GD Penerbit
Alamat Telp Fax Email
Website
h
PROCEDIA studi kasus & intervensi psikologi Progranr Studi Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Jl. RayaTlogomas 246 Malang (65144) lndonesia +62341 - 464 318,464 3 l9 (Hunting)
2302-
+62341 -460435,460782
mpsikologi
[email protected] http://ejou rnal.u mm.ac.id
[uffi
PROCEDIA
studi kasus & intervensi psikologi
'blume 3 (l) Januari 2015
Seminar l0 tahun tsunamiAceh
Recovery dan resiliensi masyarakat akibat bencana tsunami BandaAceh,
I
Desember
Daftar isi Editorial: Belajar dan mengambil hikmah dari tsunami
i-ii
Trauma, tsunami dan perdamaian
t-8
LatiPun
{,
Relasi antara perasaan kognitif dengan persepsi kendali survivor bencana tsunami Aceh di lndonesia
9-t2
TulusWinarsunu
t3-r8
Public awareness untuk mengurangi risiko bencana
Wiwik Sulistyoningsih Memahami kedukaan dan daya tindak mangsa tsunami di Batu Ferringhi, Pulau Pinang Zulkifli Bin Hussoin @ Mot Hosson & Nor Shofrin Binti Ahmod
t9-24
Pasca penanganan bencana: Diantara anugerah dan bencana kedua Ari Firmonto
2s-78
lnternalisasi nilai-nilai transendensi untuk meningkatkan resilensi pasca tsunami di Aceh: Studi literatur melalui peran keluarga Ghozoli Rusyid Affondi
29-34
Bersyukur ala Nanggroe: Incervensi psikososial berbasis indigenous psychology lohon Sotria Putra
35-40
Model kesejahteraan subjektif remaja penyintas bencana tsunami Aceh 2004 Nefi Dormoyonti, H. M. Noor Rochman Hodjam &Tina Afiotin
4t -49
Terapi tawa untuk healing dan recovery trauma pasca bencana Zainul Anwor
50-54
Sekolah aman untuk anak-anak pengungsi akibat bencana tsunami
55-62
Muhommad Shohib Pengembangan resiliensi melalui pemberdayaan perempuan pada masyarakatAceh akibat bencana
tsunami
63-68
EffyWordoti Moryam Religiusitas dan kecemasan menghadapi masa depan pada remaja korban bencana alam tsunami Sofrilsyoh
&
Dewi Andowiyoh
O 2015 Psychology Forum UMM,
ISSN:
7307-1462
69-74
PROCEDIA Studi Kasus dan lntervensi Psikologi O 2015 Psychology Forum UMM, ISSN:2302Volume 3
(l)
1462
50-54
Terapi tawa untuk healing dan recovery trauma pasca bencana Zainul Anwar
Univenitas l,luhammadiyah l,lalang
ABSTRAK. lndividu yang mengalami
bencana dan kehilangan keluarga memiliki kecenderungan -tsngalami Sangguan psikologis. Gangguan psikologis yang dimungkinkan terjadi pasca bencana pada 1a3rt bencana yaitu stres, psikosomatis, trauma, bahkan mungkin sampai depresi. Bencana menjadi salah faktor yang menghasilkan problem atau gangguan psikologi dan akan berpengaruh negatif bagi per
an kehidupan indivldu-individu yang mengalaminya. Penanganan berupa intervensi psikologi sanga: dibutuhkan agar dapat kembali pulih.Terapi tawa merupakan salah satu intervensi psikologi yan! x,, sederhana dan ekonomis, prinsipnya hanya dibutuhkan individu dapat tertawa, melalui tertawa akamamPu merelakskan otot-otot yang tegang.Tgrtawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga n-e perlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kad:ahormon stres epineprine dan kortisol.Jadi, bisa dikatakan bahwa tertawa merupakan teknik rela yang dinamis dalam waktu singkat
Kata kunci: Terapi
tawa, healing dan recovery, trauma pasca bencana
Sepuluh tahun peristiwa yang sangat memprihatinkan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh. Ribuan nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh sendiri merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan bangunan hancur lebur, ribuan pula mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara masal.
Peristiwa tersebut sungguh menyisahkan kondisi yang sangat memilukan sekaligus tidak terlupakan. Korban bencana yang tidak hanya kehilangan harta benda, menderita luka flsik, dan kehilangan orang-orang tercinta, tetapi juga mengalami problem dan gangguan psikologis khususnya pada mereka yang mengalaminya. Salah satu yang menjadi pemicu gangguan atau problem psikologi yaitu adarrya pengalaman traumatis yang terjadi ketika seseorang mengalami atau menyaksikan suatu ancaman yang mengancam dirinya dan merespofi dengan rasa takut dan rasa tidak 1 Korespondensi
ditujukan kepada Zainul Anr,",ar, email: email: zainulanwarumm@yahoo. com
50
berdaya. Bahkan pengalaman trauma dar,=: menyebabkan seseorang mengalami gang= stress pasca trauma meliputi perasaan ta.--l: yang berlebihan, tidak berdaya dan cemas Gejala utama bagi orang yang mengal=:rmrlr PTSD adalah seolah-olah orang tersebut i:_t, ngalami dan merasakan kembali pengala=..iiuu yang membuat trauma (seperti mimpi bu:-, r_ pikiran yang terus mengganggu, dan seia__ teringat kejadian trauma); melakukan pe:-.hindaran terhadap semua hal yang meng:ngatkannya terhadap kejadian (menghini r-r pikiran, orang, aktivitas dan segala hal r a::{ berkaitan dengan kejadian trauma), sulit _rtuk konsentrasi, sulit tidur dan marah va:-s meledak-ledak (Forgash & Knipe, 2O0B; C=: 2OO7\. Orang yang mengalami trauma ce::.erung melakukan penghindaran? cemas'".Ej tinggi, depresi, selalu teringat kejadian r:-::r menyakitkan, rasa waspada yan g berleb,r:: :,mL dan mali rasa emosi. Gejala tersebut dapat muncul pada a-. flsik, emosi, perilaku, dan spiritual. Simp,:: yang muncul pada aspek flsik di antarar:'.: adalah kelelahan, suhu badan meninggi. menggigil, badan lesu, mual-mual, penir:. sesak napas, dan panic. Pacla aspek em.:; dapat muncul simptom kehilangan gaira:.
PROCEDIA Studi Kasus dan lntervensi Psil
'l I
l
hidup, ketakutan, dikendalikan emosi, dan merasa rendah diri. Simtom yang muncul pada aspek mental antara lain kebingungan, ketidakmampuan menyelesaikan masalah, tidak dapat berkonsentrasi, dan tidak mampu mengingat dengan baik. Aspek perilaku ditunjukkan dengan sulit tidur, kehilangan selera makan, makan berlebihan, banyak merokok, menghindar, sering menangis, tidak mampu berbicara, tidak bergerak, gelisah, terlalu ban1-ak gerak, mudah marah, ingin bunuh diri, menggerakkan anggota tubuh secara beru:ang-ulang, rasa malu berlebihan, mengurung diri, dan menyalahkan orang lain. Sedangkan :lada aspek spiritual, seseorang akan menga-ami gejala-gejala putus asa, hilang harapan, nenyalahkan Tuhan, berhenti ibadah, tidak lerdaya, dan meragukan keyakinan. (Forgash *' ::; Knipe, 2008) Korban bencana yang tidak memiliki -:nunitas psikologis, menunjukkan perilaku antara lain menangis terus menerus, merintih ::emanggil orang sudah meninggal karena lencana, duduk menyendiri dengan tatapan :--ampa, ketakutan, dan tak memiliki nafsu :rakan. Bisa dibayangkan, apa yang akan teradi jika mereka dibiarkan dan tidak ada yang ::eduli. Tentu bantuan makanan dan obatcatan yang melimpah ruah, pembangunan :.Lmah, pendidikan, dan kesehatan menjadi :.rr&rig bermanfaat. Banyak makanan tersedia :rapi mereka tidak ingin makan, diberi modal '.oi enggan berusaha, dibangun sekolah tapi -.:iak ada yang berminat, diberi obat tetapi -.:ap sakit, dibangunkan rumah juga tidak :-erasa bahagia. Oleh karena itu mengemriikan kondisi mental yang porak poranda ,..ibat bencana, penting dilakukan beriringan :ngan rehabilitasi fisik dan sarana prasarana -:ar mereka dapat kembali menjalani kehidu- .-:'i sehari-hari dengan efektif. Dari gambaran tersebut, sungguh, mereka :rgat membutuhkan sentuhan psikologis - -uk mengembalikan kondisi mental mereka :-Lg penuh pengalaman-pengalaman trau.-Lis, sehingga terbentuk imunitas psikologis , radap trauma pasca bencana. Salah satu ,=r'natif yang dapat dilakukan adalah dengan ..pi tawa. Tert4wa merupakan kemampuan Yang .::r a dimiliki manusia yang merupakan :rresi kebahagian dan bisa dilakukan :-.la syarat dan sama khasiatnnya deng-an ., :itasi sehingga sering disebut yoga tarva . -r terapi tarva. Terapi tar,va atau yoga tawa
