IIMPUKASI PENDlDlKAN DARI QSAL-MA'UN AYAT 1-3 TENTANG BENTUK·BENTUK KEPEDULIAN SEORANG MUSLIM TERHADAP ANAKYATIM DAN FAKIR MISKIN ~t;\Tljn
~f\E:K
ffr- ; Di
~~••.::~,:,~" .:1
~> ~ R [ P S [ - . .~ >':G •
i
~H !
an untuk Memmuhi Salah Satu Syarat Menempnh pan sWfana paira-FaI
OIeh:
Nurina Muslimah NPM.943001051
FAKULTAS TARBNAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2001
IMPLIKASI PENDIDlKAN DAR! QS AL-MAUN AYAT 1-3 TENTANG BENTUK-BENTUK KEPEDULIAN SEORANG MUSLIM TERHADAP ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN
Disetujui oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
H. Agus Halimi, Drs., M.Ag.
Mengetahui,
Ketuajurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Bandung
Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung
H.Agus Halimi, Drs., M.Ag.
Sobar Al-Ghazal, Drs., M.Pd.
Skripsi ini telah dimunaqasahkan oleh tim penguji pada tanggal 10 Mei 2001. Dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Lengkap Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung
Bandung, 10 Mei 2001
Panitia Ujian Munaqasah
Tim Penguji
Ketua
Sekretaris
SoOOr A1-Ghazal, DIS., M.Pd.
H. Agus Halimi, Drs.• MAg.
Anggota Penguji ii
Penguji I
~
~ ------- .....------
• IS., M.Pd.
r am Wilda, Dra., M.Pd.
":.-r
--;~.~
-
.~
Dedih Surana, Drs., MAg,
H.Ad
HILA MASYARAlffiT 5UDAH M€MB€NCI ORANG-ORANG M151(1N, DAN M€NONJOL-NOI"UOLl
ME:RE:KA AKAN DITIMPA E:MPAT BE:NCANA.
ZAMAN YANG B€RAT, PE:MIIYlPIN YANG LALlM, PE:NE:GAK HUKUM VANG KHIANAT, DAN MU5UH YANG ME:NGANCAM HR. Ad-Dhailami
ABSTRAKSI
Nama
Nurina Muslimah
NomorPokok
943001051
Fakultas
Tarbiyah
jurusan
Pendidikan Agama Islam
Program Pendidikan
S 1 (Sarjana)
Judul Skripsi
lmplikasi Pendidikan dari Qs A1-Ma'un Ayat 1-3 tentang Bentuk-bentuk Kepedulian Seorang Muslim terhadap AnakYatim dan Fakir Miskin
Kehidupan sosial adalah salah satu karakter hidup manusia, oleh karena itu beberapa ahli berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang senantiasa hidup bersama, Rasa kebersamaan yang tertanam dalam diri manusia meliputi segala sendi kehidupan, sehingga tidak ada seorang manusiapun yang tidak bergantung kepada orang lain untuk memenuhi hajat hidupnya. Keterikatan oleh rasa saling membutuhkan satu sama lainnya ini menjadikan manusia harus mampu menciptakan keharmonisan hubungan di antara sesamanya. Al-Islam sebagai agama fitrah sangat memperhatikan kelestarian hubungan sosial di antara sesama manusia, Hal ini dibuktikan dengan berbagai aturan yang ditetapkan dalam al-Quran - sebagai pedoman hidup umat muslim - yang esensinya menekannkan agar manusia senantiasa memperhatikan kehidupan sosialnya. Salah satu aturan kehidupan sosial yang dicanangkan dalam al-Quran adalah keharusan umat islam untuk memperhatikan kaum lemah, dalam hal ini kaum lemah diwakili oleh anak yatim dan fakir miskin, Sehingga apa bila kaum lemah ini ditelantarkan maka akan hancurlah sendi-sendi kehidupan manusia, oleh karena itu, al-Quran membahasakan orang yang mentelantarkan kaum lemah sebagai orang yang mendustakan agama, yaitu orang yang tidak memahami kebenaran aturan agama. Begitu pentingnya kaum lemah untuk diperhatikan oleh umat muslim yang mampu, menernpatkan berbagai bentuk tindakau yang dapat dilakukan oleh umat muslim baik secara individu maupun secara kolektif. Qs al-Ma'un ayat 1-3 mempertegas keharusan manusia untuk menciptakan segala bentuk kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin sebagai dua kelompok yang mewakili kaum lemah; sementara ayat selanjutnya menunjukkan indikator pendusta agama dari sudut ibadah ritual. Hal ini difahami dati kaharusan umat muslim untuk tidak mentelantarkan kedua kelompok kaum Iemah tersebut, Melihat kenyataan terse but dalam penelitian terhadap Qs al-Ma'un ayat 1-3 ini diarahkan kepada pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana penjelasan para mufassir mengenai Qs al-Ma'un ayat 1-37; 2)Apa esensi yang terkandung dalam Qs al-Ma'un ayat 1-37; Bagaimana pandangan para ahlilulama berkenaan dengan
bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin7; Bagaimana implikasi pendidikan dari Qs al-Ma'un ayat 1-3 tentang bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin? Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan beberapan jawab berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, yaitu: untuk mengetahui penjelasan para mufassir mengenai Qs al-Ma'un ayat 1-3; esensi yang terkandung dalam Qs alMa'un ayat 1-3; pandangan para ahli/ulama berkenaan bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin; Implikasi pendidikan dari Qs al-Ma'un ayat 1-3 tentang bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miski n. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu metode yang berorientasi pada data masa kini dan datanya dapat dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan, sehingga berbagai pandangan u1ama tafsir mengenai ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi Qs al-Ma'un ayat 1-3 adalah: 1) pengakuan terhadap kebenaran agama harus terealisasi dalam keyakinan atau keimana dan tindakan nyata atau amal shaleh; 2) salah satu tindakan nyata tersebut adalah perduli terhadap keadaan Iingkungan social; 3) wujud kepedulian social adalah dengan membantu anak yatim dan fakir miskin. Dan implikasi pendidikan hasil analisis mengarahkan kepada point-point berikue 1) Peniberian bantuan terhadap anak yatim yang tidak mampu dengan cara menyantuni mereka dan memberikan pendidikan yang dapat membentuk dirinya menjadi seorang manusia dewasa yang mandiri. 2) Bentuk bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang lemah fisiko baik mereka yang telah lanjut usia yang tidak memiliki sanak keluarga, maupun mereka yang memiliki cacad fisik dilakukan dengan cara membentuk lembaga yayasan yang dapat mengurusi mereka, misalnya diselenggarakannya panti-panti jompo, atau yayasan yang diperuntukkan basi orang-orang cacad.; 3) Bentuk bantuan yang diberikan kepada anak yatim yang mampu karena harta peninggalan orang tuanya dengan cara membantu mereka dalam mendistribusikan harta benda peninggalan orang tuannya dengan cara yang baik, serta mernberikan pendidikan atau pembinaan kepribadiannya, agar mereka kelak dapat hidup mandai dan dapat mengelola sendiri harta peninggalan orang tuanya.; 4) Bentuk bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang kuat secara fisik adalah dengan cara memberikan pembinaan baik melalni koperasi, !.SM. atau lembaga lain yang dapat memberdayakan kemampuan mereka di bidang usaha apa saja, sehingga mereka bener-benar dapat berusaha sendiri dalam mememnuhi kebutuhan hidupnya.
Penulis
II
KATA PENGANTAR
Bismitlanirrohmaanlrrahiim. Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya pada kesempatau kali ini penulis dapat menyelesaikan penulisan slcripsi yang menjadi salah satu tugas akhir dalam program pendidikan yang penulis tempuh. Skripsi ini adalah kajian ayat Qs al-Ma'un ayat 1-3 dalam tinjauan sosiologis yang berkaitan dengan prinsip kebersamaan dan rasa saling memiliki dalam kehidupan bermasyarakat, oleh karena itu ayat 4-7 dalam surat ini tidak dibahas secara khusus, sebab tekanan pada ayat tersebut lebih cenderung kepada kualitas individu dalam ibadah ritual. Topik pokok dalam ayat tersebut berkenaan dengan implementasi pemahaman dari keharusan untuk tidak mentelantarkan anak yatim dan fakir miskin. Hal ini menekankan kepada manusia bahwa beragama tidak hanya terpaku kepada pengabdian dengan cara taat menjalani ibadah ritual saja, tetapi lebih dari itu
beragama berarti mengakurnulasi keyakinan (keimanan) dengan
tindakan nyata dari keimanan tersebut. Tindakan nyata dalam hal ini ditekankan kepada ibadah sosial atau ibadah yang banyak berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Manusia, dalam pandangan aliran manapun diyakini sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, ia senantiasa membutuhkan orang lain untuk mengisi hari-hari dalam kehidupannya. Kecenderungan untuk hidup bermasyarakat adalah litrahnya manusia.
111
Al-lslam melalui al-Quran banyak memberikan petunjuk kepada mauusia tentang tidnakan yang seharusnya mereka lakukan dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan a1-Quran mengetengahkan hentuk ideal kehidupan dari sekelompok masyarakat. Al-Qnran menegaskan bahwa individu-individu manusia harus saling memperhatikan sesamanya. Sebuah fenomena menarik telah disajikan di dalam al-Quran, yaitu bahwa seorang muslim dianggap sebagai orang yang tidak beragama bila mereka herani mentelantarkan anak yatim dan fakir miskin. Sungguh suatu fenomena yang menarik bagi umat manusia, di tengah-tengah kehidupan manusia yang cenderung hidup di bawah bayang-bayang alam materialis, di mana segala sesuatu diukur oleh materi sehingga mereka merasa tidak perlu lagi memberikan santunan atau bantuan kepada mereka yang kurang heruntung dalam hidupnya. Kalaupun mereka memherikan hantuan, biasanya bila mereka melihat keuntungan materi dari hantuan yang diherikan. Fenomena inilah yang dianggap penulis menarik untuk dijadikan topik dalam penulisan skripsi ini, dengan harapan penulis dapat mengungkapkan implikasi pendidikan dari ayat tersebut. Oleh karena itu dalam penulisan ini, sesuai dengan ayat yang dikaji penulis memberikan judul sebagai herikut: "lmplikasi Pendidikan dati
Qs Al-Ma'un Ayat 1-3 Inrtang Benruk-bentuk Kepedulian Seorang
Muslim terhadap Anak Yalim dan Fakir Miskinw•
Penulis sadari, bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari hantuan serta bimbingan herbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih hanyak kepada:
IV
1. Suarni dan anakku tercinta, yang telah banyak mendukung penyelesaian skripsi ini; 2. Kedua orang tua, yang telah banyak berkorban serta mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini; 3. Bapak H. Agus Halimi, Drs., M.Ag. selaku dosen pembimbing I dan Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, serta bapak Elm, Drs., selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini; 4. Bapak Sobar A1-GhazaI, Drs. M.Pd., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung; 5. Bapak/lbu Dosen serta staf fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung; 6.
Rekan-rekan sesama almamater yang telah banyak memberikan dorongan kepada penulis. Besar harapan penulis yang dipanjatkan ke hadllrat Allah swt, mudah-
mudahan bantuan serta bimbingan semua pihak dapat diterima di sisi Allah swt, sebagai suatu amaliah baik, Amin.
Penulis
v
DAFfAR lSI
ABSTRAKSI
.
KATA PENGANTAR ........................................•.......................................................
iii
Bab I Pendahuluan A. Latar BeIakang MasaIah.....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
9
C. Tujuan Penelitian
9
D. Kegunaan Penelitian
10
E. Kerangka Pemikiran
10
F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian
13
2. Teknik Penelitian
13
G. Sumber Kajiau
14
H. Langkah-Iangkah Penelitian
14
I. Sistematika Penelitian
15
Bab n Pendapat Para Ahli Tafsir tentsng QS AI-Maun Ayat 1-3 A. Teks dan Terjemah Ayat
16
B. Makna Kalimat
16
C. Penjelasan Para Ahli Tafsir tentang QS AI-Maun Ayat 1-3................................
20
D. Rangkuman Pend apat Mufassir
34
E. Esensi QS Al-maun Ayat 1-3
35
vi
Bab mLandasan Teori tentang Bentnk-bentnk Kepedulian Seorang Muslim terhadap Anak Yatim dan fakir Miskin A. Pengertian Muslim, Anak Yatim, dan Fakir Miskin
36
1. Muslim
36
2. Anak Yatim
41
3. Fakir Miskin
42
B. Hak dan Kewajiban Muslim
44
C. Bentuk-bentuk Kepedulian seorang Muslim terhadap AnakYatim dan
Fakir Miskin
51
Bah lV Analisis Pendidikan dari QS Al-Maun Ayat 1·3 tentang Bentnk-bentuk Kepedulian seorang Muslim terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin A. Analisis Pendidikan terhadap Esensi QS AJ-Maun Ayat 1-3
58
B. Bentuk-bentuk Kepedulian Muslim terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin...
65
Bah V Kesimpulan, Saran dan Pmutup A. Kesimpulan
70
B. Saran-saran
72
C. Penutup
73
DAFfAR PliSTAKA
IAMPIRAN-IAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. I.atar Belakang Masalah Manusia, sebagai makhluk sosial memiliki kesempatan untuk dapat membina serta menciptakan suasana liugkungan sosialnya, sehingga lingkungan tersebut benar-benar mendukung keberlangsungan kehidupannya.
Keterikatan manusia
dengan Iingkungan sosial sama halnya dengan keterlkatannya terhadap kebutuhankebutuhan yang bersifat individu. baik kebutuhan fisik maupun psikisnya. Artinya bahwa manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat berada pada posisi yang sama, yaitu posisi sebagai khalifah (pemimpin) di bumi. Garis kehidupan manusia yang telah ditentukan Allah membentuk strata atau tingkatan-tingkatan, strata ini berlalru bagi seluruh sendi kehidupannya. Strata yang nampak jelas dapat difahami adalah strata sosial, Setiap individu memiliki kelas-kelasnya dengan penempatan dasar pembetukan strata tersebut berbeda satu sama
lainnya.
Islam sebagai sarana yang
menampung keluhan man usia.
menempatkan strata ini sebagai kondisi yang dapat saling memberikan manfaat. Allah berfirman dalam Qs az-Zukhruf ayat 32 berikut: /
/'
/ / / -
/'
..:>G:J'~' ';";';~'':'~LW'J'"c.l.>l\iW.t~:~''~:::~:;\;::'i~~' ~''SJ~ -;~1 ~ ~ .J J ....., "
•
,\.I
•
oJ
\...
...,
... : . . . . - ' ....
.......
..'
---'
..
/
rc-, »: ;;.:;..nJ.J 1.""!i"'-'" \~..(*"""!":";"~ ,~.J , •
('I'~ : . j -"J\) -:':~:..:t.
'.J>"~.~
~
/',),
I
'
/
/»,
/
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu7 Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa deralat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhamu lebih baik dati apa yang mereka kumpulkan (DEPAG. RI., 1990:798).
2
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah-Iah Yang berkuasa dalam menentukan segala sesuatu, Allah jua yang menentukan bentuk kehidupan manusia, sehingga manusia tidak dapat menyangkal kehidupan yang dijalaninya, Oleh karena itu ayat ini merupakan jawahan bagi manusia yang tidak mengenal dirinya, yaitu mereka yang menganggap dirinya dapat menentukan apa saja dalam kehidupan ini, Strata sosial seperti yang diisyaratkan Allah dalam ayat ini menunjukkan ketentuan yang pasti tercipta dalam suatu kumpulan masyarakat, akan tetapijusteru strata ini adalah tempat berpijak bagi auggota-anggota masyarakat untuk dapat saling mengambil manfaat. Seorang
muslim sehagai
anggota
masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban. Haknya dari masyarakat, dan kewajibannya terhadap masyarakat. Muara hak dan kewajiban tersebut tertuju kepada terwujudnya masyarakat yang sejahtara. Al-Quran mernberikan pedoman bagi kehidupan masyarakat muslim yang tidak terlepas dari permasalahan hak dan kewajiban ini, Salah satu anjuran yang bersifat keharusan untuk dilakukan oleh setiap individu manusia - yang muslim - adalah kewajiban untuk memelihara serta tidak rnentelantarkan anak yatim dan fakir miskin, jika kewajiban ini dilanggar oleh manusia maka akan berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya, sehingga secara pribadi akan merasakan akibat tersebut, hahkan Allah mencelanya sebagai orang yang telah medustakan agama. Predikat pendusta
agama terhadap
orang yang
melanggar
anjuran
Allah
uutuk
memperhatikan anakyatim dan fakir miskin sangatlah layak, sebab tindakan mereka adalah tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Anjuran tersebut tertuang dalam Qs al-Ma'un ayat 1-3 berikut:
3
anak yatim. dan tidak menganjurkan memberl makan orang mlskln, maka kerelakaanlah bagi
orang~rang
yang berbuai
r~va,
yang sha/at. (yaitu) orang-orangyang lalai dari shaJatnya,
orang~rang
dan enggan (menolong dengan) barangyang berguna. (DEPAG. RI.,
1990: 11 08). Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa agama (al-Islam) adalah agama yang kaffah. yaitu agama yang memperhatikan segala aspek kehidupan, baik aspek individu maupun aspek sosial. Sehingga bagi orang-orang yang mengaku dirinya sebagai
seorang
muslim baru
diakui dia sebagai
muslim apabila telah
melakasanakan tuntutan al-lslam dalam keharusan memperhatikan kehidupan baik aspek individual maupun aspek soslalnya, Berkenaan dengan penelitian ini, penuJis mengambil salah satu aspek tuntutan al-Islam terhadap seorang muslim, yaitu kaharusan memperhatikan aspek sosial dalam memproyeksikan dirinya sebagai seorang muslim. Sebagaimana Hamka (1983:254) menjelaskan ayat ini, menurutnya ayat ini menjelaskan bahwa orang yang mendustakan agama yang hebat sekali adalah orang yang menoJakkan anak yatim, yaitu menolakkan anak yatim dengan tangannya apabila mendekat kepadanya. Kata ini mengandung pengertian kebencian yang sangat atau rasa tidak senang; dan orang yang tidak mengajak atas memberi makan orang miskin. Ayat ini dengan nyata menunjukkan bahwa sesama muslim, terutama yang sekeluarga dan yang sejiran, haruslah ajak-mengajak supaya tolong-menolong
4
anak yatim dan fakir rniskin, sebab kalau tidak mereka termasuk orang yang mendustakan agama Al-Maraghi
(1970:435-436) menjelaskan bahwa ayat ini mengandung
penjelasan tentang ciri-ciri dan watak orang-orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agama adalah offing-orong yang menolak dan menghardik anak yatim dengan keras, Dan jika anak yatim itu minta kepadanya, maka orang tersebut bersikap sombong dan takabur. Mereka juga tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir miskin. Jika mereka tidak man menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan, lebih-lebih untuk dirinya sendiri sudah barang tentu tidak akan mau memberi makan kepada anak yatim dan kaum rniskin tersebut, Orang-orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agama itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) suka menghina orang-orang yang tidak mampu; 2) bersikap sombong kepada mereka Keduanya merupakan perbuatan bakhil terhadap kekayaannya, tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, atau orang itu tidak mau memberitahukan kepada orang yang mampu agar mereka bisa memberikan pertolongan kepada orangorang yang benar-benar miskin dan tidak bekerja, sehingga mereka dapat terlepas dari kescngsaraan.
Penjelasan kedua mufassir tersebut di atas, menunjukkan bahwa salah satu jati din seorang muslim adalah kepeduliannya terhadap anak-anak yatim serta kaum lemah, yaitu fakir miskin. Ketidakpedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin merupakan kecacatan hidup dalam pandangan agama, bahkan ia dipandang sebagai orang yang telah mendustakan agamanya.
5
Islam pada dasarnya tuntunan hid up yang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia,
baik kebutuhan materil maupun immateril. Aturan-aturan hidup yang
ditawarkan oleh al-lslam tidak bersebrangan dengan kecenderungan fitrah manusia, yaitu kecenderungan untuk hidup
senantiasa berinteraksi dengan sesamanya.
Kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin merupakan salah satu perwujudan persaudaraan yang
secara
langsung
dimiliki oleh seorang muslim, sebab
sebagaimana Rasulullah saw. mengatakan bahwa di antara muslim dengan muslim adalah saudara, di mana satu sama lainnya akan merasakan penderitaan atau kebahagiaan sebagaimana layaknya anggota tubuh yang dapat saling merasakan, sakit di bagian kaki maka anggota had an yang lain ikut memahami rasa sakit itu. Seoraug muslim mempunyai tanggung jawab sosial sebagai wujud dari keharusan me1aksanakan kewajibannya.
Aktualisasi ajaran Islam bagi seorang
muslim dalam hubungan sosial adalah menebarkan rahmat dan kebaikan di tengahtangah pergauian hidup, yang diawali dengan sikap mencintai sesama manusia sebagai bentuk nyata
kecintaan kepada Allah. Islam menghendaki terciptanya
masyarakat yang damai di mana interaksi di dalamnya diwarnai oleh kasih sayang (marhamah). Kepedulian
seorang
muslim
terhadap
masyarakat pada
umumnya
merupakan tindakan kebajikan yang memiliki nilai tinggi, baik bagi pribadi individu terse but maupun bagi masyarakatnya. Ketidakpedulian seorang muslim merupakan tindakan pendustaan atau penolakan terhadap aturan atau ketentuan Allah tentang tuntutan kehidupan bermasyarakat. ADak yatim dan fakir miskin adalah dua sosok anggota masyarakatyang membutuhkan uluran tangan derni keberlangsungan kehidupannya. Pengharapan
6
uluran tangan adalah hak bagi mereka, sebab dengan kondisi yang serba tidak memungkinkan untuk dapat hidup mandiri, mereka (anak yatim dan fakir miskin) berhak untuk menerima bantuan dari yang lainnya. Anak yatim adalah anak yang telah ditinggalkan ayahnya sebelum mencapai kedewasaannya. Hasan Ayyub (1994:362) menjelaskan: Anak yatim adalah anak yang ditinggal oleh ayahnya sebelum ia mencapai kedewasaanny. Kepengurusan terhadap anak yatim merupakan kefarduan bagi orang yang paling dekat dengannya. Mengurus anak yatim meliputi segala keperluan yang diperlukannya seperti yang diperlukan oleh anak-anak kecil lainnya. Di antara keharusan dalam mengurus anak yatim adalah ikut mengurus serta mengembangkan harta yang menjadi miliknya sampai ia dewasa, Seyogianya seorang, muslim mengurus anak yatim seperti kepada anaknya sendiri, sebab pada dasamya seorang anak yatim adalah anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayang melalui figur ayahnya. Lain halnya dengan fakir miskin. Fakir miskin adalah orang yang tidak marnpu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Ia senantiasa membutuhkan pertolongan orang Jain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Sarna halnya dengan anak yatim, fakir miskin inipun menjadi tanggung jawab muslim pada umumnya sebagai salah satu wujud persaudaraan di antara sesarna muslim lainnya. Bila kedua sosok anggota masyarakat yang berstatus anak yatim dan fakir miskin ini ditelantarkan maka secara perlahan tetapi pasti kehidupan bermasyarakat akan
terusik
mengatakan
ketenangan
serta keharmonisannya. Yusuf Qardawi (1982:25)
bahwa kemiskinan berbahaya terhadap beberapa aspek, yaitu:
berbahaya terhadap aqidah, etika dan moral, flkiran manusia, rumah tangga, dan terhadap masyarakat serta ketentramannya.
7
Gejala kemiskinan yang terjadi pada suatu kumpulan masyarakat adalah bisa sebagai akibat dari ketidak-seimbangan kuantitas (iumlah) penduduk dengan tingkat pendapatannya; atau bisa sebagai akibat dari ketidakadilan dalam menempatkan hak dan kewajiban anggota-anggota masyarakat, terjadi perampasan hak di antara anggota masyarakat,
eksploitasi golongan minoritas orang yang berkecukupan
terhadap mayoritas orang dalam golongan yang lemah. Dan gejala ini terjadi bukan karena ketidaktahuan tetapi lebih banyak didasarkan kepada sikap rakus yang diperankan oleh sebagian anggota masyarakat (Yusuf Qardawi, 1982:33). Manusia pada umumnya merniliki kesempatan untuk bertindak sewenangwenang
dalam
kehidupan
bermasvarakatnya,
semuanya bersumber kepada
keinginan untuk memenuhi kepuasau diri, bila tidak diimbangi oleh petunjuk Allah maka tidak menutup kemungkinan semua manusia akan bertindak sewenangwenang demi kepuasan dirinya sendiri. Dalam hal ini ego (ke-dirian) manusia sangat berperan. Akan tetapi kesempatan ini akan tertutup apabila manusia senantiasa mengikuti petunjuk Allah dalam memerankan fungsi kehidupannya. Babkan dengan kesadarannya manusia akan berusaha untuk menciptakan Iingkungan sosial yang kondusif (saling mendukung) untuk mewujudkan masyarakat yang tentram, damai dan bahagia. Salah satu wujudnya adalah adanya perhatian terhadap kehidupan kaum lemah yang berada di Iingkungan sosialnya, yaitu terhadap anak yatim dan fakir miskin. Qurash Shihab (1999:304) rnenjelaskan bahwa: Sesuai dengan Firman Allah dan sabda Rasul yang berkenaan dengan kemampuan dan keharusan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing. Perlu digaris bawahi bahwa hal tersebut terikat dengan nilainilai moral agama dan pengabdian dalarn hidup bermasyarakat. Karenanya, setiap individu dan setiap masyarakat harus berusaha untuk menanggulangi problem-problem, baikbersifat kolektif maupun perorangan. OIeh karena itu
B
diwajibkan zakat, sedekah, dan infak. Juga diwajibkan untuk tidak mentelantarkan anak yatim dan fakir miskin, Kepeduliau terhadap anak yatim dan fakir miskin pad a prinsipnya adalah sama, yaitu membantu mengembangkan potensi diriuya agar mereka dapat hidup mandiri, baik dalam bentuk bantuan materi maupun immateri, Sebab kondisinya sangat mungkin terjadi status yatim menimpa seorang yang fakir miskin, atau seorang yang memiliki kekayaan; atau, status fakir miskin dapat menimpa anak yatim; bahkan tidak menutup kemungkinan dua status sekaligus dimiliki oleh seseorang, yaitu yatim dan fakir miskiu. Pnnsip-prinsip pengembangan inilah yang harus menjadi perhatian muslim pada umumnya baik secara individnal maupun secara kolektif, sehingga prinsipprinsip pengembangan akan menjadi pedoman dalam menentukan bentuk-bentuk kepedulian terhadap anak yatim dan fakir miskin yang dapat diaplikasikan secara langsung, baik secara individual maupnn kolektif. Meskipnn prinsip pengembangan terhadap kedua status, yaitu anak yatim dan fakir miskin adalah sama,
namun dalarn bentuk dan cara melaksanakan
pengembangan tersebut memiliki karakter masing-masing. Pengembangan anak yatim dalam status kaya atau miskin berawal dari keadaan anak yatim tersebut, yaitu bahwa anak yatim adalah individu yang belum dewasa, belum mampu untuk menempub kehidupan tanpa bimbingan orang dewasa, sehingga pengembangan potensi bagi anak yatirn adalah pembinaan pribadi agar tumbuh dewasa sehingga dapat hidup mandiri; sementara pengembangan terhadap fakir rniskin secara umum bertitik tolak dari ketidakmampuan individu daJam memenuhi kebutuhan hidup, oleh karena itu bentuk kepedulian terhadap mereka terkonsentrasi kepada
9
pembinaan mental individu agar siap dan bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, dalam proposal penulisan ini penulis rnengajukan judul sebagai berilrut:
IMPlJKASl PENDIDlKAN DAR] QS AL-MAUN AYAT 1-3 TENTANG BENTIJK-BEN1lJK KEPEDUUAN SEORANG MUSUM TERHADAP ANAKYAllM DAN FAKIR MISKIN
R. Rumusan Masalah Merujuk kepada latar belakang permasa1ahan di atas, masalah-malasah yang terkait dengan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan para rnnfassir mengenai Qs al-Ma'un ayat 1-37 2. Apa esensi yang terkandung dalam Qs al-Ma'un ayat 1-37 3. Bagaimana pandangan para abli/nlama berkenaan dengan bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin7 4. Bagairnana implikasi pendidikan dari Qs al-Ma'un ayat 1-3 tentang bentukbentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin7
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujnkan untuk mengetahni hal-hal berikut: 1. Penje1asan para mufassir mengenai Qs al-Ma'un ayat 1-3. 2. Esensi yang terkandung dalam Qs al-Ma'un ayat 1-3. 3. Pandangan para ahJilulama berkenaan bentuk-bentuk kepedulian seorang mnslim terhadap anak yatim dan fakir miskin. 4. Implikasi pendidikan dari Qs a1-Ma'nn ayat 1-3 tentang bentuk-bentuk kepednlian seorang mnslim terhadap anak yatim dan fakir miskin.
10
D. Kegunaan Penelitian I. Secara
teoritis,
penelitian
ini diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
perkembangan ilmu, khususnya ilmu yang berkenaan dengan kehidupan bermasyarakat; 2. Secara
praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan
berbagai aturan kehidupan bermasyarakat, sehingga dapat diaplikasikan khususnya oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain dalam melaksanakan kehidupannya di masyarakat.
E. Kernngka Pemikiran Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki kecenderungan untuk hid up senantiasa berdampingan dengan sesamanya. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa ada orang lain yang hidup bersamanya. Masing-masing individu saling membutuhkan untuk dapat saling melengkapi kebutuhannya. Soerjono Soekanto (1998:124) menyatakan bahwa manusla sejak lahir sudah mempunyai dua hasrat pokok, yaitu: Pertama, kelnginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekeliingnya (yaitu masyarakat); kedua, keinginan untuk menjadi satu suasana alam sekeliingnya.
Kecenderungan manusia untuk hidup bermasyarakat memiliki konstribusi (dukungan) terhadap terbentuknya kelompok sosial, Dengan dasar persamaan kepentingan, nasib, bangsa, keturunan, kebutuhan dan sebagainya, masing-amsing individu akan meleburkan did dalam kelompok sosialnya. Selanjutnya Soerjono Soekanto (1998:125) menyebutkan bahwa sekelompok manusia yang hidupan bersama dapat menjadi kelompok sosial apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
11
1) setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelornpok yang bersangkutan; 2) ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya; 3) ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erato Faktortadi merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sarna dan lain-lain; 4) bersturktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku; 5) bersistem dan perproses. Omar Muhammad at-Toumy as-Syaibani (1979:165) memberikan defmisi terhadap kelompok sosial atau masyarakat sebagai berikut: Masyarakat dalam pengertian sederhana adalah sekumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan nega, kebudayaan dan agama. Termasuk segala jalinan hubungan yang timbal balik, kepentingan bersama, adat kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem hidup, nndang-undang, dan institusi. Meskipuu terbentuknya kelompok masyarakat didasarkan kepada beberapa faktor yang memiliki kesamaan, namun pada dasarnya dalam satu kumpulan masyarakat
tidak tertutup kernungkinan tumbuhnya perbedaan kelas, Pada
umumnya perbedaan kelas tersebut didasarkan kepada tiga hal berikut: ekonomis, politik dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Terbentuknya lapisan pada kehidupan masyarakat didukung oleh pertumbuhan masyarakat tersebut (SoeIjono Soekanto, 1998;253). Islam
memandang
perbedaan
kelas
dalam
masyarakat merupakan
snnnatullah yang dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Sebagaimana dinyatakan dalam Qs az-Zukhruf ayat 32. Perbedaan kelas atas dasar apapun sangat mungkin terjadi dalam kehidupan masyarakat, tetapi pada dasarnya perbedaan tersebut adalah rahmat yang dapat saling memberikan manfaat. Allah berfirman dalam Qs al-an'am ayat 165; _.
{;L'
• ,"
J
<"
J.
,/
l' ~ ~...... . fAA'" • ~~ .lI"~' ...... "'-"'''' ~.
...,
;r .
12
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Malta Penyanyang (DEPAG. RI., 1990:217). Perbedaan
kelas
akan menjadi manfaat bila masing-masing individu
memainkan perannya dengan benar dan sesuai dengan aturan, Bilasetiap individu dapat
memainkan
perannya
dengan benar maka keharmonisan kehidupan
bermasyarakat tidak akan terusik, sehingga masyarakat tersebut akan hidup tentram, damai dan bahagia. Fakir miskin dan anak yatim adalah dua status yang berada dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat. Fakir miskin adalah status yang diberikan kepada individu yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan primemya sementara yatim adalah status bagi seorang anak yang belum dewasa dan ditinggalkan wafat oleh bapaknya, Bila masyarakat tidak memperhatikan anggota kelompoknya yang
memiliki
status
tersebut maka dipastikan ketenangan,
ketentraman, serta keharmonisan kehidupan bermasyarakat akan terusik. Keperdulian anggota masyarakat terhadap individu-individu yang memiliki status sosial sebagaimana tersebut di atas harus berangkat dari tujuan yang benar, sehingga bantuan yang diberikan kepada mereka tidak membentuk mereka menjadi generasi yang lemah, tetapi dapat memberikan bantuan yang dapat membangkitkan semangat hidup mereka untuk dapat hidup mandiri, Bentuk keprdulian terhadap kedua status sosial tersebut pada dasarnya merniliki kesamaan, yaitu dalam upaya pendewasaan agar dapat hidup mandiri. Bagi fakir miskin bentuk pendewasaan dalam pengertian memberikan bantuan materil dan moril dengan pembinaan kegiatan usaha untuk dapat memenubi kebutuhan
13
hidupnya yang primer; begitu pula terhadap anak yatim, bentuk pendewasaannya adalah pembinaan mori! dan materil sehingga ia dapat hidup mandiri.
F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode PeneJitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis, yaitu metode yang berorientasi pada data masa kini dan datanya dapat dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan dan sebagainya (KhaerulWahidin, 1994:58). Penggunaan metoda ini didasarkan kepada gejala sosial yang berkaitan dengan terjadinya lapisan masyarakat sebagai sunatullah dan keharusan setiap individu masyarakat untuk memperhatikan keadaan masyarakat di sekitamya. Dalam hal ini berkaitan dengan permasalahan keharusan memperhatikan anak yatim dan
fakir
miskin. Sementara
di
dalam
al-Quran gejala
sosial
tersebut
menggambarkan kualitas keberagamaan atau keislaman seseorang, di mana seorang yang mengaku sebagai muslim dan beriman kepada Allah, dia harus memperhatikan keadaan lingkungan di sekitarnya, yaitu kehidupan masyarakat. Salah satu elemen masyarakat yang harus diperhatikan oleh seorang muslim adalah anak-anak yatim dan fakir miskin. 2. Telmik PeneJitian Adapun teknik kepustakaan
atau
penelitian
yang
d ipergunakan
adalah
teknik studi
Library Reseadt, yaitu mengnngkap permasalahan melalui
referensi-referensi yang relevan dengan permasalahan (Nasution, 1991:187). Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, teknik studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengungkap teori-teori yang berkenaan dengan permasalahan sosial.
14
G. Surnber Kajian Sumber kajian dalam penelitian ini adalah tafsir-tafsir Qs al-Ma'un ayat 1-3 yang diungkapkan oleh beberapa mufassir. Penjelasan mufassir ini dianggap sebagai sampel yang diambil seeara aeak dari sejumlah mufassir yang telah mengungkapkan makua atau menjelaskan kandungan Qs al-Ma'un
ayat 1-3. Tafisr-rafsir yang
dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah: 1. Tafsir Al-Maraghi Juz 30, 1394 H/1974 M, oleh Ahmad Musthafa al-Maragbi, Mustafa al-Babi al-Halabi, Mesir; 2. Al-Qasimi, h. 6273-6274, 1377 H/1953 M, Muhammad Jamaludin al-Qasimi; 3. Tafsir al-Azhar luz 3D, b. 254-255, 1983, oleh HAMKA, Pustaka Panji Mas; 4. Tafsir Ibnu K..i:sir, 1396 H, oleh Abi Fidai Ibnu Katsir, Daarul-Quranul-Karim 5. Tafsir al-Qurtubi, h. 210-211,1387 H/1967 M, oleh Abi Abdillah Muhammad al-Qurtubi
6. Tafsir Fakrur-Raazzi, 1990 H, Ar-Raazzi Fakhrudin 7. Tafsir Ayat-ayat Pendek, Quraish Shihab
H. Langkab-Iangkab Penelitian Penelitian ini diJakukan dengan prosedur sebagai berilrut: 1. Mengumpulkan bahan-bahan penulisan; 2. Menterjemahkan tafsir yang berkenaan dengan ayat yang
dikaj~
3. Mengelompokkan bahan-bahan penulisan; 4. Merumuskan masalah penelitian; 5. Mengkaji ayat serta merumuskan esensi; 6. Menentukan landasan teori berkenaan dengan permasalahan yang muncul dari ayat yang dikaji;
15
7. Menganalisis esensi ayat terse but; 8. Menyimpulkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam ayat tersebut.
I. Sistematika Penelitian Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikuu Bab I Pendahuluan, meliputi: l.atar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Metoda dan Teknik Penelitian, Kerangka Pemikiran, Sumber
Kajian, langkah-Iangkah Penelitian, Sisternatika Penulisan Bab II Penjelasan Mufassirin tentang Qs al-Ma'un Ayat 1-3, meliputi; Teks dan Terjemah Ayat, Makna Kalimat, Penjelasan Mufassirtentang Qs al-Ma'un Ayat 1·3, Rangkuman Pendapat Mufassir tentang Qs al-Ma'un Ayat 1-3, Esensi Qs al-Ma'un Ayat 1-3. Bah III Landasan Teori tentang Bentuk-bentuk Keperdulian Seorang Muslim terhadap ADak Yatim dan Fakir Miskin, meliputi: pengertian Muslim, ADak Yatim, fakir Miskin, Hak dan Kewajiban Muslim, Bentuk-bentuk keperdulian seorang Muslim terhadap AnakYatim dan Fakir Miskin, Bab IV Analisis Pendidikan terhadap Qs al-Ma'un Ayat 1-3 tentang Bentukbentuk Keperdulian Seorang Muslim terhadap ADak Yatim dan Fakir Miskin, meliputi: Analisis Pendidikan terhadap Esensi Qs al-Ma'un Ayat 1-3, lmplikasi Pendidikan dan Qs al-Ma'un Ayat 1-3 tentang Bentuk-bentuk Keperdulian Seorang Muslim terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin Bab V Kesimpulan, Saran dan Penutup.
BAB II
PENDAPAT PARA AHU TAFSIR TENTANG QS AL-MA'UN AYAT 1-3
A. Teks dan TetjemahAyat
/'
(v)~U\ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama7 Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. (DEPAG. R1., 1990:1108).
B. Malam Kalimat Pengungkapan makna kalimat dibatasi hanya tiga ayat pertama, yaitu ayat 13. Hal ini sesuai dengan permasalahan pokok penelitian ini, yaitu aktualisasi keislaman seseorang dalam kehidupan sosialnya. Penekanan pada ketiga ayat ini lebih didasarkan kepada fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu tersebarnya kemiskinan dan terlantamya anak-anak yatim, sementara di antara sekian banyak orang yang mampu terkadang tidak memiliki perhatian sama sekaIi. Ketidakpedulian orang-orang mampu tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Allah menegaskan bahwa mereka yang mampu dan tidak memperdulikan keadaan sosialnya - terutama fakir miskin dan anak yatim - sebagai orang yang tidak beragama. Adapun maksud pengungkapan makna kalimat ini adalah untuk mengungkap kandungan makna pada rangkaian kalimat yang terdapat pada ayat terse but melalui
17
pengungkapan makna lafadl atau kalimat. Sebelumnya perlu diungkapkan makna yatim dan miskin pada uraian ini, Kata yatim berarti anak yang belum dewasa yang ditinggal
mati salah seorang atau kedua orang tuanya. Sementara kata miskin
adalah orang yang tidak mampu memenuhi makanan yang dibutuhkan pada saat itu.
Pengungkapan makna kaJimat ditulis dalam bentuk tabel berikut: Tabell /
MaknaKalimat -
J".>.l~~~..s:.l\~.:;;..t .. , .. "'./
//
No
NamaTafsir
{
...-
Penjelasan
--
Ket
1. Al-Maraghi
Lafadl ara 'alta mengandung makna apakah anda 4321XXX1 mengetahui dan menyaksikan, dengan maksud untuk 1974 menarik perhatian agar pendengar mau memperhatikan apa yang diturunkan setelah itu. Sementara ad..diln adalah tunduknya seseorang terhadap hal-hal yang berada di luar jangkauan indera manusia tentang ketentuan-ketentuan Tuhan yang tidak dapat dianalisa manusia. Dengan demikian rangkaian kalimat terse but mengandung makna: apakah kamu mengetahui orang yang mendustakan masalah-masalah agama yang ghaib7
2. Fakhrur-Raazzii
Apakah kamu mengetahui orang yang mendustakan hari 113/XXXI pembalasan7 W1990
3.
-
Al-Azhar
Tahukah engkau - hai utusan Kami - siapakah orang yang 255/XXX/ mendustakan agama7 Kalimat pertanyaan ini mengandung 1988 arti bahwa Allah menyuruh kepada Rasul-Nya agar diperhatikan dengan sungguh-sungguh,
4. Al-Qurtubi
Yang dimaksud dengan ad-diin d i sini adalah berkenaan 210-211 dengan balasan dan hisab kelak di akhirat. Dengao demikian pengertiaonya adalah apakah kamu tahu orang yaog meodustakan agama, baik muslim maupuo bukan muslim7
5.
Yang dimaksud dengan ad-diin adalah hari pembalasan, yaitu dengan masalah balasan siksa dan pahala. Dengan demikian pengertiannya adalah tahukah kamu orang yang mendustakan hari pembalasan.
Ibou Katsir I
6. Al-Qasimi
Maksud dari istifbam dalam rangkaiao kalimat ini adalah h.6273 perhatian orang yang mendengarkan supaya bersungguhsuoguh meogetahui apa yang dimaksud dalam pembicaraan. Yang menjadi khitaboya adalah Nabi saw. atau kepada setiap orang yang berakal. Dengan demikian
18
pengertiannya adalah mendustakan agama7 7. Quraish Shihab
I
tahukan
kamu
orang
_
J
Makna Kalimat
'ii. /
/
1. Al-Maraghi
2. Fakhrur-Raazzii
1
el,$}\~!»
'
r~'~-~~-='-"'--''''''-7'==~~''=--'"- ~="<"""=~t ,1
~
f
!
,- "'--.-,
NamaTafsir
I
kata ini popular diartikan dengan agama, tetapi sebagaimana pernah diuraikan bahwa addiin dapat juga berarti pembalasan, dan dengan demikianyukadzibu biddiin dapat pula berarti mengingkari hari kiamat. Tabel2
No
yang
-:,: ,--
~
_
~.~ j ~;~ t~
'."._--~.~-
Penjelasan Orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agama adalah orang-orang yang menolak dan menghardik dengan keras
,~~~~ {
"-
1974
1131XXXI 11'1990
ltulah orang yang menolakkan, pengertiannya menolakkan dengan tangan bila anak yatim itu mendekat.
255/XXXJ 1988
4. Al-Qurtubi
Yaitu orang yang menolak atau orang yang menhardik dan berbuat aniaya
210-211
5.
Yaitu orang yang berbuat dlalim dengan tidak memberikan haknya serta tidak memberi makan dan berbuat baik
Al-Azhar
Ibnu Katsir
6. Al-Qasimi
Yaitu orang yang menghardik dengan keras, dengan tidak memberikan hak
7. Quraish Shihab
Kata Yadzu'u menurut kamus bahasa berarti mendorong dengau keras. Pada Qs al-Ma'un ini tidak hams diartikan terbatas pada dorongan fisik, tetapi mencakup pula segala gangguan dan sikap tidak macam penganiayaan, bersahahat terhadap mereka.
I
,
~~I
Dialah orang yang menghardik atau mengusir
3.
"
-
h.6273
19
Tabel3 Makna Kalimat ~\
----I,
'/'
I
\
NamaTafm-
N°I 1.
AI-Maraghi
Penjelasan
Ket
~3YXXXI
terhadap anak yatim, jika anak yatim itu meminta kepadanya, maka orang terse but bersikap sombong dan takabbur
1974 I
Fakhrur-Raazz~epada anak yatim, yaitu anak yang telah ditinggal mati
2.
Al-Azhar
3.
:
oleh bapaknya.
113/XXXI W1990
Anakyatim
~551XXXlI 1988
~10-211
4.
AI-Qurtubi
Anak yang telah ditinggal mati oleh bapaknya
5.
lbnu Katsir
kepada anak yatim.
6.
Al-Qasimi
Kepada anak yatim
7.
Quraish Shihab
Kata al-yatim dalam bahasa agama adalah anak belum dewasa yang ayahnya telah wafat. Dari segi bahasa, kata yatim terambil dari kata yutm yang berarti kesendirian, karena itu permata yang sangat indah dan dinilai tidak ada bandingannya dinamai ad-durrah al-yatimah.
-
~.6273
Tabel4
"
"
)
Makna Kalimat ...t;;k ~~
No
NamaTafm-
"
'
Penjelasan
Ket
1. Al-Maraghi
Merekajuga tidak menganiurkan kepada orang lain. Jika mereka ini tidak mau menganjurkan kepada orang lain maka untuk dirinyapun tidak mau melaksanakannya
43YXXXI 1974
2. Fakhrur-
Tidak mempunyai keinginan untuk menganjurkan berbuat baik dengan memberi makan kepada orang miskin kepada orang lain bahkan kepada dirinya sendiri
113/XXXI lV1990
3. Al-Azhar
Dan tidak mengajak atau tidak mau menggalakan orang supaya memberi makan .
255fXXXI 1988
4. AI-Qurtubi
Dan mereka yang tidak memerintahkan untuk memberi makan kepada fakir miskin, baik karena kekikirannya atau karena mendustakan balasan Allah.
210-211
5. Ibnu Katsir
Dan mereka tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin, kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri
6. iAI-Qasimi
Dan orang yang tidak mengajak orang lain untuk memberikan makan dan bagi dirinya sendiri karena kekikirannva
Raazzii
I
I
I
h. 6273 I
20
7. Quraish Shihab
Katayahudlu biasa diterjemahkan dengan kata menganjurkan. Kata ini ditemukan dua kali dalam alQuran, sekali pada surat al-ma'un dan sekali pada surat alHaqqah ayat 33-34. ayat ini berbicara tentang mereka yang akan masuk neraka, karena tidak percaya kepada Allah dan tidak pula mendorong (orang lain) memberi makan orang . miskin. labelS • r' ~ "\ Makna Kalimat W'y . 'l"":'==~-""! ./
No
NamaTafsir
Penjelasan
Ket
1.
Al-Maraghi
Orang miskin
4321XXXI 1974
2.
FakhrurRaazzii
Orang miskin, yaitu orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya terb.adap rnakanan, sementara orang miskin tersebut berhak atas makanan itu.
1131XXXI 1V1990
3.
Al-Azhar
Orang yang tidak mampu atau orang miskin,
2S5/XXXI 1988
4.
Al-Qurtubi
fakir miskin, yaitu orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya terhadap makanan
210-211
5.
Ibnu Katsir
Orang miskin,
6.
Al-Qasimi
Orang yang miskin
7.
Quraish Shihab
Orang miskin dan l:mah
h.6273
.~.
C. Penjelasan Para AbU Tafsirtentang Qs al-Ma'uu Ayat 1-3 1. AI· Maraghi Apakah kamu melihat orang-orang yang suka mendustakan terhadap masalah-masalah agama yang gaib? Padahal semuanya sudah terdapat dalil-dalil yang jelas dan benar. Jika kamu tidak mengetab.ui orang-orang yang mempunyai watak seperti itu, maka lihatlah ciri-ciri mereka sebagai berikut: Pertama, orang-orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agama ialah orang-orang yang menolak dan menghardik anak yatim dengan keras. Dan jika anak yatim itu minta kepadanya, maka orang tersebut bersikap sombong dan takabbur.
21
Kedua, mereka juga tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan kepada anak yatim dan kaum fakir miskin.Jika mereka ini tidak mau menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan, lebih-lebih untuk dirinya sendiri, sudah barang tentu tidak akan mau memberi makan kepada anak yatim dan fakir miskin tersebut. Dalam ayat ini terkandung suatu pengarahan, bahwajika kita tidak mampu melakukan kewajiban tersebut, seharusnya kita minta kepada orang lain yang mampu untuk melakukannya. Misalnya dilakukan oleh lembaga-lembaga tertentu. Dengan demikian, orang-orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agarna itu mempunyai ciri-ciri, 1) suka menghina orang-orang yang tidak mampu; 2) bersikap sombong kepada mr-reka. Keduanya merupakan perbuatan bakhil terhadap kekayaannya, tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada fakir miskin dan orang-orang yang memhutuhkan. Atau, orang itu tidak mau memberitahukan kepada orang yang mampu agar mereka bisa memberikan pertolongan kepada orang-orang yang benar-benar miskin dan tidak bekerja, sehingga mereka dapat terlepas dari kesengsaraan. Sekalipun orang-orang yang suka menghina orang lain, bakhil, dan tidak mau menghimbau orang lain untuk berbuat kebajikan itu adalah orang-orang yang salat ataupun tidak, maka mereka tetap dikelompokkan sebagai orang yang tidak percaya terhadap kebenaran agama. Salat yang mereka lakukan temyata tidak bisa melepaskan diri dari penggolongan ini, karena orang yang percaya terhadap agama, pasti akan menepati dan tidak melanggar keyakinannya.Jika ia benar-benar percaya kepada agama, pasti ia akan menjadi orang yang tawaddu tidak takabbur terhadap fakir miskin, tidak mengusir dan menghardik mereka.
22
2. Tsfsir Pakhmr-Raazzi Perlu diperhatikan bahwa meskipun lafadl yang terdapat dalam rangkaian kalimat ini dalam bentuk pertanyan, namun pada prinsipnya tujuan atau makna yang dikandung dalam rangkaian kalimat tersebut lebih cenderung kepada makna taajub (keheranan). Sementara itu
khitab dalam kalimat ini ditujukan kepada
Rasulullah saw. atau bahkan ada yang mengatakan bahwa khitabnya ditujukan kepada semua orang yang berakal. Tegasnya dalam pernyatan hai orang-orang yang mempunyai pikiran inilah karakter orang-orang yang mendustakan agama, setelah nampak jelas bukti-bukti serta penjelasan tentang karakter orang-orang tersebut apakah kamu akan melakukan hal itu7 Ketahuilah bahwa pernyataan yang menunjukkan kepada kandungan ayat ini terdapat dua pendapat, yaitu yang mengatakan bahwa ayat ini dikhususkan kepada seseorang. Sebagaimana Ibnu Juraij mengatakan bahwa ayat ini berkaitan dengan tindakan Abu Sufyan terhadap anak yatim. Abu Sufyan setiap minggu menyembelih dua kambing, lalu anak yatim mendatanginya untuk meminta bagian daging kambing tersebut, akan tetapi Abu Sufyan selalu mengusir anak yatim itu; dan, yang berpendapat bahwa ayat ini mengandung makna urnum, artinya ditujukan kepada seluruh orang yang memiliki kesempatan untuk mendustakan hari akhirat. ALliin yang dimaksud dalam rangkaian kalimat ini adalah al-Islam, sehingga orang yang mendustakan agama
dapat berarti orang yang mengingkari Sang
Pencipta, atau orang yang mengingkari kenabian, atau orang yang mengingkari hari pembalasan, atau orang yang mengingkari segala sesuatu yang telah disayari' atkan. Ketahuilah
bahwa
Allah
memberikan
karakter
orang-orang
yang
mendustakan agama dengan dua karakter, yaitu berupa tindakan dan meninggalkan
11 43A2
23
anjuran. Menghardik anak yatim merupakan karakter orang yang mendustakan agama dari sudut perbuatan, sementara tidak menganjurkan orang lain atau dirinya sendiri untuk memberi makan orang miskin merupakan karakter orang yang mendustakan agarna dan sudut meninggalkan anjuran. Maksud dari kalimat yadu 'u adalah menolakkan dengan kasar, dalam bal ini terdapat
beberapa permasalahan yang menjadi kandungan maksud dari kalimat
menghardik anak yatim dengan keras, yaitu orang terse but menjauhkan anak yatim dari hak dan hartanya dengan dlalim; tidak memperdulikannya; membentak, memukul dan menjadikan anak yatim itu ketakutan. Sementara kalimat yaudlu peujelasannya terdaoat dua pandangan, yaitu dalam pengertian bahwa dia tidak menganjurkan dirinya seudiri untuk memberikan makan kepada orang miskin, dan idhafatnya makanan kepada orang miskin mennnjukkan terhadap pengertian bahwa makanan tcrsebut adalah hak bagi orang miskin, atau orang miskin memiliki hak atas makanan terse but. Sehingga orang yang tidak menganjurkan dirinya untuk mem beri makan orang miskin seolah-olah mencegah orang miskin terse but untuk mendapatkan haknya. Keadaan demikian merupakan tanda puncak kekikiran, kebutaan hati, serta kehinaan perilakunya, pengertian lain, adalah bahwa seseorang tidak menganjurkan orang lain untuk memberi makan orang miskin, hal tersebut didasarkan kepada tidak adanya i'tikad atau keyakinan bahwa dalam tindakan memberi makan orang miskin terdapat pahala.
3. Tafsir al-Qnrtubi Para ulama tafsir berbeda pendapat berkenaan dengan kepada siapa ayat ini diturunkan; Abu Shalih menjelaskan sebuah riwayat yang diterimanya dari Ibnu
24
Abbas, dia berkata: ayat ini diturunkan berkenaan dengan sese orang darl golongan orang-orang munafik. As-Sadiy berkata; ayat ini diturunkan berkenaan dengan Walid ibnu Mughirah, dan ada pula yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Jahal. Menurut Ad-Dhahak ayat ini diturunkan berkenaan dengan Urnar bin 'Aidz. IbnuJuraij berkata: ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Syutyan, yang pada setiap minggu menyembelih binatang sembelihan, lalu datanglah anak yatim untuk meminta sesuatu kepadanya, Abu Sfyan menghardik anak yatim itu dengan tongkatnya; maka Allah menurunkan surat ini.
te)
menghardik, tegasnya adalah mengusir, sebagaimana di dalam firman
Allah berikut: (""-,+,:-",.uIJl,,,,",,:). Mereka dihardik atau diusir ke dalam api neraka
dengan sebenar-benarnya; se bagairnan telah dijelaskan sebelumnya. Demikian pula Adh-Dhahak mengatakan penjelasan tersebnt, yang diterima penjelasannya dari !bnu Abbas: sebab pada
(_;:::I~'f;,JI..wI;';)
itulah dia yang menghardik anak yatirn.
Tegasnya, mengusiranakyatim atau menjauhkan dari haknya. Qutadah mengatakan. tindakan tersebut adalah menyusahkan dan menganiayanya. Makna dari keterangan terse but adalah sama berdekatan. Ini telah dijelaskan sebelumnya di dalam surat An-Nisa di mana mereka tidak mernberikan hak warisnya kepada wanita dan kepada anak-anak kecil, dan mereka mengatakam sesungguhnya boleh memakan harta yang dipotong dengan batu pemotong, dan dipukul dengan pedang tajam, Telah diriwayatkan dari Nabi saw. bahwasaannya beliau bersabda: "slapa di antara kaum muslimin yang memelihara dan mengumpulkan anak yatim sehingga anak
26
seperti ini, akan disangka orang bahwa mendustakan agama ialah sernata-mata karena menyatakan tidak mau percaya kepada agama Islam. Dan kalau orang sudah sembahyang, sudah puasa, dia tidak lagi mendustakan agama. Maka dengan ayat ini dijelaskan bahwa mendustakan agama yang hebat sekali adalah; itulah orang yang menolakkan anak-yatim. Di dalam ayat tertulis lafadlyaudu' (dibaca syiddah), artinya yang asal adalah menolak, yaitu menolakkannya dengan tangan bila dia mendekat. Dalam pemakaian bahasa Minangkabau menolakkan dengan tangan itu dikatakan mennlakkan. Lain artinya daripada semata-mata menolak, sebab kalau kita tidak suka kepada sesuatu yang ditawarkan orang kepada kita, bisa saja kita tolak baik secara halus atau secara kasar. Tetapi menolakkan berarti benar-benar badan orang itu yang ditolakkan. Pemakaian kata yaudu' yang kita artikan dengan menolakkan itu adalah membayangkan kebencian yang sangat. Rasa tidak senang, rasa jijik dan tidak boleh mendekat. Kalau dia mencoba mendekati maka akan ditolakkannya, biar dia jatuh tersungkur. Nampaklah maksud ayat bahwa orang yang membenci anakyatim adalah orang yang mendustakau agama, walaupun dia beribadah. Karena rasa benci, rasa sombong dan bakhil tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang mengaku beragama. Dan tidak mengajak atas memberi makan orang miskin. Dia tidak mau menggalakan orang supaya memberi makan orang miskin, Dilahapnya sendiri saja, dengan tidak memikirkan orang miskin, Atau tidak dididik anak isterinya untuk menyediakan makanan bagi orang miskin itu jika mereka datang meminta bantuan makanan.
27
Dengan ayat ini jelaslah bahwa kita sesama muslim,
terutama yang
sekeluarga dan sejiran, ajak-mengajak, gala-menggalakan supaya menolong anak yatim dan fakir miskin itu menjadi perasaan bersama, menjadi budi pekerti umum. Zamakhsyari menulis dalam tafsirnya tentang apa sebab orang-orang yang menolakkan anak yatim dan tidak mengajak memberi makan fakir miskin dikatakan mendustakan agama. Menurutnya, orang ini nyata mendustakan agama, karena dalam sikap dan laku perangainya dia mempertunjukkan bahwa dia tidak percaya inti agama, yaitu bahwa orang yang menolong sesamanya yang lemah akan diberi pahala dan ganajaran mulia oleh Allah. Sebab itu dia tidak mau berbuat ma'ruf dan sampai hati menyakiti orang yang lemah. Kalau dia percaya akan adanya pahala dari Tuhan dan yakin akan balasan-Nya, tentu dia akan takut terhadap Allah dan takut terhadap siksaan-Nya, Dan tidaklah dia akan berani berbuat begitu kepada anak yatim dan orang rniskin, Kalau telah ditolakkannya anak yatim dan didiamkannya saja orang miskin yang minta makan, jelaslah bahwa agama itu didustakannya, Oleh karena itu orang yang berperangai seperti ini adalah orang yang lemah iman dan keyakinannya. 5. Al-Qasimi G:;.I~"'~l$jJ[~•.,..i)
tegasnya tahukah kamu pahala dan siksa berkenaan
dengan orang yang mendustakan agama, yaitu orang yang tidak menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Abu Su'ud berkata: istifham yang dimaksud di dalam kalimat terse but menunjukkan kerinduan (keinginan yang sangat) orang yang mendengar terhadap keingintahuan tentang siyaq kalam (topik pembicaraan) dan ketaaujuban darinya. Khitab dalam kalimat ini ditujukan kepada nabi Muhammad
28
saw. atau kepada setiap orang yang berakal. Rukyat (perhatian) atau penglihatan mengandung makna mengetahui. Sedangkan huruf fa pada lafadl
(~~It:':<$;;I.;lII;';)
sebagai jawab syarat dari syarat yang dibuang, berdasarkan bahwa lafadl (..111;)
sebagai mubatada dan isim maushul sebagai khabrnya. Pengertiannya adalah "Apakah kamu tahu orang yang mendustakan balasan atau Islam?, bila kamu belum mengetahuinya atau bila kamu ingin mengetahuinya ia adalah orang yang menghardik anak yatim dengan tindakan yang sangat tercela, yaitu menghardik dan menjauhkan auak yatim dari haknya. (~I)~~,';";YJ)
Tegasnya tidak menganjurkan kepada yang lainnya dari
orang-orang yang diberi Kemudahan rezeki untuk memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan, tetapi ia bersikap bakhil (kikir) dengan kelapangannya tersebut tatkala ia berada bersama orang kaya untuk membantu ketidak baikkan. Asy-Syhab berkata: bila lafadl ()...l.) mengandung makna ()J,,0 memberikan
makanan sebagaimana yang dikatakan oleh Ar-Raghib, maka makna itu adalah jelas. Kalau tidak diberikan makna seperti itu maka di dalam lafadl terse but terdapat mudhafyang diperkirakan. Tegasnya dalam kalimat berikut: (~.IJ)J,.J:")
6. Ibnu Katsir G:;IL"~<$jJl,,":",.'.)
Tahukah kamu orangyang mendustakan Agama7, yaitu yang
menerangkan tentang hari di mana manusia dikembalikan kepada Sang Pencipta, dan hari di mana manusia diberikan balasan siksa dan pahala.
29
(._~It:':I$:Ul-iJI:~)
itulah ortlng-orang yang menghardlk anak yatim, tegasnya
mereka yang memaksa anak yatim (mengusirnya) serta tidak memberikan hak anak yatim terse but, tidak memberinya makan dan juga tidak berbuat baik kepadanya. ~I,W..?,";";'I))
dan tidak mengajak orang lain untuk memberikan makan
orang yang miskin, yaitu orang-orang yang sangat membutuhkan (fakir) di mana ia tidak memiliki apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 7. M. Quraish Shihah Dalam beberapa riwayat, dikemukakan bahwa ada seseorang - yang diperselisihkan siapa dia, apakah Abu Sufyan atau AbuJahl- konon setiap minggu menyembelih
seeker unta, Suatn ketika, seorang anak yatim dating menerima
sedikit daging yang telah disembelih itu, namun ia tidak diberi bahkan dihardik dan diusir, Peristiwa ini, merupakan latar belakang turunnya surah ini. Dari sebab turun ayat yang diriwayatkan itu, dapat terbaca bahwa kecaman dapat tertuju, walalupun kepada mereka yang membagi-bagikan bantuan, apabila bantuan yang diberikannya itu tidak mengenai sasaran yang dikehendaki Allah, dalam hal iin, sasaran tersebut adalah merekayang benar-benar membutuhkan pertolongan. Memang boleh jadi seseorang memberi kepada fihak lain, tetapi di balik pemberiannya itu, dia mengharapkan pula sesuatu... , dia enggan memberi kepada anak yatim dan miskin, karena tidak terdapat sesuaru yang diharapkan dari mereka. G:J~'-!~ljjJlc:.:')) Tahukah
kamu, orang yang mendustakan agama {hari
kemudian)7 Lafadl ara 'aiia diambil dan kata ra'a yang berarti "melihat atau
mengetahui". la didahului dengan huruf hamzah
yang dibaca ";t' dengan fungsl
30
sebagai pertanyaan. Pada umumnya ulama tafsir memahami kata semacam ini dalam al-Quran dengan arti "tahukah kamu?" Tentu pada mulanya ayat ini ditujukan kepada Muhammad saw., tetapi karena al-Quran berdialog dengan semua orang, maka di sini ia difaharni sebagai ditujukan pula kepada setiap orang. Di sisi lain, dapat dipertanyakan apakah yang dimaksud dengan pertanyaan Allah ini7 Bukankah Allah Maha Mengetahui7 Pertanyaan yang diajukan Allah ini bukannya bertujuan mernperoleh jawaban, karena Allah Maha Mengetahui. menggugah
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk
hati dan fikiran mitra bicara, agar memperhatikau kandungan
pembicaraan berikut. Dengan pertanyaan terse but. ayat pertama ini mengajak manusia untuk menyadari salah satu bukti utama kesadaran beragama yang tanpa itu, keberagamaanya dinilai sangat lernah, kalau enggan berkata keberagamaannya
nihil.
Yukudzibu, dalam beberapa bagian dari tafsir ini, antara lain dalam surat alMudatsir, telah diuraikan pengertiannya. Uraian itu dapat dijadikan rujukan untuk memabami arti kata di atas yang biasa diterjemahkan dengan mendustkan atau mengingkari. Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa mendustakan atau mengingkari itu dapat berupa sikap batin dan dapat juga dalam bentuk sikap lahir yang terwujud dalam bentuk perbuatan. Kata addiin juga telah diuraikan maknanya, kata ini popular diartikan dengan agama, tetapi sebagaimana pernah diuraikan bahwa addiin dapat juga berarti pembalasan, dan dengan demikianyukudzibu biddiin dapat pula berarti mengingkari hari kiamat,
31
(~.;:.;I'e<$:"'-"l':~)
kata dzalika yang digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu
yang jauh, bias berarti diterjemahkan "itu", Penggunaan kata tersebut dapat memberi kesan yang berbeda. Pada suatu kali memberi kesan jauh dan tingginya kedudukan sesuatu yang ditunjuk itu; pada kali lain mengesankan kedudukan dan tempatnya yang begitu jauh dari pembicara. Agaknya penggunaan kata dzalika dalam ayat ini untuk memberi kesan bahwa merekayang ditunjuk itu sangat jauh dari Allah dan atau rahmat-Nya, Kata Yadzu'u menurut kamus bahasa berarti mendorong dengan keras. Pada Qs al-Ma'un ini tidak harus diartikan terbatas pada dorongan fisik, tetapi mencakup pula segala macam penganiayaan, gangguan dan sikap tidak bersahabat terhadap mereka. Kata al:yatim dalam bahasa agarna adalah anak belum dewasa yang ayahnya telah wafat. Dari segi bahasa, kata yatim teram bil dad kata yutm yang berarti kesendirian,
karena itu permata yang sangat indah dan dinilai tidak ada
bandingannya dinamai ad-durtah al·yatimah. Kematian ayah, bagi seorang yang belum dewasa, menjadikannya kehilangan pelindung. Ia seakan-akan menjadi sendirian, sebatang kara, karena itu ia dinamai yatim. Walaupun ayat ini berbicara tentang anak yatim, namun maknanya dapat diperluas sehingga mencakup semua orang yang lemah dan membutuhkan pertolongan, dan hal ini dikuatkan pula dengan kandungan ayat berikut: ~1,u...,Js-..;...>.Y»).
Kata
yahudlu biasa diterjemahkan dengan kata
menganjurkan. Kata ini ditemukan dua kali dalam al-Quran, sekali pada surat alma'un dan sekall pada surat al-Haqqah ayat 33-34. ayat ini berbicara tentang
32
mereka yang akan masuk neraka, karena tidak percaya kepada Allah dan tidak pula mendorong (orang lain) memberi makan orang miskin, Satu ayat lainnya yang menggunakan akar kata tersebut, tetapi dalam berrtuk kata kerja yang berbeda, ditemukan pada surat al-Fajr ayat 18. di sini dibicarakan tentang mereka yang diuji Allah dengan keterbatasan rezeki, sehingga merasa dihina oleh-Nya, Allah membantab dugaan tersebut dengan firman-Nya: "Sekcli-kuli tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memullakan anak yailm, dan tidak pula saling menganjurkan memberi makanan orang miskin.
Dari gabungan ayat-ayat terse but difabami bahwa walaupun terjemahan harfiah kalimat terse but adalah tidak menganjurkan (orang lain), tetapi karena surah ini - sebagaimana dikemukakan di atas - ditujukan kepada setiap orang, dan berdasarkan pula ayat surah al-Fajr tersebut, maka dapat difahami babwa seluruh ayat yang
menggunakan akar kata yang sama dengan yahudlu dalam berbagai
bentuknya
itu,
mengandung
kecaman terhadap mereka yang tidak saling
menganjurkan memberi makanan bagi orang-orang yang butuh. Kata tha 'am dapat diterjemahkan dengan kata makanan; pangan. Paling tidak ada dua hal yang baik untuk disimak dari redajksi ayat di atas, serta kumpulan ayatayat yang berbicara tentang anjuran memberi pangan. Pertama, ayat-ayat tersebut tidak berbicara tentang kewajiban memberi makanan, tetapi ia berbicara tentang kewajiban menganjurkan memberi makan. lni berarti bahwa mereka yang tidak memiliki kelebihan apa pun, dituntut pula oleh ayat-ayat tersebut, Peranan ini dapat dilakukan oleh siapapun, selama mereka dapat merasakan penderitaan orang lain. Ini berarti pula bahwa ayat-ayat di atas mengundang setiap orang untuk merasakan penderitaan dan kebutuhan orang lain, walaupun ia sendiri
33
tidak mampu mengulurkan bantuan materil kepada mereka. Ayat-ayat di atas tidak mem beri peluang sekecil apapun bagi setiap orang untuk tidak berpartisipasi dan merasakan betapa perhatian hams diberikan kepada setiap orang lemah dan membutuhkan bantuan. Kedua,
ayat tersebut tidak menggunakan redaksi ith 'am
yang artinya
memberi makan, tetapi dengan menggunakan kata tha'am yang artinya makanan atau pangan, agar setiap orang yang menganjurkan dan atau memberi itu, tidak merasa bahwa ia telah memberi makan orang-orang yang butuh. Pangan yang mereka anjurkan atau mereka berikan itu, pada hakikatnya, walaupun diambil dari tempat penyimpanan yang dirniliki si pemberi, tetapi apa yang diberikannya itu bukan miliknya, tetapi merupakan hak orang-orang miskin dan butuh itu, Qs al-maun yang pada dasamya merupakan tujuh ayat pendek berbicara tentang hakikat yang sangat penting, di mana terlihat secara tegas dan jelas bahwa ajaran Islam tidak memisahkan upacara ritual dengan ibadah sosial, dalam pengertiannya yang sempit pun, mengandung dalam jiwanya dimensi sosial, sehingga jika jiwa ajaran terse but tidak dipenuhi maka pelaksanaan ibadah dimaksud tidak akan banyak artinya. Hakikat pembenaran ad-dien bukannya ucapan dengan lidah, tetapi ia adalah perubahan daIam jiwa yang mendorong kepada kebaikan dan kebajikan terhadap saudara-saudara sekernanusiaan, terhadap mereka yang membutuhkan pelayanan dan perlindungan, Allah tidak menghendaki dari manusia kalimat-kalimat yang dituturkan,
tetapi yang
dikehendaki-Nya
adalah
karya-karya nyata,
yang
34
membenarkan kalimat yang diucapkan itu. Sebab kalau tidak, maim itu semua hampa tidak berarti dan tidak dipanda-Nya.
D. Rangkuman Pendapat Mufassir Orang yang mendustakan agama sebagaimana penuturan para mufassir di atas adalah orang-orang yang memiliki sikap tidak perduli terhadap kaum lemah, yaitu anak yatim dan fakir miskin, Anak yatim dan fakir miskin adalah dua status yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat, yang diberi rambu-rarnbu khusus oleh al-lslam dalam bergaul denganmereka. Rambu-rambu tersebut adalah ketidak bolehan umat manusia -
khusunya
kaum muslimin yang telah mendapatkan
pedoman hidup (al-Quran) - untuk mentelantarkan sesamanya yang tidak mampu. Sekalipun mereka (kaum muslirnin) tidak mampu untuk melaksanakannya sendiri maka mereka dapat melakukannya secara kolektif dengan membentuk lernbagalembaga yang dapat memelihara orang-orang yang tidak mampu tersebut. Pada sisi lain seorang pendusta agama adalah mereka yang mengabaikan ibadah ritual sekalipun mereka melaksanakan ibadah tersebut, tidak terlepas dari keinginan
untuk
diperhatikan
oleh
orang lain. tidak sedikitpun terbersit
keikhlasahan untuk menuju keridlaan Allah sebagairnana diungkapkan dalam ayat berikutnya, yaitu pada ayat 4-7. Rangkaian ayat tersebut tidak secara spesisifik mempertegas keterikatan individu terhadap kondisi lingkungan di mana mereka hidup. Rangkaian ayat terse but lebih bersifat individual, yaitu mengenai sikap individu dalam rnengimplementasikan keimanannya pada ibadah ritnal. Pesan yang terkandung pada tiga ayat pertama mengisyarakatkan kepada prinsip
pengakuan terhadap
kebenaran
agama
harus terakumulasi antara
35
pembenaran dalam pengakuan hati, pembenaran dalam pengakuan lisan; dan pembenaran dalam tindakan atau amaliah sosial. Berkenaan dengan ibad ah so sial sebagian dad ayat ini menjelaskan tentang kewajiban individu dalam kehidupan bermasyarakat, baik kewajiban bagi dirinya sendiri maupun kewajiban untuk menyarnpaikan pesan yang berkenaan dengan keharusan rncmelihara kaum lemah dalam lingkungan masyarakatnya. Kaum lemah yang dimaksud diwakili oleh anak yatim dan fakir miskin. Anak yatim adalah seseorang yang ditinggal mati oleh bapaknya sementara ia belum mencapai usia dewasa, sementara fakir miskin adalah seseorang yang tidak meruiliki kemampuan untuk meruenuhi kebutuhan hidupnya terutarna kebutuhan terhadap makanan.
E. Esensi Qs A1-Ma'un Ayat 1-3 Berdasarkan uraian penjelasan dad para mufassir di atas, khususnya mengenai penafsiran Qs al-Ma'un ayat 1·3, yaitn yang berkenaan dengan kehidupan sosial nmat manusia, mengarah kepada kesimpnlan sebagai beriknt: 1. Pengukuan terhadap keberaran aguma harus terealisasi dalam keyaklran dan tindakan nyata;
2. Salah saw tindakan IljUta tersebutadalai: perduli terhadap' keadaan Iingkungun sosial; 3. Wu.ftul kepedulian sosial adalah dengan membantu anak yatim danjilkir miskin
BAB III IANDASAN TEORI TENTANG BENTUK-BENTUK KEPEDULIAN SEORANG MUSUM TERHADAP ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN
A.
Pengertian Muslim, Anak Yatim, dan Fakir Miskin 1. Muslim
Kata Muslim (..J......) adalah kata bentukan dari kata dasar Islaaman (1,.)\...0.
Muslim dalam bentuknya sebagai isim fail menunjukkan makna pelaku perbuatan kata
dasar tersebnt.
Ahmad Warson al-Munawir (1997:654) memberikan
pengertian terhadap lafadl aslama dengan pengertian "lJJerryerahkWl did: berserah
did: tunduk; patuh." Pengertian secara lughawi di atas sebagaimana dijelaskan di dalam Qs Ali lmran ayat 83 berikut: ",
/'
/'
/'
.
/ /
\
/'
~;;~e;~(s)<'Jo'~,:¥\::;;=-,~\~,\~:;~r.s):S;.~\Jj~~ ~W /
/
/
Maka apakah mereka mencarl agama yang lain darl agama Allah, padahaI kepada-Nyalah berseron did segala apa yang ada di langit dan dibuml, balk dengan suka maupun dengan terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembaIlkan (DEPAG. RI, 1990:89). Berserah diri seperti yang dijelaskan di atas mengandung pengertian menyandarkan diri terhadap Yang layak untuk dijadikan sebagai sandaran dalam mentaati segala kehendak-Nya, yang dalam hal ini adalah Allah swt. Makhluk Allah seluruhnya dituntut untuk patuh dan taat kepada perintah-Nya, sebagaimana alam
37
semesta yang tunduk kepada pengaturan yang telah ditetapkan Allah bagi kehidupan manusia, Berdasarkan pengertian kata dasar tersebut, muslim dapat berarti orang yang berserah diri, yaitu orang yang menyandarkan dirinya kepada Allah dengan tunduk dan taat melaksanakan segala perintah yang telah disyari'atkan kepadanya. Abdurrahman Habanakah (1998:64) mengatakan bahwa "siapa sajayang menganut
prinsip-prlnsip Is/am dan rela berama/ dengan ama/iah yang dianuto/eh Is/am, maka dibenarkan baginya mettyebut dirinya sebagai muslim," Oleh karena kata muslim merupakan kata turunau dari kata dasar Is/aman, maka kata terse but tidak terlepas dari konsep atau makna yang terkandung dari kata dasarnya. Islam sebuah kata )''lIlg dinisbatkan (disandarkan) kepada agama yang menjadi pegangan atau pedoman hidup manusia. Allah dalam beberapa ayat mengungkapkan lafadl Islam sebagai satu-satunya agama yang layak dijadikan pedoman hidup oleh seluruh umat manusia, Islam adalah agama yang telah diridlai-Nya. Firman-Nya dalam Qs Ali Imran ayat 19 menjelaskan:
orang-orang yang te/ah diberi a/-Kitab kecua/i sesudan datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengklan (yang ada) dl aatara mereka. Barangsiapa yang kajir terhadap ayat-{l)'at Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (DEPAG. RI, 1990:78).
38
Pada Qs al-Maidah ayat 3 Allah menegaskan:
... C.. ... Pada hari in; telah Kusempurnakan untuk katnu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku. dan telah Kuridlai Islam au jadi agama bagimu ...
(DEPAG. RI, 1990:157). Kelayakan ai-Islam sebsgai agama yang diridlai Allah tidak terlepas dari ajaran yang disyarl'atkan-Nya. Segala peraturan yang tertuang di dalam syari'at alIslam adalah untuk rnengatur segala bentuk kehidupan manusia, baik dalam merealisasikan hubungan manusia dengan sesamanya maupun hubungan manusia dengan Khaliqnya. Yusuf Qardawi (1995:1) mempersepsikan bahwa "al-lslam mempunyol tujuh karakter. yaitu Rabbaniyyah. Insaniyyah, Syumui. aI-Wasthiyyah, aI-Waqi'iyyah. alWudhuh. dan menyatukan antara tathawwur dan Tsabat." Pestama, Rabbaniyyah dari ai-islam meliputi dua kriteria, yaitu Rabbaniyyah
ghayyah atau tujuan dan sudut pandang, dan Rabbaniyyah masdhar atau sumber hukum dan manhaj (sistem). Rabbaniyyah ghayyah maksudnya bahwa ai-islam menjadikan tujuan akhir dan sasarannya yang jauh ke de pan, yaitu dengan menjaga hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai ridla-Nya. Sehingga pada gilirannya merupakan tujuan akhir, sasaran, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam kehid upan fana ini. Kedua,
insaniyyah atau manusiawi, artinya bahwa prinsip-prinsip syar'i
yang diberikan oleh ai-islam - baik akidah, syari'ah, akhlak dan sebagainya - tidak
39
melampaui batas-batas kemanusiawian manusia. Manusia secara sadar akan memahami tujuan syar'i yang telah ditetapkan dl dalam prinsip-prinsip al-Islam.
Keilg«, syumul atau universal. Keuniversalan ai-Islam meliputi seluruh umat manusia dalam batas-batas ruang dan waktu. AI-Islam meliputi semua zaman, kehidupan dan eksistensi (keberadaa) manusia. Sejarah membuktikan bahwa seluruh nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan risalah-Nya adalah manusiamanusia pilihan dari golongan muslim, begitu pula umat-umat mereka (para Rasul) yang mengikuti ajaran para Rasulnya maka merekapun tennasuk bagian dari orang muslim. Kemusliman umat manusia dalam
batas waktu dan ruang terse but
didasarkan kepada prinsip yang sama yang disampaikan oleh para Rasul terse but, yaitu prinsip ketauhidan Allah. Keempat, al-wasthiyyah atau keseimbangan, Keseimbangan yang dimaksud
adalah keseimbangan di antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan, di mana salah satu dad dua jalan terse but tidak bisa berpengaruh dengan sendirinya dan mengabaikan yang lainnya. Juga salah satu dad dua arah tersebut tidak dapat mengambil hak lebih banyak dan melampaui yang lain. Sebagaimana dalam prinsip fardiyah (individual) dan jam'iyyah (kolektif'F tsabat (konsisten) dan taghayyur (perubahan) dan sebagainya.
Kelima,
karakteristik tersebut adalah al-waqi'iyyah, yaitu pengakuan
terhadap ralitas alam sebagai suatu hakikat yang faktual dan memiliki eksistensi (keberadaan) yang terlihat. Dengan pengertlan bahwa hakikat di sini menunjukkan kepada sebuah hakikat yang jauh lebih besar, menunjukkan Wujud yang jauh lebih abadi dan pada wujud alam ini. Wujud itu adalah sebuah Wujud yang ada dengan
40
sendirinya, yakni Wujud Allah Sang Pencipta segala sesuatu, serta menentukan ukuran-ukurannya secara tepat. Keenam, al-wudhuh, yaitu kejelasan dalam hal ushul dan qawa'id, atau yang
berhubungan dengan sumber hukum dan tempat pengambilan hukum dengan manhaj dan sarananya. Kejelasan ini pula meliputi akidah, syariah, akhlak dan se bagianya, Keiujuh, menyatukan antara transformasi dan konsistensi, yaitu fleksibilitas
dan keluwesan ai-Islam dalam teknis penetapan hukum; sementara tsabat dalam hal sasaran dan tujuan, yaitu konsistensi sasaran serta tujuan al-Islam sebagai manhaj hidup manusia. Karakteristik-karakteristik
Islam
di atas memberikan alasan kepada
manusia untuk dapat menerima ai-Islam sebagai pegangan hidup, sekaligus merupakan alasan tepat untuk menolak orang yang tidak mempercayai al-lslam sebagai agama yang hak. Dari manapun logika man usia untuk mendeskriditkan (memojokkan) al-lslam maka manusia tidak akan menemukan kelemahan yang dapat menjatuhkan kebenaran al-Islam, Manusia yang berpegang teguh terhadap ai-islam dipastikan akan mendapatkan jalan untuk menuju kebahagiaan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Dengan demikian muslim yang dimaksud dalam tulisan ini adalah orang yang berpegang teguh terhadap prinsip-prinsip syar'i yang ditetapkan di dalam alIslam, serta
konsisten
melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, baik dalam
merealisasikan bentuk hubungannya dengan Allah sebagai Sang Pendpta; maupun dalam merealisasikan bentuk hubungannya dengan sesama makhluk Allah lainnya (dalam kehidupan sosial),
41
2. Anal< Yatirn
Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh salah satu atau kedna orang tnanya hingga anak tersebut mencapai kedewasaannya. Hasan Ayynb (1994:362) mengatakan bahwa anak yatim adalah "anak yang ditinggalkan ayahnya
sebelum mencapal kedewasaannya" Keyatiman seorang anak ditentukan oleh dna hal, yaitn ketiadaan orang dewasa yang terikat oleh garis keturunan dan bertanggung jawab terhadap perkembangan anak terse but -- Orang dewasa yang dimaksud adalah kedua orang tuanya, yaitu ayah dan ibunya; serta kedewasaan yang menandakan kemungkinan anak terse but dapat hidup mandiri. Secara fisik dan psikisnya seorang anak yatim tidak dapat melepaskan diri dari bantuan orang dewasa, baik bantuan terhadap perkembangan psikisnya atau bantuan
terhadap
kepemilikan
harta
kebutuhan benda)
fisiknya,
keadaan
Secara
materi
(kemampuan atau
seorang anak yatim ditentukan oleh
peninggalan orang tuanya, bila orang tuanya meninggalkan harta waris yang cukup untuk membekali kehidnpan anak tersebut, maka ia termasuk kepada anak yatim yang memiliki bekal untuk dapat bertahan dalam kehidupannya (survive) sementara, bila orang tuanya yang meninggal tidak memberikan harta waris yang cukup, maka anak yatim itu termasuk ke daJam kategori anak yang tidak memiliki bekal secara materi untuk dapat survive dalam hidupnya. Keadaan materi seperti apapun yang dimiliki oleh seorang anak yatim, ia senantiasa akan membntuhkan orang dewasa yang dapat membantunya untuk dapat bertahan dalam kehidupannya. Sebab secara psikis (mental) seorang anak yatim belum siap untuk menentukan garis kehidupannya sendiri,
42
3. Fakir Miskin Makna fakir dan miskin secara prinsip tidak memiliki perbedaan, tetapi keduanya dibedakan dengan sifat dari prinsip makna kedua kata tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Abu Hanifah bahwa fakir adalah orang yang tidak mempunyai harta sama sekali (dan karena keadaannya itu) ia tidak mampu memenuhi keperluannya sehari-hari (Daud Ali. dkk.. 1988:103). Sementara Mauloud Kassim Nait-Belkacern menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masakin adalah orang-orang yang membutuhkan karena persediaannya tidak cukup untuk dimaka selama setahun (AitafGauhar, 1983:67). Pada prinsipnya antara fakir dan miskin merniliki makna yang sama, yaitu menunjukkan status sosial seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk bersifat
primer. Dengan definisi terse but
memenuhi
kebutuhannya yang
kemiskinan
identik dengan keadaan tidak berbarta pada diri seseorang, atau
kemelaratan yang melekat pada diri seseorang sehingga ia tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang memiliki peluang untuk berkembang pada
anggota
masyarakat.
Perkembangan gejala kemiskinan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik infrastruktur maupun suprastruktur dari anggota masyarakat terse but. Semua komponen yang ada pada suatu masyarakat mempunyai peluang sebagai faktor yang dapat menumbuhkan gejala kemiskinan, Kemiskinan
sangat
berbahaya
begi
kelangsungan
kehidupan
bermasyarakat, sebab kemiskinan dapat menjadi faktor penyebab kerusakan pribadi seseorang, bahkan kemiskinan dapat merusak aqidah. Yusuf Qardawi (1982:25)
43
Kemiskinan merupakan bahaya besar terhadap kepercayaan agama, khususnya kemiskinan yang sangat parah, yang berada di hadapan mata orang-orang kaya yang egoistis. Sangat mengkhawatirkan lagi, kalau orangorang miskin itu tidak menentu pencahariannya, sedang pihak orang-orang yang kaya sarna sekali tidak mau mengulurkan bantuannya. Di saat itulah kemiskinan akan mengundang keraguan terhadap sunnatullah di atas dunia ini, serta dapat meuimbulkan kepercayaan terhadap adanya ketidakadilan dalam pembagian rezeki. Kemiskinan juga berbahaya terhadap etika dan moral, banyak orang miskin - lebih-lebih yang hidup di tengah-tengah kemewahan kehidupan orang kaya - yang meraskan kekecewaan dan keputusasaan sehingga mendorong mereka untuk bertindak dengan tindakan-tindakan yang tidak bisa di benarkan oleh budi luhur dan akhlak mulia; kemiskinan juga berbahaya bagi fikiran manusia, yaitu dapat merusak fikiran manusia karena keputusasaan dan kekecewaannya untuk tidak dapat memenuhi kebutuhau hidupnya; kerniskinan berbahayajuga untuk kehidupan berumah tangga dan berbahaya terhadap ketentraman kehidnpan bermasyarakat. Kemiskinan berbahaya bagi umat manusia baik bagi kehidupan pribadinya maupun
bagi kehidupan masyarakatnya. Perbedaan yang mencolok antara
kehidnpan orang-orang yang mampu dengan kehidupan orang-orang yang tidak mampu atau orang miskin akan menimbulkan gejala-gejala sosial yang negatif. Karena keputusasaan dan kekecewaan, orang-orang miskin akan berlakn nekad. OIeh karena ito dalam kehidupan bermasyarkat sangatlah dianjurkan untuk hidup saling berdampingan dan saling memberikan manfaat dari semua pihak, Berdasarkan uraian di atas, makna fakir miskin adalah status yang diberikan kepada orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari,
terutama
kebutuhannya yang bersifat primer, yaitn
kebutuhan terhadap makanan, tempat tinggal, pakaian, Keadaan demikian dapat membahayakan kehidupan umat manusia secara individu maupun dalam ruang lingkup kehidupan sosialnya.
44
B. Hak dan Kewajiban Muslim Manusia - sebagai makhluk yang memiliki peluang untuk menentukan masa depan kehidupannya - hidup dalam ruang lingkup dimensi komunikasi dua arah, yaitu hubungannya dengan Allah sebagai Tuhannya (hablul-minallah; dan, hubungannya dengan sesama manusia dalam ruang lingkup kehidupan sosial
(hablul-millatmas). Kedua dimensi komunikasi man usia terse but menggariskan ruang lingkup hak dan kewajiban yang hams ditunaikan oleh manusia tatkala ia menyadari statusnya di hadapan Allah; dan hak kewajiban yang hams ditunaikan manusia tatkala ia berkomunikasi dengan sesarna manusia dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat. Allahbukhsh K. Brohi, dkk. (1995:49) mengatakan bahwa: Islam sebagai agama yang diridlai Allah menempatkan kewajiban manusia muslim ke dalam kewajiban ganda yang hams ditunaikan, yaitu pertama, yang berhubungan dengan dirinya yang disebut huquq Allah atau hak-hak Allah; dan, yang kedua yang berkaitan dengan dunia ekstemal yang disebut huquq al-ibad, atau hak-hak masyarakat dalam dunia ekstemal dari penciptan Kewajiban manusia yang berhubungan dengan dirinya adalah kewajiban yang berkenaan dengan keharusan menunaikan syari'at yang ditetapkan oleh Allah bagi manusia, Tanggung jawab penunaian kewajiban ini langsung berhadapan dengan Allah, artinya konsekuensi kewajiban terse but diperhitungkan di hadapan Allah secara langsung. Sementara kewajiban yang berkenaan dengan keharusan manusia untuk menunaikan kewajiban syar'i yang berhubungan dengan kehidupan sosial, tanggung jawab penunaian kewajiban tersebut pada hakikatnya kepada Allah, namun harus melewati hak adami terlebih dahulu. Secara individual manusia memiliki kewajiban untuk melaksanakan segala perintab. dan larangan yang datang dari Allah dan disampaikan oleh Rasul-Nya.
45
Perintah dan larangan Allah bagi manusia meliputi tindakan dalam ruang lingkup aqidah, ibadah, syariah, akhlak dan mu'amalah. ditunaikan oleh manusia adalah keharusan
Esensi aqidah yang harus
manusia untuk menetapkan keyakinan terhadap ketunggalan Allah dalam Dzat, Sifat serta Af'al-Nya sebagai Tuhan satu-satunya yang layak untuk disembah. Tidak ada sekutu dan tidak ada tuhan yang kedua, ketiga dan seternsnya di sisi Allah. Manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk meyakini Ketuhanan Allah di balik kehidupannya. Hal ini didasarkan kepada kelebihan manusia yang diciptakan Allah dengan memiliki fitrah yang sud, yaitu fitrah untuk senantiasa menghadapkan dirinya kepada Allah sebagai Pencipta alam semesta. Firman-Nya dalsm Qs ar-Ruum ayat 30 menjelaskan sebagai berikut
"\ '" ~r;.-l\~3~'jW);~.y\;-)t.0-Gl~~~\~ (;~;--0:~~~i:, /'
/'
.,,;"'"
.,.
\
/'
/'
/
,'"
~
/'
/
/'
//
~
".-
//
/
/'
-s;' \ ~-yV-(J\~r::& cl) /
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah; (tetaplah atas) fttrah Allah yang telah mencipcakan manusla menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (1tulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahul (DEPAG. RI, 1990:645). Informasi yang hak berkenaan dengan kecenderungan fitrah mannsia untuk mengakui serta meyakini kcberadaan Allah di sisi kehidupannya diungkapkan di dalam
agama
yang
diridlai-Nya, yaitu
al-Islam.
Fitrah
manusia
adalah
kecenderungannya untuk menerima al-Islam sebagai agama yang hak dan agama yang diridlai Allah. Manusia lahir ke dalam kebidupan dunia ini dengan membawa
46
fitrah terse but, sebagaimana diungkapkan Rasulullah saw. dalam salah satu haditsnya berikun
t-~.
,.....,.....
"..
"Setiap bayl dl1allirkan
-(/..
/'
/'
j
-:. j
'G" '''(.i--r',(' \...~\\ \-;:'1, ,'" .'\'/ \~ ~ J\~J\ ~ ).ti'. J"IJ;v-:::: ~ oN.)' ).JlYU--
"/I'f<- ,:( "A~'f<.......-:;
daIam
".."
// / , " .
/'
~
keadaan sud (fltralJ). Kemudlan kedua
orangtuanyaloh menjadikannya seorang Yehudi, Nasranl atau Majusi." (H.R. Bukhari, dalam Insan yang Suci Konsep Fitrah dalam Islam, Yasien Muhammed, 1997:18) Yasien Muhammed (1997:19) menjelaskan
bahwa Abu Hurairah La.
mengatakan pengertiau lafadl fitrah yang ada pada Qs ar-Ruum ayat 30 dengan lafadl fitrah yang ada pada hadits tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu bahwa fitrah terkait dengan aI-Islam. Sebagaimana dijelaskan di dalam ayat tersebut bahwa fltrsh sebagai kebaikan sebab agama yang benar digambarkan sebagai fitrah Allah. karena fitrah dimasukkan ke dalam jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan di mana taubid menyatu dengan fitrah. Karena tauhid
menyatu pada fitrah manusia, maka para nabi datang untuk mengingatkan
manusia kepada frtrahnya, dan untuk membimbingnya kepada tauhid yang menyatu dengan sifat dasarnya. Ayat tersebut menggambarkan suatu fitrah yang telah ditanamkan oleh Allah dalam sifat dasar manusia, Ayat ini mengisyaratkan pesan kepasrahan esensial dalam Islam pada kehendak Allah yang telah diajarkan dan dilaksanakan oleh semua nabi. Fitrah manusia sebagaimana dijelaskan di atas menjadi bekal berharga untuk senantiasa berada pada jalan yang benar, Namun hidup manusla tidaklah sesederhana makhluk lainnya. Abdurrahman Habanakah (1998:33) menjelaskan bahwa;
47
Manusia memiliki kecenderungan-kecendurangan bawaan yang meliputi Insting biologis, syahwat, dan hawa nafsu, di mana insting, syahwat dan hawa nafsu terse but di bawah kekuasaan kehendak bebas. Manusiajuga dianugerahi akal pikiran sehingga ia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak baik, serta dapat mengarahkan keinginannya dan menggerakkan emosinya. Setiap saat keinginannya selalu dikendalikan oleh akalnya sehingga segala perkara terselesaikan dengan benar dan baik. Perilakunyapun menjadi istiqamah, Pada dasarnya keinginan manusia bergerak menurutu petunjuk pengetahuannya yang paling dorninan daJam jiwanya. Pengetahuan yang dominan dalam jiwa merupakan sekumpulan keyakinan hidup. Misalnya, mengapa rnanusia tidak meletakkan tangannya di atas api? Jawabannya adalah setelah manusia memiliki pengetahuan tentang api, maka pengetahuan tersebut mengarahkan kehendak manusia untuk mengambil sikap terhadap api, Jika sernua pengetahuan yang dominan melekat dengan mantap di dalam jiwa, maka hati manusia merasa tentram. Sega\a bentuk emosi akan dipengaruhi pengetahuan terse but dan manusia akan senantiasa membenarkannya. Sernua itu akan menjadi sebuah akidah yang mantap dan dominan di da!am jiwa man usia. Inilah yang lazim dinamakan iman. Keimanan manusia - ecbagaimana dijelaskan di atas - terkait dengan kecenderungan fitri manusia terhadap sesuatu yang haq, sehingga kecenderungan terse but akan menjadi keyakinan yang mantap di dalam jiwa manusia. Keyakinan inilah yang akan mendukung terhadap perwujudan perilaku manusia dalam ruang Iingkup ibadah, syari'ah, akhlak, dan mua'amalah. lbadah dengan landasan aqidah yang benar akan tertuju hanya kepada Allah
semata, tidak
ada
indikasi
lain yang mendorong manusia untuk
melaskanakan ibadah - baik mahdloh maupun ghair mahdloh - selain untuk mengharapkan keridlaan Allah demi kebahagiaan hidupnya di dunia maupun di akhirat. Begitu pula dalam syari'ah, akhlak, mu'amalah pelaksanaannya bertujuan hanya semata-mata untuk menunjukkan ketundukarrnya kepada perintah Allah. Semua tuntntan kewajiban manusia yang berhubungan langsung dengan Tuhannya memiliki dimensi sosial. Sehingga kewajihan tersebut berpengaruh terhadap kehidupan manusia
dalam masyarakatnya. Kewajiban individu yang
48
berdimensi sosial
tersebut
merupakan wujud hubungan manusia dengan
sesamanya di dalam kehidupan. Bila manusia tidak melaksanakan kewajibannya, maka bukan saja dirinya sendiri yang mendapatkan murka Allah, tetapi masyarakat yang berada di sekitarnyapun ikut merasakan akibat dari kelalaiannya untuk melaksanakan kewajiban individualnya. Misalnya dalarn tuntutan menunaikan kewajiban membayar zakat. Bila manusia tidak memperhatikan atau melalaikan kewajiban zakat, maka tidak hanya dirinya yang akan mendapatkan siksa dari Allah karena kelalaiannya tersebut, tetapi masyarakat yang berhak atas zakatnya itupun ikut merasakan akibatnya, yaitu dengan menderita kelaparan atau kemelaratan. Akibatnya
secara makro akan dirasakan oleh seluruh masyarakat dengan
tumbuhnya kemiskinan pada masyarakat tersebut. Bila kerniskinan telah menimpa mayoritas anggota masyarakat, maka ketentraman hidup bermasyarakat akan terganggu. Oleh
karena itu, ai-islam mengatur perikehidupan manusia dengan
sedemikian mpa, dari mulai permasalahan yang kecil sampai kepada permasalahan besar yang akan dan atau dihadapi oleh manusia, Sebagiamana permasalahan etika yang diungkapkan Rasulullah saw. dalam salah satu haditsnya menggambarkan betapa perilaku manusia dituntun kepada perilaku untuk menciptakan ketentraman dan keharmonisan hubungan man usia dalam bermasyarakat. Sabdanya:
49
Hak seorang muslim dari muslim lainnya meliputi enam hal berikut: bila kamu bertemu dengan muslim yang lain, maka ucapkanlah salam kepadanya; bila ia mengundang kamu maka hadirilah undangan itu; bila ia meminta nasihat berilah ia nasihat, bila ia bersin lalu memuji Allah maka do'akanlah dia; bila ia sakit maka tengoklah ia; dan, bila ia meninggal maka hantarkanlah sampai ke kuburnya. (H.R. Riwayat Muslim, dalam Subulussalam.juz Ill, tt, 148). Demikianlah al-lslarn memperhatikan hak dan kewajiban umat manus ia dalam kehidupannya, baik kewajiban yang bersifat individual maupun kewajiban yang bersifat sosial. Semua tuntutan kewajiban tersebut bersumber kepada tujuan yang sama, yaitu untuk menciptakan ketentraman dan keharmonisan kehidupan manusia dalam lingkungan sosialnya. Berdasarkan uraian di atas, kewajiban umat manusia terkonsentrasi ke dalam dua kategori, yaitu kewajiban individual yang meropakan wujud hubungan manusia dengan Tuhannya; dan, kewajiban individual yang memiliki dimensi sosial, yaitu kewajiban yang merupakan wujud dari hubungan manusia dengan sesarnanya. Kewajiban individu sebagai wujud hubungannya dengan Tuhannya meliputi segala tindakan yang berkaitan dengan keharusan melaksanakan perintah dan larangan Allah swt. Perintah dan larangan terse but meliputi lima bagian, yaitu aqidah, ibadah, syari'ah, akhlak, dan mu'amalah. Kelima bagian kewajiban manusia terse but memiliki dimensi sosial yang berlmbungan dengan kehidupan manusia dalam masyarakatnya. kewajiban
individu
yang
memiliki
Salah satu
dua dimensi adalah kewajiban untuk
memperhatikan kondisi kehidupan di dalam lingkungan hidupnya, terutama perhatian
terhadap
saudaranya yang
kurang beruntung dalam menjalani
50
kehidupan, yaitu rnereka orang-orang yang lernah yang tidak rnerniliki kernarnpuan untuk rnernenuhi kebutuhan hidupnya, baik pisik rnaupun psikisnya. Keadaan rnasyarakat secara sunnatullah ditetapkan berbeda dalarn status dan perannya di dalarn rnasyarakat tersebut. Perbedaan status dan peran ini ditentukan ke dalarn dua kategori, yaitu kelornpok orang-orang yang rnarnpu secara pisik dan psikisnya; dan kelompok orang-orang yang tidak rnampu secara pisik dan psikisnya. Hubungan kedua kelompok status rnanusia dalarn kehidupan bermasyarakat
ini bersifat
saling
rnernbutuhkan.
Keduanya
hams dapat
rnenernpatkan diri serta rnernaharni hak dan kewajibannya. Keharrnonisan kedua keJornpok
ini
akan
rnenciptakan
kedarnaian
serta
ketentrarnan
hidup
berrnasyarakat. Ketidakrnampuan sekelompok urnat rnanusia secara pisik dan psikis ditandai dengan ketidakmarnpuan rnereka untuk rnernennhi kebutuhan pokok dalarn hidupnya. Fakir rniskin serta anak yatirn adalah salah satu wujud keiornpok umat rnanusia yang tidak rnemiliki kernarnpuan secara pisik dan psikis dalam mernenuhi kebutuhan hidupnya. Kernampuan dan ketidakmampuan dalarn mernenuhi kebutuhan hidupnya diukur berdasarkan bisa atau tidaknya seseorang untuk memenuhi kebutuhan baik untuk dirinya sendiri rnaupun untuk keluarganya. Orang yang berstatus miskin tidak memiliki kernand irian untuk dapat rnernennhi kebutuhan hidupnya, ia senantiasa bergantung kepada orang lain. Penyebab keadaan demikian dapat terjadi dari faktor intern atau ekstern. Faktor intern adalah penyebab yang timbul dari dalam diri orang terse but yang berupa sifat malas, apatis (putus asa), tinggi hati dan berbagai sifat tercela Jainnya; sementara faktor ekstern adalah penyebab
51
yang muncul dan luar diri manusia, yaitu dari lingkungan masyarakatnya yang tidak perduli terhadap keadaan di sekelilingnya. Akan tetapi bagi anak yatim faktor penyebab ketidakmampuannya muneul dari dalam dirinya, sebab seorang anak yatim adalah seorang anak yang masih mernbutuhkan bimbingan serta binaan orang dewasa sampai ia mencapai kedewasaannya, memiliki atau tidak memiliki harta. Dengan demikian kewajiban umat manusia - umat muslim pada khususnya - merupakan repleksi dari dua dimensi hubungan kehidupan manusia di dunia, yaitu dimensi
hubungannya dengan Allah se bagai Tuhannya yang melahirkan
kewajiban bersifat individual; dan dimensi hubungannya dengan sesama manusia dalam ruang lingknp kehidupan bermasyarakat yang melahirkan kewajiban atau tanggung jawab sosial bagi setiap individu. Salah satu kewajiban yang berdimensi sosial, yang perlu diperhatikan oleh umat manusia - terutama bagi mereka yang tergolong kelompok orang yang mampu - adalah fenomena kemiskinan dan keharusan memelihara anak yatim, Perhatian mereka terhadap kelompokyang tidak mampu akan mengantarkan kepada terciptanya masyarakat yang harmoni dan damai.
C. Bentuk-bentuk kepedulian seorang Muslim terhadap Anak Yatim
dan Fakir Miskin Manusia pada dasarnya diwajibkan untuk mempersiapkan dirinya agar hidup yang wajar, sesuai dengan keadaannya, sehingga ia siap menghadapi tantangan hidup dengan sendirinya dan terhindar dari kerniskinan, sebagaimana al-lslam menempatkan manusia untuk dapat hidup mandiri dalam menghadapi
52
segala tantangan hidup, sehingga ia dapat dengan tentram melaksanakan segala perintab dan larangan Allah swt. YusufQardawi (1983:61) menegaskan: Islam menyatakan perang terhadap kemiskinan, dan berusaha keras untuk membendungnya, serta mengawasi kemungkinan yang dapat menimbulkannya, guna menyelamatkan aqidah, akhlak dan laku perbuatan, memelihara kehidupan rumah tangga, dan melindungi kestabilan dan ketentraman masyarakat, di samping mewujudkan jiwa persaudaraan antara sesama anggota masyarakat. Karena itu, Islam mengharuskan setiap individu mencapai taraf hidup yang layak di dalam masyarakat, yaitu ia memliki ala kadarnya sarana-sarana bidup yang primer. Secara umum setiap individu wajib mempersiapkan dirinya untuk hidup yang wajar, sesuai dengan keadaannya. Sehingga dengan tentram ia dapat melaksanakan perintah-perintah Allah, sanggup menghadapi tantangan hidup, mampu meJindungi dirinya dari bahaya sengsara, hina, payah dan miskin. Yang menjadi pokok bagi setiap individu muslim adalah kewajibannya untuk
berusaha
membekali
kebidupannya
sendiri,
sebab
al-Islam tidak
memperkenankan umatnya untuk bidup dalam kelalaian dan kemalasan. Al-lslam menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki kernampuan nntuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri maupnn bagi masyarakatnya. Kemampuan inilah yang barns dijadikan modal oleh setiap individu manusia. Sekalipun masih banyak kemungkinan yang dapat menimbulkan fenomena kemiskinan dalam masyarakat, namun al-Islam tetap memberikan jalan keluar untuk terhindar dari fenomena tersebut. Tnmbuhnya
kemiskinan - sebagairnana telah disinggung di atas -
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara intern atau ekstern. Faktor-faktor tersebnt yang dapat menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya
dalam
hidup,
terntama
kebntuhan
yang
bersifat primer.
Ketidakmampuan individu nntuk memenuhi kebutuhan hidup bersumber kepada ketidakmampuan
secara
pisik
dan
ketidakmampuan
secara psikis, yaitu
53
ketidakmampuan yang berhubungan erat dengan kondisi jasmani setiap individu. Mereka
adalah anak kecil atau orang yang sudah mencapai lanjut usia.
Ketidakmampuan psikis berkaitan erat dengan ketidaksiapan mental individu dalam menghadapi tantangan hidup. Mereka adalah anak kecil dan orang-orang yang mentalnya jatuh karen a sebab tertentu. AJ-Islam sangat rnemperhatikan keadaan mereka yang tergolong kepada kelompok yang tidak mampu, baik secara pisik maupun secara psikisnya. Salah satu bentuk perhatian al-lslam terhadap anggota masyarakat tersebut adalah dengan diwajibkannya zakat disunnatkanya infaq serta shadaqah kepada umat muslim yang mampu. Kemampuan seorang muslim untuk menunaikan kewajiban zakat
dan
melaksanakan
snnnah
infaq
serta shadaqah ditandai dengan
kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya. Kewajiban zakat serta anjuran untuk melaksanakan infaq dan shadaqah esensinya adalah suatu perbuatan
tersebut
perbuatan yang dipandang bajik di sisi Allah, sebab
berangkat dari keimanan individu kepada Allah yang
implementasinya mengandung dlmensi individual dan dimensi sosial Allah berfirman dalam Qs al-Baqarah ayat 177:
54
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat: dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka irulah orang-orang yang bertakwa (DEPAG. RI, 1990:43).
Kepedulian seorang muslim terhadap anggota masyarakat yang miskin serta anak-anak yatim bisa dilakukan secara individul dan secara kolektif. Secara individual merupakan manifestasi dad anjnran melaksanakan infaq dan shadaqah; sementara
secara kolektif dapat merupakan wujud kewajiban zakat yang
ditetapkan kepada muslim yang mampu, 1. Bentnk
kepedulian muslim secara ip':!ivirlu terhadap anak yatim dan fakir
miskin a. Bentuk kepedulian Muslim secara Individu terhadap AnakYatim Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa anak yatim adalah seorang anak yang belum dewasa dan telah ditinggal oleh kedua atau salah satu dari orang tuanya. Indikator keyatiman seseorang adalah kesiapan serta kesanggupannya untuk hidup mandiri (dewasa), sehingga ia dapat bertahan dalam hidupnya atau dapat mendistribusikan harta peninggalan orang tuanya dengan baik dan benar. Allah berfirman dalam Qs an-Nisa ayat 6,
...
,.
,.
~d:'_ . .:\\ \~~\; (. '::;')~\'-' .-: .j ' \..... "... r'-.-,J /
,.,,.,.
//
;\..
J
)
··l~'-.:J\\·J,F\~6:'J\\'\'Y r C J. • ~'-'
)
/
.
Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu meraka telah cerdas (panda; meme/ihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya... (DEPAG. RI., 1990: 115)
ss
Kewajiban seorang muslim tatkala menghadapi anak yatim, baik yang memiliki harta warisan maupun yang tidak memilikinya adalah memclihara mereka sebagaimana mestinya memelihara keluarganya sendiri, Hasan Ayyub (1994:363) menje1askan: Mengurus anak yatim itu mencakup segala keperluan yang dia lakukan seperti yang diperlukan anak-anak lain yang seusianya, termasuk mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu yang harus dia ketahui. Terrnasuk juga mengajarinya dengan keterarnpilanketerampilan untuk mampu berkarya dan bekerja yang menghasilkan produk untuk bekal hidupnya yang baik. Menyekolahkaunya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi jika mungkin, terutama jika dia seudiri mempunyai harta kekayaan warisan orang tuanya. Mengurus dan menjamin anak yatim juga termasuk menjaga dan menumbuh kembangkan hartanya (jika dia punya) dan tidak boleh (haram) mernboroskan penggunaannya. Bentuk kepeduliannya adalah dengan memberikan pembinaan baik secara formal
maupun
informal.
Pembinaan
terse but
ditujukan
untuk
mendewasakan anakyatim tersebut sehingga ia mampu hidup mandiri dan dapat mendistribusikan harta bend a peninggalan orang tuanya, Pembinaan serta birnbingan seorang muslim terhadap anak yatim bertitik tolak dari kesiapan untuk hidup mandiri, oleh karena itu seorang anak yatim membutuhkan birnbingan mengenai kehidupan, baik kehidupan individualnya maupun kehid upan sosialnya, Sehingga anak yatim tersebut tumbuh menjadi individu manusia yang sempurna, yaitu individu yang marnpu
menjalankan
kehidupan dalam merealisasikan hubungannya
dengan Sang Khaliq dan hubungannya dengan sesarna makhluk. Pendidikan merupakan kewajiban pokok bagi setiap muslim dalam mengurus serta memelihara anak yatim, baik dilakukan secara individual maupun secara kolektif. Pendidikan yang diberikan kepada mereka lebih
56
berorientasi kepada pembinaan pribadi anak-anak yatim dengan tujuan untuk mempersiapkan anak-anak yatim tersebut menjadi manusia-manusia dewasayang siap untuk menghadapi tantangan hidup.
)1 4382
b. Bentuk Kepedulian Seorang Muslim secara lndividu terhadap Fakir Miskin Fakir miskin
sebagaimana dijelaskan Abu Hanifah pada penjelasan
sebelumnya adalah orang yang tidak mempunyai harta sama sekali (dan karena keadaannya itu) ia tidak mampu memenuhi keperluannya seharihari, Ketidakmampuau seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarganya sangat ditentukan
oleh
kemampuannya
dalarn
mengembangkan
setiap
kesempatan dengan cara yang baik dan benar menurut uknran agama, Secara fisik orang miskin dapat terbagi menjadi orang miskin yang kuat serta mampu melaksanakan segala aktivitas hidupnya; dan orang miskin yang sama sekali tidak mampu dan dalam keadaan lemah untuk berusaha dan beraktivitas dalam hid upnya. Perbedaan kondisi fisik yang terdapat pada orang miskin menuntut kesadaran umat muslim yang mempunyai kelebihan harta benda, Seorang muslim yang mampu dituntut untuk mengeluarkan sebahagian harta bendanya untuk diberikan kepada orang-orang yang miskin. Distribusi harta dapat dilakukan secara individu yang langsung diberikan kepada mereka yang membutuhkan, Bentuk kepedulian ini bisa dilakukan dengan mernbuka peluang atau kesernpatan usaha bagi orang miskin yang memiliki kemampuan untuk
rnelakukan aktivitas hidupnya; sementara
bentuk kepedulian seorang muslim terbadap orang miskin yang lemab
57
dapat dilakukan dengan cara memberikan biaya penampungan dipantipanti jornpo, atau dengan cara memberikan biaya kepada orang yang mau memberikan pelayanan kepada orang miskin tersebut. 2. Bentuk Kepedulian Muslim secara Kolektif terhadap Anak Yatim dan Fakir Miskin Harta yang terkumpul dari zakat, infaq serta shadaqah yang ditunaikan oleh sekelompok muslim yang mampu merupakan potensi yang berkompeten untuk mengentaskan kemiskinan
dan anak-anak terlantar dalam masyarakat.
Pendistribusian zakat, infaq serta shadaqah dapat dilakukan secara kolektif dalam lembaga yang merniliki kompetensi untuk merealisasikan distribusi zakat, infaq serta shadaqah. Pendistribusian zakat, infaq serta shadaqah tidak hanya diberikan langsung kepada fakir miskin atau auak-anak terlantar demi untuk memenuhi kebutuhannya saat itu, akan tetapi terlebih lagi pendistribusian tersebnt harus berorientasi kepada pembinaan, sehingga masyarakat tidak mampu dapat berusaha mandirl. Bentuk pelayanan lembaga tersebut dapat berupa penciptaan peluang kerja atau pembinaan mental untuk membentuk pribadi-pribadi yang siap dalam menghadapi tantangan hidup, sehingga mereka dapat menciptakan peluang kerja sendiri sebagai lahan usahanya. Sementara benrtuk pelayanan terhadap kaum miskin yang lemah secara fisik (yaitu mereka yang telah lanjut usia) dengan menyediakan sarana dan prasarana berupa panti jompo yang dibentuk secara manusiawi sesuai dengan kode etik yang ditetapkan oleh aI-Islam. Berbeda
dengan
bentuk kepedulian terhadap fakir miskin, berrtuk
keped uJian terhadap anak yatim - yang tergolong kepada kelompok anak yatim
58
yang mewarisi harta kekayaan orang tuanya - bertitik tolak dari keadaan anak yatim yang belum slap secara psikis untuk mengelola hartanya. Secara kolektif umat muslim dapat menampung anak-anak yatim dengan menyediakan sarana prasrana yang sesuai dengan tingkat perkembang anak yatim tersebut. Sarana dan prasarana tersebut dapat berbentuk lembaga pendidikan yang siap membina serta membimbing anak-anak yatim untuk menjadi manusia dewasa dan mampu hidup
mandiri, Demikianlah bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap sebagian anggota masyarakat yang tidak mampu, yaitu mereka yang tergolong kepada kelornpok fakir miskin dan anak-anak yatim. Pada dasarnya bentuk kepedulian tersebut adalah sarna, yaitu berorienrasi kepada pembinaan pribadi untuk membentuk dan mempersiapkan mental mereka dalam menghadapi tantangan hidup. Kesamaan bentuk tersebut didasarkan kepada keadaan ketidakmampuan sebagian anggota masyarakat tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan secara pisik atau secara psilds (mental). Tetapi dalam cara atau realisasi bentuk kepedulian tersebut akan berbeda sesuai dengan objeknya.
BAB IV ANAUSIS PENDlDlKAN DARI QS AL-MAUN AYAT 1-3 TENTANG BENTUKBENTUK KEPEDULIAN SEORANG MUSUM TERHADAP FAKIR MISKIN DAN ANAKYATIM
A.Analisis Pendidikan terhadap Esensi Qs AI-Maun Ayat 1-3 1. Pengakuan terhadap kebenaran agama (ad.dien) harus keyaklnan dan tindakan Ilyala;
Kerangka hidup
tereaiisasi dalam
manusia secara universal berdasar kepada 3 (tiga) hal,
pertama, dalam hidupnya manusia hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan
dan pencapaian cita-citanya, Kebahagiaan dan ketenangan merupakau suatu warna khusus di
antara warna-warua kehidupan yang diinginkan oleh manusia, yang
dinaungannya ia berharap menemukan kemerdekaan, kesejahteraan, kesentosaan, dan lain-lain; kedua, perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh manusia senantiasa berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu. hal ini disebabkan karena manusia yang mempunyai akal hanya melakukan sesuatu setelah ia menghendakinya. Perbuatannya itu berdasarkan kehendak jiwa yang diketahuinya dengan jelas. Pada sisi lain, ia hanya melakukan apa pun demi dirinya sendiri, yakni ia merasakan adanya tuntutan-tuntutan hidup yang hams dipenuhinya, kemudian berbuat untuk memenuhi tuntutan-tuntutan itu untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu antara semua perbnatannya itu ada suatu tali kuat yang menghubungkan sebagiannya dengan yang lain; ketiga, jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan bidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan ernosi-ernosi dan dorongan-dorongan
individual
atau
sosial.
jalan
fitrah inilah yang dapat
menghantarkan manusia untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.
58
59
Kerangka hidup manusia di atas memberikan penegasan bahwa hidup manusia memiliki tujuan yang pasti, Sesuai dengan kemainpuan manusiawinya manusia dapat menentukan
arah dan tujuan hid up, akan tetapi tnjuan hidup
tersebut belum tentu sesuai dengan jalan yang benar. jalan benar yang dimaksud adalah jalan yang sesuai dengan kehendak Sang Pencipta, yaitu Allah swr. oleh karena itu kernampuan manusia untuk menentukan arah serta tujuan hidupnya harusJah berdampingan dengan petokan-patokan yang lahir dari
agama yang
diridlai-Nya,
Dasar penetapan kebenaran agama bagi manusia, salah satunya adalah kejelasan ajaran yang dikandung oleh agama terse but. Ditinjau dan sudut pandang apapun agama dapat menjelaskan segala permasalahan yang dipertanyakan oleh manusia, sehingga dengan
kejelasan tersebut manusia akan menerima agama
dengan keyakinan yang mantap, Dimensi
ruhani manusia membutuhkan bahan konsumsi yang dapat
memuaskannya. Itulah karakter manusia yang secara legis memiliki kecenderungan untuk
mengetahui
segala
sesuatu,
sehingga
tatkala
akal manusia mulai
mempertanyakan siapa pencipta dirinya, agama harus dapat menjawab sesuai dengan kemampuan akan menerima jawaban atau penjelasan yang diberikan oleh agarna,
Al-lslam
dengan segala solusi yang dikandung di dalamnya dapat
mernberikan jawaban secara rnemuaskan bagi kebutuhan manusia terhadap segala pengetahuan yang diinginkannya. Akidah atau
segala sesuatu yang berkenaan dengan Sang Pencipta
diterangkan dengan jelas di dalam ajaran al-lslam: mu'amalah yaitu segala sesuatu peraturan yang
berkenaan dengan kehidupan sosial manusia diterangkan pula
6lJ
dengan jelas di dalam ajaran ai-Islam; menyangkut
sendi-sendi
kehidupan
begitu pula dengan hal-hal lain yang
manusia,
baik yang berkaitan dengan
permasalahan antara manusia dengan Penciptanya maupun permasalahan antara manusia dengan sesarna makhluk Allah yang lain. Kesadaran
manusia
terhadap
keharusan
beragama
berangkat
dari
kehendaknya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup - sebagaimana diuraikan di atas, Kebahagiaau hidup akan tercapai manakala inanusia dapat memenuhi kehidupannya
dengan
segenap
peraturan yang meruanglingkupi kebutuhan
hidupnya - baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan sosialnya, Oleh karena itu dalarn hidup bermasyarakat akan tercipta segala peraturan yang menempatkan manusia sebagai sui:>jek bagi peraturan terse but. sehingga satu sama lain benar-benar dapat menempatkan dirinya sesuai dengan tugas dan perannya. Peraturan hidup yang dapat benar-benar dijalankan oleh manusia adalah peraturan hidup yang keluar dan otoritas yang paling tinggi, yaitu otoritas yang tidak memiliki peluang untuk dibantah. Otoritas paling tinggi akan bermuara kepada Sang Pencipta, oleh karena itu, hanya aturan Sang Penciptalah yang benarbenar dapat mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidupnya. Al-Islam adalah segenap peraturan hidup maunsia yang diturunkan Allah. ajaraunya tidak menghendaki kepura-puraan (kemunafikan) dalam mengakui serta meyakini kebenaran al-lslam sebagai pedoman hidup, sehingga menuntut manusia untuk melaksanakan ajar an al-Islam secara menyeluruh, baik dalarn keyakinan maupun dalam realisasinya. Keimanan dan amal shaleh merupakan dua konsep yang diaiukan oleh al-Islam untuk difahami dan dilaksanakan oleh manusia, bila kedua
61
konsep ini dijalankan maka dengan kepastian yang tingkat validitasnya tidak diragukan lagi, manusia akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Pengakuan terhadap kebenaran suatu agama tidak hanya cukup pengakuan dalam hati saja, tetapi pengakuan haruslah terurai dalam konsep iman dan amal shaleh, yaitu pengakuan yang berwujud keimanan dan pengamalan keimanan tersebut dalam kehidupan individualnya dan dalam kehidupan sosialnya. Dua kepentingan
hidup
yang mengiringi kehidupan manusia, yaitu
kepentingan individu dan kepentingan sosial. keduanya tidak dapat dipisahkan satu sarna lainnya. Agama haruslah terrealisasi antara kehidupan individu dan kehidupan sosial.
2. Salah satu tindakan n)Uta tersebut adalah perduli terbadap keadaan lingkungan sosial Umat manusia, terutarna mereka yang termasuk ke
dalam golongan
muslimin sudah seyogianya memiiiki kepekaan did dalam merealisasikan dna kepentingan hidupnya, Secara individu, ia dituntut untuk dapat menegakkan tuntutan manusiawinya, yaitu
melaksanakan tujuan hidup manusia yang telah
digariskan Allah bagi kehidupannya. Tuntutan pelaksanaan tujuan ini merupakan sarana bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang dicita-eitakannya. Seorang muslim adalah orang yang telah memploklamirkan dirinya untuk berpegang teguh kepada agama Allah. Dengan kesadarannya seorang muslim akan rela untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhkan diri dari segala perbuatan yang dilarang oleh Allah. Perintah dan larangan Allah meliputi segala kegiatan hidup manusia, baik yang berkaitan dengan kehidupan individu maupun yang berkaitan dengan kehidupan sosial. secara umum aturan tersebut meliputi aktivitas ibadah, aqidah,
62
rnu'arnalah, dan akhlak, Tatkala Adam diperintahkan untuk menghuni bumi Allah, setelah taubatnya diterima, Allah memberikan dua wasiat yang harus menjadi perhatian setiap keturunan Adam as., wasiat tersebut digambarkan dalam firman Allah Qs al-Baqarah ayat 36-37 berikut:
*0'j;;;~YJ~ ./
Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surge itu dan dikeluarkan dari keadaan semula. Dan Kami berfirman: Turunlah kamu ! sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Malta Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami berfirman: Turunlah kamu semua dari surga itul Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dua wasiat Allah kepada Adam (dan keturunannya) sebagaimana termaktub dan tersirat dalam rangkaian ayat terse but di atas adalah, pertama kondisi so sial yang pasti dihadapi oleh manusia; dan, kedua sarana yang dapat menyelamatkan manusia
dari bahaya permusuhan serta kesesatan diri tatkala menjalankan
kehidupan di dunia, yaitu petunjuk Allah tentang hidup manusia. Kehidupan sosial adalah bentuk kehidupan yang tidak dapat dihindarkan oleh manusia, sebab manusia satu sama lainnya saling membutubkan dan dapat saling memberikan manfaat. Seorang muslim hams menyadari bahwa dirinya tidak akan mampu bertindak sendiri tanpa ada pihak lain, ia harus menyadari bahwa
63
dirinya adalah salah satu anggota dari lingkungan sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, ia harus menyadari dan peka terhadap situasi serta kondisi lingkungan sosialnya,
Seorang muslim - seperti telah diuraikan sebelumnya - adalah man usia yang telah dengan sadar dan relah untuk menerima segala perintah dan larangan Allah berkenaan dengan setiap sendi keidupan, Bila seorang muslim benar-benar berada dalam karakternya maka ia akan rnemiliki tingkat kepekaan yang sangat tinggi terhadap kondisi lingkungan soial di sekitarnya, Ia tidak akan membiarkan tetangganya menangis kelaparan, atau ia tidak akan mem biarkan tetangganya terlunta-Iunta tanpa mempunyai tempat untuk berlindung; ia tidak akan tega melihat anak-anak yatirn terlantar. Berapapun kekayaan yang ia miliki tentu ia akan hidangkan dalam kebersamaan bersama mereka yang tidak pernah mempunyai kesempatan untuk menikmati kehidupan seperti yang tengah ia jalani. Dengan demikian, pengakuan terhadap kebenaran agama harns terakumulasi antara pengakuan atau keimanan dengan amal shaleh. Aktualisasi dari hal tersebut melipui ibadah secara individu maupun ibadah sosialnya, yaitu dalam bentuk memperdulikan lingkungan sosial di sekitarnya dengan memberikan perhatian dan bantuan sesuai degnan kemampuan masing-masing. 3.
"~jud kepedulian
sosial adalah dengun membanllJ anak ){Ilim dan jiJkir miskin
Lingkungan sosial adalah individu-individu yang hidup bersama dalam satu wilayah tertentu,
di
mana
masing-masing individu dapat mengambil dan
memberikan manfaat satu dengan yang
lainnya. Lingkungan terdekat adalah
keluarga di mana sekelompok individu menempati rumah tinggalnya; setelah itu adalah tetangga di sekitar rumah tinggal terse but.
Sebagai seorang muslim sudah seyogianya menyadari bahwa kondisi kehidupan setiap individu tidaklah sarna, dari sudut pandang manapnn setiap individu manusia memiliki perbedaan dan memiJiki kekhasannya masing-masing. Dalam hal kemampuau material (harta benda) satu sama lain tidaklah sama. Sebagian di antara manusia ada yang termasuk ke dalam golongan orang mampu, mereka adalah yang disebut orang kaya (agnrya); sebagian termasuk ke dalam golongan cnkup marnpu mereka adalah orang yang berada di antara mampu dan tidak mampu; sebagian orang termasuk ke dalam golongau tidak mampu, yaitn mereka orang-orang fakir dan miskin. Indikator mampu atan tidaknya seseorang dalam kategori di atas adalah kemnngkinan untuk dapat rnemenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Orang yang mampu atau lebih adalah orang yang memiliki kesempatan dan kelebihan dalam mernenuhi kebntuhan hidupnya; sementara orang yang tidak mampu adalah orang yang sama sekali tidak memiliki kesempatan atau peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketidakmampuan sese orang dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat dibagi ke dalam dua kategori, pertama dilihat dari segi fisik; dan, kedua dilihat dari segi peluang. Kelamahan fisik dapat mengakibatkan seseorang tidak memiliki kemarnpnan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor usia. cacad fisik dan sebagainya. Sementara tidak memiliki peluang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, terutama faktor lingkungan di mana seseorang tidak
memiliki kemampuan
lingkungan sekitarnya.
untuk
mengimbangi perkembangan kehidupan
65
Seorang muslim memiliki tanggung jawab sosial yang diatur dalam undangundang tertulis, di mana setiap individu berkewajiban untuk menyisihkan sebagian rezeki yang telah diberikan Allah kepadanya. Tuntutan ini memiliki konsekuensi pahala yang tidak sedikit dari Allah, bahkan ia akan dilipatgandakan sampai 700 kali lipat. Betapa tidak individu-individu mnslim ditantang nntuk dapat mengaJahkan hawa nafsunya dalam menguasai harta benda yang justeru cenderung labih menggiring manusia berpaling dari undang-undang Allah. Tanggung jawab sosial dapat diberdayakan secara individu maupun secara kolektif, sehingga esensi perintah Allah untuk memperhatikan kondisi lingkungan sosial di sekitcmya benar-benar dapat menciptakan masyarakat manusia yang tenteram dan sejahtera terbebas dari penderitaan kemiskinan.
B. Bentuk-bentuk Kepedulian Muslim terhadap Anak Yatirn dan Fakir Msikin Ketentuan undang-undang Allah dalam al-Islam berkenaan dengan kewajiban muslim terhadap Iingkungan sosial berangkat dari prinsip rasa kebersamaan yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim, sehingga Rasulullah saw. pernah menyampaikan pesan kepada umatnya bahwa seseorang tidak dikatakan beriman sampai ia menyayangi saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri (H.R. Bukhari). Rasa kebersamaan yang dianjurkan Rasul di antara sesama dianalogikan dengan rasa kebersamaan anggota badan, manakala bagian tangan menderita sesuatu maka anggota badan yang lain akan merasakan penderitaan tersebut. Begitulah seharusnya persaudaraan di antara umat manusia, sehingga akan tercipta suasana yang memberikan ketentraman dan kesejahteraan.
66
Bila ditinjau dari sudut pandang subjek atau muslim yang mampu, maka bentuk kepcdulian seorang muslim terhadap sesamanya yang kurang beruntung terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1. Batuan Perorangan Bantuan perorangan yaitu seorang muslim yang memiliki kelebihan harta benda
dan memiliki kemampuan serta kesempatan untuk dapat
mengelola dan
mendistribusikan bantuannya langsung terhadap orang yang mernbutuhkan nluran tangannya. Teutunya bentuk bantuan terhadap anak yatim akan berbeda dengan bentuk bantuan terhadap orang mislcin. a. Bentuk Bantuan terhadap Anak Yatim Bantuan yang diberikan kepada anak yatim dari seorang muslim yang merniliki
kesernpatan
dan
kernampuan
dapat
dilakukannya
dengan
memelihara anak yatim terse but. Bantuan yang paling pokok bagi anak yatim
adalah pendidikan, agar anak tersebut tidak terjebak dalam kebodohan. Bila dilihat dari sudut pendidikan maka tanggung jawab muslim terse but terhadap anak yatim sama halnya dengan tanggungnya terhadap anaknya sendiri, yaitu kewajibannya
untuk
menjaga diri serta keluarganya dari api neraka
(ketercelaan). Bila ia tidak rnemiliki kesempatan untuk melakukannya sendiri maka
ia
dapat mengeluarkan sebagian harta bendanya untuk dapat
memberikan bantuan (dalam masalah pendidikan) dapat dilakukan dengan cara
mernberikan
beasiswa atau biaya pendidikan di suatu lembaga
pendidikan tertentu yang dapat mengarahkan anak terse but terhindar dari api neraka (ketercelaan),
SJ
b. Bantuan terhadap Fakir Miskin Bantuan pribadi terhadap peluang
arau
kesempatan
fakir miskin adalah dengan cara mernberikan kepada mereka,
sehingga mereka dapat
melaksanakan kegiatan yang dapat memberikan biaya hidupnya. Berilah mereka kail janganlah mereka diberi ikannya, ituJah barangkali pepatah yang cocok bagi muslim yang mampu dalam memberikan bantuan terhadap fakir miskin. Lain halnya bagi seorang muslim yang tidak mampu tetapi merniliki kesempatan untuk memelihara anak yatim yang memiliki harta peninggalan orang tuannya khususnya, mereka dibolehkan untuk memberdayakan harta tersebut sampai anak yatim itu dewasa, dengan syarat tidak untuk menguasai harta anak yatim terse but. 2. Bantuan Kolektif Bantuan kolektif yaitu bantuan yang diberikan oleh umat muslim yang diperuntukkan bagi keperluan sosial, di mana bantuan tersebut diatur oleh suatu lembaga yang dibentuk berdasarkan kesepakatan sesama umat muslim. Dana yang terkumpul bisa hasll dari pengumpulan barta yang bersifat wajib seperti zakat, atau dari infaq dan shadaqah, Di Indonesia hsl ini telah dilakukan, yaitu dengan dibentuknya Badan Amil Zakat (BAl) atau lembaga Baitul Maal. Lembaga-lembaga inilah yang mendistribusikan dana bantuan yang diberikan oleh umat muslim. Bentuk lain yang dapat dilakukan oleh umat muslim dalam mengkolektiflcan bantuannya terhadap anak yatim dan fakir miskin adalah dengan membentuk
68
suatu lembaga sosial yang dapat menampung mereka. Lembaga-Iembaga tersebut bisa menggunakan bendera pendidikan, usaha, dan sebagainya. Ditinjau dari sudut pandang subjek atau mereka yang mernbutuhkan bantuan hentuk kepedulian muslim terhadap sesamanya, terutama anak yatim dan fakir miskin dapat dikategorikan ke dalam dua kategori herikut: 1. AnakYatim dan Fakir Miskin yang Lemah secara Fisik
a. AnakYatim Lemah secara fisik bagi anak yarim adalah ketidakmampuan mereka untuk memenuhi hajat hidupnya sendiri, hal ini disebabkan oleh tidak adanya harta peninggalan orang tuanya. Bentuk
bantuan yang dapat diberikan kepada mereka yaitu dengan
memherikan kebutuhan hidupnya dan juga memherikan pendidikan yang dapat memhentuk dirinya menjadi seorang manusia dewasa yang mandiri. b. fakir miskin Bentuk bantuan terhadap fakir miskin yang lemah fisik, baik mereka yang telah lanjut usia yang tidak memiliki sanak keluarga, maupun mereka yang memiliki cacad fisik dapat dilakukan dengan cara membentuk lembaga yayasan yang dapat mengurusi mereka, misalnya diselenggarakannya pantipantijompo, atau yayasan yang diperuntukkan bagi orang-orang cacad. Dengan dibentuknya yayasan-yayasan terse but diharapkan mereka tidak terlantar karena kelemahan fisiknya. 2. AnakYatim dan Fakir Miskin yang Mampu a. AnakYatim
69
Anak yatim yang mampu adalah anak yatim yang merniliki harta peninggalan orang tuanya yang cukup. Bentuk bantuan yang diberikan kepada mereka dengan cara membantu mereka dalam mendistribusikan harta benda peninggalan orang tuannya dengan cara yang baik. Yang terpenting bagi anak yatim adalah pendidikan atau pembinaan kepribadiannya, agar mereka kelak dapat hidup mandiri dan dapat mengelola sendiri harta peninggalan orang tuanya. b. Fakir Miskinyang kuat Fakir miskin yang kuat adalah mereka yang tidak memiliki peluang untuk mendapatkan bekal hidupnya, tetapi secara fisik mereka mampu, Bentuk bantuan yang diberikan kepada mereka seyogianya dengan cara memberikan pembinaan baik melalui koperasi, LSM, atau lembaga lain yang dapat memberdayakan kemampuan mereka di bidang usaha apa saja, sehingga mereka benar-benar dapat berusaha sendiri dalam mememnubi kebutuhan hidupnya.
BABV
KESIMPUlAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Kesirnpulan 1. Penjelasan para rnufassir tentang Qs AI-Maun ayat 1-3 Ayat
ini
berkaitan
bermasyarakat,
dengan
kewajiban
individu
dalam kehidupan
baik kewajiban bagi dirinya sendiri maupun kewaiiban
untuk menyarnpaikan pesan yang berkenaan dengan keharusan memelihara kaum
lemah
dalarn lingkungan masyarakatnya, Kaum lemah yang
dimaksud diwakili oleh anak yatim dan fakir miskin. Anak yatim adalah seseorang yang ditinggal mati oleh bapaknya semeutara ia belum mencapai usia dewasa; sementara fakir miskin adalah seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terutama kebutuhan terhadap makanan. Orang yang tidak memperhatikan lingkungan sosialnya adalah orang yang mendustakan agama, 2. Esensi Qs Al-Mann ayat 1-3 a. Pengakuan
terhadap
kebenaran
agama
herus terealisasi dalam
keyakinan dan tindakan nyata; b. Salah satu tindakan nyata tersebut adalah perduli terhadap keadaan lingkungan social; c. Wujud kepedulian social adalah dengan membantu anak yatim dan fakir miskin
70
71
J. Pendapat pam ahli/ulama berkenaan dengan bentuk-bentuk kepedulian
seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin Kepedulian seorang muslim terhadap anggota masyarakat yang miskin serta anak-anak yatim bisa dilakukan secara individul dan secara kolektif Secara individual rnerupakan rnanifestasi dari anjuran melaksanakan infak dan shadaqah;
sementara secara kolektif dapat merupakan wujud
kewajiban zakat yang ditetapkan kepada muslim yang mampu. Kepedulian tersebut pada dasamya sama, yaitu berorientasi kepada pembinaan pribadi untuk mcmbentuk dan mernpersiapkan mental mereka dalarn menghadapi tantangan hidup. Kesamaan bentuk tersebut didasarkan kepada keadaan ketidakmampuan sebagian anggota rnasyarakat tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan secara pisik atau secara psikis (mental). Tetapi dalam eara atau realisasi bentuk kepedulian tersebut akan berbeda sesuai dengan objeknya 4. Imptikasi Pendidikaa dan Qs al-Maun ayat 1-3 tentang bentuk-bentuk kepedulian seorang muslim terhadap anak yatim dan fakir miskin a. Pemberian bantuan terhadap am yatim yang tidak mampu dengan cara menyantuni mereka dan memberikan pendidikan yang dapat membentuk dirinya menjadi seorang manusia dewasa yang mandiri. b. Bentuk bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang lemah fisik, baik mereka yang telah lanjut usia yang tidak memiliki sanak keluarga, maupun mereka yang memiliki cacad fisik dilakukan dengan cara membentuk lembaga yayasan yang dapat mengurusi mereka, misalnya diselenggarakannya
panti-panti
jornpo,
diperuntukkan bagi orang-orang cacad,
atau
yayasan
yang
72
c. Bentuk
bantuan yang diberikan kepada anak yatim yang mampu
karena harta peninggalan orang tuanya dengan cara membantu mereka dalam mendistribusikan harta benda peninggalan orang tuannya dengan cara yang baik, serta memberikan pendidikan atau pernbinaan kepribadiannya, agar mereka kelak dapat hidup mandiri dan dapat mengelola sendiri harta peninggalan orang tuanya. d. Bentuk bantuan yang diberikan kepada fakir miskin yang kuat secara fisik adalah dengan cara memberikan pembinaan baik melalui koperasi, ISM, atau lembaga lain yang dapat memberdayakan kemampuan mereka di bidang usaha apa saja, sehingga mereka beuar-benar dapat berusaha sendiri dalam mernemnuhi kebutuban hidupnya.
B. Saran-saran Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, dan ia tidak dapat terpisah dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, manusia sudah seyogianya peka untuk memperhatikan kondisi kehidupan di sekitar lingkungan sosialnya. Al-Islam telah terlebih
dahulu
menganjurkan
manusia
untuk
senantiasa
memperhatikan
lingkungan sosial tersebut. Sebagai salah satunya adalah dengan memlihara dan tidak mentelantarkan anak yatim dan fakir miskin, Bila manusia mengabaikan anjuran tersebut maka akibat secara tidak langsung akan diterima oleh dirinya sendiri maupun masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu melalui penelitian ini, diharapkan kepada beberapa pihak, terutama sekali:
73
1. Lembaga
pendidikan,
agar
senantiasa memprioritaskan pesan moral
berkenaan dengan pentingnya kebidupan sosial bagi seseorang, sehingga individu-individu dewasa hasil dari pendidikan tersebut benar-benar individu yang siap uutuk melaksanakan hidup bermasyarakat,
terutama sekali
memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial di sekitarnya; 2. Manusia
pada umumnya - tanpa memandang bangsa atau keturunan -
hendaknyalah
benar-benar
memahami
arti
penting
lingkungan
masyarakatnya, sehingga masyarakat yang ada di sekitarnya terse but dapat hidup berdampingan dengan tentram dan sejahtera.
C. Penutup Al-humdillah, dengan rasa suka cita akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dalam program pendidikan yang penulis tempuh. Meski penulis sadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi. Untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik yang membangun dan para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Habanakah, Pokok-pokok Agidah Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1998 Abi Abdillah Thnu Ahmad al-Anshari al-Qurtubi, Tarsir al-Qurtubi, Keiro, 1967 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tarsir AI-Maraghi Jm 30, Mustafa al-Babi, Mesir, 1970 Ahmad
Warson Al-Munawir, Kamus AJ.-Munawir: Terlengkap, Pustaka Progessif Surabaya, 1997
Arab-Indonesia
Allahbukhs K. Brohi, et.al., Hak Aza.li Manusia dalam Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995 A1tafGauhar, Tantan!! Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1983 Daud Ali, Tahir Azhary, Habibah Daud, Islam untuk Disiplin Ilmu Hokum, Sodal dan Politik, Bula.n Binla.ng, Jakarta, 1988 DEPAG ill, Quran dan Terjemah, DEPAG RI, Jakarta, 1990 Haji Abdul Malik Karim Amrullah, Tarsir At-Azhar, Panji Mas, 1983 Hasan Ayyub, Etika Islam Menuju Kehidu"oIn yang Hakiki, Trigenda Karya, 1994 Ismail Ibnu Katsir, Tar.IT Ibnu Katsir, Daarul Quranul Kariem, Damsyiq Beirut, 1396H Khoerul Wahidin, Knmpulan Makalah, Metlldllll1gi Penelitian Ilmiah, Fakultas Tarbiyah lAIN Bandung, 1995 Muhammad Ar-Raazi Fakhruddiu, Tahir Fakhrnr-Raazi, JUl: 33,1990 Muhammad Jamaludin al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, 1957 Nasution, Metllde Penelitian SlIsial, Bulan Bintang, Jakarta, 1991 Omar Muhammad Al-Toumy As-Syaebany, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979 Quraish Shihab, Tahir A}'at-ayat Pendek., Mizan, Bandung, 1999 Soerjono Soekanto, Sosiolol!i: Snatu Pengantar, Rajawali Pers, 1998 Yasien Muhamad, Insan yang Sud: Konsep Fitrah dalam Islam, Mizan, Bandung, 1997 Yusuf Qardawi, karakteristik Islam: KaHan Analitik, Risalah Gusti, Surabaya, 1995 Problem Surabaya, 1982
___________mm,
Kemillkinan:
Kon.ep Islam, PT. Bina Ilmu,
"----,-_._---_._-------
---
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM - UNISBA)
":%~\~\~<
~j
\~~W"/~
z-
,E 'ID ~1!JFt'"~<__ A r S'L:JU;rt ',,:' ,",-:
:::tZ2~~t
Diberikan kepada,
~,
':',:":,,'~~;"
<:;;,
!\,'
NUtina Muslimah
N A M A
.L\~;Lliiz.
/jW"'--"';~lL
.. ..
...... ... , , . -
Tarolvar
FAKULTAS NPM/NIMKQ
93 (S~-'
NIL A
;',,';';Y.
..... . '-:-'i}
Sebagai bukti telah mengikuti Kuliah Kerja,)Nyat~,(KKN) UNISBA tahun akademik 1997/1998 yang diselenggarakan di Kecamatan Ciparay danBaJ~L~ndait/~~lJVp~ten Daerah Tingkat II Bandung, sesuai dengan Surat Persetujuan Koordinator Kopertais Wifayafi-liJaWii"B~fraf Nomor : 10 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Rektor UNISBA Nomor : 34/ C.03/Sr<;R~i<;IVj1998, tertanggal24 Dzulhijjah 1418 H/21Apri11998 ,,.r"'"
/ ",:)i
\'
.' ........
Bandung, Agustus 1998
/~'> lSl.Aolf IL
,~
I~
'~~~~
--,
""of<
m",;_
~
~;
~ ~.! .~~;;
Ketua Pelaksana KKN UNISBA 1997/1998
Ketua LPPM - UNISBA
\~5'~?'!
i:
.......
Dr. H. Uton Rustan Harun, Ir. MSc.
-j/}?1CttU Wawang Kuswanto, Drs. MS.
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULT AS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM UANDUNG No. : 027 IDK.-FTbJ VI/2000
PETUNJlJK PEMBIMBING PEMBUAT SKRIPSI Bismillahirrahrnanirrahim Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung Pengajuan Usuian Skripsi Sdr., Nu7.'ina MusliLlah NPM. 943001051 sebagai syarat untuk penyelesaian Ujian Sarjana Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung, 1. Bahwa setiap mahasiswa rnemeriukan bimbingan dalam pernbuatan Skripsi dan untuk itu dipandang perlu mengangkat pembimbing untuk rnenyelesaikan tugas penelitian dan penulisannya, 2. Bahwa Saudara yang narnanya tercantum dibawah ini dianggap cukup memenuhi syarat un.uk diangkat dalam jabatan itu serta perlu diatur dalarn surat keputusan in; 1. Keputusan Dirjen Bimasa Islam Dcpartemen Agama Na. 05/0511989 Terhitung mulai tanggal 9 Juni 2000 Mengangkat I. SdI'. H.)\.g\l,~ ..1:I~l:L\ll:l.,.D.rs.• ,.h1..AIiI•... Sebagai Pembimbing 2. SdI'. El1:'.'.. S.u:r:b~a,n~ '.',:r:o" , .D:r:?", ,..,.. .Sebaga i Pembirnbing dalarn pembuatan Skripsi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung. Nama : Nurina Muslimah Judul Skripsi : IMPLIKASI PENDIDIKAN DARI QS. AL - MAUN
Membaca
Menimbang
Mengingat Menetapkan
AYAT 1 - 3 TENTANG BENTUK-BENTUK KEPEDULIAN SEORANGMUSLIM TERHADAP ANAK YATIM DAN i'IlKIR MISKlli. Dcngan ketentuan : 1. Judul dapat dikembangkan sesuai derigan cerkernbaugan interaksi mahasiswa dan pernbimbing, 2. Pcmbimbing memberikan laporan kemajuan kepada Fakultas minimal 3 (Tiga) bulan setelah dikeluarkan Surat Keputusan ini. 3. '!<.epada pernbimbing diberikan honorarium menurut ketentuan yang bei laku. 4. Surat keputusan ini berlaku 6 (Enam) bulan sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperbaharui lagi mana kala diperlukan, 5. Segala sesuatu akan diu bah sebagaimana rnestinya apabila dikernudian hari terdapat keke liruan dalam penetapan ini. Surat keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui dan diindahkan.
D ikel uarkan eli Pada Tanggal
Banduug,
9 1
TcmbLlS8J1 : ,
'I\ ..,,,l~,,
... : ... ,,,....
Vl-.~
Juni
2000
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG f/. Taman"sari 7 Bandunr; 40776
KARTU BIMBINGAN SKRIPSr
Nama Mahasiswa No. Pokok Mahasiswa Masalah
Mulai digarap Pembimbing I
Dl-C /V$L'<;- \-lo..(IIII1; J.-;".)_ Oes', E1<:0 . .~v.( bio-v--.-tt;!co
Pernbirnbing II
13j
f~/f
~
·v
I
.
~
4;;~O( I
lYo J' . - ~G
r;e;;.CL m
.ffi f-
D~
fttvi
(j),
(I
.~
f~ v1 t,
•
)
No
,--
-H
\..A-., _,S
1b/2.-2C1
P£; _ IV
r
terJJ-!~'"
r~
L
F1 I
I
"
I
Ir=+ I
~
r
F
.P~
~
U
~
PI crlJ I- LL
'fh.J1 P -~ /
---
,v~
I,
-
1 ,
SkC\. &,£ .
=PI
,
t+-
..:
Masalah/Kegiatdn
Nama Pembimbing
Tanggal
---i
I
I
"
J --
..
-