FRAKTURA OS FEMUR Penyebab Patah pada tulang femur dapat disebabkan oleh trauma. Fraktura karena trauma dapat dibedakan menjadi dua, (1) fraktura os femur directa yaitu fraktura yang terjadi tepat di tempat trauma tersebut datang. (2) Fraktura os femur indirecta yaitu fraktur yang terjadi tidak tepat di tempat trauma tersebut datang. Secara umum penyebab fraktura dapat dibagi menjadi dua macam: 1. Penyebab ekstrinsik -
Gangguan langsung: trauma yang merupakan penyebab utama terjadinya fraktura, misalnya tertabrak, jatuh dari ketinggian.
-
Gangguan tidak langsung: bending, perputaran, kompresi.
2. Penyebab intrinsik -
Kontraksi dari otot yang menyebabkan avulsion fraktur, seperti fraktur yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa.
-
Fraktur patologis: penyakit sistemik, seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia, osteoporosis, hyperparatyroidism, osteomalacia.
-
Tekanan berulang yang dapat menyebabkan frakt
Adapun faktor-faktor yang menunjang terjadinya fraktura os femur diantaranya adalah: Umur : Hewan yang berumur muda lebih mudah mengalami faktura dibandingkan hewan tua. Hal ini disebabkan tulang hewan muda lebih lunak konsistensinya dan masih banyak mengandung zat perekat. Sedangakan hewan tua mempunayai zat perekat sedikit sehingga konsistensi tulangtulangnya menjadi keras. Gizi : Hewan yang begizi jelek akan lebih mudah mengalami fraktura dibandingkan hewan yang bergizi baik. Disamping pembentukan urat daging yang baik dari karbohidrat, protein dan lemak, pertumbuhan tulangnya juga akan lebih baik dengan cukupnya meneral dan vitamin yang dikonsumsi. Hewan yang kekurangan mineral, terutama yang berfungsi untuk komponen tulang seperti kalsium dan fosfor, maka tulangnya menjadi rapuh.
Tempat terjadinya trauma : Lebih mudah terjadi pada bagian tubuh hewan yang tidak diselaputi atau sedikit sekali diselaputi urat daging dibandingkan tulang pada bagian tubuh yang dilindungi oleh urat daging yang tebal. Gejala klinis Hewan
yang
mengalami
patah
tulang
femur
meperlihatkan
gejala
klinis,
pincang,pembengkakan, anemia, krepitasi, Rasa nyeri. Pincang, terjadi karena persembuhan pada patah tulang yang tidak sempurna. Pincang pada hewan liar atau hewan piara yang tidak mendapat perhatian dari pemiliknya, biasanya terjadi karena fraktura ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Anemia, Suatu fraktura yang terbuka yang diikuti oleh perdarahan hebat, sehingga menyebabkan hewan kehilangan banyak darah. Demam, adanya kerusakan dalam tenunan dapat menggertak pusat pengatur panas sehingga dapat menimbulkan demam (fibris). Gejala lain yang mengikuti biasanya lesu, frekuensi nadi meningkat dan nafsu makan berkurang. Krepitasi, adalah suara-suara yang dihasilkan oleh gesekan-gesekan dari segmen-segmen. Krepitasi dapat dipakai untuk menentukan diagnosa suatu fraktura os femur. Pembengkakan, terjadi akibat adanya reaksi tubuh terhadap fraktura. Di daerah terjadinya fraktura terdapat perdarahan dan kerusakan jaringan tubuh. Sehingga terjadi reaksi pertahanan tubuh karena kepingan-kepingan d i daerah tesebut dianggap benda asing atau adanya ifeksi sekunder oleh kumankuman. Rasa nyeri, akan timbul dengan spontan bila bagian yang mengalami fraktura digerakkan, sehingga hewan yang mengalami patah tulang biasanya malas bergerak, karena kalau ia bergerak akan terasa sakit atau nyeri. Rasa nyeri tersebut juga berguna untuk menentukan lokasi fraktura. Teknik Diagnosa -Anamnese -Gejala klinis -Rontgen
Dalam mendiagnosa fraktura os femur salah satu yang harus diperhatikan adalah anamnese dari hewan tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kejadian pada hewan yang menyebabkan adanya fraktura dan memperhatikan gejala klinisnya. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi pada daerah yang diperkirakan terjadinya fraktura. Untuk mengembalikan tulang pada posisinya dan mestabilkan fraktur maka diperlukan peneguhan diagnosa yaitu dengan melakukan X-ray (Rontgen). Evaluasi radiograph sangat menentukan kesimpulan diagnosa, hal ini akan sangat menentukan untuk pemilihan cara terapi yang tepat. Gambaran X-Ray
A
B
Gambar A & B : Fraktura os femur sebelum di operasi
C D Gambar C & D : Fraktura os femur setelah pemasangan pin (setelah operasi)
Terapi “Operasi fraktura os femur” Bahan dan alat yang digunakan. Bahan: Obat bius misalnya :Ketamin 10%, Xylazin 2%, alkohol 70%. Iodine tincture 3%, antibiotik Penicillin Streptomycin. Peralatan: Stetoskop, termometer, alat pencukur, tali (handling), skalpel, pinset anatomis, pinset sirurgis, needle holder, jarum, benang jahit, tang arteri, tampon, towel clamp, gunting (lurus tumpul, lurus tajam, lurus bengkok), plestrer, pin. Preparasi ruang operasi. Ruangan operasi dibersihkan dan dilakukan desinfeksi ruangan operasi menggunakan desinfektan dan fumigasi dengan formalin 10% dan KmnO4 1% (1:2) dan dibiarkan selama 15 menit. Preparasi alat-alat operasi Peralatan operasi dicuci dengan air sabun, disikat dan dibilas air lebih kurang 10 kali dengan air hangat kemudian dikeringkan dengan lap bersih dan steril. Lalu dimasukkan ke wadah alat, ditutup kain dan disterilkan menggunakan autoclave 121 oC selama 15 menit atau 100 oC selama 1 jam. Pakaian dan perlengkapan operasi lainnya bersih dan dilipat lalu dibungkus kain dan dimasukkan ke dalam autoclave 60 oC selama 30 menit. Preparasi hewan Hewan diperiksa lebih dahulu keadaan fisiknya. Lalu dibius menggunakan ketamin 10% dan xylazin 2% secara intra muskular pada m. semitendinosus dan m. semimembranosus. Preparasi operasi Dilakukan pemasangan tutup kepala dan masker, melepas jam tangan, cincin dan perhiasan lainnya (kuku harus pendek dan bersih), mencuci tangan dengan air hangat dan sabun kemudian disikat dengan arah dari ujung kuku ke bawah lebih kurang 10-15 kali dari air mengalir, kemudian
dibilas dengan air lebih kurang 10 kali kemudian dilap dengan handuk yang sudah disterilkan hingga kering dan bilas dengan alkohol 70%. Setelah selesai, memakai baju operasi dan sarung tangan. Teknik pembedahan Beberapa pendekatan dalam teknik pembedahan yang dapat dilakukan pada operasi penanganan kasus fraktura os femur. Pendekatan ini dipilih berdasarkan tempat terjadinya patah pada os femur tersebut. Fraktura os femur Pembedahan dilakukan dari sebelah lateral dengan membuat sayatan tepat dari trochanter mayor condylus lateralis, kemudian juga disayat fascia femoris dengan m. tensor fascia lata. Dengan kait luka perut dari m. biceps femoris ditarik ke kaudal dan perut dari m. vastus lateralis yang terletak diprofundal dari m. tensor fascia latae ditarik ke cranial, maka sebagian besar dari os femur akan nampak. Dengan demikian pemasangan aparat fiksasi dapat dikakukan. Bulu pada daerah femur dan sekitarnya sampai bersih dengan menggunakan clipper. Kulit pada daerah lateral femur disayat mengikuti sumbu panjang os femur kira-kira 5-7 cm. Tensor fascia latae yang menutupi daerah cranial biceps femoris disayat untuk dapat menjangkau M. biceps femoris dan vastus lateralis. Kedua otot tersebut lalu dikuakkan ke kranial dan kaudal untuk dapat menjangkau os femur. Os femur dipotong secara transversal untuk kemudian dipasang bone pin. Bone pin dimasukkan ke dalam sumsum tulang (medulla) femur ke bagian atas terlebih dahulu, lalu dilakukan toggling untuk memasukkan bone pin ke dalam medulla os femur bagian bawah dari fraktur. Setelah os femur mengalami reposisi dan fiksasi dilakukan penjahitan pada bagian otot yang tersayat. Lalu daerah kulit juga dijahit, dan bekas sayatan diberikan iodium tincture 3% dan ditutup dengan kasa steril. Kemudian hewan diinjeksi antibiotik. Fraktura os femur proksimalis Metode operasi yang digunakan adalah pemasangan bone pin dan bone wire. Pertama-tama sayatan dilakukan pada kulit di daerah paha lateral. Sayatan dilakukan sejajar dengan os femur, dengan panjang sayatan lebih kurang 3 cm. Setelah kulit terbuka, otot-otot yang berada dibawahnya seperti M. biceps femoris dikuakkan tepat diatas os femur, hal ini dilakukan untuk meminimalisir kerusakan jaringan. Setelah dikuakkan, dicari posisi tulang yang mengalami fraktur. Setelah tulang yang mengalami fraktur terlihat, tulang dikuakkan dengan pengungkit. Pada kedua sisi oblique tulang yang fraktur dilakukan sedikit pemotongan untuk meratakan permukaan tulang sehingga mudah
disatukan kembali kedua sisinya. Bone pin terlebih dahulu dimasukkan dalam lumen os femur bagian distal, harus dipastikan bahwa bone pin benar-benar terfiksasi kuat didalam lumen tulang. Selanjutnya bagian ujung bone pin yang telah dimasukkan ke dalam os femur distal disatukan dengan os femur proksimal dengan cara toggling. Mengingat bentuk patahan tulang yang tidak beraturan perlu dilakukan bone wire untuk lebih memperkuat fiksasi os femur. Bone wire dilakukan di dua lokasi os femur yang mengalami fraktura. Setelah os femur disatukan dan yakin telah terfiksasi kuat dilakukan penjahitan otot menggunakan benang cat gut 4/0, dengan hati-hati tanpa menggerakkan keseluruhan kaki belakang untuk mencegah terlepasnya bone pin yang telah dipasang. Penjahitan otot dilkukan dengan jahitan sederhana. Setelah itu penjahitan pada kulit juga dilakukan dengan jahitan sederhana benang silk 3/0.
