1
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Materi Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari) 1
1
Mispani, 2Elya Nusantari, 3Lilan Dama Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi, 2,3Dosen Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Neegeri Gorontalo e-mail:
[email protected] Abstrak
Mispani. 2015. “Implementasi pendekatan saintifik (Scientific Approach) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ekosistem Di Kelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari”. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu Dr. Elya Nusantari, M.Pd dan Ibu Dr. Lilan Dama, S.Pd.,M.Pd Sebagai Pembimbing II. Tujuan dari penelitian ini, untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem dikelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada semester ganjil dan pelaksanaannya dalam dua siklus, yaitu masing-masing siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Berdasarkan prosedur tindakan maka tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi pada aktivitas guru dan siswa yang berisi aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran dan menilai keaktifan belajar siswa yang dilakukan setiap pertemuan pada kedua siklus. Untuk evaluasi hasil belajar siswa dilakukan setiap akhir siklus pembelajaran. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran biologi dengan penerapan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dapat menambah pemahaman siswa tentang konsep ekosistem, meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari, peningkatan keaktifan belajar siswa mulai dari siklus I pertemuan 1 yaitu 66,67%, pertemuan 2 yaitu 75% dan siklus II pertemuan 1 yaitu 83.33% meningkat ke pertemuan 2 yaitu 91.67%. sedangkan rata-rata peningkatan hasil belajar secara klasikal untuk siklus I yaitu 70% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90%. Berdasarkan hasil tersebut maka, Implementasi pendekatan saintifik (Scientific Approach) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi ekosistem dikelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari. Kata kunci: Pendekatan Saintifik, Keaktifan Belajar Siswa dan Hasil Belajar Siswa
2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA (Suatu Penelitian Tindakan Kelas Pada Materi Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari) 1
1
Mispani, 2Elya Nusantari, 3Lilan Dama Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi, 2,3Dosen Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas MIPA, Universitas Neegeri Gorontalo e-mail:
[email protected] Abstract
Mispani, 2015. Implementation of scientific approach to improve students’ active participation and students’ achievement in Natural Science subject on Ecosystem Topic at Grade VII Junior High School 11 Wonosari. Final Paper. School of Biologi, Faculty of Mathematices and Natural Science State University of Gorontalo. Advisors: (1) Dr. Elya Nusantari, M.Pd and (II) Dr. Lilan Dama, S.Pd, M.Pd The objective of this research was to improve students’ active participation and studens’ achievement in Natural Science subject ecosystem topic at grade VII of Junior Highs School 11 Wonosari. This was a classroom action research that was conducted in two cycles and each cycle consisted of two meetings. Based on the action procedure, the data was collected through observation sheet on teacher’s and students’ activities. These observation sheets contained the observed aspects during the learning process and to asses students’ active participation and the observation was conducted in each meetings on both cycles. Students’ achievement was evaluated at the end of each learning cycles. It was concluded that the implementation of scientific approach in biology subject on ecosystem topic, improved the active participation of students’ and inprove the students’ learning achievement. This was seen in the improvement of students’ active participation in learning on the first meeting on cycle one was 66,67%, and on the second meeting at the same cycle students’ active participation increased to 75%. Meanwhile, during the first meeting of the second cycle, students’ active participation increased to 83,33% and on the second meeting of the second cycle this participation increased to 91,67%. In addition to that, the inprovement of students’ achievement in the firs cycle using the classical approach was 70%, and through the implementation of scientific approach in the second cycle, students’t increased to 90%. Based on these results, it was concluded that implementation of scientific approach could improve students’ sctive participation and student achievement in learning the ecosystem topic of Biology subject at Grade VII of Joint Junior High School Wonosari. Keywords: Scientific Approach, Students’ Active Participation In Learning, Students’ Learning Achievement.
3
4
Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan pada dasarnya mendewasakan anak, demikian pula pendidikan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Sahertian, 2008). Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu, pertumbuhan dan perkembangan siswa diarahkan dan didorong kepencapaian tujuan yang dicitacitakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran. Dalam suatu proses pembelajaran sudah tentu tak dapat dipisahkan dengan upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan suatu pola pikir siswa yang cerdas dan aktif, (Hamalik, 2012). Guru bukan hanya sekedar mengajar, mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar dan guru harus mampu merancang suatu bentuk pengajaran yang mampu mendesain suatu bentuk pengajaran yang mampu menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa aktif, tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar. Jadi, seorang guru harus mampu mengembangkan kreatifitas dan gagasan yang baru terhadap pemahaman konsep-konsep keaktifan dan hasil siswa didalam kelas pada khususnya mata pelajaran IPA Materi Ekosistem di SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari. Dengan demikian guru harus mampu memilih metode, pendekatan dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan saya saat guru IPA sedang mengajar didalam kelas, bahwa proses pembelajaran yang menoton, serta penerapan model pembelajaran yang kurang tepat sehingga hasil belajar didalam kelas kurang. Hal ini menjadi salah satu masalah pembelajaran yang sering kita temui dalam beberapa sekolah yang mana pengajaran yang dilakukan oleh guru berjalan pada satu orientasi saja yaitu hanya mengutamakan penguasaan pada mata pelajaran saja dengan hafalan-hafalan pada mata pelajaran. Hal ini dapat di lihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa yang belum mencapai nilai standar KKM yang berlaku di SMP Negeri 11 Satu Atap
5
Wonosari di kelas VII yaitu sebesar 70. Yakni dari 10 siswa hanya 3 siswa yang tuntas atau 30% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 7 siswa atau 70%. Dengan melihat permasalahan tersebut guru perlu menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) agar keaktifan dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Materi Ekosistem melalui pendekatan saintifik (Scientific Approach). Kajian Pustaka Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkunganya, (Arsyad, 2011). Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu, (Aunurrahman, 2010). Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan, Segala
pengetahuan harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknik, (Islamuddin,2012). Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir, maupun kemampuan motorik, Sukmadinata, (dalam Erlina: 2012). Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan di ukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik, 2012). Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
6
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifatsifat nonilmiah. Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen abiotiknya dalam satu kesatuan tempat hidup. Ekosistem tersusun atas satuan makluk hidup. Ekosistem dapat dibedakan menjadi Ekosistem Alami dan Ekosistem Buatan. Ekosistem Alami contohnya ekosistem danau, ekosistem rawa, sedangkan Ekosisten Buatan contohnya waduk, aquarium dan sawah, Manggalani, (dalam Tanus, 2012). Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK mengacu pada pernyataan Arikunto (dalam Hartono, 2011) yang menyatakan bahwa “Secara garis besar penelitian tindakan kelas terdiri atas 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi Hasil dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik (Scientific Approach). Data penelitian diperoleh dari dua siklus,yaitu siklus 1 dengan 2 kali pertemuan dan siklus 2 dengan 2 kali pertemuan. Tabel 1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Obsever I Suklus
Pertemuan 1
I 2 1 II 2
Skor 1 0 1 0 1 0 1 0
Presentase Aktivitas 88,46% 11,53% 92,31% 7,69% 96,15% 3,84% 100% 0%
Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Guru , 2014 Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 rata-rata aktivitas guru yang terlaksana dari 26 aspek adalah 88,46% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 11,53%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 92,31% dari 26 aspek yang terlaksana dan 7,69% aspek yang tidak terlaksana. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata aktivitas guru yang terlaksana
7
dari 26 aspek adalah 96.15% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 3.84%. Kemudian, pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 100% dari 26 aspek yang terlaksana dan 0% aspek yang tidak terlaksana. Tabel 2 Hasil Observasi Kegiatan Guru Obsever II Suklus
Pertemuan 1
I 2 1 II 2
Skor 1 0 1 0 1 0 1 0
Presentase Aktivitas 80,76% 19,23% 96,15% 3,84% 88,46% 11,53% 100% 0%
Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Guru, 2014 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 rata-rata aktivitas guru yang terlaksana dari 26 aspek adalah 80,76% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 19,23%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 96,15% dari 26 aspek yang terlaksana dan 3,84%
aspek yang tidak
terlaksana. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata aktivitas guru yang terlaksana dari 26 aspek adalah 88,46% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 11,53%. Kemudian, pada siklus II pertemuan 2 meningkat menjadi 100%. Tabel 3 Hasil Observasi Kegiatan siswa Suklus
Pertemuan 1
I 2 1 II 2
Skor 1 0 1 0 1 0 1 0
Presentase Aktivitas 73.07% 26.92% 80.77% 19.23% 84,61% 15,38% 96,15% 3,84%
Sumber: Hasil Observasi Kegiatan Siswa, 2014 Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 rata-rata aktivitas siswa yang terlaksana dari 26 aspek adalah 73,07% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 26.92%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 80.77% dari 26 aspek yang terlaksana dan 19.23% aspek yang tidak terlaksana. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata aktivitas siswa yang
