti cetakan kue yang terbuat dari metal yang digunakan untuk memotong semua bagian pop-up. Die terbuat dari bahan logam yang sangat tipis dan tajam yang dibentuk sesuai dengan bentuk setiap pop-up. Balok kayu dengan die yang menempel di atasnya diesbut die mold. 12. Die cutting Die mold diletakkan pada alat penekan untuk memotong (sejenis mesin pond) dan satu per satu lembaran pop-up dipotong menggunakan cetakan tersebut hingga menjadi satuan pop-up. 13. Scrapping out Walaupun lembaran pop-up sudah dipotong, mereka tidak jatuh begitu saja dari lembaran utuhnya.Die mold dibuat agar potongan pop-up masih sedikit terkait pada lembaran besarnya. Semua potongan tersebut harus dipisahkan dengan tangan sebelum disusun menjadi sebuah satu kesatuan buku pop-up. 14. Hand assembly Semua pop-up dikerjakan dengan tangan.Hal ini menunjukkan bahwa ada orang yang melipat dan memberi lem pada setiap bagian pop-up hingga menjadi sebuah buku.Setiap pengrajin bertanggung jawab hanya untuk satu bagian pop-up.Setiap pengrajin menjadi ahlinya untuk sebuah pop-up yang spesifik. 2.5.2. Elemen pada buku interaktif, antara lain (The Smithsonian libraries 2010, 19-22): 1. Box and cylinder Kotak seperti kubus atau silinder yang muncul dari tengah permukaan spread saat buku dibuka.
2. Carousel Pada buku carousel, covernya dilipat kebelakang dan dibuka untuk membentuk lingkarann dan dijaga menggunakan benang, pita, atau bahan lainnya.Ini bertujuan membuat seri dari adegan dramatis tiga dimensi yang sangat penting. 3. Dissolving images and slats Sebuah ilustrasi berubah menjadi berbeda pada saat tab ditarik.Efek berubah atau transformasi diperoleh pada gambar yang dicetak hoerizontal, vertical, atau seksi melingkar.
4. Flap or lift the flap Bentuk paling sederhana dalam pop-up atau movable book.Saat sebuah kertas ilustrasi yang ditempelkan dibalik, sebuah gambar yang tersembunyi ditemukan. 5. Floating layers or platforms Bagian ini akan lebih mudah dimengerti apabila dilihat dari samping. Kertas yang pendukung yang berengsel ganda pada ilustrasi di halaman yang membuat ilusi bahwa ilustrasi tersebut mengapung di atas kertas. 6. Harlenquinades and metamorphoses Serial dari lipatan, yang pada saat diangkat atau dibuka menunjukkan pesan atau gambar baru. Ketika gambar dilipat ke atas atau bawah, gambar atau pesan lain akan ditemukan. 7. Leporello Sebuah buku lipatan akordeon dari sebuah kertas panjang yang dilipat secara zig zag atau bentuk concertina (alat musik). Buku tersebut dinamakan Leporello, pelayan pada opera Don Giovanni, yang membawa sebuah buku untuk mencatat semua list penaklukan romantis Giovanni. 8. Paper engineer Seorang seniman yang menggunakan teknik
beragam untuk
membuat gambar atau ilustrasi menjadi bergerak atau pop-up. Paper engineer bisa saja atau bukan seorang illustrator. 9. Pull-tab
Tab kertas yang digeser dapat berupa kertas atau pita yang ditarik atau didorong untuk menunjukkan gambar baru. Tab juga dapat berupa pop-up yang aktif. Sebuah figure yang bergerak saat menggeser atau mendorong seperti penari yang berayun, anjing duduk, dan robot bergerak. 10. Stage set or multiple layers Sebuah buku menjadi pengaturan teater pada saat dibuka dengan sudut 90o.Hal ini merupakan konstruksi pertama dari buku pop-up dan sesuai untuk menunjukkan tampilan interior.
