16
KERANGKA PEMIKIRAN
Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak menodai pakaian yang dipakai maka perempuan menggunakan pembalut. Pembalut yang beredar dipasaran bermacam-macam merek dan teknologi yang digunakan. Pembalut dapat menyebabkan iritasi, dan keputihan sehingga perempuan sebagai konsumen harus memilih pembalut yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka. Untuk mendapatkan pembalut yang sesuai dibutuhkan
pengetahuan
bagi
perempuan
sebagai
konsumen
pembalut.
Karakteristik contoh yang meliputi usia, uang saku per bulan, tingkat pendidikan, dan urutan diantara anak perempuan dalam keluarga akan mempengaruhi pengetahuan konsumen. Selain itu, akses informasi yang diperoleh konsumen tentang menstruasi, pembalut, dan merek pembalut terlibat dalam membentuk pengetahuan konsumen terhadap merek suatu pembalut yang akan digunakannya. Akses informasi yang digunakan antara lain jumlah sumber informasi yang diperoleh (baik dari media cetak, media elektronik maupun orang yang berada didekatnya). Pengetahuan konsumen yang diteliti adalah pengetahuan mengenai pembalut, menstruasi, dan merek pembalut. Pengetahuan terhadap merek pembalut dapat mempengaruhi brand awareness dan brand image (Ferrinadewi 2008). Hal ini dimulai dari calon konsumen mengetahui merek apa saja yang beredar dipasaran (brand knowledge). Kesadaran merek adalah kemampuan konsumen untuk mengingat kembali merek yang merupakan bagian dari kategori suatu produk. Sementara itu, brand image ialah kesan konsumen terhadap merek, seperti tercermin dalam asosiasi dalam memori konsumen.
17
Karakteristik contoh: • Usia • Pendidikan • Uang saku atau pendapatan • Urutan di antara anak perempuan
Akses Informasi tentang menstruasi, pembalut, dan merek pembalut: Jumlah sumber (media elektronik, cetak, dll)
Kedekatan contoh dengan ibu
Brand Awareness: • Top of Mind • Brand Recall
Pengetahuan contoh: • Menstruasi • Pembalut
Perilaku penggunaan Pembalut
Brand Image
Keterangan: ------ : tidak diteliti : diteliti Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi
18
METODE PENELITIAN
Disain, Tempat, dan Waktu Disain penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study adalah data yang dikumpulkan pada saru waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh (Singarimbun & Efendi 1995). Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berlokasi di Kampus IPB Dramaga dan Gunung Gede Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan kemudahan dalam memperoleh contoh. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2009. Teknik Penentuan Contoh Populasi penelitian adalah mahasiswi IPB dengan contoh penelitian merupakan mahasiswi yang masih aktif baik yang menempuh program diploma, sarjana, maupun pascasarjana. Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah non-probability sampling (penarikan sampel secara tak acak) dengan cara convenience sampling. Teknik ini merupakan prosedur sampling yang pada pengambilan sampel berdasarkan ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya (Suliyanto 2005). Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil, digunakan rumus Slovin berikut (Umar 2003): n
=
N (1+Ne2)
=
11429 1 + 11429 (0.12)
=
99.13
Dimana: n = Jumlah contoh yang diambil N= Jumlah populasi e = error 0.1 Berdasarkan perhitungan jumlah minimal contoh untuk penelitian adalah 99 orang, maka contoh yang diambil sebanyak 110 contoh dengan pertimbangan 10 persen untuk menghindari drop out data. Jumlah sampel akhir yang digunakan adalah 100 contoh dikarenakan 10 contoh tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Banyaknya jumlah contoh yang diambil adalah proposional menurut program
19
pendidikan, yakni dengan menentukan jumlah contoh berdasarkan jumlah setiap program pendidikan dibagi dengan jumlah mahasiswi secara keseluruhan dikali dengan persentase (100%), kemudian contoh yang akan diambil setiap program pendidikan yaitu dengan cara nilai persen program pendidikan dikalikan dengan jumlah contoh yang akan diambil dengan jumlah minimal contoh. Proses pemilihannya secara convinience sampling yakni contoh dipilih berdasarkan kesediaannya untuk mengisi kuesioner dan wawancara langsung sesuai dengan jumlah per program pendidikan. Jumlah contoh dibagi menjadi 4 kelompok program pendidikan sesuai dengan jumlah contoh mahasiswi tiap program pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah contoh berdasarkan jenjang pendidikan Populasi mahasiswi Jenjang pendidikan Persen (%) (orang) S0 3107 27.2 S1 6840 59.8 S2 1117 9.8 S3 365 3.2 Jumlah 11429 100.0
Jumlah contoh (orang) 27 60 10 3 100
Keterangan: Sumber data dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB dan buku Pascasarjana dalam angka tahun 2006-2008
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data karakteristik individu, akses informasi mengenai yang berhubungan dengan pembalut, kedekatan contoh dengan ibu berkaitan dengan menstruasi dan masalah perempuan, pengetahuan pembalut, kesadaran merek pembalut, brand image, dan perilaku penggunaan pembalut. Data sekunder diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB dan buku Pascasarjana dalam angka sebagai data jumlah populasi penelitian, internet, artikel mengenai pembalut dan menstruasi, buku-buku mengenai merek dan perilaku konsumen dan literatur-literatur yang dikeluarkan lembaga-lembaga terkait seperti data mengenai kanker serviks. Cara pengumpulan data adalah wawancara menggunakan kuesioner dan contoh mengisi langsung kuesioner. Daftar pertanyaan kuesioner dirancang dengan memberikan pertanyaan terbuka, tertutup, dan kombinasi keduanya.
