perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEMASAR KEPADA KONSUMEN DALAM PENAWARAN PROGRAM SOLUSI HAJI DAN UMRAH DI PT ARMINAREKA PERDANA CABANG SOLO: Sebuah Pendekatan Pragmatik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh NISA AFIFAH C0208072
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : NISA AFIFAH NIM : C0208072
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana Cabang Solo: Sebuah Pendekatan Pragmatik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.
Surakarta,
Oktober 2012
Yang membuat pernyataan,
Nisa Afifah
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Terjemahan Q.S. Al-Insyirah: 5-6) “Man jadda wajada.” Artinya: Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan. “Man zara’a yahshulu.” Artinya: Siapa yang berusaha dia yang menuai hasil. “Man shabara zhafira.” Artinya: Siapa yang bersabar akan beruntung.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tuaku tercinta bapak Ngatmanto dan ibu Siti Rokhimah Kakakku Miqdad dan adikku Tsalis Keluarga besar Singosentiko dan Bani Soegati Almamater Orang-orang yang peduli terhadap perkembangan ilmu bahasa dan linguistik
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana Cabang Solo: Sebuah Pendekatan Pragmatik. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 3. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum., selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran. 4. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum., selaku penelaah proposal skripsi yang dengan sabar memberi masukan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi. 5. Seluruh dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah membekali bermacam ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Umi Hasanah, S.H., selaku pemilik PT Arminareka Perdana Jajar, dan Umi Yulianti, selaku pemilik PT Arminareka Perdana Nusukan, Solo yang commit to user telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Drs. Ngatmanto dan Dra. Siti Rokhimah, kedua orang tua penulis yang telah merawat, mendidik, dan senantiasa memberikan kasih sayang kepada penulis. 8. Miqdad Abu Jihad dan Tsalis Fachrully Syahidah, saudara penulis yang menemani tumbuh dan membagi cinta dan keceriaan dalam hidup. 9. Seluruh keluarga besar Singosentiko dan Bani Soegati serta calon pendamping hidupku terima kasih telah memberikan warna dalam hidup. 10. Reni Suciati, S.Pd., Devi Narulitasari, S.E.Sy., dan Ika Wulandari, selaku pemasar di PT Arminareka Perdana cabang Solo, yakni di Jajar dan Nusukan yang senantiasa membantu dan mendampingi penulis dalam mencari data. 11. Teman-teman Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret angkatan 2008. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Sastra Indonesia pada khususnya dan pembaca sebagai pencinta linguistik pada umumnya.
Surakarta, 24 Oktober 2012
commit to user
viii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERSETUJUAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN
iv
MOTTO
v
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
ABSTRAK
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan Masalah
8
C. Perumusan Masalah
8
D. Tujuan Penelitian
9
E. Manfaat Penelitian
9
F. Sistematika Penulisan
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Terdahulu
12
B. Landasan Teori
17
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pragmatik
17
2. Situasi Tutur
20
3. Tindak Tutur
22
4. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
25
5. Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal
26
6. Kesantunan Berbahasa
27
7. Skala Kesantunan Leech
31
C. Kerangka Pikir
35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penalitian
37
B. Populasi dan Sampel
38
C. Sumber Data dan Data
38
D. Metode Pengumpulan Data
39
E. Klasifikasi Data
40
F. Metode Analisis Data
44
G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data
45
BAB IV ANALISIS DATA A. Wujud Tindak Tutur Direktif Pemasar di PT ARP Cabang Solo
47
1. Menyarankan
48
2. Memerintah
50
3. Mengajak
52
4. Mengingatkan
54 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Meminta
57
6. Membujuk
59
7. Mempersilakan
62
8. Melarang
64
B. Wujud Kesantunan Berbahasa Pemasar di PT ARP Cabang Solo 1. Wujud Pematuhan Prinsip Kesantunan
68 68
a. Maksim Kearifan
68
b. Maksim Kedermawanan
71
c. Maksim Pujian
74
d. Maksim Kerendahan Hati
75
e. Maksim Kesepakatan
77
f. Maksim Simpati
80
2. Wujud Pelanggaran Prinsip Kesantunan
83
a. Maksim Kearifan
83
b. Maksim Kedermawanan
86
c. Maksim Kerendahan Hati
89
d. Maksim Kesepakatan
91
BAB V PENUTUP A. Simpulan
95
B. Saran
97
DAFTAR PUSTAKA
98
LAMPIRAN DATA
100 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN SURAT TUGAS PENELITIAN
162
LAMPIRAN SURAT HASIL PENELITIAN
164
LAMPIRAN BROSUR PT ARMINAREKA PERDANA
166
LAMPIRAN PROFIL PEMASAR DI PT ARMINAREKA PERDANA CABANG SOLO
167
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
AMPHURI
: Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia
DP
: Down Payment (Uang Muka)
IATA
: International Air Traffic Association
ID
: Identitas Diri
KB
: Kesantunan Berbahasa
KBBI
: Kamus Besar Bahasa Indonesia
MLM
: Multi Level Marketing
MUI
: Majelis Ulama Indonesia
PT
: Perseroan Terbatas
PT ARP
: PT Arminareka Perdana
PT ARUS
: PT Armina Utama Sukses
SBLC
: Simak Bebas Libat Cakap
SMS
: Short Message Send (Pesan Singkat)
TTD
: Tindak Tutur Direktif
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data penelitian
100
Lampiran 2 Surat tugas penelitian
162
Lampiran 3 Surat hasil penelitian
164
Lampiran 4 Brosur PT Arminareka Perdana
166
Lampiran 5 Profil pemasar di PT Arminareka Perdana cabang Solo 167
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tindak tutur direktif
67
Tabel 2 Pematuhan prinsip kesantunan
82
Tabel 3 Pelanggaran prinsip kesantunan
94
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nisa Afifah. C0208072. 2008. Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana Cabang Solo: Sebuah Pendekatan Pragmatik. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo? (2) Bagaimanakah wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo; (2) Mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah pemasar di PT ARP cabang Solo. Data pada penelitian ini adalah tuturan pemasar yang mengandung tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa beserta konteksnya dalam percakapan yang dilakukan oleh pemasar dan konsumen di PT ARP cabang Solo, yang bertempat di Jajar dan Nusukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kontekstual dan heuristik. Simpulan penelitian ini meliputi dua hal. Pertama, tuturan langsung yang digunakan pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo mengandung 8 tindak tutur direktif, yaitu: menyarankan, memerintah, mengajak, mengingatkan, meminta, membujuk, mempersilakan, dan melarang. Kedua, dengan menggunakan parameter kesantunan Geoffrey Leech. Tuturan pemasar kepada konsumen yang mematuhi prinsip kesantunan, yaitu: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Adapun tuturan pemasar kepada konsumen yang melanggar prinsip kesantunan, yaitu: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, dan maksim kesepakatan.
commit to user
xvi
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEMASAR KEPADA KONSUMEN DALAM PENAWARAN PROGRAM SOLUSI HAJI DAN UMRAH DI PT ARMINAREKA PERDANA CABANG SOLO: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Nisa Afifah1 Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum2
ABSTRAK 2012. Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo? (2) Bagaimanakah wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo; (2) Mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah pemasar di PT ARP cabang Solo. Data pada penelitian ini adalah tuturan pemasar yang mengandung tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa beserta konteksnya dalam percakapan yang dilakukan oleh pemasar dan konsumen di PT ARP cabang Solo, yang bertempat di Jajar dan Nusukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam 1 2
Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM. C0208072 Dosen Pembimbing
penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kontekstual dan heuristik. Simpulan penelitian ini meliputi dua hal. Pertama, tuturan langsung yang digunakan pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo mengandung 8 tindak tutur direktif, yaitu: menyarankan, memerintah, mengajak, mengingatkan, meminta, membujuk, mempersilakan, dan melarang. Kedua, dengan menggunakan parameter kesantunan Geoffrey Leech. Tuturan pemasar kepada konsumen yang mematuhi prinsip kesantunan, yaitu: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Adapun tuturan pemasar kepada konsumen yang melanggar prinsip kesantunan, yaitu: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, dan maksim kesepakatan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena bahasa digunakan sebagai alat komunikasi utama bagi manusia. Bahasa digunakan untuk berinteraksi antara individu yang satu dengan individu yang lain maupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. “Bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaannya, keinginan dan perbuatanperbuatan; alat yang dipakainya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi” (Samsuri, 1982:4). Harimurti
Kridalaksana
dalam
Kamus
Linguistik
(2001:21)
mendefinisikan “bahasa sebagai sistem lambang yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri”. Oleh sebab itu, bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai sarana yang berfungsi sebagai penghubung untuk menyampaikan gagasan dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, pendapat, pengalaman, berita, pesan-pesan, harapan, dan lain sebagainya. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk menunjang keperluan manusia di dalam segala aspek kehidupannya. Manusia dalam setiap aktivitasnya membutuhkan bahasa sebagai media komunikasi dengan sesamanya. Maka tidak berlebihan jika dikatakan fungsi utama bahasa ialah sebagai alat komunikasi dan interaksi antara manusia dan commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
lingkungannya. Menurut Allan (1986) berbahasa merupakan aktivitas sosial, seperti aktivitas sosial lainnya, berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:45). Mengingat bahasa digunakan sebagai alat komunikasi, maka sesuai dengan keperluannya bahasa dipakai dalam berbagai jenis kegiatan, salah satunya ialah pemakaian bahasa dalam kehidupan yang dapat ditemukan pada bidang pekerjaan sebagai pemasar, yaitu tuturan bahasa yang digunakan seorang pemasar kepada konsumen saat menawarkan produknya. Pemasar dan interaksi manusia dengan menggunakan bahasa dapat berupa percakapan dua orang atau lebih. Percakapan dapat terjadi jika dalam proses itu terjadi pergantian peran antara penutur dan mitra tutur. Proses percakapan tersebut sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu saat terjadinya komunikasi. Menurut KBBI (2008:1027) yang dimaksud dengan pemasar adalah “orang atau badan yang memasarkan barang dagangan”. Pemasar ini termasuk dalam bidang pemasaran (marketing). Adapun pemasaran adalah: “1) proses, cara, perbuatan memasarkan suatu barang dagangan, 2) perihal menyebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat” (KBBI, 2008:1027). Pemasaran dalam bidang ekonomi penting sekali bagi perusahaan terutama dalam masa globalisasi ekonomi sekarang ini. Globalisasi perekonomian menyebabkan semua kegiatan berlangsung secara cepat dan tepat. Melalui pemasaran, hasil produksi dapat diperkenalkan dan dibeli oleh konsumen. Apabila hasil produksinya baik, maka dapat menimbulkan kepuasan di hati konsumen sehingga mereka menjadi pelanggan. Pelanggan ini harus menjadi titik sentral dari strategi pemasaran setiap produsen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Berkaitan dengan pentingnya peranan seorang pemasar dalam sebuah perusahaan, maka penulis mengambil pemasar sebagai sumber data dalam penelitian ini. Lebih lagi, yang penulis ambil adalah pemasar biro haji dan umrah, mengingat ibadah haji dan umrah merupakan kewajiban ibadah yang tidak kenal henti selama agama Islam masih tegak berdiri di muka bumi ini. Ibadah haji menjadi dambaan setiap umat muslim di dunia, di samping sebagai bagian dari rukun Islam yang kelima. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila saat ini telah banyak mitra usaha yang menawarkan kerja sama bisnis di bidang jasa pelayanan ibadah haji dan umrah. Ditambah dengan penawaran anggota kemitraan yang dapat dijalankan seumur hidup dan bisa diwariskan. Pada awalnya pengelolaan ibadah haji hanya dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Agama. Namun, jumlah jamaah haji yang terus meningkat dan tidak sedikitnya biaya pemberangkatan menjadikan konsumen atau jamaah haji banyak yang tidak terlayani bahkan tertunda untuk menunaikan ibadah haji. Hal inilah, yang kemudian dijadikan peluang oleh beberapa orang sehingga terbentuk biro penyelenggara perjalanan haji dan umrah. PT Arminareka Perdana (untuk selanjutnya disingkat PT ARP) adalah sebuah perusahaan atau biro penyelenggara perjalanan haji khusus (haji plus) dan umrah yang berdiri pada tanggal 9 Februari 1990. Demi meningkatkan pemasaran jasa pelayanan haji khusus (plus) dan umrah, pada tanggal 13 Mei 2008, PT ARP membentuk satu anak perusahaan yang dikhususkan dalam bidang pemasaran, yaitu PT Armina Utama Sukses (untuk selanjutnya disingkat PT ARUS).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Cara kerja bidang ini adalah dengan mengeluarkan sebuah sistem pemasaran yang memungkinkan orang yang mempunyai niat yang kuat untuk beribadah haji dan umrah, namun masih terhalang masalah dana, akhirnya memiliki kemampuan untuk berangkat ke tanah suci bahkan menjadi solusi bagi masalah-masalah keluarga terutama solusi bagi keuangannya. Bidang ini mencetuskan program solusi haji dan umrah dengan hak usaha konsumen, yakni dengan menawarkan kemitraan menjadi perwakilan PT ARP dan memberikan hak usaha referensi bagi para konsumennya. Hak usaha referensi ini dapat diperoleh konsumen yang berkeinginan untuk haji atau umrah kemudian bergabung dengan PT ARP. Ketika konsumen sudah membayar uang muka, maka secara otomatis ia akan mendapat hak usaha menjadi referensi dengan mempromosikan kepada konsumen lain yang belum mendaftar agar bergabung dengan PT ARP. Keunggulan lain PT ARP semakin terlihat sejak biro ini mendapakan sertifikat dari International Air Traffic Association (IATA), Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (untuk selanjutnya disingkat MUI) sebagai lembaga bisnis syariah. Keberhasilan PT ARP mendapatkan sertifikat halal dari MUI itu jelas merupakan suatu keunggulan tersendiri bagi PT ARP dibandingkan dengan biro lainnya, mengingat tidak semua biro perjalanan haji dan umrah bisa mendapatkan sertifikat halal dari MUI tersebut. Selain itu, PT ARP juga termasuk dalam biro perjalanan haji dan umrah Indonesia yang telah terdaftar dan diakui di kementerian haji Saudi Arabia (http://mitrahaji.com/). PT ARP merupakan perusahaan yang bergerak menggunakan sistem jaringan dengan sistem bagi hasil sebagai strategi pemasaran, berbeda sekali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dengan bisnis Multi Level Marketing (untuk selanjutnya disingkat MLM) pada umumnya. Perbedaan tersebut didasarkan pada tidak adanya tutup poin, tidak ada kepangkatan (level) keanggotaan, tidak ada biaya keanggotaan, dan bahkan konsumen tidak harus menggunakan hak usaha jika tidak menginginkannya. Hal tersebut di atas jelas tidak seperti MLM pada umumnya. Dengan adanya sistem perusahaan jaringan ini, secara otomatis konsumen yang telah bergabung di PT ARP memiliki kesempatan menjadi seorang pemasar. PT ARP memiliki kantor pusat di Jakarta, yang bertempat di jalan Salemba Raya No. 05, Jakarta Pusat. Adanya program solusi haji dan umrah yang dicetuskan oleh bidang pemasaran PT ARP, yakni PT ARUS, telah membawa perkembangan yang sangat signifikan sehingga PT ARP dapat memiliki cabang dan kantor perwakilan di berbagai kota dan propinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya meneliti tindak tutur pemasar yang berada di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo di Jajar, yang memiliki kantor di jalan Slamet Riyadi No. 610, Jajar, Solo, lebih tepatnya di sebelah barat gapura Jajar, dan juga kantor perwakilan yang berada di jalan Sriwijaya Tengah II No. 6, Nusukan, Solo, karena keduanya termasuk kantor perwakilan terbaik di Solo. Selain itu, keduanya juga sama-sama mempekerjakan tenaga di bidang pemasaran untuk memperluas usaha. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang akan penulis teliti adalah dua orang pemasar yang bekerja di kantor perwakilan PT ARP Jajar, dan satu orang pemasar yang bekerja di kantor perwakilan PT ARP Nusukan. Pemasar yang menjadi objek dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu tingkat diploma dan sarjana (S1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Pemasar di sini memiliki tugas di antaranya memasarkan program solusi haji dan umrah ke rumah konsumen, melayani konsultasi konsumen seputar haji dan umrah, serta membantu konsumen dalam proses pemberangkatan haji dan umrah, mulai dari pendaftaran hingga pemberangkatan. Sebagai tuntutan pekerjaan, seorang pemasar harus selalu berinteraksi dengan konsumennya. Oleh sebab itu, pemasar dituntut untuk mengemas bahasa yang digunakan seinformatif dan semenarik mungkin supaya mampu meyakinkan konsumen agar dapat menerima produknya. Hal tersebut bertujuan agar konsumen tertarik untuk mengikuti program solusi dari pemasar dan ikut bergabung dengan bironya. Pemasar juga harus mampu menawarkan produknya kepada konsumen dengan sesantun mungkin. Hal tersebut dimaksudkan, dengan bahasa dan perilaku santun yang ditunjukkan pemasar tersebut, konsumen akan merasa lebih nyaman dan dihargai dengan informasi-informasi yang diberikan. Oleh sebab itu, pemasar dituntut untuk mampu mempertimbangkan atau memperkirakan reaksi yang akan ditimbulkan oleh konsumen, seperti perasaan malu atau perasaan tersinggung. Penelitian ini merupakan penelitian yang terkait dengan penggunaan bahasa sebagai media komunikasi antara pemasar dan konsumen yang tertuang dalam percakapan. Penelitian ini menggunakan teori pragmatik sebagai pendekatannya, berdasarkan alasan bahwa di dalam percakapan antara pemasar dan konsumen banyak terdapat keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternal bahasa yang menjadi ciri khas dari ilmu pragmatik. Seperti yang diungkapkan oleh I Dewa Putu Wijana (1996:1) bahwa ilmu pragmatik mempelajari struktur bahasa secara eksternal, artinya, bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi dan dipelajari dalam ilmu pragmatik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Dalam usaha menawarkan produk, seorang pemasar menggunakan tuturan-tuturan yang merupakan sebuah bentuk komunikasi antara pemasar dan konsumen. Tuturan tersebut tentu saja dituturkan tanpa menggunakan skenario terlebih dahulu sehingga interaksi yang berlangsung itu menghasilkan percakapan yang spontan. Dalam percakapan antara pemasar dan konsumen tersebut terdapat banyak tuturan yang mengandung ajakan kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu tindakan atau yang dalam ilmu pragmatik disebut sebagai tindak tutur direktif. Menurut Leech, tindak tutur direktif adalah bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:327). Tindak tutur direktif yang terdapat dalam tuturan seorang pemasar bertujuan untuk memberikan pengaruh agar konsumen dapat menerima program solusinya dan ikut bergabung dengan bironya. Di samping tindak tutur direktif, tuturan-tuturan yang digunakan oleh seorang pemasar menunjukkan adanya kesantunan dalam berbahasa dan berperilaku. Kesantunan merupakan bagian dari strategi penutur agar tindakan yang akan dilakukan tidak menyebabkan ada perasaan yang tersinggung, sedangkan perilaku santun adalah perilaku yang didasari oleh pertimbangan akan perasaan orang lain agar orang itu tidak tersinggung (Asim Gunarwan dalam PELLBA 18, 2007:102). Sejauh ini, yang diketahui penulis, penelitian mengenai tindak tutur direkif dan kesantunan berbahasa dalam penawaran program solusi haji dan umrah di biro perjalanan haji dan umrah, khususnya di PT ARP belum pernah dilakukan, sehingga menjadi salah satu alasan penelitian ini dilakukan oleh penulis. Maka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memberikan judul penelitian ini “Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana Cabang Solo: Sebuah Pendekatan Pragmatik”.
B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian bisa terarah dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai oleh penulis. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada masalah pemakaian bahasa yang digunakan pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo. Dalam hal ini penulis lebih memfokuskan lagi pada PT ARP cabang Solo di kantor perwakilan Jajar dan Nusukan. Penulis menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Aspek pragmatik yang penulis bahas dalam penelitian ini terbatas pada masalah tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa dalam tuturan antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di awal maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah wujud tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
2. Bagaimanakah wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo?
D. Tujuan Penelitian Edi Subroto mengemukakan bahwa tujuan penelitian bersifat keilmuan jelas berkaitan dengan perumusan masalah yang merupakan pertanyaanpertanyaan penelitian. Tujuan penelitian harus memuat secara eksplisit tentang hal-hal yang akan dicapai sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam perumusan masalah (2007:98), maka untuk lebih memperjelas tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan wujud tindak tutur direktif antara pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo. 2. Mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa baik yang mematuhi maupun melanggar antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di kantor perwakilan PT ARP cabang Solo.
E. Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti memiliki tujuan penelitian yang bersifat keilmuan dan manfaat yang biasanya berkaitan dengan segi-segi kepraktisan (Edi Subroto, 2007:98). Hal ini dimaksudkan agar penulis dapat memberi pemecahan yang bersifat praktis selain memberikan sumbangan ke arah pengembangan ilmu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id 10
Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan dalam hal ini ilmu linguistik atau kebahasaan. Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian dalam tindak tutur dan menambah khazanah hasil penelitian dan penerapan teori-teori yang berkaitan dengan linguistik, terutama bidang pragmatik yang khususnya mengenai penelitian tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa.
2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini bagi diri pribadi penulis yaitu dapat mempelajari teknik dan strategi seorang pemasar dalam menghadapi konsumen, sehingga kelak ilmu yang didapatkan tersebut dapat penulis manfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai bekal di dunia kerja yang akan datang. Manfaat praktis lain, agar dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam hal pemahaman wacana tindak tutur pemasar kepada konsumen dalam menawarkan produknya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi penelitian sejenis selanjutnya serta dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kreatif dan kritis dalam menyikapi perkembangan tindak tutur bahasa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk memberikan gambaran langkah-langkah dalam suatu penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab pertama merupakan pendahuluan. Mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua merupakan kajian pustaka dan kerangka pikir. Berisi teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yang menjadi landasan dalam penelitian ini, serta kerangka pikir penelitian. Bab ketiga merupakan metode penelitian. Meliputi jenis penelitian, sumber data dan data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat merupakan tahap inti dalam penelitian, yaitu analisis data. Analisis data yang dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Bab kelima merupakan penutup. Terdiri atas simpulan tentang hasil penelitian dan saran-saran dari penulis yang relevan dengan proses penelitian yang telah diselesaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka Terdahulu Penelitian tentang tindak tutur dan kesantunan berbahasa sudah banyak dilakukan. Beberapa tinjauan pustaka terdahulu yang penulis temukan sejenis dan masih relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Skripsi Waluyo (2009) yang berjudul “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Percakapan Lum Kelar di Radio SAS FM” menyimpulkan tiga hal dari penelitian tersebut. “Pertama, ditemukan adanya pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dalam tuturan “Lum Kelar”. Pelanggaran prinsip kerja sama terjadi terhadap empat maksim, yakni: pelanggaran maksim kuantitas, pelanggaran maksim kualitas, pelanggaran maksim relevansi, dan pelanggaran maksim pelaksanaan. Pelanggaran prinsip kerja sama paling banyak terjadi terhadap maksim kualitas. Kedua, ditemukannya adanya pelanggaran terhadap prinsip kesopanan dalam percakapan “Lum Kelar”. Pelanggaran hanya terjadi terhadap lima maksim dari enam maksim yang tercakup dalam prinsip ini. Pelanggaran-pelanggaran kebijaksanaan,
yang
pelanggaran
dimaksud
maksim
yaitu:
pelanggaran
maksim
penerimaan,
pelanggaran
maksim
kemurahan, pelanggaran maksim kerendah hati, dan pelanggaran maksim kecocokan. Pelanggaran terhadap maksim kesimpatian tidak ditemukan dalam penelitian ini. Ketiga, tuturan dalam “Lum Kelar” mengandung beberapa macam implikatur percakapan. Implikatur-implikatur tersebut digunakan antara lain untuk: menegaskan, mengeluh, menciptakan humor, menyindir, memastikan, commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
menolak, menyombongkan diri, mengejek, dan menyatakan rasa kesal. Dalam percakapan “Lum Kelar”, implikatur percakapan terbanyak digunakan untuk humor. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk menarik minat pendengar, agar mau mendengarkan “Lum Kelar” dari awal hingga akhir”. Skripsi Betty Sulistyaningsih (2011) yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Prinsip Kesantunan antara Sales Roti Kecil dengan Pelanggan dalam Promosi Penjualan: Suatu Tinjauan Pragmatik”, menyimpulkan empat hal. Pertama, bentuk tindak tutur direktif antara sales “Roti Kecil” dengan pelanggan meliputi
tindak
tutur:
menyarankan,
menyuruh,
meminta,
mengajak,
mempersilakan, memohon, dan melarang. Kedua, bentuk tindak tutur direktif antara pelanggan dengan sales “Roti Kecil” meliputi tindak tutur: menyarankan, menyuruh, meminta, mengajak, mempersilakan, dan memohon. Dalam penelitian ini tindak tutur direktif menyarankan dan menyuruh yang paling banyak ditemukan, terutama yang dilakukan oleh pelanggan. Ketiga, bentuk pematuhan prinsip kesantunan meliputi: maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendah hati, maksim kesepakatan, maksim simpati, dan maksim pertimbangan. Dilihat dari pematuhannya, maksim yang paling banyak ditemukan adalah maksim kearifan dan maksim kedermawanan. Keempat, bentuk pelanggaran
prinsip
kesantuan
meliputi:
maksim
kearifan,
maksim
kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendah hati, maksim kesepakatan, maksim simpati, dan maksim pertimbangan. Dilihat dari pelanggarannya, maksim yang paling banyak ditemukan adalah maksim kearifan dan maksim kesepakatan”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Skripsi Panca Ratna Sari (2011) yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Bidan kepada Pasien dalam Konsultasi Kesehatan di Rumah Bersalin An-nissa Surakarta: Sebuah Tinjauan Pragmatik” menyimpulkan dua hal. Pertama, bentuk tindak tutur direktif yang mengandung maksud penutur terdiri dari 11 tindak tutur direktif, yaitu: menyuruh, meminta, menyarankan, menganjurkan,
mengusulkan,
mempersilakan,
mengajak,
membujuk,
mengingatkan, memperingatkan, dan melarang. Kedua, tuturan langsung bahasa Indonesia yang digunakan bidan kepada pasien dalam konsultasi kesehatan mampu merealisasikan kesantunan berbahasa yang terdiri dari 11 realisasi, yaitu: menyuruh, meminta, menyarankan, menganjurkan, mengusulkan, mempersilakan, mengajak, membujuk, mengingatkan, memperingatkan, dan melarang”. Skripsi Oktavia Subekti (2011) yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya Musfar Yasin: Sebuah Tinjauan Pragmatik” menyimpulkan dua hal. Pertama, tindak tutur direktif dalam penelitian ini ditemukan 16 realisasi antara lain: menyuruh, menasihati, mempersilakan,
menyarankan,
menganjurkan,
merelai,
memohon,
menginterogasi, menantang, mengajak, menyela atau interupsi, mengharap, mengingatkan, membujuk, memarahi, dan meminta izin. Kedua, kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala biaya keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan (optionally scale), skala ketidaklangsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak sosial (social distance scale). Dalam penelitian ini skala pilihan (optionally scale) terlihat paling menonjol dibandingkan dengan skala lainnya”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Penelitian lainnya yang berhubungan dengan masalah kesantunan berbahasa adalah tesis Nurhayati (2010) yang berjudul “Realisasi Kesantunan Berbahasa dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari” menyimpulkan “tindak tutur dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) terdiri atas 39 tindak tutur. Tindak tutur tersebut terbagi dalam empat kelompok tindak ilokusi, yakni asertif, direktif, komisif, dan ekspresif. Pertama, asertif di antaranya: menegaskan, memberi tahu, menuduh, menyangkal, menolak, meyakini, menggunjing, dan melaporkan. Kedua, direktif di antaranya: memerintah,
menawarkan,
menantang,
meminta,
mendesak,
melarang,
mengingatkan, meyakinkan, membujuk, mengajak, menyarankan, menghibur, dan mempersilakan. Ketiga, komisif di antaranya: berharap, mengancam, dan menawar. Keempat, ekspresif di antaranya: memuji, bersyukur, khawatir, menyombongkan diri, marah, heran, meminta maaf, takut, kecewa, mengeluh, tidak percaya, ragu-ragu, basa-basi, mengejek, dan membanggakan. Realisasi kesantunan berbahasa dalam novel RDP terdapat dalam 7 macam tindak tutur. Ketujuh realisasi tersebut meliputi: realisasi kesantunan berbahasa dalam menolak, realisasi kesantunan berbahasa dalam memerintah, realisasi kesantunan berbahasa dalam menawarkan, realisasi kesantunan berbahasa dalam meminta, realisasi kesantunan berbahasa dalam melarang, realisasi kesantunan berbahasa dalam memuji, dan realisasi kesantunan berbahasa dalam meminta maaf”. Sama dengan itu tesis Sugiyanto (2011) yang berjudul “Realisasi Kesantunan Berbahasa antara Kepala Sekolah dengan Guru dan Staf SMA Muhammadiyah 4 Andong” menyimpulkan lima hal, (1) Dalam komunikasi yang dilakukan oleh kepala sekolah, setelah di kaji hasil dari deskripsi dari tabel, bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
tuturan yang dilakukan oleh kepala sekolah 90% dalam bentuk perintah, sedangkan yang 10% dalam bentuk rayuan. Hal ini dapat dikatakan bahwa realisasi kesantunan yang diungkapkan oleh kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 4 Andong relatif rendah; (2) Tuturan yang dilakukan oleh wakil kepala (waka) kurikulum di dalam tuturannya adalah relatif sedang. Artinya waka kurikulum di dalam berbiacara tuturan yang diungkapkan hampir semua dipakai dalam bentuk perintah 40%, ajakan 30%, rayuan 20%, dan unjuk 20%; (3) Tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh guru di SMA Muhammadiyah 4 Andong adalah 90% tuturan yang diungkapkan dalam bentuk rayuan, sedangkan 10% dalam bentuk ajakan. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa realisasi kesantunan guru relatif tinggi; (4) Tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh pegawai tata usaha (TU) SMA Muhammadiyah 4 Andong adalah 90% dalam bentuk rayuan dan 10% dalam bentuk pertanyaan. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa realisasi kesantunan yang diungkapkan pegawai TU relatif tinggi; dan (5) Tuturan-tuturan yang diungkapkan oleh wakil kepala (waka) kesiswaan hampir sama dengan yang diungkapkan waka kurikulum. Akan tetapi, di dalam tuturannya waka kesiswaan masih relatif banyak dalam bentuk memerintah dibanding dengan waka kurikulum. Hal ini dapat dinyatakan bahwa realisasi kesantunan yang diungkapkan oleh waka kesiswaan hanya 40%. Pada tesis Sugiyanto di atas dapat disimpulkan bahwa waka kesiswaan dalam berkomunikasi belum dikatakan santun. Dari uraian tersebut dapat dideskripsikan bahwa di dalam berkomunikasi sehari-hari yang dilakukan oleh karyawan SMA Muhammadiyah 4 Andong pada setiap individu yang memegang peranan penting atau jabatan di sekolah, dalam berkomunikasi sehari-hari tingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
kesantunannya relatif rendah. Lain halnya dengan karyawan biasa, seperti guru dan pegawai tata usaha, untuk tingkat kesantunannya lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kelas sosial, yakni jabatan di dalamnya. Pada tinjauan pustaka terdahulu, dapat diketahui beberapa penelitian sejenis yang berkenaan dengan kajian analisis pragmatik, yakni tindak tutur dan kesantunan berbahasa, di antaranya merupakan penelitian pada acara radio, acara di televisi atau film, novel, serta pada bidang pekerjaan, yaitu sales, bidan, dan karyawan sekolah. Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti dengan sumber data yang berbeda dengan melakukan penelitian pada bidang pekerjaan pemasar pada biro perjalanan haji dan umrah. Penulis juga melakukan penelitian dengan studi lapangan yang berbeda dengan keenam penelitian sebelumnya. Maka, dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa yang terdapat pada percakapan pemasar dan konsumen di PT Arminareka Perdana cabang Solo.
B. Landasan Teori 1. Pragmatik Pragmatik semakin berkembang dengan banyaknya teori-teori yang dikeluarkan oleh para ahli linguistik. Pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik mulai berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika sejak tahun 1970-an. Istilah pragmatik sebenarnya sudah dikenal sejak masa hidupnya seorang filsuf terkenal bernama Charles Morris (Kunjana Rahardi, 2005:45). Dalam memunculkan istilah pragmatik, Morris mendasarkan pemikirannya pada gagasan filsuf-filsuf pendahulunya seperti Charles Sanders Pierce dan John Locke yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
banyak menggeluti ilmu tanda dan ilmu lambang semasa hidupnya. Dengan mendasarkan pada gagasan filsuf itu, Charles Morris membagi ilmu tanda dan ilmu lambang itu ke dalam tiga cabang ilmu, yakni: (1) sintaktika (syntactic) “studi relasi formal tanda-tanda”, (2) semantika (semantics) “studi relasi tandatanda dengan objeknya”, dan (3) pragmatika (pragmatics) “studi relasi antara tanda-tanda dengan penafsirannya” (Kunjana Rahardi, 2005:47). Lebih lagi, Leech mengatakan “pragmatik adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi ujar (speech situations)” (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:8). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi. Sama dengan itu, Thomas (1995:2)
dalam bukunya yang berjudul
“Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics” menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995:22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction). Yule (1996:3) dalam bukunya yang berjudul “Pragmatics” menyebutkan empat batasan ilmu pragmatik. Keempat batasan tersebut yaitu: a. “Pragmatics is the study of speaker meaning” (Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur). b. “Pragmatics is the study of contextual meaning” (Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual). c. “Pragmatics is the study of how more gets communicated than is said” (Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan). d. “Pragmatics is the study of the expression of relative distance” (Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan). Berikutnya,
Asim
Gunarwan
(dalam
PELLBA
7,
1994:83-84),
mengungkapkan bahwa “pragmatik adalah bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan”. Selanjutnya, Fasold (dalam Rustono, 1999:3) menambahkan definisi pragmatik yang lebih maju. Menurutnya, “pragmatik adalah kajian mengenai penggunaan konteks untuk menarik kesimpulan dari suatu tuturan terhadap makna”. Sama dengan itu, Firth (dalam I Dewa Putu Wijana, 1996:5) mengungkapkan bahwa “dalam kajian bahasa tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan konteks situasi yang meliputi partisipasi, tindakan partisipasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
(baik tindak verbal maupun nonverbal), ciri-ciri situasi lain yang relevan ketika berinteraksi”. Umumnya dari pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari tentang maksud yang terkandung dalam ujaran.
2. Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di mana tuturan merupakan akibat yang disebabkan oleh situasi tutur. Maksud sebuah tuturan yang sebenarnya hanya bisa teridentifikasi apabila kita mengetahui situasi tutur yang melatarbelakangi dan mendukungnya (Rustono, 1999:25). Dalam kajian pragmatik, situasi tutur yang terdapat dalam suatu tuturan amat diperhitungkan. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:20) mendefinisikan “konteks sebagai latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur dapat menafsirkan makna tuturan”. Berkaitan dengan macam-macam maksud yang dikomunikasikan oleh penutur dalam suatu tuturan, Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:19-21) mengemukakan lima aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik, yaitu: a. Penutur dan Lawan Tutur Dalam suatu dialog atau percakapan pasti ada pihak yang menyapa (penutur) dan orang yang disapa (lawan tutur). Penutur mengujarkan tuturannya kepada lawan tutur, yang kemudian tuturan yang berisi maksud penutur tersebut diterima oleh lawan tutur. Maka dari itu, lawan tutur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
harus mampu menafsirkan makna dari tuturan yang diujarkan oleh penutur. b. Konteks Tuturan Konteks diartikan sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang samasama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur serta yang membantu lawan tutur dalam menafsirkan makna tuturan. c. Tujuan Tuturan Istilah tujuan atau fungsi sering dianggap lebih penting daripada makna yang dimaksud atau maksud penutur mengucapkan sesuatu. Penggunaan istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal Selain tuturan sebagai bentuk tindakan atau tindak ujar, sebuah tuturan juga sebagai produk tindak verbal. Maka suatu tuturan dapat juga digunakan dalam pengertian yang lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
2. Tindak Tutur Searle (1974:16) dalam bukunya yang berjudul “Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language” menyatakan “more precisely, the production or issuance of sentence token under certain conditions is speech act, and speech acts are the basic or minimal units of linguistic communication”, maksudnya, produksi atau pengeluaran suatu kalimat di bawah kondisi-kondisi tertentu adalah tindak tutur, dan tindak tutur adalah dasar unit minimal linguistik komunikasi. Maka dari itu, tindak tutur merupakan hal terpenting dalam pengkajian pragmatik. Tambahan pula, Searle (1974:23-24) mengemukakan bahwa “secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act)”. a. Tindak Lokusi Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Selanjutnya tindak tutur lokusi disebut dengan the act of saying something. b. Tindak Ilokusi Tindak ilokusi adalah sebuah tuturan yang selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ilokusi disebut dengan the act of doing something. c. Tindak Perlolusi Tindak tutur perlokusi disebut dengan the act of affecting someone. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
mempengaruhi lawan tutur, tuturan yang diutarakan seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang mendengarnya.
Searle (dalam Cruse, 2000:342-343) menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur. Kelima jenis tindak tutur tersebut yaitu: a) Asertif (assertive utterances): mengikat penuturnya akan kebenaran atas proposisi yang diungkapkannya, misalnya menyatakan, menganjurkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. b) Direktif (directives utterances): bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat, dan mengingatkan. c) Komisif
(commissives
utterances):
mengikat
penuturnya
untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya, misalnya berjanji, mengancam, berkaul dan menawarkan. d) Ekspresif (expressive utterances): tindak tutur yang mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap kedaaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, mengucapkan belasungkawa, memberi maaf, mengecam, memuji, dan mengampuni. e) Deklaratif (declaration utterances): tindak tutur yang mengungkapkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya mengundurkan diri, membaptis, mencerai (talak), memecat, memberi nama, dan menjatuhkan hukuman. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Sama dengan itu, ahli lain, Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993: 327-329) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi enam macam, yaitu: 1) Asertif: merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang dituturkan, misalnya menceritakan, melaporkan, mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mendesak. 2) Direktif: bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan, misalnya memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang. 3) Komisif: tindak tutur yang menyatakan janji atau penawaran, misalnya menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul, bersumpah. 4) Ekspresif: tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf. 5) Deklaratif: tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya,
misalnya
memecat,
membaptis,
menikahkan,
mengangkat, menghukum, memutuskan. 6) Rogatif: tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur untuk menanyakan jika bermotif langsung atau mempertanyakan jika bermotif ragu-ragu, misalnya menanyakan, mempertanyakan, dan menyangsikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
3. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung Yule (edisi terjemahan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006:95-96) mengemukakan “sebuah tuturan dapat diungkapkan secara langsung dan tidak langsung. Dalam tindak tutur langsung (direct speech act) terdapat hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, sedangkan tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) hubungannya tidak langsung antara struktur dengan fungsi”. Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahu sesuatu (informasi), kalimat tanya (interogatif) digunakan untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah (imperatif) digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah difungsikan secara konvensional maka akan terbentuk tindak tutur langsung, contoh: (a) Afi membaca buku baru. (b) Di manakah letak Fakultas Sastra dan Seni Rupa? (c) Buatkan kopi untuk ayah! Tindak tutur tidak langsung terjadi apabila ada hubungan tidak langsung dengan fungsi. Tindak tutur tidak langsung juga dapat digunakan untuk berbicara secara sopan, seperti kalimat perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah (I Dewa Putu Wijana, 1996:30), contoh: (a) Ibu : “Airnya sudah matang, nak” Afi : “Baik bu, segera kubuatkan teh untuk ayah” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
4. Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal I Dewa Putu Wijana (1996:32) menyatakan sehubungan dengan langsung dan tidak langsungnya tuturan, tindak tutur dibedakan kembali menjadi dua, yakni tindak tutur literal (literal speech act) dan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act). Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya, contoh: (a) Penyanyi itu suaranya bagus. (b) Suaramu bagus (tapi tak usah nyanyi saja). Kalimat (a) bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi suara seorang penyanyi, merupakan tindak tutur literal, sedangkan pada kalimat (b) dimaksudkan untuk menyindir lawan tutur, yaitu dengan tuturan “tapi tak usah nyanyi saja” tuturan tersebut bermakna bahwa penutur ingin lawan tutur berhenti bernyanyi karena suaranya tidak bagus, merupakan tindak tutur tidak literal. Selanjutnya, I Dewa Putu Wijana (1996:33-36) menambahkan apabila tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung disinggungkan dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, maka akan terdapat tindak tuturtindak tutur sebagai berikut: a. Tindak Tutur Langsung Literal Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
kalimat perintah, memberikan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dan sebagainya. b. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya. c. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita. d. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan.
5. Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang penting karena di dalam komunikasi, penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur bisa tetap terjaga apabila masing-masing peserta tutur senatiasa bersikap sopan dan menghormati satu sama lain. Oleh sebab itu, dalam pertukaran pertuturan, peserta tutur tidak hanya menghormati prinsip-prinsip kerja sama sebagaimana dikemukakan oleh Grice tetapi juga mengindahkan prinsip-prinsip kesantunan. Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:21) berpendapat bahwa “prinsip kesantunan tidak boleh dianggap sebagai sebuah prinsip yang sekedar ditambahkan saja pada prinsip kerja sama, tetapi prinsip kesantunan merupakan komplemen yang perlu, yang dapat menyelamatkan prinsip kerja sama dari suatu kesulitan yang serius. Prinsip kerja sama memungkinkan seorang peserta percakapan untuk berkomunikasi dengan asumsi bahwa peserta yang lain bersedia bekerjasama. Dalam hal ini prinsip kerja sama berfungsi mengatur apa yang dikatakan oleh peserta percakapan sehingga tuturan dapat menyumbang kepada tujuan ilokusi atau tujuan wacana. Namun dapat dikatakan bahwa dalam hal aturmengatur tuturan peserta, prinsip kesantunan mempunyai peranan yang lebih tinggi daripada prinsip kerja sama. Prinsip kesantunan harus menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan, karena hanya dengan hubunganhubungan yang demikian dapat diharapkan peserta yang lain akan bekerjasama”. Berikutnya, Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206) menjelaskan kesantunan sebagai “usaha untuk membuat kemungkinan adanya keyakinan-keyakinan dan pendapat-pendapat tidak sopan menjadi sekecil mungkin”. Prinsip kesantunan Leech berkenaan dengan hubungan antara dua peserta yang disebut sebagai diri atau penutur dan lain atau lawan tutur. Sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dengan itu, I Dewa Putu Wijana (1996:55-56) mengemukakan bahwa “di dalam mengungkapkan maksim-maksim dalam prinsip kesantunan memerlukan bentukbentuk ujaran yang meliputi”: (a) Ujaran komisif, yakni bentuk ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. (b) Ujaran impositif, yakni bentuk ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan. (c) Ujaran ekspresif, yakni bentuk ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap sesuatu keadaan. (d) Ujaran asertif, yakni bentuk ujaran yang digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang diungkapkan. Tambahan pula, Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:206-207) mengajukan prinsip kesantunan yang terdiri dari enam maksim, yakni, (a) maksim kearifan, (b) maksim kedermawanan, (c) maksim pujian, (d) maksim kerendahan hati, (e) maksim kesepakatan, dan (f) maksim simpati. Maksim-maksim tersebut tampak cenderung berpasangan, sebagai berikut: a. Maksim Kearifan (Tact Maxim) Maksim kearifan ini dirumuskan: (a) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin; (b) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Gagasan dasar maksim kearifan dalam prinsip kesantunan ialah bahwa para peserta tutur hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) Maksim kedermawanan ini dirumuskan: (a) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin; (b) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan ini berpusat pada orang lain. Penghormatan terhadap orang lain terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. c. Maksim Pujian (Approbation Maxim) Maksim pujian ini dirumuskan: (a) Kecamlah orang lain sedikit mungkin; (b) Pujilah orang lain sebanyak mungkin. Pada maksim ini diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) Maksim kerendahan hati ini dirumuskan: (a) Pujilah diri sendiri sedikit mungkin; (b) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Hal tersebut tampak pada tuturan, A: “Anda baik sekali pada saya” kemudian B menanggapi tuturan A dengan “Ya, betul”. Tuturan B mengandung maksud bahwa B melanggar submaksim pertama maksim kerendahan hati. Apabila B menjawab dengan tuturan “Enggak kok biasa saja” maka B mematuhi maksim kerendahan hati. e. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) Maksim kesepakatan ini dirumuskan: (a) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin; (b) Usahakan agar kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin. Pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
maksim ini orang cenderung melebih-lebihkan kesepakatannya dengan orang lain dan mengurangi ketidaksepakatan dengan ungkapan-ungkapan penyesalan dan kesepakatan sebagian. f. Maksim Kesimpatisan (Sympathy Maxim) Maksim kesimpatisan ini dirumuskan: (a) Kurangilah rasa antipati antara diri dengan orang lain sekecil mungkin; (b) Tingkatkanlah rasa simpati antara diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Pada maksim ini diwujudkan melalui tuturan ucapan selamat dan ucapan belasungkawa yang bermaksud sopan dan hormat, meskipun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan yang negatif. Pada prinsip kesantunan yang dirumuskan oleh Leech digunakan sebagai pemecah masalah mengenai kesantunan dalam berbahasa karena di dalam prinsip kesantunan memuat bidal-bidal yangt dijabarkan untuk mengidentifikasi santun tidaknya suatu tuturan. Melalui pematuhan prinsip kesantunan inilah yang menjadi indikator santunnya suatu tuturan. Begitu juga sebaliknya, melalui pelanggaran prinsip kesantunan yang nantinya menjadi indikator tidak santun atau kurang santun suatu tuturan (dalam Rustono, 1999:71).
6. Skala Kesantunan Leech Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:194-200) menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan dengan memanfaatkan setiap maksim interpersonal. Selain itu, ia juga memberikan lima skala kesantunan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat kesantunan suatu tuturan. Kelima skala kesantunan tersebut ialah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
a. Skala Untung-Rugi (Cost-Benefit Scale) Pada skala ini memperkirakan keuntungan atau kerugian suatu tindakan bagi penutur atau mitra tutur. Skala ini juga menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap sopanlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin dianggap tidak sopanlah tuturan itu.
b. Skala Kemanasukaan (Optionally Scale) Pada skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur dan mitra tutur. Skala ini juga menunjuk pada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin perututran itu memungkinkan penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa, akan dianggap makin sopanlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut akan dianggap tidak sopan.
c. Skala Ketaklangsungan (Indirectness Scale) Pada skala ini terdapat dua skala ketaklangsungan, yakni untuk penutur dan mitra tutur. Namun, kedua skala lebih banyak kesepadanan karena strategi mitra tutur untuk menginterupsi (inferensial strategy) merupakan rekonstruksi langkah demi langkah pemahaman mitra tutur mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
strategi ilokusi penutur. Sehingga dalam membahas ketaklangsungan, tidak perlu dibedakan antara sudut pandang penutur dan mitra tutur. Skala ini juga menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak sopanlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin sopanlah tuturan itu.
d. Skala Keotoritasan (Authority Scale) Pada skala ini disebut sebagai skala asimetris, artinya seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk sapaan yang akrab kepada orang lain. Tetapi orang yang disapa akan menjawab dengan bentuk yang hormat. Skala ini juga menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang diguanakan akan cenderung menjadi semakin sopan. Sebaliknya, semakin dekat jarak status sosial diantara keduanya, akan cenderung berkuranlah peringkat kesopanan tuturan yang digunakan dalam bertutur itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
e. Skala Jarak Sosial (Social Distance Scale) Pada skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif permanen, yaitu faktor-faktor status atau kedudukan, usia, derajat keakraban, dan sebagainya. Skala ini juga menujuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di antara keduanya, akan manjadi kurang sopanlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, akan semakin sopanlah tuturan yang digunakan itu. Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesopanan tuturan yang digunakan dalam bertutur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
C. Kerangka Pikir Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar dilukiskan pada bagan di bawah ini.
Pemasar PT Arminareka Perdana Cabang Solo
Kantor
Kantor Perwakilan
Perwakilan Jajar
Nusukan Tuturan-tuturan Pemasar kepada Konsumen
Konteks Tuturan
Pendekatan Pragmatik
Tindak Tutur
Tindak Tutur Direktif
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Prinsip Kesantunan: Maksim Kearifan Maksim Kedermawanan Maksim Pujian Maksim Kerendahan Hati Maksim Kesepakatan Maksim Simpati
Pematuhan dan Pelanggaran commit to user Prinsip Kesantunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Penjelasan bagan: Bagan menggambarkan bahwa sumber data dalam penelitian ini adalah pemasar di PT Arminareka Perdana cabang Solo. Kemudian penulis fokuskan lagi pada pemasar di kantor perwakilan Jajar dan Nusukan. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data pada bulan Januari, Februari, Maret, dan April 2012. Dari sumber data tersebut yang dikaji adalah tuturan-tuturan yang bermaksud untuk membuat orang lain melakukan sesuatu dengan mengaitkan konteks tuturan dan menggunakan pendekatan pragmatik, sehingga dengan mengacu pada sumber data maka dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa dalam penawaran program solusi haji dan umrah. Tuturan yang dilakukan oleh pemasar kepada konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah tersebut dapat tersampaikan kepada pembaca melalui tindak tutur yang mereka lakukan. Tuturan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam sebuah dialog atau percakapan memungkinkan timbulnya variasi tuturan. Berbagai tuturan yang terjadi pada sebuah percakapan itulah yang menimbulkan jenis tindak tutur direktif dan penerapan prinsip kesantunan dalam sebuah tuturan percakapan. Melalui prinsip kesantunan inilah nantinya akan diketahui bagaimana strategi kesantunan yang digunakan seorang pemasar kepada konsumen dalam menawarkan produk atau jasanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada, meneliti dan memberikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya (Edi Subroto, 1992:23). Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang diperoleh tidak dapat dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, penulis memaparkan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Seperti yang diungkapkan oleh Hadari Nawawi dan Martini Mimi (2005:73) bahwa penelitian dengan metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Maka dalam penelitian ini, penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam percakapan pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo. Dengan demikian hasil analisisnya akan berbentuk deskripsi tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa pada tuturan pemasar di PT ARP cabang Solo. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan menurut lawan tutur (Edi Subroto, 1992:61). Dalam penelitian ini, pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan dan menginterpretasikan commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
maksud dari tuturan yang dituturkan. Tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa yang terdapat dalam tuturan pemasar dan konsumen akan dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor konteks situasi tuturnya.
B. Populasi dan Sampel “Populasi adalah objek penelitian yang pada umumnya ialah keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa” (Edi Subroto, 2007:36). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan tuturan yang digunakan dalam percakapan pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo. “Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung” (Edi Subroto, 2007:36). Penentuan sampel tersebut didasarkan pada asumsi bahwa apa yang ditentukan sebagai sampel penelitian dapat mewakili keseluruhan populasi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teknik bertujuan
(purposive
sampling)
yaitu
pengambilan
sampel
berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sebagian tuturan pemasar dan konsumen yang mengandung tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa dalam penawaran program solusi haji dan umrah di PT ARP cabang Solo, yang bertempat di Jajar dan Nusukan, pada bulan Januari-April 2012.
C. Sumber Data dan Data Sumber data adalah asal data dari suatu penelitian diperoleh. Sumber data merupakan bahan mentah data, yang dalam bentuk kongkret tampak sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
segenap tuturan (Sudaryanto, 1990:33). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah dua orang pemasar di PT ARP Jajar, dan satu orang pemasar di PT ARP Nusukan. “Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti” (Edi Subroto, 2007:38). Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan pemasar yang mengandung tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa beserta konteksnya di PT ARP cabang Solo, yakni di Jajar dan Nusukan pada bulan Januari-April 2012. Pengambilan data dilakukan di luar kantor, yakni ketika di tempat konsumen (lihat lampiran data), dan di dalam kantor.
D. Metode Pengumpulan Data Edi Subroto (2007:36) mengemukakan bahwa “metode sebagai strategi atau cara kerja berdasarkan ancangan (kerangka berfikir) tertentu. Kemudian untuk menentukan suatu metode ada beberapa teknik yang digunakan sebagai langkah yang dilakukan dalam kerangka berfikir”. Ada dua macam metode penyediaan data, yaitu metode simak dan metode cakap. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode simak. Dalam metode simak terdapat lima macam cara pengumpulan data, yaitu teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat (Sudaryato, 1993:133-135). Adapun metode simak yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu teknik simak bebas libat cakap (selanjutnya disingkat SBLC), teknik rekam, dan teknik catat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Teknik SBLC digunakan karena penulis tidak terlibat langsung dalam dialog atau percakapan, melainkan penulis hanya sebagai pemerhati dan mendengarkan apa yang dikatakan, bukan apa yang dibicarakan (Sudaryanto, 1993:134). Hal ini berarti bahwa yang dicermati dan diperhatikan oleh penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan yang digunakan oleh pemasar. Teknik rekam adalah alat utama penulis untuk memudahkan analisis data. Perekaman harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak menggangu kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi, sehingga dalam praktiknya, kegiatan merekam itu cenderung selalu dilakukan tanpa sepengetahuan sumber data atau pembicaraan (Sudaryanto, 1993:135). Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan telepon seluler sebagai alat perekam. Hal itu bertujuan agar lebih mudah dalam merekam pembicaraan tanpa sepengetahuan sumber data. Setelah data dikumpulkan melalui teknik SBLC dan teknik rekam, maka data yang telah direkam ditranskipsikan kemudian dipilah antara data dan bukan data dengan menggunakan teknik catat. Penulis melakukan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Selanjutnya, penulis segera melanjutkan dengan klasifikasi data.
E. Klasifikasi Data Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan klasifikasi data. Pengertian klasifikasi data diungkapkan oleh Edi Subroto (2007:51) yang mengatakan bahwa pengelompokan atau pengklasifikasian data adalah pemberian arah atau tuntunan yang memberikan isyarat-isyarat mengenai tahapan-tahapan apa yang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dikerjakan berikutnya dan bagaimana tahapan berikutnya itu dikerjakan. Oleh sebab itu, masalah dalam pengaturan data atau pengklasifikasian data harus sesuai dengan asas-asas tertentu yang mempunyai kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian. Sejalan dengan pendapat Edi Subroto, Kunjana Rahardi (2005:16) menyatakan tujuan dilakukannya klasifikasi data adalah untuk mendapatkan tipetipe data yang tepat dan cermat sehingga dapat mempermudah dalam proses analisis pada tahapan-tahapan selanjutnya. Dengan kata lain, pengaturan data dengan melakukan pengklasifikasian data tersebut bermanfaat bagi penulis untuk menuntun bagaimana mengorganisasikan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada awalnya data diklasifikasikan berdasarkan jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, dan komisif. Sesuai dengan masalah penelitian, penulis lebih memfokuskan lagi pada tindak tutur direktif. Maka klasifikasi berikutnya dilakukan dengan cara mengelompokkan tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur direktif yaitu, menyarankan, memerintah, mengajak, mengingatkan, meminta, membujuk, mempersilakan, dan melarang. Adapun prinsip kesantunan dikelompokkan berdasarkan parameter Leech. Langkah selanjutnya, dilakukan penomoran data dalam klasifikasi data. Penomoran data didasarkan pada urutan data yang terkait dengan tuturan-tuturan yang mengandung tindak tutur direktif dan pematuhan prinsip kesantunan, meliputi nomor urut data, nama perusahaan, piranti klasifikasi, waktu pertemuan (tanggal, bulan, tahun). Contoh kartu data tindak tutur direktif: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (mbak Mila) di rumah makan milik konsumen, di daerah Cemani. Pemasar meminta tanda tangan dan data diri konsumen sebagai data kunjungan. Bentuk tuturan: Pemasar : “Mbak boleh minta tanda tangan, buat data aja.” Konsumen : “Data apa ya?” Pemasar :“Data kunjungan gitu aja. Atas nama pribadi aja juga nggak pa-pa Mbak.”
(02/PT ARP/TTD Mmnta/06 Januari 2012) Keterangan: 02
: Nomor urut data
PT ARP
: PT Arminareka Perdana
TTD Mmnta : Tindak Tutur Direktif Meminta (piranti klasifikasi) 06 Januari 2012: Tanggal, bulan, dan tahun (waktu pertemuan) Dalam tuturan di atas, terdapat tindak tutur direktif „meminta‟ yang diutarakan pemasar kepada konsumen. Sebelum pemasar meninggalkan konsumen, diakhir percakapan pemasar meminta tanda tangan dan data diri konsumen sebagai data kunjungan. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar kepada konsumen, “Mbak boleh minta tanda tangan”. Kata „minta‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan meminta yang dilakukan pemasar kepada konsumen. Tuturan langsung yang dilakukan oleh pemasar mengandung tujuan untuk meminta tanda tangan dan data diri konsumen termasuk nomor yang bisa dihubungi sebagai data kunjungan, kemudian dari nomor yang diberikan tersebut dapat dilakukan suatu tindakan lanjutan (follow up). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Contoh kartu data pematuhan prinsip kesantunan: Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar memotivasi konsumen agar mau mengikuti program solusi haji dan umrah. Bentuk tuturan: Pemasar : “Njenengan juga suka usaha-usaha gitu nggak?” Konsumen :“Iya suka. Tapi udah berhenti. Tapi kalau bapaknya ini ada usaha jual-beli tanah. Dulu lumayan sampai untuk perumahan gitu.” Pemasar :“Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha. Kan sama dengan hak usaha ini tinggal diganti, siapa yang mau haji atau umrah gitu.” Konsumen :“Ya, insya Allahlah. Nanti tak pelajari dulu terus saya hubungi njenengan.” (55/PT ARP/KB Pjian/11 April 2012) Keterangan: 55
: Nomor urut data
PT ARP
: PT Arminareka Perdana
KB Pjian
: Kesantunan Berbahasa Maksim Pujian (piranti klasifikasi)
11 April 2012: Tanggal, bulan, dan tahun (waktu pertemuan) Pematuhan maksim pujian yang terdapat pada data di atas dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Pematuhan maksim pujian di atas terutama pada submaksim kedua, yakni pujilah orang lain sebanyak mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim pujian, yang ditandai dengan frasa “bagus sekali itu, Bu” sebagai ungkapan pujian. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur ekspresif „memuji‟, yang bertujuan memberikan pujian dan pujian kepada user konsumen agar merasa senang dancommit tertariktobergabung dengan bironya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Pematuhan maksim pujian terjadi ketika konsumen mengungkapkan kepada pemasar bahwa sebenarnya dirinya menyukai usaha atau bisnis. Mendengar pernyataan konsumen, pemasar pun memberikan pujian dengan menuturkan “Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha”. Tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan pujian sebesar mungkin kepada mitra tutur. Pematuhan maksim pujian dilatarbelakangi adanya faktor status sosial, yakni tingkat kedudukan seorang pemasar harus memaksimalkan pujian terhadap konsumen agar dapat menerima program solusi yang ditawarkannya dan tertarik bergabung dengan bironya.
F. Metode Analisis Data Analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Sudaryanto mengemukakan bahwa dari sekian tahap yang dijalani oleh peneliti bahasa, tahap analisis merupakan salah satu tahap yang paling penting dan sentral (Sudaryanto, 1993:8). Analisis data adalah satu kegiatan dalam penelitian yang dimaksudkan untuk mengorganisasikan data yang diperoleh dalam penelitian agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis kontekstual. Metode analisis kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (Kunjana Rahardi, 2005:16). Pemahaman mengenai konteks ini mengacu pada aspek-aspek konteks dari Lecch (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:19-21) yang meliputi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan, dan tuturan sebagai bentuk produk verbal. Selain menggunakan metode analisis kontekstual, analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode analisis heuristik. Leech (edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:61) menerangkan bahwa analisis heuristik adalah jenis
analisis
pemecahan
masalah
yang
dihadapi
penutur
dalam
menginterpretasikan sebuah tuturan. Teknik ini berusaha mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Apabila hipotesis tidak teruji maka akan dibuat hipotesis yang baru. Dalam menganalisis data dengan menggunakan metode analisis heuristik ini, penulis terlebih dahulu menentukan konteks tuturan, selanjutnya tuturantuturan tersebut dikaitkan dengan konteks yang ditunjukkan oleh tuturan. Keterkaitan tuturan itu ditunjukkan dengan penanda lingual dan disertakan keterangan siapa yang menuturkan, kepada siapa tuturan tersebut dituturkan, dan tujuan tuturan itu sendiri. Selanjutnya penulis mendeskripsikan tuturan-tuturan yang telah teridentifikasi dengan penanda lingual tersebut.
G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah penyajian hasil analisis data. Sudaryanto (1993:7) menyatakan tahap penyajian hasil analisis data adalah upaya seorang peneliti untuk menampilkan dalam wujud “laporan” tertulis mengenai apa-apa yang telah dihasilkan dari tahap analisis khususnya mengenai kaidah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Sudaryanto menambahkan bahwa metode penyajian hasil analisis data ada dua macam, yaitu yang bersifat formal dan yang bersifat informal (1993:144). Pada penelitian ini, hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal merupakan cara untuk merumuskan analisis data dengan menggunakan lambang dan tanda-tanda (Sudaryanto, 1993:145). Adapun tanda yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah tanda eliptis ( ... ), tanda garis miring tunggal ( / ), tanda kurung biasa ((...)), tanda kutip („...‟), (“...”), tanda koma ( , ), tanda titik ( . ), tanda titik dua ( : ), tanda tanya ( ? ), dan tanda seru ( ! ). Adapun lambang yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah lambang huruf sebagai singkatan di antaranya (AMPHURI, IATA, MLM, MUI, PT ARP, PT ARUS, dan SBLC). Di samping metode penyajian formal penelitian ini juga menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal merupakan cara untuk merumuskan analisis data dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata biasa walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145). Dalam penyajian ini rumus-rumus atau kaidah-kaidah disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Kedua teknik ini digunakan agar hasil analisis ini lebih mudah dipahami untuk kemudian ditarik simpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan tahap yang terpenting dalam sebuah penelitian. Tahapan ini dilakukan dalam rangka menemukan jawaban-jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah. Pada pembahasan penelitian Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana (untuk selanjutnya disingkat PT ARP) Cabang Solo ini penulis memfokuskan pada tuturan yang dituturkan oleh pemasar. Adapun analisis data meliputi 2 hal, yaitu (a) wujud tindak tutur direktif pemasar di PT ARP cabang Solo, (b) wujud kesantunan berbahasa pemasar di PT ARP cabang Solo.
A. Wujud tindak tutur direktif pemasar di PT ARP cabang Solo “Tindak tutur direktif adalah bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan” (Leech dalam edisi terjemahan M. D. D. Oka, 1993:327). Adapun tindak tutur direktif yang terdapat dalam tuturan seorang pemasar bertujuan untuk memberikan pengaruh agar konsumen melakukan keinginan pemasar, yakni ikut bergabung dengan bironya. Pada penelitian tindak tutur direktif pemasar di PT ARP cabang Solo, ditemukan 8 jenis tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif tersebut, yaitu menyarankan, memerintah, mengajak, mengingatkan, meminta, membujuk, mempersilakan, dan melarang. commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1. Menyarankan Menyarankan adalah memberikan saran (anjuran, usulan, dan sebagainya), menganjurkan untuk dipertimbangkan (KBBI, 2007:999). Tindak tutur direktif „menyarankan‟ ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dalam mengujarkan sesuatu dengan tujuan untuk memberikan saran atau anjuran apa yang harus dilakukan mitra tutur. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „menyarankan‟ dapat dilihat pada data (1) berikut ini. (1) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Dwi) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Konsumen mempunyai keinginan untuk memberangkatkan haji neneknya. Pemasar memberikan saran kepada konsumen agar mendaftar haji plus saja karena daftar tunggunya tidak lama. Bentuk tuturan: Konsumen : “Sebenernya aku mau daftarke mbahe sana.” Pemasar : “Mbahe sampun sepuh, Bu?” Konsumen : “Nggih.” Pemasar :“O, disaranin kalau sampun sepuh, haji plus mawon Bu. Daftar tunggunya nggak lama.” (80/PT ARP/TTD Mnyrnkn/31 Maret 2012) Tuturan yang disampaikan pemasar pada data (1) berisi saran kepada konsumen. Pemasar memberikan saran kepada konsumen agar mendaftar haji plus saja. Tuturan yang disampaikan oleh pemasar ini termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyarankan‟. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar “O, disaranin kalau sampun sepuh, haji plus mawon Bu”. Kata „disaranin‟ yang dituturkan oleh pemasar merupakan penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan „menyarankan‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tuturan „menyarankan‟ yang dituturkan oleh pemasar bermaksud agar konsumen dapat mengikuti saran atau masukannya untuk mendaftar haji plus saja, apalagi bagi konsumen yang sudah lanjut usia (sepuh). Di samping lebih cepat masa tunggunya, dari segi tempat tinggal atau hotel, pelayanan makanan, dan fasilitas yang lain jelas lebih baik dibandingkan dengan haji biasa (reguler). Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „menyarankan‟ terlihat pula pada data (2) berikut ini. (2) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Gunaryo) di kantor PT ARP, Jajar. Konsumen berkeinginan untuk memesan paket umrah yang sembilan hari. Pemasar memberikan saran kepada konsumen supaya segera mengkonfirmasikan atau memastikan tanggal keberangkatan yang diinginkan, agar dapat langsung dicocokan dengan jadwal pemberangkatan di kantor pusat. Bentuk tuturan: Konsumen : “Ini mau daftar umrah, Mbak.” Pemasar : “Mau bulan apa, Pak?” Konsumen : “Kira-kira Juli.” Pemasar : “O, ya, Juli masih ada.” Konsumen : “Mau pesen umrah yang sembilan hari Mbak.” Pemasar :“O, ya, sembilan hari. Nanti sebaiknya njenengan segera konfirmasikan maunya tanggal berapa, nanti kita langsung cocokan sama pusat yang ada pemberangkatan tanggal berapa.” Konsumen : “Ya, sekitar tanggal 25 atau 29 gitu.” (91/PT ARP/TTD Mnyrnkn/03 April 2012) Tuturan yang disampaikan pemasar pada data (2) berisi saran kepada konsumen. Pemasar memberikan saran kepada konsumen supaya segera memastikan tanggal keberangkatan yang diinginkan. Tuturan yang disampaikan oleh pemasar ini termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyarankan‟. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar “Nanti sebaiknya njenengan segera konfirmasikan maunya tanggal berapa nanti kita langsung cocokan sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
pusat yang ada pemberangkatan tanggal berapa”. Kata „sebaiknya‟ yang dituturkan oleh pemasar merupakan penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan „menyarankan‟. Tuturan „menyarankan‟ yang dituturkan oleh pemasar bertujuan supaya konsumen segera memastikan tanggal keberangkatan yang diinginkan agar dapat langsung dicocokan dengan jadwal pemberangkatan di kantor pusat. Dengan demikian, konsumen dapat segera berangkat umrah juga.
2. Memerintah Memerintah adalah memberi perintah, menyuruh melakukan sesuatu (KBBI, 2007:859). Tindak tutur direktif „memerintah‟ ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan tujuan untuk memberikan perintah kepada mitra tutur agar melakukan sesuatu seperti yang diinginkan penutur. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „memerintah‟ dapat dilihat pada data (3) berikut ini. (3) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Devy) di rumah konsumen, di daerah Pajang. Konsumen ingin mengetahui informasi lebih lengkap tentang PT ARP lewat internet. Maka, pemasar memerintahkan untuk membuka website bironya karena segala informasi bisa dicek di sana. Bentuk tuturan: Konsumen : “Di internet ada Mbak?” Pemasar :“O, ada. Jadi kalau Ibu pengen tahu lebih banyak, kami sudah punya website di www.arminarekaperdana.com dicek aja di situ, Bu. Nanti ada banyak informasi tentang biro kami.” Konsumen :“Iya, ya. Sekarang zamannya internet, biar lebih cepat dan simpel.” (31/PT ARP/TTD Mmrnth/01 Februari 2012) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Tuturan yang disampaikan pemasar pada data (3) termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „memerintah‟. Pemasar memerintahkan konsumen untuk membuka website bironya agar dapat mengecek informasi tentang PT ARP secara lengkap. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar “Dicek aja di situ, Bu”. Kata „dicek‟ yang dituturkan oleh pemasar merupakan penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan „memerintah‟. Tuturan „memerintah‟ tersebut terjadi karena pemasar ingin memberikan perintah
kepada
konsumen
agar
membuka
website
bironya,
www.arminarekaperdana.com. Di samping itu, melalui internet konsumen juga dapat dimudahkan dalam mengakses informasi selengkapnya tentang PT ARP. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „memerintah‟ terlihat pula pada data (4) berikut ini. (4) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar menawarkan program solusi haji dan umrah berbentuk hak usaha yang dapat dijadikan investasi bagi konsumen. Pemasar memerintahkan konsumen untuk membaca dan mempelajari brosurnya terlebih dulu. Bentuk tuturan: Pemasar :“Lumayan lho Bu untuk investasi apalagi kalau Ibu juga suka usaha. Nanti bisa dapet komisi dari perusahaan.” Konsumen :“Ya, insya Allahlah. Nanti tak pelajari dulu terus saya hubungi njenengan.” Pemasar :“Iya Bu, nanti bisa hubungi saya. Ini brosurnya saya tinggal saja, nanti dibaca-baca ya, Bu.” Konsumen : “Iya Mbak.” (105/PT ARP/TTD Mmrnth/11 April 2012) Tindak tutur direktif „memerintah‟ yang terdapat dalam data (4) dituturkan pemasar kepada konsumen. Pemasar ingin agar konsumen mau melakukan sesuatu seperti yang diinginkan pemasar, yakni membaca dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
mempelajari isi brosurnya. Sehubungan dengan itu, maka pemasar menuturkan “Nanti dibaca-baca ya, Bu”. Kata „dibaca-baca‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „memerintah‟. Tuturan „memerintah‟ dituturkan oleh pemasar, setelah ia menawarkan tentang program solusi haji dan umrah kepada konsumen. Program solusi haji dan umrah ini berbentuk hak usaha, ketika konsumen mampu menginformasikan dan mengajak orang lain bergabung dengan biro PT ARP maka konsumen tersebut akan mendapatkan komisi dari perusahaan, yakni dari PT ARP. Komisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:718) adalah imbalan (uang) atau persentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan dalam jual beli. Tambahan pula, Albert Sahrani dalam Kamus Ekonomi Uang dan Bank, menyebutkan pengertian komisi adalah sejumlah uang atau imbalan atau jasa perantara dalam transaksi (2003:183).
3. Mengajak Mengajak adalah meminta (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut (KBBI, 2007:17). Tindak tutur direktif „mengajak‟ merupakan suatu tuturan yang menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „mengajak‟ dapat dilihat pada data (5) berikut ini. (5) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (pak Pono) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Pemasar mengajak konsumen untuk menghadiri presentasi di kantor setiap hari Kamis setelah salat Asar, guna mendapatkan informasi lebih lanjut tentang hak usaha pada program solusi haji dan umrah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Bentuk tuturan: Pemasar :“Sebenarnya di kantor juga ada presentasi setiap Kamis bakda Asar, yang pengen tahu hak usaha lebih lanjut, mari datang ke presentasinya saja. Jadi, kalau Bapak belum mau umrah lagi tapi mau menjalankan hak usahanya dulu, bisa. Nanti ada penjelasannya dipresentasinya itu Pak. Setiap Kamis bakda Asar.” Konsumen : “Ya, ya. Ok, Mbak.” (67/PT ARP/TTD Mngjk/30 Maret 2012) Tuturan pemasar pada data (5) di atas mengandung tindak tutur direktif „mengajak‟. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Mari datang ke presentasinya saja”. Pemasar mengajak konsumen untuk menghadiri presentasi di kantor. Kata „mari‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dengan bentuk tuturan „mengajak‟. Tindak tutur direktif „mengajak‟ yang dituturkan oleh pemasar bertujuan untuk mengajak konsumen yang ingin mengetahui penjelasan tentang hak usaha di PT ARP agar menghadiri presentasi di kantor, yakni di Jajar, pada hari Kamis setelah salat Asar. Diharapkan dengan menghadiri acara tersebut konsumen dapat memperoleh informasi lebih lanjut tentang hak usaha pada program solusi haji dan umrah, sehingga bisa lebih memantapkan konsumen dalam usaha. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „mengajak‟ terlihat pula pada data (6) berikut ini. (6) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Budi Iman) di kantor PT ARP, Jajar. Pemasar mengajak konsumen untuk menghadiri presentasi di kantor PT ARP, Jajar setiap hari Kamis sore. Diharapkan dari menyimak presentasi tersebut dapat memantapkan dan menambah informasi konsumen tentang PT ARP. Bentuk tuturan: Konsumen : “Ini sering ada presentasinya kapan?” Pemasar :“Setiap Kamis sore, Pak. Ya, setiap Kamis sore ada di commit to user sini.”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Konsumen : “Kalau yang datang?” Pemasar :“Ya, tidak mesti sih. Bisanya acara kita, setengah empat, tapi jam empat baru mulai sampai sebelum azan magrib. Itu udah plus sama konsultasi. Ayo Pak, untuk lebih jelasnya Bapak datang sendiri saja.” Konsumen : “Ya, nanti kalau sempet tak datang deh.” (85/PT ARP/TTD Mngjk/02 April 2012) Tuturan pemasar pada data (6) di atas mengandung tindak tutur direktif „mengajak‟. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Ayo Pak, untuk lebih jelasnya Bapak datang sendiri saja”. Melalui tuturan tersebut pemasar ingin mengajak konsumen untuk menghadiri presentasi tentang program solusi haji dan umrah di kantor PT ARP Jajar. Kata „ayo‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „mengajak‟. Tindak tutur direktif „mengajak‟ yang dituturkan oleh pemasar bertujuan untuk mengajak konsumen agar menghadiri presentasi di kantor PT ARP, Jajar, setiap hari Kamis sore. Diharapkan dari menyimak presentasi tersebut dapat menambah wawasan konsumen tentang program solusi haji dan umrah serta kiatkiat menjalankan hak usahanya.
4. Mengingatkan Mengingatkan adalah mengingat akan, memberi ingat, memberi nasihat (teguran, dan sebagainya) supaya ingat akan kewajiban (KBBI, 2007:433). Tindak tutur direktif „mengingatkan‟ ialah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan tujuan untuk memberitahu kepada mitra tutur agar mengingat atau terkenang-kenang akan sesuatu hal. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „mengingatkan‟ dapat dilihat pada data (7) berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
(7) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Devy) di rumah konsumen, di daerah Pajang. Konsumen bertanya tentang bank tempat pembayaran. Pemasar menjelaskan bahwa untuk bank sendiri, PT ARP mempunyai banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, pemasar mengingatkan konsumen agar tidak membayar uang angsuran lewat pihak pemasaran (marketing) ataupun kantor perwakilannya. Bentuk tuturan: Konsumen : “Bayarnya di bank mana?” Pemasar :“Untuk bank-banknya ada banyak pilihan, nanti konsumen tinggal pilih banknya sendiri. Saya bertugas menemani dan membantu Mbak, nanti Mbak transfer sendiri.” Konsumen : “Jadi dikirimnya ke Armina Jakarta sana?” Pemasar :“Iya. Jadi, nanti dibayarkannya ke rekening Armina pusat yang di Jakarta sana. Ingat, bukan ke rekening marketing atau kantor perwakilannya lho.” (35/PT ARP/TTD Mgingtkn/01 Februari 2012) Tuturan pada data (7) yang dituturkan oleh pemasar kepada konsumen di atas termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „mengingatkan‟. Tuturan „mengingatkan‟ tampak pada saat pemasar mengatakan “Ingat, bukan ke rekening marketing atau kantor perwakilannya lho”. Kata „ingat‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk „mengingatkan‟. Melalui tuturan tersebut pemasar hendak mengingatkan konsumen agar tidak membayar ataupun menitipkan uang angsuran lewat pihak pemasaran (marketing) ataupun kantor perwakilannya. Tindak tutur direktif „mengingatkan‟ yang disampaikan oleh pemasar terjadi ketika konsumen bertanya tentang cara pembayaran angsuran. Maka, pemasar menjelaskan bahwa untuk bank sendiri, PT ARP mempunyai banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan keinginan konsumen. Selanjutnya, pemasar mengingatkan konsumen agar langsung membayar atau transfer ke rekening kantor pusat, yakni PT ARP yang ada di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Jakarta, dan tidak diperkenankan membayar uang angsuran lewat pihak pemasaran (marketing) ataupun kantor perwakilannya. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „mengingatkan‟ terlihat pula pada data (8) berikut ini. (8) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Dwi) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Konsumen menginginkan penjelasan lebih lanjut tentang PT ARP. Pemasar menyuruh konsumen untuk datang sendiri ke kantor, dan mengingatkan bahwa Kamis satu pekan kemudian akan ada presentasi penjelasan tentang PT ARP di kantor. Bentuk tuturan: Pemasar :“Gini aja Bu, lebih jelasnya, jangan lupa Kamis pekan depan Ibu tindak mrika, nanti kita jelasin semuanya.” Konsumen : “Insya Allah ya, Mbak.” (78/PT ARP/TTD Mgingtkn/31 Maret 2012) Tuturan pemasar pada data (8) termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „mengingatkan‟. Hal tersebut dapat dilihat melalui tuturan pemasar “Jangan lupa Kamis pekan depan Ibu tindak mrika”. Kata „jangan lupa‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „mengingatkan‟. Melalui tuturan tersebut pemasar ingin mengingatkan konsumen supaya datang ke kantornya, yang berada di Jajar, guna mengetahui penjelasan lebih lanjut tentang PT ARP. Tindak tutur direktif „mengingatkan‟ terjadi ketika konsumen menginginkan penjelasan lebih lanjut tentang PT ARP. Lalu, pemasar menyuruh konsumen untuk datang sendiri ke kantor, dan mengingatkan bahwa Kamis satu pekan kemudian akan ada presentasi tentang PT ARP di kantor, sehingga jika konsumen datang pada waktu presentasi itu ia akan mendapatkan informasi dan penjelasan selengkap-lengkapnya tentang PT ARP. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
5. Meminta Meminta adalah berkata-kata supaya diberi atau mendapatkan sesuatu (KBBI, 2007:746). Tindak tutur direktif „meminta‟ bertujuan agar penutur mendapatkan sesuatu dari mitra tutur. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „meminta‟ dapat dilihat pada data (9) berikut ini. (9) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (mbak Mila) di rumah makan milik konsumen, di daerah Cemani. Pemasar meminta tanda tangan dan data diri konsumen sebagai data kunjungan. Bentuk tuturan: Pemasar : “Mbak boleh minta tanda tangan, buat data aja.” Konsumen : “Data apa ya?” Pemasar :“Data kunjungan gitu aja. Atas nama pribadi aja juga nggak pa-pa Mbak.” (02/PT ARP/TTD Mmnta/06 Januari 2012) Tuturan pemasar pada data (9) di atas mengandung tindak tutur direktif „meminta‟ yang diutarakan pemasar kepada konsumen. Sebelum pemasar meninggalkan konsumen, diakhir percakapan pemasar meminta tanda tangan dan data diri konsumen sebagai data kunjungan. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar kepada konsumen, “Mbak boleh minta tanda tangan”. Kata „minta‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan meminta yang dilakukan pemasar kepada konsumen. Tuturan langsung yang dilakukan oleh pemasar mengandung tujuan untuk meminta tanda tangan dan data diri konsumen termasuk nomor yang bisa dihubungi sebagai data kunjungan, kemudian dari nomor yang diberikan tersebut dapat dilakukan suatu tindakan lanjutan (follow up). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „meminta‟ terlihat pula pada data (10) berikut ini. (10) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Andy) di kantor PT ARP, Jajar. Konsumen menanyakan tentang jadwal terbaru pemberangkatan umrah. Pemasar meminjam brosur yang dibawa konsumen untuk mengecek apakah jadwal terbaru sudah benar tertera di brosur. Kemudian pemasar meminta nomor telepon konsumen untuk dihubungi. Bentuk tuturan: Konsumen : “Ini jadwal terbaru yang ada di brosur ini kan?” Pemasar :“Mana coba saya lihat dulu brosurnya (melihat brosur). Iya, bener yang ini Pak. Sekalian minta nomor telepon njenengan Pak buat dihubungi nanti.” Konsumen : “Iya.” (116/PT ARP/TTD Mmnta/20 April 2012) Tuturan pada data (10) yang disampaikan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „meminta‟. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar kepada konsumen, “Mana coba saya lihat dulu brosurnya”. Kata „mana‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan meminta. Melalui tuturan tersebut pemasar ingin meminta brosur yang sedang dibawa konsumen untuk melihat, lalu memastikan bahwa yang tertera pada brosur itu adalah jadwal pemberangkatan yang baru. Tambahan pula, masih dalam satu tuturan yang disampaikan oleh pemasar terdapat tuturan yang juga mengandung tindak tutur direktif „meminta‟. Tindak tutur direktif „meminta‟ tersebut terdapat pada tuturan pemasar yang mengatakan “Sekalian minta nomor telepon njenengan Pak buat dihubungi nanti”. Kata „minta‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „meminta‟. Melalui tuturan itu pemasar bertujuan untuk meminta nomor telepon konsumen, kemudian dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
nomor yang diberikan tersebut dihubungi supaya dapat dilakukan suatu tindakan lanjutan (follow up).
6. Membujuk Membujuk
adalah
berusaha
meyakinkan
seseorang
bahwa
yang
dikatakannya benar (untuk memikat hati, menipu, dan sebagainya) (KBBI, 2007:171). Tindak tutur direktif „membujuk‟ merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk meyakinkan mitra tutur agar melakukan hal sesuai dengan keinginan penutur. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „membujuk‟ dapat dilihat pada data (11) berikut ini. (11) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (pak Pono) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Pemasar berusaha membujuk konsumen agar mau berangkat umrah lewat bironya, yakni PT ARP. Cara yang dilakukan pemasar adalah dengan menunjukkan legalitas bironya. Bentuk tuturan: Pemasar :“Gini Pak, kalau kita sudah 22 tahun jadi dari tahun ke tahun kita mendapat kepercayaan dari masyarakat, grafiknya seperti ini Bapak (menunjukkan grafik).” Konsumen : “Jamaah umrah ya?” Pemasar : “Nggih, Bapak.” Konsumen : “Udah komplit ya?” Pemasar :“Kemudian ini nih, legalitasnya juga sudah terpenuhi ada sertifikat dari MUI, AMPHURI, terus dari IATA, izin perjalanan internasional, kita sudah dapat izinnya juga. Jadi, insya Allah kalau berangkat lewat biro kita nanti aman gitu Bapak.” Konsumen : “O, gitu.” (65/PT ARP/TTD Mmbjk/30 Maret 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Tuturan yang dituturkan oleh pemasar pada data (11) termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „membujuk‟. Pemasar berusaha membujuk konsumen agar mau berangkat umrah lewat bironya, yakni PT ARP. Tindak tutur direktif „membujuk‟ terdapat pada tuturan pemasar yang menuturkan “Jadi, insya Allah kalau berangkat lewat biro kita nanti aman gitu Bapak”. Pada tuturan tersebut menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „membujuk‟. Tambahan pula, kata „insya Allah‟ yang berarti „jika Allah menghendaki‟ dapat dijadikan penguat bahwa kalimat tersebut mengandung maksud untuk membujuk atau meyakinkan. Tindak tutur direktif „membujuk‟ yang dilakukan oleh pemasar bertujuan untuk membujuk konsumen yang memang sudah mempunyai keinginan umrah agar berangkat melalui bironya. Pemasar meyakinkan jaminan keamanan jika berangkat haji atau umrah melalui bironya. Cara yang dilakukan pemasar adalah dengan menunjukkan legalitas bironya yang sudah mendapatkan sertifikat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), dan International Air Traffic Association (IATA). Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „membujuk‟ terlihat pula pada data (12) berikut ini. (12) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (pak Setiawan) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Konsumen mempunyai keinginan untuk berangkat haji. Namun, terkendala masalah dana. Maka pemasar membujuk konsumen dengan menawarkan adanya program solusi haji dan umrah, dan diharapkan dengan menjalankan hak usaha yang ditawarkan tersebut konsumen dapat memperoleh komisi dari perusahaan yang bisa digunakan untuk mengangsur biaya haji. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Bentuk tuturan: Konsumen : “Ya, pengen. Tapi uangnya kan terbatas, Mbak.” Pemasar :“Nggak pa-pa Bapak, kan ada program solusinya. Dengan hak usaha itu, kalau mereferensikan satu orang umrah bisa dapet 1,5 juta, kalau haji 2,5 juta. Nanti uangnya bisa buat nyicil.” Konsumen : “O, gitu. Ada program solusinya ya.” Pemasar : “Iya, Bapak.” (70/PT ARP/TTD Mmbjk/31 Maret 2012) Tuturan pemasar pada data (12) di atas mengandung tindak tutur direktif „membujuk‟. Pemasar berusaha membujuk konsumen yang sudah mempunyai keinginan untuk berangkat haji, tetapi masih terkendala masalah dana. Oleh sebab itu, maka pemasar membujuk konsumen dengan menawarkan adanya program solusi haji dan umrah. Tindak tutur direktif „membujuk‟ terdapat pada tuturan pemasar yang menuturkan “Nggak pa-pa Bapak, kan ada program solusinya.” Kemudian pemasar menjelaskan keuntungan mengikuti program solusi haji dan umrah. Selanjutnya ia menambahkan kalimat bujukan “Nanti uangnya bisa buat nyicil”, kalimat tersebut dapat dijadikan penguat bahwa kalimat tersebut mengandung maksud untuk membujuk atau meyakinkan. Tindak tutur direktif „membujuk‟ yang dilakukan oleh pemasar bertujuan untuk membujuk konsumen yang memang sudah mempunyai keinginan haji agar mau mengikuti program solusi yang ditawarkan bironya. Program solusi di sini adalah dengan menjalankan hak usaha yang didapatkan ketika konsumen sudah membayar uang muka untuk haji atau umrah. Melalui hak usaha tersebut, ketika berhasil menginformasikan dan mengajak orang lain bergabung dengan PT ARP, maka konsumen tersebut akan langsung mendapatkan komisi dari perusahaan. Jika konsumen dapat mengajak satu orang berangkat umrah akan mendapatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
komisi 1,5 juta, sedangkan untuk satu orang berangkat haji plus akan mendapatkan komisi 2,5 juta.
7. Mempersilakan Mempersilakan adalah minta (menyuruh, mengajak, mengundang, dan sebagainya)
dengan
hormat
(KBBI,
2007:1064).
Tindak
tutur
direktif
„mempersilakan‟ merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu secara hormat. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „mempersilakan‟ dapat dilihat pada data (13) berikut ini. (13) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Budi Iman) di kantor PT ARP, Jajar. Konsumen datang ke kantor hendak konsultasi umrah. Pemasar yang menyadari kedatangan konsumen lalu mempersilakannya duduk. Bentuk tuturan: Konsumen : “Assalamu alaikum.” Pemasar : “Waalaikum salam. Silakan duduk, Pak.” Konsumen : “Ini mau tanya umrah.” Pemasar : “Yang bulan apa, Pak?” Konsumen : “Mei.” (83/PT ARP/TTD Mmprslkn/02 April 2012) Tuturan yang dituturkan oleh pemasar pada data (13) di atas termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „mempersilakan‟. Pemasar yang menyadari kedatangan konsumen lalu mempersilakannya duduk. Tindak tutur direktif „mempersilakan‟ tampak pada tuturan pemasar yang mengatakan “Silakan duduk, pak”. Kata „silakan‟ menjadi penanda lingual dalam bentuk tuturan „mempersilakan‟. Tindak tutur direktif „mempersilakan‟ yang dilakukan oleh to user pemasar terjadi karena konsumencommit telah memasuki kantor, akan tetapi ia belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
duduk di kursi yang telah disediakan. Oleh sebab itu, pemasar pun mempersilakannya duduk agar konsumen lebih nyaman dalam konsultasi umrah. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „mempersilakan‟ terlihat pula pada data (14) berikut ini. (14) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Gunaryo) di kantor PT ARP, Jajar. Konsumen memasuki ruang kantor hendak konsultasi umrah. Pemasar yang menyadari kedatangan konsumen lalu mempersilakannya duduk. Bentuk tuturan: Konsumen : “Assalamu alaikum.” Pemasar : “Waalaikum salam. Ya, silakan duduk.” Konsumen : “Ini mau daftar umrah, Mbak.” Pemasar : “Mau bulan apa, Pak?” Konsumen : “Kira-kira Juli.” (90/PT ARP/TTD Mmprslkn/03 April 2012) Tindak tutur direktif „mempersilakan‟ yang terdapat pada data di atas dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Konsumen yang telah memasuki kantor dipersilakan duduk oleh pemasar. Tindak tutur direktif „mempersilakan‟ tampak pada tuturan pemasar yang mengatakan “Ya, silakan duduk”. Kata „silakan‟ menjadi penanda lingual dalam bentuk tuturan „mempersilakan‟. Tindak tutur direktif „mempersilakan‟ yang dilakukan oleh pemasar dilatarbelakangi karena konsumen yang telah memasuki kantor belum duduk di kursi yang telah disediakan.
Maka,
pemasar
pun
mempersilakannya
duduk.
Kemudian
menanyakan kepada konsumen kapan waktu yang diinginkan untuk berangkat umrah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
8. Melarang Melarang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI, 2007:640). Tindak tutur direktif „melarang‟ berarti tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mencagah mitra tutur melakukan sesuatu. Data yang menunjukkan tindak tutur direktif „melarang‟ dapat dilihat pada data (15) berikut ini. (15) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Lina) di rumah konsumen, di daerah Yosoroto. Pemasar melarang konsumen untuk membayarkan uang muka pada pihak pemasaran (marketing), dan menyuruh untuk mentransfer sendiri ke bank yang sudah dipilih konsumen. Bentuk tuturan: Konsumen : “Berarti saya nanti nyetor dp nya nggak bisa ke Mbak?” Pemasar :“O, nggak bisa, Bu! Kami dari pihak marketing sendiri tidak diperkenanankan untuk menerima uang Ibu. Jadi nanti, Ibu langsung saya antarkan untuk transfer langsung sendiri ke banknya.” Konsumen : “O, gitu.” (08/PT ARP/TTD Mlrng/09 Januari 2012) Tuturan yang disampaikan oleh pemasar pada data (15) termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „melarang‟. Tindak tutur direktif „melarang‟ terdapat pada tuturan pemasar yang menuturkan “Kami dari pihak marketing sendiri tidak diperkenanankan untuk menerima uang ibu”. Melalui tuturan tersebut pemasar bermaksud melarang konsumen untuk membayarkan uang muka (down payment; disingkat dp) pada pemasar, dan menyuruh untuk mentransfer sendiri ke bank yang sudah dipilih konsumen. Kata “tidak diperkenankan” menjadi penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk „melarang‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Tindak tutur direktif „melarang‟ terjadi karena konsumen ingin menitipkan uang muka (down payment) kepada pemasar. Akan tetapi, pemasar melarangnya dan menyuruh konsumen untuk membayarkan langsung ke bank. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya penipuan. Maka di sini tugas pemasar hanya sebatas mengantarkan ke bank saja. Uang muka menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1233) adalah uang yang dibayarkan terlebih dahulu sebagai tanda jadi pembelian. Tambahan pula, Albert Sahrani dalam Kamus Ekonomi Uang dan Bank, menyebutkan pengertian uang muka (down payment) adalah pembayaran sebagian harga barang atau jasa yang dibeli sebagai tanda bahwa perjanjian jual beli telah bersama (2003:571). Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam tindak tutur direktif „melarang‟ terlihat pula pada data (16) berikut ini. (16) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Konsumen menanyakan model hak usaha yang ditawarkan dalam program solusi haji dan umrah PT ARP. Konsumen menanyakan pada pemasar, jika ia sudah mendapatkan orang yang mau bergabung di PT ARP, dan ia yang menginformasikan kepada orang tersebut, bagaimana proses pembayaran dan komisinya. Bentuk tuturan: Konsumen : “Apa bayarnya ke kantor?” Pemasar :“Kantor juga nggak boleh pegang uang jamaah, Bu! Jadi nanti modelnya langsung transfer ke pusat, ke Armina pusat” Konsumen :“Jadi nanti saya dapat komisinya dari pusat, dari perusahaan gitu.” Pemasar :“Betul. Nanti komisi dari perusahaan langsung ditransfer ke rekening njenengan. Jadi, kita nanti sama sekali tidak diperbolehkan pegang uang setoran jamaah! Paling nanti kalau ada jamaah yang sudah tua-tua kita antarkan saja. Kalau sudah bisa sendiri, ya nanti jamaah tinggal menyerahkan slipnya aja ke kantor nanti kita proseskan.” Konsumen : “Iya paham.” commit to user ARP/TTD Mlrng/11 April 2012) (98/PT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tuturan yang disampaikan oleh pemasar pada data (16) mengandung tindak tutur direktif „melarang‟. Tindak tutur direktif „melarang‟ tampak pada tuturan pemasar yang mengatakan “Kantor juga nggak boleh pegang uang jamaah, bu!”. Konsumen menanyakan model pembayaran yang ditawarkan dalam program solusi haji dan umrah. Konsumen menanyakan pada pemasar, jika ia sudah mendapatkan orang yang mau bergabung di PT ARP, dan ia yang menginformasikan kepada orang tersebut, bagaimana proses pembayarannya. Selanjutnya, pemasar menjelaskan bahwa walaupun konsumen tersebut yang berhasil mengajak orang lain bergabung di PT ARP, tetap saja ia tidak diperbolehkan membawa uang konsumen lain. Tambahan pula, pemasar menjelaskan proses pembayaran dengan cara langsung membayarkan uang angsuran ke rekening PT ARP pusat, di Jakarta. Kata „nggak boleh‟ menjadi penanda lingual pada tindak tutur direktif „melarang‟ di atas. Di samping itu, masih dalam satu tuturan yang disampaikan oleh pemasar terdapat tuturan yang juga mengandung tindak tutur direktif „melarang‟. Tindak tutur direktif „melarang‟ tersebut terdapat pada tuturan pemasar yang mengatakan “Jadi, kita nanti sama sekali tidak diperbolehkan pegang uang setoran jamaah!”. Kata „tidak diperbolehkan‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif „melarang‟. Melalui tuturan itu pemasar bertujuan untuk melarang konsumen untuk membawa uang angsuran konsumen lain, walaupun ia yang mengajak konsumen lain tersebut bergabung. Lebih lagi, komisi yang seharusnya ia dapatkan karena telah berhasil mengajak orang lain bergabung di PT ARP akan langsung dibayarkan perusahaan ke rekeningnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Adapun rincian data mengenai tindak tutur direktif dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Tindak Tutur Direktif
No.
Tindak Tutur
Nomor Data
Direktif 1.
Menyarankan
Jumlah Data
6, 17, 18, 23, 26, 27, 29, 36, 39, 42, 45, 48, 49,
32
53, 56, 71, 76, 80, 81, 84, 86, 88, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 100, 104, 118, 121. 2.
Memerintah
1, 14, 19, 21, 28, 31, 33, 34, 50, 55, 57, 69, 73,
26
74, 75, 97, 101, 105, 106, 108, 109, 111, 112, 114, 115, 124. 3.
Mengajak
5, 13, 40, 41, 47, 52, 54, 59, 60, 62, 64, 67, 68,
20
77, 82, 85, 89, 102, 103, 123. 4.
Mengingatkan
3, 10, 11, 12, 24, 32, 35, 37, 61, 66, 78, 87,
14
120, 122. 5.
Meminta
2, 4, 15, 20, 46, 51, 58, 63, 79, 116, 117.
11
6.
Membujuk
7, 9, 16, 22, 25, 30, 43, 44, 65, 70, 72.
11
7.
Mempersilakan 83, 90, 107, 110, 113, 119.
6
8.
Melarang
5
8, 38, 98, 99, 125.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
B. Wujud kesantunan berbahasa pemasar di PT ARP cabang Solo
1. Wujud pematuhan prinsip kesantunan a) Maksim kearifan Maksim kearifan ini dirumuskan, (a) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin; (b) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Gagasan dasar maksim kearifan dalam prinsip kesantunan ialah bahwa para peserta tutur hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan orang lain. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim kearifan‟ dapat dilihat pada data (17) berikut ini. (17) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Devy) di rumah konsumen, di daerah Pajang. Konsumen menanyakan tentang cara pembayaran angsuran haji dan umrah. Bentuk tuturan: Konsumen : “Mbak bayarnya apa harus tiap bulan?” Pemasar :“O, nggak, Bu. Misalkan Ibu bulan kemarin udah setor, tapi bulan ini lagi nggak bisa setor, ya nggak pa-pa. Monggo, semampunya Ibu saja.” (16/PT ARP/KB Krfn/01 Februari 2012) Pada percakapan data (17) terdapat pematuhan maksim kearifan, terutama pada submaksim kedua, yakni buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Misalkan Ibu bulan kemarin udah setor, tapi bulan ini lagi nggak bisa setor, ya nggak pa-pa. Monggo, semampunya Ibu saja”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kearifan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis commit to user tindak tutur direktif „menyarankan‟, yaitu pemasar memberikan saran kepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
konsumen mengenai cara pembayaran angsuran haji dan umrah di PT ARP, yakni cara pembayarannya bisa disesuaikan dengan keadaan keuangan konsumen. Pematuhan maksim kearifan terjadi ketika pemasar menjelaskan tentang program solusi haji dan umrah. Konsumen bertanya kepada pemasar tentang cara pembayaran angsuran haji dan umrah. Pemasar memberikan saran dan penjelasan bahwa pembayaran angsuran tidak harus rutin setiap bulan. Akan tetapi, bisa dibayarkan sesuai dengan kemampuan ekonomi konsumen. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan pemasar dinilai santun karena memberikan saran kepada konsumen dengan menggunakan tuturan tidak langsung. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak sopanlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung tuturan tersebut, akan dianggap semakin sopanlah tuturan itu. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pematuhan prinsip kesantunan „maksim kearifan‟ terlihat pula pada data (18) berikut ini. (18) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Andy) di kantor PT ARP Jajar. Konsumen mencari informasi tentang jadwal terbaru pemberangkatan haji dan umrah. Bentuk tuturan: Konsumen : “Jadwal terbaru sudah ada di brosur ini ya?” Pemasar :“Iya, pak. Kalau mau silakan dibawa aja brosurnya, Pak nggak pa-pa.” Konsumen : “O, boleh ya...” Pemasar :“Iya. Sekalian minta nomor telepon jenengan pak buat dihubungi.” (65/PT ARP/KB Krfn/20 April 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Pematuhan maksim kearifan yang terdapat pada data (18) terutama pada submaksim kedua, yakni buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Kalau mau silakan dibawa aja brosurnya, Pak nggak pa-pa”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kearifan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyuruh‟, yaitu pemasar secara tidak langsung menyuruh konsumen agar melakukan sesuatu seperti yang diinginkan pemasar, yakni mengambil brosur. Konsumen mendatangi kantor PT ARP yang berada di Jajar. Ia meminjam dan membaca-baca brosur karena ingin mencari informasi jadwal terbaru pemberangkatan haji dan umrah. Pemasar yang memahami kebutuhan konsumen kemudian memberikan brosur tersebut. Pemasar menyuruh konsumen untuk mengambil brosur dengan tuturan tidak langsung agar tidak menyinggung perasaan konsumen. Oleh sebab itu, dilihat dari skala untung-rugi, tuturan pemasar bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan konsumen, tetapi tuturan tersebut tidak merugikan pemasar sendiri. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar bertujuan agar konsumen tidak merasa tersinggung ketika diperintah untuk mengambil brosur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
b) Maksim kedermawanan Maksim kedermawanan ini dirumuskan, (a) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin; (b) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Maksim kedermawanan ini berpusat pada orang lain. Penghormatan terhadap orang lain terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim kedermawanan‟ dapat dilihat pada data (19) berikut ini. (19) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Devy) di rumah konsumen, di daerah Pajang. Pemasar menyanggupi untuk memberikan bantuan kepada konsumen dalam proses pembayaran di bank. Bentuk tuturan: Konsumen : “Nanti bayarnya bukan ke Mbak?” Pemasar :“O, bukan! Marketing dan kantor perwakilan tidak boleh membawa uang konsumen. Jadi, nanti mbak akan saya antarkan dan saya bantu dalam proses pembayaran di bank. Nanti dp nya langsung dibayarkan ke Armina pusatnya di Jakarta.” Konsumen : “O, gitu.” (20/PT ARP/KB Kdrmwn/01 Februari 2012) Pematuhan maksim kedermawanan yang terdapat pada data (19) di atas terutama pada submaksim kedua, yakni buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Nanti mbak akan saya antarkan dan saya bantu dalam proses pembayaran di bank”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kedermawanan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur komisif „kesanggupan‟. Hal tersebut dikarenakan, pemasar mengikat dirinya untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
melakukan sesuatu yaitu bersedia mengantarkan dan membantu konsumen dalam proses pembayaran cicilan haji dan umrah di bank. Pematuhan maksim kedermawanan terjadi ketika konsumen menanyakan cara pembayaran cicilan haji dan umrah di bank. Pemasar menjelaskan bahwa dalam cara pembayaran cicilan haji dan umrah, konsumen sendirilah yang harus mentransfer ke rekening PT ARP pusat, yang ada di Jakarta, bukan membayar ke bagian pemasaran (marketing) atau kantor perwakilan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadi penipuan. Selanjutnya, dalam proses pembayarannya konsumen akan senantiasa diantar, didampingi, dan dibantu oleh pemasar. Pematuhan maksim kedermawanan dilatarbelakangi adanya faktor status sosial, yakni tingkat kedudukan seorang pemasar harus memberi kemudahan kepada konsumen yang termasuk dalam layanan pelanggan (customer service). Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pematuhan prinsip kesantunan „maksim kedermawanan‟ terlihat pula pada data (20) berikut ini. (20) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar menawarkan brosur yang berisi program solusi haji dan umrah. Bentuk tuturan: Pemasar :“Iya, Bu, nanti bisa hubungi saya. Ini brosurnya saya tinggal saja nanti dibaca-baca ya, Bu.” Konsumen : “Iya, Mbak.” Pemasar :“Nanti bisa didiskusikan dulu sama suami atau keluarga. Kalau sudah tinggal hubungi saya, nanti saya aja yang ke sini.” Konsumen : “O, gitu. Ya, ya.” (61/PT ARP/KB Kdrmwn/11 April 2012) Pematuhan maksim kedermawanan yang terdapat pada percakapan data (20) di atas dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Pematuhan maksim commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
kedermawanan di atas terutama pada submaksim kedua, yakni buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Kalau sudah tinggal hubungi saya, nanti saya aja yang ke sini”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kedermawanan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur komisif „menawarkan‟, yakni menawarkan jasa layanan pelanggan (customer service). Pemasar berusaha membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin dengan menambahkan beban pada dirinya. Pematuhan maksim kedermawanan terjadi ketika pemasar membujuk atau meyakinkan konsumen agar bergabung di bironya. Pemasar meninggalkan beberapa brosur yang berisi informasi tentang bironya, PT ARP. Dengan demikian,
diharapkan
konsumen
dapat
membaca,
mempelajari,
dan
mendiskusikan dengan suami dan keluargannya terlebih dahulu. Selanjutnya, pemasar menawarkan jasa layanan pelanggan, yakni apabila konsumen ingin menanyakan informasi lebih lanjut bisa dengan menghubungi pemasar, nantinya ia yang akan mendatangi rumah konsumen untuk memberi penjelasan. Pematuhan maksim kedermawanan dilatarbelakangi adanya faktor status sosial, yakni tingkat kedudukan seorang pemasar harus memberi kemudahan kepada konsumen, yakni bersedia mendatangi konsumen apabila membutuhkan penjelasan lebih lanjut tentang bironya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c)
digilib.uns.ac.id 74
Maksim pujian
Maksim pujian ini dirumuskan, (a) Kecamlah orang lain sedikit mungkin; (b) Pujilah orang lain sebanyak mungkin. Pada maksim ini diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim pujian‟ dapat dilihat pada data (21) berikut ini. (21) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar memotivasi konsumen agar mau mengikuti program solusi haji dan umrah. Bentuk tuturan: Pemasar : “Njenengan juga suka usaha-usaha gitu nggak?” Konsumen :“Iya suka. Tapi udah berhenti. Tapi kalau bapaknya ini ada usaha jual-beli tanah. Dulu lumayan sampai untuk perumahan gitu.” Pemasar :“Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha. Kan sama dengan hak usaha ini tinggal diganti, siapa yang mau haji atau umrah gitu.” Konsumen :“Ya, insya Allahlah. Nanti tak pelajari dulu terus saya hubungi njenengan.” (55/PT ARP/KB Pjian/11 April 2012) Pematuhan maksim pujian yang terdapat pada data (21) dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Pematuhan maksim pujian di atas terutama pada submaksim kedua, yakni pujilah orang lain sebanyak mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim pujian, yang ditandai dengan frasa “bagus sekali itu, Bu” sebagai ungkapan pujian. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
ekspresif „memuji‟, yang bertujuan memberikan penghargaan dan pujian kepada konsumen agar merasa senang dan tertarik bergabung dengan bironya. Pematuhan maksim pujian terjadi ketika konsumen mengungkapkan kepada pemasar bahwa sebenarnya dirinya menyukai usaha atau bisnis. Mendengar pernyataan konsumen, pemasar pun memberikan pujian dengan menuturkan “Bagus sekali itu, Bu. Apalagi kalau njenengan juga suka usaha”. Tuturan tersebut bertujuan untuk memberikan pujian sebesar mungkin kepada mitra tutur. Pematuhan maksim pujian dilatarbelakangi adanya faktor status sosial, yakni tingkat kedudukan seorang pemasar harus memaksimalkan pujian terhadap konsumen agar dapat menerima program solusi yang ditawarkannya dan tertarik bergabung dengan bironya.
d) Maksim kerendahan hati Maksim kerendahan hati ini dirumuskan, (a) Pujilah diri sendiri sedikit mungkin; (b) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Hal tersebut tampak pada tuturan, A: “Anda baik sekali pada saya” kemudian B menanggapi tuturan A dengan “Ya, betul”. Tuturan B mengandung maksud bahwa B melanggar submaksim pertama maksim kerendahan hati. Apabila B menjawab dengan tuturan “Enggak kok biasa saja” maka B mematuhi maksim kerendahan hati. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim kerendahan hati‟ dapat dilihat pada data (22) berikut ini. (22) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Lina) di rumah konsumen, di daerah Yosoroto. Konsumen memuji pemasar telah mendapatkan banyak komisi dari program solusi ini, sehingga pemasar bisa saja berangkat haji atau umrah terlebih dahulu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Bentuk tuturan: Pemasar :“Kalau njenengan terus menjalankan hak usaha ini, bisa dapet banyak jamaah, nanti bisa haji dan umrah gratis. Maksudnya, dari komisi yang didapatkan dari perusahaan, kan lama-lama terkumpul bisa untuk bayar biaya haji atau umrah.” Konsumen :“O, gitu. Wah, lha berarti Mbak sendiri udah dapet komisi banyak dong. Malah bisa duluan nanti.” Pemasar : “Bisa saja Ibu. Saya juga masih nabung kok.” (06/PT ARP/KB Krndhn ht/09 Januari 2012) Pematuhan maksim kerendahan hati yang terdapat pada data (22) di atas terutama pada submaksim pertama, yakni pujilah diri sendiri sedikit mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Bisa saja Ibu. Saya juga masih nabung kok”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kerendahan hati. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „menyatakan‟, yang bertujuan untuk meminimalkan pujian kepada dirinya sendiri. Tuturan di atas dianggap santun karena penutur berusaha untuk tidak menyombongkan diri. Pematuhan maksim kerendahan hati yang terdapat pada data di atas terjadi ketika pemasar menjelaskan tentang program solusi haji dan umrah gratis. Program solusi yang dimaksud ialah dengan menjalankan hak usaha yang didapatkan konsumen setelah membayar uang muka (down payment) haji atau umrah. Selanjutnya, ketika konsumen bisa mengajak orang lain ikut bergabung di PT ARP, maka akan mendapatkan komisi dari perusahaan, dengan komisi tersebut jika sudah terkumpul banyak bisa digunakan untuk membayar cicilan haji dan umrah. Mendengar tuturan pemasar tersebut, konsumen kemudian memuji pemasar telah mendapatkan banyak komisi dari program solusi ini, sehingga pemasar bisa saja berangkat haji atau umrah terlebih dahulu. Maka, pemasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
menggunakan maksim kerendahan hati dengan mengatakan “Bisa saja Ibu. Saya juga masih nabung kok”, untuk meminimalkan pujian pada dirinya. Pematuhan maksim kerendahan hati dilatarbelakangi adanya faktor status sosial, yakni tingkat kedudukan. Pada konteks pekerjaan kedudukan seorang pemasar menjadi lebih rendah daripada konsumen karena konsumen di saat itu diibaratkan sebagai raja yang harus diperlakukan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, pemasar harus senantiasa rendah hati dan dilarang untuk menampakkan kesombongannya di hadapan konsumen.
e)
Maksim kesepakatan
Maksim kesepakatan ini dirumuskan, (a) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin; (b) Usahakan agar kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin. Pada maksim ini orang cenderung melebih-lebihkan kesepakatannya dengan orang lain dan mengurangi ketidaksepakatan dengan ungkapan-ungkapan penyesalan dan kesepakatan sebagian. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim kesepakatan‟ dapat dilihat pada data (23) berikut ini. (23) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Tori) di rumah konsumen, di daerah Kartasura. Konsumen berpendapat bahwa lebih enak jika mengikuti presentasi PT ARP di kantor daripada presentasi yang diadakan di Masjid Fatimah, Singosaren. Bentuk tuturan: Konsumen : “Kalau presentasi yang di kantor?” Pemasar :“Kalau yang di kantor memang hanya beberapa orang aja. Tapi malah banyak juga yang lebih suka ikut yang di kantor karena waktu untuk tanya jawabnya lebih banyak. Kalau di commitkan to user Masjid Fatimah banyak orang sampai lima puluhan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
gitu, jadi paling untuk waktu bertanya cukup sekitar tiga orang aja, jadi terbatas.” Konsumen : “Sebenernya, malah lebih enak di kantor ya.” Pemasar : “Iya, Bu.” (14/PT ARP/KB Kspktn/20 Januari 2012) Pematuhan maksim kesepakatan terdapat pada data (23) di atas terutama pada submaksim kedua, yakni usahakan agar kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Iya, Bu”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kesepakatan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „menyatakan‟, yaitu menyatakan sesuatu berupa tuturan kesepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Pemasar menjelaskan tentang perbedaan presentasi PT ARP di kantor PT ARP Jajar dan di Masjid Fatimah. Jika di Masjid Fatimah biasanya acara dihadiri sampai sekitar lima puluh orang, sehingga peluang untuk bertanya pun menjadi terbatas. Lain halnya dengan presentasi yang diadakan di kantor PT ARP Jajar yang biasanya hanya dihadiri beberapa orang saja, yakni sekitar belasan peserta. Maka, peluang untuk bertanya pun lebih banyak. Konsumen sepakat dengan perkataan pemasar dengan mengatakan “Sebenernya, malah lebih enak di kantor ya”, dan pemasar pun juga sepakat dengan tuturan konsumen dengan mengatakan “Iya, Bu”. Pematuhan maksim kesepakatan dilatarbelakangi adanya faktor konteks situasi tutur, yaitu saat pemasar menawarkan program solusi haji dan umrah. Maka, sebagai strategi kesantunannya ia harus memaksimalkan terjadinya kesepakatan antara ia dan konsumen sebanyak mungkin. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pematuhan prinsip kesantunan commit to user „maksim kesepakatan‟ terlihat pula pada data (24) berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
(24) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar menjelaskan tentang perbedaan daftar tunggu antara haji plus dan haji biasa (reguler). Bentuk tuturan: Pemasar :“Ini lho, Bu, kita memberangkatkan haji dan umrah. Kalau ikut reguler njenengan daftar sekarang bisa-bisa berangkatnya sekitar 7-10 tahun yang akan datang, untuk daftar tunggunya. Tapi kita kan biro haji plus jadi kalau daftar sekarang 2015 sudah bisa berangkat.” Konsumen :“Iya, haji reguler sekarang lama sekali. Lebih cepet haji plus dong ya, tiga tahun sudah bisa berangkat.” Pemasar :“Betul, Bu. Iya, kalau reguler sekarang lama. Makanya sekarang memang banyak juga yang dari reguler terus pindah ke haji plus tadi.” (54/PT ARP/KB Kspktn/11 April 2012) Pematuhan maksim kesepakatan yang terdapat pada percakapan data (24) di atas dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Pematuhan maksim kesepakatan di atas terutama pada submaksim kedua, yakni usahakan agar kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Betul, Bu. Iya, kalau reguler sekarang lama”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kesepakatan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „mengemukakan‟, yaitu mengemukakan suatu pendapat yang berupa tuturan kesepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Pematuhan maksim kesepakatan terjadi ketika pemasar menerangkan tentang perbedaan masa tunggu antara haji plus dan haji biasa (reguler). Jika tahun ini (2012) konsumen baru mendaftar haji biasa, maka masa tunggunya bisa sampai 7-10 tahun. Lain halnya jika mendaftar lewat haji plus, maka masa tunggunya bisa lebih cepat hanya antara 2-3 tahun. Setelah pemasar memberikan penjelasan,
konsumen
commitmenunjukkan to user kemudian
kesepakatannya
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
mengatakan “Iya, haji reguler sekarang lama sekali. Lebih cepet haji plus dong ya, tiga tahun sudah bisa berangkat”. Mendengar tuturan konsumen tersebut, pemasar pun juga menunjukkan kesepakatannya dengan mengatakan “Betul, Bu. Iya, kalau reguler sekarang lama”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim kesepakatan, yang ditandai dengan frasa “betul, Bu” sebagai ungkapan persetujuan. Pematuhan maksim kesepakatan dilatarbelakangi adanya faktor konteks situasi tutur, yaitu saat pemasar menawarkan program solusi haji dan umrah. Maka, sebagai strategi kesantunannya ia harus membuat kesepakatan antara ia dan konsumen sebanyak mungkin.
f)
Maksim simpati
Maksim simpati ini dirumuskan, (a) Kurangilah rasa antipati antara diri dengan orang lain sekecil mungkin; (b) Tingkatkanlah rasa simpati antara diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Pada maksim ini diwujudkan melalui tuturan ucapan selamat dan ucapan belasungkawa yang bermaksud sopan dan hormat, meskipun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan yang negatif. Data yang menunjukkan pematuhan prinsip kesantunan „maksim simpati‟ dapat dilihat pada data (25) berikut ini. (25) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (pak Joko) di rumah konsumen, di daerah Makamhaji. Konsumen memberitahu pemasar bahwa saat ini ibunya sedang sakit. Pemasar menunjukkan rasa simpati dengan mendoakan ibu konsumen. Bentuk tuturan: Pemasar : “Lha ini bapak dari mana?” Konsumen : “Ini saya habis dari rumah sakit nganter ibu periksa.” Pemasar : “O, ibu gerah nopo, Pak?” Konsumen : “Belum tahu, Mbak. Hasil labnya belum keluar.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Pemasar
:“O, ngoten. Ya, saya ikut mendoakan semoga ibu lekas sembuh, nggih Pak. Semoga dengan program solusi ini panjenengan bisa untuk tambahan biaya pengobatan.” Konsumen : “Iya, sama-sama, Mbak.” (41/PT ARP/KB Smpti/04 Februari 2012) Pematuhan maksim simpati yang terdapat pada percakapan data (25) di atas dituturkan pemasar kepada konsumen. Pematuhan maksim simpati terutama pada submaksim kedua, yakni meningkatkan rasa simpati antara diri dengan orang lain sebanyak mungkin. Konsumen saat itu memberitahu bahwa ibunya sedang sakit. Mendengar perkataan konsumen tersebut, pemasar kemudian menunjukkan rasa simpatinya dengan menuturkan “Ya, saya ikut mendoakan semoga ibu lekas sembuh, nggih Pak”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pematuhan maksim simpati. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „menyatakan‟, yang bertujuan untuk menyatakan suatu keadaan. Pematuhan maksim simpati yang terdapat pada data di atas terjadi ketika pemasar mendatangi rumah konsumen dalam rangka memberikan penjelasan tentang program solusi haji dan umrah. Pada pertengahan perbincangan, konsumen memberitahu pemasar bahwa saat ini ibunya sedang sakit. Mendengar tuturan konsumen tersebut, pemasar kemudian menunjukkan rasa simpati dengan mendoakan ibu konsumen. Hal tersebut tampak pada tuturan pemasar yang mengatakan “Ya, saya ikut mendoakan semoga ibu lekas sembuh, nggih Pak”. Tuturan pemasar dianggap santun karena ia telah meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin pada konsumen, yakni dengan turut bersedih atau berbelasungkawa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Adapun rincian data mengenai pematuhan prinsip kesantunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2 Pematuhan Prinsip Kesantunan
No.
Prinsip
Nomor Data
Kesantunan 1.
2.
Jumlah Data
Maksim
1, 2, 8, 11, 13, 16, 17, 21, 28, 31, 35, 49, 50,
Kearifan
51, 60, 62, 63, 64, 65, 66.
Maksim
4, 15, 20, 22, 25, 26, 27, 29, 32, 33, 36, 38, 39,
20
23
Kedermawanan 40, 43, 44, 45, 46, 47, 52, 56, 61, 68. 3.
Maksim Pujian
7, 30, 53, 55, 67.
5
4.
Maksim
6, 10, 34.
3
Maksim
3, 5, 9, 12, 14, 18, 19, 23, 24, 37, 42, 54, 58,
14
Kesepakatan
59.
Maksim
41, 48, 57.
Kerendahan Hati 5.
6.
Simpati
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
2. Wujud pelanggaran prinsip kesantunan a) Maksim kearifan Maksim kearifan ini dirumuskan, (a) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin; (b) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. Pada penelitian ini, ditemukan wujud pelanggaran maksim kearifan sebanyak enam data. Data yang menunjukkan pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kearifan‟ dapat dilihat pada data (26) berikut ini. (26) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (bu Tori) di rumah konsumen, di daerah Kartasura. Pemasar menyuruh konsumen untuk menawarkan brosur yang berisi program solusi haji dan umrah kepada guru-guru di tempat konsumen bekerja, yakni di TK Makarima, Kartasura. Bentuk tuturan: Pemasar :“Kalau njenengan sudah daftar kan punya hak referensi. Makanya, itu nanti kalau njenengan bisa mengajak orang bergabung, akan mendapatkan komisi dan dari komisi itu nanti bisa buat nyicil juga.” Konsumen : “Heem. Nek iki aku wis rada mudheng, Mbak.” Pemasar :“Ya sudah, Bu. Ini saya nitip brosur baru ini dulu. Nanti Ibu tawarkan ke guru-guru yang lain ya.” Konsumen : “Ya, ya, Mbak.” (07/PT ARP/KB Krfn/20 Januari 2012) Pada percakapan data (26) terdapat pelanggaran maksim kearifan, terutama pada submaksim pertama, yakni buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Nanti Ibu tawarkan ke guru-guru yang lain ya”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kearifan. Selain itu, tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyuruh‟. Pemasar secara langsung menyuruh konsumen untuk menawarkan brosur yang berisi program solusi haji dan umrah commit to useryakni di TK Makarima, Kartasura. kepada guru-guru di tempat konsumen bekerja,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Oleh sebab itu, dilihat dari tuturannya pemasar telah melanggar maksim kearifan karena menggunakan tuturan langsung untuk memerintah konsumen. Pemasar mendatangi rumah konsumen dalam rangka menawarkan program solusi haji dan umrah. Pemasar menjelaskan tentang hak usaha yang ditawarkan PT ARP, yakni apabila konsumen bisa mengajak orang lain untuk bergabung di PT ARP, maka ia akan mendapatkan komisi dari perusahaan. Kemudian di akhir perbincangan, pemasar menyuruh konsumen untuk menawarkan program solusi haji dan umrah kepada guru-guru di tempat konsumen bekerja. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan pemasar dinilai tidak santun karena memerintah konsumen untuk melakukan sesuatu seperti yang diinginkan pemasar dengan menggunakan tuturan langsung. Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak sopanlah tuturan itu. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kearifan‟ terlihat pula pada data (27) berikut ini. (27) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (ibu Ulfa) di rumah konsumen, di daerah Griyan. Pemasar berkunjung ke rumah teman lamanya, yang bernama Riha. Namun, karena Riha tidak ada di rumah, akhirnya pemasar berbincang-bincang dengan ibu Riha (bu Ulfa) dan menawarkan program solusi haji dan umrah dari bironya, PT ARP. Bentuk tuturan: Pemasar :“Kita dari Arminareka Perdana, Bu, biro haji dan umrah. Ya, ini sekalian silaturahmi sekalian menawarkan.” Konsumen :“Wah, kula pun daftar niku, Mbak. Ikut program talangan haji saking Bank Muamalat niku, hehehe.” Pemasar :“O, nggih, Bu. Lha pemberangkatnya tahun berapa, Bu?” Konsumen : “2015.” Pemasar :“Nggih pun, mengke brosurnya tolong panjenengan sampaikan Riha. Nanti kalau butuh info lebih lanjut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
bisa sms saya. Itu nomor saya juga sudah ada. Bu, dalem nyuwun nomor telepon kalih tapak asma panjenengan, buat data kunjungan aja.” Konsumen : “Nggih, nggih, bisa, bisa.” (13/PT ARP/KB Krfn/03 Februari 2012) Pelanggaran maksim kearifan yang terdapat pada data (27) terutama pada submaksim pertama, yakni buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Nggih pun, mengke brosurnya tolong panjenegan sampaikan ke Riha. Nanti kalau butuh info lebih lanjut bisa sms saya”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kearifan. Selain itu, tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyuruh‟. Pemasar menyuruh bu Ulfa (ibu Riha) untuk menyampaikan brosur yang berisi program solusi haji dan umrah kepada Riha (teman lama pemasar). Selain itu, pemasar juga menyuruh konsumen apabila membutuhkan informasi lebih lanjut agar mengabari pemasar lewat pesan singkat (Short Message Send; disingkat sms). Oleh sebab itu, dilihat dari tuturannya pemasar telah melanggar maksim kearifan karena telah membuat kerugian orang lain sebesar mungkin. Pelanggaran maksim kearifan dilatarbelakangi adanya tingkat keakraban yang tinggi antara penutur dan mitra tutur. Pelanggaran maksim kearifan terjadi ketika konsumen berkunjung ke rumah teman lamanya, yang bernama Riha. Kemudian pemasar berbincangbincang dengan ibu Riha (bu Ulfa) dan menawarkan program solusi haji dan umrah dari bironya. Namun, sayang ibu Riha sudah terlanjur mendaftar haji melalui program Talangan Haji dari Bank Muamalat. Maka, di akhir percakapan pemasar kemudian menitipkan brosur untuk disampaikan kepada Riha. Di commit useruntuk mengirimkan pesan singkat samping itu, pemasar juga menyuruh ibutoRiha
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
(Short Message Send) padanya apabila ada informasi yang ingin ditanyakan. Dilihat dari skala kemanasukaan, tuturan pemasar kurang memberikan pilihan kepada konsumen. Semakin sedikit kemungkinan pilihan yang diberikan penutur kepada mitra tutur, akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan tersebut.
b) Maksim kedermawanan Maksim kedermawanan ini dirumuskan, (a) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin; (b) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Pada penelitian ini, ditemukan wujud pelanggaran maksim kedermawanan sebanyak delapan data. Data yang menunjukkan pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kedermawanan‟ dapat dilihat pada data (28) berikut ini. (28) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Reni) dengan konsumen (pak Andy) di kantor PT ARP Jajar. Pemasar menyuruh konsumen untuk membuat paspor sendiri. Bentuk tuturan: Konsumen : “Umrah yang standar berapa sekarang?” Pemasar : “Kalau yang standar 1.850 dollar, tapi standarnya habis.” Konsumen :“Em, standarnya habis ya. Tapi nanti berangkatnya dari Jakarta apa dari sini?” Pemasar : “Berangkat dari Jakarta. Paspor juga sendiri ya.” Konsumen : “Paspor buat sendiri?” Pemasar : “Iya. Paspor biasanya buat sendiri, kan buat lima tahun.” Konsumen : “Tak pikir visa sama paspor dibuatkan.” Pemasar :“Iya, kalau visa itu dari perusahaan, tapi kalau paspor sendiri.” (23/PT ARP/KB Kdrmwn/20 April 2012) Pelanggaran maksim kedermawanan yang terdapat pada data (28) di atas terutama pada submaksim pertama, yakni buatlah keuntungan diri sendiri sekecil commit to user mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Paspor juga sendiri ya”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kedermawanan. Selain itu, tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „menyuruh‟. Pemasar menyuruh konsumen untuk membuat paspor sendiri. Dilihat dari tuturannya pemasar telah melanggar maksim kedermawanan karena telah membuat keuntungan pada diri sendiri sebesar mungkin. Pelanggaran maksim kedermawanan terjadi ketika konsumen menanyakan biaya umrah standar ke kantor PT ARP Jajar. Pemasar memberi informsi biaya umrah standar dan memberitahu bahwa untuk urusan paspor konsumen diharapkan dapat membuat sendiri. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan pemasar bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan diri sendiri, yang berarti telah menambahkan beban kerugian pada konsumen. Pelanggaran maksim kedermawanan dilatarbelakangi adanya faktor situasi tutur, yakni pemasar harus menaati kebijakan perusahaan yang menetapkan bahwa untuk urusan paspor konsumen diharapkan dapat membuat sendiri. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kedermawanan‟ terlihat pula pada data (29) berikut ini. (29) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (pak Matyoko) di rumah konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Pemasar memberitahu bahwa konsumen tidak bisa memilih penempatan hotel. Bentuk tuturan: Pemasar :“Untuk hotelnya kita ada, Grand Eiman, Grand Hijrah, Cairo Khan, Al Azhar Hotel, dan sebagainya. Pokoknya hotel bintang empat dan bintang lima.” Konsumen : “Kalau hotelnya nanti bisa milih kan.” Pemasar :“Nggak boleh, Pak. Kan memang sudah ada list hotelnya. Tapi nanti kita ditempatkan di hotel yang mana itu nanti dari perusahaan.” Konsumen : “Yang nentukan perusahaan ya.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pemasar
digilib.uns.ac.id 88 :“Iya, Pak. Tapi untuk hotel walaupun yang nentukan penempatannya dari perusahaan pilihannya tetap yang terbaik, hotel bintang lima semua.” (26/PT ARP/KB Kdrmwn/28 April 2012)
Pelanggaran maksim kedermawanan yang terdapat pada percakapan data (29) dituturkan oleh pemasar kepada konsumen.
Pelanggaran
maksim
kedermawanan di atas terutama pada submaksim kedua, yakni buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Nggak boleh, Pak. Kan memang sudah ada list hotelnya”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kedermawanan, yang ditandai dengan frasa “nggak boleh, Pak” sebagai ungkapan penolakan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur direktif „melarang‟, yakni tidak memperbolehkan sesuatu. Pemasar berusaha membuat kerugian pada diri sendiri sekecil mungkin. Konsumen bertanya apakah diperbolehkan untuk memilih hotel sendiri. Kemudian pemasar menjawab, bahwa konsumen tidak diperkenankan untuk memilih hotelnya sendiri karena sudah ada daftar (list) jamaah dan hotel penempatannya dari perusahaan. Akan tetapi, konsumen tidak perlu khawatir karena dari segi kualitas hotel yang digunakan tetap sama, yakni sekelas hotel bintang empat dan bintang lima. Daftar hotel yang telah bekerja sama dengan PT ARP dan nantinya akan digunakan konsumen sebagai tempat tinggal, yaitu, (a) Mekah: Grand Eiman Inn, Al Massa Hotel, Grand Hijrah, Olayan Hotel; (b) Madinah: Dallah Taibah, Fairuz Hotel, Safir Saha, Durat Andalus; (c) Jedah: Al Azhar, Trident Hotel, Hollyday Inn; (d) Istambul: Eresin Taxim, Senator Hotel, Grand Ons Hotel; (e) Kairo: Cairo Khan, Grand Pyramids, Oasis Hotel; (f) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Yerusalem: Seven Arches Hotel, Days Inn Hotel; dan (g) Dubai: Ascot Hotel, Lotus Hotel, Riviera Hotel. Dilihat dari skala untung-rugi, tuturan pemasar bertujuan untuk meminimalkan kerugian diri sendiri. Pelanggaran maksim kedermawanan dilatarbelakangi adanya faktor situasi tutur, yakni pemasar harus patuh pada peraturan, bahwa dalam hal penempatan hotel, sudah ditetapkan oleh perusahaan.
c)
Maksim kerendahan hati
Maksim kerendahan hati ini dirumuskan, (a) Pujilah diri sendiri sedikit mungkin; (b) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Pada penelitian ini, ditemukan wujud pelanggaran maksim kedermawanan sebanyak tiga data. Data yang menunjukkan pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kerendahan hati‟ dapat dilihat pada data (30) berikut ini. (30) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Ika) dengan konsumen (bu Tori) di rumah konsumen, di daerah Kartasura. Pemasar menawarkan program solusi haji dan umrah. Bentuk tuturan: Pemasar :“Ini Bu, ada penawaran haji dan umrah dari biro Arminareka perdana. Untuk umrah dp nya 3,5 juta kalau hajinya 5 juta.” Konsumen : “O, ya, ya. Saya tahu ini, termasuk murah ini.” Pemasar :“Iya, Bu. Apalagi itu nanti bisa diangsur dan ada program solusinya lagi.” (06/PT ARP/KB Krndhn ht/20 Januari 2012) Pelanggaran maksim kerendahan hati yang terdapat pada data (30) di atas terutama pada submaksim pertama, yakni pujilah diri sendiri sedikit mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Iya, Bu. Apalagi itu nanti bisa diangsur commit to usertersebut menjadi penanda lingual dan ada program solusinya lagi”. Tuturan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
pelanggaran maksim kerendahan hati. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „mengakui‟, yang bertujuan untuk memberikan pujian kepada diri sendiri sebanyak mungkin. Pelanggaran maksim kerendahan hati yang terdapat pada data di atas terjadi ketika pemasar menawarkan konsumen untuk haji dan umrah melalui bironya. Pemasar menawarkan harga pembayaran untuk uang muka (down payment) yang relatif murah dan terjangkau, yakni untuk umrah 3,5 juta, sedangkan untuk haji plus 5 juta. Tambahan pula, pemasar menawarkan biaya haji dan umrah yang bisa diangsur, serta yang paling menarik ialah adanya program solusi dengan menjalankan hak usaha yang didapatkan konsumen setelah membayar uang muka. Mendengar tuturan pemasar tersebut, konsumen kemudian memuji tentang keistimewaan PT ARP, yakni dari segi biaya yang relatif murah. Pemasar menjawab dengan mengatakan “Iya, Bu. Apalagi itu nanti bisa diangsur dan ada program solusinya lagi”, tuturan tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan pujian pada dirinya. Pelanggaran maksim kerendahan hati pada data di atas terjadi karena adanya konteks situasi saat pemasar sedang menawarkan produknya. Seorang pemasar harus senantiasa percara diri dalam menawarkan barang atau jasa, dan bisa menonjolkan keunggulan produknya agar konsumen merasa tertarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
d) Maksim kesepakatan Maksim kesepakatan ini dirumuskan, (a) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin; (b) Usahakan agar kesepakatan antara diri dan orang lain terjadi sebanyak mungkin. Pada penelitian ini, ditemukan wujud pelanggaran maksim kesepakatan sebanyak sembilan data. Data yang menunjukkan pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kesepakatan‟ dapat dilihat pada data (31) berikut ini. (31) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Dwi) di rumah makan milik konsumen, di daerah Teras, Boyolali. Pemasar menawarkan program solusi haji dan umrah kepada konsumen. Bentuk tuturan: Konsumen : “Kalau umrah pinten, paling sekitar 20 jutaan ya, Mbak.” Pemasar :“Em, nggak juga, Bu. Nggak nyampek malah, sekitar 19 jutaan aja.” Konsumen : “O, 19 jutaan.” Pemasar :“Nggih. Nanti kalau bisa ngajak orang kan bisa kepotong 1,5 atau 2,5 juta. Nanti lama-lama bisa berangkat Bu. Karena memang 75% yang bisa berangkat dari biro kita malah melalui program ini. Jadi, malah bukan orang yang langsung punya uang.” Konsumen : “Lantaran program niki.” Pemasar : “Nggih.” (16/PT ARP/KB Kspktn/31 Maret 2012) Pelanggaran maksim kesepakatan terdapat pada data (31) di atas terutama pada submaksim pertama, yakni usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “Em, nggak juga, Bu. Nggak nyampek malah, sekitar 19 jutaan aja”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kesepakatan. Tuturan yang dituturkan
oleh
pemasar
termasuk
dalam
commit to user
jenis
tindak
tutur
asertif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
„mengemukakan‟, yaitu mengemukakan suatu pendapat yang berupa tuturan ketaksepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Pelanggaran maksim kesepakatan yang terdapat pada data di atas terjadi ketika konsumen berpendapat bahwa biaya umrah saat ini sekitar 20 jutaan. Kemudian pemasar mengemukakan ketaksepakatannya dengan mengatakan “Em, nggak juga, Bu. Nggak nyampek malah, sekitar 19 jutaan aja”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kesepakatan, yang ditandai dengan frasa “nggak juga, Bu” sebagai ungkapan ketidaksepakatan. Pelanggaran maksim kesepakatan dilatarbelakangi adanya faktor situasi tutur, yakni saat pemasar menawarkan program solusi kepada konsumen. Konsumen memiliki informasi yang tidak tepat mengenai besarnya biaya umrah. Kemudian pemasar membantu dengan memberikan informasi yang benar. Bentuk tuturan lain yang termasuk dalam pelanggaran prinsip kesantunan „maksim kesepakatan‟ terlihat pula pada data (32) berikut ini. (32) Konteks tuturan: Percakapan terjadi antara pemasar (Devi) dengan konsumen (ibu Suci) di rumah konsumen, di daerah Mayang. Pemasar menjelaskan bahwa komisi yang didapatkan dari menjalankan hak usaha murni dari perusahaan. Bentuk tuturan: Konsumen :“Lha ini nanti uang muka jamaah 3,5 juta, terus bonus saya 1,5 juta, berarti saya mengurangi haknya jamaah dong?” Pemasar :“O, nggak! Karena uang 1,5 juta yang kita dapatkan itu murni dari perusahaan. Nah, perusahana itu dari uang-uang yang biasa untuk iklan di koran atau televisi dialihkan ke jamaah yang sudah berjasa menginformasikan itu.” (21/PT ARP/KB Kspktn/11 April 2012) Pelanggaran maksim kesepakatan yang terdapat pada percakapan data (32) commit to user di atas dituturkan oleh pemasar kepada konsumen. Pelanggaran maksim
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
kesepakatan di atas terutama pada submaksim pertama, yakni usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin. Hal tersebut terdapat pada tuturan pemasar “O, nggak! Karena uang 1,5 juta yang kita dapatkan itu murni dari perusahaan”. Tuturan tersebut menjadi penanda lingual pelanggaran maksim kesepakatan, yang ditandai dengan frasa “O, nggak!” sebagai ungkapan ketidaksepakatan. Tuturan yang dituturkan oleh pemasar termasuk dalam jenis tindak tutur asertif „menyatakan‟, yaitu menyatakan sesuatu berupa tuturan ketaksepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Pemasar menjelaskan kepada konsumen tentang hak usaha yang ditawarkan dari program solusi haji dan umrah, PT ARP. Cara menjalankan hak usaha tersebut ialah apabila konsumen bisa mengajak orang lain untuk bergabung di PT ARP, maka ia akan mendapatkan komisi, yakni 1,5 juta untuk satu orang umrah, dan 2,5 juta untuk satu orang haji. Mendengar penjelasan tersebut, konsumen kemudian berpendapat bahwa komisi yang diterima berasal dari uang muka yang dibayarkan oleh konsumen lain, yang berarti telah mengurangi hak orang lain. Pemasar lalu membantah pendapat konsumen dan menyatakan, bahwa komisi yang diberikan oleh perusahana berasal dari anggaran yang dulu biasa dialokasikan untuk iklan di media cetak atau elektronik, setelah adanya program solusi haji dan umrah ini anggaran dialihkan kepada jamaah yang sudah berjasa menginformasikan itu. Pelanggaran maksim kesepakatan dilatarbelakangi adanya faktor situasi tutur, yakni saat pemasar menjelaskan hak usaha dari program solusi haji dan umrah kepada konsumen. Konsumen memiliki pendapat yang keliru mengenai asal komisi yang didapatkan dari menjalankan hak usaha. Kemudian pemasar menjelaskan dengan memberikan informasi yang benar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Adapun rincian data mengenai pelanggaran prinsip kesantunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3 Pelanggaran Prinsip Kesantunan
No.
Prinsip
Nomor Data
Kesantunan 1.
Maksim
Jumlah Data
1, 7, 10, 11, 13, 15.
6
2, 14, 17, 18, 23, 24, 25, 26.
8
Kearifan 2.
Maksim Kedermawanan
3.
Maksim Pujian
-
-
4.
Maksim
3, 6, 8.
3
4, 5, 9, 12, 16, 19, 20, 21, 22.
9
-
-
Kerendahan Hati 5.
Maksim Kesepakatan
6.
Maksim Simpati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Pada penelitian yang berjudul Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Berbahasa Pemasar kepada Konsumen dalam Penawaran Program Solusi Haji dan Umrah di PT Arminareka Perdana Cabang Solo: Sebuah Pendekatan Pragmatik ini dapat disimpulkan dua hal pokok yang berkaitan dengan rumusan masalah. Pada dasarnya, dua hal pokok ini merupakan jawaban atas perumusan masalah. Dua hal pokok yang dimaksud dapat dilihat pada uraian berikut ini. 1. Tindak tutur direktif pemasar kepada konsumen Tuturan langsung yang digunakan pemasar kepada konsumen mengandung 8 macam subtindak tutur direktif, yaitu: tindak tutur direktif ‘menyarankan’ (sebanyak 32 data), ‘memerintah’ (sebanyak 26 data), ‘mengajak’ (sebanyak 20 data), ‘mengingatkan’ (sebanyak 14 data), ‘meminta’ (sebanyak
11 data), ‘membujuk’
(sebanyak 11 data),
‘mempersilakan’ (sebanyak 6 data), dan ‘melarang’ (sebanyak 5 data). Dari kedelapan jenis subtindak tutur direktif tersebut yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah jenis subtindak tutur direktif ‘menyarankan’, yakni berjumlah 32 data.
commit to user 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
2. Kesantunan berbahasa pemasar kepada konsumen Wujud prinsip kesantunan antara pemasar dan konsumen dalam penawaran program solusi haji dan umrah dianalisis dengan menggunakan parameter kesantunan dari Leech. Adapun maksim-maksim prinsip kesantunan tersebut ialah: ‘maksim kearifan’, ‘maksim kedermawanan’, ‘maksim pujian’, ‘maksim kerendahan hati’, ‘maksim kesepakatan’, dan ‘maksim simpati’. Pada pematuhan prinsip kesantunan terdapat maksimmaksim yang dipatuhi, yaitu: ‘maksim kearifan’ (sebanyak 20 data), ‘maksim kedermawanan’ (sebanyak 23 data), ‘maksim pujian’ (sebanyak 5 data), ‘maksim kerendahan hati’ (sebanyak 3 data), ‘maksim kesepakatan’ (sebanyak 14 data), dan ‘maksim simpati’ (sebanyak 3 data). Adapun pada pelanggaran prinsip kesantunan terdapat maksim-maksim yang dilanggar, yaitu: ‘maksim kearifan’ (sebanyak 6 data), ‘maksim kedermawanan’ (sebanyak 8 data), ‘maksim kerendahan hati’ (sebanyak 3 data), dan ‘maksim kesepakatan’ (sebanyak 9 data). Pada pematuhan prinsip kesantunan yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah pada ‘maksim kedermawanan’, yakni berjumlah 23 data. Selanjutnya, pada pelanggaran prinsip kesantunan yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah pada ‘maksim kesepakatan’, yakni berjumlah 9 data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
B. Saran Penulis menyadari bahwa penelitian ini merupakan penelitian tahap awal, sehingga masih terdapat banyak kesalahan yang perlu diperbaiki dalam menyusun penelitian ini karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi pemasar di PT Arminareka Perdana cabang Solo Sebagai seorang pemasar diharapkan dapat lebih memperhatikan dan mempertimbangkan tuturan yang akan disampaikan kepada konsumen dalam menawarkan layanan jasanya. Di samping itu, seorang pemasar diharapkan senantiasa bertutur santun agar konsumen merasa lebih nyaman dan dihargai untuk kemudian dapat memiliki ketertarikan akan mengikuti program solusi yang ditawarkan. Oleh sebab itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pengetahuan serta pemahaman khususnya mengenai kesantunan dalam bertutur antara pemasar dan konsumen. 2. Bagi masyarakat Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam memahami tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa yang ditimbulkan oleh pemasar. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penulis berharap yang akan datang, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai penerapan tindak tutur, khususnya tindak tutur direktif dan kesantunan berbahasa. Semoga penelitian ini dapat dijadikan pemicu bagi peneliti selanjutnya untuk bersikap kreatif dan kritis dalam menyikapi perkembangan tindak tutur bahasa. commit to user