BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Pembahasan geologi daerah penelitian meliputi kondisi geomorfologi, susunan stratigrafi dan struktur geologi daerah penelitian. 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Geomorfologi daerah penelitian pada umumnya didominasi oleh dataran rendah dan sedikit bukit-bukit terisolasi (Gambar 3.1) U
Gambar 3.1. Daerah penelitian pada google maps. Kotak berwarna merah adalah daerah penelitian (http://maps.google.co.id/)
Dari pengenalan rona dan tona pada citra SRTM dapat ditafsirkan bahwa daerah penelitian terdiri dari dataran dan lembah, sampai bukit yang cukup tinggi (Gambar 3.2). Dataran dan lembah ditafsirkan sebagai bentukan yang sangat dipengaruhi oleh struktur geologi dan proses erosi oleh aliran sungai yang bekerja pada daerah ini, sedangkan perbukitan yang cukup tinggi ini ditafsirkan sebagai perbukitan yang disusun oleh litologi yang mempunyai ketahanan lebih besar terhadap proses eksogen yang terjadi.
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
19
Gambar 3.2 Peta tiga dimensi dari SRTM yang memperlihatkan morfologi umum daerah penelitian
3.1.1 Satuan Geomorfologi Daerah Penelitian Daerah penelitian dikelompokkan ke dalam tiga satuan geomorfologi berdasarkan Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 2006). Ketiga satuan tersebut adalah:
Keterangan : Satuan Perbukitan Sinklin Satuan Kubah Lava Satuan Lembah Aluvial
Gambar 3.3 Satuan Geomorfologi derah penelitian
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
20
3.1.1.1 Satuan Perbukitan Sinklin
Foto 3.1. Satuan Perbukitan Sinklin. (Foto diambil dari lereng Bukit Serelo ke arah barat)
Satuan Perbukitan Sinklin adalah satuan yang paling luas dari keseluruhan daerah penelitian. Satuan ini menempati sekitar 55% dari luas daerah penelitian dengan elevasi pada ketinggian 60-110 meter, menempati bagian barat-tengah dari daerah penelitian. Satuan ini ditandai oleh kontur yang agak renggang tetapi memiliki bentuk-bentuk kontur yang radial. Ini menunjukkan satuan ini terdiri dari perbukitan-perbukitan dan daerah dataran yang lebih rendah. Proses utama yang terjadi pada satuan ini adalah proses erosi. Sungai utama yang menjadi agen erosi pada satuan ini adalah sungai Serelo dan sungai Milang yang arah alirannya relatif utaraselatan dan sungai Lengkupai yang arah alirannya relatif barat-timur. Litologi penyusun satuan ini pada umumnya adalah perselingan batupasir dan batulempung serta sisipan batubara di bagian utara. Jurus lapisan umum satuan ini adalah relatif barat-timur, dengan kemiringan yang berlawan arah membentuk struktur sinklin pada satuan ini. Struktur sinklin merupakan proses yang sangat mempengaruhi bentukan morfologi satuan ini. Berdasarkan karakteristik geomorfologi, berupa bentuk sungai yang berkelok-kelok dan cukup lebar serta lembah sungai berbentuk “U”, maka satuan ini digolongkan pada tahapan geomorfik dewasa. Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
21
Foto 3.2. Sebagian lembah sungai berbentuk “U” pada Sungai Serelo yang mengindikasikan tahapan geomorfik dewasa pada satuan ini.