20
Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entri data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 13 for Windows. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas, analisis deskriptif, uji Cochran, korelasi Spearman, chi-square, dan regresi logistik. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kuesioner agar alat ukur dapat dipercaya, sehingga memiliki realibilitas yang baik. Menurut Suliyanto (2005), uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki reliabilitas yang baik. Variabel yang diukur adalah tingkat kedekatan contoh dengan ibu, pengetahuan konsumen dan kesan terhadap merek yang dipakai (brand image). Alpha cronbach memiliki rentang antara 0-1, sehingga memiliki kategori yang dapat diinterpretasikan, sebagai berikut: 1) nilai koefisien alpha berkisar antara 0-0.20 berarti kurang realibel, 2) nilai koefisien alpha berkisar antara 0.21-0.40 berarti agak realibel, 3) nilai koefisien alpha berkisar antara 0.41-0.60 berarti cukup realibel, 4) nilai koefisien alpha berkisar antara 0.61-0.80 berarti realibel, 5) nilai koefisien alpha berkisar antara 0.81-1.00 berarti sangat realibel. Kedekatan contoh dengan ibu berkaitan dengan pembalut dan brand image mempunyai koefisien reliabilitas alpha cronbach sebesar 0.886 dan 0.866 termasuk sangat realibel dan pengetahuan konsumen mempunyai koefisien reliabilitas alpha cronbach sebesar 0.472 termasuk cukup realibel (Yulianti 2008). Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu data, seperti berapa rata-rata, standar deviasi, varians dan sebagainya (Santoso 2000). Dalam penelitian ini analisis deskriptif yang digunakan untuk mengidentifikasi jumlah sumber informasi mengenai yang berhubungan dengan pembalut yang digunakan oleh contoh, kedekatan contoh dengan ibu berkaitan dengan menstruasi dan masalah perempuan, tingkat pengetahuan pembalut, kesadaran merek pembalut, brand image dan perilaku penggunaan pembalut. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum, dan frekuensi.
21
Pada penelitian ini alat ukur menggunakan berbagai jenis skala. Skala rasio digunakan pada variabel usia dan uang saku per bulan. Sedangkan yang menggunakan skala nominal hanya pada variabel kesesuaian merek (Tabel 2). Tabel 2 Variabel, Skala, dan Kategori Data Variabel Usia (Tahun)
Skala Rasio
Pendidikan
Ordinal
Uang saku per bulan (Rp)
Rasio
Urutan di antara anak perempuan
Ordinal
Jumlah sumber informasi mengenai menstruasi, pembalut, dan merek pembalut Kedekatan contoh dengan ibu
Ordinal
Tingkat pengetahuan
Ordinal
Brand Image
Ordinal
Kesesuaian merek
Nominal
Ordinal
Kategori 1. ≤20 thn 2. 21-30 thn 3. ≥ 31 thn 1. D3 2. S1 3. S2 4. S3 1. Rendah : ≤ Rp 600 000 2. Sedang : Rp 600 001 – Rp 1 300 000 3. Tinggi: ≥ Rp 1 300 001 1. 1 2. 2 3. 3-5 4. 6-7 1. ≤2 sumber 2. 3-5 sumber 3. ≥6 sumber Berdasarkan Khomsan (2002): 1. Tinggi (>80%) 2. Sedang (60-80%) 3. Rendah (<60%) Berdasarkan Khomsan (2002): 1. Tinggi (>80%) 2. Sedang (60-80%) 3. Rendah (<60%) 1. Tinggi (88,9-100,0%) 2. Sedang (77,8-88,9%) 3. Rendah (66,7-77,8%) 1. Sesuai 2. Tidak sesuai
Masing-masing variabel dan skala data mempunyai kategori yang berbeda. Terdapat dua cara pengkategorian dalam penelitian ini, yaitu menggunakan interval kelas dan berdasarkan hasil rujukan yang diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal. Variabel yang menggunakan rujukan adalah kedekatan contoh dengan ibu dan tingkat pengetahuan. Sedangkan yang menggunakan kelas interval
22
yaitu usia, uang saku, jumlah sumber informasi, dan brand image menggunakan interval kelas. Kelas interval yang digunakan menggunakan rumus: Interval Kelas: Nilai Maksimum-Nilai Minimum Jumlah Kategori Uji Cochran digunakan untuk menguji signifikansi hubungan setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek. Asosiasi yang saling berhubungan akan membentuk brand image dari merek tersebut dengan membandingkan nilai Cochran dengan Chi Square Table. Uji Cochran digunakan pada variabel brand image untuk mengetahui signifikan setiap asosiasi yang ada dalam suatu merek dimulai dengan pengujian semua asosiasi (Rangkuti 2002). Brand image yang terbentuk adalah dengan ketentuan nilai Cochran kurang dari nilai Chi Square Table (Durianto et al. 2001). Langkah-langkah pada uji Cochran adalah: 1. Hitung nilai Q dengan rumus: Q = C(C-1)∑Cj2 – (C-1)N2 CN - ∑Ri2 