Flexible Work Hours, Kebahagiaan, dan Sikap Karyawan di Starbucks Coffee
JURNAL
Oleh :
Andhika Adikusumo Manajemen , Universitas Paramadina Jakarta, Jl. Gatot Subroto Kav. 97 Mampang, Jakarta 12790 T. +62-21-7918-1188 F. +62-21-799-3375 E-mail :
[email protected] Website : http://www.paramadina.ac.id
Biodata Penulis
Nama
: Andhika Adikusumo
Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 21 September 1992
NIM
: 210000069
Program Studi
: Manajemen
Jenjang
: Strata 1 (S1)
Abstract Flexible Work Hours is a working system that allows employees to have a more variable schedule as opposed to complying with the standard 8-hour workday. The implementation of Flexible Work Hours goal is to make employees more comfortable at workplace. Flexible Working Hours is a flexible work option with both employers and employees. It lets employees set their own starting and quitting times within limits determined by management. Starbucks Coffee has also applied the system of Flexible Work Hours to their Barista. This is in line with the philosophy of the CEO of Starbucks Company, Howard Schultz, which is keeping employees’ happiness to increase work performance and this system can offer many benefits to both employers and employees, including improved job satisfaction, reduced absenteeism, greater commitment, and reduced turnover. Therefore Starbucks do not provide work schedules to their barista. Keywords: Flexible Work Hours, Happiness, Attitude.
Pendahuluan Setiap manusia memiliki berbagai jenis pencapaian hidup dengan berbagai motif, pencapaian hidup pun akan dicapai dengan melakukan pekerjaan. Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik dari segi ekonomi, psikis maupun biologis atau dengan kata lain
adalah aktifitas (Setiawan, 2014).
utama
manusia
Dalam dunia kerja, karyawan dituntut untuk memenuhi kewajiban di tempat bekerjanya. Disamping pekerjaan formal di dalam tempat kerja, terkadang karyawan masih dihadapkan dengan tugas-tugas yang harus diselesaikan diluar jam kantor. Disisi lain karyawan pun memiliki kehidupan pribadi yang harus dijalankan, sedangkan jam kerja dalam 1 hari pada umumnya adalah 8 jam atau 40 jam per-minggunya, dan apabila diakumulasikan karyawan hanya memiliki waktu sebanyak 6 jam per hari untuk melakukan aktivitas pribadinya setelah dikurangi dengan jam istirahat manusia rata – rata, yaitu 8 jam per hari (Anshor, 2015). Atkinson dan Hall mengatakan bahwa standar IWL (Improving Working Lives) di United Kingdom mengharuskan adanya praktik SDM yang dapat menciptakaan keseimbangan antara pekerjaan mereka dan kewajiban mereka di luar pekerjaan (Atkinson & Hall, 2011). Namun seiring berjalannya waktu telah ditemukan dan diterapkan berbagai sistem bekerja yang salah satunya adalah Flexible Work Hours yang memungkinkan pekerja untuk memilih jam kerjanya sendiri, dimana bisa disimpulkan bahwa pekerja menjadi lebih memiliki waktu untuk urusan pribadi di luar jam kerjanya. Dengan adanya penemuan sistem Flexible Work Hours yang pertama kali dipopulerkan oleh industri komputer yang besar yakni HP (Hewlett Packard) di Amerika Serikat,
beberapa perusahaan di Amerika Serikat mulai menerapkan sistem tersebut terhadap karyawannya, kemudian sistem bekerja tersebut menjadi populer ke seluruh dunia (Williams, 2013) Dalam makalah ini, penulis memilih perusahaan kopi yaitu Starbucks coffee sebagai contoh kasus yang diamati. Saat ini Starbucks Coffee sedang menerapkan sistim bekerja Flexible Work Hours yang mendukung kebutuhan karyawannya yang terkait dengan kehidupan pribadinya dan mungkin akan berdampak kepada kebahagiaan dan sikap karyawan. Pada kenyataannya mayoritas hidup pekerja akan dihabiskan di tempat kerja bila seorang karyawan bekerja delapan jam per hari, atau dengan kata lain sepertiga hari pekerja dihabiskan di tempat bekerja. Kebahagiaan di tempat kerja adalah salah satu yang menentukan peningkatan produktivitas seorang pekerja di sebuah lahan pekerjaan, selain produktivitas seorang pekerja meningkat karena kebahagiaan terhadap tempat kerjanya, seorang yang bahagia pun dapat memotivasi dan mempengaruhi pekerja lainnya menjadi bahagia. Namun sebaliknya, pekerja yang tidak bahagia dengan tempat kerjanya akan menurunkan semangat pekerja lainnya atau mengganggu kinerja pekerja lainnya (Ramdania, 2014). Dalam sebuah studi dikatakan bahwa Flexible Work Hours adalah sebagai salah satu cara untuk menambah kebahagiaan karyawan
