TELAAH MULTICULTURAL DAN ISLAM TERHADAP FENOMENA BUNUH DIRI ANAK Riana Mashar Mahasiswa Pascasarjana Program Doktoral Universitas Pendidikan Indonesia Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Magelang Andi Triyanto Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang Abstraksi
Anak berdasar Konvensi Hak-hak Anak PBB memiliki empat hak dasar, yaitu: hak untuk hidup, berkembang, perlindungan, dan berpartisipasi. Namun ironisnya, angka bunuh diri anak meningkat secara drastis sejak Konvensi Hak Anak tersebut disepakati. Berbagai faktor yang menyebabkan bunuh diri anak dapat diringkas dalam dua klasifikasi utama, yaitu stressor sosial dan depresi. Kedua faktor utama ini terkait dengan semakin kompleksnya peran dan tuntutan terhadap anak dalam menghadapi persaingan dan keberagaman bermasyarakat. Tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh konselor adalah mengembangkan resiliensi individu dalam program-program konseling sekolah yang berbasis multikultural. Lebih lanjut, perspektif agama Islam bunuh diri tidak un sich hilangnya nyawa diri seseorang tetapi juga bentuk pendzaliman diri, mengingat manusia sebenarnya juga tidak memiliki secara hakikat dirinya sendiri. Kata Kunci: multikultural, bunuh diri anak, din al islam
kendaraan (Australia Child & Youth
LATAR BELAKANG Peningkatan angka bunuh diri
Healthline, 2010). Begitu pula dengan
setiap tahunnya sangat mengejutkan.
angka bunuh diri di Malaysia, dalam
Data dari WHO (2006) menunjukkan
Detiknews (2010) dinyatakan bahwa
bahwa diestimasikan 873.000 orang
setiap bulan terdapat 60 kasus bunuh
meninggal karena bunuh diri setiap
diri. Sedangkan di Amerika, setiap
tahunnya, dengan korban terbanyak
tahunnya satu dari lima remaja bunuh
adalah remaja. Di Australia, angka
diri, sehingga angka percobaan bunuh
bunuh diri remaja jauh lebih tinggi dari
diri di AS mencapai 1 juta dengan
angka kematian karena kecelakaan
1.600 remaja meninggal karenanya
1
(Anderson, 2002). Brian Bar (1998)
jual bubur ayam (Antara News, 2006).
dalam penelitiannya mengenai bunuh
Kasus-kasus
diri pada anak dan remaja di Amerika
bunuh diri yang pertama kali terjadi
menyimpulkan bahwa angka bunuh diri
pada
anak dan remaja sejak tahun 1957
mengakhiri hidupnya secara bunuh diri
sampai dengan 1987 meningkat sampai
setelah dimarahi karena bermain di saat
400%, dengan peningkatan yang sangat
tenaganya dibutuhkan untuk membantu
dramatis pada anak usia di bawah 15
ibunya. Sebelumnya, Hidayat mencatat
tahun. Angka yang paling mengejutkan
terdapat sekitar 16 kasus bunuh diri
terdapat di Jepang, dimana setiap
anak pada tahun 2004 di Indonesia
harinya terdapat rata-rata 97 kasus
(Republika, 2004). Haryanto (12 tahun)
bunuh diri termasuk anak-anak, bahkan
melakukan kasus percobaan bunuh diri
pernah terjadi 34 kasus bunuh diri yang
hanya
dilakukan bersamaan karena mereka
1500,00
untuk
sepakat
latihan
(Suara
bunuh
diri
bersama-sama
di atas bukan kasus
anak.
karena
Nanet
(12
masalah
tahun)
uang
membeli
Rp.
lembaran
Merdeka,
2004).
dengan janjian melalui internet (Jakarta
Pemalang, kasus dugaan bunuh diri
Post, 16 Oktober 2004). Di Indonesia
Yudianto (12 tahun), siswa SDN 1
sendiri, kasus bunuh diri anak pada
Karangtengah,
bulan Januari-Juli 2010 telah mencapai
Ampelgading, Pemalang, Sabtu (31 Juli
22 kasus (Bernas, 2010). Berita serupa
2004), diduga karena kecewa setelah
telah ada sejak beberapa tahun yang
dimarahi
lalu, misalnya kasus bocah usia 8 tahun
2004). Ato atau Heriyanto siswa kelas
meninggal dengan cara gantung diri di
enam SDN Muara Sanding di rawat di
tali jemuran rumahnya setelah dimarahi
RSU
guru
belum
percobaan bunuh diri dengan menjerat
memotong kuku jari. Peristiwa tersebut
leher menggunakan tali pada hari
terjadi pada siang hari, di Jakarta pada
Selasa tanggal 19 Agustus 2001 (Nova,
tangal 29 Mei 2006 (Global Petang).
2001).
di
sekolah
karena
Seorang pelajar SMP nyaris bunuh diri karena
ejekan
teman-temannya
Kecamatan
ibunya
Garut
(Suara
karena
Merdeka,
melakukan
Maraknya berita tentang bunuh
di
diri anak yang dimuat di media massa
sekolah dengan sebutan anak tukang
mengindikasikan
2
bahwa
tindakan
bunuh diri anak merupakan fenomena
1989 yang disetujui oleh 193 negara di
baru di
Indonesia. Merujuk pada
dunia. Fakta bunuh diri anak tersebut
sejumlah literatur, disebutkan bahwa
merupakan hal yang sangat ironis jika
kalangan
psikolog
baru
dikaitkan dengan isi empat hak dasar
sungguh
menaruh
perhatian
sungguhyang
anak, yaitu hak untuk hidup (survival),
mendalam terhadap perilaku bunuh diri
hak untuk berkembang (development),
pada anak di Indonesia sekitar tiga
hak
tahun
(protective),
belakangan
ini.
Dengan
demikian, tidak tertutup kemungkinan
untuk
mendapat dan
perlindungan hak
untuk
berpartisipasi (participation).
peristiwa semacam ini pun telah sejak lama
berlangsung
di
tanah
air,
PENGERTIAN BUNUH DIRI
walaupun tidak dipublikasikan.
Bunuh diri menurut Kristal
Santrock (2002) menyatakan
(1981) dalam beberapa budaya dapat
bahwa angka bunuh diri berkembang
diterima
pesat tiga kali lipat dalam 30 tahun
heroik atau kepahlawanan. Bunuh diri
terakhir. Laki-laki diperkirakan tiga
tidak
kali
lebih
sebagai
selalu
sebuah
peristiwa
merupakan
tindakan
sering
melakukan
menyakiti atau merusak diri sendiri
bunuh
diri
dari
tetapi merupakan “sebuah tangisan
perempuan, hal tersebut dapat pula
untuk meminta pertolongan”. Bunuh
disebabkan
diri biasanya dikaitkan dengan adanya
kecenderungan
mereka
oleh
yang
metode-metode
lebih
aktif
dalam
perasaan
depresi
dan
kehilangan.
mencoba bunuh diri—misalnya dengan
Sebagian besar korban bunuh diri
menembak.
Sebaliknya,
adalah laki-laki. Bunuh diri pada anak
cenderung
menggunakan
perempuan metode-
sebenarnya
tidak
ditujukan
kematian,
tetapi
metode pasif seperti pil tidur, yang
mencari
cenderung kurang mematikan.
manifestasi
Meningkatnya bunuh
diri
anak
angka akhir-akhir
kasus
dari
perasaan
untuk sebagai tidak
dipahami dan tidak dihargai (Hidayat,
ini,
2004).
bertentangan dengan Konvensi Hak-
Hidayat
(2005)
menyatakan
Hak Anak yang telah dideklarasikan
bahwa bunuh diri adalah tindakan
oleh PBB pada tanggal 20 November
merusak
3
diri
sendiri
yang
mengakibatkan kematian. Bunuh diri
masyarakat. Kesalahan yang serius
pada anak-anak umumnya disebabkan
dalam
impulsivitas dan karena kekacauan
mengakibatkan kenaikan angka bunuh
dalam keluarga. Menurut Freud, bunuh
diri. Makin kuat integrasi individu
diri pada penderita kesedihan dan
dengan
depresi
ada
makin kecil kemungkinan bunuh diri.
agresi.
Kehilangan
hubungannya
dengan
objek
cinta
struktur
kelompok
Durkheim menyatakan
yang
berdasarkan
berbalik
tersebut,
kepada
kemudian
diri
sendiri
akan
masyarakatnya,
dalam
menyebabkan agresi terhadap objek hilang
masyarakat
Rihmer
bahwa
(2007)
bunuh
gangguan
diri
hubungan
dengan masyarakat dibagi menjadi:
(introyeksi). Sedangkan pada penderita
a. Bunuh diri yang egoistik, yaitu
psikotik bunuh diri dapat berhubungan
individualisme
dengan halusinasi atau waham yang
mengakibatkan kontrol masyarakat
diderita.
menderita
yang lemah, kurangnya perhatian
kesulitan hidup (terbelit hutang) dan
individu terhadap masyarakat dan
melakukan tindakan bunuh diri dapat
kurang
dijelaskan dengan menggunakan teori
masyarakat.
Orang
yang
Nico Speijer, yang menyatakan bahwa
keterlibatan
masyarakat
agresi
mengendalikan
yang
tidak
dengan
b. Bunuh diri animik terjadi ketika
pada kejadian bunuh diri terdapat hebat
abnormal
dapat
tidak
mampu
dan
mengatur
disalurkan atau disublimasikan. Agresi
perilaku anggotanya, menurunnya
timbul setelah seseorang mengalami
kepercayaan terhadap agama atau
frustrasi, misalnya karena tidak mampu
lunturnya kode etik profesional atau
membayar hutang, kehilangan harga
lembaga
diri, dan merasa tidak ada jalan keluar.
Ekowarni
Adapun bunuh diri menurut Emile
animik merupakan reaksi terhadap
Durkheim, sosiolog yang pertama kali
perubahan drastis dan mendadak,
meneliti
individu
tentang
bunuh
diri,
perkawinan. (2006),
Menurut
bunuh
menglami
diri
disorientasi,
menyatakan bahwa integrasi sosial dan
kehilangan sesuatu, atau merasa
regulasi sosial dapat mempengaruhi
tidak
perilaku
sesuatu.
bunuh
diri
di
suatu
4
akan
mampu
mencapai
c. Bunuh diri altruistik, yang akhir-
mempunyai masalah sosial misalnya
akhir ini sering terjadi dengan
terjadi kekerasan, persaingan ekonomi,
adanya bom bunuh diri, merupakan
dapat
suatu tindakan yang didasari oleh
dalam rumah tangga dan kondisi psikis
fanatisme terhadap suatu tujuan
anak.
politik, keagamaan, atau untuk
kekerasan, kecanduan, kemiskinan, dan
tujuan
pelanggaran
ideologi.
Bunuh
diri
mempengaruhi
Anak-anak
keharmonisan
yang
seksual
mengalami
dan
atau
altruistik merupakan bunuh diri
emosional memiliki risiko lebih tinggi
sebagai
terhadap percobaan bunuh diri. Selain
bentuk
pengabdian,
atau
tuntutan, persembahan
itu,
(Ekowarni, 2006).
lingkungan
berpengaruh
besar
sekolah
juga
terhadap
anak.
Seorang guru yang tidak bijak dapat FAKTOR-FAKTOR
menyebabkan stres pada diri anak
PENYEBAB
karena dipermalukan di depan teman-
BUNUH DIRI PADA ANAK Berdasar berbagai kasus bunuh
teman.
diri yang dilakukan oleh anak-anak, terdapat
beberapa
macam
Secara
garis
besar
Hidayat
faktor
(2004) menggolongkan faktor-faktor
pencetus yang mengakibatkan anak
yang dapat menyebabkan anak bunuh
melakukan bunuh diri. Hidayat (2004)
diri dalam dua kategori, yaitu faktor
mengamati terdapat dua faktor yang
konstitusi dan faktor pencetus. Faktor
menyebabkan
konstitusi
anak
melakukan
merupakan
faktor
yang
percobaan bunuh diri. Faktor pertama
menjadi latar belakang anak, sedangkan
karena
faktor
anak
tidak
mempunyai
pencetus
adalah
yang
ketrampilan hidup menghadapi stres.
mendorong anak melakukan perbuatan
Sedangkan
bunuh
faktor
kedua
karena
diri.
Selain
kedua
faktor
orangtua gagal dalam mengajarkan
tersebut, bunuh diri dapat juga terjadi
ketrampilan
karena faktor keturunan atau karena
hidup
Ketidakmampuan
pada anak
anak. dalam
pengaruh media massa.
menghadapi stres dapat disebabkan
Hurlock
(1993)
menyatakan
oleh faktor lingkungan yang ada di
bahwa anak laki-laki dan perempuan
sekitar
yang bunuh diri atau mencoba bunuh
anak.
Lingkungan
yang
5
diri sebelumnya mengalami alienasi
dipengaruhi oleh faktor keberagaman
sosial selama beberapa waktu lamanya
budaya. Di Australia, kasus bunuh diri
dan banyak yang mengalami kekacauan
tertinggi dialami oleh kaum Aborigin,
keluarga
di Amerika oleh kulit hitam dan
atau
masalah-masalah
sekolah.
Hispanik. Berdasar kenyataan tersebut,
Santrock (2002) membedakan
mereka menyimpulkan bahwa perasaan
faktor penyebab bunuh diri dikaitkan
berbeda secara kultur, menimbulkan
dengan faktor proksimal dan distal.
konsep
Faktor-faktor proksimal atau kondisi
berdampak
saat ini, dapat memicu suatu upaya
akademik serta kecenderungan menjadi
bunuh diri. Keadaan-keadaan yang
korban ”bully” di sekolahnya. Tekanan
penuh
(seperti
sosial ini, menyebabkan mereka (para
dipermalukan di depan teman-teman,
korban bunuh diri) memutuskan untuk
dihukum, diejek, merasa terancam)
bunuh diri. Berakar dari konsep diri
dapat memicu bunuh diri. Adapun
yang rendah, anak berkembang menjadi
faktor distal adalah pengalaman masa
invidu yang kaku dan lebih banyak
lalu yang sering kali menyebabkan
mengembangkan
seseorang
irrasional (irrasional believe).
ketegangan
berupaya
bunuh
diri.
Pengalaman distal dapat berupa kondisi
diri
yang pada
rendah prestasi
konsep
yang secara
berpikir
Berbagai pendapat mengenai
keluarga yang tidak harmonis, kurang
faktor-faktor
adanya dukungan emosional dan afeksi,
simpulkan menjadi dua kategori utama
tekanan-tekanan dari kedua orangtua,
penyebab bunuh diri, yaitu tekanan
serta faktor genetik.
sosial (social stresses) dan depresi
Adapun Kaslow,
dan
tersebut,
penulis
menurut
Graves,
sebagai bentuk gangguan mental yang
Frabutt
(2009);
parah (cenderung berasal dari dalam
Langhinrichsen-Rohlin,
Friend,
dan
diri).
Powell (2008); Lester dan Fernquist
TEORI KONSEP BUNUH DIRI
(2007); Range (1999); menyimpulkan
Ekowarni
(2006)
bahwa berdasar pengamatan mereka
mengemukakan
dari penelitian yang telah dilakukan,
teoritik mengenai bunuh diri, yaitu (1)
bunuh diri pada remaja dan anak
konsep teori suicidologist, memandang
6
beberapa
konsep
dunuh diri
sebagai bentuk double
suicide,
suicidal
attempt,
schizophrenia, biasanya gangguan ini
self-
muncul
karena
tidak
memiliki
mutilating, dan self-destructive; (2)
pekerjaan,
Konsep
Psikoanalisa,
bujangan, atau cerai, serta memiliki
bunuh
diri
memandang
sebagai
bentuk
berpenghasilan
rendah,
sejarah keluarga yang bunuh diri. Para
pembunuhan. Bunuh diri merupakan
psikiater
suatu bentuk kemarahan yang lebih
bunuh diri dapat disebabkan
bersifat inward aggression. Bunuh diri
kondisi genetik. Penderita gangguan
dapat terjadi karena adanya depresi
mental yang paling banyak meninggal
karena ambivalensi antara cinta dan
karena bunuh diri adalah psikotik,
benci;
neurotis dengan gangguan kepribadian,
(3)
Konsep
Psikologi
Kepribadian dan Sosial, memandang
juga
beranggapan
bahwa oleh
dan pecandu alkohol.
bunuh diri sebagai cara lari dari
Berbeda
dengan
pendapat
aversive self-awareness atau painful
psikiatrik, bunuh diri menurut model
awareness,
sosiologis
serta
adanya
bentuk
merupakan
harapan yang terlalu tinggi; berdasar
pengalaman
teori (4) Social Cognition Theory,
bahwa bunuh diri merupakan suatu
bunuh diri terjadi karena self esteem
keadaan yang dipengaruhi oleh faktor
yang
karakteristik biologis dan psikologis,
rendah,
sense
of
personal
yang
suatu
continuity dan future time prospective
serta
yang juga rendah.
lingkungan fisik yang perlu diamati
diri
faktor
sosial,
mengindikasikan
budaya,
dan
Menurut Rihmer (2007), bunuh
lebih mendalam melalui pengamatan
merupakan
kualitatif
suatu
keadaan
(Bertolote,dkk,
2004).
kompleks yang melibatkan multikausal
Durkheim (dalam Rihmer 2007) dalam
pada perilaku manusia dengan berbagai
hipotesisnya, menyatakan bunuh diri
penyebab, dapat berasal dari kondisi
terjadi
biologis, psikososial, maupun kondisi
individu dalam mengikuti tujuan dan
budaya. Dari pandangan psikiatrik,
aturan sosial, sehingga individu dengan
bunuh diri selalu dikaitkan dengan
vulnerability factors akan melakukan
adanya gangguan mental yang berat
bunuh
yang disebabkan oleh
gangguan mental sebagai penyebab
depresi atau
7
karena adanya kegagalan
diri.
Durkheim
menolak
bunuh diri, ia lebih memfokuskan pada
diri secara sosial meliputi laki-laki, tua,
pengaruh ekonomi (industrialisasi di
gagal dalam pernikahan, bujang, tidak
Prancis masa itu), pendidikan, dan
punya anak, penduduk yang sangat
politik (pengaruh agama misalnya pada
padat, tinggal di kota besar, adanya
kasus bom bunuh diri atau bunuh diri
standar hidup yang sangat tinggi, krisis
altruistik). Adapun Olson dan Wahab
ekonomi,
(dalam Rihmer (2007), menekankan
dengan broken home, gangguan mental,
pada faktor sosial sebagai penyebab
dan berpenyakit fisik. Faktor resiko
bunuh diri terutama tekanan sosial yang
dapat pula terjadi pada anak yang
timbul akibat perbedaan ras seperti
memperoleh tuntutan tinggi dalam
yang dialami oleh Indian-Amerika.
prestasinya di sekolah, banyak konflik
Perasaan
ini
keluarga, terisolasi dan kesepian, anak
masalah
korban kekerasan, trauma diperkosa,
kemudian
dan kehilangan figur yang digantungi
dialihkan pada ketergantungan terhadap
(Australian Child & Youth Prevention,
alkohol,
2010).
tertekan
menyebabkan dalam
pada
etnis
timbulnya
keluarga
yang
sehingga
menimbulkan
perasaan tidak berdaya dan hal ini menjadi
penyebab
pecandu
Adapun
alkohol,
faktor
anak
kerentanan
munculnya
(vulnerability factors) adalah faktor
keinginan untuk bunuh diri. Faktor
yang dimiliki oleh individu yang rentan
psikososial ini tidak hanya terjadi di
dalam proses perkembangannya karena
Amerika
di
faktor-faktor pendukung perkembangan
dan
yang optimal bagi anak tidak memadai.
tetapi
Hongkong,
juga
Cina,
terjadi
Australia,
Inggris.
Hal
Berdasar
ini
berpengaruh
dalam
pandangan
pembentukan kondisi kepribadian anak
psikososial, dapat disimpulkan bahwa
yang relisiens, misalnya anak jalanan,
terdapat
(risk
anak yang tidak memiliki dukungan
kerentanan
sosial dan kasih sayang, anak yang
factors)
faktor-faktor dan
(vulnerability
resiko
faktor factors)
yang
dapat
memiliki konsep diri yang rendah, dan
menjadi penyebab bunuh diri. Menurut Rihmer, 2007),
Stengel
berbagai (dalam
kurang
faktor resiko bunuh
8
kondisi
lingkungan
yang
memberi
pemenuhan
akan
kebutuhan anak akan rasa aman dan
dapat mengalami hambatan karena
kasih sayang.
adanya stressor akulturasi, diskriminasi
Para sosiologis, juga mengamati
ras,
kesultian
akademik
karena
bahwa peran media sangat besar dalam
hambatan bahasa, serta beberapa isu
pengambilan keputusan untuk bunuh
penyesuaian budaya lainnya.
diri,
diri
dalam lingkungan ini rentan mengalami
sehingga
isolasi sosial yang berdampak pada
karena
cenderung
perilaku
bunuh
menular
pemberitaan yang besar terhadap kasus
Anak
pembentukan konsep diri mereka.
bunuh diri akan dapat menjadi model bagi pelaku bunuh diri yang lain.
LAYANAN
Kasus bunuh diri pada anak, sebagian
besar
terjadi
KONSELING
SEKOLAH
karena
Perbedaan
budaya
terutama
ketidakmampuan anak menahan malu
pada etnis minoritas berpengaruh besar
terhadap kondisinya, anak-anak yang
dalam
berasal dari etnis minoritas yang sering
dalamnya,
menjadi korban “bully” cenderung
perhatian guru pembimbing sehingga
memiliki konsep diri yang rendah,
sejak di sekolah dasar, anak mendapat
sehingga penghargaan mereka terhadap
tindakan
diri dan budaya yang dimiliki juga
meningkatkan
rendah.
program
perkembangan hal
ini
anak
perlu
di
menjadi
pencegahan konsep
yang
diri
guna melalui
berbasis
pada
Konsep
diri
akan
pemahaman dan penghargaan terhadap
mempengaruhi
anak
dalam
keberagaman budaya di lingkungan
tampilannya secara fisik, akademik,
anak.
dan sosial dengan teman sebayanya.
Beberapa upaya yang dapat
Anak dengan konsep diri rendah rentan
dilakukan guru
mengalami depresi, gangguan makan,
toleransi
bunuh diri, dan masalah penyesuaian
adalah:
serta kecanduan alkohol (Kenny &
a. Anak
McEachern, 2009). Anak-anak
guna meningkatkan
multikultural
perlu
pada
diberi
anak
dasar
perkembangan yang sehat berupa yangberkembang
pengembangan konsep diri yang
dalam keberagaman budaya, mereka
sehat terhadap keberadaannya
9
b. Anak belajar dari pengamatan, sehingga
guru
keteladan
perlu
yang
memberi
baik
menunjukkan
kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya
dalam
lebih
penghargaan
sebagai
harmoni dalam kondisi pluralistik.
topik
Pendekatan
percakapan sehari-hari yang santai perlu
nilai-nilai
mampu mewujudkan kehidupan yang
c. Guru perlu menjadikan bahasan
d. Guru
pada
budaya bangsa yang secara nyata
terhadapa keberagaman
keberagaman
berpangkal
mengetengahkan
mengeksplorasi
konseling adanya
yang
perbedaan
nilai antara konselor dan konseli,
beragam budaya
dimana konselor perlu memahami dan
e. Guru perlu membenarkan sikap
berempati
dengan
konseli
sesuai
anak yang kurang tepat terhadap
internal frame of reference-nya, telah
keberagaman.
diungkap sejak dulu oleh Carl Rogers. Dalam
Anak yang telah terbiasa hidup dalam toleransi terhadap akan
mampu
perkembangannya,
konseling Person Centered Rogers,
perbedaan
yang
diterapkan
untuk
mengatasi
mengembangkan
masalah-masalah anak, dikemas dalam
resiliensi dalam dirinya, sehingga anak
konsep child-centered non directive
lebih tangguh dalam menghadapi rasa
therapy
sakit dan kegagalan.
makalah ini, penanganan preventif
Terkait
layanan
yang dapat dikembangkan oleh guru
bimbingan dan konseling di Indonesia,
pembimbing di sekolah menghadapi
Moh. Surya (2006) mengetengahkan
maraknya kasus bunuh diri anak dapat
tentang tren bimbingan dan konseling
dilakukan dengan pendekatan play
multikultural, bahwa bimbingan dan
therapy.
konseling multikultural
dengan
atau play therapy. Dalam
dengan sangat
pendekatan untuk
directive therapy memiliki kelebihan
lingkungan berbudaya plural seperti
terutama terkait dengan fleksibilitas
Indonesia. Bimbingan dan konseling
bermain, kesesuaian terapi bermain
dilaksanakan
dengan
dengan
tepat
Pendekatan child-centered non
landasan
semangat Bhinneka Tunggal Ika, yaitu
karakteristik
perkembangan
anak, dapat diterapkan dalam berbagai
10
konteks
budaya,
serta
berbagai
sesuatu untuknya. Anak dianggap tidak
peristiwa
traumatis
yang
mungkin
belajar
dialami anak.
untuk
evaluation,
Wilson (2008) mengemukakan
ketika
tiga karakteristik utama yang harus
self-direction,
dan
terapis
self-
bertanggungjawab mengevaluasi
dan
child-centered
play
memberi solusi.
terdapat dalam diri terapis, yaitu:
Tujuan
genuineness dan authenticity, non-
therapy sejalan dengan arah perjuangan
possesive
self directing dari dalam diri anak
warmth,
serta
accurate
empathy.
menuju self actualization. Dengan
Anak mulai mengenali nilai-
demikian
diharapkan
anak
nilai dalam dirinya ketika terapis
mengalami
menunjukkan respon
yang sensitif
kekuatan dalam diri (internal strength).
terhadap perasaan di dalam diri anak
Memfasilitasi anak untuk menjadi lebih
dengan cara merefleksikan perasaan,
adekuat
baik secara verbal maupun nonverbal.
mengatasi masalah sekarang dan yang
Terapis
bermain
proses
akan
sebagai
menemukan
individu
untuk
umumnya
akan datang. Untuk mencapai hasil di
menghindari bertanya dengan alasan
atas, maka child-centered play therapy
pertanyaan
ditujukan untuk membantu anak:
cenderung
mengangkat
dunia afektif ke dunia kognitif, serta
1. Mengembangkan konsep diri yang
pertanyaan membuat hubungan terapis-
positif
anak terfokus pada terapis daripada
2. Meningkatkan
pada anak. Terapis bermain juga
jawab
menghindari berbagai bentuk evaluasi.
3. Menjadi
Anak didorong tetapi tidak diberi
terarah
(serf
4. Menjadi lebih menerima diri (self
evaluatif.
menghindari
tanggung
directing)
hadiah, karena hadiah membentuk pola
Selain
lebih
rasa
acceptance) itu
terapis
intervensi
bermain
5. Menjadi
seperti
reliant)
menawarkan solusi atau nasihat, atau
6. Mampu
membiarkan anak memanipulasi terapis
lebih
tangguh
mengambil
yang sesuai tujuannya
untuk menjadi guru dan melakukan
11
(self
keputusan
7. Mengalami
perasaan
memiliki fungsi terapuetik dan
mengendalikan
memunculkan
8. Mengembangkan
kemampuan
katarsis.
Tahun
1946, Jacob Arlow dan Asja
internal untuk mengevaluasi
Kadis,
9. Menjadi lebih sensitive terhadap
melihat
bahwa
finger
painting dapat memproyeksikan
proses mengatasi masalah
dan mengekspresikan fantasi dan
10. Menjadi lebih mempercayai diri
asosiasi bebas.
sendiri.
4. Storytelling, role playing, and imagery techniques
Terdapat banyak teknik yang
Mengeluarkan konflik di dalam
dapat digunakan dalam play therapy,
diri, mengenalkan cara adaptasi
diantaranya:
yang lebih sehat, dengan bertujuan
1. Symbolic play techniques
untuk
memunculkan
Merupakan permainan yang secara
menanamkan
simbolik
keterampilan
memungkinkan
anak
untuk mengeluarkan kehidupan
insight,
nilai-nilai
dan
menyelesaikan
masalah.
emosi mereka melalui permainan
5. Board games
2. Play techniques using natural
Cocok bagi anak pada masa laten
media
untuk
Lauretta Bender (dalam Landrett,
achievement,
1991) mengungkapkan bahwa play
menguasai lingkungan, dan self-
therapy dapat dilakukan pada anak
esteem.
dari
semua
negara
dengan
mengembangkan kompetensi,
6. Electronic techniques
menggunakan pasir, batu, daun
Permainan
palm, salju atau kristal es. Hal ini
menjadi
mengingat
mengembangkan
bahwa
bahan-bahan
elektronik alat
dapat untuk
kemampuan
alam memiliki arti/makna bagi
menyelesaikan
masalah,
anak dan memiliki nilai terapuetik
mengendalikan
agresi,
3. Drawing and art techniques
meningkatkan
kemampuan
Menurut Shaw dalam Landrett
berpikir, kerjasama dan nilai-nilai
(2001) melukis dengan tangan
interpersonal
12
BUNUH
DIRI
Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (Qs.al Maidah: 32)
DALAM
PANDANGAN ISLAM Islam adalah agama sempurna aturan dan ajarannya, membahas segala sesuatu
terkait
manusia.
dengan
kehidupan
Kedudukan
manusia
diposisikan sebagai makhluk terbaik dalam penciptaannya. Bahkan turunnya Al
Quran
menjadi
pedoman
Dalam firmanNya yang lain:
berkehidupan secara teratur.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (Qs. an Nisa: 29)
Terkait dengan manusia sebagai human
being,
Islam
mengajarkan
bahwa menghilangkan satu saja nyawa manusia (apapun keyakinannya) tanpa alasan
yang
dibenarkan
syariat
dianggap telah membunuh seluruh
Berdasarkan dua ayat tersebut, menunjukkan permasalahan penjagaan kehidupan sangat menjadi perhatian dalam Islam, larangan berbuat kerusakan termasuk pada diri sendiri. Perbuatan bunuh diri yang dianggap sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi sudah dijawab dalam ayat berikut: “…..Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu. (Qs. Ath Thalaq: 2-3)”.
manusia. Sebaliknya menghidupi satu saja jiwa manusia dianggap telah menjaga kehidupan seluruh manusia. Maka
apapun
alasannya
perilaku merusak kepentingan umum, membunuh diri dan orang lain tanpa pembenaran
dari
syariat
tidak
dibenarkan dalam ajaran Islam. Allah SWT berfirman: “oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.
13
peran penting kecerdasan emosi dan Setiap dihadapkan
manusia ragam
senantiasa
masalah
spiritual yang harus dimiliki anak.
dalam
Kecerdasan kognitif saja tidak
kehidupannya, sehingga pola pikir
cukup mampu mengantarkan anak
sangat mempengaruhi tindakan solutif.
menjadi individu yang sukses dan
Penguatan dari sisi agama menjadi sangat
prinsip,
mengimani
memiliki
bahwa
(resiliensi)
setiap masalah yang dibebankan tidak
ketangguhan dalam
pribadi menghadapi
tantangan. Dengan demikian, menjadi
akan melebihi kapasitas kemampuan
tugas penting bagi orangtua dan guru
kita dan pasti memiliki jalan keluar
untuk mengasuh dan mendidik anak
positif.
agar menjadi pribadi yang memiliki resiliensi sejak usia dini. Di sekolah,
SIMPULAN Pemahaman
terhadap
program bimbingan dan konseling
kasus
multikultural
bunuh diri pada anak yang akhir-akhir
play therapy dan penguatan aspek
cukup tinggi, menyadarkan kita bahwa sekarang
dapat
dikembangkan adalah melalui program
ini menunjukkan peningkatan yang
anak-anak
yang
agama (keyakinan) bagi anak-anak
memiliki
yang beresiko bunuh diri.
kepribadian yang rentan dan kurang memiliki daya juang, terutama saat menghadapi
berbagai
tekanan
DAFTAR PUSTAKA
dan
Anonim. 1989. Konvensi Hak-hak Anak. www.unicef.org/voy/media/CR C_bahasa_indonesia_version. pdf (diakses: 09 Februari 2011)
tuntutan masyarakat yang semakin tinggi. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pola pengasuhan dan pendidikan yang diterapkan
oleh orangtua dan Anderson. 2002. Child Injury Prevention Tool Selecting Best Practices. www.childinjuryprevention.or g/mechanism. (diakses: 09 Februari 2011).
guru, yang cenderung menekankan pada proses yang instan dalam usaha memperoleh sesuatu. Orangtua dan guru kadang lebih
terpacu
melihat anak memiliki
untuk
kecerdasan
Bratton, S.C., Ray, D.C., Edwards, N.A., Landreth, G. 2002. Child
kognitif yang tinggi tetapi lupa dengan
14
Centered Play Therapy. www.scribd.com › Creative Writing › Essays. (diakses: 09 Februari 2011)
Diri Makin Ketertekanan Utama
Anonim. Suara Merdeka, Rabu, 04 Agustus 2004. Kasus Bocah SD Bunuh Diri, Polsek Lupa Lapor ke Mapolres
Ekowarni, E. 2006. Tinjauan Psikologis Terhadap Fenomena Bunuh Diri Pada Anak dan Remaja. Materi Kuliah Psikologi Perkembangan Anak.
file://H:\ANTARANEWS. Selamatkan Putra/i Anda dari “Bullying”. Tanggal akses 22 Mei 2006
Hidayat, T. 2004. Agar Anak Tidak Pendek Akal. Republika, Minggu, 11 Juli 2004 Hurlock,
Kristal,
Marak, Penyebab
www.tabloidnova.com/.../SudahkahKita-Memenuhi-Hak-HakAnak
E. 1993. Psikolgi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Ponterotto, Joseph G.. 2001. Handbook of multicultural counseling. California: Sage Publication, Inc.
L. 1981. The ABC of Psychology. Curacao: Multimedia Publications Inc.
Wilson, K. 2008. Child Therapy and Non-directive Play Therapy. eprints.nottingham.ac.uk/823/ 4/Ch1.pdf. Diakses tanggal 25 Desember 2010.
Landreth, G.L. 1991. Play Therapy: TheArt of the Relationship. Indiana: Accelerated Development Inc Landreth, G.L. 2001.Innovations in Play Therapy: Issues, Process, and Special Populations. Brunner-Routledge: Taylor & Francis
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Developmen, Perkembangan Masa Hidup. Edisi Kelima Jilid II (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga Anonim. Suara Merdeka, Kamis, 02 September 2004. Anak Bunuh
15