8
terlaksana dari 26 aspek adalah 84.61% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 15.38%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 96.15% dari 26 aspek yang terlaksana dan 3.84%
aspek yang tidak
terlaksana. Tabel 4 Hasil keaktifan belajar siswa Suklus
Pertemuan
Skor 1 0 1 0 1 0 1 0
1 I 2 1 II 2
Presentase Aktivitas 66.67% 33.33% 75% 25% 83,33% 16,67% 91,67% 8,33%
Sumber: Hasil keaktifan belajar siswa, 2014 Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat pada siklus I pertemuan 1 rata-rata Hasil keaktifan belajar siswa yang terlaksana dari 12 aspek adalah 66.67% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 33.33%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 75% dari 12 aspek yang terlaksana dan 25% aspek yang tidak terlaksana. Pada siklus II pertemuan 1 rata-rata Hasil keaktifan belajar siswa yang terlaksana dari 12 aspek adalah 83.33% dan yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 16.67%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 91.67% dari 12 aspek yang terlaksana dan 8.33%
aspek yang tidak
terlaksana. Perbandingan hasil keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yang baik. Maka untuk hasil keaktifan belajar siswa dikatakan tuntas karena nilai yang diperoleh dikategorikan sangat baik Tabel 5 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus
Jumlah Siswa
I
10
II
10
Ketuntasan Individual Persen Tidak Klasikal Tuntas Tuntas 3 7(70%) 7(70%) (30%) 9 1 9 (90%) (90%) (10%)
Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2014
kategori Belum Tuntas Tuntas
9
Dari tabel 5 dapat dilihat hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari. Pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas sebanyak 7 orang (70%) dan yang tidak tuntas sebanyak 3 orang (30%). Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat dikategorikan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan yan g diharapkan. Pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas sebanyak 9 orang (90%) dan yang tidak tuntas sebanyak 1 orang (10%). Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II karena siswa telah melakukan langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik dengan baik, sehingga dapat memahami materi yang sedang dipelajarinya dengan implementasi pendekatan saintifik. Tabel 6 Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII No
Data
1
Siklus I
2
Siklus II
Jumlah Siswa
Ratarata
Peningkatan
78,9% 10
86,3%
7,4%
Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2014 Merujuk pada tabel 6 dapat diketahui bahwa, rata-rata peningkatan evaluasi hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 78,9% menjadi 86,3% dengan mengalami peningkatan sebesar 7,4%. Berdasarkan hasil analisis pengamatan lembar observasi kegiatan guru dan siswa pada siklus II yang dilakukan selam 2 kali pertemuan sudah sangat baik. Sedangkan, hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II telah meningkat dari siklus I dan telah mencapai kriteria keberasilan yang diinginkan. Pembahasan Berdasarkan analisi data hasil penelitian, pembelajaran biologi yang khususnya materi ekosistem dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik melalui proses pelaksanaan
pembelajaran
dalam
tahapan
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikan suatu inti materi telah meningkat dan aspek tahapan pendekatan ilmiah telah tercapai keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil lembar aktivitas kegiatan guru maupun siswa selama proses belajar
10
mengajar, meningkatnya keaktifan belajar siswa, Serta peningkatan perolehan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (dalam Yusuf, 2006) menyatakan bahwa “untuk belajar diperlukan motvasi, semakin tinggi motivasi belajar siswa akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya. 1. Aktivitas Guru dan Siswa (Siklus I dan II) Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan dalam 2 siklus yang masingmasing yang terdiri dari dua kali pertemuan pada setiap siklus. Pembelajaran biologi deangan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) pada siklus I belum sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan I yang dilakukan oleh tim penilai kepala sekolah dengan presentase 88,46% aspek yang terlaksana dari 26 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 11,53%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 92,31% dari 26 aspek dan 7,69% aspek yang tidak terlaksana. Hal ini disebabkan karena, pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) guru belum maksimal dalam mengontrol kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Namun, pada pertemuan 2 beberapa aspek yang dinilai sudah mengalami peningkatan. Sedangkan observasi kegiatan guru pada siklus I pertemuan I yang dilakukan oleh tim penilai guru IPA dengan presentase 80,76% aspek yang terlaksana dari 26 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana dalam proses pembelajaran adalah 19,23%. Kemudian, pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 96,15% dari 26 aspek dan 3,84% aspek yang tidak terlaksana. Hal ini disebabkan karena, pada siklus I (pertemuan 1 dan 2) guru belum maksimal dalam mengontrol kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Namun, pada pertemuan 2 beberapa aspek yang dinilai sudah mengalami peningkatan. Pada siklus II dilanjutkan proses pembelajaran biologi yang dapat dilakukan dalam 2 kali pertemuan dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach). Namun materinya berbeda dengan materi pada siklus I yaitu, pada siklus II mempelajari tentang komponen biotik, serta saling ketergantungan antara komponen biotik. Pertemuan 1 pada siklus II, dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan, namun masih terdapat aspek dari aktivitas guru yang
11
belum terlaksana. Dari prnyataan diatas dapat dilihat presentase aktivitas guru tim penilai kepala sekolah pada siklus II pertemuan 1, aspek yang terlaksana adalah 88.46%
dari 26 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana yaitu 11.53%.