Gambar E. Gambaran teknik pemasangan pin
Gambar F. Teknik pemasangan pin dan stabilization Post operasi Untuk perawatan post operasi hewan disimpan pada kandang yang bersih dan kering serta diberi neurobion 0,5 mg/hari secara IM dan antibiotik Nova 0,05 ml per dua hari selama tiga kali. Pemberian neurobion dilakukan untuk memperkuat kerja syaraf sedangkan pemberian antibiotik dilakukan untuk mencegah infeksi sekunder. Stadium persembuhan terhadap kasus fraktura dibagi enjadi tiga tahapan: •
Stadium callus primer o
Darah memenuhi ruang antar fraktur dan sekitarnya, kemudian darah membeku.
o
Infiltrasi sel endotel dan osteogenik (berasal dari periost).
o
Osteogenik berubah menjadi osteoblast dan chondroblast, lambat laun sel-sel ini akan membentuk jaringan ikat baru yaitu calus sementara atau callus primer.
•
o
Callus primer keadaannya masih lunak.
o
Proses ini berjalan 4 sampai 5 hari.
Stadium callus sekunder (regenerasi) o
Stadium ini merupakan lanjutan dari stadium primer.
o
Callus berangsur-angsur mengecil dan konsistensinya mulai mengeras karena infiltrasi sel osteoblast dan chondroblast yang bertambah banyak.
•
o
Bentuk callus mulai mirip jaringan tulang atau osteoid/ callus sekunder.
o
Proses ini berjalan 3 sampai 6 minggu
Stadium konsolidasi atau ossifikasi o
Penyebaran unsur kalsium dan fosfor dari darah.
o
Konsistensinya mulai keras.
o
Proses berjalan sekitar 6 minggu sampai 6 bulan
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi percepatan persembuhan: -
Umur Umur memegang peranan dalam proses persembuhan fraktur. Hewan muda relatif lebih cepat sembuh dibandingkan hewan tua. Hal ini disebabkan banyaknya zat-zat perekat pada hewan muda sehingga proses persambungan lebih cepat terjadi.
-
Tipe fraktur Biasanya tipe oblique atau miring dan tipe spiral lebih cepat sembuh daripada tipe transversal/melintang.
-
Jenis individu Kecepatan persembuhan suatu fraktur pada berbagai hewan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh metabolisme yang terjadi didalam tubuh masing-masing individu yang berbeda-beda pula.
Gangguan–gangguan terahadap perembuhan 1. Gerakan-gerakan fragment Callus akan tumbuh dengan baik kalau tidak ada gerakan. Gerakan-gerakan fragment akan menimbulkan keadaan dimana callus menjadi licin dan bisa digoyang-goyangkan seolah-olah persendian baru (neoathrosis/pseodoathrosis). Gerakan-grakan fragment biasanya disebabkan oleh kontraksi otot, hewan bergerak atau berjalan atau secara normal digerakan oleh manusia, misalnya balutan-balutan yang sering di buka. 2. Callus akan tumbuh dengan baik bila dalam fraktura tidak ada benda asing. Benda asing dapat mengeritir callus. Misalnya pada fraktura multiplek dan complicata. Pada fraktura komplicata ada kotoran yang masuk dan dapat menyebabkan infeksi pada fraktura sehingga mengganggu proses penyembuhan. 3. Gangguan nutrisi
Kurangnya vitamin A dan D akan mengganggu penyerapan kalsium Ca dan P oleh tubuh sehingga callus akan menjadi keras dan lemah terus menerus dan terjadi jaringan ikat lunak saja. 4. Penyakit Adanya penyakit seperti Ricketsia, malnutrisi, osteomyelitis dapat memperlambat persembuhan suatu fraktur. Daftar pustaka Birchard, Stephen J and Sherding, Robert G. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. 2nd ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia Fossum T.W. et al. 2002. Small Animal Surgery. 2nd ed. China. Mosby Johnson Ann L. 2005. Atlas of Orthopedic Surgical Procedure of The Dog and Cat. Elserier Inc. USA Ticer J.W. 1975. Radigraphic Technique in Small Animal Practise. W.B. Saunders Company. Kanada