Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
TERAPI PERILAKU UNTUK MENGURANGI PERILAKU SIBLING RIVALRY PADA ANAK
Oleh: Esty Aryani Safithry ABSTRAK Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Subyek penelitian adalah subjek usia 3 tahun. Jenis penelitian adalah studi kasus.Keadaan sebelum terapi adalah subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara berperilaku manja, sulit diatur bahkan perilaku agresi. Setelah terapi perilaku ini diberikan perilaku-perilaku negative tersebut berkurang diganti dengan perilaku positif yaitu dapat menerima keadaan adiknya dan lebih aktif di kelas. Kata kunci : Sibling rivalry dan Terapi perilaku PENDAHULUAN Problema antar saudara kandung merupakan fenomena yang wajardialami oleh semua keluarga. Pada dasarnya setiap individu memilikipribadi yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam mengelola konflikserta problema ini orang tua harus peka, karena saat orang tua tidak pekadalam menghadapi problema ini maka konflik tersebut akan membesar danmenjadi tidak wajar. Orang tua harus dapat mengarahkan anak tanpa adayang membela satu pihak sehingga salah satu anak tidak ada yang merasatersisihkan dan merasa iri. Apabila orang tua tidak dapat bertindak sebagaipihak netral maka akan ada konflik-konflik tidak sehat yang terus adadalam interaksi antar saudara. Konflik tersebut yang terus dibiarkan akanmenjadi sebuah persaingan yang tidak sehat di dalam keluarga yangseharusnya tidak boleh terjadi.
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih (Kail, 2005). Sibling rivalryterjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua (Setiawati, 2005). Priatna dan Yuliana (2006) menyebutukan bahwa faktor penyebab sibling adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh pada diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masingmasing anak dalam mencari perhatian orangtua, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah didalam mendidik anak-anaknya
11
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
seperti, sikap membanding-bandingkan, adanya anak emas diantara anak yang lain. Coping yang digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan cara regresi. Regresi dilakukan karena anak merasakan terancam akibat kehadiran adik, agar anak tidak kehilangan kasih sayang, ia kembali ke perilaku awal. Ia melihat adiknya diberikan perhatian yang lebih oleh orang tuanya kemudian mencontoh perilaku-perilaku adik tersebut agar ia kembali mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Perilaku-perilaku yang anak contoh seperti minta perhatian lebih berupa minta dimandikan, minta disuapi dan menjadi lebih rewel. Adik subjek lahir sekitar 2 bulan yang lalu. Perhatian orang tua cenderung tertuju ke pada adik anak. Disini anak merasakan adanya pilih kasih terutama masalah perhatian karena ia selalu diminta mengalah untuk adiknya. Berdasarkan hasil CAT, anak merasa tersaingi karena kelahiran adiknya, ia merasa mempunyai rival dalam merebut perhatian orang tua. Ia belum mempunyai sifat kedewasaan bahkan oleh karena kelahiran adiknya, ia merasa terabaikan oleh orang tuanya sehingga membuat ia selalu bersaing dengan adiknya dengan jalan berbuat sesuatu agar perhatian orang tua yang memusat pada adiknya dapat direbutnya. Anak sulung sering diminta agar lebih banyak mengalah terhadap adikadiknya, kadang-kadang dengan alasan dengan sengaja dicari-cari dan lebih merugikannya (Millman, 2006). Sibling rivalry dalam pandangan behavioristik melihat berdasarkan perilaku yang
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
muncul di mana perilaku tersebut dicirikan sebagai perilaku sibling rivalry. Ada dua sebab dalam menjelaskan terjadinya sibling rivalry dari sudut pandang behavioristik yaitu: (1) Proses reiforcement dari setiap perilaku yang muncul sesuai dengan ciri-ciri perilaku sibling rivalry tersebut. Sebaliknya, ciri-ciri perilaku sibling rivalryakan melemah jika setiap perilaku tersebut diikuti oleh reinforcement negatif. (2) Bentukbentuk agresivitas dalam sibling rivalry yang dimunculkan sebagai proses imitasi atau modelling dari agresifitas yang dipelajari. Permasalahan penelitian yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah apakah terapi perilaku dapat mengurangi perilaku sibling rivalry pada anak. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus tunggal yang merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatub perlakuan dengan kasus tunggal. Penelitian ini dapat digolongkan dalam penelitian Singlecase designs (Kazdin, 2009) atau Small N- Single case designs terdiri dari: (1) manipulasi eksperimental suatu treatmen yang lazim disebut single-case experimental designs dan (2) yang bersifat non-eksperimental dari suatu treatmen yang lazim disebut case study, meskipun garis yang tegas diantara kedua pendekatan itu tidaklah selalu jelas Elemen desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ABA design; di mana A adalah fase sebelum terapi, B
12
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
adalah fase terapi atau intervensi yang kemudian dilanjutkan dengan fase tindak lanjut A (Kazdin, 2009). Pengumpulan data Asesmen dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan disampaikan oleh penilai. Ada empat komponen dalam proses asesmen psikologi klinis yaitu : 1) Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data ; 2) Pengumpulan data untuk asesmen ; 3) Pengolahan data dan pembentukan hipotesis dan 4) Mengkomunikasikan data asesmen baik dalam bentul laporan maupun dalam bentuk lisan. 1. Perencanaan dalam prosedur pengumpulan data Sebelum dilakukan prosedur asesmen, terlebih dahulu pemeriksa harus bertanya pada diri sendiri apa yang ingin diketahui dan bagaimana caranya. Untuk itu diperlukan guide interview meliputi apa yang perlu diketahui dan bagaimana cara memperoleh jawabanya 2. Pegumpulan data untuk asesmen Sesuai dengan pertanyaan pada tahap perencanaan maka ditentukan bagaimana wawancara ditentukan untuk informasi apa yang diutamakan. Demikian juga untuk observasi, perlu ditentukan metode dan fokus observasi. a. Wawancara dilakukan kepada Subjek dan orangtuanya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui keadaansubjek sekarang ini antara lain seberapa
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
besar intensitas gangguan subjek dan seberapa besar gangguan tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari serta apa dampak bagi keluarga. b. Observasi dilakukan Mengamati pola-pola interaksi dengan orang sekitarnya, deskripsi tentang penampilan fisik subjek, deskripsi perilaku verbal dan nonverbal selama asesmen berlangsung, saat berlangsung dan sesudah asesmen Adapun kegiatan asessmen yang dilakukan dapat dijelaskan lebih lanjut dalam tabel berikut:
13
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
Tabel 1 Kegiatan asesmen Tanggal 1 Desember 2015 24November, 1 desember 2015
Metode Observasi
1.
Wawancara dengan subjek Wawancara dengan orang tua subjek
2. 3. 4. 5. 6.
Wawancara dengan guru subjek
7. 8.
1 Desember 2015
Sesi Sesi 1 : Asesmen
Tes CAT
Tujuan Mengamati pola-pola interaksi subjek dengan teman sebaya, orangtua dan guru di sekolah Mengetahui perasaan subjek tentang adiknya Mengetahui perasaan subjek saat mengompol Mengetahui bagaimana keadaan keluarga subjek Mengetahui bagaimana pola asuh keluarga Mengetahui perubahan-perubahan subjek sejak beberapa bulan yang lalu Mengetahui bagaimana interaksi subjek dengan temanya disekolah Mengetahui permasalahan subjek di sekolah
9. Mengetahui konsep diri subjek 10. Mengetahui sikap subjek kepada keluarga terutama adik dan lingkungan 11. Mengetahui keadaan emosi subjek
Tabel 2 Rancangan Terapi Kegiatan Mengajukan pertanyaan yang mendorong orangtua bercerita dan memberikan gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan
Tujuan Membangun relasi dengan orangtuan subjek Mencapai kesepakatan agar dapat melanjutkan proses konseling.
Sesi2 : Pengetahuan mengenai sibling rivalry Sesi 3:memberikan ilustrasi kasus
Berdiskusi mengenai sibling rivalry, perilaku sibling apa saja yang muncul pada subjek
Mengenali perilaku-perilaku sibling
Orangtua diberikan sebuah kasus yang mirip dengan masalah subjek kemudian bersamasama mencari jalan keluar yang mungkin untuk dilakukan
Orangtua dapat mencari penyelesaian terhadap masalah sibling rivalry kemudian dapat mencobanya kepada subjek
Sesi 4 : Penutup
Mendorong orangtua untuk segera melakukan langkah-langkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan
Menyusun rencana bagaimana penyelesaian masalah terhadap subjek dapat dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Wawancara dengan ibu subjek Subjek pertama dari 2 bersaudara, umur subjek 5 tahun dan bersekolah di TK B. Subjek lahir normal dan dibantu bidan, tidak ada penyakit serius yang pernah diderita subjek semasa kecil. Perkembangan saat mulai berjalan, berbicara, tumbuh gigi berjalan normal
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
sesuai umur subjek. Keluarga subjek termasuk keluarga yang berkecukupan dimana ayahnya memiliki toko bangunan di surabaya dan di malang. Sedangkan ibunya mempunyai usaha catering di surabaya dan di malang. Kegiatan sehari-hari subjek adalah mulai masuk sekolah jam 7 pagi sampai jam 9 pagi setelah itu subjek dirumah bersama
14
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
ibunya. Menurut ibunya subjek memang lebih dekat dengan ayahnya karena ayah subjek sangat menginginkan subjek lakilaki. Ayahnya juga cenderung memanjakan subjek, biasanya apa saja yang diminta subjek selalu dituruti oleh ayahnya. Subjek termasuk subjek yang cerdas, ia sudah bisa membaca dan berhitung sejak 6 bulan yang lalu. Diantara teman-temanya subjek yang paling cepat membaca. Ia juga sebelumnya adalah subjek yang aktif, mempunyai banyak teman disekolah maupun di lingkungan rumahnya di Surabaya, hampir setiap hari sepulang sekolah subjek selalu bermain dengan teman-temanya. Subjek baru saja mempunyai seorang adik perempuan yang berumur 1 bulan. Sejak saat itu subjek menjadi lebih rewel, misalnya seringkali menagis jika keinginanya tidak dituruti, ia juga tidak mau berangkat ke sekolah jika bukan ibunya yang mengantarkanya padahal jarak rumah dan sekolahnya sangat dekat. Menurut laporan guru di sekolah, subjek termasuk murid yang pendiam dan jarang sekali bermain dengan teman-temanya padahal di sekolah yang lama subjek termasuk subjek yang aktif. Subjek juga sulit sekali untuk makan, ia harus dipaksa makan terlebih dahulu terkadang ia tidak menghabiskan makananya, ia mengatakan bahwa ia sudah kenyang, kalau dipakssubjekan ia biasanya mengeluh sakit perut. Sejak 8 bulan yang lalu, muncul perilaku subjek berupa mengompol. Ia mengompol sekitar 3 kali dalam seminggu pada siang dan malam hari termasuk saat
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
subjek berada disekolah. Padahal sebelumnya subjek sudah tidak pernah mengompol lagi sejak beberapa tahun yang lalu. Saat ditanya mengapa ia mengompol, subjek menjawab bahwa ia tidak bisa menahan kencingnya dan mengompol sebelum ia sempat pergi ke kamar mandi. Begitu pula pada malam hari, sebelum tidur subjek disuruh kencing namun keesokan harinya kien tetap mengompol. Subjek menjadi semakin malas ke sekolah dengan alasan ia sering diejek teman-temanya karena ia mengompol dikelas. Bahkan subjek pernah tidak masuk sekolah 3 hari berturut-turut. Interpretasi CAT Subjek begitu ingin menikmati pemanjaan yang telah ia dapatkan. Ia begitu menikmati pemanjaan tersebut karena merasakan bahwa kebutuhanya selalu terpenuhi dan mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua, perhatian tersebut cenderung membuat subjek memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior, kecemasan tinggi dan terlalu dilindingi. Ia menuntut keadaan tidak akan berubah karena ia merasa aman dengan keadaan dimana ia mendapatkan pemanjaan. Kecemasan muncul akibat dari ekspresi kemarahan yang tidak disadari yang tertuju kepada orangtua, misalnya kemarahan yang tidak berani diungkapkan karena perlakuan orangtua yang tidak adil. Kelahiran anggota baru dalam keluarga menimbulkan suatu dampak pada subjek, ia merasa lingkungan telah berubah dan ia belum siap menerima konsekuensinya. Maka ia akan mengembangkan perilaku awal dimana ia masih mendapatkan
15
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
perhatian. Subjek merasa lingkungan tersebut mengabaikanya kemudian ia berusaha memperolah simpati dalam usaha menarik perhatian orang lain, memaksa orang lain mengasihani dan melindungi diriya. Subjek kurang mampu dalam beradaptasi dimana lingkungannya berubah.Ia merasakan lingkungan baru kurang memberikan rasa aman dalam kepada dirinya, karena ia terbiasa hidup dengan penuh pemanjaan. Subjek merasakan suatu konflik dimana sebenarnya ia menyayangi adiknya namun disisi lain ia begitu takut kehilangan kasih sayang dari orang tua.Subjek merasakan suatu ancaman akan kehilangan perhatian dari orang tua akibat dari adanya anggota baru dalam keluarga. Ia dituntut untuk bertanggung jawab, melindungi orang lain, namun ia belum siap menerimanya. Perasaan diabaikan oleh lingkungan membuat subjek menginginkan simpati dari orang lain, memberikan perlindungan serta menginginkan orang lain membantu dirinya maka akan muncul suatu perilaku seperti kecemasan yaitu takut bahwa posisinya sebagai orang yang disayangi diambil oleh adik. Kecemasan dan frustasi untuk dapat bertanggung jawab membuat subjek mengalami kemunduran untuk meredakan suatu kecemasan tersebut, subjek mengembangkan suatu perilaku terdahulu atau regresi, dengan harapan ia akan kembali mendapatkan perhatian dari orang tua.
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
Subjek yang selalu dimanjakan membuatnya memiliki pandangan kabur terhadap nilai-nilai orang tua, orang tua yang selalu mentoleransi kesalahan subjek, membuatnya mengalami kebingungan antara mana yang harus dilakukan dan mana yang jangan dilakukan.Ia hanya bertindak berdasarkan pengalaman, selama hal-hal tersebut tidak merugikan diri subjek dan membuatnya aman. Subjek kurang mampu dalam mencari pemecahan masalah yang efektif hal ini terkait dengan ketidakmampuanya dalam beradaptasi. Penyelesaian terhadap masalah kecemasan ini tergantung kepada rasa aman dan rasa percaya yang mereka miliki terhadap orangtua dan lingkungannya. Ia tidak pernah belajar bagaimana memecahkan masalah dengan benar karena terbiasa oleh pemanjaan orangtua. Pelaksanaan Intervensi Pelaksanaan intervensi dibagi menjadi beberapa sesi yaitu: 1. Sesi 1 : Asesmen Kegiatan : Mengajukan pertanyaan yang mendorong orangtua bercerita dan memberikan gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan Orangtua subjek mengetahui kegiatan apa saja yang akan dilakssubjekan selama proses konseling dan mereka setuju saat mereka diharuskan utnuk diberikan tugas-tugas rumah agar membantu proses konseling.
16
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
2. Sesi 2 : Berdiskusi mengenai Sibling rivalry Kegiatan : Berdiskusi mengenai sibling rivalry, perilaku sibling apa saja yang muncul pada subjek Orangtua dapat mengetahui seperti apa saja perilaku sibling itu dan penyebabnya. Perilaku sibling pada subjek antara lains eperti minta dimandikan, disuapi, menjadi lebih rewel bahkan mengompol, orangtua menyadari bahwa perilaku tersebut muncul karena subjek sedang mengalami stres karena ia membutuhkan eprhatian dari orangtua 3. Sesi 3 : Memberikan ilustrasi Kegiatan : Orangtua diberikan sebuah kasus yang mirip dengan
masalah subjek kemudian bersamasama mencari jalan keluar yang mungkin untuk dilakukan Orangtua dapat dengan baik mencari jalan keluar dari permasalah yang ada pada ilustrasi dan mereka mengetahui solusi terbaik yang akan mereka berikan kepada subjek 4. Sesi 4 : Penutup Kegiatan : Mendorong orangtua untuk segera melakukan langkahlangkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan.