11. Tunnel book or peep-show Serial dari kertas panel yang dipotong atau engsel satu dibelakang bagian lainnya, yang membuat ilusi dari kedalaman dan perspektif seperti melihat sebuah lorong. 12. V-fold Bentuk ini merupakan adaptasi dari bentuk yang paling sering dipikirkan pada saat mereka mendengar kata pop-up.Elemen pop-up ditempelkan menghadap halaman dan terbuka pada saat buku dibuka, dan menutup kembali pada saat halaman tersebut dibalik kembali. 13. Volvelle or wheel Kertas ilustrasi seperti piringan atau lingkaran yang menempel di sebuah halaman menggunakan benang, kertas atau bahan lainnya disekitar pusat perputaran. Pada saat piringan kertas diputar, teks dan gambar akan sejajar. 14. Waterfall Sebuah tab pendorong yang dekoratif atau dibuat lebih menarik dari lipatan, ketika sebuah tab didorong ke arah berlawanan, beberapa lipatan dibuka satu sama lain secara berurutan.
2.5.3. Menurut Robert Sabuda, ada beberapa hal yang menyebabkan buku pop-up digemari dan disukai setiap kalangan, antara lain (Robert Sabuda 2010): 1. Berbentuk tiga dimensi.
2. Dapat bergerak sehingga menimbulkan rasa ingin tahu dan kagum. 3. Interaktif dan melibatkan pembaca dalam proses terjadinya kejutan sehingga pembaca ingin terus membalik halaman demi halaman. 4. Memberikan
ilustrasi
serta
visual
yang
lebih
terperinci
dibandingkan buku bergambar biasa. 5. Memiliki tingkat kedalaman dan perspektif 6. Melibatkan indera tubuh yang lebih banyak dibandingkan buku bergambar biasa sehingga lebih menarik. 7. Mengajarkan dengan cara yang unik, membuat pengalaman pembelajaran menjadi lebif efektif, interaktif, dan mudah diingat.
2.6. Psikologi Anak Studi tentang buku anak berdasarkan tinggi rendahnya sirkulasi pada perpustakaan telah melaporkan bahwa buku yang paling populer adalah buku yang berisi tentang kepahlawanan yang dapat mereka identifikasi karena mimiliki sifat yang dikagummi dan ingin dimiliki.Anak kecil menyukai buku bergambar orang, hewan, dan benda yang dikenalnya dengan warna cerah dan mereka menyukai bahan bacaan yang minimum terutama dengan huruf besar yang dapat dilihatnya dengan mudah tanpa melelahkan mata.Bacaan haruslah sederhana dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan kalimat singkat. Salah satu alasan anak-anak menyukai buku cerita bergambar adalah adalah gambar dalam buku tersebut berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak. Selain itu, dengan membaca buku cerita bacaan yang baik, anak mugkin mengidentifikasikan dirinya dengan buku cerita yang memiliki sifat yang dikaguminya.(Hurlock 1978, 336-339). Berdasarkan teori Perkembangan anak pada buku The Growing Child (Piaget 1983), cognitive dan intelektual anak berkembang dalam empat tahap.Pada setiap tahap, metode pengertian masing-masing dengan logika dan konsistensi sendiri. Tahap tersebut, yaitu: 1. Sensomotorik (0-2 tahun)
Mengerti dunia melalui kontak langsung dengan obyek-obyek dan mulai sadar bahwa ada perbedaan-perbedaan nyata dan eksistensi yang berbeda atau terpisah.Secara bertahap anak belajar bahwa hal-hal tersebut menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan kemungkinan perpindahan yang tak tampak dari objek yang tersembunyi. 2. Pre-operational (2-7 tahun) Anak mulai belajar untuk menggunakan bahasa, masih sulit mengambil sudut pandang dari titik-titik berlainan, dan belajar mengelompokkan objek sederhana. 3. Concrete operational (7-11 tahun) Anak-anak sudah mampu berpikir dengan menggunakan logika mengenai benda maupun suatu kejadian dan mencapai manajemen terhadap angka, massa, dan berat. Anak juga dapat memvisualkan sesuatu tanpa melihat, berpikir bahwa setiap orang sama pandangan dengannya. Masih belum menyadari kontradiksi. 4. Formal operational (11 tahun ke atas) Anak akan menerima dan menerngkan hal-hal dengan cara yang lebih onjektif dan naturalistis. Apabila menghadapi persoalan, mereka akan mencari pemecahan alternatif dan memilih satu jawaban yang paling cocok. Berdasarkan Piaget, dapat disimpulkan bahwa anak SD berusia 7-11 tahun sudah memiliki pengertian dan pengamatan yang kritis sehingga dianggap mampu untuk menangkap isi cerita dan menyerap nilai-nilai positif yang menjadi inti dari sebuah cerita tersebut. Pengaplikasian buku pop-up pun dapat dilakukan karena anak pada usia tersebut telah mengenal dimensi dan dapat menghubungkan atau memahaminya.
2.7. Cerita Rakyat Cerita rakyat, seperti yang tertulis pada Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna cerita dari zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat dan diwariskan secara lisan.Menurut Willian R. Bascom dalam buku
Folklor Indonesia yang ditulis oleh Danandjaja (1984, 22), menjelaskan cerita rakyat terdiri atas tiga jenis, yaitu: 1. Mite Cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empunya cerita.Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya terjadi di dunia lain, bukan dunia seperti yang keita kenal sekarang, dan terjadi di masa lampau. 2. Legenda Cerita prosa rakyat, yang dianggap pleh empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang, Legenda biasanya bersifat migratoris(dapat berpindah-pindah) sehingga dikenal di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu, legenda acapkali tersebar dalam bentuk pengelompokkan yang disebut siklus (sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu). 3. Dongeng Cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Anna dalam bukunya yang berjudul Menumbuhkan Minat Baca Anakmengatakan bahwa membaca dongeng atau cerita rakyat lainnya memiliki dampak positif untuk anak-anak, antara lain: 1. Memberikan kebahagiaan dalam kehidupan anak 2. Memenuhi jiwa bermain pada masa kecil dan merupakan sebuah bentuk permainan itu sendiri 3. Memberikan anak kemampuan untuk mengobservasi secara akurat 4. Meningkatkan kekuatan emosi, kekuatan imajinasi, dan melatih ingatan 5. Memperluas dan memperkuat hubungan sosial anak 6. Salah satu cara membina karakter anak dengan menggunakan waktu luang tanpa perlu menggurui
7. Latihan berbahasa.
2.8. Istilah dan Definisi Sering kali terdapat bahasa-bahasa atau kata yang kurang umum pada sebuah makalah, sehingga kurang dimengerti oleh orang awam pada saat dibaca. Sub bab ini akan membantu untuk menjelaskan kata-kata khusus yang belum dijelaskan definisinya, antara lain: 1. Cognitive: pengenalan atau pengamatan. 2. Ekstern: datang dari luar, atau bersangkutan dengan hal-hal luar. 3. Grid: pola yang disusun dengan garis maya horizontal dan vertical membentuk sebuah sistematika yang digunakan sebagai bantuan dalam mendesain. 4. Ilustrasi: gambar, desain, atau diagram untuk penghias (halaman, sampul, dsb). 5. Intern: sebelah dalam, di kalangan atau lingkungan sendiri. 6. Kerning: pengaturan ruang antara pasangan huruf untuk membuatnya lebih mudah terbaca atau terlihat. 7. Layout: bagaimana seorang desainer mengorganisasikan ruang dan menata letak material-material suatu halaman media. 8. Leading: jarak antar garis bawah huruf dengan garis atas huruf di barisan huruf yang berada bawahnya. 9. Margin: batasan-batasan berupa garis maya yang dibuat oleh desainer untuk membatasi peletakan material-material desain. 10. Paper engineer: teknisi atau desainer yang membuat pop-up. 11. Pop-up: bentuk tiga dimensi yang terlihat hidup dalam buku pop-up, muncul dari permukaan kertas. 12. Tipografi: keterampilan mengatur bahan cetak secara baik dengan tujuan tertentu, seperto mengatur tulisan, membagi-bagi ruang atau spasi dan menata serta menjaga huruf untuk membantu secara maksimal agar pembaca memahami teks. 13. White space: ruang kosong pada sebuah desain media yang tidak diletakkan material-material desain.