frdrsp*fiiilfi Volume IV, No 4, Oktober - Desember 2009
I
I'cngarulr lludlya Patcrrralistik'lt'rtrailap Pclaksanann l'r'rturitttuan ('l'NS I'ltla Sukrrltitriitt Kotit l\lanitdo Martha Ogotan |,1,rrllisis Tcntang Pcrryclcnggaraan Pclayanatt Puhlik I)i'ntcrinlalr Kccunr:rtan tli Koll llitung Salmin Dengo ..\rrllrsrs Kcrrrurrtpuln Kcuangan Kola Manado l)tlarn I'crrvclcttggilraan ( )tortortri l)acrah Joorie M. Ruru O l'.,'g,rruh Analrsa |tcl;rksantan Kcr.ja'lL'rhadap'l'ingkat Kclluitsan Kcrla Karruuan l)lrlr lllnk tll'PN Manallo M. Mundung ..\rruIisis l"'rktor llcncrrlu Kcbcrhasilan Irnplurrme'ntasi Kchiiakan Ptlavarrarr Puhlik Joorie M. Ruru .\rralisis l)arnpak Kentrikln Ilargl Illllvl'lcrhadap Kirrcr-ia industri Pclalaran Harry Jansen Sumampouw O Krurlitas Pr,'llvaturrr Kcschat:ur [)alarn [tangklr Kepuasarr l'rrsie.n ['arla ItSt.P Prrrt. rlr^ lt.[). Kiurtlou Man:ulo Juliana W. Tumiwa Krrrcr"iu Kr'uunliarr rlun Stratcgr llcltrhangunan Kolir tli lrr;r ()ltlttornr l)irr.'r:rlt: Stutlr Klsus K()lil l\lanlrkr Andre F. Kalangi I)clttang tlatt'iirnt;.rtttlrn lrttplcrrtcrrtrrsi Angglnut Ilcrhnsis Kincr.il Joorie M. Ruru tlsaha-[ lsaha Pcngcrtthungart lrtrlrrstri Selfie Wowor
|
|
|
I
a
t
E
.t
ISSN 1907-316X
JURNAL LOGOS SPECTRUM Volume 4, No. 4, Okfober
-
Desember 2009
Pellndung Dekan FISIP Unsrat (Drs. Johny Lrmrolos, M.Si)
PenanggungJawab Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Unsrat (Drs. Jouke Lazut, M.Si.)
PemimphUmum/Redakci Prof Dr. JohnHein Goni RedakfurPelaksana M.Isnaeni DeryanRedakri Prof. Drs. F. J. Timban Dra. Hetty Geruh, M.Si. Drs. Hen&ik\M. Pongoh Drs. Nicolaas Kandowangko, M.Si. Drs. Antonius Furwanto, MSi. Drs. Selvie Tumengkol
AdmhtrtrnslKeuangan Dra. Fonny Waani Peiaksana Produkl dan Percetakan Syafaruddin
Ditcrbit*in olch: Sosiologi Fakultas IImu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Bekerjasama dengan Penerbit Media Pustaka Manado
ir
Ruang Laboratorium Sosiologi Jrl'usan Soelologi FISIP Jl. KanpusBahu, Manado, S51tS
E-mail
[email protected]
U
nsrat
PENGARUH BUDAYT PATERNALISTIK TEREAI}AP PELAIGANAAIY PENERIMAAN CALON PEGAIYAI NEGERI SIPIL NADA SEKRETARIAT KOTA MANADO
.
Mrrthr Ogotan* ABS;TMCT Ihis research steps outfiomburcaucracy practice rcarity, notably patterns recruitmen clerk at tending Manado City ignore
interest'and professionalism point. It wos predicted to terminological regirdecl by paternalistic culture point that followed by rekruitmen CPNS| exec"utor agency (ctvil public servant candidate) that ortn. Thus, this rcsearch inteint for onalized paternalistic culture influence to pattern rccruitmen CPNS 3 p e formln g o n Ci ty s e cte t a ri o t offi c e Man ado. Resuk observationaling to point out that respondent qnswer distribution to all variable (paternalistic culture and rccnti t me n C PNS b pe rfo rmi n g) a fu q u at e ly v ari e s, but ov e ra ge lies on category be or intermedlate. Paternalistic cukural practice, notobly on City secretariat ffice Manado starts to experience changing /shift to aim modern bureaueracy organization culture with morc gets orientatlon on "result" and "errolity" hum.an tesource, particalarly deep recruitmen CPNSh pcrforming process. Relationship among variable second gets rcgative linear pattern and so si gnifi cant. Its mean thdt infuential lmernalistic culture negative to recruitmen CPNSb performing, uhile calnre paternali sticing to have intluenee relationship that
signifieant to recruitmenb performing civil public servant wdidate. Ecy word : Paternali
s
ti
c culture, perfo rming.
' 9af P engaj ar Fl SIF' Unsra t M anr a do $ectum, ISSN
1907-316X, Vol. 4, No 4, Oktober
-
Oeember
2009
1
i Martha Ogotan
PENDAHTJLUAN Sebagai suatu bangsa, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat heterogeir. Pluralitas budaya dapat dikatakan hampir sama banyak dengan jumlah pulau yang terbentang dari Sabang sampai Matnoke. Penryataan ini me,ncermi*an sebuah realitas kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat heterogen juga memiliki sistun nilai budaya dan norma kehidupan masingmasing.
Sebuah keunikan sistem
nilai budaya dan norma
kehidupan itu sering kali menjadi acuan berpikir dan pegangan bertindak, sangat berpe,ngaruh pada sikap hidup dan pola prilaku dalam masyarakat dimana sistein nilai dan norma budaya tersebut hidup. Menurut Koendaraningrat ( I 992) konsep budaya berasal dari kata Sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budi atau akal. Oleh sebab itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bosangkutan dengan akal. Kebudayaan bukan poilaku yang kelihatan, tetapi lebih berupa nilai-nilai dan kepercayaan yang digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalamannya dari menimbulkan perilaku serta mencernninkan perilaku itu sendiri (Haviland, 1995). Menurut tlrriyarto (2002: 85) kebudayaan memilih arti yang sangat luas dari pemaknaan yang sangat beragam serta menrpakan sistern simbol yang dipakai manusia untuk meinalcnai hidupnya. Sistem simbol itu berisi orientasi nilai, sudut pandang tentang dunia yang kemoudian terekam dalam pikiran yang dapat diakuralisasikan ke dalam bahasa tutur, tulisan, lukisan, sikap, gerak, tingkah laku manusia. Pada bagian laiq Koentjaraningrat (1984) mengatakan bahwa adat adalah wujud ideal dari kebudayaan. Secara lengkap, wujud itu dapat disebut sebagai adat, tata-kelakuan, karena adat berfungsi sebagai pengaturkelakuan. Adat dapat dibagi ke dalam empat tingkatan, masing-masing : (1) tingkat nilai budaya; (2) tingkat nonna-norma; (3) tingkat hukurL dan (a) tingkat aturan hukum. Dengan de,mikian, nilai budaya merupakan bagian dari
2
Jumal Logoe Spectum, ISSN 1 907-31 6X , Vol. 4, No 4, OKober
-
'
Desember 2009
Pengaruh Budaya Patemalistik Terhadap?elaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Kota Murado
adat dan adat itu sendiri merupakan bagian atau unsur dari kebudayaan.
Tingkat pertama adat atau tata-kelakuan benrujud nilai budaya adalah lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Dalam kaitan ini, Kluckhohn (Koentjaraningrat, 1984) menyusun suatu kerangka sistem nilai budaya yang berkaitan dengar lima masalah pokok dalam kehidupan manusia
yaitu: l). Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia; 2). Masalah mengenai hakekat dari karya manusia; 3). Masalah mengenai hakekat dari kedudtrkan manusia dalam ruang waktu; 4). Masalah me,ngenai hakekat dari hubungan manusia dengan alan sekitarnya; dan 5). Masalah mengeirai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelima kerangka nilai budaya atau orientasi nilai budaya tersebut berlaku
umum atau universal, namun terdapat perbedaan dalam suatu lingkungan kebudayaan dengan lingkungan kebudayaan lainnya. Dalam konteks sistem nilai dan adat kebiasaan tersebut ada ar bahwa prilalil individu dalam organisasi juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh varian lokalitas budaya yang berkembang begitupun juga birokrasi tidak dapat dilepas dari pengaruh lingkungan budaya dalam aktivitasnya juga secara intersifmelalui pola interaksiyang terbentuk dr dalarnnya dengan budaya lokal, budaya birokasi yang berkembang di suatu daerah tertentu, misalnya tidak dapat dilepaskan dari nilai budaya lokal
yang melingkupinya. Demikian halnya yang terjadi pada masymakat Sulawesi Utara khususnya rnasyarakat Kota Manadq dimananilai budaya yang dianut masyarakat terakumulasi dalam adat-istiadat kesukuan/eftris yang dipimpin Kepala Suku. Kepala suku berfungsi sebagai pemangku adat merupakan personifikasi sosok perrimpin yang dihormati, dihargai dan memffi kekuasaan nonforrnal dalam liogkop komunitas masyarakatnya.
Salah satu nilai budaya yang masih berlaku umum di dalam kehidupan masyarakat lndonesia, termasuk didalam kehidupan birokasi pemerintahan adalah budaya paternalistik,
yang dalam kerangka Kluckhohn disebut sebagai nilai budaya yang berorientasi padahakekat hubungan antar manusia (HAM). Jumal Logos Spectum, ISSN
,1907-316X ,
Vol. 4, No 4, Oktoba
-
Desember
2009 3
i Martha
ogotan
Dwiyanto (2002: 172) menjelaskan budaya patemralistik atau paternalism adalah sebuah sistem yang menempatkan pimpinan sebagai pihak yang paling dominan. Corak budaya patemalisme adalah se,perti hubungan antara seorang ayah dengan anaknya. Budaya pat€rnalisme dalam kinerja pelayanan publik menuqjuk pada hubungan antara pimpinan yang berfirngsi dan
berkedudukan sebagai ayah dengan masyarakat, yang berkedudukan sebagai anak. Dalam paternalisme, pola hubungao dipandmg sebagai seoara hirarkis. Pihak pejabat birokasi atau pimpinan ditempatkan lebih dominan dari pada aparat bawahan karena seseorang pimpinm harus dapat memboikan perlindmgan
terhadap bawahannya. Kalau patemalistik diartikan sebagai sebuah sistem yang
menempatkan pimpinan sebagai pihak yang dominan, maka Tangkudung (1996 : 2l) melihat tipe pemimpin paternalistik menganggap yang dipimpin itu atau bawahannya sebagai anak
atau dianggap sebagai manusia yang belum dewasa. Oleh karenanya pimpinan basikap terlalu melindungi anak buahnya.
Sifat melindungi ini disebabkan oleh suatu pandangan batrwa dipimpin belum dewasa, masih me,nrbutuhkan bantum.bantuan dan perlindungan yang kadang-kadang sudah keterlaluan. Tipe pemimpin paternalistik selalu merasa serba tahu oleh krenarrya anak buah bawahan jarang diberikan kesempatan untuk
berinisiatif, untuk mengembangkan daya kreasi apalagi mengambil keputusan dalam organisasi. Nasiku dalan Setiawan, ( 1998 : 20) menyebutkan batrwa hubungan yang paternalisme akan menghasilkan kekuasaan pada
tangan ayah atau pada tangan seorang pemimpin. Lebih jauh
dikemukakan, dalam kehidupan keluarga paternalisme mewujudkan diri dalam be,ntuk konsentrasi kekuasaan pada ayah atau orang tua.
Dalam kehidupan paternalisme mewujudkan diri dalant bsntuk konsenfrasi kekuasaan dan penguasan masyarakat dalam tangan sang pe,mimpin. Konsentrasi kekuasaan keluarga dalam tangan ayah atau orang kewibawaan berada di tangan ayah atau orang tua. Demikianjuga konsentrasi kekuasaan dan pengawasan masyarakat dalam tangan pemimpin masyarakat, menghasilkan
{
Jumal Logm Spectum, ISSN 1907€1 6X, Vol. 4, No 4,
Okbber- Dcser6er 2009
Penganrh Budaya Paternalistik Terhadafi Pelaksmraan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Selaetmiat Kota Marado
konsentrasi penghormatafl sosial dan kewibawaan jatuh dalam tangan sang peurimpin pula. Keduanya bersama'sama membemtuk
pola hubungan antar manusia yang bersifat vertikal. Secara konotatit budaya paternalistik diartikan sebagai hubungan yang terjadi menuqiukkan kuranguya kepercayaan
seorang pemimpin kepada bawahannya dalam melakukan kegiatan, disamping harus sesuai dengan keinginan pemimpin, dan harus tunduk serta patuh kepadanya.
Sementara
pola hubungan paternalistik
yang
meirur{ulskan pada hubungan pafion-klien agak sedikit berbeda dengan pola hubungan bapakisme. Hubungan patron klien cenderung menekankan pada segi rnaterial, sedangkan hubungan
bapakisme
di samping
memenuhi kebutuhan material, juga
cenderung menekarkan pada hubrmgan yang bersifat nqr material' Pada konteks bapakisme, hubungaa yang t€rjalin meliputi aspek
pemenuhan kebutuhan sosial, material, spiritual, dan einosional
anak buah (pegawai bawahan) yang memperoleh petlindungan seperti ini, dengan segala loyalitasnya dan sukarela akan momenuhi perintah sang bapak. Mereka merasa berhtltang budi kepada sang bapak sehingga menimbulkan sikap hormat yang begitu tinggi dan mendalam kepadanya. Bapak adalah pimpinan yang me,rnberikan peNrgayoman sebaliknya, anak diharapkan dapat
menajadi tulang punggung yang memrberikan rasa hormat dan bahkan mungkin bersedia membela hidup serta kehormatan bapaknya (Dwiyanto, 20021' 92).
Santoso (1997: 25-26) hubungan sosial "bapakisme" disini lebih saphisticolled, lebilr luas dari patron'client yang banyakterdapat di beberapa NegaraAsia danAmerika latin yang sangat menitik beratkan pada aspek material. Sebab di dalam o'patron" sistem "bapakisme" ini pada prinsipnya "bapak" atau menanggung pemenuhan kebutuhan sosial, material, spiritual, dan pelepasan pemenuhan kebuttrhan smosional untuk para "anak buah" atau klien,para anak buah yang mendapatkan polindungan serta peinenuhan kebuhrhan dengan segala loyalitas dan sukarela o'bapak". Barangkali yang begitu memenuhi segala perintah
menentukan dalam "bapakisme" adalah hutang budi, yang
Jumal Logos Spectum, ISSN 1907-316X , Vol. 4, No 4, Oktober
-
Desember
2009
5
-r
Martha
ogotan
menimbulkan sikap hormat yang bogrtu tinggi dari tidak perpah akan mau menentang "bapak" tldak
'.dak buah"
benar.
I I
l
:
Menentang - yang perlu dibedakan dengan 'otidak memlgnuhi" - kemauan dan perintah o'bapak" di hadapan unum adalah merupakan pantangan besar bagi "anak buatl'. Disini, pada hakikaftrya keduanya mendapatkan sesuatu yapg diharapkan, sehingga sulit dikotakan siapa yang memeras siapa dan siapa memanfaatkan sitrp4 walaupun dipahdang dri sudtf Bolitilq maka o'bapak" jelas momperoleh keuntungan jautr lebih penting dari *anak buah". Dalam sistein hubungan ini, ketaatan dan kesetiaaa yang secara sukarela diberlkan oleh "anak buah" kepada "bapak" moupakan sumber legitimasi kekuasaan bagi "bapak" dr dalam masyarakat.
Melihat model ymg ditimbulkan oleh budaya paternalistis sebuah kesimpulan bahwa rendahnya kineqia birokrasi publik sangat dipengaruhi oleh budaya paternalisme yang masih sdngat kuat
di atas, maka oleh Dwiyanto (2002: ix) meagambil
yang cenderung mendorong pejabat birokrasi untuk lebih berorieirtasi pada kekuasaatr dari pada pelayanaq me,tennpatkan dirinya sebagai penguasa. Disamping itu juga reirdahnya kinerja
birokrasi publik disebabkan oleh sistem pembagian yang cenderung memusat pada pimpintur. Struktur birokrasi yang
hirarkis
adanya pemusatan kekuasan dan wewenang
pada atosan. Hal ini dapot berakibat pada pengambilan keputusau
termasuk dalam melakukan proinosil penempatah pejabat birokasi dan rekuitnen pegawai baru. Dalam hubungan ini Siagian (1997) mengatakan bahwa rekrutnen adalah proses rnencari, menemukan dan menarik para pelamar unhrk dipekerjakan dalam dan oleh suatu orgarisasi. Selanjutnya Flippo (1989) mengemukakan bahwa rekruftrcn adalah proses mencari calon karyawan dan merangsang mereka
untuk melamar pekerjaan dalam organisasi bersangkutan. Sehingga dalam Bruno dan Balls (1989) merrgartikan rekutmen adalah suatu proses medcari, mehemukan dan rnertarik para pelamar yang kapabel untuk dipekerjakan datam suatu pekerjaan (organisasi) sekarang dan untuk yarrg akan datang. Oleh kare,na
$
Jurnal Logoo Specfum, ISSN 1 907-31 6X , Vot. 4, No 4, Oktober
-
Desember 2000
Pengaruh Budaya Patemalistik TerhadairiPelatsanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Kota Manado
itulah rekrutndn sebagai salah satu kqriatan dari pada organisasi kantor untuk mendapatkan sumbet daya manusiayailg tidak dapat dilepaskan dertgan kegiirtannya yang lain.'sehingga rekrutne,n
adaldr proses mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang lanlifaid untuk jabatan pekerjaan selama di lingkungan sudtu organisasi kantor. (Nawawi, 1997). Budaya paternalistik dalhm birolaasi ymg menrpakan' transformasi nilai-nilbi warisin budaya aristokrasi, yatrg mencerminkanorientasi vertikal (ke atas) ydrg lebih mendominasi refere,nsi birokasi, dimana loyalitas ritual sering bersifat pribadi, kesadaranprcstiie dan status yartg masih kuat, budaya panutan yang soing mtirnbayangi partisipasi, kecenderungan sentralisasi yang amat kuat. Dari rtodel birokrasi pelayanan publik yang bersifat monopoli dan tidak memberikan alternatif pelayanan kepada publik, me,nyebabkan kualitas ki"erja pelsyairan menjadi tidak alnmtabel. Implikasinya dari kondisi tersebut menjadikan
posisi tersebut terasa sangat kuat dirn domi[ran dalam mempelgunakan kewenangan dan kuasa kepada publik @wiyanto,
2002:187). Data pfa-survai menunjukkan bahwa Kota Marado dihuni oleh multi-etnis, baik berasal dari peduduk lokal Sulawesi Utarq
seperti Minatrasa, Sangihe dan falaud, Bolaang Mongondow, maupun Gorontalo yang sectra adminisffatif telah dimekarkan maliadi provinsi tersendiri. Fakta menunjukkan bahwa nilai budaya manapun di dunia, termasuk maqyalakat Sulawesi Utora, khsusunya Kota Manado menju{ung tinggi nilai / status masyarakat yang nrcmiliki status sosial-budaya teitentu, seperti pendidikan formal yang memadai, pekerjaan yang layal< dan memiliki kemampuan eikonomi yang mapan. Kaitannya dengan nilai budaya tentang kecendenrngan menghargai status sosial-budaya seperti berjenis pekerjaan sebagai pegawai uegeri sipil (PNS) atau aparatur pemerintah bagi masyarakat Kota Manado masih dominan. Artinya bahwa masyarakat meNrganggap tinggi status mereka yang berkerja sebagai PNS dan memiliki kualifikasi pe,ndidikan yang memadai.
Jurnal Logos Spectuin, ISSN 1 907-31 6X , Vol. 4, No 4, Okbber
-
Desember
2009
/
MrthaOgotan Salah satu cara untrkme,rnunrfti nilai-nilai tersebut adalah dengan cendenrnguya masyarakat Kota Manado berusaha masuk ke dalam birolrasi atau menjadi pegawai negeri sipil. Linghmgan
birokasi yang dianggap sebagai tempat sepoangkat simbolsimbol budaya politik, seperti kekuasaan, kontrol, perguasa sunrber daya sampai pada prestasi keluarga maupun pribadi yang
mldah dieksperesikan.Dari model lingkmgan birolcasi seperti ini maka dapat dipahami proses sosial budaya yang akan menimbulkan adanya kelompok-kelompok yang mempunyai statw sosial yang tinggi berusatra untr* mengambil simbol-simbol kebudayaan sehingga prinsipprinsip seporti sistem rekruune,lr pada jajaran birolaasi, pendelegasian wewenang cenderung pada
praktek-praktek patrimonial yang masih mononjol sehingga pengeinbangan profesionalisme dan pengembangan sumber daya aparut dikesampingkan. De,ngan demikian birokasi yang ada di Kota Manado masih terkesan kental &ngan birolaasi primordial dan juga merupakan warisan birokrasi berbudaya patemalistik sebagai akibat dori pengaruh nilai budaya etnisisme kesukuan (sukuisme). Kondisi ini merupakan hsmbatan sekaligus peluang terbukanya cela bagi pralcek nepotisme dalamproses pelaksanaan
rekrutnon calon pegawai negeri sipil. Dengan kata lain bahwa budaya patemalisre pada sisi negatifuya sering mernbuka peluarg bagi para birdaat/aparatur birolaasi untuk melahrkar KKN dalart pelalaanaan pengadaan/rekrutnen CPNS. Mengingat permasalahan ini cukup aktual dan belum diketahui secara saksanra kebenaran dugaan tersebut, maka penulis tertarik rurtuk molalcukan penelitian ilmiah dengan menganrbil lokasi pada kantor Sekstariat Daerah Kota Manado. Mengacu pada uraian di atas, maka permasalahm dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : "Seiauhmana budaya paternalistik berpengaruh terhadap pola pelaksonaan
relcratmen calon pegawai negeri Selre t ari at Ko t a Man ado
sipil (CPNS) pada Kantor
?.'
8 Jumal Logos Spectrcn, ISSN 1907€{ 6X, Vol. 4, No 4, Oktober - Deember 2009
Pengaruh Budaya Patemalistik Terhadali Pekksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Seketariat Kota Manado
METODE
PENELITIAN
':
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri d6i:satu variabel beb as (independcnt vari able), yaitu Budaya paternalistik yang'diberi simbol X dan sisarya adalah variabel terikat atau
dependent variable yang
diboi simbol Y Adapun definisi
opaasional dari kedua variabel tosebut dapat dinrmuskan sebagai
berikut:
l.
Budaya Paternalistik
Yang dimaksud dengan budaya paternalistik dalam penelitian ini adalah sebagai suatu perangkat kepercayaan, ililai' nilai, sikap kehidupan dan kebireaan-kebiasaaa serta prilaku yang berkaitm demgan kehidupan yang didasarkan atas dasarhubungan familiar, hubungan pribadi dan hubungan "bapak . anak buah" paternalistik Qt atron cli e n t). Secara operasional, budaya didefinisikan s&agai s$uah sistem yang menanpatkar peirguasa/ pimpinan sebagai pihak yang paling dominan dalam birolaasi' Berdasarkan defenisi oporasional di atas, maka secara operasional budaya paternalistik dapat diukur dari beberapa
'
indikator sebagai berikut: a. Adanya pola hubunganymg hirarkis dalam birokrasi b. Adanya sentralisasi kekuasaan birokrasi Bawahan dituntut loyalitas dan penghormatan kepada atasan. d. Lematrnya tingkat kepercayaan pimpinan terhadap bawaha# maqyarakat. e. Kurang adanya inisiatif dari bawahan / maqyarakat
c.
f:
Tingkat.kontrol yang lemah dari bawahan/masyarakat terhadap, penguasa atau pimpinan.
2. Pelaksanaan rekrutmen
Rekrutmen atau,pengadaan pegawai negeri sipil didefinisikm sebagai suatu proses rnencari, menemukan dan renarik pada pelamar yang kapabel untuk dipekojakan dalam oganisasilinstansi pemerintah/kantor, yang dalam hal ini adalah kantor SelaetariatKota Manado. Variabel inidiukur dari beberapa idikatof antara lain:
Jrnal Logos Spechum, ISSN I 90731 6X , Vol, 4, No
4, Okbber
-
Deaamber
2009
I
,i
Martha Ogotan a,
Perencanaan reknrfinen PNS.
Pengumuman Ketepatan waktu pefigumuman Pelamaran tennasuk seleksi dokumen Pelaksanaar ujian potyaringan (test kompetensi dan psikotest) f. Penentuan kriteria kelulusan o Pemeriksanaan/evaluasi ujian b. h. Penentuan hasil ujian / kelulusan
b. c. d.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua karaktoistik yang berhubungan dengan budaya paternalistik dan pelaksanaan rekrutnen CPNS pada kantor Sekretariat Kota Manado. Adapm anggota populasi atau unit analisis adalatr semua pegawai negeri srpil yang bekerja pada kantor terrebut yang sesuai date terakhir dari Pe,nrerintah Kota Manado b€rjumlah 60 orang pegawai. Mengfurgat besar populasi di bawah 100 otang, maka sampel responden ditetapkan se cara purp o s ive sejumlah populasi atau dengan kata lain bahwa penelitian irri adalah penelitian populatif dengan besr sampel responden sebanyak 60 orang pegawai.
Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan penelitian ini adalah kuesioner atau daftar pertanyaan guna dalam meqiaring data primer, sementara data sekunder didapat melalui teknik dokumentasi. Kedua jenis data tersebut dipuoleh juga melalui teknik pedoman waw arcwa (intewiew guide). Semua dak diperoleh melalui teknik survai dan observasi langsung. Berdasarkan karakteristik permasalahan yang diteliti, maka teknik atau cara analisis data yong relevan digunakan terdiri dari
:
1.
2.
Analisis persentase yang diolah dalatn tahl &ekuensi : Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi sekaligus mendeskripsikan variabel-voriabel penelitian.
Analisis Regresi linier sederhana. Teknik analisis ini digrrnakan untuk menguji pengaruh variabel bebas (X) terhadap variobel terikat (Y) sekaligus mengetahui polo hubungar fungsional antara kedua variabel.