kemudian meningkat menjadi 100% pada pertemuan 2. Sedangkan presentase aktivitas guru tim penilai guru IPA pada siklus II pertemuan 1, aspek yang terlaksana adalah 88,46% dari 26 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana yaitu 11.53%. kemudian meningkat menjadi 100% pada pertemuan 2. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan aspek yang dinilai sudah dilaksanakan dengan maksimal. Aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dapat dikatakan belum maksimal, karena pada saat berlangsungnya proses pembelajaran sebagian siswa tidak mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan aspek lainnya yang belum maksimal. Selanjutnya, untuk pertemuan 2 mulai mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa yang terlaksana pada pertemuan1 adalah 73.07% dari 26 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana adalah 26.92%. kemudian meningkat ke pertemuan 2 menjadi 80.77% untuk aspek yang terlaksana dan aspek yang tidak terlaksana pada pertemuan 2 adalah 19.23%. Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa pada siklus II (pertemuan 1 dan 2) dapat dikatakan sudah mencapai ketuntasan yang diharapkan dengan melihat ratarata aktivitas siswa lebih meningkat dari siklus 1 yaitu siklus II pertemuan 1 84.61% aspek yang terlaksana dan 15.38 aspek yang tdak terlaksana. Pada pertemuan kedua mengalami peningkatan yaitu 96.15% aspek yang terlaksana dan 3.84% aspek yang tidak terlaksana. Peningkatan ini menunjukan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) sehingga siswa aktif dalam mengikuti pelajaran. Menurut Sardiman (Yusuf, 2006) bahwa, yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental. Sehingga, dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktifitas itu harus saling menunjang agar diperoleh hasil yang maksimal. 2. Keaktifan Belajar Siswa Keaktifan belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dapat dikatakan belum maksimal, Selanjutnya, untuk pertemuan 2 mulai mengalami peningkatan. Hal ini
12
dapat dilihat dari rata-rata keaktifan belajar siswa yang terlaksana pada pertemuan1 adalah 66.67% dari 12 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana adalah 33.33%. kemudian meningkat ke pertemuan 2 menjadi 75% untuk aspek yang terlaksana dan aspek yang tidak terlaksana pada pertemuan 2 adalah 25%. Sedangkan keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan pada siklus II pertemuan 1 yaitu 83.33% dari 12 aspek, sedangkan aspek yang tidak terlaksana yaitu 16.67. kemudian meningkat ke pertemuan 2 menjadi 91.67% untuk aspek yang terlaksana dan 8.33% aspek yang tidak terlaksana. Dari hasil keaktifan belajar siswa dapat dikatakan tuntas karena nialai yang diperoleh telah mencapai kriteria yang diinginkan. Menurut dimyati (2013) menyatakan bahwa para guru memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, memberikan peluang dilaksanakannya implikasi prinsif keaktifan bagi guru secara optimal. 3. Hasil Belajar Siswa Hasil evaluasi belajar siswa pada siklus I dengan pokok bahasan tentang pengertian ekosistem, satuan-satuan ekosistem dan komponen abiotik, berupa tes evaluasi yang terdiri dari 5 butir soal objektif dan 2 butir soal essay, dengan bobot maksimum yang dicapai 100. Berdasarkan data evaluasi hasil belajar siswa dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar biologi pada siklus I secara individual 7 (70%) siswa yang tuntas dan 3 (30%) siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal, kelas tersebut belum tuntas. Dari hasil tersebut, dapat menunjukkan bahwa pada siklus I masih terdapat 3 (30%) yang belum mencapai ketuntasan dengan KKM 78, sehingga perlu diajukan ke siklus II dengan maksud untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Meningkatnya hasil belajar pada siklus II dengan rata-rata presentase siswa yang tuntas sebanyak
9 orang (90%) yang memperoleh nilai KKM 78 keatas,
sedangkan siswa yang tidak tuntas atau memperoleh nilai KKM di bawah 78 adalah 1 orang (10%). Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak serius dalam menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat ujian evaluasi. Rata-rata evaluasi hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu 78,9% menjadi 86,3% dengan mengalami peningkatan sebesar 7,4%. Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
