2
terdapat beberapa siswa yang sangat
1. PENDAHULUAN Belajar
adalah
hal
yang
cepat
memahami
materi
yang
sangat penting bagi semua orang,
diajarkan, akan tetapi sebagian besar
oleh karena itu pemerintah Indonesia
siswa
menetapkan aturan wajib belajar 12
memahami materi tersebut walaupun
tahun
dalam pembelajaran sudah diajarkan
dimulai
dari
SD
sampai
sangat
lamban
dengan SMA. Namun, belajar bukan
pola
sekedar kegiatan yang mengharuskan
menyelesaikan masalah persilangan,
siswa
baik
untuk
mengingat
atau
menghafal suatu materi pelajaran. Agar siswa bisa menyadari
papan
persilangan
catur
dalam
dalam
monohybrid
maupun persilangan dihibrid, tetapi pada saat dilakukan ulangan harian
bahwa belajar lebih dari sekedar
sebagian
mengingat maka para siswa harus
memperoleh nilai ulangan harian
disadarkan tentang proses berpikir
materi
saat belajar. Kesadaran siswa akan
memuaskan.
pentingnya
Tabel 1 : Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Untuk Materi Pewarisan Sifat Sejak Tahun 2009-2013.
proses
berpikir
saat
belajar dapat membuat siswa mudah memahami materi pelajaran yang
besar
pewarisan
diberikan dan ketika siswa tidak memiliki
kesadaran akan proses
berpikir dapat menyebabkan siswa mengalami
kesulitan
dalam
memahami suatu materi pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara
No
Tahun
1 2 3 4 5
2009 2010 2011 2012 2013
siswa
sifat
tidak
yang
Nilai RataRata Kelas 59,47 49,31 68,62 72,25 67,17
pembelajaran
Sumber: Buku Nilai Siswa Mata Pelajaran Biologi (Tahun 2009-2011) dan Buku Nilai Siswa Mata Pelajaran IPA Terpadu (Tahun 2012-2013) SMP Negeri 1 Kaidipang
materi pewarisan sifat, diperoleh
Berdasarkan Tabel 1. dapat
informasi bahwa saat pembelajaran
disimpulkan bahwa dalam kurun
materi pewarisan sifat di dalam kelas
waktu lima tahun materi pewarisan
yang dilakukan kepada guru mata pelajaran biologi di SMP Negeri 1 Kaidipang
untuk
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
3
sifat sulit dipahami oleh siswa. Hal
deklaratif (pengetahuan konseptual),
ini berdasarkan nilai ulangan harian
pengetahuan
untuk materi tersebut tidak mencapai
pengetahuan kondisional (Morzano,
nilai ketuntasan belajar yang harus
2000).
prosedural
dan
diperoleh. Taraf ketuntasan nilai
Berdasarkan latar belakang,
untuk materi pewarisan sifat adalah
maka peneliti bermaksud melakukan
70, sedangkan nilai yang mencapai
penelitian dengan judul Analisis
ketuntasan belajar hanya terdapat
Kesulitan Siswa Melalui Instrumen
pada tahun 2012 yaitu 72,25.
Pengetahuan
nilai
Metakognisi
pada
Siswa tidak dapat mencapai
Materi Pewarisan Sifat (Studi Kasus
ketuntasan
di
belajar
yang
disebabkan oleh kesulitan dalam
Kelas
IX
SMP
Negeri
1
Kaidipang).
memahami materi pewarisan sifat.
Tujuan penelitian ini adalah
Untuk itu perlu dilakukan analisis
untuk mengetahui kesulitan siswa
penyebab siswa sulit memahami
dalam memahami materi pewarisan
materi pewarisan sifat agar dapat
sifat melalui instrument pengetahuan
diperoleh
metakognisi.
cara
untuk
mengatasi
kesulitan itu. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menganalisis
2. KAJIAN TEORI
penyebab kesulitan siswa dalam
2.1 Kesulitan Belajar
memahami materi pewarisan sifat adalah
dengan
menggunakan
instrument pengetahuan metakognisi. Instrument
pengetahuan
Kesulitan belajar merupakan fenomena yang selalu dialami oleh semua
siswa,
tapi
fenomena
kesulitan belajar masih dapat diatasi
metakognisi merupakan instrument
dengan
yang dirancang untuk mengetahui
kesulitan belajar itu sendiri.
letak
kesulitan
penyebab
dalam
Menurut Suryani (2010: 33)
memahami materi yang diajarkan.
bahwa "Secara harfiah kesulitan
Instrument ini menguji tiga tingkatan
belajar merupakan terjemahan dari
pengetahuan
Bahasa Inggris learning disability
yaitu
siswa
mengetahui
pengetahuan
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
4
yang
berarti
belajar.
ketidakmampuan
lebih yang diperlukan bagi suatu
disability
objek untuk dinyatakan dengan
Kata
diterjemahkan
kesulitan
untuk
memberikan kesan optimis bahwa anak masih mampu belajar ". Menurut
Muhibbin
istilah yang mewakilinya d. Tidak dapat mengelompokkan objek sebagai contoh-contoh dari
Syah
objek yang bukan contohnya.
(dalam Sapuroh, 2010: 17) bahwa
Misalkan informasi dari suatu
"Kesulitan belajar di sekolah bisa
konsep yang diberikan.
bermacam-macam
yang
dapat
e. Ketidakmampuan menyimpulkan
dikelompokkan berdasarkan sumber
informasi dari suatu konsep yang
kesulitan dalam belajar, baik dalam
diberikan
hal menerima pelajaran atau dalam
Kegiatan belajar mengajar di
menyerap
pelajaran.
Dengan
dalam kelas yang dilakukan guru
demikian,
pengertian
kesulitan
bersama siswa akan menghasilkan
belajar di sini harus diartikan sebagai
kelompok siswa yang cepat belajar
kesukaran siswa dalam menerima
dengan prestasi yang baik, kelompok
atau menyerap pelajaran di sekolah".
siswa yang sedang dengan prestasi
Menurut
(dalam
sedang dan kelompok siswa yang
bahwa
lambat
belajar
dengan
kesulitan
rendah.
Cepat
lambatnya
memahami konsep mata pelajaran
dalam
menerima
dan
menyerap
meliputi
materi
pelajaran
yang
diberikan
Febriansyah,
Cooney 2013:
2)
"indikator-indikator
kesulitan
menggunakan
konsep yang terdiri dari: a. Ketidakmampuan
prestasi siswa
dapat disebabkan oleh perbedaan mengingat
nama-nama secara teknis b. Ketidakmampuan
kemampuan kebisaaan
intelektual siswa.
dan
Rendahnya
untuk
intelektual dan kebisaaan bermain-
menyatakan arti dari istilah yang
main dapat mengakibatkan siswa
mewakili konsep tertentu
mengalami kesulitan belajar.
c. Ketidakmampuan
untuk
mengingat suatu kondisi atau
Kesulitan
belajar
yang
dialami oleh siswa disebabkan oleh
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
5
berbagai hal. Menurut Syah (dalam
menyatakan
bahwa
“pengetahuan
Febriansyah, 2013:3) bahwa "faktor
metakognisi
adalah
pengetahuan
kesulitan belajar terdiri atas dua
tentang kognisi, secara umum sama
macam yaitu faktor dari dalam diri
dengan kesadaran dan pengetahuan
siswa (internal) dan luar diri siswa
tentang
kognisi-diri
(eksternal). Dari segi internal salah
Khun
(2000)
satunya adalah intelektual siswa".
“metakognisi sebagai kesadaran dan
Pendapat yang sama diungkapkan
manajemen dari proses dan produk
oleh Slameto (dalam Febriansyah,
kognitif yang dimiliki seseorang,
2013:3) bahwa "salah satu penyebab
atau
yang mempengaruhi belajar siswa
sebagai berpikir mengenai berpikir”.
secara
seseorang”.
mendefinisikan
sederhana
disebut
dari segi internal adalah intelegensi".
Doseote (2001) menyatakan
Meskipun intelegensi bukan satu-
bahwa metakognisi memiliki tiga
satunya penyebab kesulitan siswa,
komponen
tetapi menurut Syah dan Slameto
masalah dalam pembelajaran, yaitu:
intelektual sangat besar pengaruhnya
(a) pengetahuan metakognitif, (b)
terhadap hasil belajar siswa.
keterampilan metakognitif, dan (c)
pada
penyelesaian
kepercayaan metakognitif. Namun 2.2 Metakognisi
belakangan ini, perbedaan paling
Metakognisi
merupakan
suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell
pada
menimbulkan pada
tahun banyak
1976
perdebatan
pendefinisiannya.
O’Neil
&
dan
Menurut
Brown
(1977)
“metakognisi sebagai proses dimana seseorang berpikir tentang berpikir dalam rangka membangun strategi untuk Anderson
memecahkan &
masalah”.
Kathwohl
umum dalam metakognisi adalah memisahkan metakognitif
pengetahuan dan
keterampilan
metakognitif. Menurut Brown & DeLoache metakognitif
(1978)
“pengetahuan
mengacu
pada
pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural kondisional
dan
pengetahuan
seseorang
pada
penyelesaian masalah.
(2001)
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
6
Pengetahuan
metakognitif
strategy knowledge yang merujuk
diperkenalkan oleh Marzano (2000).
pada pengetahuan mengenai “apa”
Marzano memadukan berbagai faktor
pengukuran yang dapat dilakukan
yang berjangkauan luas yang, yang
untuk
mempengaruhi
prosedural
berfikir.
bagaimana
Sebelumnya,
siswa
Marzano
menyelesaikan
tugas,
strategy
mengenai
(2)
knowledge “bagaimana”
(1998) menyebutkan manfaat strategi
merealisasikan pengukuran, dan (3)
metakognisi bagi guru dan siswa
conditional strategy knowledge yang
adalah menekankan monitoring diri
berkaitan dengan efektivitas strategi
dan tanggung jawab (monitoring diri
(kapan
merupakan
berpikir
mengaplikasikan strategi tersebut).
tinggi). Anak akan dapat meregulasi
Sedangkan menurut Marzano (2000)
diri
pengetahuan adalah sebuah faktor
kecakapan
sendiri
perencanaan, evaluasi.
dengan
melakukan
pengarahan
Seorang
dan
anak
saat
penting
yang
dalam
tepat
berpikir.
untuk
Tanpa
yang
adanya kecukupan informasi tentang
memiliki strategi metakognitif akan
mata pelajaran, maka komponen-
cepat menjadi anak mandiri.
komponen pengetahuan metakognisi
Menurut Neuenhaus (2011)
hanya bekerja sedikit sekali dan tidak
pengetahuan metakognisi merupakan
akan
dapat
merekayasa
pengetahuan deklaratif yang stabil,
belajar dengan sukses.
proses
yang diperoleh seseorang berkaitan dengan kognisi dan memori, yang disimpan
dalam
memori
jangka
panjang
sehingga
dapat
diakses
secara sadar, dan dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif. Sementara, berdasarkan penelitian Brown
(dalam
Neuenhaus,
2011)
pengetahuan
dkk,
metakognisi
dibedakan antara (1) declarative
2.3 Pewarisan Sifat 2.3.1
Gen dan Kromosom
Sifat-sifat beda pada makhluk hidup
dikendalikan
oleh
materi
genetis. Materi genetis ini berupa substansi yang disebut gen. jumlah gen
sangat
menyeimbangi
banyak jumlah
untuk makhluk
hidup. Kumpulan gen-gen tersebut
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
7
disebut kromosom. Kromosom akan
persilangan
menempati sebuah sel, dan sel
menghasilkan 4 kombinasi dalam
tersebut memiliki kromosom yang
keturunan
berbeda-beda.
macam
fenotip 3 : 1. Juga dapat diketahui
kromosom yang ada dalam sel
bahwa suatu individu dapat memiliki
kelamin, yaitu kromoso X dan
fenotip sama (contohnya tanaman
kromosom
wanita
berbiji bulat) tetapi memiliki genotip
kromosomnya adalah XX dan pada
yang berlainan (contohnya BB dan
pria adalah XY (Sudibyo, et.al,
Bb).
Ada
Y.
dua
pada
2008:95). 2.3.2
2.3.3 Persilangan Monohibrid
Persilangan
monohibrid
monohibrid
dengan
perbandingan
Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan
dua
individu
yang
adalah persilangan dua individu yang
memiliki dua sifat beda. Mula-mula
memiliki satu sifat beda. Dalam
tanaman kapri yang bijinya berkerut
percobaan
oleh
hijau bergenotip bbkk disilangkan
Mendel pada persilangan monohibrid
dengan tanaman yang bijinya bulat
bisaanya ia mengambil serbuk sari
kuning
dari bunga tanaman yang bijinya
BBKK. Semua tanaman F1 (dihibrid)
berlekuk dan diserbukkan pada putik
adalah seragam, yaitu berbiji bulat
dari bunga tanaman yang bijinya
kuning
bergenotip
bulat. Semua keturunan F1 berupa
Persilangan
tanaman
suatu hibrid berbentuk tanaman yang
menghasilkan keturunan F2 yang
bijinya bulat.
memperlihatkan 16 kombinasi terdiri
yang
dilakukan
Ketika tanaman-tanaman
menyilangkan F1
didapatkan
keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berlekuk.
homozigotik
bergenotip
BbKk. F1
X
F1
dari 4 macam fenotip yaitu bulat kuning, bulat hijau, berkerut kuning, berkerut hijau (Suryo, 2005:95). 2.3.4
Uji silang (TestCross)
Uji silang (TestCross) ialah
Disini tampak bahwa bila
persilangan antara hybrid F1 dengan
terdapat dominansi sepenuhnya maka
individu yang homozigotik resesif.
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
8
Persilangan ini diberi nama uji silang
siswa
karena cara ini bisaanya dilakukan
2014/2015.
untuk menguji apakah suatu individu itu
homozigotik
ataukah
heterozigotik (Suryo, 2005:92-93). 2.3.5
kelas
IX
tahun
ajaran
Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dimulai dari persiapan hingga pelaksanaan
Sifat Intermediet
penelitian dan penyusunan laporan,
Sifat intermediet ialah sifat di antara yang dimiliki oleh kedua
terhitung dari bulan November 2014Februari 2015.
induknya (Suryo, 2005:93). Sebagai
contoh
dapat
digunakan penyerbukan silang pada tanaman
bunga
Pukul
3.2
Pendekatan
dan
Jenis
Penelitian
Empat
Pendekatan yang digunakan
(Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari
dalam
penelitian
ini
adalah
berasal dari tanaman berbunga merah
pendekatan kualitatif dengan jenis
homozigotik (genotip MM) diberikan
penelitian adalah deskriptif.
kepada putik dari tanaman berbunga putih
(genotip
mm),
maka
didapatkan tanaman F1 heterozigotik berbunga merah jambu (genotip Mm).
Warna
merah
jambu
3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1
Karakteristik
Subjek
Penelitian
ini
Subjek dalam penelitian ini
disebut warna intermediet (Suryo,
yaitu seluruh siswa kelas IX SMP
2005: 94).
Negeri 1 Kaidipang. Jumlah siswa yang
3. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri
1
Bolaang Mongondow Utara, pada
subjek
dalam
penelitian ini adalah 50 siswa yang terbagi dalam 3 kelas. 3.3.2 Instrumen Penelitian
Kaidipang,
Kecamatan Kaidipang, Kabupaten
menjadi
Instrument yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
instrument pengetahuan metakognisi
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
9
yang dikembangkan oleh Marzano
penelitian ini terdiri atas tiga bagian
(2000).
yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian Instrument
pengetahuan
metakognisi berisi tiga komponen pengetahuan
yaitu
/ display data, dan (3) penarikan kesimpulan.
pengetahuan
deklaratif, pengetahuan prosedural
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan pengetahuan kondisional.