(l)'
50-54
adalah terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup, sekalipun dalam kondisi stres. Lebih dariTOoh penyakit mempunyai hubungan dengan stress, di antaranya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kecemasan, depresi, batuk dan flu kronis, gangguan syaraf, insomnia, gangguan pencernaan, aiergi, asma, colitis, gangguan haid, migrain bahkan kanker. Dalam terapi tawa tidak menggunakan humor sebagai sebab untuk membuat seseorang tertawa tetapi daiam terapi tawa hanya menggunakan tawa sebagai sebuah sebab yang membantu orang menyingkirkan rasa takut dan malu serta membuat mereka menjadi lebih terbuka dan mulai melihat kelucuan hidup (Kataria, 2OO4). Pada awal perkembangan perilaku sosial seorang anak, sekitar usia empat minggu, seorang bayi sudah dapat memberikan seulas senyum sebagai respon terhadap kondisi fisik yang menyenangkan. Sedangkan tertawa, sebagai sebuah reflek motorik, baru muncul pada saat anak menginjak usia empat bulan. Memasuki usia 18 bulan, seorang anak dapat tersenyum sekali dalam tiap 6 menit dan ketika memasuki usia 4 tahun, rasio ini meningkat menjadr sebuah senyuman dalam tiap B0 detik. Rasio perbandingan ta\ ra terhadap senyuman pun meningkat dari 1 : 10 ketika berusia 1B bulan, menjadi 1 : 3 pada usia 4 tahun (Stearns, 1997; Kapian & Sadock, 20 10).
Tetapi agaknya banyak yang melupakan fenomena tertawa, banyak orang menahan tawa dan senyum demi untuk menjaga penampiian dan uribar,va. Taraf kehidupan yang semakin meningkat pun membuat orang - orang hidup di bawah tekanan, seolah - olah waktu terus mengejar mereka untuk berpacu, mereka lupa untuk menikmati ha1 - hal indah disekitar mereka, yang bisa menimbulkan seulas senyuman pada wajah mereka. Menun-rt sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Micheal Tttze, seorang psikolog Jerman, "Pada tahun 1950-an orang bisa tertarva lB menit sehari, tetapi dewasa ini kita tertau'a tidak lebih dari 6 menit per hari" (Kataria, 2OO4; Muhammad, 2011). Akhir-akhir ini telah drlakukan penelitian mendalam di seluruh dunia yang membuktikan bahwa terapi tarn'a berdampak positif bagi berbagai sistem tubuh. Terapi tawa juga dapat digunakan untuk penanganan gangguan psikologis dan kesehatan. Dalam meiaki:kan terapi talva beberapa tahapan
PROCEDIA Studi Kasus dan lntervensi Psikologi 201 5, Volume 3 ( l), 50-54
harus dilakukan, dimulai dengan relaksasi, tertawa/terapi tawa, dan diakhiri dengan relaksasi. Penelitian TerapiTawa
Penelitian yang dilak.r-kr.r Lee Berk, seorang imunolog dari Loma Linda University di California USA, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu efinefrin dan kortisol, yang bisa mengalangi proses penyembuhan penyakit baik fisik maupun mental, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Geriatrics dan Gerontologr international, para peneliti menemukan terapi tawa bisa mengatasi berbagai gangguan psikologi dan meningkatkan kesehatan pada individu. tawa adalah obat yang menakjubkan, yang dapat menghemat pengeluaran biaya medis dengan memperkuat system kekebalan, yang memainkan peran kunci dalam pencegahan sejumlah besar penyakit (Kataria, 2OO4\.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Siddarta, sekaligus pimpinan klub tawa pryadarshani di Mumbai India, menguraikan bahwa manfaat holistik terapi tawa telah mencatat perbaikan positif dalam kesehatan, baik secara mental maupun flsik, bahwa sikap mayoritas anggota (82,6'h) terhadap keluarga mereka membaik, berdampak kehidupan keluarga yang lebih selaras. Sebanyak 7l,7oh anggota melaporkan hubungan yang lebih baik dengan para rekan kerja dan rekan bisnis mereka. Rasa percaya diri meningkat sampai 85,7oA sementara 66,7o/o anggota mengalami peningkatan konsentrasi. Hampir semua peserta (99,6'h) menyatakan bahwa mereka ingin melaniutkan sesi tawa dan merekomendasikannya kepada orang lain. Banyak arrggota melaporkan beberapa manfaat tambahan lain yang bisa di rasakan, seperti merasa energik dan segar (37,1o/o\, pandangan hidup yang lebih baik (11,2%) sikap dan kontak sosial yang meningkat (8,5%o), stamina bertambah (3,9oh\, nafsu makan meningkat dan pencerrraan membaik (3%) . Semua manfaat ini membantu memperbaiki kualitas hidup (terapitertawa.com). Terapi tawa dapat merelaksasi tubuh yang bertujuan melepaskan endorphin ke dalam pembuluh darah sehingga apabila terjadi relaksasi maka pembuluh darah dapat mengalami vasodiiatasi sehingga tekanan darah dapat turun. Selain itu, terapi tau,a juga dapat EA
menurunkan tingkat stres (Kataria, 2OO4; Kaur L. & Walia I. (2008); Prasetyo & Nurtjah-
janti,
201 1).
Terapi tau,a juga dapat meningkatkan kesehatan flsik dan psikologis. Secara medis terapi taura dapat mengurangi stress dengan menurunnya hormon kortisol dan epinephrine. Tertawa juga dapat melepaskan hormon endorphin yang dapat meredakan rasa sakit pada fisik dan meningkatkan jumlah sel-sel yang memproduksi antibody dan meningkatkan efektifitas sel yang mengarah ke system kekebalan tubuh yang lebih kuat (Kataria, 2OO4; Gelkopf, 2Ol l; Satish, 2Ol2). Penelitian di Oxford University pada 2O 1 1 menemukan bahwa tawa meningkatkan ambang rasa sakit. Penelitian lain di University q[Arizona menemukan bahwa tawa meningkatkan kesehatan jantung, sedangkan penelitian di University of Maryland menunjukkan bahwa aliran darah meningkat sebesar 22oh ketika sedang tertawa. Tertawa akan mereiakskan otot-otot yang tegang. Tertawa juga melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain itu, tertawa juga berperan dalam menurunkai kadar hormon stres epineprine dan kortisol. Jadi, bisa dikatakan bahwa tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik relaksasr yang dinamis dalam waktu singkat (Tarigan. 2OO9; Plutchik, 2OO2).; Brighterlife , 2074\. RefleksiTerhadapTawa Sebagian besar orang khususnya umat Isiar memiliki pandangan bahwa tertawa terbahakbahak itu dilarang, Lreberapa hadist yang membahas tentang tertawa sebagaimana berikut: "Janganlah kalian banyak tertawa. karena banyak tertawa akan mematikan ha-_: (HR. At-Tirmizi no. 2227,Ibnu Majah no. 4183, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albanj dalam Shahih Al-Jami' no. 7435). Dari Aisr aisteri Nabi sha1lallahu 'alaihi wasallam, bah'.r i dia berkata: "Saya tidak pernah melihat Rasulu1lah shallallahu'alaihi wasaliam tertarr.'a terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorok-: beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.(HR. A1-Bukhari no. 6092 dan Muslim no. 1497\. "Ce1akalah manusia yang berbicara padahal dia berbohong hanya sekadar unt:i: membuat orang lain ketawa. Celakalah dia dan celakalah dia." ( HR Abu Daud no. 445Jika melihat konteks hadis tersebut r-a-:: dilarang adalah tertar,va berlebih-lebihan.
PROCEDIA Studi Kasus dan lntervensi Psikologi 20 I 5, Volume 3 (l), 50-54
K-
1
AII
-in
ak-
a-l-
ni !-ah
hn-a f,-
r1
a
rkan
I
tuk a .ilr
Dapat dimengerti sebab semua yang beriebihan cenderung membau.a mudarat daripada manfaat. Jangankan tertawa, ibadah yang berlebihan pun dipandang kurang baik, Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang mengazarnkan diri untuk shalat terus menerus serta berpuasa setiap hari. Pertanyaannya mengapa Rasulullah melaralg kita banyak tertawa? Mengapa tertawa bisa mematikan, atau sekurang-kurangnya menanduskan hati? Bukankah tertawa itu sehat, tanda kegembiraan, serta, penangkal kesedihan?. Wiratama (2074) mem-posted pada webnya bahwa didalam otak manusia terdapat hormon yang mengatur kebahagiaan dan kesedihan. Hormon yang mengatur kebahagiaan diwakili oleh serotonin. Jika kadar serotonin , dalam otak stabil dan seimbang, kita akan tenang. Jika kadarnya terlalu rendah , kita akan resah dan geiisah. Namun sebaliknya, Jika kadarnya berlebih, kita cendrung "terlalu tenang" bahkan apatis. Uniknya setiap hormon itu tidak bekerja sendirian. Ada proses kerjasama dan mu'amalah yang harmonis diantara mereka. serotonin memiliki partner yang namanya endorfln. Hormon yang satu ini bertugas mengatur kegembiraan . Keduanya bagaikan pasangan sejati, saling memahami, dan saling melengkapi. Ketika serotonin turun , kadar endorfin pun akan turun. Demikian pula ketika endorfln naik, maka serotonin pun akan ikut naik. Namun hubungan diantara mereka tidak selalu stabil. Ketika proporsi vang satu terlalu tinggi , ketidakseimbangan pun akan muncul kepermukaan. Disinilah relevansi Hadist Rasulullah terlihat. Terlalu banyak tertawa akan menaikkan kadar endorfin sampai batas optimal. Akibatnya kadar serotonin dalam tubuh menjadi rendah. Endorfin dan serotonin dari bahan baku yang sama. Ketika endorfln terlalu banyak diproduksi, bahan baku Serotonin akan terserap habis, trfeknya , pada satu sisi dia akan merasakan kegembiraan, tapi ketika kegembiraan tersebut mencapai titik optimal, hormon penyeimbangnya tidak lagi di produksi. Karena itu _jangan heran, orang yang banyak tertasra cendrung menjadi pribadi yang gelisah, tidak tenang, serta mengalami kegersangan hati. Ketika strdah gelisah , orang akan mudah terkena paranoid, mudah berburuk sangka, shalatpun tidak bisa khusu'. Semakin lama hatinya akan mati, tidak lagi sensitif. Ketika orang lain mendapatkan kesusahan, dia tidak
lagi peduli, karena sibuk dengan kegelisahann)ra sendiri. Dengan kata lain , orang yang kadar serotoninnya rendah akan menjadi pribadi yang trgois, yaitu pribadi yang hanya mau memikirkan dirinya sendiri. Dia baru mau memikirkan orang 1ain, kalau orang tersebut bisa menguntungkan dirinya. Rangkaian sikap buruk rni terjadi karena dia terjebak dalam kegembiraan yang berlarut-larut serta melenakan. Tertawa dalam kehidupan sehari - hari memang sudah seharusnya dikondisikan. Artinya, tertawa harus sesuai dengan situasi dan kondisi serta tidak berlebihan, apalagi sampai menyakiti hati atau menyinggung perasaan orang lain. Dalam konteks terapi, tertawa tidak memerlukan sebab, namun yang dibutuhkan adalah tertawa itu sendiri. Tertawa dalam konteks terapi juga bersifat temporal tidak harus tertawa dalam segala hal. Oleh karena itu, perlu dibedakan tertawa dalam konteks terapi dan tertawa dalam kehidupan sehari-hari Kesimpulan Terapi tarna mempunyai beberapa manfaat bagi manusia baik dari segi medis, psikologi, dan sosial serta sekaligus dapat membantu memperbaiki kuaiitas hidup sehingga sangat relevan untuk healing dan recovery trauma pasca bencana. Terapi tant,a sangat bermanfaat khususnl,a bagi individu yang dilanda stress, karena terapi ta\,\ra mampu sebagai "pengusir Stres" dan membantu meringankan kecemasan serta ketegangan yang merupakan faktor penyebab beberapa penyakit. Selain itu, terapi tau.a dan tertarva dalam konteks kehidupan sehari-hari perlu dibedakan, karena keduanya memiliki konteks yang berbeda.
