GOLD IMMUNOCHROMATOGRAPHIC ASSAY (GICA) SEBAGAI IMUNOSENSOR MENDETEKSI ANTIBODI Bacillus Anthracis PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS
Gunarti, Yunan Jiwintarum, Awan Dramawan, Lale Budi Kusuma Dewi
Abstract: The purpose of this study was to identify patterns of protein antigens full / secretory antigens may be antigenic protein (PA) of Bacillus anthracis by the use of SDS-PAGE method (Laemmli) which can be used as bioreseptor on the test device fabrication method for detecting antibodies GICA of Bacillus anthracis , identify patterns of proteins that are antigenic protein (PA) or indicate the nature of the reactivity of Bacillus anthracis by using Western blotting and Determining the specificity and sensitivity of the test method to detect antibodies GICA Bacillus anthracis when using the results of the ELISA method as a reference. This study is a descriptive observational study. Research variable antigenic protein of Bacillus anthracis as bioreseptor and Antibodies from Bacillus anthracis as imunosenssor. The test prototype test device made using 20 sample with ELISA as a reference for calculating the sensitivity and specificity. The results of this study were identified band – band of 92 kDa, 68 kDa, 54 kDa, 43 kDa, 29 kDa and 18 kDa that can be used as bioreseptor on GICA, identified a pattern of proteins that are antigenic or indicate the nature of the reactivity of the Bacillus anthracis 68 kDa by Western blotting using the method, extract secretory antigen (SA) Bacillus anthracis can be used as a test device bioreseptor on GICA method for the detection of IgG antibodies against Bacillus anthracis and sensitivity and specificity of the test method to detect antibodies GICA Bacillus anthracis when using the results of the ELISA method as a reference each is 100% and 87.5%. Kata Kunci : Immunosensor, Bacillus anthracis, Gold Immunochromatographic Assay (GICA). antraks dari bangkai hewan yang mati karena
LATAR BELAKANG Antraks
merupakan
penyakit
antraks. Spora-spora ini dapat tetap hidup selama
prototipe
puluhan tahun pada pH 6,5 pada suhu yang sesuai.
dalam sejarah mikrobiologi yang disebabkan oleh
Hewan merumput yang terinfeksi melalui luka pada
Bacillus anthracis. Antraks terutama merupakan
selaput lendir menjadi penyambung rantai terus
penyakit pada biri-biri, sapi kuda dan hewan lainnya.
menerus. Kontak dengan hewan yang terinfeksi atau
Infeksi pada manusia biasanya dengan masuknya
dengan kulit dan bulunya merupakan sumber infeksi
spora melalui luka pada kulit atau selaput lendir dan dengan inhalasi spora kedalam paru-paru. tumbuh
pada
jaringan
tempat
masuk,
pada manusia (Jawetz,1996). Ada tiga bentuk klinis
Spora
antraks pada manusia, yaitu, pertama, antraks
dan
cutaneus (kulit). Sekitar 95 % antraks pada manusia
pertumbuhan organisme vegetatif mengakibatkan
merupakan antraks kulit. Kulit yang terkena akan
pembentukan edema gelatinosa dan kongesti. Bakteri
lecet, menjadi papula kecil berwarna merah dan
kemudian menyebar melalui getah bening ke dalam
menimbulkan rasa gatal, yang kemudian menjadi
aliran darah dan berkembang biak dengan bebas
gelembung yang berisi cairan (vesikel), kemudian
dalam darah dan jaringan segera sebelum dan
pecah dan bagian tengahnya berwarna hitam. Luka
sesudah kematian hewan. Tanah tercemar oleh spora
___________________________________________________________________________ Gunarti, Lale Budi Kusuma, Yunan Jiwintarum : Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Sandubaya Mataram
1419
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
ini tidak nyeri. Kuman dapat menjalar ke kelenjar
dan Sulawesi Tenggara; Nusa Tenggara Barat dan
getah bening regional. Apabila penyakit berlanjut
Nusa Tenggara Timur masih erupakan daerah yang
menimbulkan kuman beredar dalam aliran darah dan
mempunyai kecenderungan muncul wabah antraks
menyebabkan kematian. Kedua, antraks inhalasi
secara periodik. Seringnya terjadi wabah penyakit,
(saluran pernafasan). Antraks inhalasi dapat terjadi
memerlukan usaha pengendalian penyakit yang
karena orang menghirup udara yang mengandung
terencana, termasuk cara diagnosa penyakit yang
spora antraks. Sering terjadi pada pekerja pengumpul
cepat dan tepat agar penyakit dapat segera diatasi
wool. Dimulai setelah masa inkubasi 1 - 6 hari
(Siregar,E.A,2002;Depkes R.I,2003). Salah satu cara
dengan gajala yang tidak khas seperti lesu, lelah,
untuk pencegahan timbulnya prevalensi antraks
nyeri otot dan demam. Mungkin juga batuk yang
adalah pada daerah bebas antraks,
kering dan rasa tidak nyaman pada dada. Kemudian
karantina berupa pelarangan masuknya hewan dari
disusul dengan sesak nafas dan nyeri dada yang
daerah tertular ke daerah bebas antraks. Tindakan
hebat. Kematian dapat terjadi secara mendadak
preventif lainnya adalah hewan yang akan masuk ke
karena lumpuhnya otot pernafasan oleh toksin
dalam suatu wilayah bebas antraks diperiksa dahulu
antraks. Angka kematian akibat antraks inhalasi
sebelum
sekitar 75 %. Bahkan antraks jenis ini sering terjadi
(Priyonggo dan Budiono, 2007). Test diagnostik
pada daerah perang yang menggunakan antraks
laboratorium
sebagai senjata biologis untuk melawan musuh.
indentifikasi adanya
Ketiga, antraks gastrointestinal (saluran pencernaan).
dengan : Pewarnaan sediaan kering dengan teknik
Terjadi bila orang mengonsumsi daging yang
pewarnaan immunofluoresensi akan terlihat bakteri
terkontaminasi kuman antraks. Masa inkubasi 2-5
berbentuk batang dengan penataan berantai. Bahan
hari. Pasien akan merasa sakit tenggorokan, demam,
pemeriksaan yang diperlukan untuk pewarnaan ini
nyeri menelan, mual dan muntah kemudian menjadi
adalah lesi lokal atau darah hewan yang mati. Test
nyeri perut yang sangat hebat yang dapat disertai
ini cepat dan mudah tapi membutuhkan ketrampilan
muntah darah dan diare. Angka kematian pada
dan pengalaman dari pemeriksa. Bahan pemeriksaan
antraks gastrointestinal sampai 60 % (Priyonggo dan
berupa cairan atau nanah dari lesi lokal, darah dan
Budiono,
daerah
dahak dibiakkan dalam media yang sesuai dalam
endemik antraks, menurut laporan Depkes R.I tahun
masa inkubasi tertentu. Setelah dibiakkan, biakan
2003
tercatat 11 provinsi endemis anthraks pada
Bacillus anthracis disuntikkan pada marmot atau
binatang, sedangkan 5 provinsi (Jabar, Jateng, NTB,
kelinci secara intraperitoneal untuk mengetahui
NTT dan DI Yogyakarta) tercatat telah terjadi kasus
virulensinya. Cara ini sangat akurat mengingat hasil
antraks pada manusia. Siregar (2002), Sumatera
yang dikeluarkan bisa sampai pada virulensi bakteri
(kecuali provinsi Jambi), Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan sensitivitasnya terhadap obat. Test serologi
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
menggunakan prinsip reaksi antara antigen dan
2007).