3.1.1.2 Satuan Perbukitan Kubah Lava
Foto 3.3 Bagian Satuan Perbukitan Kubah Lava berupa tubuh batuan beku andesit yang dikenal sebagai Bukit Serelo. (foto diambil dari lereng utara Bukit Serelo ke arah barat daya)
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
22
Foto 3.4 Bagian Satuan Perbukitan Kubah Lava berupa tubuh batuan beku andesit yang dikenal sebagai Bukit Besar (foto diambil dari desa Padang Baru ke arah timur laut)
Satuan Perbukitan Kubah Lava menempati 40% dari daerah penelitian. Satuan ini ditandai oleh kontur yang sangat rapat dan relatif radial. Ini menandakan morfologi satuan ini terjal dan membentuk bukit-bukit yang terpisah-pisah Perbukitan ini disusun oleh tiga buah bukit yang berukuran cukup besar dan kontras terhadap morfologi lain di daerah penelitian. Bukit-bukit tersebut adalah Bukit Besar, Bukit Serelo (atau lebih dikenal dengan sebutan Bukit Jempol) dan Bukit Senubut. Proses dominan yang terjadi pada satuan ini adalah proses erosi vertikal, yang pada penampakan di lapangan menyisakan bekas jejak air pada tubuh bukit tersebut. Selain itu proses erosi menghasilkan banyak runtuhan koluvial di lereng bukit Serelo dan Bukit Besar
Foto 3.5. Jatuhan koluvial di lereng Bukit Serelo
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
23
Litologi yang menyusun bukit-bukit ini adalah batuan beku andesit dan jatuhan koluvial pada lereng-lereng di sekeliling perbukitan tersebut. Berdasarkan karakteristik morfologi dan proses yang terjadi, maka satuan ini digolongkan pada tahapan geomorfik muda. 3.1.1.3 Satuan Lembah Aluvial.
Foto 3.6 Satuan Lembah Aluvial dalam badan sungai Serelo
Satuan Lembah Aluvial menempati 5% daerah penelitian, berada di wilayah sepanjang aliran sungai Serelo. Aluvial yang terdapat pada satuan ini umumnya hanya menempati wilayah seluas badan sungai sampai beberapa meter di kanan kiri sungai. Penyebaran aluvial ini tidak merata di sepanjang aliran sungai, karena ada bagian-bagian tertentu dari badan sungai yang masih cukup dalam dengan tebing di kanan dan kirinya, sehingga pada bagian tersebut tidak diendapkan satuan aluvial. Satuan Lembah Aluvial ini disusun oleh material lepas berukuran bongkah sampai lempung yang pada umumnya berbentuk relatif membundar. Litologi penyusun umumnya adalah batuan beku, batupasir dan batulempung. Berdasarkan karakteristik morfologi berupa sungai yang berbelok-belok, aliran sungai yang relatif lambat dan material penyusun aluvial yang relatif membundar, maka satuan ini digolongkan pada tahapan geomorfik dewasa. Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
24
3.1.2 Pola Aliran Sungai Berdasarkan tipe genetiknya, sungai-sungai yang mengalir pada daerah penelitian sebagai agen erosi utama terdiri dari empat tipe, yaitu: konsekuen, subsekuen, obsekuen, dan resekuen. Sungai konsekuen adalah tipe sungai yang memiliki arah aliran searaha dengan kemiringan lapisan batuan. Sungai subsekuan adalah tipe sungai yang arahnya tegak lurus terhadap sungai konsekuen. Sungai obsekuen adalah anak sungai resekuen yang arah alirannya berlawanan dengan sungai konsekuen. Sedangkan sungai resekuen adalah anak sungai subsekuen yang arah alirannya sejajar dengan sungai konsekuen Yang termasuk tipe konsekuen adalah sebagian aliran Sungai Serelo dan Sungai Milang. Sedangkan yang termasuk subsekuen adalah Sungai Napalan, Sungai Lengkupai, Sungai Binjai dan anak Sungai Milang. Yang termasuk tipe obsekuen dan resekuen adalah beberapa anak Sungai Milang.
Gambar 3.4. Pola aliran sungai di daerah penelitian. (
) kedudukan batuan, (K) sungai konsekuen, (S) sungai
subsekuen, (O) sungai obsekuen dan (R) sungai resekuen.
