DAFTAR PUSTAKA Abernethy, C L. 2002. Water Institution to Enhance Economic Development. Majalah Agricultural + Rural Developmet, No. 2 tahun 2002. Achir, YA. 1994. Pembangunan Keluarga Sejahtera, dalam Prisma No. 6 Mei 1994. Agung, IN. 2002. Statistika Hubungan Kausal Berdasarkan Data Katagorik. Jakarta. Raja Grafindo. Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metodologi Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Bogor: DOKIS IPB. 1997. Respons Komunitas Terhadap Industrialisasi Desa. Bogor: Tesis Pasca Sarjana IPB Bogor. Alimuddin, MR. 2005. Orang Mandar Orang Laut. Jakarta: KPG. Amaluddin, M. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi. Studi Kasus di Desa Bulugede Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jakarta: UI Press. Anggraini, E. 2002. Analisa Model Pengelolaan Sumberdaya Laut. Skripsi FPIK IPB. Anonim. 1996. Tata Kelakuan Di Lingkungan Keluarga dan Masyarakat Setempat Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Depdikbud. Anonim. 2004. Rakyat Menyemai Jati Pemkab Menuai Hasil: Pengusiran dan Penangkapan Masyarakat Patu-Patu oleh Aparat Kabupaten Muna. http://www.walhi.or.id (21 Februari 2004) Ansharuddin, M. 2003. Respons Komunitas Nelayan Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Partisipatif. Bogor: Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Awang, SA, Kasim, B Tular,Salam. 2005. Menuju Pengelolaan Kolaborasi Taman Nasional. Kendari: CARE Internasional Indonesia. Babbie, E. 2004. The Practice of Social Research. 10 th Edition. WP Company. Baron A dan D Byrne. 2003. Psikologi Sosial (Terj). Jakarta: Penerbit Erlangga Barth, F. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya (Terj). Jakarta: UI-Press. [BPS]. 2001. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2000. Jakarta: BPS Cresswell, JW. 1994. Research Design (Qualitative and Quantitative Approach). London: SAGE Publications. Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: LISPI. Dendi, A, HJ Heile dan A Surahman. 2005. Mengurangi kemiskinan Melalui Pengembangan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan Berbasis Kerakyatan. Makalah disampaikan dalam Dialog Pengembangan Ekonomi Lokal Kab. Dompu, 8 Januari 2005. [Depdiknas] 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Deuster, PR. 1982. Revolusi Hijau desa di Sumetera Barat dan desa di Sulawesi Selatan, dalam Sajogyo (Ed). Perekonomian Desa. Jakarta: YOI. [Ditjen Perikanan]. 2000. Buku Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta: DKP Djatmiko,E .1993 Karakteristik dan Permasalahan Pedesaan di Indonesia, dalam Mubyarto (Ed). Dua Puluh Tahun Penelitian Pedesaan. Yogyakarta: Aditya Media. Dove, M. R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia Dalam Modernisasi. Jakarta. Penerbit: Yayasan Obor Indonesia [DPK Kab.Muna]. 2006. Laporan Kinerja Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Muna tahun 2005. Raha: DPK Kab. Mua. Erari, KP. 1999. Tanah Kita Hidup Kita: Hubungan Manusia dan Tanah di Irian Jaya Sebagai Persoalan Teologi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Fauziah, E. 2002. Makna tanah Bagi Petani. Studi Kasus Masyarakat Adat Desa Sindang Jaya dan Desa Ciherang Cianjur Jawa barat. Skripsi Faperta IPB.
Geertz, C. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara KA. Goldscheider, C. 1985. Populasi, Modernisasi dan Struktur Sosial (Terj). Jakarta: CV.Rajawali. Hafid, Y, P Hamid S Kila dan Ansaar. 1996. Pola Pemukiman dan kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Bajou Daerah Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud. Hamid, A (Ed). 1986. Pertumbuhan Pemukiman Masyarakat di Lingkungan Perairan Daerah Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud. Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional. Hardinsyah. 2007. Inovasi Gizi dan Pengembangan Modal Sosial Bagi Peningkatan Kualitas Hidup Manusia dan Pengentasan Kemiskinan. Orasi Ilmiah Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia. Bogor: IPB. Hayami, Y dan M Kikuchi 1981. Dilema Ekonomi Desa. Suatu Pendekatan Ekonomi Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta: YOI Husken, F. 1998. Masyarakat Desa Dalam Perubahan Zaman: Sejarah Differensiasi Sosial di Jawa 1830-1980. Jakarta: Grasindo. Ife, J. 1995. An Introduction to Community Work: Creating Community Alternative, Vision, Analysis and Pratice. Melbourne: Longman. Iskandar, I. 1992. Ekologi Perladangan di Indonesia (Studi kasus dari daerah Baduy Banten Selatan, Jawa Barat). Jakarta: Penerbit Djambatan. Johnson, DP. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Juwono, PH, 1998. Ketika Nelayan Harus Sandar Dayung. Studi Nelayan Miskin di Desa Kirdowono. Jakarta: Konphalindo. Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta: Cides. Kasim, H. 1985. Antara Harapan dan Kenyataan: Studi tentang Aspirasi Nelayan Terhadap Pendidikan Anak di Cambaya dalam Mukhlis dan Kathryn Robinson (eds), Masyarakat Pantai. Ujung Pandang: Lephas. Kikis, 1999. Kemiskinan Strktural di Masyarakat Nelayan: Masalah dan Agenda Strategis. Summary Semiloka Strategi Pemberdayaan Rakyat. Medan 22-24 Desember 1999. Koentjaraningrat. 1982. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia. . 1990. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1973 (Ed). Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.Gramedia. Kusnadi. 2000. Nelayan, Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: HUP. 2002. Konflik Sosial Nelayan. Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: LkiS Kusumastanto, T 2002. Reposisi Ocean Policy dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di Era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Bogor: FPIK- IPB. Kusumastanto, T dan A. Satria. 2007. Strategi Pembangunan Desa Pesisir Mandiri. Makalah disampaikan pada Semiloka “ Menuju Desa 2030 “, 9-10 Mei 2007. Kusworo, A. 2000. Perambah Hutan Atau Kambing Hitam? Potret Sengketa Kawasan Hutan di Lampung. Bogor: Pustaka Latin Lampe, M 2003. Budaya Bahari dalam Konteks Global dan Modern. Makalah disampaikan pada Seminar kebudayaan nasional, Bukittinggi, 20-23 oktober 2003 Lauer, R.H. 1989. Perspektif Tentang Perubahan Sosial (Terj). Jakarta: Bina Aksara. Lionberger, HF. 1968. Adoption of New Ideas and Practices. Ioawa: The Iowa State University Press. Littlejohn, SW. 1988. Theories of Human Communication Edisi 6. New Mexico Wodworth PC.
Long, N. 1987. Sosiologi Pembangunan Pedesaan (Terj). Jakarta: PT. Bina Aksara. Mar’at. 1982. Sikap manusia serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia. Masenga, TW. 2001. Proses Kerja Masyarakat Nelayan. Kasus Patorani di Desa Pa’lakkang Kecamatan Galesong Utara Kab. Takalar Sulawesi Selatan. Bogor: Tesis Pascasarjana IPB. Masyhuri. 2001. Adaptasi Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Nelayan dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam Indonesia. Jakarta: P2E-LIPI. Masyhuri dan M Nadjib. 2000. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal: Sebuah Uji Model Penanganan Kemiskinan. Jakarta: PEP- LIPI. Mattulada. 1977. Masyarakat Pesisir Dilihat dari Sudut Antropologi dan Sosiologi, dalam Pengembangan Sumberdaya Lautan (Aspek Sosial Budaya). Ujung Pandang: Lephas. Mead, D dan MY Lee. 2007. Mapping Indonesian Bajau Communities in Sulawesi. www. SIL-International.com (19 juli 2007) Mosher, AT. 1983. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-Syarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta: Yasaguna. Mubyarto, L Soetrisno dan M Dove. 1994. Nelayan dan Kemiskinan. Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Rajawali Press. Neuman, WL. 1997. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Third edition. USA: Allyn dan Bacon. Nugraha, BS (Ed). 2005. Investasi Sosial. Jakarta: Puspensos. Peribadi. 2000. Kedudukan dan Peranan Perempuan Dalam Sistem Kekerabatan Masyarakat Bajo. Tesis Pasca Sarjana IPB Bogor. Pieter, N 1987. Sikap Nelayan Terhadap Motorisasi dalam Kegiatan Penangkapan Ikan (Kasus Kab. Maluku Tengah). Tesis. Bogor: Pascasarjana IPB. Popkin, S.L 1986. Petani Rasional. Jakarta: Penerbit Yayasan Padamu Negeri. Prasodjo, NW dan Pandjaitan, NK. 2003. Stratifikasi Sosial dalam Tim Editor, Sosiologi Umum. BISKEM IPB. Bogor: Wirausaha Muda Rice, RC. 1991. Environmental Degradation, Pollution, and the Exploitation of Indonesia’s Fishery Resources dalam Hardjono, J (Ed), Indonesia: Resources, Ecology and Environment. Singapore: Oxford University Press. Ritzer, G. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Ritzer, G dan DJ Godman. 2003. Teori Sosiologi Modern (Terj). Jakarta: Kencana. Rogers, EM. 1983. Diffusion of Innovation. Third Edition. New York: Macmillan Publishing. Rusli, S Sumardjo E Soetarto, B Krisnamurti, Y Syaukat dan MF Sitorus. 1995. Metodologi Identifikasi Golongan dan Daerah Miskin. Suatu Tinjauan dan Alternatif. Jakarta: Grasindo. Saba, ES. 2003. Penguatan Makna Awig-Awig Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Tesis Pascasarjana IPB. Salman, D. 1995. Kemiskinan Struktural dan Polarisasi Sosial Pada Masyarakat Nelayan. Ujung Pandang: Lephas. Sarwono, SW. 1992. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo. Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi Perikanan. Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan. Bandung: HUP. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Cidesindo. Sajogyo, P. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: FPS IKIP Jakarta dan BKKBN. Schoorl, J. W. 1993. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-Negara Sedang Berkembang. Jakarta: PT Gramedia. Scott, JC. 1989. Moral Ekonomi Petani. Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: Penerbit LP3S. Siahaan, H. 1996. Struktur Sosial dan Kemisikinan Petani dalam Alfian (ed), Kemiskinan Struktural: Suatu Bungan Rampai. Jakarta: YIIS.
Sinaga, R dan B White, 1980. Beberapa Aspek Kelembagaan di Pedesaan Jawa dalam Hubungannya dengan Kemiskinan Struktural, dalam Alfian (ed), Kemiskinan Struktural: Suatu Bungan Rampai. Jakarta: YIIS. Singaribun, M dan S Effendi (Ed). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES Siregar, BB. 2001. Menelusuri Jejak Ketertinggalan. Merajut Kerukunan Melintasi Krisis. Bogor: Pusat P3R-YAE Sitorus, MTF. 1998. Penelitian Kualitatif, Suatu Perkenalan. Bogor: DOKIS-IPB 1999. Pembentukan Golongan Pengusaha Lokal di Indonesia: Pengusaha Tenun dalam Masyarakat Batak Toba (Disertasi). Bogor: Program Pasca Sarjana IPB. Sitorus, MTF, E Soetarto, DP Lubis, I Agusta, R Pambudy. 2001. Agribisnis Berbasis Komunitas. Sinergi Modal Ekonomi dan Modal Sosial. Bogor: Wirausaha Muda. Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soemardjan, S and Breazeale, K. 1993. Cultural Change in Rural Indonesia: Impact of Village Development. Surakarta-Indonesia: Sebelas Maret University PressYIIS East-West Center Honolulu. Soewardi, H. 1976. Respons Masyarakat Desa Terhadap Modernisasi Produksi Pertanian Terutama Padi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Solihin, A. 2005 Merancang Revitalisasi Perikanan. www.penulislepas.com (18 September 2005) Suhartini, A Halim, I Hambali dan A Basyid (Eds). 2005. Model - Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: LKis Suwarsono, dan So, AY 2000. Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Penerbit LP3ES. Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: LP FE UI. Susanto, AS. 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta: Binacipta. Syahyuti. 2003. Alternatif Konsep Kelembagaan untuk Penajaman Operasionalisasi dalam Penelitian Sosiologi. Forum Penelitian Agroekonomi. Vol 21 no. 2. Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial (Terj). Jakarta: Prenada. Tim Antropologi Unpad. 1991. Tanggapan Masyarakat Nelayan Terhadap Motorisasi. Makalah disampaikan pada Seminar Mahasiswa Antropologi, Denpasar 1116 Agustus 1991. Timban, JF. 2005. partisipasi Masyarakat dalam pelestarian Hutan Lindung Tumpa. Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Tjondronegoro, SMP. 1988. Kata Pengantar dalam Bechtold, KHW (Ed). 1988. Politik dan Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian. Jakarta: YOI. . 1999. Keping - Keping Sosiologi dari Pedesaan. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Vredenbregt, J. 1983. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Wahyono, A, IGP Antaraiksa, M Imran, R. Indrawasih dan Sudiyono. 2001. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Jakarta: Media Pressindo. Wahyono A, AR Patji, DS Laksono, R Indrawarsih, Sudiyono dan S Ali. 2000. Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur Indonesia. Jakarta: Media Pressindo. Wariyanto, A. 2004. Perlu Pemberdayaan Nelayan. http://www.kalyanamitra.or.id (10 April 2004) Winahyu dan Santiasi. 1993. Pengembangan Desa Pantai, dalam Mubyarto dkk, Dua Puluh Tahun Penelitian Pedesaan. Yogyakarta: Aditya Media. Wirutomo, P. 2005. Mencari Format Pembangunan Berbasis Nilai (Jurnal Sosiologi Indonesia No.7/2005). Wunawarsih, IA. 2005. Faktor Komunikasi dan Sosial Ekonomi Yang Berhubungan dengan Adaptasi Nelayan. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor. Yin, RK. 1996. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Yudana, IW, DA Budiari dan IA Wikanta, 199. Pengaruh Modernisasi Terhadap Organisasi Sosial (Studi Kasus Nelayan desa Serangan Bali). Denpasar: FISIP Unud.
Lampiran 1. Peta Lokasi Komunitas Suku Bajo di Sulawesi Tenggara
Sumber: Mead, D dan MY Lee. 2007 Keterangan:
:Lokasi Penelitian
Lampiran 2. Jenis Pekerjaan Selain Nelayan Sawi Luar Desa No
Responden
Umur (Th)
Lama Usaha (Th)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 5 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 5 16 17 18 19 20
42 37 25 41 48 39 37 46 30 45 28 30 25 27 42 43 30 47 44 36
11 10 6 10 7 10 7 15 7 15 5 5 6 3 10 15 10 10 10 7
Bertani Memancing Bertani Tukang Kayu Memancing Memancing Memancing Tukang Batu Bertani Tukang Batu Buruh Buruh Memancing Tukang Memancing Memancing Tukang Tukang
21 22 23 24 25
21 22 23 24 25
33 40 34 36 37
12 12 10 5 5
Memancing Memancing Bertani Buruh
Pekerjaan Lain
Lampiran 3. Komponen Biaya pada masing-masing sarana penangkapan nelayan No
Jenis Sarana
Komponen Biaya
1
Koli-Koli
1. Pembuatan perahu 2. Perawatan 3. Ritual tolak bala
2.
Ngkuru-Ngkuru
1. Pembuatan perahu 2. Perawatan 3. Mesin 10 pk 4. Solar 5. Ritual tolak bala
3.
Gae
1. Kapal dan pukat cincin 2. BBM (solar, bensin minyak tanah) 3. Perizinan dan Retribusi desa 4. Perawatan 5. Ritual tolak bala
Lampiran 4. Pendapatan Nelayan Ponggawa Setiap Musim Pada Sarana Modernisasi. 1. Awal Penerapan Pengadopsi Cepat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-Rata
(Rp) 450,000 450,000 450,000 450,000 400,000 400,000 400,000 450,000 450,000 450,000 450,000 450,000 400,000 450,000 400,000 433,333
Pendapatan Harga Beras (Rp/liter) 250 350 400 300 300 300 300 350 400 400 300 350 300 400 400 340
(liter beras) 1,800.0 1,285.7 1,125.0 1,500.0 1,333.3 1,333.3 1,333.3 1,286 1,125 1,125 1,500 1,286 1,333 1,125 1,000 1,300
Pengadopsi Sedang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Rata-Rata
(Rp) 750,000 800,000 750,000 800,000 800,000 1,000,000 700,000 800,000 900,000 800,000 700,000 1,000,000 1,000,000 700,000 821,429
Pendapatan Harga Beras (Rp/liter) 400 600 700 500 500 1,000 500 600 700 1,000 750 750 1,000 500 679
(liter beras) 1,875 1,333 1,071 1,600 1,600 1,000 1,400 1,333 1,286 800 933 1,333 1,000 1,400 1,283
Pengadopsi Lambat No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Rata-Rata
(Rp)
Pendapatan Harga Beras (Rp/liter)
(liter beras)
1,500,000 1,500,000 1,500,000 2,000,000 1,500,000 2,000,000 1,500,000 1,500,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,500,000 2,500,000
1,000 1,000 1,500 2,000 1,500 1,500 1,000 1,000 1,500 1,000 2,000 1,500 2,000 2,000 2,000 2,000
1,500 1,500 1,000 1,000 1,000 1,333 1,500 1,500 1,333 2,000 1,000 1,333 1,000 1,000 1,250 1,250
1,875,000
1,531
1,281
2. Tahun 2007 (pelaksanaan penelitian) Pengadopsi Cepat Pendapatan No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-Rata
(Rp)
Harga Beras (Rp/liter)
7,000,000 6,000,000 6,500,000 6,000,000 5,000,000 5,500,000 5,000,000 6,000,000 5,000,000 6,000,000 5,000,000 6,000,000 5,500,000 5,000,000 5,000,000
4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000
5,633,333
4,000
(liter beras) 1,750.00 1,500.00 1,625.00 1,500.00 1,250.00 1,375.00 1,250.00 1,500.00 1,250.00 1,500.00 1,250.00 1,500.00 1,375.00 1,250.00 1,250.00 1,408
Pengadopsi Sedang Pendapatan Harga Beras (Rp/liter)
No
Responden
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
6,000,000 5,500,000 6,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 4,500,000 4,500,000 5,000,000 5,000,000 4,500,000 6,000,000 5,000,000
4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000
1,500 1,375 1,500 1,250 1,250 1,250 1,250 1,125 1,125 1,250 1,250 1,125 1,500 1,250
5,142,857
4,000
1,286
Rata-Rata
(liter beras)
Pengadopsi Lambat Pendapatan No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
(Rp)
Harga Beras (Rp/liter)
(liter beras)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
5,500,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 4,500,000 5,000,000 4,500,000 5,000,000 5,000,000 5,000,000 6,000,000 5,000,000 5,000,000 5,500,000 6,000,000 5,000,000
4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000
1,375 1,250 1,250 1,250 1,125 1,250 1,125 1,250 1,250 1,250 1,500 1,250 1,250 1,375 1,500 1,250
Rata-Rata
5,125,000
4,000
1,281
Lampiran 5. Pendapatan Nelayan Sawi Modernisasi.
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Rata-Rata
(Rp)
Lokal Setiap Musim Pada Sarana
Pendapatan Harga Beras (Rp/liter)
(liter beras)
250,000 250,000 450,000 300,000 250,000 250,000 250,000 300,000 300,000 200,000 250,000 300,000 300,000 250,000 250,000 200,000 250,000 250,000 250,000 250,000 200,000 300,000 200,000 250,000 150,000 200,000 200,000 200,000 350,000 400,000
500 800 1,500 700 500 700 1,000 1,000 1,500 700 700 1,500 1,000 500 1,000 1,000 700 1,000 1,000 1,000 700 1,000 1,000 1,000 1,000 500 500 500 500 2,000
500 313 300 429 500 357 250 300 200 286 357 200 300 500 250 200 357 250 250 250 286 300 200 250 150 400 400 400 700 200
260,000
1,110
289
Lampiran 6. Pendapatan Nelayan Sawi Modernisasi.
No
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Rata-Rata
(Rp)
Luar Setiap Musim Pada Sarana
Pendapatan Harga Beras (Rp/liter)
(liter beras)
300,000 300,000 350,000 400,000 400,000 350,000 400,000 300,000 325,000 300,000 400,000 400,000 400,000 400,000 350,000 200,000 250,000 250,000 250,000 250,000 200,000 300,000 350,000 400,000 250,000
1,000 1,000 1,500 2,000 1,500 1,500 1,000 1,000 1,500 1,000 2,000 1,500 2,000 2,000 1,500 500 1,000 700 1,000 1,500 1,000 1,500 2,000 2,500 1,000
300.0 300.0 233.3 200.0 266.7 233.3 400.0 300.0 216.7 300.0 200.0 266.7 200.0 200.0 233.3 400.0 250.0 357.1 250.0 166.7 200.0 200.0 175.0 160.0 250.0
323,000
1,388
232.3
Lampiran 7. Gambar Rumah Suku Bajo dan Jembatan/Jalan Dibangun di atas Air
Rumah
Jembatan/Jalan
Lampiran 8. Syarat dan Ciri Keluarga Sejahtera Ciri-ciri
Katagori Pra Sejahtera
Belum mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal (sandang, pangan, papan dan kesehatan)
Sejahtera I
1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih 2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian. 3. Bagian yang terluas dari rumah bukan dari tanah. 4. Bila anak sakit di bawa ke sarana/petugas kesehatan atau diberi pengobatan modern
Sejahtera II
Selain ciri Sejahtera I ditambah dengan : 5. Paling kurang sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk. 6. Anggota keluarga paling kurang memiliki satu stel pakaian baru setahun terakhir 7. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. 8. Anggota keluarga di bawah 60 tahun bisa membaca tulisan latin. 9. Seluruh anak 6-12 tahun bersekolah pada saat ini. 10. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun keatas mempunyai pekerjaan tetap. 11. Seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat satu bulan terakhir. 12. Anggota keluarga melaksanakan ibadah
Sejahtera III
Ciri sejahtera II ditambah dengan: 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Sejahtera Plus
III
Anak hidup paling banyak 2 orang atau lebih dan memakai kontrasepsi. Sebagian penghasilan disisihkan untuk menabung. Makan bersama paling kurang sekali sehari Ikut serta dalam kegiatan masyarakat lingkungan tempat tinggal. Rekreasi paling kurang sekali dalam tiga bulan. Dapat memperoleh informasi dari media. Mampu menggunakan sarana transportasi umum Upaya peningkatan pengetahuan agama.
Memenuhi ciri sejahtera III ditambah: 21. Secara teratur memberikan sumbangan bagia kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi. 22. Kepala keluarga atau anggota aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan.
Sumber: Prisma No 6. tahun 1994
Lampiran 9. Jawaban Nelayan Mengenai Makna laut dan makna Pekerjaan nelayan pada tahap Pra Survey. Pernyataan Makna Laut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Laut dapat memberikan pekerjaan Banyak pekerjaan seperti gali pasir, bawa kapal, buat perahu Di laut terdapat sumberdaya yang sangat berharga Di laut ada ikan, udang, kerang mutiara harganya mahal Mengelola hasil laut bisa menjadi kaya Bisa bangun rumah bagus/ jadi kaya Mengolah hasil laut bisa berangkat Haji Laut dapat mempersatukan Suku Bajo Orang Bajo bisa bersatu karena suka dengan laut Orang yang merusak laut menjadi musuh bersama Kita tidak senang kalau orang bom ikan atau kasih kotor laut Orang yang kasih kotor laut harus dihukum Laut sebagai simbol Suku Bajo Laut lambangnya orang Bajo Merusak dapat laut merugikan orang lain Kalau laut rusak banyak nelayan tidak dapat rezeki Memanfaatkan laut adalah perintah agama Agama menyuruh mengolah alam termasuk laut Tidak merasa nyaman tinggal jauh dari laut Tidak tahan tinggal terlalu lama di tempat lain Kalau disuruh pindah lagi, harus bertahan kecuali tidak ada jalan lain Pindah tempat tinggal menjadi pilihan terakhir Laut Harus Dihormati Orang Bajo harus hormati laut Tidak hormati laut bisa celaka Laut menjadi budaya utama Suku Bajo Budaya kita budaya laut
Pernyataan Makna pekerjaan Nelayan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nelayan mampu membiayai anak untuk sekolah Biaya sekolah bisa ditanggung dari kerja nelayan Banyak nelayan bisa pergi Haji Nelayan mampu membiayai pergi ke Tanah Suci Nelayan mampu menghidupi keluarga Keluarga bisa makan Hasil nelayan bisa beli pakaian perhiasan, tv Pekerjaan nelayan menguntungkan Nelayan sebagai satu-satunya sumber mencari nafkah 10. Tidak ada pekerjaan selain nelayan 11. Tidak bisa kerja lain Pekerjaan nelayan harus bisa kerjasama Nelayan tidak bisa kerja sendiri, ada ponggawa-sawi, pappalele Nelayan adalah simbol Suku Bajo Biasanya orang Bajo pasti nelayan Nelayan membantu kebutuhan gizi orang lain Orang bisa tidak makan ikan kalau tidak ada nelayan
18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Kalau tidak makan ikan bisa sakit Pekerjaan nelayan adalah bagian dari ibadah Mencari nafkah itu ibadah dalam Islam Kasih makan keluarga itu diperintahkan agama Islam Pekerjan nelayan adalah salah satu perintah agama. Pekerjaan nelayan adalah bagian dari budaya Bajo Budaya Bajo mengatur tradisi nelayan Nelayan adalah pekerjaan warisan Orang-orang tua Orang tua suruh kita untuk jadi nelayan juga Orang tua Bajo pesan jangan tinggalkan nelayan Pekerjaan nelayan membosankan Kalau pergi magae harus sabar tunggu dapat ikan Kerja berjam-jam bisa bikin bosan Kalau sakit tidak bisa kerja dan tidak dapat uang Kalau cuaca tidak baik ikan sulit, kita juga susah Hidup nelayan serba sulit Bagi kita nelayan membantu orang jadi mulia Nelayan adalah pekerjaan terhormat/mulia Bagi kita nelayan itu terhormat daripada kerja lain apalagi mencuri
Lampiran 10. Modalitas Pemaknaan Laut dan Pekerjaan Nelayan Yang digunakan dalam Kuisioner Survey 1. Makna laut a. makna ekonomis 1. Laut dapat memberikan pekerjaan 2. Di laut terdapat sumberdaya yang sangat berharga 3. Mengelola hasil laut bisa menjadi kaya 4. Mengolah hasil laut bisa berangkat Haji b. makna sosiologis 1. Laut dapat mempersatukan Suku Bajo 2. Orang yang merusak laut menjadi musuh bersama 3. Laut sebagai simbol Suku Bajo c. makna teologis 1. Merusak laut dapat merugikan orang lain 2. Memanfaatkan laut adalah perintah agama d. makna psikologis 1. Tidak merasa nyaman tinggal jauh dari laut 2. Pindah tempat tinggal menjadi pilihan terakhir e. makna budaya 1. Laut Harus Dihormati 2. Laut menjadi budaya utama Suku Bajo 2. Makna Pekerjaan Nelayan a. makna ekonomis 1. Nelayan mampu membiayai anak untuk sekolah 2. Nelayan mampu membiayai pergi ke Tanah Suci 3. Nelayan mampu menghidupi keluarga 4. Pekerjaan nelayan menguntungkan 5. Nelayan sebagai satu-satunya sumber mencari nafkah b. makna sosiologis 1. Pekerjaan nelayan harus bisa kerjasama 2. Nelayan adalah simbol Suku Bajo 3. Nelayan membantu kebutuhan gizi orang lain c. makna teologis 1. Pekerjaan nelayan adalah bagian dari ibadah 2. Pekerjan nelayan adalah salah satu perintah agama. d. makna budaya 1. Pekerjaan nelayan adalah bagian dari budaya Bajo 2. Nelayan adalah pekerjaan warisan Orang-orang tua e. makna psikologis 1. 2. 3. 4.
Pekerjaan nelayan membosankan Hidup nelayan serba sulit Nelayan adalah pekerjaan terhormat/mulia Sulit meninggalkan kebiasaan sebagai nelayan
Lampiran 10. Metode Identifikasi Kemiskinan Pedesaan Metode Identifikasi
Kriteria kemiskinan
Sumber Data
Keterangan
1
2
3
4
I. Analisa atas Desa (Non-lokal) dengan unit per kapita 1. Sayogyo
2. Bank Dunia
3. BPS
Tingkat Pengeluaran setara kilogram beras per kapita per tahun: Kota Desa Miskin < 480 < 320 Miskin Sekali < 360 < 240 Sangat Miskin < 270 < 180 Tingkat Pendapatan per kapita per tahun: Kota Desa Miskin
Beragam sumber terutama SUSENAS
Pengeluaran untuk berbagai kebutuhan
didekati dari PDRB SUSENAS
II. Analisa atas Desa (Non-lokal) dengan unit Desa/Kelurahan/Kecamatan 1. Bangdes (unit desa)
2. Agraria (unit:
Tingkat Pendapatan per kapita rata-rata penduduk dihitung dengan setara beras Miskin < 360 kg Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan minimum 9 bahan pokok (KBP):
Data bangdes
Beragam sumber
kecamatan, kriteria KBP dari tingkat kabupaten
Miskin Sekali Miskin
< 0.75 KBP 0.75 - 1.25 KBP
atau pengumpulan data sendiri
Hampir Miskin
1.25 - 2.00 KBP
Pendapatan bersih
Pendapatan perkapita dari produksi 15 sektor dengan harga lokal
Tidak Miskin
> 2.00
1
3. Bappenas
2
disertai analisis
3
Melihat persentasi jumlah desa miskin per kecamatan:
Menggabungkan
Miskin Sekali Miskin Hampir Miskin
data BPS dan Bangdes
< 75% 50 - 75% < 50%
4
kemiskinan Dinyatakan dalam peta kemiskinan
III. Analisa atas Desa (Lokal) dengan unit per kapita/keluarga 1. P4K (Proyek Peningkatan Penda-
Indikator lokal yang berkaitan dengan pendapatan, kemampuan kerja/ usaha, pemilikan asset dan kondisi umum keluarga
Informasi Lokal
Indikator lokal yang berkaitan dengan berbagai aspek kesejahteraan keluarga
Informasi Lokal
patan Petani/nelayan Kecil 2. UUPKA (Usaha Peningkatan Pendapatan Kelompok Akseptor
Dikaitkan dengan pengembangan usaha masyarakat Berkaitan dengan program KB
IV. Analisa Berjenjang (non-lokal dan lokal) dengan unit per kapita dan kecamatan 1. Tipologi Kecamatan IPB
Sumber: Rusli S et.al. 1995
Tahap 1: kondisi kecamatan berdasarkan kondisi desa maju atau tertinggal dibandingkan rata-rata kabupaten Tahap 2: indikator lokal yang berkaitan dengan pendapatan, kemampuan kerja/usaha, pemilikan asset, dan kondisi umum keluarga
Podes, SUSENAS Informasi Lokal
Diuji coba di NTT dan Riau