Lampiran 1
Foto dan Biografi Pengarang
Mary Wollstonecraft Shelley (1797-1851)
Mary Wollstonecraft Shelley lahir di London, Inggris pada tanggal 30 Agustus 1797. Ia adalah anak perempuan tunggal dari pasangan William Godwin (1756-1836) dan Mary Wollstonecraft (1759-1797). Ayahnya adalah seorang filsuf
Universitas Sumatera Utara
dan ibunya adalah seorang feminis; yang mana keduanya merupakan penulis terkenal selama era 1800an. Ibunya, Mary, meninggal karena penyakit komplikasi ketika Shelley masih berusia empat bulan. Empat tahun kemudian ayahnya menikahi seorang janda bernama Mary Jane Clairmont. Semenjak kecil, Shelley sangat gemar membaca dan menulis cerita. Walaupun ia, tidak pernah mengikuti pendidikan formal, namun ia dididik secara privat oleh ayahnya; dan sering menghabiskan waktu membaca di perpustakaan rumahnya. Dikarenakan ayahnya adalah salah satu penulis terkenal pada saat itu, rumah mereka sering sekali dikunjungi oleh para tokoh masyarakat dan penulis terkenal lainnya. Hal tersebut membuat Shelley termotivasi untuk mempelajari cara menulis cerita dengan baik. Sekitar tahun 1814, Shelley berkenalan dengan Percy Bysshe Shelley, seorang penulis yang merupakan salah satu penggemar ayahnya. Shelley kemudian menjalin hubungan asmara dengan Percy, dan tinggal serumah di Perancis pada Juni 1814. Pada saat itu Percy masih menikah dengan istri pertamanya, Harriet Westbrook. Setelah Percy bercerai dengan istri pertamanya, pada akhir 1814 pasangan Shelley kembali ke Inggris untuk bersembunyi dan menghindari hutang-piutang dari jandanya tersebut. Hutang tersebut kemudian dilunasi oleh ayah Shelley. Pada Februari 1815, Shelley melahirkan anak perempuan pertamanya secara prematur, yang mana meninggal sebulan kemudian. Pada tahun berikutnya Shelley melahirkan putra keduanya, Wiliiam tak lama ketika pindah ke kota Bishopsgate, Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Pada musim panas 1816, pasangan Shelley dan adik tirinya, Claire, berlibur ke Switzerland. Pada saat itu Shelley pertama kali berkenalan dengan Lord Byron, seorang penulis terkenal asal Inggris. Musim panas saat itu bercuaca tidak stabil dan sering hujan. Oleh karenanya, Byron menantang Shelley untuk menulis tentang cerita hantu selama menghabiskan musim panas di sana. Berdasarkan tantangan tersebut, Shelley mulai menulis tentang cerita Mary Shelley Frankenstein. Setelah cerita itu selesai, ia kemudian membacakannya di hadapan Byron. Byron sangat terkejut dan ketakutan mendengar cerita tersebut, sehingga berlari meninggalkan ruangan (Coghill, 2000: 3). Pada November 1816, saudari seibunya, Frances “Fanny” Imlay, tewas bunuh diri, dan sebulan kemudian mantan istri Percy juga melakukan hal serupa. Dua bulan setelah kejadian tersebut, Shelley menikah dengan Percy di London. Pada tahun 1817 pasangan tersebut pindah ke kota Marlow, Inggris, dan melahirkan putri ketiganya, Clara Everina. Pada tahun 1818 Shelley berhasil menerbitkan novel Mary Shelley Frankenstein, yakni ketika ia masih berusia sembilan belas tahun. Sayangnya, pada tahun yang sama putrinya, Clara, meninggal dunia, kemudian disusul oleh kematian putranya, William pada Juni 1819. Shelley sangat merasa terpukul pada saat itu. Pada September 1819, ia melahirkan putra terakhirnya, Percy, yang mana merupakan satusatunya putra yang selamat hingga dewasa. Pada saat ini Shelley masih aktif menulis, dan menerbitkan novel keduanya, Valperga. Namun tragis, pada tanggal 8 Juli 1822, suaminya, Percy, meninggal akibat tenggelam saat ber-kano (perahu kecil) di laut Livorno, Italia. Sekali lagi Shelley
