THE DIFFERENCES OF THE STUDENTS’ LEARNING OUTCOMES USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE OF LISTENING TEAM AND STRUCTURED NUMBERED HEADS TYPE TO THE SUB-CONCEPT OF HUMAN DIGESTIVE SYSTEM Galih Wangi, Hernawan Abstract The aims of the research was done to find out the differences of students’ learning outcomes using model of cooperative learning listening team and structured numbered heads type to the sub-concept of human digestive system. This research was conducted on October 2013 until April 2014 at SMAN 1 Cikatomas, Tasikmalaya regency, much as 4 classes and the sample used was taken two classes in the cluster random sampling, each consisting of 25 and 28 students. The research instrument is a written test of student learning outcomes at the sub-concept in human digestive system. The written test is compound with five multiple choice option. Technique of analyzing data that used is the average test (Uji-T) in two differences with a significant level (α) = 5%. Based on data analysis and the hypothesis testing, shows that there is no differences in students’ learning outcomes that uses cooperative learning model, type of listening team and structured numbered heads type to the sub-concept in human digestive system. Keywords: Cooperative learning, listening team, structured numbered heads, the human digestive system.
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LISTENING TEAM DAN TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA Galih Wangi, Hernawan Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan tipe structured numbered heads pada sub konsep sistem pencernaan makanan pada manusia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan April 2014 di SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian menggunakan pre eksperimental dengan populasi seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 4 kelas dan sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas yang diambil secara cluster random sampling didapat kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 masing-masing terdiri dari 25 dan 28 siswa. Instrumen penelitian adalah berupa tes hasil belajar pada sub konsep sistem pencernaan makanan pada manusia. Tes tertulis ini berupa pilihan majemuk dengan lima option. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikan (α) = 5%. Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan tipe structured numbered heads pada sub konsep sistem pencernaan makanan pada manusia. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif, listening team, structured numbered heads, sistem pencernaan makanan pada manusia.
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Peranan seorang guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam suatu proses pembelajaran dan merupakan suatu kesatuan yang harus ada dalam proses pendidikan. Namun akan tidak sesuai hasilnya apabila peranan seorang guru tidak diimbangi dengan minat dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas XI SMA Negeri 1 Cikatomas, Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya, diperoleh keterangan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran biologi masih banyak mengalami kesulitan, di antaranya siswa sulit untuk memahami konsep pembelajaran yang diajarkan oleh guru pada sub konsep sistem pencernaan makanan pada manusia, karena proses pembelajaran yang digunakan kurang menarik dan kurang bervariasi. Guru hanya berperan sebagai pusat pembelajaran bagi siswa, banyak siswa yang pasif dalam kegiatan belajar mengajar, kurangnya interaksi proses belajar mengajar antara siswa dan guru untuk dapat menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa yang pandai cenderung mendominasi kegiatan belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sering digunakan adalah tipe listening team dan structured numbered heads. Kedua model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe listening team merupakan model pembelajaran kelompok yang dibagi menjadi empat : penanya, penyetuju (pro terhadap materi), pembantah (kontra terhadap materi), dan pemberi contoh. Sedangkan structured numbered heads merupakan pengembangan dari model numbered heads together. Model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads terdiri dari kelompok yang menggunakan nomor disetiap kelompok tetapi lebih terstruktur misalnya : nomor satu bertugas membaca soal, nomor dua bertugas mencari penyelesaian soal, nomor urut tiga bertugas mencari informasi dari buku literatur, nomor urut empat bertugas mencatat, dan nomor urut lima melaporkan hasil kerja kelompok. Kedua model pembelajaran ini senantiasa menyenangkan dan mengarahkan siswa untuk mendapatkan kesempatan sharing ide-ide pada anggota kelompok masing-masing. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan structured numbered heads pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia ?”. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe listening team dan structured numbered heads pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI SMA Negeri 1 Cikatomas Kecamatan Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya.
D. Kegunaan Penelitian 1.
2.