Daftar Pustaka B ri
ghte
rlife
(2 O
1
4l
M akin
se
hat- deng
a
n-g
o
g a -te r -
tatua. Dtakses 23- 1 l-2O14 dari http: I lbrighterlile. co. id / 2 O I 3 I 1 O I 24 I makin-sehat-denganyoga-tertarva/ Car1l tr. K. (2007). Trauma psgchology: issu ln uiolen.ce, di.saster, LLealth, and illrress. USA. Praeger publusher Forgash, C., & I(nipe, J. (2008). Integrating EMDR
and ego state treatment for clients with trauma disorders. In C. Forgash & M. Copeley (Eds.), Heoling the hearl of traurno and dissoci.cLtion t.uith EMDR ct.nd. eqo stcr.t.e. therctprT. Neu. York:
-a .).)
PROCEDIA Studi Kasus dan lntervensi Psikologi 2015, Volume 3 (l), 50-54
Springer. Gelkopf M. (201 1) TLLe use o_f humor in seiousmental Illness.' A Reuieut . Dt.ti d e nce -B as e d Complementary and Altenta.tiue Medicine Volume 2O 1 1 , Article lD 3+2837 , B pages doi: 10. i 093/ecam/ nep1O6
Hodgkinson, Liz. (1 99 Optima book. .
l\. Srnrle Therapy. London.
Kataria, M. (2004). Laugh For No Reason (Terapi Taua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kaur L. & Walia I. (2008) Effect of laughter therapy on level of stress: A study among nursing students. Nursing cLnd Midutifery Research Journal, 4,(1), s4 - 38 Kaplan H.l, Sadock B.J, & Grebb J.A. (2010). Slnopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. Muhammmad A. (201 7). Tertautalah biar sehat. Yograkarta : DIVA Press. Plutchik, R. (2002). Emotions andLife perspectiue from psgchology, biologg, and euolution. Washington, DC: American Psychological Associa-
54
tion. Prasetyo A. R. dan Nurtjahjanti H. (2011) Pengaruh penerapan terapi tawa terhadap penurllnan . tingkat stres kerja pada pegawai kereta api. Jurnctl Psikologi Undip lO (.2) 20 - 32. Satish D. P. (2012) Laughter therapy. Journal of Phannaceuticctl and Scientific Innouation. I (3) 23 - 24. Di akses pada 2 November 2014 dari http: I lj psionline. com/ admin/ php/uploads/ 73-pdl.pdf Stearns, P.N. (1997) Emotionai change and political disengagement ln the 20 th-century unitea states. Inouatknt the European Journal of Socia. Scrences 1O (4) 36 1 - 380 Tarigan, I. (2009). Sehat dengan terapi tertana a. Diakses pada tanggal 02 November 2014 da,.i http: / / wu,'w. mediaindonesia.com/ *" Terapitertav.ra.com (2074\ Penelitian tentang terapi tatua. Diakses 23- 1 7-2014 dari http: / /www. terapitertawa. com Wiratama H. (2014) Mengapa kita dilarang tertauta berlebihan ? diakses pada https:/ /hadiedadiri'ratama.r,vordpress.com, pada2 November 20 1-