3.1.3 Pola Kelurusan Dilihat dari citra SRTM daerah penelitian, dapat ditarik beberapa kelurusan (Gambar 3.7). Dari kelurusan yang ditarik, dan kemudian diolah menggunakan diagram distribusi, maka disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki kelurusan umum berarah barat laut-tenggara (SENW) dan timur laut-barat daya (NE-SW).
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
25
Gambar 3.5 Citra SRTM daerah penelitian, kelurusan dan diagram distribusi
3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi lima satuan batuan dengan urutan stratigrafi sebagai berikut :
Gambar 3.6 Stratigrafi umum daerah penelitian
3.2.1 Satuan Batulempung Satuan Batulempung menempati 15% dari daerah penelitian. Satuan ini tersebar di bagian selatan daerah penelitian (dapat dilihat pada lampiran peta geologi, berwarna hijau). Singkapan yang baik dapat dijumpai di bagian hulu sungai Serelo, pada umumnya terdapat pada tebing di pinggir sungai.
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
26
Foto 3.7. Singkapan batulempung tebal di tebing sungai Serelo pada Satuan Batulempung.
Satuan ini dicirikan oleh singkapan batulempung yang tebal, mencapai belasan meter. Batulempung pada umumnya berwarna abu-abu gelap, karbonatan, dan lunak. Pada satuan batulempung ini terdapat nodul-nodul batugamping dan carbon debris. Sebagian nodul batugamping berkedudukan memanjang paralel dengan bidang perlapisan, tetapi tidak memiliki orientasi. Nodul ini berwarna abu-abu kekuningan, kompak, berukuran lempung. Nodul batugamping ini digolongkan sebagai batugamping kalsilutit. Kehadiran carbon debris mengindikasikan bahwa pengendapan sedimen pada satuan ini sudah mulai dipengaruhi oleh sedimen yang bersumber dari darat.
Foto 3.8 Nodul batugamping yang terdapat pada singkapan batulempung di satuan Batulempung
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
27
Pada satuan ini, terutama di bagian tengah satuan terdapat sangat banyak rekahan pada batulempung yang memiliki arah relatif sama (SE-NW). Kehadiran rekahan yang intensif ini mengindikasikan bahwa satuan ini telah mengalami suatu deformasi. Berdasarkan Analisis Mikropaleontologi (Lampiran B), ditemukan beberapa jenis foraminifera plankton, yaitu Globigerinoides trilobus, Globigerinoides immaturus, Globigerina Prabuloides, Praeorbulina glomerosa circularis, Hastigerina praesiphorifera, orbulina suturalis, dan Globorotalia lobata. Dari analisis mikropaleontologi, kisaran umur satuan ini adalah N9-N13 (Blow, 1969) atau pada Miosen Tengah (Lampiran B1-B2) Fosil foraminifera bentonik yang ditemukan pada satuan ini adalah Uvigerina sp, Bulimina marginata, Ammonia umbonata. Berdasarkan kumpulan foraminifera bentonik yang hadir, maka diperkirakan satuan ini diendapkan di lingkungan laut terbuka pada zona neritik luar-neritik tengah. Berdasarkan ciri litologi yang teramati pada Satuan Batulempung, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Airbenakat (Gafoer dkk., 1986). Hubungan dengan satuan dibawahnya tidak diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian. 3.2.2
Satuan Batulempung-Batupasir Satuan Batulempung-Batupasir menempati 45% dari daerah penelitian. Satuan ini
tersebar di bagian tengah daerah penelitian (pada lampiran peta geologi berwarna hijau muda). Singkapan yang baik dapat dijumpai di sungai Serelo dan Sungai Milang. Satuan ini dicirikan oleh perselingan batulempung dan batupasir dengan komposisi batulempung lebih dominan. Pada batulempung terdapat nodul-nodul batugamping serta pada sebagian batulempung terdapat carbon debris. Lapisan batupasir memiliki ketebalan 30 cm- 1,5 m (Gambar 3.9)
Geologi Daerah Bukit Serelo dan Sekitarnya, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan
28