Kegunana Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif terhadap pengembangan pengetahuan, keterampilan dan kreativitas, khususnya dalam pendidikan sains, sebagai wujud sumbangan berupa teori-teori bagi para peneliti dan pihak lain, dimana hasil penelitian ini merupakan masukan-masukan yang berharga dari permasalahan baru yang perlu dikaji lebih lanjut serta dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan hasil belajar siswa. Kegunaan Praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai informasi yang bermanfaat bagi kelangsungan pembelajaran di sekolah dan memberikan masukan yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, dan informasi mengenai penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam pelajaran biologi juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi Siswa Memberikan pengalaman baru untuk lebih berpikir kritis, lebih berani mengemukakan ide-idenya, juga diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar, meningkatkan hasil belajar, dan minat siswa dalam mata pelajaran biologi secara aktif, serta menghilangkan kejenuhan dalam mengikuti proses pembelajaran. d. Bagi Peneliti Dapat dijadikan sumber belajar, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga pada suatu saat dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang lainnya dengan baik.
Pembahasan A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team Model pembelajaran kooperatif tipe listening team merupakan model pembelajaran yang membantu siswa agar tetap fokus dan jeli. Model pembelajaran ini sangat cocok dengan guru yang gemar menggunakan metode ceramah. Siswa akan lebih aktif karena pada model pembelajaran listening team, siswa akan dibuat kelompok-kelompok kecil yang bertanggungjawab untuk mengklarifikasi materi pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe listening team merupakan model pembelajaran yang berkelompok dan menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dari hasil penelitian Pohan, Rahmadanni, dkk (http://rahmadannipohan.blogspot.com/2012/05/strategi-pembelajaranlistening-team.html) menyatakan bahwa Pengertian operasional dari listening team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang melibatkan indera pendengaran. Penggunaan listening team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut Silberman, Melvin L (2009:121) langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe listening team, di antaranya: 1) bagilah siswa menjadi empat tim, dan berikan tim-tim tersebut tugas berikut: TIM Peran Tugas 1 Penanya Setelah pengajaran berbasis ceramah, ajukan setidaknya dua pertanyaan tentang materi yang dibahas; 2 Penyetuju Setelah pengajaran berbasis ceramah, katakanlah hal-hal yang mereka setujui (atau dirasa membantu) dan jelaskan alasannya; 3 Pembantah Setelah pengajaran berbasis ceramah, beri komentar tentang hal mana yang tidak mereka setujui (atau tidak banyak membantu) dan jelaskan alasannya; 4 Pemberi contoh Setelah pelajaran berbasis ceramah, berilah contoh atau penerapan khusus dari materi pelajaran; 2) sajikan pengajaran berbasis ceramah anda. Setelah selesai berikan waktu bagi tim untuk menyelesaikan tugasnya; dan 3) perintahkan tiap tim untuk menanyakan, menyetujui, dan sebagainya. Anda mesti mendapat partisipasi siswa ketimbang yang anda bayangkan.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Structured Numbered Heads Huda, Miftahul (2013:139) menyatakan tentang kepala bernomor terstruktur/structured numbered heads bahwa : Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik kepala bernomor, memudahkan pembagian tugas, memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok, dan dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas untuk siswa. Menurut Huda, Miftahul (2013:139) langkah-langkah kepala bernomor terstruktur/structured numbered heads di antaranya: 1) siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor; 2) penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok; dan 3) jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa melibatkan kerja sama antarkelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama siswa-siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswasiswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka. C. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Listening Team dan Tipe Structured Numbered Heads Tes hasil belajar siswa di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads diperoleh nilai minimum 23 nilai maksimum 36, rentang 13, rata-rata 31,68, varians 15,81, standar deviasi 3,98, dan KKM 30. Sementara itu tes hasil belajar siswa di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team diperoleh nilai minimum 21, nilai maksimum 36, rentang 15, rata-rata 30,68, varians 17,56, standar deviasi 4,19,dan KKM 30. Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan uji t dan uji t deskriptif. Uji t digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan tipe structured numbered heads. Uji t deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah nilai tes akhir telah mencapai KKM atau belum. Namun sebelum
dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya nggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dengan menggunakan uji liliefors, karena jumlah data sebanyak 25 siswa (4 ≤ n < 30), diperoleh L0 = 0,161 yang lebih kecil dari LKritis = 0,166. Demikian pula uji normalitas data hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads diperoleh L0 = 0,169 yang lebih kecil dari LKritis = 1,173. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kedua data telah diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Fmaksimum diperoleh nilai Fhitung = 1,11 yang lebih kecil dari nilai Ftabel = 1,93. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji t diperoleh thitung = 0,86 dan -ttabel = -2,01. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan tipe structured numbered heads pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Cikatomas, Kabupaten Tasikmalaya. Hasil perhitungan uji t deskriptif pada nilai tes akhir hasil belajar siswa yang proses pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team diperoleh thitung = 0,86 dan -ttabel = -1,70. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tes akhir hasil belajar siswa yang proses pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team telah mencapai KKM. Untuk hasil perhitungan uji t deskriptif pada nilai tes akhir hasil belajar siswa yang proses pembelajarannnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads diperoleh thitung = 2,11 -ttabel = -1,71. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tes akhir hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads telah mencapai KKM. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan tipe structured numbered heads karena rata-rata kemampuan belajar siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 hampir sepadan, model pembelajaran yang diberikan sama-sama berkelompok, sama-sama mengaktifkan kondisi kelas, sama-sama bertukar informasi dan kemampuan peneliti belum berpengalaman. Pada saat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team siswa harus banyak membaca literatur sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar perdebatan selaras dengan materi. Berbeda halnya dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads, siswa banyak membaca dari berbagai literatur sehingga siswa di latih untuk mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan sehingga siswa cukup menguasai materi yang disampaikan.
Kelemahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team, diantaranya: 1. semakin banyak masalah/pertanyaan yang di bahas maka alokasi waktu tidak akan cukup; 2. waktu yang dihabiskan cukup banyak; 3. masalah/pertanyaan yang diberikan hanya satu maka informasi atau pengetahuan yang siswa terima semakin sedikit; 4. siswa harus siap berpikir kritis, dengan cara banyak membaca buku literatur sesuai materi yang diberikan agar semakin terarah; 5. dengan keleluasaan pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai; dan 6. penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya. Kelebihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team, diantaranya: 1. dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 2. listening team melatih siswa agar mampu berfikir kritis; 3. interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban; 4. model ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya; 5. siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri; 6. dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan; 7. dapat membantu anak untuk merespon orang lain; 8. dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar; 9. dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik; dan 10. tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simpel. Kelemahan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads, diantaranya: 1. semakin banyak masalah/pertanyaan yang di bahas maka alokasi waktu tidak akan cukup; 2. tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru; dan 3. tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama. Kelebihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe structured numbered heads, diantaranya: 1. dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 2. memudahkan dalam pembagian tugas; 3. masalah/pertanyaan yang diberikan lebih dari satu maka informasi atau pengetahuan yang siswa terima semakin banyak; 4. memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya; 5. dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh;
6. siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai; 7. menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan kurang pintar; 8. mampu memperdalam pamahaman siswa; 9. mengaktifkan kondisi kelas; 10. mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 11. mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama; 12. setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi; dan 13. tercipta suasana gembira dalam belajar, dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun, siswa tetap antusias belajar. Simpulan Berdasarkan penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa “tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan structured numbered heads pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia”. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan structured numbered heads dapat dipertimbangkan sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru di dalam kelas. Hal ini didasarkan pada penelitian, bahwa model ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada sub konsep Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia; 2. guru harus pintar mengefektifkan waktu dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran yang digunakan khususnya pada model pembelajaran kooperatif listening team dan structured numbered heads; 3. guru harus berusaha memilih model pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi yang akan disampaikan; 4. diperlukan persiapan yang matang dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, sehingga dalam pelaksanaannya guru dan siswa dapat mengoptimalkan langkahlangkah pembelajaran untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan; 5. proses belajar mengajar di kelas hendaknya lebih bervariasi, sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh ketika sedang berada di kelas, misalnya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini; dan 6. untuk peneliti selanjutnya penulis menyarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe listening team dan structured numbered heads pada konsep/sub konsep yang berbeda.
Daftar Pustaka Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Parametrik Untuk Penelitian Pendidikan. Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi. Huda, Miftahul. (2013). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pohan, Rahmadanni et. al. (2012). Listening Team. [Online]. Tersedia: http://rahmadannipohan.blogspot.com/2012/05/strategi-pembelajaranlistening-team.html [2 Nopember 2013]. Silberman, Melvin L. (2009). Active Learning. Bandung: Nusamedia. Riwayat Penulis Galih Wangi adalah mahasiswa angkatan 2010 pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang melaksanakan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (lulus tahun 2014).