Universitas Sumatera Utara
133
merasa benar-benar terpukul atas insiden tersebut. Semenjak itu, Shelley hidup berdua dengan putranya, Percy. Sepeninggalan suaminya, Shelley terus menulis karya-karyanya, termasuk melanjutkan karangan suaminya untuk menghidupi keluarga dan biaya pendidikan anaknya. Pada tahun 1826, Shelley menerbitkan novel ketiganya, The Last Man, yang mana merupakan novel terbaik kedua setelah Mary Shelley Frankenstein. Pada tahun 1841, Percy meluluskan kuliahnya di Trinity College, Cambridge, Inggris. Untuk merayakan kelulusannya, Percy mengajak ibunya berkeliling Italia dan Eropa. Pada tahun 1848 Percy kemudian menikah, dan mengajak ibunya untuk tinggal bersama istrinya. Pada 1 Februari 1851, Mary Shelley meninggal di London, dan dimakamkan di Bournemouth, Inggris.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
Sinopsis Novel Mary Shelley Frankenstein Karya Mary Shelley
Cerita diawali oleh kisah surat-menyurat antara Kapten Walton, seorang nahkoda yang berambisi mencari jalur pelayaran baru dari Rusia menuju Samudera Pasifik, mengarah ke Kutub Utara, dengan Margaret Saville, adiknya yang menetap di Inggris. Ketegangan petualangan Kapten Walton ini dimulai setelah bermingguminggu mengarungi lautan badai. Suatu ketika, dikisahkan para awak kapal menemukan seorang pria sekarat yang terdampar di atas lautan es, yang kemudian diketahui bernama Victor Frankenstein. Beberapa saat setelah Victor diselamatkan oleh kru, ia kemudian mulai menceritakan kisah tragisnya kepada Kapten Walton. Dalam cerita, Victor digambarkan sebagai anak muda yang cerdas dan ambisius, dan memiliki rasa haus akan ilmu pengetahuan yang tak pernah terpuaskan. Ia tinggal dan dibesarkan di Genewa, Switzerland. Di kota ini lah ia tumbuh besar bersama adik angkatnya, Elizabeth, seorang yatim piatu yang diadopsi oleh keluarganya semenjak usia balita. Victor sangat menyukai sains dan ilmu pengetahuan. Semenjak kanak-kanak, ia gemar sekali mengamati gejala-gejala alam dan tertarik dengan eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Atas rasa ketertarikannya ini lah Victor berjanji suatu saat akan menjadi seorang ilmuwan seperti ayahnya. Namun malang sekali, ketika Victor memasuki usia remaja, ibunya, Caroline, dan adik angkatnya, Elizabeth, terjangkit demam berdarah. Akibat penyakit tersebut, akhirnya ibunya pun meninggal dunia, sementara Elizabeth berhasil selamat dan pulih beberapa bulan kemudian. Sebelum meninggal, ibunya sempat berwasiat agar Victor melanjutkan studinya, seraya mempersatukan tangan Victor dengan Elizabeth, sebagai isyarat agar suatu saat ia menikahi adik angkatnya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pada usia tujuh belas tahun, Victor memutuskan untuk meninggalkan keluarga dan kotanya untuk keperluan mempelajari ilmu fisika dan kedokteran di Universitas Ingolstadt. Di universitas ini lah Victor berkenalan dengan Henry Clerval, salah seorang mahasiswa di sana, yang kemudian menjadi sahabat karibnya. Di tempat ini juga ia bertemu dengan kedua pengajarnya, yakni Prof. M. Krempe dan Prof. M. Waldman. Selama dua tahun menjadi mahasiswa di sana, Victor menjadi sangat serius dengan studi sainsnya, bahkan berhasil membuat para pengajar dan temantemannya terkesima dengan kegigihan dan pencapaian akademisnya. Selama bertahun-tahun menuntut ilmu di Ingolstadt, tak jarang Victor berselisih paham dengan pengajarnya, terutama terhadap Prof. M. Krempe. Krempe sejak awal memang sudah sangat menentang teori-teori yang dipelajari oleh Victor. Bahkan ia meremehkan semua teori ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh Victor. Ia kerap berdalil bahwa tak ada ilmu yang layak dipelajari kecuali ilmu sains. Sebagai reaksi dari tekanan pengajarnya tersebut, Victor pun merasa tertantang untuk membuktikan bahwa pendapat Krempe itu tidak benar. Menurutnya ada ilmu pengetahuan lain yang sama penting layaknya sains, yakni ilmu filsafat. Berdasarkan hal tersebut, Victor pun berusaha untuk menggabungkan kedua ilmu yang bertentangan tersebut untuk menyanggah pendapat Prof. M. Krempe. Setelah mendengarkan perdebatan Victor dan Prof. M. Krempe di kelas, Prof. M. Waldman merasa penasaran untuk mengetahui apa sebenarnya tujuan Victor. Waldman kemudian mengintimidasi Victor, dan menemukan jawaban bahwa ia berambisi untuk melakukan terobosan dalam hal sains, yakni dengan menggabungkan ilmu sains dengan ilmu filsafat untuk menjawab misteri kehidupan. Ambisi ini pun akhirnya didukung oleh Waldman, karena menurut kabar burung di universitas itu, Prof. M. Waldman sebelumnya dikenal sebagai satu-satunya pengajar yang pernah melakukan eksperimen terlarang di Ingolstadt.. Tak lama kemudian, Waldman mengajak Victor ke laboratoriumnya. Di laboratorium ini lah Victor terkesima dengan hasil eksperimen rahasia Waldman, yakni potongan lengan kera yang dapat digerakkan dengan aliran listrik, yang disalurkan lewat jarum akupuntur.
Universitas Sumatera Utara
Terkejut melihat keberhasilan eksperimen Waldman, Victor pun semakin berambisi untuk menyempurnakannya. Ia kemudian terobsesi untuk menciptakan suatu kehidupan baru dalam sosok manusia sempurna. Namun malang, sebelum ia sempat mempelajari banyak hal menyangkut eksperimen tersebut, Prof. M. Waldman direnggut nyawanya oleh seorang gelandangan pasien vaksin cacar, ketika akan melakukan praktek vaksin massal. Mengetahui tragedi ini, Victor merasa putus asa, dan nekat melanjutkan eksperimen yang pernah dipelajarinya dari Waldman. Ia mencoba mengumpulkan potongan tubuh dari sejumlah jenazah yang masih baru, menyatukan potongan-potongan tubuh tersebut, dan mencangkokkan otak mendiang Prof. M. Waldman ke dalam tempurung kepala mayat tersebut. Dengan melakukan ini, Victor berharap dapat menciptakan sesosok manusia sempurna hasil rekayasa eksperimen. Selama mengerjakan eksperimen tersebut, Victor mengurung diri bermingguminggu lamanya. Tak disangka, ternyata Victor berhasil menghidupkan mayat tersebut. Namun ia sangat kecewa ketika melihat makhluk hasil eksperimennya itu menjadi sesosok makhluk buruk rupa, yang sama sekali di luar harapannya selama ini. Victor merasa menyesal karena telah memberinya kehidupan, tanpa terlebih dahulu memikirkan bagaimana kelak ia akan memelihara dan membesarkan makhluk tersebut. Melihat sosoknya yang menakutkan, ia pun panik dan memutuskan untuk mengusir dan membiarkan makhluk yang diciptakannya itu hidup sebatang kara. Setelah makhluk itu pergi, Victor langsung jatuh sakit, dan kemudian dirawat oleh sahabatnya, Henry Clerval. Makhluk ciptaannya ini pun memulai petualangan di dunia yang tak pernah dikenalnya. Ia sebenarnya tidak tahu mengapa dan untuk apa ia diciptakan. Makhluk ini tercipta tanpa nama, dengan sosok dan fisik yang tidak sempurna, bahkan terlihat janggal dan menakutkan, serta yang paling menyedihkan, ia tak pernah diajarkan cara berkomunikasi oleh penciptanya. Selama melakukan perjalanan, berbagai macam kesialan dan ketidakadilan pun sering dialaminya, terutama ketika ia dihakimi warga, karena tertuduh sebagai pembawa wabah kolera dan disentri di kota tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Makhluk itu pun terus berlari untuk menyelamatkan diri, sampai pada akhirnya ia menemukan sebuah rumah kecil yang sangat sederhana, dan memutuskan untuk menyelinap dan tinggal di dalam kandang hewan ternak, tanpa diketahui oleh keluarga tersebut. Rumah sederhana itu diketahui sebagai rumah kontrakan yang ditinggali oleh Keluarga De Lacey, yang mana ditinggali oleh sepasang suami istri dengan dua anak manis, serta seorang kakek buta. Walaupun hidup dalam kemiskinan, mereka tetap hidup harmonis dan saling menyayangi satu sama lain. Dari keluarga ini lah makhluk tersebut perlahan mulai belajar tentang kasih sayang, sopan santun, sedikit pengetahuan tentang agama, cara berbicara, cara menyimak, dan cara membaca. Namun sangat disayangkan, dikarenakan himpitan ekonomi, keluarga ini tak mampu membayar uang sewa rumah tersebut. Hal ini semakin diperparah oleh terjadinya musim dingin yang menyebabkan mereka sulit panen. Melihat penderitaan ini, tanpa sepengetahuan mereka, makhluk ciptaan Victor tersebut kemudian membantu keluarga ini dengan cara memanen hasil tanaman yang beku karena musim dingin. Hasil panen itu ia letakkan di depan rumah, dan diketahui oleh keluarga tersebut keesokan harinya. Suatu ketika rumah itu kosong, penagih sewa rumah tersebut tiba-tiba datang dan menyakiti kakek buta. Ia mengancam akan menyita rumah jika mereka tidak terus menunggak. Makhluk itu pun marah, kemudian mencelakai penagih sewa rumah itu. Kakek buta itu merasa sangat berterima kasih, dan mengajak makhluk tersebut masuk ke dalam rumah. Makhluk itu sangat senang karena kakek tersebut sangat menghargainya. Tak lama kemudian, keluarga tersebut pulang. Karena panik atas kejadian yang menimpa kakek buta tersebut, puteranya menyangka makhluk itu lah yang menyakiti ayahnya. Akhirnya makhluk malang itu pun dipukul dan diusir oleh puteranya. Dalam pelariannya, makhluk itu terus menangis, dan bertanya-tanya mengapa ia diperlakukan seperti ini. Tak lama kemudian, ia kembali ke rumah itu. Namun sayang, rumah itu sudah kosong. Mendapati rumah itu sudah kosong, secara tidak
Universitas Sumatera Utara
sengaja, ia pun memeriksa kantong jubah yang dikenakannya, dan menemukan buku harian Victor Frankenstein yang terbawa saat ia diusir dari laboratorium. Setelah membaca isi buku tersebut, makhluk tersebut marah dan dendam kepada Victor. Sebagai luapan kemarahannya, ia kemudian membakar rumah itu sambil meneriakkan nama Frankenstein. Di lain tempat, Victor masih berada di Ingolstadt. Tak lama ia menerima kabar dukacita dari ayahnya, Alphonse, mengenai kematian adik bungsunya, William. Ayahnya juga menceritakan tentang terbunuhnya Justine Moritz, pengurus rumahnya. Justine diberitakan telah dihukum gantung warga akibat tertuduh membunuh William. Keesokan harinya, Victor segera pulang, dimana ia langsung disambut oleh makhluk ciptaannya tersebut. Makhluk itu menyuruh untuk menemuinya di Gunung Montanvert. Sampainya di sana, ia memaksa Victor untuk menciptakan teman hidup bagi makhluk tersebut, dan berjanji bahwa jika dikabulkan, maka ia tak akan pernah mengganggu hidupnya lagi. Namun jika Victor menolaknya, maka Sang Monster mengancam akan menghabisi semua orang yang disayanginya. Untuk sejenak Victor memikirkan apa yang akan terjadi. Di satu sisi, ia tak ingin menciptakan makhluk mengerikan lainnya, namun di sisi lainnya, ia juga takut akan teror makhluk tersebut. Setibanya di rumah, Victor pun langsung melamar Elizabeth sebagai istrinya. Ia melakukan ini sebagai usaha untuk mengingkari janjinya terhadap makhluk tersebut. Sang Monster pun marah dan mulai melancarkan aksi terornya. Mengetahui makhluk itu akan menagih janjinya, maka Victor pun terus memperketat penjagaan rumahnya, serta mengajak orang-orangya untuk memburu makhluk tersebut. Namun malang sekali, Henry Clerval menemukan ayah Victor sudah tidak bernyawa di kamarnya. Teror pun tak hanya sampai di situ, pada akhirnya Elizabeth juga terbunuh tepat pada malam pengantinnya. Karena merasa putus asa, Victor pun terpaksa bergegas ke laboratoriumnya untuk segera menghidupkan Elizabeth dengan eksperimen yang sama. Namun di tengah perjalanannya, Henry Clerval juga berhasil dibunuh oleh makhluk tersebut. Setelah Elizabeth berhasil dibangkitkan, Sang Monster berusaha merampasnya dari
Universitas Sumatera Utara
139
tangan Victor. Persengketaan antara sang pencipta dan ciptaannya pun terjadi. Namun perebutan ini tak berlangsung lama ketika Elizabeth menyadari bahwa wajahnya yang sekarang sangat lah buruk rupa. Elizabeth menyadari penderitaannya ini, dan segera mengakhiri hidupnya dengan membakar dirinya sendiri. Pada akhirnya, seluruh bangunan itu pun ikut terbakar habis. Tragedi ini begitu membekas di benak Victor. Maka dengan kebulatan tekad, ia pun menghabiskan sisa hidupnya untuk memburu makhluk tersebut. Berbulanbulan perjalanan pun ditempuhnya hanya untuk membalaskan dendamnya. Setelah sekian lama, akhirnya ia pun terdampar di dataran es dalam keadaan tak berdaya. Di sini lah ia bertemu dengan Kapten Walton, dan kemudian menceritakan semua kisah penderitaan hidupnya. Namun dikarenakan rasa lelahnya yang teramat sangat, Victor pun akhirnya menemui ajalnya. Tak lama kemudian makhluk ciptaannya tiba-tiba hadir di antara mereka, meratapi kematian sang pencipta. Ia terlihat menyesali segala perbuatan yang pernah dilakukannya. Ternyata jauh di lubuk hatinya, makhluk ini menganggap Victor sebagai ayahnya, dan berusaha mencintainya dengan caranya yang tak lazim, kendatipun selalu menyakiti hati ayahnya tersebut. Di akhir cerita, makhluk ini terus menangisi jenazah Victor, dan mulai memakamankannya dengan cara kremasi. Setelah itu ia pun menghilang di balik kabut bersama keputusasaannya, tanpa pernah terlihat ataupun terdengar lagi oleh manusia mana pun.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
Kulit Sampul Novel Mary Shelley Frankenstein Karya Mary Shelley
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4
Kulit Sampul Buku-Buku Acuan
Universitas Sumatera Utara