March 2006
Summary:
• Central Kalimantan, South Kalimantan and West Kalimantan will likely to receive rainfall above normal average. Some districts in those provinces are susceptible to floods (page 2). • Forest fire watch: along east coast of Sumatra from Nanggroe Aceh Darussalam to South Sumatra to Riau (page 3). • La Ninã conditions are expected to continue during the next 3-6 months (page 5). Prediksi Curah Hujan dan Anomali Curah Hujan di Indonesia selama Maret 2006
Prediction of Rainfall and Rainfall Anomalies in Indonesia during March 2006
Berdasarkan pengamatan suhu permukaan laut di Lautan Pasifik pada Bulan January 2006, pada bulan Maret 2006 diprediksikan:
Based on the observation of Sea Surface Temperature over the Pacific Ocean in January 2006, during March 2006 is predicted:
Curah hujan tinggi 250-300 mm/bulan diprediksi terjadi di: -Sumatera bagian barat hingga selatan, Jawa bagian tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi bagian tengah, dan Papua.
High rainfall (250-300 mm/month) will occur in:
Sedangkan curah hujan sedang (200-250 mm/month) diprediksikan akan terjadi di: - Sumatera bagian utara, Jawa bagian barat, sebagian Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Sulawesi bagian selatan.
While moderate rainfall (200-250 mm/month) are expected in: - Northern part of Sumatra, western part of Java, most of East Java, East Kalimantan and southern part of Sulawesi.
Curah hujan rendah (150-200 mm/bulan) umumnya terjadi Jawa bagian timur, NTB, NTT, dan Sulawesi bagian utara.
• Low rainfall (150-200 mm/month) will occur in: Eastern part of Java, NTB, NTT and northern part of Sulawesi.
Pada umumnya, keadaan diatas menunjukkan wilayah Indonesia bagian utara pada Bulan Maret 2006 diprediksikan akan mengalami peningkatan curah hujan hingga 18 mm/bulan. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan diprediksikan mengalami penurunan curah hujan sampai dengan 6 mm/bulan dari kondisi rata-rata bulanan (lihat Gambar 1).
In general the above condition shows that during March 2006 rainfall in northern part of Indonesia is predicted to increase up to 18 mm/month. While in southern part of Indonesia rainfall is predicted to decrease up to 6 mm/month from normal average (See Figure 1).
- Southern to western parts of Sumatra, central part of Java, West Kalimantan, Central Kalimantan, South Kalimantan, central part of Sulawesi and Papua.
mm/bulan Gambar 1. Prediksi Curah Hujan di Indonesia, Maret 2006 Figure 1. Rainfall Prediction in Indonesia, March 2006
Daerah Potensi Banjir di Jawa dan Sumatra
Potential Flood Areas in Java and Sumatra
Tidak ada indikasi daerah berpotensi banjir di Sumatra dan Jawa selama Bulan Maret 2006 karena curah hujan diprediksikan kurang dari ambang batas atas (masing-masing 291 mm/bulan dan 271 mm/bulan untuk Sumatra dan Jawa).
No indication of potential flooded areas in Sumatra and Java islands during March 2006 as rainfall predicted to be less than upper threshold (291 mm/month and 271 mm/month, respectively for Sumatra and Java).
Daerah potensi banjir di Kalimantan pada bulan Maret 2006:
Potential flood areas in Kalimantan during March 2006:
Kalimantan Tengah, Selatan dan Barat diperkirakan akan menerima curah hujan di atas normal (>268 mm/bulan). Penggabungan (overlay) prakiraan curah hujan dengan daerah genangan banjir di Kalimantan mengindikasikan daerah potensi banjir di:
Central, South and West Kalimantan will likely to receive above normal rainfall average (>268 mm/month). The overlay of rainfall prediction with the existing inundation areas in Kalimantan indicates potential flood areas in:
• Kalimantan Tengah (khususnya: Kota Palangka Raya, Kabupaten Sukamara, Seruyan, Pulang Pisau, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Katingan, Kapuas, Barito Timur dan Barito Selatan).
Central Kalimantan (particularly: in Palangka Raya city, Sukamara, Seruyan, Pulang Pisau, Murung Raya, Kotawaringin Timur, Kotawaringin Barat, Katingan, Kapuas, East Timur and South Barito districts).
• Kalimantan Selatan (khususnya: Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Selatan).
• South Kalimantan (particularly in North Hulu Sungai and South Hulu Sungai districts).
• Kalimantan Barat (Kabupaten Sintang, Sanggau, Ketapang dan Kapuas Hulu). (Lihat Gambar 2).
• West Kalimantan (particularly in Sintang, Sanggau, Ketapang and Kapuas Hulu districts). (See Figure 2).
Gambar 2. Prediksi daerah potensi banjir di Kalimantan Figure 2. Prediction of flood prone areas in Kalimantan
Figure 3. Ignition Potential Map as of Fourth Week of February 2006 Gambar 3. Peta Daerah Potensi Tingkat Kemudahan Penyulutan Api sampai minggu ke-4 Februari 2006
Forest Fire Outlook
Forest Fire Outlook
Peta di atas menunjukkan prediksi potensi kebakaran di Sumatra dan Kalimantan menggunakan metode Peringkat Kandungan Air dari Bahan Bakaran Halus (FFMC). Sepanjang pantai timur Sumatra, mulai dari Nanggroe Aceh Darussalam sampai Sumatera Selatan berada pada kondisi ekstrim. Bahan bakaran halus di daerah-daerah tersebut akan sangat mudah terbakar dan memicu api, pada peta ditunjukkan dengan peringkat FFMC yang paling tinggi.
The above map depicts a prediction of potential fire conditions in Sumatra and Kalimantan using Fine Fuel Moisture Code (FFMC) method. Along the east coast of Sumatra, from Nanggroe Aceh Darussalam to South Sumatra, the conditions are extreme. Fine fuels in those areas will likely ease to ignition, it is shown by the highest rating of FFMC in the map.
Sementara itu, di Kalimantan peringkat FFMC umumnya rendah, kecuali di sepanjang pantai di Kalimantan Selatan (lihat Gambar 3).
While in Kalimantan the FFMC rating is low, except along the coast of South Kalimantan. (See Figure 3).
Peringkat Kandungan Air dari Bahan Bakaran Halus (FFMC) : Nilai FFMC yang ditunjukkan di peta merupakan peringkat dari kandungan air dedaunan kering atau bahan bakaran halus lainnya. FFMC menunjukkan kemudahan tersulut dan terbakarnya bahan bakaran halus. Karena itu FFMC digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan potensi kebakaran atau potensi terpicunya api dan menyebar di daerah terbuka. (Bahan bakaran halus: semak belukar, rerumputan, dll).
Fine Fuel Moisture Code (FFMC): The FFMC values shown on the map are numerical ratings of the moisture content of litter and other cured fine fuels. The FFMC indicates the relative ease of ignition and flammability of fine fuels. Thus FFMC is used as an indicator of ignition potential or potential for fires to start and spread in the open area. (Fine fuels: slash fuels, grassland, bushes, etc).
El Nino Southern Oscillation (ENSO) Outlook
El Nino Southern Oscillation (ENSO) Outlook
Sebagian besar analisa statistik dan model ramalan menunjukkan bahwa sampai pertengahan Februari 2006 suhu permukaan laut (SSTs) di wilayah bagian tengah ekuator Pasifik menjadi lebih dingin dari suhu normal rata-ratanya. Demikian pula indikator-indikator lain seperti sirkulasi atmosfir dan presipitasi berada kondisi anomali. Kondisi anomali tersebut mengindikasikan adanya gejala La Ninã di wilayah tropikal Pasifik. Lihat gambar di bawah.
Most of the statistical and coupled model forecasts showed that as of mid-February sea surface temperatures were cooler than normal average across much of the central Equatorial Pacific. The other indicators, namely atmospheric circulation and precipitation were also in anomalous conditions. These anomalous patterns indicate the occurence of La Ninã condition across tropical Pacific. See Figures below.
Gambar A. Presipitasi di atas normal ditemukan di wilayah Indonesia, Philipina dan bagian utara Australia (ditunjukkan dengan anomali OLR). Figure A. Above average precipitation was observed over Indonesia, the Philippines & northern Australia (showed by mean anomalous OLR).
Gambar B. Kecepatan angin yang lebih kuat dari rata-rata bawah (850-hPa) berlangsung di wilayah tengah ekuator Pasifik. Figure B. Stronger–than-average low-level (850-hPa) persisted over the central equatorial Pacific
Gambar C. Anomali sirkulasi badai/siklon tingkat atas (200-hPa) ditemukan pada kedua hemisphere. Gambar C. Anomalous upper level (200-hPa) cyclonic circulation centres were observed in both hemispheres Sumber/Source: www.cpc.noaa.gov Gejala-gejala yang ditunjukkan pada Gambar A,B,C mirip dengan gejala yang terlihat pada periode La
Ninã sebelumnya. Catatan: La Ninã kuat terjadi tahun 1988-1989 dan 1998-2001 dan La Ninã lemah pada tahun 1995-1996.
La Ninã Ninã:: Gejala La Ninã ditandai dengan suhu lautan yang lebih dingin dari biasanya di bagian timur ekuator Pasifik, sementara dibandingkan dengan El Nino, biasanya ditandai dengan peningkatan suhu lautan yang tidak umum di wilayah yang sama. Terdapat beberapa badai-badai tropikal pada wilayah timur Pasifik, di antaranya Indonesia, Australia dan wilayah bagian selatan dan barat lainnya dari Pasifik yang kemungkinan akan mengalami peningkatan curah hujan dan badai tropis sebagai akibat adanya La Ninã .
These patterns showed in Figure A,B,C are similar to those observed during previous La Ninã episode. Note: strong La Ninã occurred in 1988-1989 and 19982001 and weakly 1995-1996.
La Ninã :
La Ninã is characterized by unusually cold ocean temperatures in the eastern equatorial Pacific, compared to El Nino, which is characterized by unusually warm ocean temperatures in the same area. There are fewer tropical storms than usual in the eastern Pacific, though Indonesia, Australia, and other southern and western Pacific regions may experience increased rainfall and tropical cyclones as a result of La Ninã condition.
Berdasarkan analisa kondisi anomali dan prakiraan, probabilitas berlanjutnya gejala La Ninã di wilayah tropis Pasifik adalah sebesar 65% selama periode Feb-Mar-Apr 2006.
Based on the analysis of anomalous conditions and forecasts, the probability of La Ninã conditions across the tropical Pacific region continuing through Feb-Mar-Apr 2006 season is 65%.
Meskipun gejala La Ninã diramalkan berlangsung sampai beberapa bulan ke depan, model-model tersebut tidak mengindikasikan adanya potensi perkembangan yang memburuk dari kondisi anomali tersebut.
Although La Ninã conditions are forecast for the next coming months, the models do not indicate much potential for further growth of the anomalies.
Early Warning Bulletin ini merupakan hasil kerjasama antara UN World Food Programme (WFP) dan Bidang Pemantauan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSDAL) – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berisi informasi prediksi kondisi iklim di Indonesia dan dampaknya pada kondisi lingkungan dan ketahanan pangan (banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dll).
UN World Food Programme (WFP) Wisma Kyoei Prince, Lt.9. Jl. Jendral Sudirman Kav. 3 Jakarta Pusat 10220 - Indonesia 62-21-5709004, 62-21-5709001 (Fax) www.wfp.org
This Early Warning Bulletin is a joint collaboration between UN World Food Programme (WFP) and Natural Resources and Environmental Monitoring Division – National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN) which contains climate prediction information over Indonesia and its impacts to the environment and food security (floods, drought, forest fires, etc).
Natural Resources and Environmental Monitoring Division (PSDAL) – LAPAN Jl. LAPAN No. 70, Pekayon - Pasar Rebo, Jakarta 13710, Indonesia. 62 -21 8710274/ 8722733 http://www.rs.lapan.go.id/SIMBA