HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL
Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01
LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia yang dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama. Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, terus menerus mengkritik atau membuat komentarkomentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi pada tahun-tahun awal masa remaja (Hurlock, 1980). Hal yang telah dikenal secara umum adalah sibling rivalry yang diyakini muncul dari kecenderungan persaingan antara saudara kandung untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua (Sprinthall dan Collins, 1996). Sibling rivalry muncul seiring usaha yang dilakukan oleh seorang anak dalam memenuhi kebutuhan emosionalnya secara lebih matang. Dalam artian bahwa saat ini anak sedang belajar untuk memberi dan menerima kasih sayang. Tetapi berbagi kasih sayang dengan saudara kandung bukanlah hal yang mudah. Pada masa periode transisi remaja, keberadaan figur attachment sangat diperlukan.
• Tujuan penelitian •
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara attachment terhadap sibling rivalry pada remaja awal.
• Manfaat penelitian Manfaat teoritis • Diharapkan penelitian dapat melengkapi hasil penelitian di bidang psikologi perkembangan tentang attachment dan sibling rivalry pada remaja awal. Manfaat praktis • Bagi orang tua: Menyadari pentingnya peran orang tua dalam hubungan saudara kandung. Memperlakukan anak-anak mereka dengan lebih adil dan memahami cara merespon sibling rivalry pada anak saat dibutuhkan. • Bagi remaja: Mengetahui pentingnya peningkatan kualitas hubungan antara saudara kandung sehingga pertengkaran antar saudara kandung dapat diatasi.
TINJAUAN PUSTAKA Variabel Terikat : Sibling Rivalry Definisi • Benson dan Haith (2009) sibling rivalry adalah kebencian dan kecemburuan pada saudara kandung yang umumnya terkait dengan persaingan untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian dan penerimaan dari orang tua. Faktor-faktor yang menyebabkan sibling rivalry Menurut Mcdowell (1996) sibling rivalry dapat terjadi karena beberapa faktor: 1) Kecemburuan 2) Perbandingan yang tidak sehat 3) Perubahan peran 4) Stress 5) Egoisme atau kesulitan berbagi sumber daya yang terbatas 6) Keinginan untuk mendapatkan perhatian
TINJAUAN PUSTAKA
Variabel Bebas : Attachment Definisi • Menurut Bowlby (dalam Benson dan Haith, 2009) attachment adalah ikatan emosional yang dibangun dan dikembangkan oleh bayi dan pengasuh utamanya dalam konteks interaksi sehari-hari. Dimensi attachment Menurut Armsden dan Greenberg (dalam Barrocas, 2006) terdapat tiga dimensi yang mendasari attachment yaitu: 1) Komunikasi (communication) 2) Kepercayaan (trust) 3) Keterasingan (alienation)
Remaja A Definisi remaja Papalia dan Olds (2009) remaja adalah transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang meliputi perkembangan fisik, kognitif dan psikososial. Pembagian masa Remaja Menurut Monks dan Knoers (2006) Batasan usia remaja adalah masa diantara usia 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir
Hubungan attachment dan sibling rivalry pada remaja awal Pengaruh dari kualitas interaksi antara orang tua dan anak terhadap hubungan anak dengan saudara kandungnya telah didukung oleh beberapa studi. Setiawati dan Zulkaida (2007) dalam penelitianya yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry, menunjukkan hasil penelitian bahwa anak sulung yang diasuh oleh single father mengalami sibling rivalry yang berawal dari rasa cemburu pada adiknya. Karena ia merasa ayahnya pilih kasih dalam memperlakukan keduanya. Menurut Volling (dalam Hart dan Legerstee, 2010) pada saat anak kedua lahir, anak sulung telah sebelumnya membentuk attachment dengan pengasuh mereka. Dengan diperkenalkannya saudaranya yang baru, attachment anak sulung dengan orangtuanya menjadi terancam dan akibatnya mereka bisa merasa iri. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Furman dan Buhrmester (1985) menyebutkan bahwa terdapat dua dimensi hubungan saudara kandung yang saling berkorelasi yaitu conflict dan rivalry, dimana persepsi dari pemberian perhatian yang berbeda dari orang tua bisa mendorong perasaan antagonisme dan dapat menimbulkan konflik diantara saudara kandung. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat terlihat bahwa kualitas interaksi antara orangtua-anak dan antara anak dengan saudara kandungnya sangat berhubungan dan dapat saling mempengaruhi antar satu sama lain.
Hipotesis Pada penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara attachment dengan sibling rivalry pada remaja awal.
Subjek penelitian Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi pada penelitian ini sebanyak 702 orang remaja yang berusia 13 dan 14 tahun yang tinggal di wilayah Depok dan sekitarnya. Sampel pada penelitian ini terdiri atas 140 orang remaja awal dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang sedang menjalani pendidikan formal SMP kelas VIII dan IX, usia 13 dan 14 tahun, memiliki saudara kandung dan tinggal di wilayah Depok dan sekitarnya.
Teknik Pengumpulan Data 1. Skala ukur attachment Untuk melihat skor attachment dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi skala IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment).
2. Skala ukur sibling rivalry Untuk melihat skor sibling rivalry dalam penelitian ini, pengukuran sibling rivalry menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti berdasarkan pada faktor sibling rivalry menurut Mcdowell (1996).
Validitas dan Reabilitas alat pengumpulan data Validitas mempunyai arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur (Azwar, 2012).
Reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Suatu pengukuran dapat dikatakan reliabel jika pengukuran tersebut mampu menghasilkan data yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi dan suatu tes dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila skor-tampak tes itu berkorelasi tingggi dengan skor-murninya sendiri (Azwar,2012). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini mengggunakan teknik analisis varian alpha Cronbach.
Teknik analisis data Penelitian ini menggunakan analisis data statistik parametris yaitu dengan menggunakan korelasi Product Moment untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows.