17
3. METODOLOGI
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan minawana di Desa Jayamukti, Blanakan dan Langensari, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Kawasan penelitian ini merupakan wilayah pengelolaan dari Resort Polisi Hutan (RPH) Tegal-Tangkil (petak 3-8), Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten. Lokasi pengambilan contoh dibagi dalam 3 wilayah. Wilayah pertama adalah daerah Kali Malang 2 dengan jarak sekitar 3 – 3.5 km dari laut. Wilayah kedua adalah daerah Kali Malang 2 dengan jarak sekitar 2 – 2.5 km dari laut. Wilayah ketiga adalah Kali Malang 3 dengan jarak sekitar 0.5 – 1 km dari laut. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini adalah 8 bulan (Agustus 2011 – Maret 2012). Peta lokasi penelitian di sajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Peta lokasi penelitian (Sumber: Hasil olahan 2012)
18
3.2. Rancangan Penelitian Untuk melihat adanya pengaruh dan hubungan kerapatan mangrove pada sistem minawana dengan produksi perikanan dirancang sebuah penelitian berupa rancangan percobaan satu faktor (rancangan acak lengkap). Adapun yang menjadi perlakuan adalah kerapatan mangrove, yaitu: kerapatan tinggi (penutupan mangrove >75%), kerapatan sedang (penutupan mangrove 40-60%), dan kerapatan rendah (penutupan mangrove 10-30%). Adapun sebagai kontrol adalah tambak murni yang tidak terdapat tanaman mangrove (penutupan mangrove 0%). Ulangan dilakukan masing-masing 6 kali ulangan. Titik pengambilan contoh dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam tahap penelitian ini adalah peralatan pengambilan contoh, alat ukur parameter fisik-kimia air, peralatan pengambilan contoh vegetasi mangrove dan kuisioner untuk kebutuhan data sosial-ekonomi, dan kelembagaan serta alat tulis. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah air contoh dan vegetasi mangrove. Secara ringkas, data-data yang akan dikumpulkan dan prosedur pengumpulan data pada kajian ini disajikan pada Lampiran 2 – 4. 3.3.2. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dibagi atas 4 bagian. Pada bagian I, dilakukan kajian tentang aspek biofisik (ekologi) kawasan minawana maupun perairan sekitarnya. Pada bagian II, dilakukan pengkajian tentang aspek bioteknis budidaya di kawasan empang-parit. Pada Bagian III dilakukan analisis usaha dan kelayakan usaha tambak dengan sistem minawana (aspek ekonomi). Pada bagian IV akan dilakukan kajian terhadap aspek sosial dan kelembagaan terkait pengelolaan kawasan minawana. Uraian dari tiap bagian penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui identifikasi (pengamatan lapang) dalam bentuk pengamatan, pengukuran dan pengambilan contoh serta wawancara langsung dengan penduduk, tokoh masyarakat, pihak Perhutani, koperasi, dan aparat pemerintah serta key person setempat di sekitar lokasi studi. Pengamatan
19
lapang dilakukan untuk mendapatkan data biofisik, meliputi kualitas air insitu, vegetasi perairan pesisir, biota perairan serta data sosial ekonomi dan kelembagaan. Tabel 2 Uraian bagian-bagian penelitian dan pengumpulan data Bagian
I (Ekologi)
Aspek Kualitas air tambak/ kanal Kualitas air Saluran dan sungai Kualitas air laut Vegetasi
Hubungan udang dan mangrove
Konstruksi II (Bioteknik)
III (Ekonomi)
Komoditas Sistem budidaya Produksi perikanan
Analisis usaha dan kelayakan usaha Sosial IV (Sosial – kelembagaan) Kelembagaan
Uraian Pengukuran parameter fisika kimia lingkungan, yang meliputi; suhu, salinitas, pH air, kedalaman, kecerahan, dan DO, serta logam berat. Pengukuran sebaran suhu dan salinitas pada waktu pasang
Titik/Jumlah Titik Tambak dengan kriteria penutupan mangrove yang berbeda (62 titik) Pada setiap kalen/sungai (3 titik)
Pengukuran parameter fisika kimia Lingkungan, yang meliputi; suhu, salinitas, pH air, DO, serta logam berat. Pengukuran luasan mangrove terhadap tambak (rasio mangrove dan tambak) serta jenis mangrove Melakukan wawancara dengan penggarap tambak terkait dengan hasil hasil sampingan Melakukan wawancara dengan masyarakat penangkap ikan dan biota lainnya (non tambak) Mengkaji konstruksi tambak, tanggul, pintu air, dan ukuran tambak Mengkaji komoditas yang dibudidayakan di lokasi studi Mengkaji sistem budidaya yang dilaksanakan oleh masyarakat mulai dari persiapan sampai panen Mengambil data produksi dari KUD minimal 5 tahun terakhir (data sekunder) Melakukan wawancara dengan penggarap tambak terkait dengan hasil produksi dari tambak Melakukan wawancara dengan penggarap tambak terkait dengan permodalan mulai dari tahap persiapan – panen Pengambilan data (primer dan sekunder) tentang karakteristik masyarakat penggarap tambak dan sekitarnya, seperti: jumlah penduduk, rasio kelamin, pendidikan, agama, sarana prasarana, dll. Pengambilan data (primer dan sekunder) tentang aspek kelembagaan baik formal maupun informal. Interaksi: antar warga, penggarap tambak – pihak Perhutani dan aparat Adat istiadat, tata aturan daerah, dll.
Pasang dan surut (3 titik) Pada 62 tambak yang berbeda Masyarakat pengumpul di 3 desa kajian
Pada 62 tambak yang berbeda Pada 62 tambak yang berbeda Pada 62 tambak yang berbeda Ada 3 KUD yang masuk dalam wilayah kajian
Pada 62 pemilik tambak yang berbeda
Ada 3desa yang masuk dalam wilayah kajian
Ada 3desa yang masuk dalam wilayah kajian
20
Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka, berupa laporan-laporan kajian yang berhubungan dengan kajian ini. Laporan tersebut berasal dari BAPPEDA, BPS, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Lingkungan Hidup, perguruan tinggi, Perhutani, dan Koperasi. Laporan tersebut didapatkan langsung dari instansi ataupun melalui laman (internet). 3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis Status Ekologi dan Kualitas Air Bagi Budidaya 3.4.1.1. Analisis Status Ekologi Analisis status ekologi dan kualitas air bagi budidaya dilakukan secara deskriptif berdasarkan hasil pengamatan dan hasil penelitian sebelumnya. Analisis status ekologi dengan melihat hubungan antara penutupan mangrove dengan keberadaan udang (hasil tangkapan udang harian) dengan menggunakan Analisis ragam (Anara) Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan antar nilai tengah contoh dan antar gabungan nilai tengah. Anara RAL di modelkan dengan (Mattjik dan Jaya 2006): Yij= + i+ ij dimana: Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j = Rataan umum; i Pengaruh perlakuan ke-i ij = galat percobaan
Hipotesis yang dapat diuji dari rancangan diatas yaitu: H0: 1=2= = i= 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati) H1: Paling sedikit ada satu perlakuan dimana i ≠ 0
Untuk perhitungan Anara dibantu oleh perangkat lunak Microsoft Excel 2010 pada Anova single factor. Hasil analisis Anara seperti Tabel 3. Tabel 3 Anara dengan rancangan acak lengkap (RAL) Sumber keragaman
JK
KT
F-Hit
t-1
JKP
KTP
KTP/KTS
t(r-1)
JKS
KTS
Total tr-1 Sumber: Mattjik dan Jaya (2006)
JKT
Perlakuan Galat
db
21
Jika hasilnya menunjukkan berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (Mattjik dan Jaya 2006). Kriteria Uji BNT adalah: d = │ݕ തi*-ݕ തj*│
dimana ݕ തi* adalah rataan perlakuan ke-i dan ݕ തj* merupakan rataan perlakuan ke-j
Hipotesis dari perbandingan Uji BNT adalah: H0: µi=µj vs H1: µi≠µj Kaidah keputusannya adalah jika: d≤BNT = tdb sisa) √
ଶ்ௌ
d> BNT = tdb sisa) √
, maka gagal tolak H0
ଶ்ௌ
, tolak H0
3.4.1.2. Analisis Kualitas Air Analisis kualitas air mempelajari kondisi kualitas air bagi peruntukan pengembangan budidaya ikan/udang di kawasan mangrove yang dibandingkan dengan baku mutu menurut SNI 7310-2009 (budidaya udang windu). Analisis kualitas air ini mempelajari kondisi kualitas air di dalam tambak. 3.4.2. Analisis Bioteknik Pengelolaan Budidaya Ikan dan Udang Analisis bioteknik dilakukan dengan menganalisis data bioteknik kawasan pada kegiatan pengelolaan pertambakan yang ada saat ini. Pengelolaan pertambakan ini mengacu pada panduan pengelolaan tambak ramah lingkungan yang dikeluarkan oleh Wetlands International Indonesia Programme (Sualia et al. 2010) dan penerapan minawana di pantai timur surabaya . Selanjutnya membuat rencana teknik penerapan minawana yang meliputi layout kawasan, menyusun desain konstruksi, membuat/menerapkan prosedur budidaya yang tepat dan sederhana yang dapat dengan mudah diterapkan oleh masyarakat. Standar tahapan kegiatan budidaya yang diamati dapat dilihat pada Gambar 5. 3.4.3. Analisis Usaha dan Kelayakan Usaha Menurut Gittinger (2008), analisis finansial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan suatu kegiatan usaha. Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi.
22
Gambar 5 Tahapan kegiatan pengelolaan tambak (Sumber: Sualia et al. 2010)
3.4.3.1. Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha yang dilakukan (Soekartawi 1995). Secara matematis analisis pendapatan usaha minawana dapat dirumuskan sebagai berikut: keterangan : п TR TC
TR TC = pendapatan (keuntungan) (Rp) = total revenue (penerimaan total) (Rp) = total cost (biaya pengeluaran total) (Rp) yang terdiri dari FC dan VC = biaya tetap (Rp) dan = biaya tidak tetap (Rp)
FC (fixed cost) VC (variable cost) maka: TR > TC, usaha minawana menguntungkan TR = TC, usaha minawana pada titik impas TR < TC, usaha minawana rugi
23
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang nilainya tidak dipengaruhi oleh besarnya penerimaan, misalnya sewa lahan dan penyusutan investasi. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang nilainya tergantung pada penerimaan, misalnya: sarana produksi dan tenaga kerja (Soekartawi 1995). 3.4.3.2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis revenue-cost ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap nilai rupiah (biaya) yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Soekartawi 1995). Rumus yang digunakan adalah: R /C
TR TC
maka: RIC > 1, usaha minawana menguntungkan RIC = 1, usaha minawana pada titik impas RIC < 1, usaha minawana rugi
Secara teoritis jika nilai R/C = 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan tidak rugi. Tetapi karena dalam usahatani sering terjadi kesulitan dalam menghitung tenaga kerja yang dilakukan oleh keluarga sendiri, maka dalam menentukan tingkat kelayakan peneliti dapat menggunakan nilai R/C minimal 1.5 atau 2, untuk menyatakan bahwa usahatani tersebut layak dilakukan. 3.4.3.3. Break Event Point (BEP) BEP merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi (penerimaan) sama dengan biaya produksi, sehingga pada saat itu pengusaha mengalami titik impas. Dalam usahatani tambak ini nilai BEP menunjukan pendapatan minimum pertahun yang harus diperoleh oleh petani sehingga petani dapat mengembalikan modal produksinya. Secara matematis nilai BEP dapat dihitung dengan rumus (Soekartawi 1995):
BEP
FC VC 1 GI
Keterangan: FC = fixed cost (biaya tetap) VC = variable cost (biaya tidak tetap) GI = gross income (pendapatan kotor sebelum dipotong pajak)
24
3.4.3.4. Analisis Kriteria Investasi Prospek pengembangan usaha tambak dapat diketahui dengan melakukan analisis kriteria investasi (Gittinger 2008). Analisis yang dilakukan meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (lRR). 1) Net Present Value (NPV) Net present value merupakan selisih antara total present value dari benefit dan present value dari biaya pada tingkat suku bunga tertentu (Gittinger 2008). Rumus yang digunakan:
NPV
n
t 1
Bt Ct (1 i ) t
Dimana : NPV Bt Ct i n t
= Net present value (nilai bersih = benefit kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t = biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t = tingkat suku bunga yang berlaku = tahun = waktu
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total dari biaya bersih. Rumus yang digunakan (Gittinger 2008) adalah: n
NPV
t1 n
t1
Bt (1 Ct (1
Ct i)t Bt 1)t
Kriteria : Net B/C ratio > 1, pengusahaan minawana layak diusahakan Net B/C ratio < 1, pengusahaan minawana tidak layak untuk diusahakan
3) Internal rate of return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek atau NPV sama dengan nol (Gittinger 2008). Rumus yang digunakan adalah :
IRR i '
NPV ' ( i" i ' ) NPV ' NPV "
25
Keterangan : i’ = Tingkat bunga yang rendah yang menyebabkan NPV masih positif mendekati nol i” = Tingkat bunga yang tinggi yang menyebabkan NPV negative mendekati nol NPV’ = NPV positif mendekati nol NPV” = NPV negatif mendekati nol Kriteria : IRR > i : maka pengusahaan minawana layak diusahakan IRR < i : maka pengusahaan minawana tidak layak diusahakan IRR = i : maka pengusahaan minawana mengembalikan modal persis sebesar tingkat modal
3.4.4. Analisis Kelembagaan Pengelolaan Minawana Kelembagaan dapat berupa organisasi atau wadah (players of the game) dan aturan main (rules of the game) yang mengatur kelangsungan organisasi maupun kerjasama antara anggotanya untuk mencapai tujuan bersama (Taryono 2009). Oleh karena itu pengembangan kelembagaan pengelolaan minawana di RPH tegal-Tangkil mencakup perbaikan organisasi pengelolaan dan aturan main pengelolaan. Perbaikan organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi organisasi pengelolaan eksisting dan melihat kesenjangan dengan kondisi yang seharusnya. Kemudian merumuskan organasisasi untuk mengoptimalkan koordinasi dan komando antar pihak yang terlibat. Untuk aturan main pengelolaan kawasan pesisir mengacu pada konsep pengelolaan yang dikembangkan oleh Ruddle (1998). Seperti halnya organisasi pengelolaan dengan melihat kondisi eksisting terhadap aturan main yang ada saat ini yang disbanding dengan kondisi yang seharusnya dilakukan. Selanjutnya merumuskan/memodifikasi aturan main peneglolaan sesuai dengan kebutuhan saat ini dan dimasa yang akan datang. Pola pengelolaan dari Ruddle (1998) mengacu pada struktur kelembagaan yang terdiri dari: 1) Kewenangan (authority) hal ini akan terkait dengan wilayah kekuasan dan bagaimana sistem pinjam dari Perum Perhutani kepada penggarap tambak. 2) Tata aturan (rules) hal ini akan berkaitan dengan norma/peraturan yang mengikat antara Perum Perhutani dan penggarap tambak, terkait apa dan bagaimana perjanjian terhadap pemanfaatan sumberdaya (minawana). 3) Hak (right) hal ini berkaitan dengan hak-hak dari kedua belah pihak yang berhubugan dengan perjanjian pemanfaatan sumberdaya
26
4) Pemantauan dan kontrol (monitoring) hal ini berkaitan dengan bagaimana pemantauan dari pihak Perhutani terhadap pelaksanaan terhadap semua aturan, norma, perjanjian maupun sanksi yang disepakati. Selain itu keterlibatan masyarakat (lembaga lokal) terhadap moniring juga perlu di analisis apakah perlu dilibatkan ataupun tidak. 5) Sanksi (sanctions) hal ini berkaitan dengan sanksi yang ditetapkan dan bagaimana pelaksanaannya.