Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Apabila diperhatikan, hasil analisis petrografi dari sayatan batupasir kasar dan sayatan matriks breksi diperoleh penamaan yang sama. Hal ini diperkirakan terjadi karena yang menjadi matriks pada breksi adalah batupasir kasar. Sumber dari batuannya sama, namun terendapkan pada energi yang berbeda.
Tb
Top
Ta
Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).
Batupasir sedang memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu terang, kemas tertutup, porositas baik, bentuk butir membundar–membundar tanggung, ukuran butir pasir halus-sedang, tufan, karbonatan lemah, pada singkapan memiliki tebal 2 cm – 10 cm. Dijumpai struktur sedimen laminasi sejajar, dan silang siur (Foto 3.8). Batulempung memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu gelap, karbonatan. Pada singkapan memiliki tebal 2 – 10 cm.
Foto 3.7 Singkapan perselingan Batupasir kasar dan breksi (Foto diambil di Cbt-8, mengarah ke hulu). Vicky Ruliansatri (12005019)
27
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Tc Tb Ta Foto 3.8. Singkapan batupasir, memperlihatkan struktur sedimen Tabc (Foto diambil di Csp-7).
Umur Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ctl 1 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur N10 N13, berdasarkan biozonasi Bolli dan Saunders (1985), namun dilihat dari umur satuan yang ada di bawah dan di atasnya disimpulkan bahwa Satuan Breksi-Batupasir terbentuk pada N10 – N11. Jadi secara umum satuan ini memiliki umur Miosen Tengah. Lingkungan Pengendapan Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ctl-1 didapatkan fosil foraminifera bentos yang menunjukkan lingkungan pengendapan 300 500 m atau pada zona batial atas. Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu perulangan perlapisan bersusun, laminasi sejajar, serta dijumpai adanya silang siur, konvolut dan flute cast, disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui mekanisme arus gravitasi pada sistem kipas bawah laut. Dilihat dari struktur sedimen yang dominan yaitu Ta dan Tb maka satuan ini terbentuk pada bagian proksimal (Gambar 3.6). Sedangkan berdasarkan asosiasi fasiesnya pada kipas bawah laut, satuan ini diendapkan pada bagian kipas tengah (Gambar 3.7). Bagian yang menghalus ke atas diperkirakan terbentuk pada bagian channeled suprafan dan bagian yang mengkasar ke atas terbentuk pada suprafan lobes. Vicky Ruliansatri (12005019)
28
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
50
150
250
Gambar 3.7. Model pengendapan kipas tengah (Walker, 1978) dengan suksesi vertikal Satuan Breksi-Batupasir.
Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari perselingan breksi dan batupasir, dan waktu terbentuknya, satuan ini peneliti sebandingkan dengan Formasi Saguling (Martojoyo, 1984). Hubungan Stratigrafi Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan Satuan Batupasir-Batulempung. Hal ini didasarkan pada kemenerusan waktu pengendapan dan kedudukan lapisan yang relatif sama. 3.2.3 Satuan Batupasir-Batulempung Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini meliputi 20,7% dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi segar sampai agak lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan pola penyebaran berarah NW-SE. Satuan ini ditandai dengan warna kuning muda pada peta geologi (Gambar 3.5).
Vicky Ruliansatri (12005019)
29
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Jurus lapisan dari satuan ini umumnya berarah NW–SE dengan kemiringan lapisan curam sampai landai, berkisar antara 150 – 650. Batuan ini tersingkap pada S. Cigadung, hilir S. Ciseupan, S. Cijambe, dan hilir S. Cicareuh. Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi berkisar antara 500 – 600 m. Sedangkan berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi diperoleh tebal Satuan Batupasir-Batulempung ± 612 m. Kondisi Morfologi Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi dengan relief yang landai. Umumnya berbentuk dataran dan lembah, ekspresi dari batuan penyusunnya yang relatif lunak. Ciri Litologi Satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung (Foto 3.9). Setempat dijumpai sisipan batugamping dan batupasir konglomeratan (Foto 3.11) dengan tebal 10 cm – 230 cm. Makin ke atas, kehadiran batulempung makin banyak. Batupasir memiliki ciri–ciri megaskopis berwarna abu–abu, kemas tertutup, terpilah baik, porositas baik, karbonatan lemah, ukuran butir pasir halus–kasar, membundar–membundar tanggung, kompak, dan terdapat sisipan karbon. Pada singkapan memiliki ketebalan 2 cm – 1 m, setempat bersifat tufan. Dapat dijumpai struktur sedimen perlapisan bersusun, laminasi sejajar, silang siur, konvolut, dan flute cast (Foto 3.10). Pada sayatan tipis memiliki ciri–ciri; klastik, terpilah sedang–baik, kemas terbuka. Fragmen 40 %, terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende, karbon, ukuran 0,125 – 0,25 mm, menyudut–membundar tanggung. Matriks lempung 50 %, semen 5 % berupa oksida besi, porositas 5 % intergranular dan intragranular. Struktur sedimen perlapisan sejajar. Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954), dinamakan batupasir feldspatic wacke (Lampiran C). Foto 3.9. Singkapan perselingan batupasir dan batulempung, terlihat suksesi vertikal menipis ke atas (Foto diambil di Cjb-3, di tebing S. Cijambe).
Vicky Ruliansatri (12005019)
30
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Foto 3.10. Flute cast dan parallel laminasi. (Foto diambil di Cgd-1).
Batugamping memiliki warna abu–abu terang, bersifat klastik, ukuran butir pasir halus–sedang, kompak. Batulempung memiliki ciri–ciri berwarna abu–abu gelap, karbonatan. Batupasir konglomeratan memiliki ciri-ciri berwarna abu–abu, kemas terbuka, porositas baik, pemilahan buruk, karbonatan, ukuran pasir kasar–konglomerat, membundar–membundar tanggung, terdapat struktur sedimen perlapisan berususun, dan load cast. Foto 3.11 Sisipan batupasir konglomertan.
(Foto diambil di Cjb–4).
Umur
Umur Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ccr2 dan Csp-3 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur N12 - N17 (biozonasi Bolli dan Saunders, 1985), namun dilihat dari umur dari satuan yang ada di bawah dan di atasnya disimpulkan bahwa umur Satuan BatupasirBatulempung adalah N12 – N15. Jadi secara umum satuan ini memiliki umur Miosen Tengah bagian akhir. Vicky Ruliansatri (12005019)
31
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 3.8. Model pengendapan kipas bawah (Walker, 1978) dengan suksesi vertikal Satuan Batupasir-Batulempung.
Lingkungan Pengendapan Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari Ccr-2 dan Csp-3
didapatkan
fosil
foraminifera
bentos
yang
menunjukkan
lingkungan
pengendapan 300 m – 500 m atau pada zona batial. Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu laminasi sejajar, perlapisan bersusun, konvolut dan flute cast, disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui mekanisme arus gravitasi pada sistem kipas bawah laut. Struktur sedimen yang dominan adalah Tb dan Tc, maka satuan ini diperkirakan terbentuk pada bagian distal (Gambar 3.6). Kehadiran struktur Tab hanya sebagai sisipan. Sedangkan berdasarkan asosiasi fasiesnya, satuan ini dikelompokkan kedalam fasies turbidit klasik yang terbentuk pada bagian kipas luar. Hal ini berdasarkan karakteristiknya berupa perulangan monoton batupasir dan batulempung (Gambar 3.8). Pada satuan ini dilakukan analisis granulometri yang conto batuannya diambil pada lokasi Cjb 3 dan Csp 3. Hasil analisis granulometri (Lampiran A) memperlihatkan Vicky Ruliansatri (12005019)
32
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
dua pola. Pola yang ada sesuai dengan grafik analisis granulometri dari endapan arus turbidit (Friedman dan Sanders, 1978). Nilai simpangan baku dari besar butir adalah 3,3 untuk conto dari Cjb–3 dan 9,55 untuk conto dari Ulg–1, berarti batuan terpilah sangat buruk (Koesoemadinata, 1985). Hal ini juga merupakan indikasi bahwa satuan batupasir-batulempung terbentuk melalui mekanisme arus gravitasi. Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari perselingan batupasir-batulempung, dan umurnya, satuan ini peneliti sebandingkan dengan Formasi Bantargadung. Hubungan Stratigrafi Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan Satuan Batupasir-Breksi. Hal ini didasarkan pada kemenerusan waktu pengendapan dan kedudukan lapisan yang relatif sama. Kontaknya ditemukan pada Slb–5 dan Csp-7, berupa kontak berangsur.
Foto. 3.12 Kontak antara Satuan Breksi-Batupasir dengan Satuan Batupasir-Batulempung (Foto diambil di Slb-5).
3.2.4 Satuan Batupasir-Breksi Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini meliputi 10 % dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi segar sampai lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian selatan daerah penelitian dengan pola penyebaran berarah NW-SE. Satuan ini ditandai dengan warna orange pada peta geologi (Gambar 3.5).
Vicky Ruliansatri (12005019)
33
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Secara umum satuan ini memiliki jurus berarah NW–SE dengan kemiringan lapisan curam sampai agak curam, berkisar antara 450 – 850. Satuan ini tersingkap baik pada S. Cigadung. Tebal sebenarnya dari satuan ini tidak bisa ditentukan karena tidak ditemukannya batas atas dari satuan ini di daerah penelitian. Namun, berdasarkan rekontruksi penampang geologi diperoleh tebal minimumnya ± 600 m, sedangkan berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi tebal mínimum satuan ini ± 580 m. Kondisi Morfologi Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi berupa perbukitan sinklin. Hal ini merupakan ekspresi dari batuan penyusunnya yang relatif resisten. Ciri Litologi Satuan ini dicirikan oleh perselingan batupasir dengan breksi (Foto 3.13) sisipan batupasir halus yang terkadang bersifat tufan, dengan suksesi vertikal menghalus dan menipis ke atas. Setempat dijumpai sisipan konglomerat dengan tebal 10 cm – 230 cm. (Foto 3.16 a).
Foto 3.13. Singkapan batupasir dan breksi (Foto diambil di Slb–12, mengarah ke hilir).
Batupasir (Foto 3.15) berwarna abu–abu, kemas tertutup, porositas baik, karbonatan, ukuran butir pasir halus–kasar, membundar–menyudut tanggung, kompak. Pada singkapan dijumpai struktur sedimen perlapisan bersusun, dan laminasi sejajar dengan ketebalan 1 – 30 m. Pada sayatan tipis (Lampiran C) memiliki ciri–ciri bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas umumnya terbuka, dan sebagian tertutup, kontak poin. Fragmen 65 %, terdiri dari kuarsa, plagioklas, hornblende, fragmen batuan andesit, ukuran 1 – 0,2 mm, menyudut tanggung–membundar tanggung. Matriks Vicky Ruliansatri (12005019)
34
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
lempung 15 %. Semen 10 % terdiri dari kalsit, porositas 10 %, intergranular dan intragranular. Berdasarkan klasifikasi Gilbert (1954) batuan ini disebut batupasir feldspatic wacke. Setempat dijumpai adanya lensa batulempung di dalam batupasir (Foto 3.14). Foto3.14. Lensa lempung di dalam batupasir. (Foto diambil pada CGD -7).
Breksi bersifat polimik dengan ciri–ciri megaskopis berwarna abu-abu, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik, kompak, karbonatan, bentuk fragmen menyudut– menyudut tanggung, ukuran fragmen 2 mm – 60 cm. Fragmennya terdiri dari batuan beku andesit, basalt, kuarsa, batupasir, dan batugamping. Pada singkapan dijumpai struktur sedimen perlapisan bersusun dan tersingkap dengan ketebalan 1 m – 10 m. Pada sayatan tipis memiliki ciri-ciri bertekstur klastik, terpilah buruk, kemas umumnya tertutup, long contact dan point contact. Fragmen 80 %, terdiri dari fragmen batuan (andesit, basaltt, batuan karbonat), kuarsa, plagioklas, hornblende, ukuran 3,75 – 0,125 mm, menyudut tanggung–membundar tanggung. Matriks (5 %) terdiri dari detrital lempung dan gelas, semen kalsit 15 %. Konglomerat berwarna abu–abu, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik, karbonatan, bentuk fragmen membundar, ukuran fragmen 2 mm – 15 cm. Fragmennya terdiri dari batuan beku andesit, basalt, batupasir, batugamping. Pada singkapan memiliki ketebalan hingga 1 m. Batupasir halus, berwarna abu-abu terang, porositas baik, karbonatan, ukuran butir pasir halus, membundar-membundar tanggung, kompak, tufan. Terdapat struktur sedimen laminasi sejajar dan flame structure (Foto 3.16 b).
Vicky Ruliansatri (12005019)
35
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Foto 3.15. Singkapan batupasir (Foto diambil di Cgd-6 mengarah ke hulu).
a
b
Foto 3.16. (a) Singkapan konglomerat (Cgd-6) dan (b) struktur sedimen parallel laminasi dan flame struktur (Slb-13).
Umur Berdasarkan analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari CGD-9 didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yang memiliki kisaran umur N16 - N17 berdasarkan biozonasi Bolli dan Saunders (1985). Jadi secara umum satuan ini terbentuk pada Miosen Akhir–Pliosen Awal. Vicky Ruliansatri (12005019)
36
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Lingkungan Pengendapan Dari analisis mikrofosil (Lampiran B) dari conto yang diambil dari CGD–9, didapatkan fosil foraminifera bentos yang menunjukkan lingkungan pengendapan 300 m – 600 m atau pada zona batial. Dilihat dari struktur sedimen yang dijumpai, yaitu perulangan perlapisan bersusun, dan laminasi sejajar, serta adanya flame structure, disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan melalui mekanisme arus gravitasi pada sistem kipas bawah laut. Struktur sedimen yang berkembang adalah Ta dan Tb, maka satuan ini diperkirakan terbentuk pada bagian proksimal (Gambar 3.6). Sedangkan berdasarkan asosiasi fasiesnya, satuan ini masuk ke dalam bagian kipas tengah yaitu channel portion of suprafan lobes. Sesuai dengan karakteristiknya yaitu memiliki suksesi menghalus dan menipis ke atas. (Gambar 3.9). Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri atas batupasir dan breksi dengan sisipan batupasir tufan, dan waktu terbentuknya, satuan ini disebandingkan dengan Formasi Cigadung (Martojoyo, 1984).
Gambar 3.9. Perbandingan model pengendapan kipas tengah (Walker, 1978) dengan suksesi vertikal satuan batupasir-breksi.
Hubungan Stratigrafi Satuan ini memiliki hubungan selaras dengan satuan batupasir-batulempung. Hal ini didasarkan pada kedudukan lapisan yang relatif sama dan umur yang menerus dari Satuan Batupasir–Batulempung.
Vicky Ruliansatri (12005019)
37
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
3.2.5 Satuan Breksi Volkanik Penyebaran dan Ketebalan Satuan ini meliputi 38 % dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi segar sampai lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian barat daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna merah pada peta geologi (Gambar 3.5). Batuan ini tersingkap baik pada S. Cicareuh dan S. Cicatih. Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan rekontruksi penampang geologi ± 200 m. Kondisi Morfologi Satuan ini menghasilkan bentukan morfologi berupa dataran tinggi dengan relief yang relatif datar. Merupakan ekspresi dari batuan penyusunnya yang resisten. Lereng yang curam umumnya terbentuk pada batas litologi dan lembah sungai. Ciri Litologi Satuan ini dicirikan oleh litologi berupa breksi volkanik berwarna abu–abu gelap (Foto 3.17), nonkarbonatan, fragmennya terdiri dari batuan beku basalt dan andesit berukuran kerakal–bongkah, dan berbentuk menyudut–menyudut tanggung. Matriksnya terdiri dari pasir sedang–kasar, umumnya tersingkap dengan kondisi lapuk. Pada sayatan tipis (Lampiran B) dari fragmennya, memiliki ciri-ciri; hipokristalin, porpiritik. Fenokris (35 %) terdiri dari plagioklas, piroksen, kuarsa, mineral opak, subhedral dan anhedral, ukuran 1,75 – 0,125 mm. Massadasar (65 %) tersusun dari mikrolit plagioklas, dan mineral gelas. Dinamakan andesit.
Foto 3.17 Singkapan Breksi volkanik (Foto diambil di Ccr-25).
Umur Pada satuan ini tidak ditemukan conto batuan yang dapat digunakan untuk analisis mikrofosil. Umur dari satuan ini diketahui dari peneliti terdahulu. Dari hasil studi literatur Satuan Breksi Volkanik di daerah penelitian berumur Pleistosen (Effendi, dkk., 1998). Satuan ini diperkirakan terbentuk di lingkungan darat. Vicky Ruliansatri (12005019)
38
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri-ciri litologinya di lapangan, yaitu terdiri dari breksi volkanik, yang tersusun dari fragmen andesit dan basalt serta matriksnya berukuran pasir kasar, satuan ini peneliti sebandingkan dengan endapan gunung api tua (Effendi, dkk., 1998). Hubungan Stratigrafi Satuan ini menutupi sebagian satuan yang ada dibawahnya dengan hubungan ketidakselarasan bersudut. 3.2.6 Satuan Aluvial Penyebaran satuan ini meliputi 7% dari daerah penelitian, tersebar di lembah sungai-sungai besar yang ada di daerah penelitiian. Pada peta geologi satuan ini ditandai dengan warna abu-abu. Satuan ini merupakan hasil rombakan dari satuan batuan yang lebih tua. Dari pengamatan lapangan, ketebalan satuan ini diperkirakan >5 m. Satuan ini memiliki hubungan yang tidak selaras dengan satuan yang ada dibawahnya. Karena pengendapan satuan ini masih terus berlangsung sampai saat ini, sehingga umur satuan ini adalah Resen. Satuan ini tersusun oleh endapan material lepas yang berukuran lempung sampai bongkah. Material yang berukuran kerakal sampai bongkah terdiri dari batupasir, kuarsa, basalt, dan andesit, dengan bentuk butir membulat sampai membulat tanggung. Apabila kita amati, batupasir yang ada di daerah penelitian umumnya bersifat wacke, hal ini diperkirakan berkaitan dengan mekanisme pengendapan daerah penelitian yaitu dengan cara mekanisme arus gravitasi.
Vicky Ruliansatri (12005019)
39
Geologi dan Analisis Struktur Untuk Karakterisasi Sesar Anjak Daerah Cijorong dan Sekitarnya,Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
3.3
STRUKTUR GEOLOGI Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar–sesar
anjak berarah WNW-ESE, sesar-sesar geser berarah NE-SW dan NW-SE, dan perlipatan dengan sumbu yang sejajar dengan arah sesar anjak. Bukti-bukti yang menunjukkan adanya struktur-struktur tersebut diantaranya berupa data kekar gerus (shear fracture), kekar tarik (gash fracture), breksiasi, off set lapisan, cermin sesar dan kedudukan lapisan. Selain itu, hasil analisis kelurusan dari peta topografi dan citra SRTM juga memberikan arah WNW–ESE. Sesar naik yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Pasir Sireum, Sesar Naik Cibayawak, Sesar Naik Cirendeu, dan Sesar naik Cipamarayan yang berarah WNW–ESE dengan kemiringan ke utara. Sesar mendatar daerah penelitian memiliki dua arah umum, yaitu berarah NESW dan NW-SE. Sesar mendatar yang berarah NE-SW relatif tegak lurus terhadap arah sesar naik merupakan sesar mendatar mengiri. Sesar-sesar mendatar ini dapat digolongkan kedalam “tear fault” yang memotong barisan sesar naik yang ada di daerah penelitian. Tear fault didefinisikan sebagai suatu sesar mendatar berskala kecil yang berasosiasi dengan struktur lainnya yaitu lipatan, sesar anjak ataupun sesar normal (Twiss dan Moore, 1992). Sesar mendatar yang berarah NW-SE merupakan sesar mendatar menganan. Struktur lainnya adalah struktur lipatan yang memiliki sumbu relatif sejajar dengan arah jurus sesar anjak yaitu relatif WNW–ESE. Kelurusan arah sumbu lipatan dan arah sesar–sesar naik ini, dijadikan sebagai kesimpulan awal bahwa arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian memiliki arah relatif NNE-SSW. Secara lebih detail dan terperinci, analisis mengenai struktur geologi akan dibahas pada Bab IV Struktur Geologi.
Vicky Ruliansatri (12005019)
40