Indonesia
merupakan
1420
diberi
ijin
yang
masuk
biasa
wilayah
tindakan
tersebut
digunakan
untuk
Bacillus anthracis
adalah
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
antibodi spesifik. Reaksi antara antibodi pada hewan
kemampuan yang khusus atau peralatan mahal dan
atau manusia yang terinfeksi atau divaksinasi dengan
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya antigen
antigen yang sesuai akan memperlihatkan presipitasi
atau antibodi secara cepat dan yang paling penting
atau hemaglutinasi. Metode ini mudah tetapi mahal
dapat digunakan oleh semua golongan masyarakat.
dan cenderung sulit diterapkan di lapangan karena
Protein antigenik yang baik dan terbukti mampu
reagensia yang digunakan harus dalam suhu tertentu
berikatan secara spesifik dengan antibodi Bacillus
o
(4-8 C) (Jawetz, 1996). Berdasarkan kelemahan –
anthracis
kelemahan dari teknik diagnostik Bacillus anthracis
polysaccharide yang merupakan komponen dari
maka perlu dipikirkan membuat suatu perangkat uji
dinding sel Bacillus anthracis, dari hasil presipitat
sederhana yang sensitif dan selektif dapat mendeteksi
Bacillus anthracis yaitu dalam ekstrak guanidine,
keberadaan antibodi terhadap Bacillus anthracis
yang dicuci 2 kali dengan 1 volume aquadest dan
sangat diperlukan oleh masyarakat, terutama di
dikering bekukan didapatkan hasil analisa SDS-
daerah Nusa Tenggara Barat yang masyarakatnya
PAGE menunjukkan berat molekul 91 kDa dan
banyak peternak Sapi, Kambing, Kuda, Kerbau dan
proten antigenik yang menentukan virulensi Bacillus
komsumsi daging hewan – hewan tersebut pada
anthracis terdapat pada kapsul yaitu toksin anthraks
masyarakat
Pemeriksaan
dan poly-γ-D-Glutamic acid (PGA) kapsul (Lyli N
serologi, baik untuk mendeteksi antiodi maupun
dan Rahmat SA,2008). Penelitian ini bertujuan
antigen, masih merupakan pilihan diagnostik yang
membuat sebuah perangkat uji berdasarkan prinsip
sangat penting di bidang kedokteran, kedokteran
Gold Immunochromatographic Assay (GICA) untuk
hewan dan ilmu – ilmu biologi. Salah satu teknik
mendeteksi antibodi (imunosensor) dari Bacillus
yang sangat berkembang pesat dan paling banyak
anthracis dengan menggunakan antigen penuh dari
diterapkan adalah tes imunokromatografi yang salah
Bacillus anthracis sebagai bioreseptor yang diujikan
satunya
Gold
pada serum hewan coba Sapi. Pemilihan hewan coba
Immunochromatographic Assay (GICA). Format
ini karena banyak terdapat diseluruh wilayah NTB,
pemeriksaan deteksi antibodi atau antigen yang baru
merupakan sumber penularan penyakit Anthrax ke
Gold Immunochromatographic Assay (GICA) adalah
manusia (penyakit zoonosis) dan banyak dikomsumsi
merupakan sebuah teknik imunokromatografi baru
oleh masyarakat.
yang menggunakan membrane selulose sebagai
onservasinal analitik. Analisa data untuk mengetahui
pembawa dan koloidal emas berlabel antigen atau
sensitivitas dan spesifitas perangkat uji GICA dengan
antibodi digunakan sebagai tracer. Teknologi ini
pembanding menggunakan hasil pemeriksaan ELISA
memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
sebagai referensi. Hasil penelitian ini diharapkan
imunoassay yang lain,
yang
bermanfaat bagi masyarakat luas karena dapat
sedehana, operasional yang cepat, hasil yang cepat,
menghasilkan perangkat uji yang sederhana, spesifik
harga murah, tidak membutuhkan teknisi dengan
dan sensitif untuk identifkasi antibodi Bacillus
umum
adalah
adalah
tinggi.
metode
seperti prosedur
1421
adalah
galactose/N-acetylglucosamine
Jenis penelitian ini adalah
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
anthracis yang dapat digunakan sebagai metode
Tween (TBST), Tris-buffered saline (TBS) bovine
alternatif terhadap antibodi Bacillus anthracis.
serum
albumin,
alkaline phospatase-conjugated
antihuman IgG Fab spesific (anti-human IgG METODE PENELITIAN Penelitian
ini
conjugated, merupakan
Sigma),
5-bromo-4-chloro-3-
indolylphosphate (BCIP-AP), nitroblue tetrazolium,
penelitian yang
alkaline phospatase substrate buffer. 3). Reagen
menggambarkan kemampuan imunosenssor dari
yang digunakan dalam pembuatan perangkat uji
ekstrak antigen penuh / sekretori antigens dari
adalah Tris-buffered salin-Tween, protein A – koloid
Bacillus
emas, goat anti mouse, protein membrane Bacillus
observasional
deskriptif
anthracis
yaitu
dapat
penelitian
digunakan
sebagai
bioreseptor pada pembuatan perangkat uji metode
anthracissebagai bioreseptor.
GICA untuk mendeteksi antibodi dari Bacillus
Cara pembuatan perangkat uji metode GICA
anthracis
untuk
dan
menentukan
spesifisitas
dan
mendeteksi
antibodi
dari
Bacillus
sensitivitas perangkat uji metode GICA untuk
anthracis:
mendeteksi
1. Komponen penting dalam pembuatan GICA :
antibodi
Bacillus
anthracis
bila
menggunakan hasil pemeriksaan metode ELISA
a) Membran Nitrocellulose sebagai tempat
sebagai referensi. Populasi dan sampel dalam
immobilisasi antigen dan Goat anti-Mouse
penelitian ini adalah menggunakan serum koleksi
IgG membentuk garis tes dan garis kontrol,
Unit Riset Biomedik RSUP NTB. Jumlah sampel
dengan Spesifikasi Immunopore FP (Ref.
yang digunakan adalah 20 serum koleksi.