Keterangan: C = banyaknya variabel (asosiasi) Ri = jumlah baris jawaban ”ya” Cj = jumlah kolom jawaban ”ya” N = total besar 2. Tolak H0 bila Q > χ2 Tabel (ά, v), V = C-1 Tahap pertama dalam uji Cochran adalah untuk mengetahui signifikansi setiap asosiasi yang terdapat dalam suatu merek dimulai dengan pengujian semua asosiasi. Atas dasar hasil analisis dilakukan perbandingan antara nilai Q dengan χ2 Tabel (ά, v). Jika diperoleh nilai Q < χ2 Tabel (ά, v), maka H0 diterima yang berarti semua asosiasi yang diuji saling berhubungan membentuk brand image dari suatu merek. Jika diperoleh nilai Q > χ2 Tabel (ά, v) maka dapat disimpulkan belum cukup bukti untuk menerima H0. Dengan demikian, tidak semua asosiasi adalah sama dan pengujian dilanjutkan ke tahap dua. Tahap kedua adalah mengetahui asosiasi-asosiasi mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari asosiasi-asosiasi pembentuk brand image
23
suatu merek. Dengan demikian nilai N sekarang akan berkurang sebesar nilai total kolom yang dikeluarkan. Nilai Q dihitung kembali dengan mempertimbangkan kondisi terbaru tersebut. Saat ini asosiasi yang diuji signifikansi hubungannya menjadi berkurang satu pula sehingga derajat bebas dari χ2 Tabel (ά, v) berkurang satu juga. Jika Q > χ2 Tabel (ά, v), tahap pengujian dilanjutkan ke tahap ketiga dengan teknik yang sama seperti sebelumnya. Apabila Q < χ2 Tabel (ά, v) maka pengujian dihentikan yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasiasosiasi sisanya yang belum diuji dan asosiasi terakhir yang diuji. Untuk menganalisis hubungan karakteristik contoh dan kedekatan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan pembalut digunakan analisis korelasi Spearman. Analisis korelasi Spearman adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain. Korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal. Korelasi dapat menghasilkan angka positif atau negatif (Suliyanto 2005). Uji chi-square adalah pengujian untuk mengetahui hubungan antara baris dan kolom, variabel data yang digunakan berskala nominal atau bisa ordinal tetapi tidak diukur tingkatannya (Priyanto 2008). Hubungan top of mind dengan perilaku merek yang digunakan contoh digunakan analisis chi-square. Uji regresi logistik digunakan untuk mencari persamaan regresi jika variabel dependennya merupakan variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala ordinal (Santosa dan Ashari 2005). Uji regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian merek yang digunakan dengan top of mind yang terdiri dari dua kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai.
24
Definisi Operasional Contoh: mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang masih aktif dari proporsi diploma, sarjana, dan pascasarjana. Karakteristik contoh: ciri contoh yang meliputi lama usia, pendidikan, dan uang saku. Usia: ukuran waktu contoh selama hidup sampai sekarang. Pendidikan: tingkat pendidikan yang ditempuh contoh. Uang saku per bulan: jumlah nilai dalam rupiah yang diperoleh contoh yang bersumber dari orang tua, saudara, beasiswa dan bekerja dalam satu bulan yang digunakan selama kuliah. Urutan di antara anak perempuan: tingkatan anak perempuan dari anak perempuan dalam keluarga. Akses informasi terhadap menstruasi dan merek pembalut: suatu saluran infromasi mengenai menstruasi, pembalut dan merek pembalut yang diperoleh. Jumlah sumber informasi: banyak sumber informasi yang didapat contoh dari beberapa media informasi (televisi, radio, majalah, koran, internet, guru, teman, dan keluarga) Kedekatan ibu dengan contoh: hubungan tingkat dekat atau tidaknya contoh dengan ibu dalam mengkomunikasikan tentang menstruasi dan masalah perempuan. Pengetahuan pembalut: Tingkat sejauh mana konsumen mengetahui mengenai menstruasi, produk pembalut, dan merek. Brand awareness: Tingkat kesadaran konsumen akan keberadaan merek pembalut melalui top of mind dan brand recall. Brand Image: kesan konsumen yang timbul terhadap merek yang dipakainya. Perilaku penggunaan pembalut: kegiatan contoh dalam menghabiskan produk (seberapa banyak pembalut yang digunakan setiap satu siklus, merek yang digunakan setiap bulan, jenis pembalut yang digunakan) dan kesesuaian merek yang digunakan contoh dengan top of mind. Kesesuaian merek: merek pembalut yang digunakan contoh sesuai atau tidak dengan top of mind.