Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
BUNUH DIRI MENURUT EMILE DURKHEIM DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM DAN PENCEGAHANNYA MUHAMMAD ANAS MIN Beji Pasuruan Abstrak; Berbagai kasus bunuh diri kini mulai merebak di kalangan sebagian masyarakat kita. Berbagai analisis dilakukan para ahli dalam berbagai bidang ilmu. Beberapa ahli mendefinisikan bunuh diri adalah mendahulukan kehendak nafsu dari pada kehendak Tuhan. Durkheim yang memiliki paradigma fakta sosial ini menekankan segala tindakan manusia yang disebabkan karena faktor eksternal di luar dirinya, dan bukan karena dirinya sendiri, termasuk pada kasus bunuh diri. Faktor penyebab bunuh diri, antara lain: 1) depresi, 2) tekanan emosi/jiwa, 3) tidak berani menghadapi kenyataan hidup, 4) miskin harta, miskin ilmu, dan miskin iman, dan 5) penyalahgunaan barang haram.Bunuh Diri menurut Islam, sangat diharamkan, karena sama halnya mendahului ketentuan mati, dimana hidup dan mati hanya Allah yang mempunyai kuasa untuk hal itu. Upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat atau lembaga rehabilitas, tempat yang beresiko tinggi, media massa, sektor kesehatan, guru, ulama atau herbalis tradisional dan terapi Islam. Kata Kunci: Bunuh Diri, Individu, Masyarakat, Agama, Pencegahan
PENDAHULUAN Berbagai kasus bunuh diri kini mulai merebak di kalangan sebagian masyarakat kita. Kasus ini menimpa sejak dari kalangan atas, kalangan orang-orang yang memiliki kekayaan melimpah, masyarakat biasa berpenghasilan pas-pasan, sampai pada anak SD yang masih sangat belia, yang menurut logika sehat rasanya tidak mungkin berani mengambil tindakan nekat tersebut. Berbagai analisis dilakukan para ahli dalam berbagai bidang ilmu. Mereka ingin mengetahui penyebab utama semakin merebaknya kasus ini, yang kini juga terjadi di beberapa negara, seperti Korea, Hong Kong, dan Jepang atau mungkin di negara-negara lainnya. Dari analisis itu didapat hasil, inti utama penyebab terjadinya kasus bunuh diri adalah kelemahan dan
Muhamadd Anas
kelabilan keyakinan yang dipadukan dengan himpitan masalah kehidupan yang semakin berat dan kompleks yang tidak mampu ditanggung sendiri, seperti masalah ekonomi dan keuangan, yang kemudian disikapi dengan keinginan kuat untuk menyelesaikannya sendiri dengan jalan pintas. Banyak orang mengira bunuh diri itu merupakan akhir dari penyelesaian masalah, padahal sesungguhnya tindakan tersebut merupakan awal dari persoalan besar yang akan dihadapi dan bahkan bersifat abadi. Setelah kematian, setiap orang akan menerima balasan dari amal yang pernah dilakukannya di dunia. Firman Allah SWT, “Sesungguhnya neraka jahanam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal.” (QS 78: 21-26). Orang-orang yang beriman dan beramal saleh yang memanfaatkan waktu hidupnya untuk berbagai kegiatan yang bermanfaat sampai akhir hayatnya akan mendapatkan balasan yang baik dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat. Ini sebagaimana dinyatakan Alquran (QS 16: 97): “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Depag RI, 2004:278). Bagi orang yang beriman, menghadapi persoalan hidup adalah persoalan biasa. Karena itu, tidak ada dalam kamus kehidupannya apa yang namanya frustrasi, apalagi sampai merusak, melukai, dan/atau membunuh dirinya. Frustrasi dan bunuh diri hanyalah dimiliki orang-orang yang tidak beriman, sebagaimana dinyatakan dalam Alquran (QS 12: 87): “....dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Depag RI, 2004:246) Permasalahan bunuh diri merupakan pembahasan yang sangat menarik. Saya berusaha memberikan definisi bunuh diri dari beberapa ahli
166
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
dalam bidangnya. Saya menganalisa secara kritis pemikiran Emile Durkheim yang berjudul “Suicide” dalam membahas kasus bunuh diri pada masyarakat saat ini, kemudian saya mengaitkan dengan pandangan agama Islam dan upaya pencegahannya. Menurut Emile Durkheim terdapat empat penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu egoistic suicide yaitu bunuh diri karena urusan pribadi, altruistic suicide yaitu bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain, kemudian jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang tinggi adalah bunuh diri fatalistik, dan jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang rendah adalah bunuh diri anomik. Durkheim menekankan tindakan bunuh diri yang diakibatkan oleh fakta sosial, yaitu integrasi dan juga regulasi atau peraturan. Bunuh diri sendiri terdapat beberapa faktor penyebabnya, antara Wikipedia Indonesia dan Muhammad Adam Hussein ada cukup kesamaan dalam menjelaskan faktor penyebab bunuh diri, antara lain: 1) depresi, 2) tekanan emosi/jiwa, 3) tidak berani menghadapi kenyataan hidup, 4) miskin harta, miskin ilmu, dan miskin iman, dan 5) penyalahgunaan barang haram. Sedangkan bunuh diri menurut Islam, sangat diharamkan, karena sama halnya mendahului ketentuan mati, dimana hidup dan mati hanya Allah yang mempunyai kuasa untuk hal itu. Apabila seseorang mati dengan cara bunuh diri pasti kelak di akhirat mendapat siksa dan cara matinya pula tidak diridhoi olehNya, sehingga neraka menjadi tempat kembalinya orang yang mati dengan cara bunuh diri. Ada beberapa dalil Al Qurán dan Hadits Nabi saw yang jelas-jelas mengharamkan tindakan bunuh diri. Dari sudut pandangan agama manapun bunuh diri dianggap sebagai tindakan tercela atau tindakan berdosa. Kalau orang yang bunuh diri itu kuat iman maka tidak akan mungkin melakukan tindakan yang berdosa besar hukumnya.
167 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
Pencegahan bunuh diri merupakan istilah yang digunakan untuk upaya kolektif guna mengurangi insiden bunuh diri melalui tindakan pencegahan. Mengurangi akses ke metode tertentu, seperti senjata api atau racun akan mengurangi risikonya. Pada remaja yang akhir-akhir ini berpikir untuk bunuh diri, terapi perilaku kognitif tampaknya dapat bermanfaat untuk memberikan perbaikan. Pembangunan ekonomi melalui kemampuannya untuk mengurangi kemiskinan mungkin dapat menurunkan tingkat bunuh diri. Upaya untuk meningkatkan hubungan sosial terutama pada pria usia lanjut mungkin saja efektif. PEMBAHASAN Definisi Bunuh Diri menurut Ahli Pengertian Bunuh Diri diartikan oleh Imam Shalahuddin Al-Jalili (2007:86) adalah membunuh diri sendiri yang juga merupakan gambaran dari keputusasaan yang sudah mencapai titik klimaks. Sepertinya, sudah tidak ada harapan hidup lagi, juga tidak ada kebahagiaan yang bisa diraih. Karena itu bunuh diri sebagai jalan keluarnya. Definisi Bunuh Diri yang dihimpun oleh DR. Kartono Kartini (Psikiater Senior) dalam Hygiene Mental sebagai berikut: 1.
Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja dengan bertujuan secara sadar mengambil nyawa sendiri. (Kartono, 2000:142)
2.
Bunuh diri adalah perbuatan manusia yang disadari dan bertujuan untuk menyakiti diri sendiri dan menghentikan kehidupan sendiri. Dalam kalimat ini ada 5 hal yang penting, yaitu diantaranya; 1. Merupakan perbuatan manusia, 2. Ada keinginan yang disadari untuk mati,
168
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
3. Memiliki motivasi-motivasi tertentu, 4. Bertujuan menggapai kematian, 5. Ada introspeksi penuh kesadaran mengenai satu konsep tentang kematian atau penghentian kehidupan. (Kartono, 2000:144) 3.
Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi dengan seorang yang dibenci dengan membunuh diri sendiri orang yang bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.
4.
Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi, berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa, dan lain-lain.
5.
Bunuh diri adalah prakarsa/inisiasi perbuatan yang mengarah pada kematian pemrakarsa.
6.
Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk melakukan destruksi/pengrusakan diri sendiri.
7.
Bunuh diri adalah inisiasi perbuatan yang mengarah pada motivasi kematian, membunuh dan dibunuh.
8.
Bunuh diri merupakan keadaan hilangnya kemauan untuk hidup.
9.
Bunuh diri ialah satu derajat sentral dari keputusan pelaku yang memutuskan untuk memprakarsai satu perbuatan mengarah pada kematian sendiri.
10. Bunuh diri adalah derajat ketegasan dan ketegaran keputusan untuk memprakarsai perbuatan yang mengarah pada kematian sendiri.i
169 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
11. Bunuh diri adalah kemauan berbuat mengarah pada kematian sendiri. 12. Bunuh diri adalah derajat efektivitas satu perbuatan yang disengaja dan bertujuan, yang mengakibatkan kematian. 13. Bunuh diri adalah pengetahuan seorang mengenai relasi dirinya dengan kondisi obyektif dan kematian. (Kartono, 2000:144-145) Jadi, dapat disimpulkan oleh kita bahwa bunuh diri adalah salah satu perbuatan tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir kematian yang ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan berbagai cara/langkahnya. Bunuh diri ini ada unsur pemaksaan kehendak Ilahi, sehingga dirinya melakukan usaha bunuh diri berarti cenderung menguatkan kehendak nafsu dan egosentris semata, sehingga akal pikiran yang jernih tidak mampu untuk menganalisa resiko dan akibat dosa bunuh diri itu sendiri. Itulah, kesimpulan penulis dalam menanggapi definisi bunuh diri ini. Bunuh Diri menurut Emile Durkheim Pada sub bab ini akan berisi tentang pemikiran Emile Durkheim tentang bunuh diri di dalam buku yang berjudul “suicide”. Disini akan tertuang ide-ide pemikiran Durkheim dalam membahas kasus bunuh diri yang terjadi di masyarakat. Definisi Bunuh Diri dalam Buku “Suicide” Emile Durkheim memberikan definisi untuk bunuh diri sebagai suatu tindakan manusia yang lebih memilih kematian daripada kehidupan di dunia. Di dalam pembuatan buku ini Durkheim ingin menunjukkan kekuatan disiplin sosiologi, sebagai ilmu yang mempelajari keterikatan antara individu dengan masyarakat. Durkheim
170
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
mengasumsikan bahwa hanya fakta sosial yang bisa menjelaskan kenapa suatu kelompok memiliki angka bunuh diri lebih tinggi daripada kelompok lain. Klasifikasi Bunuh Diri menurut Emile Durkheim Bagi Durkheim, faktor terpenting dalam perbedaan angka bunuh diri ditemukan pada perbedan level fakta sosial. Empat jenis bunuh diri yang diklasifikasikan oleh Durkheim adalah bunuh diri egoistik, fatalistik, alturistik, dan anomik, adalah sebagai berikut: a. Egoistic Bunuh diri yang pertama adalah bunuh diri egoistik. Bunuh diri egoistik ini dapat terjadi karena hubungan integrasi diantara kelompok sosial atau masyarakat dengan diri individu manusia. “Suicide varies inversely with the degree of integration of the social groups of which the individual forms a part” (Durkheim, 1952:167). Bagi Durkheim, suatu tindakan individu manusia ditentukan atau sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Individu manusia tidak bisa lepas dari sosial masyarakatnya. Sosial masyarakat yang memiliki sistem sangat berpengaruh terhadap tingkah laku diri individu manusia. “But
society
cannot
disintegrate
without
the
individual
simultanously detaching himself from social life, without his own goals becoming preponderant over those of the community, in a word without his personality tending to surmount the collective personality.” (Durkheim, 1952:167).
171 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
Masyarakat tidak akan memisahkan diri dari individu manusia, kecuali jika diri individu manusia itu sendiri yang ingin melepaskan keterikatannya dengan kehidupan kelompok sosialnya. Diri individu manusia memisahkan diri dengan masyarakat atau lingkungan tempat diri individu itu berada. Disini terjadi kerenggangan hubungan diantara individu dengan masyarakatnya. “The more weakened the groups to which he belongs, the less he depends on them, the more he consequently depends only on himself and recognize no other rules of conduct than what are founded on his private interest.” (Durkheim, 1952:167). Semakin lemahnya keterikatan antara individu dengan masyarakat, maka akan semakin berkurangnya ketergantungan diri individu kepada masyarakat. Maka diri individu manusia akan lebih bergantung pada dirinya sendiri dan menyadari bahwa tidak akan ada peraturan yang akan mengatur tingkah lakunya untuk mencapai apa yang dirinya inginkan. “If we agree to call this state egoism, in which the individual ego asserts itself to excess in the face of the social ego and at its expense, we may call egoistic the special type of suicide springing from excessive individualism.” (Durkheim, 1952:168). Situasi ini dinamakan dengan egoisme, dimana diri individu mansuia menyatakan perbuatan yang diluar batas atau berlebihan tanpa peduli dengan lingkungan masyarakatnya. Dan egoistik ini menjadi salah satu tipe bunuh diri yang berkembang dari diri individu yang mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki ikatan hubungan yang dekat dengan lingkungan masyarakat.
172
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
Inilah macam bunuh diri akibat terlalu sedikitnya integrasi sosial yang dilakukan individu. Maksudnya, individu tidak cukup untuk melakukan pengikatan diri dengan kelompok sosial. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya. Contoh bunuh diri jenis ini adalah individu yang tidak menikah memiliki tingkat bunuh diri yang lebih tinggi dari pada orang yang menikah. Contoh lain adalah pergaulan anak sekolah yang merasa tidak punya teman dan ditinggalkan dari segala sesuatu dan lingkungan orang-orang sekitarnya. Seorang anak yang dianggap aneh oleh teman-temannya akan memiliki pergaulan yang sempit, dimana dia tidak ditemani oleh teman-temannya, mereka akan terisolasi, diganggu atau digoda oleh orang lain sehingga anak ini akan merasakan depresi dan kesedihan mendalam, merasa kehidupannya sudah tidak lagi berguna dan tidak dibutuhkan oleh lingkungannya. b. Alturistic Jenis bunuh diri yang selanjutnya adalah bunuh diri alturistik. Bunuh diri alturistik ini adalah kebalikan dari bunuh diri egoistik. Bunuh diri alturistik ini terjadi karena hubungan individu manusia dengan masyarakat sangat dekat. “If, as we have just seen, excessive individuation leads to suicide, insufficient individuation has the same effects. When man has become detached from society, he encounters less resistance to suicide in himself, and he does so likewise when social integration is too strong.” (Durkheim, 1952:175). Kita dapat melihat bahwa terlalu individualistis yang sangat berlebihan akan membawa kita pada suatu tindakan bunuh diri, seperti bunuh diri egoistik. Bunuh diri alturistik ini terjadi ketika hubungan kedekatan individu dengan masyarakat terlalu kuat.
173 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
“Now, when a person kills himself, in all these cases, it is not because he assumes the right to do so but, on the contrary, because it is his duty. If he fails in this obligation, he is dishonored and also punished, usually, by religious sanctions.” (Durkheim, 1952:177). Maka ketika seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri pada kasus bunuh diri alturistik disini, hal itu bukan karena keinginan dirinya sendiri, tapi justru karena hal itu adalah tugas atau kewajibannya. Jika seseorang telah gagal untuk menjalani kewajibannya, ia akan merasa sangat malu seperti sebuah aib, ia akan merasa dihukum oleh sangsi agama atau kepercayaannya. Maka ketika ia gagal menjalani kewajibannya, ia lebih baik bunuh diri. Ia mengabdikan dan merelakan dirinya untuk orang lain atau masyarakat. Bunuh diri yang terjadi karena kewajibannya ini juga terjadi di Jepang, disebut juga dengan Harakiri. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa mereka melakukan tindakan bunuh diri karena itu merupakan bentuk pengorbanannya. “...it even happens that the individual kills himself purely for the joy of sacrifice.” (Durkheim, 1952:181). Seorang individu manusia melakukan tindakan membunuh dirinya sendiri benar-benar karena sebagai suatu bentuk kesenangan dan juga sebagai bentuk pengorbanannya untuk masyarakat. Seseorang akan melakukan pengorbanan yang sangat besar untuk masyarakat ketika terjadi hubungan yang sangat dekat antara individu dengan masyarakat, yaitu tindakan bunuh diri tanpa memikirkan dirinya sebagai individu. c. Anomic
174
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
Tipe bunuh diri yang selanjutnya ini disebut dengan bunuh diri anomik. Bunuh diri anomik ini terjadi ketika regulasi melemah atau ketika tidak adanya aturan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. “Society is not only something attracting the sentiments and activities of individuals with unequal force. It is also a power controlling them. There is a relation between the way this regulative action is performed and the social suicide-rate” (Durkheim, 1952:201). Masyarakat bukan hanya sesuatu yang mengatur perasaan dan tindakan dengan kekuatan yang tidak setara, yaitu masyarakat yang posisinya lebih tinggi daripada individu. Tapi disana juga ada kekuatan yang mengontrol perilaku dan tindakan manusia di dalam suatu masayarakat yang bersifat memaksa, disebut dengan aturan. Maka disini ada hubungan antara peraturan regulatif dengan tindakan bunuh diri. “It is a well-known fact that economic crises have an aggravating effect on the suicidal tendency.” (Durkheim, 1952:201). Krisis ekonomi adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam bunuh diri anomic ini. Contohnya adalah bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjaan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan. “So far the increase in poverty from causing the increase in suicide that even fortunate crises, the effect of which is abruptly to enhance a country’s prosterity, affect suicide like economic disasters.” (Durkheim, 1952:203).
175 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
Peningkatan angka kemiskinan yang menyebabkan peningkatan angka bunuh diri ini adalah krisis yang sangat menguntungkan, karena dapat menimbulkan negara mempertinggi kemakmuran pada rakyatnya dan akan mempengaruhi bunuh diri karena bencana ekonomi. d. Fatalistis Jenis bunuh diri yang keempat adalah bunuh diri fatalistis. Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Dan ketika regulasi ini meningkat dan terlalu kuat, Durkheim menganggap bahwa masa depan individu ditutup dan setiap individu berada dibawah disiplin yang terkesan menindas. Contohnya adalah perbudakan, seorang budak dalam keadaan melankolis dimana melihat bahwa kehidupan mereka tidak dapat berubah dan meningkat akan melakukan tindakan bunuh diri fatalistik. Contoh lain adalah tahanan yang tidak mungkin akan lepas atau kabur. Empat jenis kategori yang dirumuskan oleh Emile Durkheim ini bisa dijadikan landasan teori alasan mengapa seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Integrasi dan peraturan memainkan peranan yang sangat kuat dimana harus terjadi keseimbangan agar tercipta suasana yang normal di dalam suatu masyarakat yang hidup bersama. Faktor Penyebab Bunuh Diri Menurut Wikipedia Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/ Bunuh_diri), faktor penyebab bunuh diri dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Dilanda keputusasaan dan depresi. 2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan. 3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
176
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu). 5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan. Menurut Muhammad Adam Hussein (www.adamsains.us) dalam hal ini mempunyai pendapat. Dimana faktor penyebab bunuh diri itu disebabkan oleh beberapa motif, sebagai berikut : 1. Depresi (Pengaruh dari pikiran yang macam-macam, sehingga arah pikiran menjadi kacau, saking kacaunya sehingga tak mampu berpikir jernih.) 2. Tekanan Emosi (Terlalu menuntut ini itu terhadap diri sendiri, sedang kemampuan diri tidak bisa menjangkaunya hingga akhirnya emosi terpendam. Saking terpendamnya emosi semakin lama semakin menumpuk yang akhirnya mengakibatkan keputusasaan tingkat tinggi hingga muncul tindakan percobaan bunuh diri.) 3. Tidak berani menghadapi kenyataan hidup (Banyak hal yang terjadi dalam hidup ini yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapan hingga menutupi kebenaran/kenyataan hidup, sikap seperti ini sikap lari dari masalah, padahal perlu diketahui masalah tidak bisa dihindarkan dalam hidup ini.) 4. Miskin Harta, Miskin Ilmu, dan Miskin Iman (Miskin Harta dimana kebutuhan hidup tidak terpenuhi dengan semestinya. Miskin Ilmu, dimana saat ilmu yang ingin dikuasai kerapkali tidak berhasil dipelajari. Miskin Iman, maksudnya kurang pemahaman tentang ajaran agama juga dapat menjadi faktor penyebab bunuh diri.) 5. Penyalahgunaan Barang Haram (Terlalu kecanduan atau ketergantungan terhadap barang haram seperti sabu-sabu, alkohol, dan barang haram
177 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
lainnya yang memabukkan. Itu semua dapat memicu untuk berbuat nekad termasuk berani bunuh diri.) Bunuh Diri dalam Pandangan Agama Islam Nilai manusia dalam pandangan Agama Islam sangatlah tinggi. Bahkan masalah kemanusiaan adalah topik utama yang dibahas dalam al Qur-an. Maka apapun alasannya perilaku merusak kepentingan umum, membunuh diri dan orang lain tanpa haq tidak ada kamusnya untuk dibenarkan dalam syariat agama Allah. Berikut ini beberapa alasan yang semestinya difahami oleh manusia tentang bunuh diri: 1. Larangan Bunuh Diri Dalam Depag RI (2004:83), Allah swt berfirman: “Janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha Penyayang. Dan barangsiapa berlaku demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. 4:29–30) Dalam firman Allah di atas, jelas sekali melarang tindakan bunuh diri. Sebab, bunuh diri itu dapat menjerumuskannya ke dalam neraka yang tiada kira panasnya, dikarenakan mendahului Allah dalam menentukan kematiannya. 2. Larangan membunuh tanpa haq dan perintah menjaga jiwa manusia Dalam Depag RI (2004:113), Allah swt berfirman: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-
178
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (QS. 5:32). 3. Musyrik bagi pelakunya Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelakunya syirik tidak akan diampuni dosanya oleh Allah, bahkan kekal disiksa dalam api neraka. Islam tidak mengenal dan mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan pesawat tempur ke kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri demi membela keyakinan akan masuk nirwana (syurga). Sedang Dia mengajarkan : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. 4:29) (Depag RI, 2004:83) "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauhjauhnya." (QS.4:116) (Depag RI, 2004:97) 4. Sama dengan menghalalkan darah muslim Kerusakan yang ditimbulkan bagi masyarakat luas, baik muslim ataupun bukan. Selain itu akibat perbuatan terkutuk ini dapat muncul fitnah yang mengotori citra dan cita Islam serta ummat Islam. Akan muncul kecurigaan dan kebencian tanpa alasan terhadap sesama ummat Islam dan
179 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
di kalangan manusia secara umumnya. Tindakan segelintir manusia ini, merugikan banyak manusia bahkan mirip dengan perbuatan neo-khawarij yang menghalalkan darah muslim. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. 49:1) (Depag RI, 2004:515) Oleh karena itu setiap tindakan yang mengatasnamakan ajaran Islam, wajib benar niatnya karena Allah semata dan benar caranya menurut tuntunan Muhammad Rosulullah. "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) Din secara hanif (lurus), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah Din yang lurus." (QS. 98:5). (Depag RI, 2004:97). Upaya Pencegahan Bunuh Diri Pelaku bunuh diri biasanya mereka gamang (bimbang menentukan pilihan sikap) seringkali suasana hatinya itu yang menjadi tolak ukur tindakannya. Selama kita mau mengkaji bahwa suasana hati itu tidak dapat dijadikan pedoman dalam bertindak, sebab pada pasalnya suasana hati mempunyai sifat yang berubah-ubah tergantung oleh situasi dan kondisi. Apabila suasana hati diikuti ditakutkan terjadi perubahan sikap sedang apabila sudah terjadi usaha bunuh diri dan berhasil nyawa menghilang maka yang ada penyesalan yang berkepanjangan sebab nyawa yang mati tidak bisa dihidupkan kembali. Maka, orang bijak pun berkata, “Berpikirlah sebelum bertindak.” Kenapa orang bijak menyuruh kita berpikir dulu sebelum bertindak, alasannya karena kalau kita tidak berpikir maka apabila terjadi resiko dan akibatnya itu harus berani untuk ditanggungnya. Ingat, boleh jadi akhir kepedihan dan kesulitan
180
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
hidup dapat ditemui, tapi ternyata di akhirat kelak bunuh diri menjadi tanggungan yang sangat berat di hadapan Allah Azza Wajjala, disebabkan putus asa dari rahmat Ilahi Robbi. Harusnya diyakini kenyataan hidup ini, agar tidak tertipudaya oleh kesenangan duniawi, kalau tidak akan tergelincir dalam hasudan setan melalui kesenangan-kesenangan dunia. Upaya pencegahan itu bisa dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat atau lembaga rehabilitas, tempat yang beresiko tinggi, media massa, sektor kesehatan, guru, ulama atau herbalis tradisional dan terapi Islam. Dalam hal ini saya menjelaskan sedikit upaya pencegahan yang lebih utama, antara lain: 1. Upaya Pencegahan Bunuh Diri Oleh Diri Sendiri Diri sendiri juga menjadi pencegah bunuh diri bisa terjadi, sebagai berikut: a. Tanamkan semangat hidup b. Pelihara pikiran dari pikiran negatif 2. Upaya Pencegahan Bunuh Diri oleh Keluarga Anggota keluarga dapat berpartisipasi dalam mengupayakan pencegahan bunuh diri secara efektif, yaitu sebagai berikut : a. Kenali tanda-tanda percobaan bunuh diri. b. Membina hubungan erat dan harmonis c. Tunjukkan solidaritas keluarga ingin menolongnya. d. Jadilah pendengar yang baik untuk dirinya. e. Ajari cara penyelesaian masalah kalau memungkinkan secara bertahap f.
Beri kasih sayang secukupnya, jangan berlebih karena itu dapat menyusahkannya di suatu hari.
181 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
g. Orangtua, dokter, guru dan teman kemungkinan pada posisi untuk mengidentifikasi siapa yang mungkin berusaha bunuh diri 3. Terapi Rukyah (Penyembuhan dengan Doa) Terapi Rukyah yang dapat dilakukan dengan membaca doa penghilang rasa takut, sebagai berikut : Rasulullah SAW bersabda : Letakkan tanganmu pada tubuhmu yang sakit dan katakan: “Auzdu bi’izzati’llah wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhazdir (Aku berlindung dengan kemuliaan Allah dan kekuasaannya dari bencana penyakit yang kurasakan dan kucemaskan.” (HR. Muslim dari Utsman bin Abi’l Ash) (Saliby, 2000:78).
PENUTUP Kesimpulan Bunuh diri adalah salah satu perbuatan tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir kematian yang ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan berbagai cara/langkahnya. Bunuh diri ini ada unsur pemaksaan kehendak Ilahi, sehingga dirinya melakukan usaha bunuh diri berarti cenderung menguatkan kehendak nafsu dan egosentris semata, sehingga akal pikiran yang jernih tidak mampu untuk menganalisa resiko dan akibat dosa bunuh diri itu sendiri. Bagi Durkheim, faktor terpenting dalam perbedaan angka bunuh diri ditemukan pada perbedan level fakta sosial. Empat jenis bunuh diri yang diklasifikasikan oleh Durkheim adalah bunuh diri egoistik, fatalistik, alturistik, dan anomik.
182
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Bunuh Diri Menurut Emile Derkheim Dalam Pendidikan Islam
Faktor penyebab bunuh diri itu disebabkan oleh beberapa motif, yaitu: 1) depresi, 2) tekanan emosi, 3) tidak berani menghadapi kenyataan hidup, 4) miskin harta, miskin ilmu dan miskin iman, dan 5) penyalahgunaan barang haram. Bunuh Diri menurut Islam, sangat diharamkan, karena sama halnya mendahului ketentuan mati, dimana hidup dan mati hanya Allah yang mempunyai kuasa untuk hal itu. Apabila seseorang mati dengan cara bunuh diri pasti kelak di akhirat mendapat siksa dan cara matinya pula tidak diridhoi olehNya, sehingga neraka menjadi tempat kembalinya orang yang mati dengan cara bunuh diri. Selain itu akibat perbuatan terkutuk ini dapat muncul fitnah yang mengotori citra dan cita Islam serta ummat Islam. Akan muncul kecurigaan dan kebencian tanpa alasan terhadap sesama ummat Islam dan di kalangan manusia secara umumnya. Upaya pencegahan bunuh diri bisa dilakukan oleh diri sendiri, keluarga, masyarakat atau lembaga rehabilitas, tempat yang beresiko tinggi, media massa, sektor kesehatan, guru, ulama atau herbalis tradisional dan terapi Islam. Saran Seharusnya kita harus menyikapi musibah atau pun ujian hidup ini dengan sikap sabar dan ikhlas. Kita tidak perlu takut menghadapi kenyataan hidup yang serba berat karena dunia ini hanya tempat mencari amal kebaikan sebaik-baiknya untuk bekal hidup kelak di akhirat.
183 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Muhamadd Anas
DAFTAR PUSTAKA Al-Jalili, Imam Shalahuddin, 2007, Qishas – Qishas Orang yang Bunuh Diri, Jombang, Penerbit Lintas Media. Depag RI, 2004, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Bandung, CV Penerbit J-Art. Durkheim, Emile. 1897/1951. Suicide. New York, Free Press Kartini, DR Kartono, 2000, Hyiene Mental, Bandung, CV. Mandar Maju. Salaby, Drs. Mas Rahim, 2000, Mengatasi Keguncangan Jiwa, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Muhammad Adam Hussein, 13 Februari 2015, www.adamsains.us/2012/02/kajian-bunuh-diri.html
Kajian
Bunuh
Diri,
Wikipedia Indonesia, 31 Januari 2015, Bunuh Diri. http://id.wikipedia.org/wiki/ Bunuh_diri.
184
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015