Tabel 3 Hasil Intervensi Sesi Sesi 1 : Asesmen
Sesi2 : Pengetahuan mengenai sibling rivalry Sesi 3:memberikan ilustrasi kasus Sesi 4 : Penutup
Tujuan Membangun relasi dengan orangtuan subjek Mencapai kesepakatan agar dapat melanjutkan proses konseling. Mengenali perilaku-perilaku sibling
Orangtua dapat mencari penyelesaian terhadap masalah sibling rivalry kemudian dapat mencobanya kepada subjek Menyusun rencana bagaimana penyelesaian masalah terhadap subjek dapat dilakukan
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
Hasil Orangtua subjekmengetahui langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh pada sesi-sesi selanjutnya
Orangtua menyadari bahwa memang selama ini perhatian lebih terfokus kepada adik subjek yang akhirnya membuat subjek merasa terabaikan, subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara agresi Orangtua dapat mencari penyelesaian masalahyang efektif mengenai perilaku sibling pada subjek Orangtua dapat melakukan langkah-langkah pemecahan masalah yang sudah ia buat sendiri dengan cara membuat buku harian mengenai situasi masalah yang muncul pada subjek dan orangtua menuliskan apa saja penyelesaian masalah yang sudah dilakukan
17
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
Tabel 4 Perlakuan di rumah NO 1
PERLAKUAN Membantu subjek untuk berpartisipasi dalam merawat adiknya seperti subjek diajak ikut memandikan adik, ikut menyuapi adik dan dan diajak membaca buku cerita saat menidurkan adik.
2
Buatlah subjek merasa istimewa di mata orangtuanya. Orangtua mencoba proaktif dalam memberikan perhatian pada masingmasing subjek. Contoh, subjek yang senang bermain di luar rumah ajaklah jalan-jalan di taman. Tapi, jika subjek lebih suka duduk sambil membaca buku, maka sediakanlah waktu untuk duduk bersamanya untuk mendengarkan cerita dan lebih dekat padanya. Memberikan kesempatan bagi subjek melakukan hal-hal yang membuat dirinya merasa nyaman saat bersama adik. Jika dia hanya ingin melihat adik bayinya sebentar, lalu kembali bermain, tak apa. Begitu pula jika subjek ingin memegang kaki atau tangan si bayi dengan lembut. Ia bahkan bisa memangku adiknya dengan bantuan orangtua memegangi kepala si bayi. Biarkan ia menentukan langkahnya. Bergembira bersama sebagai sebuah keluarga dengan cara jalan-jalan bersama, berlibur, atau berkumpul bersama di ruang keluarga. Kebersamaan ini akan mengurangi ketegangan karena cemburu atau persaingan antar saudara. Perlahan juga akan mengurangi konflik kakak-adik. Memberikan penguatan yang positif. Orang tua adalah role model yang efektif bagi subjek. Jika orang tua berharap bahwa subjek mereka bisa melakukan sesuatu yang baik orang tua sebaiknya memberikan penguatan atau reward terhadap munculnya perilaku yang diharapkan. Misalnya “kalian adalah saudara yang bisa bekerja sama dengan baik. liat mainan itu kalian tata dengan rapi.”
3
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
RESPON SUBJEK Subjek mau diajak memandikan adik, ia dengan senang hati menyabuni adiknya kemudian membantu mengeringkan tubuh adiknya dan membantu memekaikan baju adiknya. Saat adikny akan tidur subjek menyanyikan nina bobo untuk adiknya Subjek suka membaca cerita, kemudian ia disuruh membacakan cerita untuk adiknya. Subjek dengan semangat memabcakan untuk adiknya
Subjek senang sekali saat memangku adiknya, ia mengatakan adiknya sangat lucu dan subjek ingin menggendongnya juga.
Pada hari libur orang tua bersama subjek dan adiknya berjalan-jalan bersama. Subjek menunjukan sikap sanagt antusias, ia mengatakan ia ingin sering berjalan-jalan bersama
Saat subjek tidak menunjukan perilaku manja seperti minta dimandikan, minta disuapi bahkan mengompol, subjek diberikan suatu hadiah yag ia inginkan seperti mainan robot-robotan yang ia sukai.
18
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
Tabel 5 Perlakuan di sekolah NO 1
2
PERLAKUAN Membuat suasana kelas kondusif dan menyenangkan untuk memberikan materi. Misalnya beryanyi Setelah bernyanyi bersama – sama, guru bertanya pada mereka siapa yang punya adik atau kaka di rumah, dan mintalah mereka untuk menceritakan salah satu pengalaman mereka dengan saudara kandung mereka.
RESPON SUBJEK Subjek ikut beryanyi
Subjek mau bercerita tentang adiknya, ia menceritakan bahwa adiknya sangat lucu. Ia juga mambantu ibinya memandikan adik, memakaikan baju dan membacakan cerita untuk adiknya dan sering jalan-jalan bersama dengan adiknya
Tabel 6 Tabel harian kemajuan subjek Hari/Tanggal 26 desember
1.
29 Desember
2. 1. 2. 1. 2. 3. 1.
30 Desember
2. 1.
31 Desember
2. 1.
1 Januari
2. 1.
27 Desember 28 Desember
2.
Kemajuan subjek Subjek tidak menunjukan perilaku-perilaku manja seperti minta disuapi dan minta dimandikan Subjek tidak menunjukan perilaku agresi Subjek mau disuruh membantu mengambilkan baju adiknya tanpa menolak Subjek tidak menunjukan perilaku rewel seperti menangis Subjek mau berangkat sekolah tanpa diantar Subjek terlihat lebih aktif di kelas Tidak ada perilaku agresi Subjek terlihat lebih sering bermain bersama adiknya seperti mengajarkanya menyanyi dan mengajarkanya menggambar Tidak ada perilaku agresi Subjek menunjukan perilaku rewel, ia minta diberlikan mainan baru kepada ayahnya dan akhirnya ayahnya membelikan mainan baru. Subjek tidak menunjukan perilaku mengompol Subjek masih menunjukan perilaku rewel, ia tidak mau berangkat ke sekolah dengan alasan ingin nonton televisi Malam hari subjek mengompol Subjek tidak menunjukan perilaku rewel, ia terlihat senang karena hari ini adlah hari libur, ia dapat bermain sepuasnya. Tidak menunjukan perilaku agresi
Pembahasan Subjek berumur 5 tahun, subjek sulung dari 2 bersaudara. Sejak kecil subjek sangat dimanjakan oleh orang tuanya terutama ayahnya. Apa saja yang diinginkan subjek selalu dipenuhi oleh ayahnya.Subjek terbiasa dimanja serta mendapatkan kasih sayang yang tidak terbagi. Subjek sulung mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
sampai adiknya lahir (Alwisol,2007). Adik subjek lahir sekitar 2 bulan yang lalu. Perhatian orang tua cenderung tertuju ke pada adik subjek. Subjek merasakan adanya pilih kasih terutama masalah perhatian karena ia selalu diminta mengalah untuk adiknya. Berdasarkan hasil CAT, subjek merasa tersaingi karena kelahiran adiknya, ia merasa mempunyai rival 19
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
dalam merebut perhatian orang tua. Ia belum mempunyai sifat kedewasaan bahkan oleh karena kelahiran adiknya, ia merasa terabaikan oleh orang tuanya sehingga membuat ia selalu bersaing dengan adiknya dengan jalan berbuat sesuatu agar perhatian orang tua yang memusat pada adiknya dapat direbutnya. Subjek sulung sering diminta agar lebih banyak mengalah terhadap adikadiknya, kadang-kadang dengan alasan dengan sengaja dicari-cari dan lebih merugikannya (Millman, 2011). Ini yang disebut dengan sibling rivalry. Menurut Listiani (2010) sibling rivalry cenderung terjadi ketika subjek yang lebih tua usianya antara 2-4 tahun ketika adik dilahirkan. Pada usia ini subjek menjadi sadar akan kasih sayang orang tuanya. Sibling rivalry muncul ketika adik baru lahir karena adik bayi banyak menyita waktu dan perhatian orangtua. Kondisi ini sering menyebabkan sikap jengkel subjek pada adiknya, karena ketidak beranian subjek untuk memunculkan sikap jengkel atau kesal yang dirasakan terhadap orangtuanya. Lahirnya adik baru merupakan suatu permasalahan pada subjek sulung, dimana subjek sulung harus berbagi rasa cinta, kasih sayang dan perhatian orangtua kepada adiknya. Rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah kerana adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri (Hurlock, 2007). Priatna dan Yuliana (2006) menyebutukan bahwa faktor penyebab sibling adalah faktor internal
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh pada diri subjek itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-masing subjek dalam mencari perhatian orangtua, perbedaan usia atau jenis kelamin, ambisi subjek untuk mengalahkan subjek yang lain, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang disebabkan karena sikap orang tua yang salah didalam mendidik subjeksubjeknya seperti, sikap membandingbandingkan, adanya subjek emas diantara subjek yang lain. Hasil tes CAT menunjukan bahwa faktor internal lebih berperan, subjek begitu berharap untuk mendapatkan perhatian dari orangtua dan takut kehilangan kasih sayang. Sibling rivalry ini memunculkan suatu stres pada subjek. Stress adalah respon terhadap tuntutan fisik atau psikologis. Respon ini sangat tergantung pada persepsi seseorang (Goliszek, 2005). Subjek sudah merasakan stress dengan adanya perhatian yang terbagi, tapi subjek lain belum tentu merasakannya. Tanda subjek mengalami stress adalah kerentanannya terhadap penyakit dan beragam reaksi psikologis (Hurlock, 2005). Secara fisik subjek yang sedang mengalami stress tubuhnya tidak memiliki daya tahan yang cukup sehingga mudah terasa pegal dan pusing, sakit perut, lemas bahkan pilek. Secara psikologis ia terlihat mudah marah, gampang menangis, pencemas, gugup,dan gelisah. Adakalanya ia mengalami kesulitan untuk tidur dan terjadi perubahan pola makan. Prestasi belajar pun biasanya menurun. Coping yang digunakan untuk mengurangi stres adalah dengan cara regresi.
20
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, April 2016, Volume 2 Nomor 2 (11-21) ISSN : 2460-7274
Regresi ia lakukan karena ia merasakan terancam akibat kehadiran adiknya, agar ia tidak kehilangan kasih sayang, ia kembali ke perilaku awal. Ia melihat adiknya diberikan perhatian yang lebih oleh orang tuanya kemudian subjek mencontoh perilaku-perilaku adiknya tersebut agar ia kembali mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Perilaku-perilaku yang ia contoh seperti minta perhatian lebih berupa minta dimandikan, minta disuapi dan menjadi lebih rewel bahkan mengompol. Subjek yang sering kebelet pipis pada siang hari sehingga menyebabkan subjek itu merasa malu, akhirnya dapat timbul sebagai suatu kecemasan tersendiri pada subjek, dan akhirnya ngompol lagi pada malam hari. Subjek yang pernah mengompol di kelas mangatakan bahwa ia malu dilohat teman-temanya mengompol, padahal ia sudah besar dan tidak boleh mengompol akibantya subjek menjadi malas sekolah, rewel setiap pagi saat akan berangkat sekolah dan menjadi lebih pendiam di kelas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan terapi perilakudapat mengurangi perilaku sibling rivalry pada subjek. Perilaku sibling rivalry ini penyebanya adalah Orangtua bahwa memang selama ini perhatian lebih terfokus kepada adik subjek yang akhirnya membuat subjek merasa terabaikan, subjek berusaha mencari perhatian orangtua dengan cara
Esty Aryani Safithry, Dosen FKIP UM Palangkaraya
berperilaku manja, sulit diatur bahkan perilaku agresi. Setelah terapi ini diberikan perilaku negative tersebut berkurang diganti dengan perilaku positif yaitu dapat menerima keadaan adiknya dan lebih aktif di kelas. DAFTAR PUSTAKA Alwisol.2004. Psikologi Kepribadian, Malang: UM Press. Goliszek, John. 2005. Mengenali stres anak dan reaksinya. Jakarta : Nirmala. Hurlock, E. 2007 Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta: Erlangga. Listiani, Ita. 2010.Penyebab terjadinya sibling rivalry pada anak usia sekolah di rw 09 kelurahan Jomblang Kota Semarang. Skripsi :: UNIMUS . Kail, Robert, Tolan, P., Van Acker, R. (2005) Journal Children and their problem: a ecological appoach, Vol 23, 21-23. Kazdin, A.E. (2009). Methodological Issues& Strategies in Clinical Research. Washington DC : American Psychological Association. Millman,L,Howard & Schaefer,E,Charles.2011.How to Help Children with Common Problems.New York. Van Nostrand Reinhold Company. Priatna,C & Yulia,A.2006.Mengatasi Persaingan saudara kandung pada anak anak.Jakarta:Elex media Computindo. Setiawati, Intan dan Anita Zulkaida. 2007. Proceeding pesat Sibling rivalry pada anak sulung yang di asuh single father.
21