78336403) 1 Rolle/Roll.R : II/4. Ukuran : 25
Bahan Penelitian : Protein antigenik dari whole sel
mm x 50 mm, dengan ukuran pori : 5 µm,
/
yang
dengan persyaratan daya kapilaritas 110 – 150
didapatkan dari koleksi isolat Unit Riset Biomedik
s / 4 cm2, warna putih bersih (tidak ada bercak
RSUP NTB, Serum coba (serum negatif dan serum
atau noda) dan bersifat Hidrofilik.
sekretori
antigens
Bacillus
anthracis
Pipet
b) Signal Reagent Pad/Polyesther tempat
mikro, sonicator, centrifuge, mikroskop, BioJet
dilekatkannya Signal Reagent (SR) berupa
TM
cutter kinematic automation PS-360,
protein A-Colloidal Gold, dengan spesifikasi
oven, apparatus mini-gel (Bio-Rad, Richmond,
Rapid 24 (Cat. No. 8131.1750) , ukuran 17
California). Reagen Penelitian : 1). Reagen yang
mm x 50 mm, ukuran maximal pori : 22 µm,
digunakan untuk preparasi antigen adalah PBS.2).
ketebalan : 340 µm, kapasitas penyerapan : 55
Reagen yang digunakan untuk elektroforesis dan
mg/cm,
western blott adalah Tris-HCL pH 6,8, SDS, β-
penyerapan : 55 mg/cm, persentase Gold-
mercaptoethanol (ME), marker BM, bromphenol
Conjugate yang dilepaskan setelah 90 detik :
blue
89 % serta daya kapilaritas : 38 s/4 cm2.
kontrol positif).
3000,
dye,
Instrumen Penelitian :
comassie
brilliant
blue,
aquades,
acrylamid, APS, TEMED, Tris-buffered saline-
1422
dengan
persyaratan
kapasitas
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
c) Absorbent Paper Menyerap sisa – sisa
dikonjugasikan
untuk
molekul
Absorbent type CF6 (Cat. No. 81162750),
polypeptida,
ukuran 27 mm x 50 mm dengan ketebalan
polysakarida, enzim, dan asam nukleat.
1370 µ. Persyaratannya Daya kapilaritas 65
Memberikan sensitifitas yang tinggi (≥ 90%).
2
protein
/
macam
sampel dan buffer / larutan dapar. Spesifikasi
2
seperti
berbagai
karbohidrat,
antibodi, polymer,
h) Kartu Kertas dengan ketebalan ± 0,05 cm,
s/4 cm . Daya serap air 128 mg/cm dan bersifat hidrofilik.
yang permukaanya sedikit mengkilap, terdiri
d) Buffer Larutan dapar (penyangga pH),
dari 2 lapisan yang direkatkan, ukuran
pencuci, menghilangkan ikatan non spesifik.
panjang 13 cm, lebar 7,5 cm. Pada bagian
Spesifikasi adalah larutan penyangga pH
depan kartu terdapat jendela pengamatan
sekaligus
karena
berukuran 1,2 cm x 1,5 cm. Persyaratan
mengandung campuran Tween 20 dengan
memiliki daya rekat yang baik, memiliki
konsentrasi 1% dan tris 0,1 M. Persyaratan
ketebalan yang cukup (tidak melebihi 0,05
mampu meminimalisir ikatan – ikatan protein
mm) dan kuat/tidak mudah lapuk.
pembersih
(deterjen)
penganggu yang menghalangi berikatannya
i) Silica gel Berbentuk butiran mirip kaca
Signal reagent dan antigen dengan antibodi
yang bersifat tidak elastis, dengan kemasan 1
spesifik.
gram.
e) Antigen Merupakan Protein antigenik dari
Persyaratan
terbentuknya
mampu
kelembaban
yang
mencegah berlebih
whole sel / sekretori antigens Bacillus
hingga 50% tanpa merubah kondisi zatnya.
anthracis. Persyaratan merupakan antigen
Kejenuhannya dapat diamati langsung dengan
spesifik,
melihat perubahan warna butiran yang semula
berupa
larutan
antigen
yang
mengandung kadar protein 2,5 µg/µl.
biru/ungu menjadi merah muda.
f) Goat Anti-Mouse Antibodi sekunder yang mengikat
sejumlah
rantai
HDPE berdiameter ± 1,5 cm. Berwarna putih
mampu
dan ringan, dengan lubang tetes berdiameter
berikatan baik dengan Signal Reagen (SR) ≥
0,3 cm. Persyaratan kuat namun sedikit
90%.
lentur,praktis,ringan. Aliran buffer keluar
Immunoglobulin
G.
besar
j) Botol Buffer Terbuat dari bahan plastik
Persyaratan
g) Signal Reagen (SR) Merupakan suspensi dari
partikel
emas
dengan
protein
dalam bentuk tetesan, sehingga volume dapat
A,
terukur 30 µl. k) Aluminium Foil Lembaran metal yang
berukuran 10 – 50 nm dan diameter 15 nm. Pada
keadaan
basa,
suspensi
ini
akan
tipis, nampak mengkilap, dan ringan, dengan
mengalami perubahan warna menjadi merah,
ketebalan ± 0,006 mm. Persyaratan tidak
o
dengan suhu penyimpanan yang baik 4 C.
robek, tidak berlubang dan praktis.
Persyaratan tidak bersifat toxic/beracun, dapat
1423
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
dapat digunakan sebagai bioreseptor pada
2. Format test dalam pembuatan perangkat uji
GICA.
