FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1
Diajukan Oleh: YOGA WALUYO F. 100 060 177
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar biasa. Tampaknya semua pihak menyambutnya dengan penuh suka cita. Akan tetapi, pada kenyataannya ada pihak-pihak yang merasa tersisihkan saat sejumlah besar perhatian hanya tercurah pada bayi mungil yang lucu itu. Pihak yang merasa tersisihkan itu adalah anak yang lahir sebelum si bayi tersebut. Ketika anak pertama lahir, semua waktu dan perhatian orang tua hanya tercurah untuk satu anak, sehingga anak tersebut merasa spesial dan mendapatkan hak istimewa dari orang tuanya (Boyle, 1999). Namun ketika anak kedua lahir maka waktu eksklusif kepada anak pertama menjadi berkurang,karena anak kedua membutuhkan waktu dan perhatian yang lebih banyak, sehingga anak pertama merasa tiba-tiba orang tuanya tidak memiliki banyak waktu untuk bermain bersamanya karena lelah. Situasi ini tidak menyenangkan bagi anak pertamanya. Seorang anak yang mempunyai anggota keluarga lengkap cenderung akan lebih menyukai untuk mencurahkan pengalaman ataupun perasaan-perasanya kepada kakak atau adiknya daripada orang tuanya. Interaksi tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu karena dalam interaksinya mereka akan mencoba untuk berbagi, menyayangi, menghargai, memahami sudut pandang orang lain bahkan saling mendukung dalam berbagai hal (Papalia 2003).
Bentuk-bentuk komunikasi yang terjalin dalam hubungan bersaudara tidak hanya dalam percakapan, diskusi ataupun berbagi cerita. Konflik yang dialami oleh pasangan bersaudara juga merupakan salah satu bentuk dari komunikasi mereka, hal itu pula yang membuat mereka dapat saling mengenal dan memahami perilaku satu sama lain. Kedewasaan seseorang akan lebih terpupuk ketika orang tersebut belajar banyak dari hubungan persaudaraanya, karena saat terjadinya interaksi dengan saudara yang lebih tua maka anak yang lebih muda akan mencoba untuk memahami pola pikir saudaranya yang lebih tua. Problematika yang terjadi antara sesama saudara adalah hal yang wajar dan fenomena ini pun dialami oleh semua keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Sayangnya sebagian orang tua menganggap hal ini adalah indikator permusuhan antar mereka padahal kenyataanya ini adalah persaingan dan kompetisi antar saudara saja (Syarqawi, 2005). Konflik sering kali dianggap sebagai dampak negatif dari hubungan persaudaraan, padahal pada dasarnya konflik dalam hubungan persaudaraan tidak selalu bersifat negatif karena tidak jarang konflik justru menimbulkan dampakdampak positif dalam diri individu tersebut, misalnya seorang anak lelaki yang sangat dekat dengan kakak laki-lakinya yang merupakan atlet karate, belajar bagaimana menjadi seorang lelaki yang kuat seperti kakaknya agar ia bisa dihargai dan disegani oleh lingkungannya (Spungin & Richardson, 2007). Persaingan dalam kehidupan memang tak dapat dihindari. Sibling rivalry atau sibling conflict adalah persaingan kakak adik dalam satu keluarga (Soendjojo, 2000). Leder (dalam Soendjojo, 2000) menunjukan tiga tipe pasangan saudara
(saudara laki-laki, perempuan dengan perempuan laki-laki dengan perempuan). Diantara ketiganya pasangan saudara perempuan dan perempuan nampak paling dekat dan pasangan saudara laki-laki dan laki-laki nampak menjadi pasangan yang kompetitif. Sibling rivalry merupakan persaingan diantara anak-anak dalam satu keluarga yang teristimewa untuk mendapatkan afeksi atau cinta kasih dari orang tua (Kartono dan Gulo, 2000). Menurut Soendjojo (2000) persaingan ini terjadi karena adanya perbedaan reaksi dari orang-orang yang berbeda di sekelilingnya, termasuk reaksi ayah dan ibunya. Hal itu muncul karena adanya anggapan bahwa orang tua pilih kasih. Sikap yang demikian menumbuhkan rasa iri hati dan permusuhan yang akan mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yang negatif, yaitu dengan munculnya berbagai pertentangan dengan saudara kandung. Menurut Millman dan Schaifer (dalam Aspuah, 2008), perasaan sibling rivalry biasanya terjadi antara 2 anak atau lebih yang usianya berdekatan. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 1-3 tahun. Sibling rivalry akan lebih terlihat ketika umur mereka 3-5 tahun dan terjadi lagi pada umur 8-12 tahun pada usia sekolah, sibling rivalry lebih terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama, khususnya perempuan. Menurut Bakwin (dalam Aspuah, 2008), sibling rivalry cenderung terjadi lebih sering ketika anak yang lebih tua antara 2-4 tahun ketika adiknya dilahirkan, karena pada usia ini anak menjadi sadar akan kasih sayang orang tuanya. Menurut McNerney dan Joy (dalam Aspuah, 2008), berdasarkan pengalaman yang diungkapkan beberapa orang
Amerika dilaporkan 55% mengalami kompetisi dalam keluarga dan umur antara 10-15 tahun merupakan kategori tertinggi. Persaingan itu bukanlah sesuatu yang baru, pelajaran tentang pembunuhan pertama antara dua orang putra nabi Adam as, yaitu Habil dan Qabil. Hal ini terjadi karena sibling rivalry. Bagi anak manusia, yang mereka perebutkan adalah waktu, perhatian, cinta, dan penerimaan yang diberikan orang tua kepada setiap anak. Dengan segenap kemampuan fisik dan mental yang dimiliki, orang tua akan lebih mudah mencurahkan perhatian kepada satu anak saja daripada harus membaginya kepada beberapa anak sekaligus. Apalagi setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda (Setiorini, 2003). Selain kasus di atas, pada hari Jumat, 23 Maret 2007 dalam sebuah wawancara infotainment pasangan kembar yang juga berprofesi sebagai artis, Marchel dan Mischa Chandrawinata mengaku bahwa mereka saling bersaing dan berkompetisi menjadi yang terbaik. Marcel mengaku bahwa antara ia dan saudara kembarnya terjadi persaingan sehat, menurutnya dengan adanya kejar-kejaran rating dalam sinetron yang saling mereka bintangi dapat membuat meraka lebih semangat dalam bekerja (www.indonesiaselebriti.com). Persaingan-persaingan macam itu juga dialami beberapa pasangan kembar lain walaupun dengan profesi yang berbeda dengan Marcel dan Mischa. Meskipun begitu, Marcel dan Mischa selalu memberi dukungan satu sama lain dalam masalah pekerjaan. Mereka seringkali bertukar pikiran dan saling memberikan masukan positif untuk meningkatkan kualitas acting mereka.
Sepasang anak kembar yang bertempat tinggal di Malaysia juga mengaku bahwa mereka memiliki persaingan sehat dalam bidang akademik, karena memiliki hobi dan minat akademis yang relatif sama maka keduanya pun masih terus bersaing sampai saat memasuki perkuliahan. Mohamad Nazree dan Mohamad Nazreen mengaku dengan bersaing, keduanya bisa saling bersemangat dalam belajar tetapi tentu saja persaingan ini tidak membuat keduanya menjadi saudara yang selalu bertengkar karena keduanya bisa saling menjaga hubungan persaudaraan mereka (www.sks18.net). Pasangan kembar di atas mugkin merupakan sedikit contoh yang terjadi dalam kehidupan nyata yang terjadi di luar sana. Seringkali orang tua yang memiliki anak kembar cenderung memiliki pandangan sendiri tentang sepasang anak yang dilahirkannya. Tidak jarang penilaian-penilaian tersebut diartikan sebagai suatu perbandingan yang dapat membuat salah satunya terpojok atau merasa rendah diri. Perbedaan yang terdapat dalam diri anak kembar tersebut akan semakin jelas terlihat seiring bertambahnya waktu. Apalagi jika salah satu anak tersebut merupakan anak yang memiliki banyak prestasi, karena biasanya anak seperti ini menuntut waktu dan perhatian yang lebih dari orang tuanya (Spungin & Richardson, 2007). Persaingan dua pasangan saudara kembar tidak selalu menjadi motivator bagi tiap anak kembar karena ada juga pasangan kembar yang tidak siap dalam berkompetisi dengan saudaranya sehingga membuatnya tertekan dan kurang percaya diri. Disisi lain, rasa bersaing dapat menumbuhkan motivasi seorang anak dalam berprestasi, terutama dalam anak yang memiliki motivasi eksternal.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti bahwasanya sepasang saudara kembar laki-laki yang mempunyai hobi sama yaitu bermain sepakbola, akan lebih semangat dan optimal dalam mengeluarkan kemampuan terbaik apabila sedang bermain sepakbola dengan saudaranya dalam satu tim yang sama. Hal ini berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh pasangan kembar, AD dan AF yang beralamat di salatiga. AD dan AF adalah pasangan kembar yang mempunyai hobi sama yaitu sepakbola. Berdasarkan pengakuan mereka, semangat bermain akan berlipat ganda apabila sedang bermain bersama-sama dengan saudaranya. Hal ini disebabkan karena mereka selalu ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dirinyalah yang terbaik daripada saudaranya. Meskipun demikian, AD dan AF tidak merasa terganggu dengan persaingan yang mereka lakukan, menurut mereka persaingan hanya terjadi di dalam lapangan dan tidak menggangu hubungan persaudaraan mereka secara kompleks. Menurut Zakianto, dkk (2006) anak-anak yang memiliki motivasi eksternal cenderung ingin membuktikan pada orang tua akan kemampuan mereka dari pada untuk benar-benar menggali potensi mereka. Kebutuhan akan pujian dan perhatian dari orang tua membuat seorang anak selalu ingin memenangkan persaingan dengan saudara mereka. Padahal ketika seorang anak semakin tumbuh dewasa, para orang tua semakin tidak mampu lagi untuk memberikan perhatian yang seimbang kepada seluruh anak-anaknya. Oleh karena itu setiap anak harus berusaha untuk menemukan sendiri penyeimbang kebutuhan perhatiannya dengan saling bernegosisasi pada saudaranya dalam hal persamaan hak, perasaan superior, dan perasaan inferior (Ferguson dalam Bank; Kahn; & Michael, 1982).
Persaingan saudara adalah realitas umum dalam kehidupan keluarga dengan lebih dari satu anak. Pengaruh oang tua pada kehidupan anak tidak hanya mempengaruhi kehidupan tiap individu anak, tetapi juga hubungan antara saudara. Kompetisi antar saudara bisa menghasilkan manfaat, tetapi biasanya anak merasa direndahkan oleh orang tua yang lebih suka pada anak lain. Ada strategi pendidikan untuk menghindari persaingan antar saudara (Tsang, 2009). Sibling rivalry merupakan proses berkelanjutan yang juga terjadi ketika ia menginjak remaja dan dewasa. Roos dan Milgran (dalam Bank; Kahn; & Michael, 1997) menjelaskan bahwa saudara kandung yang menginjak remaja dan dewasa dapat mempergunakan kekuatannya untuk membantu ataupun menyakiti saudaranya yang lain dalam tiga area pribadi yaitu prestasi dan sukses, seksual dan kecantikan, hubungan sosial dengan teman-teman, orang lain dan saudara yang lainnya. Pada dasarnya seseorang akan membandingakn diri mereka dengan saudara kandung mereka dalam ketiga area tersebut, dan proses ini banyak dibubuhi perasaan cemburu akan rasa superioritas dan inferioritas. Setiap katakata perbandingan yang dilontarkan orang tua membuat anaknya merasa harus bisa melakukan lebih dari saudaranya sehingga secara tidak sadar menimbulkan sikap kompetitif dalam diri anak. Sibling rivalry seringkali dipandang merugikan, namun merupakan fenomena alami yang dapat ditanggulangi. Terdapat juga sisi positifnya jika dicermati dan diolah dengan tepat. Fenomena ini tetap memiliki keuntungan yang dapat dimanfaatkan. Sibling rivalry mengajarkan anak untuk mengatasi perbedaan dan mengembangkan beberapa ketrampilan penting. Diantaranya adalah
bagaimana menghargai nilai dan perspektif orang lain, cara tepat untuk berkompromi dan bernegosiasi sera mengontrol dorongan untuk bertindak agresif (Setiorini, 2003). Penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa anak kembar selalu dianggap sama dan dituntut untuk sama, sehingga memiliki tekanan yang sangat besar ketika dibanding-bandingkan dengan saudara kembarnya. Scheinfield (1973) juga menambahkan bahwa adanya kata-kata perbandingan yang diajukan lingkungan dapat menyebabkan timbulnya perasaan tidak mau kalah dalam dari si kembar. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, dan penulis juga ingin mengetahui dinamika sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penulis memilih judul untuk penelitiannya adalah Fenomena Anak Kembar (Telaah Sibling Rivalry).
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mengenai dinamika sibling rivalry pada anak kembar dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan akan diketahui dinamika sibling rivalry pada anak kembar dan dampaknya pada kehidupan sehari-hari, dan dari hasil tersebut dapat diambil manfaat: 1. Untuk anak, dapat dijadikan pertimbangan dalam berkomunikasi dengan saudara kembarnya sehingga dapat meminimalisir persaingan yang mungkin terjadi. 2. Untuk orang tua, dapat dijadikan pertimbangan dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya yang merupakan anak kembar sehingga diharapkan tidak terjadi persaingan diantara anak-anaknya. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritik bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi klinis.