1
0
;umat Logoe Spectun ISSN 1907416X, Vol. 4, No
4,
OKobs * Desember 2009
Pengaruh Budaya Paternalistik Terhadap Pblaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Seketariat Kota Manado
Untuk maksud tersebut, maka rumus yang digrmakan adalah p€rsamaan v = a + bX (Sudjana, 1983). Untuk menaksir besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas, digunakan harga'koefisien determinasi (r') dari hasil analisis korelasi sederhana (korelasi product moment). Untuk mengetahui doajad detrrminasi {daya pertentu) atau besarnya penganrtr dari variabel bebas terhadap vriabel tak
bebas, diperoleh dangan cara mengkuadratkan harga nilai koefisien korelasi, yaitu (r'). Untuk uji signifikansi hubungan antara variabel, maka nilai
nilai r"*, pada tarafuji
r-ro* langsung dikonsultasikan dengan (dk) = n.
1 % dengan derajat kebebasan
Taraf Signifikan yang digunakan untuk menguji hipotesis diterapkan l% atau 6 = 0,01 atau pada tingkat kqercayaaa99 Yo yang dapat diartikan bahwa hipotesis dinyatakan teruji/ditoima
HASI L I}AI\I PEMBAHASAI\ Deskripsi Variabel Penelitian Variabel yang dikaji dalam penelitian ini t€rdki dari'satu variabel bebas (i ndependent vari ab le), yutuBr.daya pdernalistik yang diberi simbol X dan lainnya adalah variabel terikat atau dependent variable, yaitu petaksanaan rekrutmen CPNS yang diberi simbol Y Kedua variabel ini dirumuskan kedalam definisi operasional untuk kemudian dijabarkan ke dalam laresioner dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan dan disebarkan kepada semua responden.
Untuk keperluan atralisis porsentase, maka jawaban setiap item instument dari masing-masing pertanyaan atau pernyataan yang bersifat posittf diberi skor :
* Sangat Setuju / Solalu =5 * Setuju/ Sering -4 * Ragu-ragrr/Kadang-kadang - 3
*2 * Tidak Setuju I Jarang * Sangat Tidak SetujdTidak pemah = 1 Sedangkan mtuk pertanyaar atau penryataanyang benifat negatif diberi nilai : fnnl
Logos Spectum, |SSN 1907-316X, Vol. 4, No 4, 0ktober
- Dwmber
2009 1 1
MethaOgotan !
* Sangat Setuju / Selalu * Setuju/ Sering
*Ragu-ragu/Kadang-kadang
-I -z
-3
* Tidak Setujd Jarang -4 * Sangat Tidak Setuju/ Tidak pemah= 5 Guna mendapatkan penilaian berdasarkan kategori yang telah ditetapkan, maka selanjrmya jawaban responden disusun
b
dalam suatu tabulasi data yang ke,rrudian diolah dan hasilrya diprosentasekan dalam suatu tabel distribusi frekuensi yang didasarkan pada tabulasi data skor jawaban responden selanjuhrya data hasil tabulasi tersebut digunakan unlrk mendeskipsikan serta
menginterp retasirkan tanggap ao dan tingkat persetuj u anl penolakan respondeir terhadap masing-masing konsep/variabel, komponen arau indikator-indikator dan dibatras secara kualitatif.
Budrya paternalistik Dengan menggunakan indikator-indikator variabel budaya patemalistik, selanjutnya, dijabarkan ke dalam daftar pertanyaanlkuesioner sebanyak l0 butir pertanyaan di manl 1.
masing-masing pertanyaat disediakan 5 alternatif pilihan jawaban
(opsi) untuk dipilih responden. Mengingat bentuk pertanyaan/ pernyatam untuk variabel budaya patemnalistik bersifat negati{ maka diberi nilai skor I untuk opsi a: skor 2 untuk opsi b, skor 3 untuk opsi c, skor 4 untuk opsi d dan skor 5 untuk opsi e. Atas dasar nilai skor tenebut kemudian dilahirkan tabulasi data yang disusun dalam tabelraw score. Berdasarkan aturan di atas, dan setelah diolah variabel budaya paternalistik (X) diperoleh : a. Rentarg skor teoretik antara l0 - 50, dan rentang skor empirik
b. c. d. e.
antara 26 - 50; Skor rata-rata atau mean (M) = 39,8; Simpanganbaku atau standard dwiasi (SD) = 7,18; Median atau nilai tengah (Me) : 38,5; Modus atau mode (Mo;= 59. Berdasarkan hasil perhitmga4 dan dengan merrggunakan
data hasil penelitian, variabel budaya patemalistik dikategorisasikan, sebagai berikut: 1
Ztumal Logos
$wtum,
ISSN 1907-316X , Vol. 4, No
4, Oktober
-
(E
dapat
Desember 20@
Pengaruh Budaya Patemalistik Terhadap felaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Kota Manado
rendah sedang tinggi
- Kategori - Kategori - Kategori (dianalisis) data
=26 -33 =34 - 4l =
42*50
Mengacu pada hasil peirelitian terhadap 60 responden,
diperoleh gambaran mengenai distribusi frekuensi jawaban responden tentang distribusi frekuensi skor variabel budaya paternalistik sesuai jawaban responden pegawai pada kantor Selaetariat Kota Manado, sebagaimana disajikan pada Tabel l.
Trkl
l.
Disuibrsi Frd$ensi
JasEb@It Rmponden
Untuh Vadabsl Bdaya
Paternalistik Frdtueosi
Frekrcnsl
Frekuemi
Aholde{rl
ReMf
Kirrndgitr&l
f*l
lGtdod
l(.hlnhfid
RQnoan
m-33
1U
17
17
Sadang
34.41
26 24 60
43 40
00
Thffii
12.50 &mhh
100
,00
Dsribusi j awaban responden sebagaimana drganrtarkan melalui Tabel I dapat dijelaskan bahwa dari 60 responden pegawai pada kantor Selaetariat Kota Manado yang serrpat diwawancarai teirtang penerapan budaya paternalistik dalam praktek birokrasi, khususnya dalam proses pelaksanaan rekrutnen calon pegawai negeri sipil (CPNS), ternyata sekitar l0 orang a1iln lTYa menyatakan bahwa praktek budaya paternalistik dalam proses pelaksanaan rekrutmen CPNS berada pada kategori rendah,26 responden ataa 43 Yoberada pada kategori sedang/menengah, dan lainnya sebanyak 24 responden atau sekitar 40% berada pada
*
kategori tinggr. Hasil penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa bagi merka yang menyatakan "rendah" praktek budaya patemalistik memberi makna bahwa budaya paternalistik masih kental dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam proses pelaksanaan rekrutmen CPNS, sementara bagi mereka yang menyatakan tinggi budaya paternalistik, berarti bahwa praktek budaya paternalistik telah menunjukkan adanya perubahan yang lrmal Logos Specfum, ISSN
1907-31 6X , Vol. 4, No 4, Oktober
-
Desenber
2009 1 3
t Martha Ogotan
* Sangat Setuju / Selalu * Setuju/ Sering * Ragu-ragu / Kadang-kadang * Tidak SetuJd Jarang
-
I
*
3
-4
* Sangat Tidak Setuju / Tidak pernah= 5
Guna mendapatkan penilaian berdasarkan kategori yang telah dit€tapkan, maka sela{unya jawaban responden disusun kc
dalam suatu tabulasi data yang ksrnudian diolah dan hasilqa diprosontasekan dalam suatu tabel distribusi frekuensi yang didasarkan pada tabulasi data skor jawaban reqpondor selanjuntyr data hasil tabulasi tersebrr digrnakan rmkk mendeskipsikan serta
mengiaterpretasirkan tanggapan dan tingkat persetujuan/ penolakm responden terhadap masing-masing konsep/variabel, komponen arau indikator-indikator dar dibahas secara kualitatif 1. Budaya paternrlistik Dengan menggunakan indikator-indikator variabel budaya patemalistik, selanjutnya, dijabmkan ke dalam daftar pertanyaanlkuesioner sebanyak l0 butir pertanyaan di mani masing-rn6si11g pertanyaar disediakan 5 alternatif pilihan j awabm
(opsi) untuk dipilih responden. Mengingat bentuk pertanyam/ pemyatam untuk vmiabel budaya patemalistik bersifat negatd maka diberi nilai skor I urrtuk opsi a: skor 2 untuk opsi b, skor 3 untuk opsi c, skor 4 untuk opsi d dan skor 5 untuk opsi e. Atas dasar nilai skor tenebut kemudian dilahirkan tabulasi data yang disusurt dalam tabel raw score,
Berdasarkan aturan di atas, dan setelah diolah variabel budaya paternalistik (X) diperoleh : a. Rentang skor teoretik antara l0 - 50, dan rentang skor empirik antara 26 - 50; Skor rata-rata ataumean (M): 39,8; Simpanganbaku aku standard dwiasi (SD):7,18; Median atau nilai tengah (Me) : 38,5; Modus atau mode (Mo)= 50. Berdasarkan hasil perhitmgan, dan dengan menggunakan
b. c. d. e.
data hasil penelitian, variabel budaya patemalistik dikategorisasikan, sebagai berikut: lZurnat
Logos
$eotum, ISSN
'1S07-316X
,
Vol. 4, No 4,
(E
dapat
Oktober- Desember
Penganrh Budaya Patemalistik Terhadap Felaksanaqn Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretmiat Kota Manado
- Kategori - Kategori - Kategori
rendah :26 -33 sedang :34 -41 tinggi = 42*50
(dianalisis) data Mengacu pada hasil penelitian terhadap 60 respondeir, diperoleh gambaran mengenai distribusi frekuensi j awaban responden tentang distribusi frekuensi skor variabel budaya paternalistik sesuai jawaban responden pegawai pada kantor Seketariat Kota Manado, sebagaimana disajikan pada Tabel L
Trhl
l.
DisEihtsi Fr}ucnsi Jaraban Repooden Untuk
Yrirtel Bdrya
hf€rnalistik Fteluensl
Frd$erld
Frekuemi
Ahdda$
R6btf f%l
Kunubfft$l
E.3il
10
I7
17
34.41
26
00
{2.50
t4 m
43 40
l(&oad
l(dclnbffd
mndah Ssdery
Thmi
&mHr
t0{t
100
Dsfibusi j awaban responden sebagaimana digambarkan melalui Tabel I dapat dijelaskan bahwa dari 60 responden pegawai pada kantor Selaetariat Kota Manado yang sempat diwawancarai t€ntang psnerapan budaya patemalistik dalam praktek birokasi, khususnya dalam proses pelaksanaan reluutnen calon pegawai negeri sipil (CPNS), ternyata sekitar l0 orang s1n:u + lToA menyatakan bahwa praktek budaya. paternalistik dalam proses pelaksanaan rekrutmen CPNS beradapada kategori rendah, 26 responden at au 43 o/ober ada pada kategori sedang/menengah, dan lainnya sebanyak 24 responden atau sekitar 40% brada pada kategori tinggr.
Hasil pemelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa bagi merka yang menyatakan "rendah" praktek budaya paternalistik memberi makna bahwa budaya paternalistik masih kental dalam praktek penyelenggaraan pemerintaharq khususnya dalam proses pelaksanaan rekrutmen CPNS, sementara bagi mereka yang menyatakan tinggi budaya patemalistik, berarti bahwa praktek budaya paternalistik telah menunjukkan adanya perubahan yang
Ind
Logos Spectum, ISSN 1S7"316X
,
Vol. 4, No 4, Oktober
-
Desember
2009 1 3
Martha Ogotan
sigrrifikan. Dengan kata lain, bahwa secara empiris praktek budaya
paternalistik dalam proses pelaksanaan rekrutmen CPNS pada kantor Sekretariat Kota Manado mulai bergeser ke atah budaya organisasi modern yang lebih berorientasi pada hasil dan kualitas'
Adanya perubahan orientasi budaya dari budaya patemalistik ke budaya organisasi modern yang lebih berorientasi pada hasil dan kualitas SDM dalam proses pelaksanaar rekrutnen CPNS, tidak terlepas dari sikap keterbukaan masyarakat kota Manado dalam menerima inovasi memberi dampak pada upaya
reformasi birokrasi pemerintahan sehingga menempatkan permasalahan rekrutrnen CPNS pada proporsi yang sebenamya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan berorientasi ke masa depan bagi kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah dalam era otonomi sekarang ini, ketimbang kepentingan yang sempit dan sesaat. 2. Pelaksanaart Rekrutmen CPNS Mengacu pada indikator-indikator variabel rekruitmen, selanjutnya dijabarkan ke dalam daftar pertanyaan/kuesioner sebanyak 10 butir pertanyaan, di mana masing'masing pertanyaan
disediakan 5 alternatif pilihan jawaban (opsi) untuk dipilih responden. Mengingat bentuk pertanyaan/pernyataan untuk variabel pelaksanaan rekrutnen CPNS bersifat positif, maka diberi nilai skor 5 untuk opsi a; skor 4 untuk opsi b; skor 3 unhrk opsi c; skor 2 untuk opsi d dan skor 1 untuk opsi e. Atas dasar nilai skor tersebut kemudian clilakukan tabulasi data yang disusun daram tabelraw score. Berdasarkan aturan di atas, dan setelah diolah (dianalisis) data variabel pelaksanaan rekrutmen CPNS (Y) diperoleh : 1) Rentang skor teoretik antara 10 - 50, dan rentang skor empirik antara
2l - 50;
2) Skor rata-rata atau mean (M) = 38,9; 3) Simpangan baku atau standard deviasi (SD) = 7,88; 4) Median atau nilai tengah (Me) = 38; 5) Modus atau modo (Mo) = 50.
1
4
Jurnal togos Spectum, ISSN 1907'31 6X , Vol. 4, No 4, Oktober
-
Desember 2009
Pengaruh Budaya Paternalistik Terhadap P&aksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Selaetariat Kota Manado
dla
Berdasarkan hasil perhittmgan dan dengan msnggunakan hasil penelitian, variabel pelaksanaan rekruttnen CPNS (y)
rendah sedang - Kategori tinggi - Kaegori
-KAegori
=21-30 =31-40 = 4l - 50
Mengacu pada hasil penelitian terhadap 60 responden, diperoleh gaftbaran mengenai disttibusi frekuensi j awaban rcrymden tentang distribusi skor variabel pelaksatraan rekuttren CPNS sesuai jawaban responden pegawai pada katrtor Sekstariat
Kca Manado, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.
T&12.
Distribusi Frckucnsi Jarryaban Rcspoudcu Untuk Variahl Budaya
Dstribusi j awaban responden sebagaimana digambarkan mdalui Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 60 responden pegawai pada kantor Selaetariat Kota Manado yang diwawancarai tentang proses pelaksanaan relautnen calon pegawai negeri sipil (CPNS),
temyata ada sekitar 9 responden atau* 15% mcnyatakan bahwa p,oses pelaksanaan rekrurnen CPNS berada pada kategori rendah, 26 responden atau 43 o/o bendapada kategori sedang/menengah dm selebihnya sebanyak 25 responden atau sekitar 42o/oberada
@a
kategori tinggr. Hasil peirelitian ini dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa
bagi responden yang menyatakan "rendah" pelaksanaan rdrruitnen CPNS, berarti proses pelaksanaannya belurq bahkan masih jauh dmi laiteria keberhasilan yang telah ditetapkan masih
kental dengan praktek budaya patemalistik, sementara bagi mereka yang menilai "tinggi" pelaksanaan rekrutmen CPNS, b€rarti bahwa dalam proses pelaksanaannya telah memenuhi triteria keberhasilan yang ditetapkan sehingga'dapat dikatakan
ffi
Logos Spectum, ISSN 1907-316X , Vol. 4, No 4, Oktoba
-
Desember
2009 1 5
Martha Ogotan
telah terhindar dari praktek budaya paternalistik. Dengan kata lain, bahwa proses pelaksanaan rekrutmen CPNS pada kantor Seketariat Kota Manado, menurut sebagian responden telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, namun dalam penelitian ini, kecenderungan pendapat sebagian responden lebih pada terkategori "sedang" atau menegah.
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi "Budaya paternalistik berpengaruh signifikan terhadap pola pelaksanaan rekrutrnen calon pegawai negeri sipil pada kantor Seketariat Kota Manado". Perhitungan analisis regresi sederhana pada variabel pelaksanaan rekruunen atas budaya paternalistik menghasilkan koefisien arah regresi b sebesar -0,385 (bertanda negatif) dan konstanta a sebesar 54,2. Dengan demikian bentuk penganrh antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan oleh persamaan
regresi v = 54,2 -0,385 X. Sebelum digunakan untuk melakukan prediksi, persamaan
regresi tersebut harus memenuhi syarat kelinieran dan keberartiannya. Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinieran persamaan regresi dilalarkan uji keragaman (uji-F), di mana hasilnyadapat disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel
3..
Analisis Vuians Uji Signifikansi dan Liniuitas Regresi
t
= 54,? 4,385
X
Surnof Mean dl SeraEs... Squars r . . p *qg =Regresion I450.$1 lSoSi- 611.1 O*' Resitual 58 3ZZ0.B9 5S,S3 La* ofFit Pun E[of
?o 38
ios7
2100.28
56,93
Ketcranmn l
t) = ii') = DF = SS = MS 1
6
Sangat signilikan (F1;*, > Fn5a) pada u : 001 (E,l
BerplaLiner(F5r,r
I
I > l,OE)
0,01 (0,91 <2,a0)
DenjatKehbaun Iundahkwadrat Ralrrata jumlah kwadrat
lumal Logos Spectum, ISSN 1 907-31 6X , Vol. 4, No
4, OKober
-
Desember 2009
Penganrh Budaya Paternalistik TerhadapPelaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Seketariat Kota Manado
Mengacu pada hasil uji lineritas dan keberartian regresi s€pertr terlihat pada Tabel 3 tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi v = 54,2 - 0,3 85X, bqrpola linier negatif dan signifikan pada taraf uji 1 %. Persamaan regresi ini
k*ika budaya patenralistik tneirgalami peningkatan sebesar I satuan per unit, maka pelaksanaan rekrutmen calon pegawai negeri sipil (Y) akan mengalami perurunan sebesar 0,385 satuan per unit pada konstanta 54,2' Harga konstanta a = 54,2 menjelaskan hal tersebut, dimana pelaksanaan rekrurnen berada pada posisi 54,2 trmlpa adanya praktek budaya patemalistik (X = 0, maka Y : 54,2). Dengan demikiaq pola hubungan (pargaruh) vriabel budaya paternalistik terhadap pelaksanaan rel
0,385X.
itu, hasil analisis korelasi product moment menunjukkan bahwa kuatnya keterkaitan pengeruh budaya Sementara
patemalistik tgrhadap pelalsanaan rekrutnnen CPNS ditunjukaan oleh harga koefisien korelasi sebesar r = 0,350 dan koefisien determinasi sebosar 12 : A,L23 atau l2,3Yo. Selanjutrya uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan mongkonsultasikan harga koefisien korelasi (rro*) = 0,01 0,350 dengan harga kritik r (!-,"r.J pada taraf nyata a Hasil 0,330. (n) 60, sebesar didapat = dengan doajat kebebasan ini mengindikasikan bahwa harga rh** = 0,350. Lrbih besar dmi .: harga r-"*, = 0,330 pada taraf signifikiursi I
=
70.
Mengacu. pada hasil dikemukakan
di
uji signifikansi
sebagaimana
atas di mana koefisien korelasi sobesar 0,350
antara variabel budaya paternalistik (X) dengan variabel rekrutmen CPNS (Y) ternyata signifikan. Dengan demikian,
hipotesis yang menyatakan "bahwa budaya paternalistik berpengaruh signifikan terhadap pola pelaksanaan rekrutmen calon pegawai negeri srpil pada kantor Seketriat Kota Manado", dapat diterima keberlakuannya secara empirik pada tingkat kepercayaan 99%. Mengingat bahwa koefisien arah regresi bertanda negatif, maka hasil pengujian ini bermakna bahwa Jnmal Logoc Specfum, ISSN 1907"316X , Vol. 4, No 4, Oktobs
-
Desember
2009 17
:
. Martha Ogotan
semakin tinggi praktek budaya pritemalistik maka akan semakin menurun tingkdt keberhasilan pdlaksanaan rekrutmen calon pegawai negeri sipil, demikian sebaliknya bahwa apabila praktek
budaya patemalistik.mengalami penurunan, maka keberhasilan pelaksaniran reknrtnren calon pegawai negeri sipil (CPNS) akan
semakin meningkat, khususnya pada kantor Sekretariat Kota Manado.
Untdc rhengetatrui besarnya pemgmuh variabel budaya patenralistik (X) terhadap pelaksanaan rekrumeir calon pegaryai negeri sipil (Y), maka diterapkan analisis deterririnasi dengan cara mengkwadratken harga koefisien korelasi (r2).,Hasil analisis deterrrinasi me,nrmjulkan bahwa pengaruh budaya paternalistik terhadap pelaksanaan rekrutmen calon pegawai negeri sipil = 0,123 atau12,3Yo. Hal ini bermakna bahwa l2,3yo variasi yang terjadi pada pelalsanaan relcrufinen calon pegawai negeri sipil dapat dijelaskan oleh praktek budaya didapat sebesar
f
paternalistik melalui persamaim regresi v = 54;2 - 0,385 X,,dtau dengan kak lain bahwa meuingkat ataum€nunrffiya,pelaksanaan rekrutmen CPNS rataqatt sebesar * 38;9 atau 77,8o/o, turut dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor budaya paternalistik sebesar l2,3yo, sementara sisanya sebesar *. 77.9Yo, twut dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Slgnifftaffrya penganrh faktor budaya paternalistik dalam proSbs pelaksanaan rekru@en calon pegawai negeri sipil pada kantor Sekretariat Kota Manado, secara teoritis dapat dibemarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dwiyanto (2002) dengan m€ngtrmbil Sebuah kesimpulan bahwa rendahnya kinerja birokrasi publik sangat dipengaruhi oleh budaya paternalismeyang masih sangat luat, yang cenderung mendorong pejabat biro*rasi unfuk
lebih b,erorientasi pada kekuasaan dari pada pelayanan, menempatkan dirinya sebagai penguasa; Dsamping itu juga rendahhya kinerja birolaasi p0blik' disebabkan' oleh sistem pembagian kekuasaan yang cenderung mmusat pada pirnpinan.:l Struktur birokasi yang hirarkis mendorong adanya pemusatan kekuasaan dan wew!1T.g pada,atasan.
18
lumat Logos Spectum, ISSN 1907-316X , Vot. 4, No 4, Okbber - Desenta 2009
Pengruh Budaya Paternalistik Terhadap Pelaksanaan Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Pada Seketariat Kota Manado
KESIMPULAh{ DAN SARAN Berdasarkan hasil-hasil analisis datq maka dapat ditarik beberapa kesimpulan,. antara lain: Setelah dilakukan identifikasi variabel-variabel penelitian, maka diketahui bahwa distribusi jawaban responden terhadap semua variabel, baik variabel bebas (budaya paternalistik) maupun variabel terikaUtak bebas (pelaksanaan relcrutnen CPNS) cukup bervariasi, namun rata-rata berada pada kategori sedang atau menengah. 2. Realitas hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa praktek
l.
budaya paternalistik, khususnya pada kantor Selaetmiat Kota
Manado mulai mengalami perubaharlpergeseran kearah
3.
budaya organisasi birokrasi modern dengan lebih berorientasi pada "hasil" dan "kualitas" SDM, terutama dalam proses pelaksanaan relautnen CPNS.
Hasil analisis regresi menujukkan bahwa hubungan arfiara kedua variabel berpola linier negatifdan sangat signifikan.
Artinya bahwa budaya paternalistik berpengaruh negatif terhadap pelaksanaan rekrutmen CPNS, sementara hasil analisis korelasi productmoment menujukkan bahwa budaya patemalistik me,rnpunyai hubungan-pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan rekrutnen calon pegawai negeri sipil sebesm * 12,3 % sedangkan sisanya sebes w 87 ,7Yo ditr:lrtti<art
4.
oleh faktor lain.
Dengan demikian, hasil penelitian menunjukkan bahwa
hipotesis yang diajukan dapat diterima keberlakuannya secara empiris sekaligus menustifikasi teori yang mendasarinya. Mengacu pada hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat disarankan bebera hal, antara lain :
1. Untuk mengurangi atau meminimalisir praktek
2.
lnC
budaya paternalistik dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, khususnya rekuiEnen PNS, maka perlu dioptimalkan pera&m pengawasan masyarakat, terutama LSM dan pers. Untuk membangun birolaasi yang profesional dan mandiri, maka diperlukan upaya peningkatan kualitas sumber daya
Logos Spectum, ISSN 1907t16X , Vol, 4, No 4,
Okbber- Desember2009
19
Martha Ogotan
aparatur, baik melalui pendidikan dan latihan maupun pro$am studi lanjut bagi pegawailaparatyangbe,rminat dan , meme,ruhi syarat yang ditetapkan dengan mengalokasikan datra bantuar pendidikan yang lebih besar melalui APBD Kota Manado.
DAFTAR PUSTAKA Bruno dan Balls. 199&.Iu{anajemen Sumber Daya Manusia, Pascasarj ana Unsrat, Manado. Santoso, Budi Priyo. L997. Birokrasi Pemerintahan Orde Baru,
Perspebtif
Kulnral dan &rulaural. PT, Raja Grafika,
Jakarta.
DwiyantqAgus .2002. Reformasi Birolcrasi Publik di Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, UGM, Yogyakarta.
Flippo, E&ryin. 1 989. Manajemen Personali o,Erlangga, Jakarta. Hadi, Suhisno . 1986, Mendalogi Research, Yogzakarta, Yayasan Penerbit Fakultas Fsikologr UGM.
Haviland, W. 1985. Cultural Anthropology, LBS College Publishing London. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT. Gramediq Jakaxta. Nawawi, H.H. 1997 . Manajemen Sumber Daya Manusia,Gajah Mada University Press. Yoryakarta. Setiawan, Ahmad. 1998. Prilaku Bitolcrasi Dalam Pengaruh Pakam,Kekuasaon Jawa, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Setiono, Budi. 2002. Jaring Birokrasi : Tinjauan Dari Aspek politik dan Adminis ff asi, PT. Grgus Press, Bekasi. Siagiatr,S.P. 1997. Managemen Sumbgr Daya Manusic, Bumi Aksara Jakarta Tangkudrmg RS. 1996. Dasar-Dasar Kepemimpinan. lJnsrat Press, Manado
20
iumat Logos Spectum, ISSN 1907-31 6X , Vol. 4, No
4,
Okbber
-
Desember 2009