13
karena siswa telah melakukan langkah-langkah menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dengan baik, siswa juga telah menemukan konsep-konsep yang penting dari materi yang ada dan diasimilasikan kedalam struktur kognitifnya sehingga dapat memahami materi yang sedang dipelajarinya dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach). Selain itu, peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan semakin membaiknya kemampuan berfikir siswa untuk belajar mengaitkan antar konsep yang satu dan lainnya. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yusuf (2006), bahwa ketuntasan belajar biologi pada siklus pertama pokok bahasan sistem pencernaan secara individual 32 orang siswa (82.05%) sedangkan pada siklus kedua pokok bahasan sistem pernapasan secara individual 36 orang siswa (92.31%). Selanjutnya, penelitian dari Isureati (2012), juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 75% dan untuk siklus II meningkat menjadi 85,5%. Proses pembelajaran biologi dengan menggunakan pendekatan ilmiah dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Menurut Suryawati (Yusuf,2006) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar dalam dalam suatu proses pembelajaran. Dari hasil penelitian ini maka, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) pada mata pelajaran IPA materi biologi, khususnya materi ekosistem pada kelas VII SMP Negeri 11 Satu Atap Wonosari. Kesimpulan Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan pembelajaran biologi dengan menerapkan pendekatan saintifik (Scientific Approach) dapat menambah pemahaman siswa tentang konsep ekosistem dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari, rata-rata peningkattan hasil belajar secara klasikal untuk siklus I yaitu 70% sedangkan pada siklus II menjadi 90%.
14
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Aunurrahman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media Erlina, Dyah, 2012. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Guided Hote Taking (GNT) Dengan Mengoptimalkan Penggunaan Torso Terhadap Hasil Belajar Biologi. Skripsi Sarjana. Surakarta: USM. Tersedia di Online: http: //biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2012/02/ DYHERLINAS_K4308084.pdf. di akses pada tanggal: 1 November 2014. Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum Dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Hartono, Rudi. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam. FKIP: Universitas Riau. Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Celebah Timur. Yogyakarta. Manggalani Ukirsari. 2012. Plakat UNESCO, Pengakuan Subak sebagai Warisan Dunia 2012. http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/09. (diakses tanggal 1 November 2014 ) Miya, Laraga. 2013. Penerapan Model Portofolio Sebagai Upaya Meningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada mata pelajaran Bio di kelas V MI Negeri Paguwat. Skripsi. Nopariza Herlin, Erlisnawati, dan Mahmud Alpasari, 2011. Penerapan Strategi Peta Konsep Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 151 Pekan Baru. FIP: Universitas Riau. Tedapat di online: http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/646/1/JURNAL%20HE RLIN%20NOPARIZA.PDF diakses pada tanggal 1 November 2014 Rusman. 2011. Model-model pembelajaran;Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo. Jakarta Sadiman, A.S 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sahertian A. Piet, 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervise Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Saktiyono, 2007. IPA Biologi 1. ESIS. Jakarta Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta Sukajiyah. 2012. Ekosistem ,Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan. http://sukasains.com/materi/ekosistem-4-rantai-makanan-dan-jaringjaring makanan/. (diakses tanggal 2 November 2014 ) Tanus, Marselina, 2012. Kesalingtergantungan Antar Komponen Dalam Ekosistem. Modul biologi SMP kelas VII Semester Genap. Subak.
15
Tim Abdi Guru. 2013. IPA Terpadu Jilid 1 Untuk SMP/MTS Kelas VII. Erlangga. Jakarta. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta.