PERBEDAAN TINGKAT RELIGIUSITAS DAN KUNJUNGAN KELUARGA PADA RESIDEN DI PUSAT REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL LIDO-SUKABUMI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
OLEH :
YOGA TOGA MALA 102070026030
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PERBEDAAN TINGKAT RELIGIUSITAS DAN KUNJUNGAN KELUARGA PADA RESIDEN DI PUSAT REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL LIDO-SUKABUMI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Oleh
YOGA TOGA MALA NIM. 102070026030
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Ikhwan Lutfi. M.Si
Gazi. M.Si
NIP. 19730710 200501 1 006
NIP. 19711214 200701 1 014
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PERBEDAAN TINGKAT RELIGIUSITAS DAN KUNJUNGAN KELUARGA PADA RESIDEN DI PUSAT REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL LIDO-SUKABUMI”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Pembantu Dekan l/
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota
H. Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 552
NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
S.Evangeline I. Suaidy, M.Psi.,Psi
Drs. Rachmat Mulyono, M.Si.,Psi
NIP. 150 411 217
NIP. 19650220 199903 1 003
Ikhwan Lutfi, M.Si
Gazi. M.Si
NIP. 19730710 200501 1 006
NIP. 19711214 200701 1 017 iii
Persembahan dari hati untuk Papa, Drs. M. Sobri Gani GM dengan seribu kata pedas yang sarat dengan sejuta kasih sayang Mama, Dra. Hj. Rumadani Sagala M.Ag, yang begitu hebat semangat juangnya Kakak, Iin Kandedes S.hum, M.Ag, yang mendidik dengan kesuksesan Abang, Jaelani dengan kesabarannya Adik, M. Fadil, smoga cepat dewasa Raisya, yg lucu dan ngangenin
Hidup adalah perjuangan, maka menyerah adalah pemerkosaan terhadap jati diri
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) September 2010 (C) Yoga Toga Mala (D) Perbedaan Tingkat Religiusitas Dan Kunjungan Keluarga Pada Residen Di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Sukabumi (E) Halaman : xi + 61 halaman + lampiran (F) Saat residen menjalani program rehabilitasi, mereka dipaksa untuk menjalani semua program yang ada di lembaga. Pecandu narkoba selayaknya manusia biasa memiliki keterbatasan kesabaran, beratnya program perawatan yang dijalani serta disiplin yang harus ditaati sering kali membuat mereka putus asa. Hal ini terkadang membuat mereka tergoda untuk kembali menggunakan narkoba. Disaat hal itu terjadi, agama dan dukungan keluarga dipercaya sebagai terapi terbaik untuk membantu residen narkoba untuk lepas dari ketergantungan mereka terhadap zat-zat adiktif tersebut (BNN, 2004). Bentuk dorongan dan perhatian yang diberikan keluarga akan membantu residen untuk pemulihan (recovery). Dampaknya adalah tumbuh rasa aman, percaya diri, dan rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga.Sedangkan agama menjadi sumber sugesti dan motivasi yang kuat dalam diri pasien untuk hidup secara positif. Tingkat religiusitas residen diukur dari pengamalan-pengamalan agamanya berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas Glock & Stark (1974). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat religiusitas antara residen narkoba yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode komparatif untuk mengetahui peredaan tingkat religiusitas. Penelitian ini menggunakan tekhnik purposive sampel. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 responden yang masing-masing responden diberikan kuesioner dengan jumlah item sebanyak 36 item skala religiusitas dengan proporsi 30 residen yang mendapat kunjungan keluarga dan 30 residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Residen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah residen pada Tahap Awal (Primary Stage) yaitu residen yang sudah menjalani rehabilitasi dalam rentang waktu 6-9 bulan dengan intensitas kunjungan lebih dari sekali dalam satu bulan, data kunjungan diperoleh dari buku tamu. Pengumpulan data
v
menggunakan model skala Likert, dengan aspek dimensi-dimensi religiusitas Glock & Stark (1974). Dari hasil pengolahan data menggunakan uji t didapati bahwa terdapat perbedaan tingkat religiusitas pada residen yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Dimana residen yang mendapat kunjungan keluarga tingkat religiusitasnya lebih tinggi dari pada residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Saran yang diajukan dalam penelitian ini, bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di lembaga atau permasalahan yang sama dapat melengkapinya dengan mengambil data dari observasi dan wawancara. Kata Kunci : tingkat religiusitas, residen narkoba. (G) Daftar Bacaan : 28 buku (1974-2009).
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya dipersembahkan kehadirat Allah swt, yang selalu melimpahkan nikmat, taufik dan hidayah kepada hambaNya. Segala shalawat, salam dan berkah semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan umat Nabi Besar Rosulullah saw beserta keluarganya, para sahabat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya. Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi yang ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana psikologi karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Religiusitas dan Kunjungan Keluarga Pada Residen Di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Sukabumi”. Dalam menyusun skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terimakasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada : 1.
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si., Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi. Dosen pembimbing akademik Dra Zahrotun Nihayah M.Psi, yang baik hati. Dosen penyemangat hati, Rahman Shaleh, semoga jadi Haji yg mabrur.
2.
Dosen pembimbing I,Ikhwan Lutfhi, M.Psi, dan dosen pembimbing II Gazi S,M.Si, terima kasih sedalam-dalamnya atas segala kemurahan hati dan kesabaran, malu rasanya menerima begitu banyak kebaikan ini.
3.
Penguji I, S.Evangeline I. Suaidy, M.Psi.,Psi dan penguji II, Drs. Rachmat Mulyono, M.Psi.,Psi. Yang memberi pencerahan.
4.
Mama dan Papa, Dra Hj Rumadani Sagala M.Ag, dan Drs M Sobri Gani GM yang senantiasa mendoakan, mendukung dan menyayangi dengan stok
vii
sabar yang selalu terisi penuh. Kakak & adik, Iin Kandedes S.hum, M.Ag dan M. Fadil atas wejangan dan doanya. 5.
Neneng, Pandi, Nenden, pahlawan dibalik layar yang sudah membantu dengan segenap kesabaran cadangan, tanpa kalian skripsi ini takkan selesai.
6.
Dwi, Rita,Chami, QQ, Munajat, Lala, lima hari penuh air mata, smua ini bagai mimpi. Alin dan Ndi, my cheers team. Nining dan Rika yang ikhlas memberi bahan-bahan penunjang penelitian. Fa, tetep semangat!
7.
Pelatih-pelatih Taekwondo, Sabeum Fajar Abdi Wibawa untuk dukungan, petuah, sikap tegas, pengertian, kesabaran dan kepercayaannya, Ibu suri yang selalu menyelamatkan, Sabeum Arman, Sabeum Adi, Sabeum Tomy, Sabeum Isma, untuk kuliah kehidupannya selama ini.
8.
Seluruh staf akademik dan pengurus perpustakaan yang telah membantu dengan tulus dan tanpa pamrih, Mbak Rini, Pak Ayung (dady), Bu Syariah, Pak Haidir, Pak Baidawi, Bu Nur yang senantiasa mendengarkan keluh kesah dan bergelas-gelas air putih pelepas deg-degan.
9.
Bang Briptu Indra Triznawan, Bang Brigadir Pitong atas bantuannya selama penelitian, dan semua Residen BNN UTR Lido yang telah bersedia mengisi angket yang telah diberikan.
10.
Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi namun tak dapat tersebut satu persatu, terimakasih banyak. Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat ridho dan pahala dari Allah SWT, Amin. Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas,
maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta Desember 2010 Yoga Toga Mala
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ..............................................................................................
i
Halaman Persetujuan ...................................................................................
ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................
iii
Motto ..............................................................................................................
iv
Abstrak ...........................................................................................................
v
Kata Pengantar .............................................................................................
vii
Daftar Isi ........................................................................................................
ix
Daftar Tabel ...................................................................................................
xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1-12 1.1
Latar Belakang ........................................................................
1
1.2
Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitan ......................
10
1.2.1. Batasan Masalah .........................................................
10
1.2.2. Perumusan Masalah ....................................................
10
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
11
1.3.1. Tujuan Penelitian ........................................................
11
1.3.2. Manfaat Penelitian ......................................................
11
Sistematika Penulisan .............................................................
11
1.3
1.4
BAB 2 KAJIAN TEORI ............................................................................ 13-36 2.1 Religiusitas ..............................................................................
13
2.1.1 Pengertian Religiusitas ................................................
13
2.1.2 Fungsi Religiusitas ......................................................
14
2.1.3 Dimensi-dimensi Religiusitas .....................................
22
2.1.4 Sumber-sumber munculnya Religiusitas ....................
24
2.2
Kunjungan Keluarga ...............................................................
25
2.3
Religiusitas Residen ................................................................
30
2.4 Kerangka Berfikir ...................................................................
35
2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................
36
ix
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 37-46 3.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian ........................................
37
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................
37
3.3 Devinisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel ........
38
3.4 Subjek Penelitian .....................................................................
38
3.4.1. Populasi .......................................................................
38
3.4.2. Sampel .........................................................................
38
3.4.3. Teknik Pengambilan Sampel .......................................
39
3.5
Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data ...........
39
3.6
Penilaian dan Skoring Instrumen ............................................
42
3.7 Uji Reliabilitas Skala ...............................................................
43
3.8 Teknik Analisa Data ................................................................
44
3.9 Prosedur Penelitian .................................................................
45
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA ........................................ 47-60 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ................................
47
4.2
48
Deskripsi Skor Responden ...................................................... 4.2.1
Deskripsi Skor Tingkat Residen Yang Mendapat Dukungan Keluarga ....................................................
4.2.2. Deskripsi
Skor
Tingkat
Residen
Yang
49
Tidak
Mendapat Dukungan Keluarga ...................................
50
Hasil Umum Penelitian ...........................................................
52
4.4 Hasil Utama Penelitian ............................................................
53
4.3
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 61-64 5.1
Kesimpulan .............................................................................
61
5.2 Diskusi ....................................................................................
61
5.3 Saran ........................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x
DAFTAR TABEL Gambar 1
Bagan Kerangka berpikir ...........................................................
35
Tabel 3.1
Bobot Nilai .................................................................................
41
Tabel 3.2
Skala Tingkat Relgiusitas ...........................................................
41
Tabel 3.3
Kaidah Koefisien Reliabilitas Guilford ......................................
43
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......
47
Tabel 4.2
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia .......................
48
Tabel 4.3
Descriptive Statistic ...................................................................
49
Tabel 4.4
Skor perolehan tingkat religiusitas yang mendapat dukungan dari keluarga ...............................................................................
Tabel 4.5
Tingkat Religiusitas Residen Yang Mendapat
Dukungan
Keluarga ..................................................................................... Tabel 4.6
50
Skor perolehan tingkat religiusitas yang tidak mendapat dukungan dari keluarga ..............................................................
Tabel 4.7
49
Tingkat Religiusitas Residen Yang
51
Tidak Mendapat
Dukungan Keluarga ...................................................................
51
Tabel 4.8
Nilai Uji t ....................................................................................
52
Tabel 4.9
Group Statistics Keyakinan ........................................................
54
Tabel 4.10 Independent Samples Test Keyakinan .......................................
54
Tabel 4.11 Group Statistics Praktik Ibadah ..................................................
55
Tabel 4.12 Independent Samples Test Praktik Ibadah .................................
56
Tabel 4.13 Group Statistics Pengetahuan Agama ........................................
56
Tabel 4.14 Independent Samples Test Pengetahuan Agama .......................
57
Tabel 4.15 Group Statistics Ritualistik ........................................................
58
Tabel 4.16 Independent Samples Test Ritualistik ........................................
58
Tabel 4.17 Group Statistics Pengamalan ......................................................
59
Tabel 4.18 Independent Samples Test Pengamalan .....................................
60
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian
1.1 Latar Belakang Masalah Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Suatu nama tunggal untuk merujuk semua jenis bahan atau zat yang berkhasiat menghilangkan rasa sakit (narkotika), menimbulkan perubahan suasana batin
(psikotropika),
sedative
hipnotika
(zat
yang
member
efek
hipnotis/penenang/bius/tidak sadar), halusinogen atau bahan adiktif lainnya. Napza adalah seperti kata “dadah” di Malaysia, atau “drus” di Amerika (BNN, 2004). Napza atau secara umum lebih dikenal sebagai narkoba adalah bahan atau zat atau obat yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan syaraf pusat (disebut psikoaktif), dan menyebabkan gangguan kesehatan jasmani, mental-emosional dan fungsi sosial lainnya, karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) dan ketergantungan (dependensi) terhadap narkoba (Thanthowi, 2003) Penggunaan napza biasanya bermula dari rasa ingin tahu, ingin mencoba, dan agar diterima lingkungan sosialnya. Penyalahgunaan napza sering disebut
1
2
penyakit sosial (social disease), artinya penyalahgunaan ini muncul akibat berinteraksi dengan masyarakat yang menggunakan napza atau akibat pertemanan dengan pecandu narkoba aktif. Penyakit ini umumnya bersifat menular, bila individu tidak dibentengi oleh sistem moral diri yang kuat. Sistem moral ini dibangun melalui pola pengasuhan, pendidikan keagamaan dan norma sosial yang kuat dari keluarga dan masyarakat, yang nantinya diaplikasikan melalui perilaku (BNN,2009). Penyalahgunaan napza biasanya diawali oleh penggunaan coba-coba sekedar mengikuti teman, untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, kelelahan, ketegangan jiwa, sebagai hiburan, atau untuk pergaulan. Bila taraf coba-coba tersebut diajukan secara terus-menerus akan berubah menjadi ketergantungan (BNN, 2004). Sementara itu, situasi kehidupan masyarakat yang penuh pancaroba, krisis, ketidak pastian, dan kesenjangan sosial, pertumbuhan perkotaan dan makin heterogennya masyarakat. Demikian pula melemahnya homogenitas dan pengawasan sosial masyarakat, serta timbulnya kebutuhan akan jati diri dan kelompok sosial. Situasi kehidupan demikian pada gilirannya menimbulkan kerentanan terhadap penyalahgunaan napza. Penyalahgunaan narkoba adalah gangguan perilaku dan perbuatan anti sosial seperti: berbohong, membolos, minggat, malas, sex bebas, melanggar aturan, dan disiplin, merusak, melawan orang tua, mencuri, suka mengancam, dan suka berkelahi, sehingga mengganggu ketertiban, ketentraman serta keamanan masyarakat. (BNN, 2004).
3
Setiap orang termasuk remaja yang normal mempunyai berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan biologis (minum, makan, pakaian, tempat tinggal dan sex), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan perwujudan diri. Tidak terpenuhinya salah satu atau semua kebutuhan tersebut dapat menimbulkan perasaan tertekan yang selanjutnya dapat memicu penyalahgunaan napza (BNN,2004) Pada umumnya, penyalahguna napza baru memiliki keinginan untuk berhenti bila keadaan sudah terlambat, yaitu saat mereka sudah berada dalam cengkraman “gurita” ketergantungan napza yang sudah tidak bisa dilepaskan lagi. Hal ini terjadi karena begitu penyalahguna napza mulai mencoba-coba, tanpa sadar mereka langsung terseret sampai pada taraf ketergantungan. Besarnya kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku penyalahgunaan napza sangatlah kompleks. Meliputi segala aspek kehidupan baik biologis, psikologis dan sosial. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) disebutkan bahwa adiksi atau ketergantungan terhadap napza merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan baik secara fisik dan psikologis terhadap suatu zat adiktif dan menunjukkan tandatanda sebagai berikut, yaitu adanya toleransi dimana individu membutuhkan napza dalam jumlah yang semakin lama semakin besar untuk mencapai keadaan fisik dan psokologis seperti yang diinginkan. Selain itu ketergantungan napza juga mempunyai ciri adanya gejala putus zat (withdrawal syndrome) yang biasa juga dikenal dengan istilah sakaw yaitu keadaan dimana muncul gejala-gejala fisik dan psikologis yang tidak nyaman apalagi penggunaan zat dihentikan.
4
Tahun 2004, hasil Survey Nasional Penyalahgunaan dan Pengedaran Gelap Napza yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Narkotika (BNN) bekerjasama dengan Pusat Penelitian “Pranata Pembangunan” Universitas Indonesia, terhadap sample 13.710 orang siswa SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi di 30 ribu Kota Propinsi seluruh Indonesia menunjukkan bahwa 3,9% dari siswa tersebut mengaku melakukan penyalahgunaan napza selama setahun terakhir Denpasar - Kasus perkembangan napza di Indonesia meningkat pesat. Dalam enam tahun terakhir kasus napza melonjak hingga 300 persen. Demikian disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Gories Mere di sela menggelar pertemuan dengan Badan Narkotika se-ASEAN di Hotel Melia, Nusa Dua, Bali, Senin (28/6/2010). Pertemuan ini diprakarsai oleh BNN dan Badan Narkotika Republik Korea Selatan. Hadir dalam pertemuan tersebut badan narkotika di kawasan ASEAN, di antaranya Philipina, Malaysia, Vietnam, Laos dan Kamboja. Gories menilai perkembangan konsumsi napza juga telah bergeser dari trend konsumsi. Pengedaran dan konsumsi napza beralih dari jenis heroin dan kokain ke jenis sabu-sabu. Hal ini dibuktikan dalam setahun terakhir Indonesia menjadi tujuan pengedar sabu-sabu dari Iran. “Di Iran, harga sabu-sabu hanya Rp 100 juta per kilogram, sedangkan di Indonesia bisa sampai Rp 2 miliar per kilogram. Jadi keuntungannya mencapai 2 ribu persen,” ungkap Gories. Meningkatnya pengguna napza di Indonesia juga ditopang oleh banyaknya pabrik sabu-sabu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama Jawa dan Kalimantan.
5
Menurut Alatas & Bambang (2006) masalah penyalahgunaan nakoba bukan hanya sekedar pemakaian obat dan zat kimia yang masuk kedalam tubuh dan menyangkut kesehatan saja, melainkan merupakan permasalahan manusia dalam lingkungan budayanya. Sehingga penanganan pengguna napza harus juga sampai kepada konflik intra psikis (termasuk aspek keagamaan) dan tekanan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, pendekatan penanganan pengguna napza harus komprehensif dan holistic menyangkut dimensi fisik (neurobiologist), psikologis (kepribadian), sosial (tekanan lingkungan dan pergaulan), dan agama (makna hidup). Untuk dapat berhasil sepenuhnya dalam penanganan pengguna napza baik dari segi pencegahan (preventif), terapi maupun rehabilitasi, maka keempat dimensi secara komprehensif dalam suatu unit terapi dan rehabilitasi guna memulihkan ketergantungan penggunaan narkotika kepada keadaan yang normal. Dimensi fisik (neuorobiologis) menekankan pada penanganan medis (terutama pada susunan saraf pusat dan sistem neurotransmitter) bagi pengguna napza. Dimensi sosial menekankan pada hubungan dengan orang lain, menghargai dan menolong orang lain, komunikasi dan sebagainya. Dimensi keagamaan dengan penekanan pada tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Tuhan, nilai-nilai hidup, makna hidup (meaning life), dan sebagainya. Kunci utama dalam usaha pemulihan terhadap ketergantungan obat-obatan terlarang adalah keinginan dalam diri dengan tekad yang kuat untuk pulih. Dalam usaha pemulihan ketergantungan napza banyak lembaga yang memiliki beberapa program rehabilitasi sebagai upaya untuk membantu para jungky (pengguna
6
napza) dalam proses pemulihan. Bentuk program yang dijalankan untuk rehabilitasi penyalahgunaan napza adalah Therapeutic Community (TC), terapi religi dan ada juga program khusus yang terdapat pada pusat rehabilitasi yang menangani residen (pasien ketergantungan napza) yang mengalami gangguan psikotik seperti halusinasi, delusi,waham,dsb. Tidak semua residen menjalani rehabilitasi dengan sukarela. Sebagian besar dari mereka terpaksa melakukannya karena misalnya terjerat penyelidikan dan penangkapan penyalahguna narkoba yang dilakukan oleh tim kepolisian. Apapun alasan residen menjalani rehabilitasi, mereka telah dipaksa untuk keluar dari zona aman. Perubahan fungsi-fungsi dan disiplin yang terpaksa mereka jalani seringkali menimbulkan rasa putus asa dan frustrasi. Dulu ada anggapan bahwa HIV/AIDS hanya menular di lingkungan pelaku penyimpangan seksual (pelacur dan homoseksual), tetapi sekarang ternyata bahwa tidak sedikit yang tertular HIV karena transfusi darah dan penggunaan jarum suntik secara bergilir diantara pecandu narkoba/IDU (Injecction DrugUse). Angka kejadian ketularan HIV dikalangan pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik (IDU) secara bergilir cukup tinggi. Penelitian diantara para IDU di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, menunjukkan bahwa 90% dari para pecandu narkoba IDU tertular HIV (BNN, 2004). Pengguna Napza bukan hanya tidak sesuai dengan tatanan agama (Q.S. Al Baqarah, 2. 219, dan Q.S. Al Quran Al Maidah, 5, 91), tetapi juga merupakan pelanggaran hukum (Pasal 59, Undang-undang No.5, Tahun 1997, tentang
7
Psikotropika; Pasal 84, 85, dan 86, Undang-undang No. 22, Tahun 1997 tentang Napza). Perubahan disiplin hidup yang tiba-tiba harus residen jalani menimbulkan ketakutan-ketakutan. Takut menjalani rangkaian disiplin, takut menghadapi masa depan, juga ketakutan-ketakutan lain yang sebagian besar dihasilkan oleh halusinasi yang mereka ciptakan sendiri. Pecandu napza selayaknya manusia biasa memiliki keterbatasan kesabaran, beratnya program perawatan yang dijalani serta disiplin yang harus ditaati sering kali membuat mereka putus asa. Hal ini terkadang membuat mereka tergoda untuk kembali menggunakan napza. Disaat hal itu terjadi, agama dan dukungan keluarga dipercaya sebagai terapi terbaik untuk membantu residen napza untuk lepas dari ketergantungan mereka terhadap zat-zat adiktif tersebut (BNN, 2004). Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan keluarganya. Peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji serta memberikan motivasi merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) sehingga tingkat optimum (Friedman dkk, 1998). Beratnya menjalani rehabilitasi, beradaptasi dengan program-program dan disiplin di pusat rehabilitasi serta keadaan saat putus zat (sakaw) terkadang mengelapkan mata residen. Kunjungan keluarga, interaksi dengan orang tua yang
8
disertai dengan support merupakan salah satu sumber kekuatan bagi residen untuk terus menjalani tahapan rehabilitasi. Gunarsa dan Gunarsa (2001) dalam Jurnal Provitae mengemukakan segisegi keluarga yang sangat penting dalam perkembangan remaja yaitu keluarga memenuhi keakraban dan kehangatan, sebagai tempat pemupukan kepercayaan diri yang menimbulkan adanya perasaan aman, sebagai tepat melatih kemandirian remaja dalam membuat keputusan dan melakukantindakan. Ia juga menambahkan bahwa hubungan orang tua dengan anak turut menentukan persiapan remaja dalam menjalankan perubahan peran sosial. Dalam kasus ini perubahan menuju kesembuhan dari ketergantungan napza. Menurut Sudarma (2008) bila bantuan professional dan bantuan sosial berupa dukungan keluarga sudah diperoleh residen dalam upaya kesembuhannya dari ketergantungan napza, dibutuhkan agama sebagai sumber sugesti dan motivasi yang kuat dalam diri residen. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan kekuatan yang besar di luar dirinya untuk mengatasi persoalan hidup yang dihadapi yaitu Tuhan, dengan kembali kepada Sang Khalik dan memasrahkan segala persoalan hidup yang dihadapi, manusia memiliki pelindung untuk memberikan kekuatan dan menuntunnya dalam mengatasi segala permasalah yang menimpanya. Dukungan keluarga dan mendekatkan diri kepada Tuhan dipandang sebagai faktor pendukung yang sangat potensial untuk membantu proses pemulihan residen napza. Namun agama tidak boleh dilepaskan dari religiusitas, karena agama hanyalah sarana belaka, agar manusia lebih mudah menemukan jalan menuju
9
Tuhan. Sedangkan religiusitas lebih melihat aspek yang didalam lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain karena menapaskan intimitas jiwa, ‘du Coeur dalam bahasa Pascal, yakni cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) kedalaman si pribadi manusia. Dan karena itu, pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dari agama yang tampak, formal, resmi (Jacobs, 2002). Dister (1992) menjelaskan bahwa religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan kuasa-Nya, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Glock & Stark (1974) mengatakan bahwa ada lima dimensi keberagamaan, yaitu keyakinan (ideologis), penghayatan atau pengalaman (eksperiensial), peribadatan atau praktik beragama (ritualistik), pengetahuan agama (intelektual), dan pengamalan (konsekuensi). Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah ini, oleh karena itu penulis ingin meneliti bagaimana Tingkat Religiusitas Dan Kunjungan Keluarga Residen Di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Sukabumi
10
1.2.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian
1.2.1. Pembatasan Masalah Untuk lebih memudahkan penelitian ini peneliti memfokuskan pembatasan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Tingkat religiusitas yang dimaksud peneliti adalah tingkat religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (1974) meliputi : keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengamalan, dan pengalaman agama, 2. Subyek penelitian disini adalah residen (pemakai napza : narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) yang sedang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido-Sukabumi. 3. Kunjungan keluarga adalah kunjungan dilakukan oleh orang tua dan keluarga residen yang sesuai dengan program Therapeutic Community (TC) pada tahap awal (Primary Stage) yakni dua minggu satu kali.
1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu : apakah ada tingkat perbedaan religiusitas pada residen napza di Badan Narkotika Nasional yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga?
11
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat religiusitas
antara residen napza di badan narkotika nasional yang mendapatkan kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pengetahuan bagi kalangan akademisi khususnya psikologi, juga menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat member gambaran mengenai tingkat religiusitas residen BNN.
1.4.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini mengacu pada pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi yang dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan berikut ini : BAB 1 : Pendahuluan Dalam bab pertama yang merupakan pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
12
BAB 2 : Kajian Pustaka Bab 2 yang berisi kajian teori ini berupa pengertian religiusitas, fungsi religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas, Sumber-sumber munculnya religiusitas,
pengertian
napza,
residen
ketergantungan
napza,
rehabilitasi bagi pecandu napza,dukungan keluarga, kerangka berpikir, serta hipotesis. BAB 3 : Metode Penelitian Bagian ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, meliputi pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi variabel dan operasional variabel, populasi dan sampel,teknik pengambilan sampel, pengumpulan data dan instrument pengumpulan data, penilaian dan scoring instrument, teknik analisa data, dan prosedur penelitian. BAB 4 : Hasil Penelitian Berisi gambaran umun responden, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis. BAB 5 : Kesimpulan, diskusi dan saran. Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori-teori pendukung yang berkaitan dengan tingkat religiusitas residen dipusat rehabilitasi BNN Lido-Sukabumi. Secara rinci bab ini akan mengulas tentang teori religiusitas meliputi pengertian religiusitas, fungsi religiusitas, dimensi-dimensi religiusitas, sumber-sumber religiusitas, kunjungan keluarga, religiusitas residen, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.
2.1
Religiusitas
2.1.1 Pengertian Religiusitas Religi dari bahasa Latin relegare yang berarti mengumpulkan/membaca, dan religare yang berarti mengikat. Artinya agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan sifatnya mengikat bagi manusia, yaitu ikatan antara roh manusia dengan Tuhan (Nasution, 1985). Dister (1992), juga menjelaskan bahwa religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Semakin anusia mengakui adanya Tuhan dan kuasa-Nya, maka semakin tinggi tingkat religiusitasnya. Sedangkan Nashori dan Mucharram (2002), menjelaskan tentang definisi religiusitas yaitu seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
13
14
besar pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Menurut Jalaludin (2005) religiusitas merupakan bentuk pengalaman baik berupa sikap maupun tindakan dari keberagamaan seseorang. Religiusitas adalah keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menanungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia bergantung dan berserah diri. Semakin manusia mengakui adanya kekuatan Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi religiusitasnya. Menurut Hidayat (2006), religiusitas merupakan penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Pruyser (dalam Dister, 1988) berpendapat bahwa religiusitas lebih bersifat personal dan mengatas namakan agama. Agama mencakup ajaran-ajaran yang berhubungan dengan Tuhan, sedangkan Tingkat Religiusitas adalah perilaku manusia yang menunjukkan kesesuaian dengan ajaran agamanya. Jadi berdasarkan agama yang dianut maka individu berlaku secara religius. Glock dan Stark (1974) menegaskan bahwa tingkat religius adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning)
2.1.2
Fungsi religiusitas Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan agama. Dister
(1988) mengemukakan ada empat fungsi (emosional-efektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan psikologis) dari religiusitas, yaitu :
15
1. Untuk mengatasi frustrasi Tidak semua residen menjalani rehabilitasi dengan sukarela. Sebagian besar dari mereka terpaksa melakukannya karena misalnya terjerat penyelidikan dan penangkapan penyalahguna narkoba yang dilakukan oleh tim kepolisian. Apapun alasan residen menjalani rehabilitasi, mereka telah dipaksa untuk keluar dari zona aman. Perubahan fungsi-fungsi dan disiplin yang terpaksa mereka jalani seringkali menimbulkan rasa putus asa dan frustrasi. Psikologis mengobservasikan bahwa keadaan frustasi dapat menimbulkan perilaku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi berusaha mengatasi frustasi dengan membelokkan arah kebutuhan dan keinginkan yang dimiliki dari yang bersifat keduniawian menuju keinginan kepada Tuhan, lalu mengharapkan pemenuhan keinginan tersebut dari Tuhan. Manusia akan merasa tenang apabila telah berserah diri kepada Tuhan karena merasa yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong setiap hamba yang membutuhkan sehingga dapat memberikan ketentraman dihati setiap manusia yang sedang mengalami masalah. Disini keyakinan tersebut ada karena seseorang memiliki kualitas pemahaman keagamaan yang baik. Dengan adanya keyakinan seperti itu maka kehidupan yang dilewati akan menjadi lebih tenang dan bahagia. 2. Untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib masyarakat Dulu ada anggapan bahwa HIV/AIDS hanya menular di lingkungan pelaku penyimpangan seksual (pelacur dan homoseksual), tetapi sekarang ternyata bahwa tidak sedikit yang tertular HIV karena transfusi darah dan penggunaan jarum suntik secara bergilir diantara pecandu narkoba/IDU (Injecction DrugUse).
16
Angka kejadian ketularan HIV dikalangan pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik (IDU) secara bergilir cukup tinggi. Penelitian diantara para IDU di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta, menunjukkan bahwa 90% dari para pecandu narkoba IDU tertlar HIV (BNN, 2004). Manusia wajib untuk hidup bermoral, bukan hanya karena kehendak Tuhan, tetapi juga demi diri dan suara hati manusia itu sendiri. Nilai-nilai moral bersifat otonom, artinya nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran dan keteguhan hati tetap berlaku tidak tampil dalam wujud fisik yang Nampak oleh mata. Ini berarti manusia tidak dapat bergaul dengan Tuhan kalau manusia tidak hidup sesuai dengan norma-norma moral. Oleh sebab itu, seseorang perlu menginternalisasikan nilai-nilai agama agar dapat menciptakan dan mengamalkan nilai-nilai moral yang otonom dan religiusitas yang berfungsi sebagai pengendali suara hati. Pengguna Napza bukan hanya tidak sesuai dengan tatanan agama (Q.S. Al Baqarah, 2. 219, dan Q.S. Al Quran Al Maidah, 5, 91), tetapi juga merupakan pelanggaran hukum (Pasal 59, Undang-undang No.5, Tahun 1997, tentang Psikotropika; Pasal 84, 85, dan 86, Undang-undang No. 22, Tahun 1997 tentang Napza). 3. Untuk memuaskan intelektual yang ingin tahu Terdapat sumber kepuasan dapat ditemukan dalam agama oleh intelek yang ingin tahu, yaitu: Agama dapat menyajikan pengetahuan rahasia yang menyelamatkan manusia dari kejasmanian yang dianggap menghambat dan mengantarkan manusia kepada kebosanan. Dengan menyajikan suatu moral agama memuaskan intelek yang ingin
17
mengetahui apa yang harus dilakukan manisia dalam hidup agar mencapai tujuan kehidupan manusia. Agama dapat memuaskan keinginan manusia yang mendalam agar hidup manusia bermakna, sehingga manusia sekurang-kurangnya ikut menyetir hidup yang dijalani dan tidak hanya diombang ambingkan saja oleh gelombang kehidupan dan terbawa arus. 4. Untuk mengatasi ketakutan Ketakutan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ketakutan yang ada objeknya seperti takut pada seseorang, hewan atau benda tertentu dan ketakutan yang tidak ada objeknya seperti cemas hati. Ketakutan tanpa objek inilah yang membingungkan manusia, namun apabila ketakutan itu menyertai frustasi, maka secara
langsung
keagamaan.
Jadi
ketakutan
tersebut
ketakutan
erat
mempengaruhi
hubungannya
timbulnya
dengan
kelakuan
tendensi-tendensi
manusiawi yang dapat menimbulkan perilaku agama itu sehingga orang meyakini bahwa Tuhan akan selalu dekat dengan setiap hambanya dan dapat melenyapkan segala kecemasan hati. Selain itu fungsi dari agama juga sebagai pemenuhan kebutuhankebutuhan yang ada didalam individu seperti yang di ungkapkan oleh Daradjat (1982) yaitu agama sebagai kebutuhan psikis yang perlu dipenuhi. Berbagai macam kebutuhan psikis yang perlu di penuhi dan berhubungan dengan agama antara lain adalah : a. Rasa kasih sayang Merasa bahwa kita disayangi dan di cintai orang, akan membawa kepada rasa bahagia. Tandanya bahwa kita dicintai orang antara lain kita diperhatiakan
18
orang, dihargai, dan di tolong apabila kita mengalami kesusahan. Maka residen yang merasa dicintai oleh orang banyak itu, akan merasa cintai pula kepada orang pada umumnya, hidupnya tenang, karena ia tidak merasa dibenci dan dimusuhi. Tapi bagi residen yang merasa tidak dicintai orang, hidupnya akan penuh dengan kecurigaan, ia akan curiga kepada setiap tindakan orang, baik tindakan-tindakan orang itu terlihat merugikan atau menguntungkannya. Karena ia berkeyakinan bahwa orang tidak akan berbuat baik kepada orang yang dibencinya. Maka dalam kesepian atau kehilangan kecintaan orang lain, residen akan merasa gelisah, sedih, bahkan mungkin terganggu kesehatan jiwanya. Dalam keadaan seperti ini dia membutuhkan
seseorang
yang
berkuasa,
yang
cinta
kepadanya
untuk
mengimbangi kecintaan orang banyak yang telah hilang. Hal itulah yang mendorong residen mencari yang berkuasa dan penyayang diluar dirinya sendiri. Bagi residen yang telah mempunyai kepercayaan kepada Tuhan, persoalan itu akan mudah, karena dalam agama, Tuhan tetap Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Itulah sebabnya, maka dalam Islam orang dianjurkan untuk membaca bismillah, setiap memulai pekerjaan, untuk mengingatkan kepada dirinya, bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang. Kepada Tuhanlah ia mengharapkan kasih sayang dan memohon perlindungan dari segala kejahatan. b. Rasa aman Rasa aman adalah kebutuhan jiwa yang paling penting dalam kehidupan manusia. Setiap orang ingin merasa bahwa tidak ada ancaman apapun terhadap dirinya. Disinilah peran agama sangat penting, ajaran agama memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut/cemas menghadapi
19
hidup ini. Ajaran-ajaran agama menunjukkan cara-cara yang harus dilakukan dan menjelaskan pula hal-hal yang harus ditinggalkan, supaya residen dapat mencapai rasa aman selama hidup ini dan selanjutnya pula diajarkan bagaimana mempersiapkan diri dengan perbuatan-perbuatan baik dan menjauhi tindakantindakan yang menganggu kesenangan orang lain, supaya rasa aman nanti dialam kedua tetap terjamin. Percaya dengan adanya Tuhan dan bahwa kekuasaan Tuhan itu melebihi kekuasaan apapun di dunia ini, memberikan rasa aman kepada orang yang percaya, bahwa Tuhan akan melindunginya dari segala bahaya, karena Tuhan itu Maha Penyayang dan Pengasih. Inilah sebabnya maka residen yang percaya Tuhan terlihat lebih tenang, tentram dan tidak merasa takut karena ia merasa ada Tuhan yang akan melindunginya. c. Rasa harga diri Bagi residen yang percaya kepada Tuhan ia merasa bahwa dirinya dekat dengan Tuhan, karena itu dengan sendirinya ia tidak akan kehilangan harga diri, sebab ia berada dekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi. Kurangnya penghargaan orang lain tidak akan banyak menyusahkan pikirannya yang penting baginya, supaya ia selalu dapat memelihara perhatian Tuhan, maka ia akan mencari kepuasan dengan berserah diri kepada Tuhan. Sedangkan bagi orang yang berkuasa dan berpengaruhpun masih tetap membutuhkan kepercayaan kepada Tuhan supaya ia dapat dengan tenang menghadapi orang-orang yang kurang menghargainya. d. Rasa bebas
20
Orang yang sering memendam perasaan karena ketidakmampuan atau ketakutannya dalam mengemukakan pendapat merupakan orang yang tidak bebas.perasaan-perasaan semacam inilah yang membuat manusia yang tidak mempunyai dasar agama yang kuat untuk mencari pelampiasan pada hal diluar Tuhan, dalam hal ini melarikan diri pada Napza. Bagi orang yang mempunyai kepercayaan kepada Tuhan akan dapatlah ia mengadukan perasaannya itu kepada Tuhan, ia dapat berkata-kata langsung kepada Tuhan dalam sembahyang dan do’anya, dia merasa bebas berbicara dengan yang paling berkuasa yaitu Tuhan. Maka tekanan-tekanan perasaan yang mungkin dihadapinya dalam hidupnya sehari-hari itu tidak akan membawanya kepada kegelisahan yang mendalam dan menjatuhkannya kepada gangguan jiwa. e. Rasa ingin mengenal Kebutuhan akan mengenal itulah yang membawa kemajuan, yang mendorong orang untuk mempelajari sesuatu yang bertemu dalam hidupnya, itulah yang mendorong ahli-ahli, mahasiswa-mahasiswa, untuk membuat sebuah penelitian supaya terjawab semua yang diragukan. Namun masih banyak hal-hal yang tidak bisa dijawab dengan penganalisaan ilmiah, misalnya mengapa orang tidak bisa memperpanjang umur orang, tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya (misalnya bentuk anak, lakilaki atau perempuan, batas-batas kemampuan otak dan bakat). Dalam hal ini, kepercayaan akan kebijaksanaan dan kekuasaan Tuhan dibutuhkan, supaya orang bisa merasa tenang dan tenteram. Ia tidak akan
21
menyebabkan kesehatan mentalnya terganggu, kalau banyak dari perhitungannya secara logika gagal. Dan ia tidak pula menimbulkan kesalahan pada orang lain. f. Rasa sukses Setiap kegagalan membawa kepada rasa tidak enak, baik kegagalan itu mengenai hal yang kecil dan remeh terlihatnya. Misalnya kegagalan dalam bidang sehari-hari, baik dalam keluarga, dalam dinas maupun dalam masyarakat. Kegagalan yang berulang-ulang itu akan membawa orang kepada rasa pesimis dan putus asa, perasan putus asa itu akan membawa kepada hilangnya ketenangan jiwa dan hilangnya pula rasa bahagia. Bagi orang yang percaya kepada Tuhan, akan lebih mudah baginya menghadapi kegagalan dari pada orang yang tidak berTuhan. Karena tugas orang yang berTuhan lebih ringan, ia tidak usah gelisah dan mengamuk ke sana-ke mari atas kegagalan yang dialaminya, cukuplah ia kembali kepada kekuasaan Tuhan. Mungkin ada hikmahnya dari Tuhan, makanya ia tidak berhasil pada waktu tertentu. Robert Nutin (dalam Mardiyatu, 2002) mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk religius, melakukan dan bertingkah laku sesuai dengan agamanya. Individu yang beragama berarti memenuhi kebutuhannya, sehingga menjadi puas, tenteram dan aman, individu yang demikian adalah individu yang sehat. Individu yang sehat lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk dan menimbulkan ketegangan dan kecemasan pada dirinya serta menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran dikemudian hari.
22
2.1.3
Dimensi-Dimensi Religiusitas Glock & Stark (1974) mengatakan bahwa ada lima dimensi keberagamaan,
yaitu keyakinan (ideologis), penghayatan atau pengalaman (eksperiensial), peribadatan atau praktik beragama (ritualistik), pengetahuan agama (intelektual), dan pengamalan (konsekuensi). 1. Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin
tersebut.
Setiap
agama
mempertahankan
seperangkat
kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agamaagama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama. Oleh karena itu hal ini mengindikasikan bahwa keyakinan adalah sebuah dimensi dari sebuah agama bukan hanya untuk pegangan tapi juga sebagai fondasi untuk meyakininya. 2. Dimensi Praktik Beragama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang-orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting, yaitu: ritual dan ketaatan.
23
Pertama, ritual. Mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan para pemeluk melaksanakan. Kedua, ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dari kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas pribadi. 3. Dimensi Pengalaman Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Seperti yang telah kita kemukakan, dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir dengan otoritas transendental. 4. Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar-
24
dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. 5. Dimensi Konsekuensi Atau Pengamalan Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi yang telah dibahas diatas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana seharusnya berpikir dan bertindak dalam kehidupan seseorang, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.
2.1.4 Sumber-sumber munculnya religiusitas Melalui teori The Four Wishes yang dikutip oleh Jalaludin (1996) mengemukakan bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama adalah empat macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia, yaitu : a. Keinginan untuk selamat (security) Keinginan untuk memperoleh perlindungan atau penyelamatan dirinya baik berbentuk biologis maupun non biologis. Misalnya mencari makan, perlindungan diri dan sebagainya. b. Keinginan untuk mendapatkan penghargaan (recognation)
25
Keinginan ini merupakan dorongan yang menyebabkan manusia mendambakan adanya rasa ingin dihargai dan di kenal orang lain. Serta mendambakan dirinya untuk selalu menjadi orang yang terhormat dan dihormati. c. Keinginan untuk ditanggapi (Response) Keinginan ini menimbulkan rasa ingin mencintai dan dicintai dalam pergaulan d. Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (New experience) Keinginan ini menyebabkan manusia mengeksplorasi dirinya, serta selalu ingin mencari pengetahuan dan pengalaman baru yang belum diketahui.
2.2 Kunjungan Keluarga Metode TC (Therapeutic Community) merupakan salah satu modalitas terapi dalam bentuk rehabilitasi residen jangka panjang yang dapat mencapai jangka waktu satu tahun atau lebih (BNN, 2004). Sasaran pelayanan rehabilitasi sosial melalui metode TC adalah: 1.
Residen atau penyalahguna narkoba
2.
Keluarga : • Ayah, ibu, dan saudara-saudara residen • Co-dependent,
yaitu
orang
atau
terkait/tergantung dengan residen 3.
Komunitas yang sama dengan residen.
pihak
lain
yang
saling
26
Dalam menjalani program TC ini setiap residen akan melewati 4 (empat) tahapan dimana setiap tahapan akan dilakukan suatu evaluasi, untuk mengetahui kemajuan dari masing-masing residen untuk masuk ke tahapan berikutnya. Pudji Hastuti (2003) menjelaskan proses pemulihan dari ketergantungan zat merupakan proses yang harus dijalani seumur hidup seorang pecandu (long life proses). Proses pemulihan itu sendiri melewati empat periode, yaitu: 1. Proses penerimaan (intake proses) Pada proses ini residen datang ke panti dengan membawa tes urine negatif, maka langsung dilakukan sesi wawancara, mengisi perjanjian yang telah disepakati oleh orangtua dan residen lalu dilakukan penggeledahan barang bawaan residen (SPOT CHECK). 2. Tahap Awal (Primary Stage) Tahap ini dilakukan selama kurang lebih 6-9 bulan yang terdiri dari tahaptahap sebagai berikut : a) Younger member Pada tahap ini residen diwajibkan mengikuti aturan-aturan yang ada dan bila melakukan kesalahan akan diberikan sangsi tapi masih diberikan toleransi-toleransi dengan batasan tertentu. Pada tahap ini residen boleh dikunjungi keluarganya selama 2 minggu satu kali dan menerima telepon dengan didampingi salah satu senior atau pekerja sosial. b) Middle Peer
27
Pada tahap ini residen telah diberikan sanksi sepenuhnya dan dapat berperan sebagai pendamping (buddy) bagi residen yang baru masuk. Pada tahap ini residen boleh meninggalkan panti dengan didampingi orang tua dan senior secara bertahap mulai 4-12 jam. c) Older Member Pada tahap ini, bila melakukan kesalahan sanksi yang diberikan dilaksanakan sepenuhnya tanpa toleransi. Pada tahap ini residen sudah boleh meninggalkan panti selama 24 jam dengan didampingi keluarga dan senior pendamping (weekend with companion), atau dengan teman satu angkatan maksimal 8 jam (day with peers), boleh juga selama 24 jam bersama orang tua saja (weekend alone) 3. Tahap Lanjutan (Re-entry Stage) Tahap ini merupakan proses lanjutan setelah tahap primer dengan tujuan mengembalikan residen kedalam kehidupan masyarakat (resosialisasii) pada umumnya. Tahap ini dilaksanakan selama 3 sampai dengan 6 bulan. 4. Bimbingan Lanjutan (Aftercare Program) Program yang ditujukan bagi eks residen /alumni program ini dilakukan diluar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah suvervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama. Peran keluarga maupun masyarakat diperlukan dalam proses rehabilitasi. Hal ini sangat penting mengingat pada akhirnya mereka harus kembali kepada keluarga dan masyarakat yang dekat dalam kehidupannya.
28
Peran keluarga maupun orang-orang terdekatnya dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk kegiatan yaitu : a) Family Visit (kunjungan keluarga) Dalam kegiatan ini residen yang sudah disetujui untuk bertemu dengan orang tua, boleh dikunjungi oleh orang tua/wali sesuai waktu yang telah ditentukan pada umumnya 2 (dua) minggu sekali. b) Family Support Group/FSG (kelompok dukungan keluarga) Kegiatan ini merupakan pertemuan antara orang tua residen saja, di mana mereka dapat berbagi perasaan, pengalaman dan harapan mereka pada umumnya dilakukan 2 (dua) minggu sekali. c) Family Saturday (hari sabtu bersama keluarga) Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh orang tua/wali residen dengan seluruh staf. Kegiatan berbentuk seminar dan kelompok-kelompok diskusi dengan topictopik seputar masalah ketergantungan dan hubungan keluarga, dilakukan sekali sebulan pada hari sabtu.
Hampir setiap masalah yang dialami individu timbul saat berhubungan dengan konteks sosial, baik dalam pergaulan, pekerjaan maupun dalam keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari suatu komunitas, sehingga jika ada salah seorang yang mengembangkan suatu masalah, maka setiap orang akan terpengaruh. Karena itu, kalau permasalahan berkembang, maka akan diperlukan terapi sebagai suatu unit usaha untuk menanganinya. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia (Gerungan, 2004).
29
Menurut Rodin & Salovet (dalam Smet, 1994) pasangan hidup dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kunjungan keluarga yang dimaksud adalah seberapa besar perhatian yang diberikan keluarga dalam bentuk kunjungan ke pusat rehabilitasi Badan Narkotika Nasional tempat residen menjalani rehabilitasinya. Seseorang
sangat
membutuhkan
dukungan
sosial
dalam
proses
penyembuhan atau pemulihan, apalagi seseorang yang sedang menjalani rehabilitasi ketergantungan narkoba. Harry Stack Sullivan (dalam Jalaludin, 2005) memaparkan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Dalam BNN (2004), pengobatan dan rehabilitasi narkoba juga membutuhkan dukungan dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk kunjungan keluarga terhadap residen selama menjalani proses rehabilitasi, perhatian serta keterlibatan orang tua residen. Dalam banyak kasus, bahkan mungkin hampir semua, kebanyakan pecandu narkoba tidak berusaha mencari penanganan bagi diri mereka sendiri. Mereka yang tidak berusaha mendapatkan penanganan cenderung menjadi penyalahguna berat yang menyangkal dampak negatif kokain bagi hidup mereka dan terperangkap dalam lingkungan sosial yang gagal mendukung mereka untuk sembuh. Saat mereka datang untuk penanganan, membantu mereka melewati gejala putus zat biasanya cukup mudah seperti yang kita lihat. (Nevid, 2005).
2.3
30
Religiusitas Residen Sesi agama merupakan salah satu dari 5 pilar (five pillars) dalam program
Therapeutic Community yang ada dalam program rehabilitasi pada pusat rehabilitasi BNN Lido-Sukabumi. Religious session atau sesi agama merupakan suatu metode untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama dengan memanfaatkan pertemuan-pertemuan keagamaan. (BNN, 2009). Spiritualitas dalam TC berkembang secara alami dan bukan desain. Ini merupakan tanggapan atas desakan batin dari residen untuk mencari iman yang lebih besar dimana ia dapat temukan jangkar keyakinan barunya di kekuatan positif kehidupan. Dalam meninjau kembali kehidupan residen, mudah menemukan bahwa ini adalah kehidupan yang penuh kehampaan, khususnya untuk yang lebih mementingkan mengejar kepuasan pribadi yang sudah diluar kendali. Untuk meringankan perasaan bersalah yang luar biasa dan rasa malu yang biasanya menyertai gaya hidup residen, ia hidup dari penyangkalan lengkap dari ketidak berdayaan dan kesia-siaan mengejar realitas. Residen yang tertangkap dalam jarring kecanduan akan menghabiskan hari-harinya dan berputar terletak pada dirinya sendiri untuk membnarkan keberadaanya. Dia hidup di kehidupan yang statis dan tanpa kualitas. Dengan adanya latar belakang keberadaan residen masa lalu, itu agak mudah untuk memahami keinginan memeluk suatu ideal yang lebih besar dari dirinya sendiri, ketika ia akhirnya secara serius memulai kedalam kehidupan yang tenang.
31
Ada tiga tahap pembangunan spiritual yang diterapkan pada program TC (BNN, 2009): 1. Membumi 2. Pengondisian yang diciptakan oleh struktur kaku TC membentuk fondasi bagi residen dapat belajar untuk berfungsi secara efektif dalam “tujuan dan hasil” lingkungan berorientasi TC. 3. Penebusan Kembali Pada tahap ini, residen telah menetap ke rutinitas masyarakat. Menyediakan latar belakang bagi residen untuk berdamai dengan dirinya sendiri dan dengan masa lalunya. 4. Pencarian Ini periode refleksi diri, pertanyaan yang lebih besar arti dan tujuan hidup seseorang: sebuah pencarian makna pribadi, untuk sebuah daya dorong yang mungkin lebih memiliki kepatuhan akan kekuasaan dari pada mengejar neorotik obat tinggi. 5. Pencarian Untuk Hubungan Residen telah menemukan dirinya, dia telah sesuai dalam naik-turunnya kehidupan, tetapi ia telah belajar untuk menerima mereka sebagai bagian dari realitas dan menangani penderitaannya dengan tepat, mencari bantuan jika diperlukan atau bergantung pada dirinya sendiri jika dia bisa.
Untuk menjaga apa yang diberikan, residen harus pergi kepada orang lain dalam semangat berbagi. Tingkat partisipasi keluarga dapat ditempatkan pada bayangan terakhir sekali yang selalu terlibat.
32
Pemulihan pecandu narkoba menurut Wilis (2001) adalah dengan melibatkan elemen keluarga atau orang-orang terdekat. Pemulihan pecandu narkoba dengan mengoptimalkan fungsi keluarga itu memungkinkan hasil-hasil sebagai berikut : tumbuh pada diri klien perasaan percaya diri, tidak menyalahkan pihak luar, mengambil tanggung jawab atas perbuatan sendiri dengan sadar atas resikonya, mendapat penghargaan dari lingkungan sehingga tumbuh motivasi untuk hidup baik, merasa sebagai anggota masyarakat yang beragama, dan akhirnya tumbuh sifat kepemimpinan terhadap diri, keluarga dan masyarakat dengan moral-religius yang baik.
2.4
Kerangka Berfikir Sesuatu yang memabukan jika dipandang dari sudut religiusitas adalah
sebagai sesuatu yang haram dan harus dihindarkan karena selain mengganggu kejiwaan juga berdampak buruk pada fisik. Indonesia sebagai Negara pancasila adalah Negara beragama yang tergambarkan pada pancasila sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Dalam masa perkembangan individu di Indonesia yang memiliki semangat religiusitas, rata-rata individu sudah mendapatkan bekal dan nilai religiusitas baik dari sekolah maupun orang tua. Saat penyalahguna narkoba memutuskan untuk menjalani program pemulihan atau rehabilitasi , banyak permasalahan baru yang harus dihadapinya. Diantaranya masalah psikis yang terjadi saat seorang penyalahguna narkoba atau
33
residen mengalami masa putus zat, atau saat residen harus beradapasi dengan lingkungan baru. Masa-masa peralihan atau perawatan yang dijalaninya, residen membutuhkan kunjungan baik moral maupun spiritual untuk dapat melewati kondisi berat itu. Kunjungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan kesehatan fisik dan mental seseorang. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan baik agama maupun social budaya, yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Tidak hanya sehat secara jasmani namun juga rohaninya agar tidak ada keinginan untuk kembali menggunakan narkoba setelah residen dinyatakan sembuh serta kembali pada lingkungannya semula. Sebagai makhluk yang ber-Tuhan, maka menuju agama merupakan suatu cara atau usaha yang dapat dilakukan individu untuk mengatasi tuntutan yang ada. Menurut Ancok (1994) religiusitas adalah pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antar agama dengan penganutnya atau suatu keadaan yang ada didalam diri seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya. Karena religiusitas seseorang tidak hanya dinilai dari apa yang dilakukannya secara ritual semata, akan tetapi dilihat dari perilaku yang muncul dan nampak sehari-hari, dari sini maka akan nampak religiusitas seseorang. Religiusitas seseorang dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dimensi pengamalan.
34
Dengan adanya kunjungan keluarga, diharapkan tingkat religiusitas pecandu narkoba atau residen dapat berkembang. Dimana adanya harmonisasi antara kunjungan keluarga dan bertambahnya tingkat religiusitas residen akan semakin memudahkan proses penyembuhan residen itu sendiri. Sadar akan fenomena ini dan betapa pentingnya kaitan antara tingkat religiusitas dan dukungan dari keluarga dalam mencegah individu di balai rehabilitasi untuk kembali menggunakan narkoba. Dari uraian di atas tergambar jelas bahwa seharusnya tingkat religiusitas dan dukungan dari keluarga dapat mencegah individu yang mengalami ketergantungan narkoba untuk kembali menggunakannya.
35
2.1. Bagan kerangka berfikir
Residen Narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido-Sukabumi
fungsi religiusitas residen 1. untuk mengatasi frustrasi. 2. untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib masyarakat. 3. untuk memuaskan intelektual yang ingin tahu. 4. untuk mengatasi ketakutan.
Kunjungan keluarga Dilihat dari intensitas kunjungan keluarga selama sebulan (lebih dari 1x)
Tingkat Religiusitas Residen diukur dengan dimensi-dimensi agama Glock&Stark(1974) 1. Keyakinan 2. Praktik ibadah 3. Ritualistik 4. Pengetahuan agama 5. Pengamalan
Perbedaan Religiusitas Residen Narkoba Di Badan Narkotika Nasional Lido Sukabumi yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga
36
2.5. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Hipotesis alternatif (Ha) : “Ada perbedaan tingkat religiusitas antara residen napza yang mendapat kunjungan dari keluarga dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga” Hipotesis nihil (Ho): “Tidak ada perbedaan tingkat religiusitas antara residen napza yang mendapat kunjungan dari keluarga dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga”
BAB 3 METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan jenis penelitian yang digunakan, meliputi pendekatan penelitian dan metode penelitian, variable penelitian, pengambilan sampel, serta pengumpulan data, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah berwujud data kuantitatif atau berbentuk bilangan (Arikunto, 2002). Tujuan menggunakan pendekatan penelitian ini adalah untuk menarik kesimpulan dari variabel penelitian dengan menggunakan statistik. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah komparatif, yaitu untuk melihat perbedaan tingkat religiusitas residen narkoba di Badan Narkotika Nasional yang mendapat kunjungan dari keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga.
3.2 Variable penelitian Variabel adalah objek atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian pada sebuah penelitian (Arikunto, 2002). Variabel-variabel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Y : Tingkat religiusitas residen X : Kunjungan keluarga 37
38
3.3 Definisi konseptual dan definisi operasional variabel Tingkat religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil skor yang diperoleh dari respon terhadap skala tingkat religiusitas yang berdasarkan 5 dimensi yang diambil dari teori Glock dan Stark, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengamalan, dan pengalaman agama/ ritualistik. Kunjungan keluarga yaitu kunjungan yang dilakukan keluarga selama residen menjalani rehabilitasi sesuai dengan program rehabilitasi yaitu sekali selama dua minggu.
3.4 Subjek Penelitian 3.4.1 Populasi Populasi menurut Arikunto (2002) adalah keseluruhan subjek penelitian. populasi yang digunakan adalah residen Narkoba di Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido-Sukabumi. Penelitian dilaksanakan tanggal 21 September 2010.
3.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dimaksudkan untuk menggeneralisasi atau mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 1996). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Jumlah sampel tersebut sudah dapat mewakili populasi karena menurut Sevilla (1993), bahwa jumlah sampel minimal suatu penelitian kausal komparatif adalah 15 responden perkelompok
39
3.4.3
Teknik pengambilan sampel a) Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah Purposive Sampling Technique (pengambilan sampel dengan tujuan tertentu). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu (Akurinto, 2002). Dalam penelitian ini, jumah sampel yang akan diambil adalah 60 orang residen terdiri dari (1) Fase Younger, yaitu residen yang sudah mengikuti program dengan proaktif, artinya ia telah dengan aktif mengikuti program yang ditetapkan oleh lembaga (2) Fase Middle, yaitu residen sudah bertanggung jawab pada sebagian pelaksanaan operasional lembaga.(Fase Older), yaitu residen sudah bertanggung jawab pada staf dan lebih bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional lembaga dan bertanggung jawab terhadap residen yunior (BNN,2004).
3.5
Pengumpulan Data Dan Instrumen Pengumpulan Data Arikunto (2002) instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan
oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Penulis menggunakan skala sebagai instrumen pengumpul data.
40
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu dengan skala religiusitas. Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan tolak ukur religiusitas yang diambil dari 5 dimensi teori Glock & Stark, yaitu : 1. Keyakinan 2. Praktek agama 3. Pengalaman/penghayatan 4. Pengetahuan agama 5. Pengamalan
Alat yang digunakan sebagai pengumpul data adalah skala model Likert berupa kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Jenis kuesioner yang digunakan bersifat tertutup yang berisi pernyataan, responden dapat langsung memilih jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban yang tersedia dapat berfungsi untuk memperjelas dimensi yang dicari dalam penelitian serta mendorong responden untuk menentukan jawabannya, sehingga hasil dapat dianalisa dengan cepat dan mudah. Dengan menggunakan skala sikap model Likert, peneliti menetapkan penskoran dari 1-4 dengan tidak menggunakan jawaban tengah (netral atau ragu-ragu). Dalam skala Likert digunakan peneliti membagi dua katagori item pernyataan favorable dan unfavorable dan menentukan bobot nilai.
41
Tabel 3.1 Bobot nilai BOBOT KODE Favorable Unfavorable SS
4
1
S
3
2
TS
2
3
STS
1
4
Tabel 3.2 Skala Tingkat Religiusitas
No.
Aspek
Indikator • Meyakini adanya
1.
Keyakinan
Tuhan
Item Favorabel 21
Unfav
3
1, 22
Jumlah
• Menyakini adanya Nabi dan
2, 23
7
Rasul. • Menyakini
24
penjelasan didalam kitabkitab. • Menyakini adanya hari kiamat. • Membaca kitab 2.
Ibadah (Praktek Agama).
suci • Menghadiri peribadahan • Membaca doa
25
4, 26
5, 27
6
7, 28
8
9
42
3.
• Perasaan tentram
9
10
Pengalaman/
• Bersyukur
11
12
ritualistik
• Perasaan dekat
13
29
14, 30
15
16
17, 31
9
dengan Tuhan • Pengakuan terhadap kebesaran Tuhan Pengetahuan 4.
Agama/ intelektual
• Tradisi-tradisi • Berperilaku baik
5.
Pengamalan (Amal).
3
keagamaan.. 32
33
34
35
36
18
19
20
terhadap sesama • Menolong orang lain • Berkata benar
8
atau jujur • Bertanggung jawab Jumlah
36
3.6 Penilaian dan Skoring Instrumen Untuk uji instrumen yang telah dibuat, peneliti melaksanakannya di tempat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang terletak di daerah Lido, Sukabumi yang berjumlah 30 responden dengan jumlah item sebanyak 60 butir pada try out yang dilaksanakan pada tangal 28 Agustus 2010, sedangkan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 21 September 2010.
43
3.7 Uji Reliabilitas Skala Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2003). Uji reliabilitas (keajegan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk – konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari item tersebut, peneliti menggunakan sistem komputerisasi program SPSS 13.0 for Windows. Tinggi atau rendahnya reliabilitas yang dihasilkan dilihat dari kaidah reliabilitas Guilford dan pendapat Azwar (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas yang mendekati 1,00 berarti semakin baik, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terlihat di bawah ini: Tabel 3.3 Kaidah Koefisien Reliabilitas Guilford Koefisien
Kriteria
> 0,90
Sangat Reliabel
0,70 – 0,89
Reliabel
0,49 – 0,69
Cukup Reliabel
0,20 – 0,39
Tidak Reliabel
44
Setelah dilakukan uji coba (try out) pada instrument yang telah dibuat, peneliti menyebarkan angket pada residen narkoba di BNN Lido, Sukabumi pada tanggal 28 Agustus 2010, dengan menyebarkan 30 angket pada subyek penilitian. Dari 60 item yang diuji cobakan terdapat 24 item yang gugur atau tidak valid, antara lain item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 26, 27, 29, 31, 33, 35, 36, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 56, 58, 59, 60. Setelah diuji cobakan diperoleh item yang memenuhi kriteria dengan jumlah responden 30 dengan taraf signifikansi 5%. Sedangkan item yang valid atau yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya berjumlah 36 item, yaitu nomor : 9, 13, 15, 17, 20, 22, 23, 24, 25, 28, 30, 32, 34, 37, 38, 40, 44, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, dan 57. Berdasarkan data try out diperoleh beberapa item yang valid kemudian diuji reliabilitasnya dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS 13.0 for windows. Hasil reliabilitas untuk skala tingkat religiusitas ketika try out diperoleh alpha cronbach sebesar 0.853 dan pada penelitian diperoleh 0.844, dengan kata lain kedua nilai reliabilitas termasuk dalam kategori reliabel.
3.8 Teknik Analisa Data Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan tingkat religiusitas pada residen narkoba yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga, metode statistik yang digunakan adalah t-test dengan taraf signifikan 5%.
45
Alasan peneliti menggunakan rumus ini adalah karena t-test atau uji t digunakan untuk mengamati perbedaan antara rata-rata dua sampel yang tidak berhubungan satu sama lain. Uji t digunakan khusus untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan rata-rata dari dua kelompok yang diamati (Sevilla, 1993).
3.9 Prosedur Penelitian Untuk mendapatkan data yang baik maka dibutuhkan suatu prosedur penelitian yang sudah dirancang dengan baik dan se-efisien mungkin, prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan a. dimulai dengan perumusan masalah b. menentukan variabel penelitian c. melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teoritis yang tepat mengenai variabel peneliti d. menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam landasan penelitian ini. Yaitu skala religiusitas Glock & Stark e. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam uji coba penelitian ini, yaitu skala tingkat religiusitas dengan jumlah pernyataan sebanyak 60 item.
46
2.
Tahap pengambilan data Pelaksanaan try out ini dilakukan selama 1 hari pada tanggal 28 Agustus
2010, sedangkan pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 21 September 2010. Berikut ini langkah-langkah penelitian yang dilalui : a. menentukan sampel penelitian dan melakukan konfirmasi dengan pihak Badan Narkotika Nasional. b. memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi angket c. melaksanakan pengambilan data dengan memberikan angket yang telah disiapkan kepada responden penelitian yang memiliki karakter sesuai dengan kriteria responden. Kuesioner disebarkan kepada 60 responden
3.
Tahap pengolahan data a. melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden b. menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, lalu membuat tabel data c. melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik, yaitu dengan menggunakan SPSS versi 13.00 untuk menguji hipotesis penelitian.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian religiusitas dan kunjungan keluarga residen narkoba di pusat rehabilitasi Badan Narkotika Nasional LidoSukabumi. Secara rinci bab ini mengulas mengenai gambaran umum responden, deskripsi skor responden, dan uji hipotesis.
4.1
Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu residen
yang mendapatkan kunjungan keluarga selama proses rehabilitasi dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Masing-masing kelompok berjumlah 30 responden, sehingga jumlah seluruh responden adalah 60 residen rehabilitasi Badan Narkotika Nasional di Lido, Sukabumi. Gambaran umum responden dalam penelitian ini akan diuraikan secara rinci di bawah ini berdasarkan jenis kelamin dan usia Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Mendapat Kunjungan
Tidak Mendapat Kunjungan
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Laki-laki
27
90%
26
86.7%
Wanita
3
10%
4
13.3%
Jumlah
30
100%
30
100%
47
48
Dari hasil persentase di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari jenis kelamin yang berbeda. Terdiri dari 27 orang (90%) berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang (10%) berjenis kelamin wanita yang mendapat kunjungan dari keluarga, sedangkan responden yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga terdiri dari 26 orang (86.7%) laki-laki, dan 4 orang (13.3%) wanita. Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia No.
Usia
Frekuensi
Persentase
1.
20-30 tahun
33
55%
2.
31-40 tahun
18
30%
3.
41-52 tahun
9
15%
Total
60
100%
Berdasarkan hasil persentase di atas, maka dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berasal dari rentang usia yang berbeda. Usia dari 20-30 tahun sebanyak 33 orang (55%), usia dari 31-40 tahun sebanyak 18 orang (30%) dan usia 41-52 tahun sebanyak 9 orang (15%) Dalam penelitian ini, responden yang banyak digunakan adalah rentang usia 20-30 tahun.
4.2
Deskripsi Skor Responden Deskripsi statistik skor skala tingkat religiusitas pada residen yang mendapat
kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga , yang diperoleh pada penelitian sebelum dikategorisasikan dapat dilihat pada table berikut :
49
Table 4.3 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Tingkat Religiusitas didukung keluarga
30
94.00
123.00
105.5667
8.42710
Tingkat Religiusitas tidak didukung keluarga
30
78.00
107.00
95.5333
7.45438
Diketahui berdasarkan tabel diatas diketahui pada responden yang mendapat kunjungan keluarga jumlah skor terendah religiusitas residen adalah 94, skor tertinggi 123, dan nilai rata-rata 105.5667. Kemudian skor religiusitas residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga terendah adalah 78 dan skor tertinggi adalah 107 dengan nilai rata-rata 95.5333
4.2.1
Deskripsi Skor Tingkat Religiusitas Residen Yang Mendapat Kunjungan Keluarga Untuk deskripsi skor tingkat religiusitas residen yang mendapat kunjungan
keluarga, peneliti membuat tiga kategori skor yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tabel 4.4 Skor perolehan tingkat religiusitas yang mendapat kunjungan dari keluarga Skor Perolehan Skor maksimum
110
Skor minimum
100
Standar deviasi
5
Mean
105
50
Tabel 4.5 Tingkat Religiusitas Residen Yang Mendapat Kunjungan Keluarga Kategorisasi
Klasisfikasi sebaran
Interval
Frek
Persentase
Rendah
X ≤ (M - 1SD)
X < 100
9
30.0 %
Sedang
(M + 1SD) ≤ x ≤ (M – 1SD)
100≤ X ≤110
8
26.7 %
Tinggi
X ≥ (M + 1SD)
X > 110
13
43.3 %
30
100 %
Total
Berdasarkan tabel responden di atas, apabila responden mendapatkan total skor di bawah 101 maka kategori tingkat religiusitas residen yang mendapat kunjungan keluarga berada pada taraf rendah, apabila skor responden berada pada 102-108, maka responden memiliki tingkat religiusitas yang sedang, dan jika responden berada di atas 109, maka responden memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Hasil kategorisasi tingkat religiusitas pada residen yang mendapat kunjungan keluarga diperoleh pada kateori rendah 9 orang (30%), kategori sedang 8 orang (26.7%) dan kategori tinggi 13 orang (43.3%).
4.2.2
Deskripsi Skor Tingkat Religiusitas Residen Yang Tidak Mendapat Kunjungan Dari Keluarga Untuk deskripsi skor tingkat religiusitas residen yang tidak mendapat
kunjungan keluarga, peneliti membuat tiga kategori skor yaitu rendah, sedang dan tinggi.
51
Tabel 4.6 Skor perolehan tigkat religiusitas yang tidak\ mendapat kunjungan dari keluarga Skor Perolehan Skor maksimum
99
Skor minimum
91
Standar deviasi
4
Mean
95
Tabel 4.7 Tingkat Religiusitas Residen Yang Tidak Mendapat Kunjungan Dari Keluarga Kategorisasi
Klasisfikasi sebaran
Interval
Frek
Persentase
Rendah
X ≤ (M - 1SD)
X < 91
12
40.0 %
Sedang
(M + 1SD) ≤ x ≤ (M – 1SD)
91≤ X ≤ 99
11
36.7 %
Tinggi
X ≥ (M + 1SD)
X > 99
7
23.3 %
30
100 %
Total
Berdasarkan tabel responden tersebut, apabila responden mendapatkan total skor di bawah 91 maka kategori tingkat religiusitas residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga berada pada taraf rendah, apabila skor responden berada pada 90-98, maka responden memiliki tingkat religiusitas yang sedang, dan jika responden berada di atas 99, maka responden memiliki tingkat religiusitas yang tinggi. Hasil kategorisasi tingkat religiusitas pada residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga diperoleh pada kategori rendah 12 orang (40%), kategori sedang 11 orang (36.7%) dan kategori tinggi 7 orang (23.3%).
52
4.3
Hasil Umum Penelitian Berikut ini hasil uji-t dari skor tingkat religiusitas pada residen narkoba
yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga dapat dilihat pada tabel 12. H0 diterima jika t hitung < t tabel ; p value > 0.05 H1 diterima jika t hitung > t tabel ; p value < 0.05 Tabel 4.8 Nilai Uji-t Levene's Test for Equality of Variances
F Tingkat Religiusitas
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.266
Sig.
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Std. Error Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
.265 4.836
58
.000
9.93333
2.05413
5.82154
14.04513
4.836
57.149
.000
9.93333
2.05413
5.82023
14.04643
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa t-hitung skala religiusitas sebesar 4.836 dengan probabilitas 0.00 sedangkan taraf signifikansi yang digunakan adalah 5% atau 0.05. dari hasil tersebut dapat disebutkan bahwa signifikasi yang diperoleh 0.00 < 0.05 maka dengan ini hipotesis nihil (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat religiusitas pada residen narkoba yang mendapat kunjungan dari keluarga dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif (H1) diterima, yang artinya terdapat perbedaan tingkat religiusitas antara residen narkoba yang mendapat kunjungan dari keluarga dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
53
Dari hasil uji-t yang dilakukan, telah diketahui bahwa terdapat perbedaan tingkat religusitas antara residen yang mendapat kunjungan keluarga dengan yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Sementara itu, jika dilihat dari perolehan mean (rata-rata) masing kelompok, dimana pada residen yang mendapat kunjungan keluarga rerata yang diperoleh adalah sebesar 105.4667, sedangkan pada residen yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga sebesar 95.5333, berdasarkan nilai rata-rata ini, tampak bahwa pada residen yang mendapat kunjungan keluarga memiliki tingkat religiusitas yang lebih tinggi dibandingkan residen yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga. Dengan demikian, terdapat perbedaan tingkat religiusitas pada residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
4.4 Hasil Utama Penelitian (Analisis data berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas) Hasil utama ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar dimensi religiusitas. Dalam mengolah data ini menggunakan uji-t (t-test) juga dengan taraf signifikansi 5% (0.05) . Signifikan
: p value < 0.05
Tidak Signifikan
: p value > 0.05
54
1. Dimensi Keyakinan Tabel 4.9 Group Statistics Keyakinan
Didukung keluarga Keyakinan tanpa kunjungan keluarga
Std. Deviation
Std. Error Mean
N
Mean
30
20.6333
2.20475
.40253
30
18.7000
2.23066
.40726
Hasil penghitungan skor rerata aspek keyakinan religiusitas didapat nilai rerata keyakinan pada kelompok sampel yang berasal dari residen yang mendapat kunjungan keluarga (20.6333) lebih besar daripada rerata pada kelompok sampel yang tidak mendapat kunjungan keluarga (18.7). Berdasarkan perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat perbedaan pada aspek keyakinan. Hasil penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut; Tabel 4.10 Independent Samples Test Keyakinan Levene's Test for Equality of Variances
F
Keyakinan
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.432
Sig.
.514
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
3.376
58
.001
1.93333
.57262
.78711
3.07956
3.376
57.992
.001
1.93333
.57262
.78711
3.07956
55
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 3.376 dengan p value sebesar 0.001 dengan nilai taraf signifikansi 5%/0.05. Karena nilai t hitung yang didapat dan p value < 0.05 (0.01< 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keyakinan yang signifikan antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
2. Dimensi Praktik Ibadah Tabel 4.11 Group Statistics Praktik Ibadah Residen
Praktik Ibadah
Didukung keluarga tanpa kunjungan keluarga
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
25.6000
2.69866
.49271
30
24.3667
2.52550
.46109
Hasil penghitungan skor rerata dimensi praktik ibadah didapat nilai rerata praktik ibadah pada kelompok sampel yang berasal dari residen yang mendapat kunjungan (25.6) yang lebih besar dari rerata pada kelompok residen yang tidak mendapat kunjungan (24.3667). Berdasarkan perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat perbedaan pada aspek praktik ibadah. Hasil penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut;
56
Tabel 4.12 Independent Samples Test Praktik Ibadah Levene's Test for Equality of Variances
Equal variances Praktik assumed Ibadah Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
F
Sig.
t
.099
.754
1.828
58
.073
1.23333
.67481
-.11744
2.58411
1.828
57.747
.073
1.23333
.67481
-.11757
2.58423
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 1.828 dengan p value sebesar 0.073 dengan nilai taraf signifikansi 5% /0.05. Karena p value > 0.05 (0.73 > 0.005), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada apek praktik ibadah antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
3. Pengetahuan Agama Tabel 4.13 Group Statistics Pengetahuan Agama Residen Pengetahuan agama
Didukung keluarga tanpa kunjungan keluarga
Std. Deviation
Std. Error Mean
N
Mean
30
8.7667
1.27802
.23333
30
7.8667
.97320
.17768
57
Pada hasil penghitungan skor rerata dimensi Pengetahuan Agama didapat nilai rerata Pengetahuan Agama pada kelompok sampel dari residen yang mendapat kunjungan keluarga (8.7667) lebih besar daripada nilai rerata pada kelompok sampel dari residen yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga (7.8667). Berdasarkan perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat perbedaan pada aspek pengetahuan agama antara residen yang mendapat kunjungan dengan residen yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga. Hasil penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut; Tabel 4.14 Independent Samples Test Pengetahuan Agama Levene's Test for Equality of Variances
Pengetahuan agama
Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
F
Sig.
t
2.506
.119
3.069
58
.003
.90000
.29328
.31293
1.48707
3.069
54.169
.003
.90000
.29328
.31204
1.48796
Berdasarkan hasil penghitungan uji beda dengan menggunakan teknik Independent sample t test, didapat nilai t hitung sebesar 3.069 dengan p value sebesar 0.003 dengan nilai taraf signifikansi 5%/0.05. Karena nilai p value < 0.05 (0.03< 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada aspek pengetahuan agama yang signifikan antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
58
4.
Dimensi Ritualistik Tabel 4.15 Group Statistics Ritualistik N Didukung keluarga Ritualistik tanpa kunjungan keluarga
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
30
27.6000
2.51341
.45888
30
24.2000
2.67040
.48755
Hasil penghitungan skor rerata dimensi ritualistik, didapat nilai rerata ritualistik pada kelompok sampel dari residen yang mendapat kunjungan keluarga (27.6) yang lebih besar nilainya disbanding nilai rerata pada kelompok sampel residen yang tidak mendapat kunjungan (24.2). Berdasarkan perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat perbedaan pada aspek ritualstik yang signifikan antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga. Hasil penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut: Tabel 4.16 Independent Samples Test Ritualistik Levene's Test for Equality of Variances F
Ritualistik
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.011
Sig.
.919
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
5.07 8
58
.000
3.40000
.66953
2.05978
4.74022
5.07 8
57.788
.000
3.40000
.66953
2.05968
4.74032
59
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai t hitung sebesar 5.078 dengan p value sebesar 0.000 dengan nilai taraf signifikansi 5%/ 0.05. Karena nilai p value < 0.05(0.00< 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada aspek ritualistic yang signifikan antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga.
5. Dimensi Pengamalan Tabel 4.17 Group Statistics Pengamalan N Pengamalan
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Didukung keluarga
30 22.8667
3.00268
.54821
tanpa kunjungan keluarga
30 20.4000
2.25297
.41133
Hasil penghitungan skor rerata pada aspek pengamalan didapat nilai rerata pengamalan pada kelompok sampel yang berasal dari residen yang mendapat kunjungan keluarga (22.8667) lebih besar nilainya dibanding nilai rerata pada kelompok sampel yang berasal dari residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga (20.4). Berdasarkan perbedaan skor rerata tersebut kemudian hendak diketahui apakah terdapat perbedaan pada pengamalan yang signifikan antara residen yang mendapat kunjungan dengan yang tidak mendapat kunjungan dari keluarga. Hasil penghitungan ditampilkan pada tabel di bawah berikut:
60
Tabel 4.18 Independent Samples Test Pengamalan Levene's Test for Equality of Variances
Pengamalan
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F
Sig.
2.798
.100
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
3.599
58
.001
2.46667
.68537
1.09475
3.83858
3.599
53.794
.001
2.46667
.68537
1.09246
3.84087
Berdasarkan tabel diatas, didapat nilai t hitung sebesar 3.599 dengan p value sebesar 0.001 dengan nilai taraf signifikansi 5%/0.05. Karena p value < 0.05 (0.001< 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada aspek pengamalan antara residen yang mendapatkan kunjungan dengan yang tidak mendapatkan kunjungan dari keluarga. Dari penghitungan uji t antar dimensi religiusitas di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat religius pada residen narkoba yang mendapat kunjungan keluarga dan yang tidak mendapat kunjungan keluarga di BNN yang di pengaruhi oleh dimensi-dimensi tersebut, diantara keyakinan, praktik ibadah, pengalaman, pengetahuan agama, dan pengamalan. Dimana aspek religiusitas yang paling signifikan terdapat pada ritualistik.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran tentang perbedaan religiusitas antara residen yang mendapatkan kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga pada residen napza yang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional di Lido-Sukabumi.
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis data diperoleh kesimpulan, yaitu ada perbedaan religiusitas yang signifikan antara residen yang mendapatkan kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga pada residen napza yang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional di Lido-Sukabumi dengan nilai t 4.835 dan probabilitas 0.00 dengan taraf signifikasi 0.05 (0.00 < 0.05)
5.2 Diskusi Dilihat dari gambaran umum responden terhadap 60 responden residen pecandu napza yang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional di Lido-Sukabumi, dapat dilihat bahwa mayoritas berumur 20-30 tahun. Untuk gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, pada residen pecandu napza yang menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika
61
62
Nasional di Lido-Sukabumi mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 90% pada residen yang didukung oleh keluarga dan 86, 7% yang tidak didukung keluarga. Dari hasil penelitian di Pusat Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional di Lido-Sukabumi yang mendapat kunjungan keluarga ternyata lebih besar tingkat religiusitasnya dibandingkan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Dengan perhitungan group statistic terhadap data pada kedua kelompok dengan mean 105.467 untuk residen yang mendapat kunjungan keluarga dan mean 95.533 untuk residen yang tidak mendapat kunjungan keluarga. Dari penghitungan uji t diperoleh t hitung 4.836 dengan p value 0.00 pada signifikansi 0.05. Penghitungan uji t juga dilakukan antar dimensi religiusitas, diantaranya keyakinan, praktik ibadah, pengalaman/ritualistik, pengetahuan agama, dan pengamalan. Dimana aspek religiusitas yang paling signifikan terdapat pada ritualistik. Hasil penelitian secara umum menyatakan adanya perbedaan tingkat religiusitas pada residen napza yang mendapatkan kunjungan keluarga dan yang tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Jadi setiap individu mempunyai tingkat religiusitas yang berbeda-beda dalam dirinya. Terbukti pada hasil penelitian yang didapatkan menyatakan bahwa kelompok residen yang mendapatkan kunjungan keluarga mempunyai tingkat religiusitas yang lebih tinggi, hal ini dikarenakan keluarga memberikan kontribusi dan sangat berpengaruh positif terhadap tingkat religiusitas pada anggota keluarganya yang sedang menjalani rehabilitasi atau penyembuhan.
63
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan keluarganya. Peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji serta memberikan motivasi merupakan hal yang penting dalam membantu setiap angota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) sehingga tingkat optimum (Friedman dkk, 1998).
5.3 Saran Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu diharapkan bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama disarankan untuk dapat menutupi kekurangan dalam penelitian ini Berdasarkan hasil uji hipotesis dan keterbatasan dalam penelitian, berikut ini beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai saran teoritis dan praktis : Saran teoritis ; 1. Melengkapi penelitian dengan wawancara dan kuesioner penunjang terhadap keluarga residen. 2. Melakukan observasi mengenai kegiatan religiusitas residen. 3. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk mengukur kunjungan keluarga. Saran praktis: 1. Agar tingkat religiusitas pada residen menjadi lebih baik, untuk mengkaji memahami dan mendalami ajaran-ajaran agama. Dalam hal ini dimensi pengetahuan agama residen. Agar dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
64
dan lebih mengenal agama yang dapat menjadi kunjungan positif untuk menjaga recovery yang sedang dijalani dan juga saat kembali ke kehidupan sosial mereka. Diharapkan dengan membentengi diri pada agama dapat membuat mereka tidak kembali jatuh dalam jerat napza. 2. Keluarga residen, agar lebih memperhatikan anggota keluarganya juga memperhatikan pendidikan agama agar kasus penyalahgunaan napza tidak kembali terulang. Mencari informasi tentang penyalahgunaan napza agar dapat benar-benar dipahami agar dapat melindungi keluarga dan membantu residen untuk pulih dari ketergantungan napza.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H & Mardiyono, B. (2006). Penangulangan korban narkoba : Meningkatkan peran keluarga dan lingkungan. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Ancok, D. (1994). Psikologi agama. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, S. (1998). Prosedur penelitian. suatu pendekatan praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. BNN. (2004). Metode theraupetic community. Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. BNN. (2004). Pedoman pencegahan narkoba bagi remaja. Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. BNN. (2006). Modul pelatihan petugas rehabilitasi sosial dalam pelaksanaan program one stop centre (OSC). Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. BNN. (2009). Metode theraupetic community. Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. BNN. (2009). Norma, standard dan prosedur (nsp) pemberdayaan masyarakat. Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. Daradjat, Z, (2003). Ilmu jiwa agama. Jakarta : Bulan Bintang. Dister, N, S. (1988). Pengalaman beragama dan motivasi beragama. Yogyakarta : Kanisius. Gerungan. (2004). Psikologi sosial. Bandung : PT. Rafika Aditama. Glock Y.C & Stark, R. (1974). American piety: The nature of religious commitment. USA : University of California Press. Greene, Beverly dkk. (2005). Psikologi abnormal Edisi 5 jilid 1 . Jakarta : Erlangga. Hidayat, K. (2006). The wisdom of life: Menjawab kegelisahan hidup dan agama. Jakarta : Kompas Penerbit Buku. Jacobs, T. (2002). Paham Allah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Jalaluddin. (1996). Psikologi agama. Jakarta: Raja Grafindo.
Joewana, S. (1987). Gangguan penggunaan zat: Narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif lain. Jakarta : PT.Gramedia. Kaplan, N. L., Sadock, B. J., & Grebb, J. A., (1997) Sinopsis psikiatri ; Ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis, Edisi 7 Jilid 1, Jakarta: Binarupa Aksara. Kerlinger, F, N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral, edisi ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nashori, F, dan Mucharrom, D.R, (2002). Mengembangkan kreatifitas dalam psikologi islami. Yogyakarta : Menara Kudus. Nevid S, Jeffrey dkk . (2005). Psikologi abnormal. Edisi 5 jilid 1 . Jakarta : Erlangga. Sevilla, Counsuelo, et all. (1993). Pengantar metode penelitian. Depok: UI-Press. Smet , B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : PT. Grasindo. Soelaiman, H. (2006). Komunikasi penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Tidak diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI. Sudarma, M. (2008). Sosiologi untuk kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba Merdeka. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Wilis, S, S. (2001). Keluarga dan narkoba dalam program rehabilitasi. Tidak Diterbitkan. Badan Narkotika Nasional RI.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama inisial
:
Usia
:
Jenis Kelamin
: a. Perempuan b. Laki-Laki
Agama Keluarga sering datang selama menjalani rehabilitasi : pernah / tidak pernah Intensitas kunjungan keluarga
: a. sekali/bulan. b. lebih dari sekali/bulan c._______________
PETUNJUK PENGISIAN Berikut terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami setiap pernyataan. Anda di minta mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat anda dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat pilihan tersedia pada bagian kanan dari masing-masing pernyataan.
Jika jawaban Anda Sangat Setuju, silanglah pada bagian SS Jika jawaban Anda Setuju, silanglah pada bagian S Jika jawaban Anda Tidak Setuju, silanglah pada bagian TS Jika jawaban Anda Sangat Tidak Setuju, silanglah pada bagian STS
Contoh : ¾ Jika jawaban anda sesuai
No. Pernyataan 1. Saya selalu menolong teman yang membutuhkan bantuan.
SS X
S
TS
STS
Tidak ada jawaban benar atau salah untuk setiap pernyataan. Seluruh jawaban adalah benar, selama itu menggambarkan diri anda.
Bantuan dan partisipasi Anda sangat diharapkan dalam penelitian ini. Atas kesediaan waktu Anda, saya ucapkan terima kasih. Ciputat, Agustus 2010
Peneliti
NO Pernyataan 1.
saya yakin Tuhan itu ada
2.
Tuhan tidak pernah ada saat saya susah
3.
Nabi-nabi mengajarkan hidup yang baik
4.
Manusia hidup tidak perlu aturan
5.
Kiamat adalah saat dimana bumi dan alam semesta dihancurkan
6.
Hidup ini tidak ada akhir
7. 8.
Kitab suci mengatur hidup manusia
9.
Saya selalu membaca kitab suci diam-diam dimalam hari
Kitab suci hanya karangan pemimpin agama
10. Membaca kitab suci hanya buang-buang waktu 11. Saya selalu beribadah tepat waktu Saya selalu mencari cara untuk kabur saat jam 12. ibadah bersama 13. Saya terbiasa membaca doa sebelum malakukan kegiatan 14. Membaca doa sebelum melakukan sesuatu tidak merubah apa-apa 15. Saat mengingat Tuhan, damai selalu bersama saya 16. Saya selalu merasa gelisah 17. Saya bersyukur tidak mati saat menggunakan narkoba 18. Setiap menit merasa disini bagaikan neraka 19. Mulanya saya ingin mati saat ketahuan memakai narkoba tetapi sekarang saya yakin Tuhan sayang pada saya 20. Tuhan tidak pernah membantu saya 21. Adanya saya disini atas campur tangan Tuhan
SS
Pilihan S TS STS
22. Kenapa saya harus dipergoki memakai narkoba 23. Agama untuk menyempurnakan hidup 24. Beragama hanya untuk status 25. Berbagi dengan teman membuat hati tenang 26. Setiap manusia punya urusan masing-masing 27. Saya senang menolong teman saya yang kesusahan 28. Urus saja urusanmu sendiri! 29. Saya selalu berkata jujur apa adanya 30. Dari pada jujur dimarahi, lebih baik saya bohong Saya selalu bertanggung jawab pada semua 31. perbuatan saya 32. Selam tidak ada yang tahu kesalahan saya, buat apa mengaku Apapun yang saya lakukan, tidak luput dari 33. penglihatan Tuhan 34. Tuhan saya adalah narkoba 35. Nabi membawa kitab suci untuk memperbaiki hidup manusia 36. Apa itu nabi/rasul? 37. Saat kiamat, manusia harus bertanggung jawab atas amalnya semasa hidup 38. Hidup hanya untuk hari ini 39. Kitab suci itu dari Tuhan, ditunkan ke nabi untuk manusia 40. Yang tertulis didalam kitab suci hanyalah kebohongan 41. Seterpuruk apapun, hati saya selalu tenang setelah membaca kitab suci Saat diwajibkan membaca kitab suci, saya 42. selalu mengantuk 43. Menurut saya, beribadah tidak harus memakai pakaian atau atribut khusus 44. Membaca doa sebelum melakukan kegiatan menjamin keselamatan saya 45. Berbuat baik membuat saya senang 46. Banyak teman-teman saya yang jatuh miskin gara-gara narkoba
47. Kenapa harus saya yang ketahuan memakai narkoba, padahal saya baru coba-coba 48. Tuhan menginginkan saya hidup lebih baik 49. Tuhan tidak adil 50. Manusia tidak bisa hidup tanpa aturan agama 51. Yang saya tahu, agam itu ada di KTP Ketika keluarga saya mengunjungi dan 52. membawa makanan, saya selalu membaginya kepada yang lain 53. Saya iri ketika melihat teman-teman saya dikunjungi keluarganya 54. Saya selalu mencari waktu untuk berkumpul dengan teman-teman saat jam bebas 55. Kenapa harus peduli dengan orang lain? Mereka juga tidak peduli dengan urusan saya. 56. Jujur hanya memperburuk keadaan 57. Kenapa sih manusia harus menyembah Tuhan? 58. Kitab suci hanya bisa melarang saja 59. Saya tidak suka kalau ada yang membicarakan saya dibelakang saya 60. Tuhan menginginkan saya lepas dari narkoba
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Equal variances assumed Tingkat Religiusitas
Sig.
1.266
.265
Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Tingkat Religiusitas
N
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
4.836
58
.000
9.93333
2.05413
5.82154
14.04513
4.836
57.149
.000
9.93333
2.05413
5.82023
14.04643
Group Statistics Residen
Std. Error Difference
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
didukung
30
105.4667
8.42710
1.53857
tanpa dukungan
30
95.5333
7.45438
1.36098
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Equal variances assumed Keyakinan Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
.432
t
.514
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
3.376
58
.001
1.93333
.57262
.78711
3.07956
3.376
57.992
.001
1.93333
.57262
.78711
3.07956
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Praktik Ibadah
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.099
Sig.
.754
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
1.828
58
.073
1.23333
.67481
-.11744
2.58411
1.828
57.747
.073
1.23333
.67481
-.11757
2.58423
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Pengetahuan agama
Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
F
Sig.
t
2.506
.119
3.069
58
.003
.90000
.29328
.31293
1.48707
3.069
54.169
.003
.90000
.29328
.31204
1.48796
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F
Ritualistik
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.011
Sig.
.919
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
5.078
58
.000
3.40000
.66953
2.05978
4.74022
5.078
57.788
.000
3.40000
.66953
2.05968
4.74032
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F
Pengamalan
Equal variances assumed Equal variances not assumed
2.798
Reliability religiusitas try out Reliability Statistics Cronbach's Alpha .853
N of Items 60
Sig.
.100
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
3.599
58
.001
2.46667
.68537
1.09475
3.83858
3.599
53.794
.001
2.46667
.68537
1.09246
3.84087
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 155.9500
Scale Variance if Item Deleted 162.387
Corrected Item-Total Correlation .089
Cronbach's Alpha if Item Deleted .855
VAR00002
156.2667
158.945
.278
.851
VAR00003
156.2333
156.521
.486
.847
VAR00004
156.2000
163.315
.068
.854
VAR00005
156.2667
158.233
.387
.849
VAR00006
156.2667
163.589
.073
.854
VAR00007
156.0000
164.068
.036
.854
VAR00008
156.1500
162.977
.095
.854
VAR00009
156.6000
161.498
.178
.853
VAR00010
156.0833
158.959
.294
.851
VAR00011
155.8333
163.599
.049
.855
VAR00012
156.1333
162.728
.122
.853
VAR00013
156.3333
156.226
.442
.848
VAR00014
156.4000
157.058
.363
.849
VAR00015
156.3500
159.926
.295
.851
VAR00016
156.5667
167.199
-.167
.858
VAR00017
156.4667
149.440
.625
.843
VAR00018
156.4333
157.470
.408
.849
VAR00019
156.0833
158.654
.279
.851
VAR00020
156.2167
158.071
.413
.849
VAR00021
156.3167
160.796
.208
.852
VAR00022
156.4167
161.434
.215
.852
VAR00023
156.1667
156.921
.465
.848
VAR00024
156.2833
162.918
.091
.854
VAR00025
156.4167
157.671
.415
.849
VAR00026
156.2333
159.063
.227
.852
VAR00027
156.2167
162.613
.117
.854
VAR00028
156.3167
155.915
.546
.847
VAR00029
156.2667
160.470
.274
.851
VAR00030
156.4000
161.058
.216
.852
VAR00031
156.4500
163.336
.055
.855
VAR00032
156.1167
155.969
.435
.848
VAR00033
156.4500
164.692
-.020
.856
VAR00034
156.4833
156.322
.519
.847
VAR00035
156.7333
160.741
.228
.852
VAR00036
156.8167
155.034
.513
.847
VAR00037
156.4833
152.084
.570
.845
VAR00038
156.5167
156.898
.460
.848
VAR00039
156.0333
160.609
.189
.853
VAR00040
156.5167
161.610
.214
.852
VAR00041
156.0167
162.254
.110
.854
VAR00042
156.5500
161.675
.174
.853
VAR00043
156.1667
164.480
.002
.855
VAR00044
156.5500
158.116
.403
.849
VAR00045
156.6500
161.960
.137
.853
VAR00046
156.4667
163.541
.066
.854
VAR00047
156.6667
163.311
.056
.855
VAR00048
156.1167
161.461
.216
.852
VAR00049
156.3667
158.948
.427
.849
VAR00050
156.4000
157.634
.490
.848
VAR00051
156.4667
159.880
.368
.850
VAR00052
156.2833
156.986
.442
.848
VAR00053
156.2833
159.868
.280
.851
VAR00054
156.4500
159.947
.318
.850
VAR00055
156.4000
159.261
.372
.850
VAR00056
156.5167
160.186
.233
.852
VAR00057
156.4500
150.218
.682
.842
VAR00058
156.8167
159.339
.214
.853
VAR00059
156.6000
159.803
.355
.850
VAR00060
156.3167
159.847
.290
.851
Scale Statistics Mean 159.0000
Variance 164.814
Std. Deviation 12.83797
N of Items 60
Reliability religiusitas penelitian Reliability Statistics Cronbach's Alpha .844
N of Items 36
Item-Total Statistics
VAR00001
Scale Mean if Item Deleted 97.5833
Scale Variance if Item Deleted 82.959
Corrected Item-Total Correlation .319
Cronbach's Alpha if Item Deleted .841
VAR00002
97.7500
81.784
.412
.838
VAR00003
97.6000
81.600
.467
.837
VAR00004
97.7667
81.843
.402
.838
VAR00005
97.6833
83.779
.385
.840
VAR00006
97.6667
82.904
.379
.839
VAR00007
97.8833
85.562
.105
.846
VAR00008
97.6500
82.604
.313
.841
VAR00009
97.4333
81.267
.416
.838
VAR00010
97.6167
82.884
.383
.839
VAR00011
97.7667
82.182
.320
.841
VAR00012
97.7667
84.487
.250
.842
VAR00013
97.5833
80.383
.419
.838
VAR00014
97.5667
83.097
.347
.840
VAR00015
97.6500
83.621
.245
.843
VAR00016
97.7833
82.308
.415
.838
VAR00017
97.6000
84.007
.266
.842
VAR00018
97.6500
83.214
.319
.840
VAR00019
97.8333
84.345
.250
.842
VAR00020
97.6667
79.107
.511
.834
VAR00021
97.6333
84.677
.207
.843
VAR00022
97.6833
83.000
.363
.839
VAR00023
97.7000
85.027
.171
.844
VAR00024
97.8833
84.342
.196
.844
VAR00025
97.7667
85.402
.147
.845
VAR00026
97.5000
81.610
.438
.837
VAR00027
97.8333
84.243
.278
.841
VAR00028
97.7667
83.945
.230
.843
VAR00029
97.6667
81.006
.487
.836
VAR00030
97.5500
84.353
.192
.844
VAR00031
97.8000
81.519
.422
.838
VAR00032
97.7333
85.080
.198
.843
VAR00033
97.9500
80.726
.505
.835
VAR00034
98.0833
83.298
.277
.842
VAR00035
97.6333
82.338
.405
.838
VAR00036
97.8167
79.542
.462
.836
Scale Statistics Mean 100.5000
Variance 87.305
Std. Deviation 9.34372
N of Items 36
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Tingkat Religiusitas
Statistic .115
didukung tanpa dukungan
.225
df
Shapiro-Wilk
30
Sig. .200(*)
Statistic .939
30
.000
.914
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Religiusitas didukung keluarga
30
94.00
123.00
105.4667
8.42710
Religiusitas tidak didukung keluarga
30
78.00
107.00
95.5333
7.45438
Valid N (listwise)
30
df 30
Sig. .083
30
.019