GICA : Format test Gold Immunochromatographic
2)
Pemisahan fraksi protein dengan SDS-
Assay (GICA), sampel yang diuji berupa serum,
PAGE (Laemmli)
luas strip : 1,25 cm2 (0,5 cm x 2,5 cm), hasil atau
Protein yang diperoleh dipisahkan menurut
garis yang terbentuk dapat langsung diamati
bobot
dengan makroskopis. Terdiri dari 3 komponen
SDS_PAGE dalam apparatus mini-gel (Bio-
penting yaitu Strip antigen, Signal reagent Pad/
Rad,
Polyesther, Absorbance Paper. Pada strip antigen
dilakukan elektroforesis, protein dan marker
(membrane Nitrocellulose) terdapat 2 garis, salah
dipanaskan pada suhu 100oC selama 5 menit
satunya dilekatkan cairan Goat Anti-Mouse pada
dalam buffer Tris-HCL pH 6,8 yang
penanda garis tes. Penambahan Signal Reagent
mengandung
(SR) pada Signal Reagen Pad dan pemberian
mercaptoethanol (ME). Konsentrasi gel
buffer pada bantalan sampel dan Signal reagent
yang digunakan adalah 4,5% untuk stacking
Pad.
gel dan 11% untuk separating gel, protein
3. Tahapan
–
tahapan
kerja
Sonikasi
Protein
Richmond,
2%
menggunakan
California).
SDS
dan
Sebelum
5%
β-
yang dipisahkan sebanyak 20µl. Satu sumur
pembuatan
diisi dengan 10 µl marker BM (SDS-PAGE
perangkat uji GICA : 1)
molekulnya
membrane
molecular weight standards, brood range,
Bacillus
anthracis.
Bio-Rad). Migrasi protein dilakukan di
Isolat murni Bacillus anthracis yang telah di
dalam tegangan listrik 30 volt hingga
tanam pada media BAP sebanyak 10 plate
bromphenol blue dye mencapai tepi gel.
dipanen dalam larutan PBS, selanjutnya
Kemudian dilakukan pengecatan dengan
dilakukan sonikasi dengan alat sonicated
comassie brilliant blue selama 24 jam.
sambil
digetarkan
untuk
mendapatkan
3)
protein membrane antigenik. Hasil sonikasi
Western blotting Protein yang telah menjadi fraksi protein,
o
dipusingkan pada 4000 rpm 4 C selama 15
dipindahkan ke membran polyvinylidene
menit. Supernatan diambil dan dilakukan
difluorida (PVDF) menggunakan semi-dry
pencucian dengan cara pellet disuspensi
blotter dalam arus konstan 100 volt selama
ulang dengan PBS dan disentrifus 10000
60 menit. Membran blot kemudian dicuci
rpm selama 1 jam. Pencucian dilakukan
dengan Tris-buffered salin-Tween (TBST)
sebanyak
pellet
0,05% dengan agitasi selama 10 menit, dan
diresuspensi dengan PBS, disimpan sebagai
diblocking dengan blocking buffer TBST
protin antigenic membrane sel
0,1%
3
kali.
Setelah
itu,
Bacillus
yang mengandung bovine serum
albumin 1 % semalam pada suhu 4oC.
anthracis untuk uji selanjutnya sehingga
1424
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
Setelah itu membran dicuci 3x dengan
dapat memberikan hasil positif terhadap
TBST 0,05% masing-masing selama 10
serum
menit agitasi. Membran blot diinkubasi
negative terhadap serum negative atau
dengan serum studi pengenceran 1:100
memberikan hasil negative pada kontrol
selama 1 jam pada suhu kamar dengan
negative yaitu immunodot assay tanpa
agitasi pelan, kemudian dicuci 3 kali dengan
antigen,
TBST 0,05% masing-masing selama 10
digunakan
menit dengan agitasi. Selanjutnya membran
perangkat uji GICA. Adapun
blot diinkubasi dengan alkaline phospatase-
kerjanya adalah sebagai berikut :
conjugated antihuman IgG Fab spesific
Diteteskan 5 µl protein membrane antigenic
(anti-human
/ sekretori antigen Bacillus anthracis pada
IgG
conjugated,
Sigma)
dan
maka
memberikan
antigen
sebagai
hasil
tersebut
dapat
bioreseptor
pada teknik
pengenceran 1:5000 selama 2 jam pada suhu
permukaan
kamar dengan agitasi pelan, kemudian
kemudian
dicuci 3 kali dengan TBST 0,5% dilanjutkan
inkubator selama 1 jam pada suhu 37oC.
1 kali dengan TBS selama 10 menit dengan
Sebanyak 10 µl serum diteteskan pada
agitasi. Langkah selanjutnya, membran blot
sumuran,
dibiarkan
yang telah berisi hibridisasi antigen-antibodi
kemudian
diteteskan
dideteksi
dibiarkan
hingga
dengan
indolylphosphate
5-bromo-4-chloro-3(BCIP-AP)
membran
nitroselulose,
dikeringkan
menggunakan
hingga 2
µl
meresap,
meresap bufer
dan
selanjutnya
sebagai
diteteskan 5 µl signal reagent (Gold
substrat dan nitroblue tetrazolium sebagai
coloidal) dan diamati pembentukan spot
indikator
berwarna merah (Peng rt all, 2007).
kromogenik
dalam
alkaline
phospatase substrate buffer pada ruangan
5)
Rancangan
alat
yang
dibuat
sebagai
gelap, suhu kamar, dengan agitasi pelan
mapping pemuatan perangkat uji Bacillus
selama 1-10 menit sampai muncul pita
anthracis adalah menggunakan rancangan
pertama. Reaksi dihentikan dengan cara
yang ada di Laboratorium PT Bioramp di
menuang BCIP-AP substrate buffer dan
Mataram yang digambarkan sebagai berikut:
mencuci membran dengan aquabidest dalam agitasi pelan selama 5 menit. 4)
positif
Immunodot assay Immunodot
assay
merupakan
uji
pendahuluan sebelum antigen digunakan sebagai bioreseptor pada perangkat uji dengan prinsip GICA. Apabila dengan ekstrak antigen sekretori antigens (SA)
1425
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
Automation
PS-360.
nitroselulosa,
absorben
Membran paper
dan
poliester dirakit pada kartu tes seperti pada gambar rancangan alat. Diteteskan Antigen Bacilllus anthracis
sebanyak 10 µl larutan gold coloidal pada poliester di atas jendela pengamatan dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 37oC selama 30 menit sampai dengan 1 jam, kartu dipotong – potong selebar
5
mm
ditempelkan
bentuk
pada
kartu
strip, tes.
dan Kartu
diletakkan dengan posisi terbuka di atas
Gambar 1 : Rancangan alat perangkat uji Bacillus anthracis
tempat yang datar. Sebanyak
20 µl
Mekanisme kerja perangkat uji adalah :
sampel serum diteteskan pada bantalan
Mula – mula disiapkan kartu sepanjang
poliester di dekat zona kontrol. Sebanyak
300 nm yang terdiri atas membran
1 tetes larutan buffer diteteskan pada
nitroselulose
digunakan
bantalan yang sama dan 2 tetes buffer
sebagai tempat aplikasi antigen dan
pada bantalan poliester tempat signal
kontrol,
reagen
pada
yang
sisi
akan
atas
dan
bawah
gold
coloidal,
selanjutnya
membran ditempeli poliester dengan lebar
diinkubasi beberapa saat sampai sampel
1 cm, dengan sedikit menutupi membran
dan buffer meresap sampai garis batas.
selulose. Antigen di aplikasikan secara
Kartu test segera ditutup dan diamati hasil
linear di atas membran nitroselulose
pemeriksaan dari jendela pengamatan 15
sebagai garis tes menggunakan BioJet
sampai 20 menit kemudian. Hasil positif
TM
3000 dengan konsentrasi 2,5 ug/ul
jika muncul 2 garis berwarna merah pada
dengan ketebalan 1 ul/mm membentuk
garis kontrol dan garis test. Hasil negatif
garis sepanjang 280 mm (garis tes = garis
jika muncul 1 garis berwarna merah pada
line). Sejajar dengan garis tes, goat anti
garis kontrol. Hasil invalid jika tidak
mouse-IgG
dengan
muncul garis sama sekali atau hanya
disemprotkan berjarak 5 mm dari garis tes
muncul garis pada tes (Bioramp,2009).
dan akan membentuk
Hasil SDS PAGE dan Western – Blooting
Selanjutnya
diaplikasikan
membran
garis kontrol. nitroselulosa
disajikan
dalam
bentuk
deskriptif.
tersebut dipotong berbentuk strip dengan
Sensitivitas
lebar 5 mm menggunakan Kinematic
pemeriksaan Antibodi terhadap Bacillus
1426
dan
spesifisitas
hasil
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
anthracis menggunakan perangkat uji
yang
metode GICA dibandingkan dengan hasil
menunjukkan reaktivitas dengan antisera serum
pemeriksaan
Bacillus
kontrol Bacillus anthracis. Adapun hasil dari Analisa
anthracis menggunakan metode ELISA
Western blotting metode dari Towbin dari protein
sebagai referensi diukur berdasarkan :
antigenik Bacillus anthracis yang pertama adalah :
Cara
IgG
terhadap
menghitung
sensitivitas
diharapkan
sebagai
bioreseptor
yang
adalah
proporsi antara hasil uji positif terhadap sampel
positif
GICA
dengan
menggunakan hasil
uji
metode positif
92 kDa
1
68 kDa
2
menggunakan metode ELISA. Spesifisitas adalah proporsi antara hasil uji negatif terhadap sampel negatif menggunakan GICA
dengan
hasil
uji
negatif
menggunakan metode ELISA (Budiarto, 2004).
Gambar 2. Hasil dari Analisa Western blotting metode dari Towbin dari protein antigenik Bacillus anthracis yang pertama
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2. menunjukkan hasil Western blotting a. Hasil 1.
pertama. Hasil ini menunjukkan terdapat dua pita protein
Hasil SDS-PAGE (Laemmli). Hasil
analisa
protein
SDS
yang
diharapkan
bersifat
reaktif
dan
diharapkan dapat digunakan sebagai bioreseptor
–PAGE
dalam perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi
menunjukkan bahwa hasil Analisa SDS – PAGE
antibodi dari Bacillus anthracis. Satu pita meragukan
protein yang menunjukkan pofil pemisahan protein
terlihat tebal (1) pita 92 kDa yang diperkirakan
yang terbaik adalah perbandingan antara Protein
galactose/N-acetylglucosamine polysaccharide dari
Antigenik (PA) dari Bacillus anthracis dengan
dinding sel Bacillus anthracis dan satu pita protein
reducing Sampel Buffer (RBS) dengan perbandingan
yang jelas (2) pita 68 kDa yang diperkirakan poly-γ-
1: 1. Pita – pita protein yang terbentuk masih utuh
D-glutamic
dan jelas dengan urutan 92 kDa, 68 kDa, 54 kDa, 43
acid
(PDA)
dari
kapsul
Bacillus
anthracis. Kedua protein antigenik yang muncul ini
kDa, 29 kDa, dan 18 kDa sehingga dapat digunakan
dapat digunakan untuk kandidat bioreseptor dalam
sebagai bioreseptor pada GICA.
perangkat uji. Untuk mendapatkan hasil yang lebih 2.
Hasil Western blotting metode dari Towbin.
baik dari protein yang dinginkan untuk protein
dari
antigenik dalam perangkat uji maka dilakukan
Towbin bertujuan untuk mendapatkan jenis protein
analisa Western blotting kedua. Adapun hasil uji
Analisa
Western
blotting
metode
Western blotting kedua adalah sebagai berikut :
1427
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
bioreseptor pada perangkat uji dengan prinsip GICA. Apabila dengan ekstrak antigen sekretori antigens (SA) dapat memberikan hasil positif terhadap serum positif dan memberikan hasil negative terhadap 68 kDa
serum negative atau memberikan hasil negatif pada kontrol negatif yaitu immunodot assay tanpa antigen,
Gambar 3. Hasil dari Analisa Western blotting metode dari Towbin dari protein antigenik Bacillus anthracis yang kedua
maka antigen tersebut dapat digunakan sebagai bioreseptor pada perangkat uji GICA.
Gambar 3. menunjukkan hasil Western blotting kedua yang lebih jelas yang memperlihatkan satu pita
4.
protein yang jelas yaitu pita 68 kDa reaktif yang
Hasil optimalisasi kadar antigen yang ditempelkan pada perangkat uji Bacillus anthracis metode GICA
bersifat antigenik, diperkirakan poly-γ-D-glutamic Optimalisasi dilakukan pada jumlah dan
acid (PDA) dari kapsul Bacillus anthracis yang dapat digunakan
untuk
kandidat
bioreseptor
kadar
dalam
Bacillus
anthracis
yang
akan
ditempelkan pada perangkat uji dengan cara larutan
perangkat uji.
antigen 3.
antigen
Hasil Immunodot assay
yang
telah
dipreparasi
diencerkan
menggunakan buffer carbonat pH 9,6 sehingga dengan
diperoleh serial kadar protein 1,0; 1,5; 2,0 ; 2,5 dan
menggunakan ekstrak sekretorik antigen (SA),
3,0 ng/ul. Antigen ditempelkan pada membran
memberikan reaksi positif dengan serum positif yang
nitrosellulosa menggunakan mesin dispenser Biodot
ditandai dengan tebentuknya warna merah atau spot
(USA) yang akan membentuk garis tes. Sedangkan
merah pada membran nitroselulosa dan sampel
garis kontrol berisi goat-anti-mouse IgG. Membran
negatif memberikan hasil negatif yang ditandai
nitrosellulosa kemudian dikeringanginkan untuk
dengan tidak terbentuknya warna/spot merah pada
kemudian dipotong membentuk strip. Adapun hasil
membra nitroselulosa. Immunodot assay merupakan
Optimalisasi tersebut adalah seperti terlihat pada
uji pendahuluan sebelum antigen digunakan sebagai
tabel 1.
Hasil
Immunodot
assay
Tabel 1. Hasil Optimalisasi kadar antigen yang ditempelkan pada perangkat uji GICA Jumlah Antigen (Ag) yang ditempelkan (ng/ul)
Sampel
Garis Kontrol
Garis tes
3,0
Blanko (Tris buffer)
+
+/-
2,5
Blanko
+
-
2,0
Blanko
+
-
1,5
Blanko
+
-
1,0
Blanko
+
-
1428
Tabel 1. menunjukkan hasil optimalisasi perangkat
uji
terhadap
kadar
antigen
5.
yang
Optimalisasi pada volume serum dilakukan
ditempelkan. Hasil tersebut memberikan gambaran
dengan menggunakan variasi volume serum 5 ul, 10
bahwa kelebihan jumlah antigen akan menimbulkan
ul, 20 ul dan 30 ul. Untuk test menggunakan volume
garis artefak sehingga menjadi positif palsu. Kadar
serum yang masih terbatas pada serum koleksi orang
antigen 2,5 ng/ul adalah kadar maksimal dari antigen
normal untuk panel serum negatif sebanyak 5 tabung
yang ditempelkan yang akan digunakan.Sedangkan dari
haasil
optimalisasi
kadar
yang
Hasil Optimalisasi pada volume serum panel serum negatif dan panel serum positif.
dan serum kontrol positif untuk panel serum positif
terbaik
sebanyak 5 tabung. Adapun hasil optimalsasi
memberikan hasil adalah kadar 1 ug/ul.
perangkat uji terhadap volume serum sebagai sampel seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Optimalisasi volme serum yang digunakan pada perangkat uji GICA No. Serum N1
N2
N3
N4
N5
K1
K2
K3
K4
Volume serum 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30 5 10 20 30
Garis kontrol -/+ + + + + + + -/+ + + + + + + + + + + + + + + -/+ + + + + + + + + + + -/+
Garis tes -/+ -/+ + + + -/+ -/+ + + + + + -/+ -/+ + + + -/+
___________________________________________________________________________ Gunarti, Lale Budi Kusuma, Yunan Jiwintarum : Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Sandubaya Mataram
1429
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
K5
5 10 20 30
+ + + -/+
+ + -/+ -/+
Keterangan : N 1-5 Serum normal 1-5, K1-5 Serum kontrol positif 1-5 Tabel 2. menunjukkan hasil optimalisasi perangkat
6.
uji terhadap volume serum/ volume sampel. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa volume yang
Hasil uji coba protipe perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi antibodi dari Bacillus anthracis. Uji coba protipe perangkat uji pada pada 20
terlalu sedikit menyebabkan garis kontrol tidak
serum uji (serum negatif dan serum kontrol positif)
muncul. Sebaliknya kelebihan volume sampel serum
yang dirandom dari 30 serum uji (serum negatif dan
menyebabkan garis artefak pada garis test, sehingga
serum kontrol positif) dengan pemeriksaan ELISA
menyebabkan hasil positif palsu. Volume serum
sebagai referensi untuk menghitung Sensitifitas dan
optimal yang digunakan adalah 10 ul.
Spesifitas dari perangkat uji perangkat uji ekstrak antigen penuh/ sekretorik antigen dari Bacillus anthracis metode GICA. Adapun hasil uji tersebut dapat dilihat pada Tabel .3. Tabel 3. Data hasil uji coba protipe perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi antibodi dari Bacillus anthracis. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Kode Serum 01-11 02-11 09-11 23-11 26-11 30-11 11-11 15-11 18-11 21-11 03-11 07-11 13-11 24-11 27-11 29-11 06-11 04-11 28-11 22-11 Jumlah
Hasil ELISA Pos. (+) (+)
Neg.
(-) (-) (+) (+) (+) (+) (-) (+) (-)
Hasil ICT Bacillus anthracis metode GICA Pos. Neg. (+) (+) (-) (-) (+) (+) (+) (+) (+) (-) (+) (-)
(+) (+) (-) (-) (+) (+) (+) (-) (-) 8
12
1430
(-) (-) (+) (+) (+) (+) 13
(-) 7
Tabel 3 menunjukkan hasil bahwa dari 20
sampel positif menggunakan metode GICA dengan
serum yang di periksa dengan menggunakan metode
hasil uji positif menggunakan metode ELISA.
ELISA, 12 sampel serum (60%) dinyatakan positif
Spesifisitas adalah proporsi antara hasil uji negatif
dan 8 sampel serum (40%) dinyatakan negatif.
terhadap sampel negatif menggunakan GICA dengan
Sampel serum yang dilakukan pemeriksaan dengan
hasil uji negatif menggunakan metode ELISA
perangkat uji metode GICA menunjukkan hasil 13
(Budiarto, 2004). Adapun hasil perhitungannya dari
sampel serum (65%) dinyatakan positif dan 7 sampel
hasil uji protipe adalah :
serum (35%) dinyatakan negatif. Diantara 8 sampel serum yang dinyatakan negatif engan ELISA, 2
12 Sensitivitas =
diantaranya dinyatakan positif dengan perangkat uji GICA.
Teknologi
ELISA
digunakan
x 100 = 100 % 12
sebagai 7
referensi dalam penelitian ini, karena teknologi
Spesifisitas =
x 100 = 87.5 %
ELISA merupakan teknologi diagnosis paling utama
8
digunakan dewasa ini dalam pemeriksaan serologis. B. Pembahasan
Hal ini disebabkan tidak hanya sensitivitas dan
Penyakit
spesifisitas yang lebih tinggi dibanding teknik lain
sudah
utama dari ELISA adalah tidak mampu mendeteksi
maupun
rekombinan.
Kemampuan
manusia.
dan
Indonesia
anthraks pada binatang, sedangkan 5 provinsi (Jabar,
cepat
Jateng, NTB, NTT dan DI Yogyakarta) tercatat telah
imunokromatografi dengan menggunakan ekstrak protein
keselamatan
ekonomi
Depkes R.I tahun 2003 tercatat 11 provinsi endemis
jaringan. Pengembangan yang lebih sederhana saat uji
kerugian
merupakan daerah endemik antraks, menurut laporan
dalam jumlah yang kecil pada serum maupun
dikembangkan
menyebabkan
mengancam
antigen atau antibodi terhadap Bacillus anthracis
telah
penyakit
Bacillus anthracis. Penyakit antraks di Indonesia
tujuan cukup memadai. Salah satu keterbatasan
juga
merupakan
bakteri akut atau per akut yang disebabkan oleh
tetapi juga keluasan aplikasi aplikasi untuk berbagai
ini
antraks
terjadi kasus antraks pada manusia. Siregar (2002),
uji
Sumatera (kecuali provinsi Jambi), Jawa Barat, Jawa
serologis yang berbasis pada teknik ELISA tersebut
Tengah,
dilaporkan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
Sulawesi
Selatan,
Sulawesi
Tengah,
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara; Nusa
setara dengan teknik ELISA secara umum. Walaupun
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur masih
demikian kelemahan dari teknik imunokromatografi
merupakan daerah yang mempunyai kecenderungan
adalah tidak bersifat kuantitatif seperti ELISA
muncul wabah antraks secara periodik. Seringnya
(Subekti dkk., 2005). Cara menghitung sensitivitas
terjadi
adalah proporsi antara hasil uji positif terhadap
wabah
penyakit,
memerlukan
usaha
pengendalian penyakit yang terencana, termasuk cara
___________________________________________________________________________ Gunarti, Lale Budi Kusuma, Yunan Jiwintarum : Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Prabu Rangkasari Dasan Cermen Sandubaya Mataram
1431
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
diagnosa penyakit yang cepat dan tepat agar penyakit
perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi
dapat
(Siregar,E.A,2002;Depkes
antibodi dari Bacillus anthracis. Mengidentifikasi
R.I,2003). Usaha pengendalian dan pengawasan
pola protein yang bersifat protein antigenik (PA) atau
penyakit
membahayakan
menunjukkan sifat reaktivitas dari Bacillus anthracis
kesehatan masyarakat, harus diusahakan dibuat suatu
dengan menggunakan metode Western Blotting. Dan
perangkat uji yang mampu mendeteksi anthraks
Menentukan spesifisitas dan sensitivitas perangkat
dengan cepat. Metode isolasi dan identifikasi
uji metode GICA untuk mendeteksi antibodi Bacillus
Bacillus anthracis dengan media biakkan, uji
anthracis bila menggunakan hasil pemeriksaan
biokimia, uji Ascoli precipitin test dan uji biologis
metode ELISA sebagai referensi. Analisa Western
menggunakan marmot atau mencit tidak praktis.
blotting pertama dari penelitian ini menunjukkan
Kelemahan uji tersebut diperlukan waktu yang cukup
terdapat dua pita protein yang diharapkan bersifat
lama untuk mengetahui hasil uji. Seringkali juga
reaktif dan diharapkan dapat digunakan sebagai
pada usaha isolasi dan pembiakan Bacillus anthracis
bioreseptor dalam perangkat uji metode GICA untuk
di laboratorium mengalami kegagalan walaupun
mendeteksi antibodi dari Bacillus anthracis. Satu pita
gejala klinis pada hewan atau manusia sudah tampak
meragukan terlihat tebal (1) pita 92 kDa yang
jelas. Bacillus anthracis tidak dapat diisolasi atau
diperkirakan
ditumbuhkan (terutama pada manusia) jika bakteri
polysaccharide dari dinding sel Bacillus anthracis
sudah
sudah
dan satu pita protein yang jelas (2) pita 68 kDa yang
–
diperkirakan poly-γ-D-glutamic acid (PDA) dari
keunggulan
kapsul Bacillus anthracis . Kedua protein antigenik
immunofluorescence assay, yang didasarkan pada
yang muncul ini dapat digunakan untuk kandidat
pembatan antibodi poliklonal terhadap antigen
bioreseptor dalam perangkat uji.
permukaan sel Bacillus anthracis,adalah mampu
komponen protein antigenik ini di perkuat oleh
mengidentifikasi isolat – isolat,dan juga mampu
penelitian Lyli N dan Rahmat SA tahun 2008 yang
secara langsung mengidentifikasi Bacillus anthracis
mengidentifikasi adanya protein antigenik pada
dari hewan yang terinfeksi. Namun keterbatasan
dinding sel Bacillus anthracis
dalam uji yang telah dikembangkan,yaitu adanya
acetylglucosamine polysaccharide yang digunakan
reaksi silang dengan kelompok bakteri Bacillus
untuk membuat antibodi yang akan digunakan dalam
cereus (Helgason et al,2000).
pembuatan
segera
diatasi
antraks
mati
yang
karena
sangat
terhadap
penderita
diberikan
pengobatan
antibiotika.
Penelitian
penelitian
terdahulu
menunjukkan
Penelitian ini
galactose/N-acetylglucosamine
perangkat
uji
Keberadaan
yaitu galactose/N-
Cell
wall-
Direct
bertujuan mengidentifikasi pola protein antigen
Fluorescent Assay (CW-DFA)
penuh / sekretori antigen yang dapat bersifat protein
glutamic acid (PDA) dari kapsul Bacillus anthracis.
antigenik (PA) dari Bacillus anthracis dengan
Yang digunakan dalam perangkat uji Capsule-Direct
menggunaan metode SDS- PAGE (Laemmli) yang
Fluorescent Assay (CAP- DFA). Berat molekul dari
dapat digunakan sebagai bioreseptor pada pembuatan
galactose/N-acetylglucosamine
1432
dan poly-γ-D-
polysaccharide
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
sedikit berbeda dengan hasil penelitian yaitu 91 kDa.
yang virulen membentuk kapsul in vivo dalam
Selisih dari berat molekul ini mungkin terjadi karena
kondisi
perkiraan berat molekul berdasarkan perkiraan yang
mengandung 5% CO2 atau media yang mengandung
didasarkan
yang
bikarbonat. Sel vegetatif akan mensekresikan kapsul
galactose/N-
polipeptida (PGA) dan membentuk koloni yang
acetylglucosamine polysaccharide yang terdapat
bersifat mukoid. Antigen ini bersifat spesifik karena
pada dinding sel Bacillus anthracis bersifat sebagai
keberadaanya dapat membedakan Bacillus anthracis
antigen spesifik, menurut Choudhury et al,2006
dengan bacilli lainnya yang tidak menghasilkan
bahwa struktur dari polisakarida utama dinding sel
polimer kapsul ini.
Bacillus anthracis adalah species specific. Secara
menggunakan kandidat protein antigenik dari antigen
keseluruhan, dinding sel Bacillus anthracis terdiri
penuh Bacillus anthracis berdasarkan hasil analisa
atas
Western blotting terdeteksi satu pita 92 kDa yang
digunakan.
dari
perbandingan
Protein
peptidoglican,
antigenik
suatu
marker
kompleks
anaerobik,
atau
lingkungan
yang
Hasil uji coba perangkat uji
heterepolisakarida yang terbuat dari rantai glycan
diperkirakan
yang dihubungkan oleh peptida – peptida kecil.
polysaccharide dari dinding sel Bacillus anthracis
Bahan ini membentuk suatu jaringan yang menutupi
dan satu pita protein yang jelas yaitu pita 68 kDa,
seluruh bakteri, dan merupakan 40% dari seluruh
diperkirakan poly-γ-D-glutamic acid (PDA) dari
masa sel. Rantai glycan terdiri atas unit N-
kapsul Bacillus anthracis
yang digunakan dalam
acetylglucosamine
pembuatan
uji
dan
N-acetylmuramic
acid.
galactose/N-acetylglucosamine
perangkat
menggambarkan
Rantai glycan terhubung oleh peptida – peptida kecil
kemampuan imunosenssor dari ekstrak antigen
membentuk bagian glycan dalam dinding sel.
penuh/sekretori antigens dari Bacillus anthracis
Komposisi utama dari polisakarida dinding sel
sebagai bioreseptor metode GICA yang berguna
Bacillus anthracis terutama terdiri atas Galactose-N-
untuk mendeteksi antibodi dari Bacillus anthracis
acetylglucosamine polisaccharide yang sangat unik
menunjukkan hasil Sensitivitas dan spesifisitas
untuk galur – galur Bacillus anthracis dan tebukti
perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi
sangat potensial untuk membedakan dari spesies
antibodi Bacillus anthracis bila menggunakan hasil
bacilli lainnya (Choudhury et al,2006).
pemeriksaan metode ELISA sebagai referensi masing
Hasil
– masing adalah 100 % dan 87,5 %.
Analisa Western blotting kedua dari penelitian ini yang lebih jelas memperlihatkan satu pita protein yaitu pita 68 kDa reaktif yang bersifat antigenik,
KESIMPULAN DAN SARAN
diperkirakan poly-γ-D-glutamic acid (PDA) dari
Kesimpulan
kapsul Bacillus anthracis yang dapat digunakan
1.
Teridentifikasi
–
pita
protein
utuh
dan
jelas
dengan
SDS-PAGE,
dengan
Pita
yang
untuk kandidat bioreseptor dalam perangkat uji. Hal
terbentuk
ini di dukung oleh pendapat Fouet et al tahun 1999
menggunakan
dan Mesnage et al tahun 2000 Bacillus anthracis
urutan 92 kDa, 68 kDa, 54 kDa, 43 kDa, 29
1433
masih
analisa
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, PEBRUARI 2015
kDa, dan 18 kDa sehingga dapat digunakan
Fouet,A,.S. Mesnage,E.Tosi-Couture,P.Gounon and M. Mock.1999. Bacillus anthracis surface: capsule and S layer.J.Appl.Microbiol.87:251-255.
sebagai bioreseptor pada GICA. 2.
Teridentifikasi satu pola protein yang bersifat antigenik atau menunjukkan sifat reaktivitas
Helgason,E.D, H. Caugant,A.Johansen,M.Fouet and M.Mock,2000. Bacillus anthracis, Bacillus cereus and Bacillus thuringensis – one species on the basis of genetic evidence.Appl Environ. Microbio.66:26272630.
dari Bacillus anthracis yaitu 68 kDa dengan menggunakan metode Western Blotting. 3.
Ekstrak
sekretorik
antigen
(SA)
Bacillus
anthracis dapat digunakan sebagai bioreseptor pada pembuaan perangkat uji metode GICA untuk
mendeteksi
IgG
terhadap
Jawetz, Melnick dan Adelberg, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal. 194-196.
Bacillus
anthracis. 4.
Lily N dan Rahmat SA,2008. Identifikasi Cepat Bacillus anthracis dengan Direct Flourescent Antibody Assay yang menggunakan Componen dinding sel dan kapsul. Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.Dalam Jornal JITV volume 13 no.2.
Sensitivitas dan spesifisitas perangkat uji metode GICA untuk mendeteksi antibodi Bacillus anthracis bila menggunakan hasil pemeriksaan metode ELISA sebagai referensi masing – masing adalah 100 % dan 87,5 %.
Mesnage,S.,T. Fontaine,T.Mignot,M.Delepierre,M.Mock and A. Fouet.2000. Bacterial SLH domain proteins are noncovalently anchored to the cell surface via a conserved mechanisms involving wall polysaccharide pyruvylation. EMBO J.19:4473-4484.
Saran Perlu
penelitian
lanjutan
mengenai
kestabilan dan daya tahan perangkat uji metode GICA pada Suhu dan kelembaban yang bervariasi.
Priyonggo, Budiana, www.indomedia.com/poskup/2007/05/edisi 28/opini.htm, sitasi tanggal 25 Oktober 2005.
DAFTAR PUSTAKA Bioramp,2009. Manual Test Immunokromatografi Bio M Pylori,Mataram.
Sacher, Mc Pherson, 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal.
Budiarto,E.2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Sebuah pengantar.EGC, Jakarta. Choudrury,B.,C.Leoff,E.Saile,P.Wilkins,C.P.Quinn, E.L.Kannenberg and R.W.Carlson.2006. The structure og major cell wall polysaccharide of Bacillus anthracis is species specific. J.Biol.Chem.10:1074.
Siregar,E.A,2002. Anthraks: Sejarah masa lalu, situasi pada saat ini, sejarah diagnosa dan kecenderungan perkembangan ilmu di masa depan. Simposium sehari Penyakit Anthraks: Anthraks di Indonesia, masa lalu, masa kini dan masa depan. Balitvet,Bogor, 17 Juli 2002.
Depkes R.I,2003. Pedoman Tata Lausana Kasus dan Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Ántrax di Rumah Sakit. Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Depkes R.I.
1434
Gunarti, Prinsip Gold Immunochromatographic Assay
Subekti,D.T.,W.T.Artama dan T. Iskandar,2005. Perkembangan Kasus dan diagnosis Zoonosis. Lokakarya Nasional Pnyakit Zoonosis.
gold-immunochromatographic assay for the detection of antibodies againt avian influenza virus with hemagglutination inhibition and agar gel immunodiffusion assays. Veter Immunol Immunop 117;17-25.
Peng,D.P.S.S, Hu,Y.Hua,Y.C.Xiao,Z.L.Li,X.L. Wang and D.R. Bi.2007. Comparison of a new
1435