dalam bekerja dan mengurangi kelelahan yang akan berpengaruh baik dengan produktivitas pada karyawan. Karyawan bukan hanya mencari keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi, namun mereka harus dapat menggabungkan keduanya (Schawbel, 2015). Namun di dalam suatu perusahaan karyawan akan mempunyai sikap yang berbeda – beda dalam menerima sistim bekerja Flexible Work Hours dikarenakan kondisi yang berbeda – beda. Seperti contohnya menurut hasil survey terhadap 1.500 pekerja pada Amalgamated Electrical and Engineering Union (AEEU) adalah posisi manajer akan lebih membutuhkan Flexible Work Hours dibandingkan dengan posisi dibawahnya (Houston & Julie, 2003). Berdasarkan latar belakang, penulis memperoleh permasalahan sebagai berikut: Bagaimana praktik Flexible Work Hours di Starbucks Coffee?, Bagaimana kebahagiaan karyawan yang menggunakan sistim bekerja Flexible Work Hours di Starbucks Coffee?, Bagaimana sikap karyawan yang menggunkan sistim bekerja Flexible Work Hours?, Bagaimana sikap karyawan yang berhubungan dengan kebahagiaannya bekerja dengan sistim bekerja Flexible Work Hours di Starbucks Coffee? Penelitian Terkait Sistim bekerja yang dapat mempengaruhi kebahagiaan dan sikap karyawan salah satunya adalah sistim bekerja Flexible Work Hours yang
memiliki peran besar terhadap WorkLife Balance. Berdasarkan (Labour Department, 2014) ada beberapa keuntungan daripada penerapan sistim bekerja Flexible Work Hours memiliki beberapa keuntungan yang dapat dilihat dari sisi pekerja yaitu, karyawan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan aktifitas bersama keluarga, sehinggan keharmonisan dalam rumah tangga teteap terjaga. Tekanan dalam bekerja pun menjadi berkurang. Karyawan yang memiliki komitmen keluarga yang lebih rendah atau bisa dibilang karyawan yang bekum berkeluargapun dapat menjalani aktifitas diluar dunia kerj, seperti mengakses ilmu pengetahuan lebih lanjut ataupun menjalani hobinya. Sehingga ketegangan bekerja pun akan berkurang dengan implementasi sistim bekerja Fleksible Work Hours, karena karyawan dapat memilih sendiri kapan waktu – waktu yang menurut mereka adalah waktu produktifnya. Adapun pandangan keuntungan sistim bekerja Flexible Work hours dari sisi pengusaha, yaitu keterlambatan karyawan akan berkurang karena karyawan dapat membagi waktunya dengan lebih baik, Kepuasan bekerja dan loyalitas karyawanpun akan bertambah ketika mereka merasa waktu pribadinya dihargai, dan hal itu akan mempengaruhi performa karyawan dan juga membantu dalam mengurangi turnover pada karyawan
Namun ada kerugian daripada Flexible Work Hours menurut (Peterson, 2010) yaitu kurangnya komunikasi diantara sesama karyawan dalam satu perusahan yang berbeda waktu kerja dengan yang lainnya, dan disaat karyawan diharuskan untuk bekerja dalam sebuah tim maka perputaran pikiran akan menjadi kurang lancar karena mereka kurang mengenal satu sama lain. Definisi Flexible Work Hours Perusahaan harus memiliki suatu sistim di dalamnya yang mendukung untuk berkembangnya perusahaan tersebut dengan karyawan yang produktif serta sistim bekerja yang nyaman efisien dan efektif. Desain pekerjaan adalah suatu cara untuk mencapai hal tersebut. Beberapa ahli mendefinisikan desain pekerjaan dalam berbagai makna. Desain pekerjaan adalah sebuah urutan untuk analisis pekerjaan yang mengatur tugas – tugas, dan tanggung jawab menjadi unit pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu (Aquinas, 2008). Namun menurut (Simamora, 2004) desain pekerjaan merupakan sebuah proses penentuan tugas - tugas yang akan dilaksanakan, metode yang digunakan untuk melaksanakan tugastugas tersebut, dan bagaimana suatu pekerjaan atau tugas berimplikasi dengan pekerjaan lainnya di dalam sebuah perusahaan. Desain pekerjaan memadukan isi pekerjaan meliputi tugas, wewenang dan hubungan. Sedangkan menurut (Handoko, 2001) desain pekerjaan adalah fungsi penerapan kegiatan kerja seorang
individu atau kelompok karyawan secara organisasional. Flexible Work Arrangements juga merupakan bentuk daripada desain pekerja. Flexitime atau Flexible Work Hours adalah salah satu bentuk daripada Flexible Work Arrangements yang dimana karyawan dapat memilih kapan jam kerjanya dengan batasan batasan yang disetujui oleh perusahaan. Seperti contohnya adalah karyawan diperbolehkan memilih bekerja 4 hari per minggu dan 10 jam per hari dibandingkan dengan 5 hari per minggu dan 8 jam per hari (Aquinas, 2008). Kebahagiaan dan keseimbangan hidup karyawan adalah hal yang patut di perhatikan oleh sebuah perusahaan, keseimbangan hidup dalam hal ini dimaksudkan dengan keseimbangan antara kehidupan dalam kegiatan kerja dengan kehidupan pribadi karyawan. dalam (Aquinas, 2008) dikatakan bahwa cara perusahaan mempertimbangkan hal tersebut adalah dengan cara menawarkan Flexible Work Arrangements. Definisi Kebahagiaan Dalam (Carr, 2003) dikatakan bahwa emosi positif diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu Past (masa lampau), Present (saat ini), dan Future (masa yang akan datang). Emosi positif yang ada di dalam kategori Future adalah Optimisme, Harapan, Keyakinan, dan Rasa percaya diri. Sedangkan, Kepuasan, Pencapaian, Kebanggaan, dan Ketenangan adalah emosi positif yang ada di dalam kategori Past.
Selanjutnya, di dalam Kategori Present terdapat beberapa Emosi positif antara lain adalah Kepuasan sesaat dan Kepuasan yang bertahan lama (Carr, 2003). Kepuasan tersebut datang dari kepuasan jasmani dan juga kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan jasmani meliputi sex, wangi yang merona, rasa makanan yang nikmat. Kepuasan yang lebih tinggi meliputi perasaan bahagia, perasaan nyaman, alunan lagu, dan semangat yang tinggi (Carr, 2003). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah emosi positif yang dialami oleh manusia dan ada dalam kategori past dan present (saat ini). Kebahagiaan pun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Kepribadian seseorang yang menentukan pencapaian kebahagiaannya. 2. Genetik dan faktor lingkungan yang menentukan pencapaian kebahagiaan 3. Sifat yang diwariskan dari suatu keluarga Definisi Sikap Berbeda dengan kebahagiaan yang dapat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Sikap adalah keadaan mental dan taraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Rahayu, 2010). Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek
yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalamanpengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapanharapan untuk masa yang akan datang (Panjaitan, 2010). Diantara berikut terdapat beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu: 1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. 2. Kebudayaan, untuk menekankan pengaruh lingkungan dalam membentuk kepribadian seseorang. 3. Media massa, merupakan sarana komunikasi berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. 4. Faktor emosi, untuk dalam diri tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.
Berdasarkan Fishbein Model Sikap terbagi menjadi tiga komponen. ketiga komponen tersebut antara lain adalah : 1. Salient Beliefs (Keyakinan yang menonjol), Keyakinan yang menonjol tentang suatu objek yang disadari pada saat evaluasi 2. Object-Attribute Linkage (Hubungan antara atribut-objek), atau probabilitas bahwa objek
tertentu memiliki atribut yang penting 3. Evaluation (Evaluasi), Evaluasi setiap atribut yang penting Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian yang dibahas adalah sistem bekerja Flexible Work Hours yang di terapkan di kedai kopi Starbucks Coffee di bebrapa daerah di Jakarta. Subjek penelitian ini adalah barista di dalam beberapa Starbucks Coffee di beberapa daerah di Jakarta sebagai narasumber yang diyakini memiliki informasi dan pengalaman bekerja dengan sistem Flexible Work Hours. Peneliti memilih 42 narasumber yang berasal dari karyawan Starbucks Coffee untuk menjawab kuesioner tentang Flexible Work Hours, Kebahagiaan, dan Sikap Analisa Flexible Work Hours, Kebahagiaan dan Sikap karyawan di Starbucks Coffee Penelitian serupa telah dilakukan sebelumnya oleh Atkinson dan Hall (2011) yang meneliti Flexible Working Hours dan kebahagiaan di NHS Acute Trust yang dilakukan terhadap 43 karyawan dengan konklusi bahwa karyawan merasa bahagia dengan adanya sistim bekerja Flexible Work Hours. Dalam pengolahan data di dalam penelitian ini, langkah utama yang dilakukan oleh peneliti adalah input yang merupakan sebuah proses memindahkan data atau memasukan
data kedalam alat pengolah data yang kemudian akan di proses dan menghasilkan output yang merupakan hasil dari pengolahan data tersebut berupa informasi dari kuesioner yang difokuskan kepada Flexible Work Hours, kebahagiaan, dan sikap di Starbucks Coffee. Kebahagiaan dan keseimbangan hidup karyawan adalah hal yang patut di perhatikan oleh sebuah perusahaan, keseimbangan hidup dalam hal ini dimaksudkan dengan keseimbangan antara kehidupan dalam kegiatan kerja dengan kehidupan pribadi karyawan. Seperti yang dikatakan dalam (Aquinas, 2008) bahwa perusahaan dapat membantu keseimbangan hidup pekerjanya dengan menerapkan sistim bekerja Flexible Work Arrangement (FWA). Salah satu bentuk dari FWA yang di terapkan di Starbucks Coffee adalah sistim bekerja Flexitime atau Flexible Work Hours, dimana karyawannya dapat memilih jam kerjanya sendiri sesuai dengan batasan – batasan yang di setujui oleh perusahaan (Aquinas, 2008). Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan kepada karyawan di Starbucks Coffee dapat diartikan bahwa Flexible Work Hours berdampak kepada kebahagiaan karyawan sesuai dengan kebutuhannya pada saat ini, mengetahui bahwa kebahagiaan adalah emosi positif dalam kategori waktu pada saat ini dan pada masa lampau (Carr, 2003). Pembagiaan waktu bekerja dan waktu pribadi dapat dicapai dengan penerapan sistim bekerja Flexible Work Hours, dimana hal itu akan
memicu kebahagiaan karyawan dan akan berdampak kepada kualitas bekerja karyawan. ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kebahagiaan seseorang faktor lingkungan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kebahagiaan seseorang (Carr, 2003). Dalam studi ini menemukan bahwa lingkungan yang baik akan menjadi pemicu kebahagiaan seseorang, dan hal itu bisa dicapai melalui desain kerja yang baik pula, mengetahui bahwa Flexible Work Hours adalah cabang daripada desain kerja, dan salah satu peran desain kerja adalah mengurangi ketegangan di tempat bekerja sebagaimana pendapat Aquinas (Aquinas, 2008) yang akan berdampak kepada kebahagiaan karyawan. Para karyawan Starbucks Coffee merasa Flexible Work Hours adalah sistim bekerja yang tepat, mereka menyatakan bahwa dirinya bahagia. Dalam kata lain mereka puas terhadap sistim bekerja Fexible Work Hours dan setuju bahwa Flexible Work Hours berdampak kepada kebahagiaan, mengetahui asal muasal kebahagiaan adalah emosi positif yang dapat dicapai melalui kepuasan sesaat dan kepuasaan yang bertahan lama. Kemampuan untuk membagi waktu dengan baik adalah salah satu dari pengukuran kebahagiaan menurut The Revised Oxford, dan hal itu dapat diwujudkan dengan sistim bekerja Flexible Work Hours. Dengan hasil analisa tersebut penulis menyimpulkan bahwa Flexible Work Hours adalah suatu sistim
bekerja yang dapat memicu kebahagiaan karyawan sesuai dengan kebutuhannya, serta dapat meningkatkan kualitas bekerja yang berdampak baik kepada perusahaan. Hasil lengkap dari kuesioner di dalam bab ini dapat dilihat di dalam halaman lampiran. Kesimpulan Saat ini Flexible Work Hours merupakan pengembangan dari sistim bekerja dimana pekerja dapat memilih waktu bekerjanya sendiri sesuai yang disepakati oleh perusahaan guna untuk mendapatkan Work Life Balance atau keseimbangan kerja-hidup sehingga pekerja dapat membagi waktu dan melakukan kewajiban di tempat kerja dan dapat melakukan kewajiban pribadi sehingga kebahagiaan pekerja akan tercipta. Sistim bekerja ini telah diimplementasikan di Starbucks Coffee. Penelitian ini pun memiliki keterbatasan dalam meraih informasi. Responden dalam penelitian ini pun terbilang berjumlah sedikit, yaitu 42 orang relawan yang mungkin saja memiliki masalah sendiri sewaktu mengisi kuesioner. Namun dengan landasan teori yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keberadaan sistim bekerja Flexible Work Hours di Starbucks Coffee dapat dikatakan berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Flexible Work Hours di Starbucks Coffee juga cukup berperan terhadap kebahagiaan karyawannya menurut hasil analisa kuesioner tentang Flexible Work Hours,
kebahagiaan dan sikap. Hasil analisa presentase yang mayoritas setuju dengan 15 pernyataan yang terdapat di kuesioner Flexible Work Hours dan lebih dari 50% setuju dengan 29 pernyataan penentu kebahagiaan yang terdapat di kuesioner kebahagiaan. Di sisi lain memang secara garis besar responden setuju dengan kuesioner tentang sikap yang akan menentukan sikap dalam menanggapi sistim bekerja Flexible Work Hours dan berhubungan dengan kebahagiaannya, namun menurut hasil dari analisa yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa variabel sikap dianggap tidak valid dan tidak mampu menjadi acuan terhadap dua variabel lainnya. Sehingga variabel ini tidak dapat menentukan sikap karyawan yang menggunakan Flexible Work Hours dan bagaimana sikap karyawan yang berhubungan dengan kebahagiaannya, bekerja dengan sistim Flexible Work Hours di Starbucks Coffee. Saran penulis menyarankan agar penerapan Flexible Work Hours dapat diimplementasikan di perusahaan – perusahaan besar lainnya untuk mendapatkan kebahagiaan karyawan yang akan mengacu kepada kualitas kerja sebagaimana filosofi dari CEO Starbucks Company, Howard Schultz yaitu tetap menjaga kebahagiaan karyawaan untuk menambah performa kerja. Penulis berharap agar pihak Sumber daya manusia dapat lebih mamahami secara lebih dalam melalui prespektif karyawan yang akan
mengurangi tingkat ketegangan bekerja dan kebutuhan karyawan dapat setidaknya lebih terpenuhi dengan sistim bekerja Flexible Work Hours. Daftar Pustaka Anshor. (2015, februari 3). Nasehat al Ghazali Tentang Umur dan Waktu. Retrieved Juli 23, 2015, from Hidayattulah: https://m.hidayatullah.com/kajian/oase -iman/read/2015/02/03/38007/nasehatal-ghazali-tentang-umur-danwaktu.html#.Va_OvHhN1FI Aquinas, P. G. (2008). Organization Structure and Design. New Delhi: Excel Books. Atkinson, C., & Hall, L. (2011). Flexible Working and Happiness in the NHS. Flexible Working and Happiness in the NHS , 89. Carr, A. (2003, Januari). Positive Psychology . The Science of Happiness and Human Streght , 1. Handoko, T. H. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Houston, D. M., & Julie, M. W. (2003, Desember 17). Attitudes to flexible working and family life. Retrieved Oktober 12, 2015, from Joseph Rowntree Foundation: https://www.jrf.org.uk/report/attitudesflexible-working-and-family-life Labour Department. (2014, maret 10). Labour Department. Retrieved agustus 11, 2015, from Flexitime:
http://www.labour.gov.hk/eng/public/ wcp/Flexitime.pdf Ramdania. (2014, juli 1). Kebahagiaan Kunci Sukses dalam Pekerjaan. Retrieved agustus 4, 2015, from Dream: http://www.dream.co.id/dinar/kebahagi aan-kunci-sukses-dalam-pekerjaan1407014.html Panjaitan, M. (2010, Agustus 8). Definisi Sikap. Retrieved Agustus 6, 2015, from USU Institutional Repository : http://repository.usu.ac.id/bitstream/12 3456789/19289/4/Chapter%20II.pdf Peterson, J. (2010, Juni 29). Pros and Cons of Flextime. (M. McDonough, Ed.) Retrieved Agustus 12, 2015, from Brighthub: http://www.brighthub.com/office/entre preneurs/articles/75899.aspx Rahayu, D. (2010, Juni 15). Sikap. Retrieved Agustus 6, 2015, from Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ PSIKOLOGI/195009011981032RAHAYU_GININTASASI/Sikap_[Co mpatibility_Mode].pdf Schawbel, D. (2015, Juni 29). 5 Ways to Make Your Employees Happier and More Productive. Retrieved Oktober 9, 2015, from Enterpreneur: http://www.entrepreneur.com/article/2 47817 Setiawan, B. (2014, agustus 15). Situs berita pendidikan. Retrieved July 31, 2015, from Pengertian pekerjaan profesi dan profesional: http://www.seputarpendidikan.com/20
14/08/pengertian-pekerjaan-profesidan.html Simamora, H. (2004). Manajeme Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Williams, C. (2013, Oktober 27). Small Business. Retrieved Juli 31, 2015, from The First Companies to Introduce Flexible Work Times: http://smallbusiness.chron.com/firstcompanies-introduce-flexible-worktimes-75552.html