Berdasarkan skor
pengumpulan
per
data
komponen
pengetahuan metakognisi, diketahui
3.4 Prosedur Pengumpulan Data Teknik
siswa
reduksi
data
bahwa siswa mengalami kesulitan
yang dilakukan dalam penelitian ini
dalam memahami dan menguasai
berupa tes. Tes yang diberikan berisi
materi pewarisan sifat. Kesulitan
10 item soal dan setiap item soal
yang dialami oleh siswa bukan
terdiri atas 1 pertanyaan deklaratif, 1
disebabkan
pertanyaan
belajar, kekurangan fasilitas atau
prosedural
dan
1
pertanyaan kondisional.
pertanyaan,
referensi
cara mengajar guru mata pelajaran
Dalam pemberian skor untuk setiap
kekurangan
IPA.
Referensi
belajar
telah
peneliti
disediakan oleh sekolah dan guru
menggunakan criteria scoring yang
mata pelajaran IPA, diantaranya
disusun oleh Rompayom, dkk (2010)
buku pegangan siswa dan LKS.
dengan sedikit penyesuaian untuk
Fasilitas sekolah yang menunjang
materi pewarisan sifat.
pembelajaran diantaranya
3.5 Analisis Data
menyediakan
Proses analisis data dalam penelitian
ini
dilakukan
secara
induktif / kualitatif berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah mengisi tes yang diberikan. Teknik analisis data
yang
digunakan
dalam
juga
tersedia,
perpustakaan referensi
yang materi
pewarisan sifat dan labolatorium. Cara mengajar guru mata pelajaran IPA tidak dapat menjadi penyebab siswa
sulit
memahami
dan
menguasai materi pewarisan sifat, karena dalam mengajar guru tersebut
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
10
selalu menjelaskan materi pewarisan
pemahaman (C2). Oleh karena itu,
sifat
kemampuan
berulang
meminta
kali
dan
siswa
selalu
bergantian
menghafal
dan
memahami apa yang dihafal sangat
mengerjakan soal persilangan di
menentukan
papan tulis. Satu hal yang menjadi
menguasai pengetahuan deklaratif.
penyebab siswa mengalami kesulitan
Namun,
dalam memahami materi pewarisan
diperoleh siswa pada pengetahuan
sifat berasal dari factor internal siswa
deklaratif menunjukkan bahwa siswa
yaitu intelektual.
tidak
Menurut Febriansyah, penyebab
Slameto
2013:3) yang
(dalam
salah
satu
mempengaruhi
belajar siswa dari segi internal adalah
siswa
untuk
berdasarkan
memiliki
menghafal, materi
dapat
skor
yang
keterampilan
apalagi
memahami
pelajaran,
padahal
pengetahuan atau ingatan merupakan proses berpikir yang paling rendah.
intelektual. Rendahnya intelektual
Keterampilan
menghafal
siswa yang menjadi subjek dalam
yang kurang dimiliki oleh siswa
penelitian ini dapat diketahui dari
dapat menjadi penyebab awal siswa
rendahnya skor yang diperoleh siswa
mengalami
untuk setiap komponen pengetahuan
memahami materi pewarisan sifat,
metakognisi, salah satunya adalah
yang
pengetahuan deklaratif.
Febriansyah,
Pengetahuan
deklaratif
kesulitan
menurut
Cooney
dalam
(dalam 2013:2)
ketidakmampuan mengingat nama-
adalah pengetahuan awal yang harus
nama
dimiliki oleh siswa untuk dapat
ketidakmampuan menyatakan arti
memahami dan menguasai materi
dari istilah yang mewakili konsep
pelajaran
tertentu
dengan
mudah
karena
secara
teknis
menjadi
salah
dan
indikator
berisi konsep-konsep dasar yang
kesulitan siswa dalam memahami
apabila
konsep
diinterpretasikan
kedalam
mata
pelajaran.
Padahal
yang
menguji
Taksonomi Bloom revisi Anderson
pertanyaan
dan Krathwohl (Syah, 2008) yaitu
pengetahuan deklaratif siswa adalah
aspek pengetahuan (C1) dan aspek
pertanyaan mengenai arti dari istilah
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
11
yang mewakili konsep pewarisan
menyebabkan
sifat.
siswa untuk menerapkan dengan Siswa yang tidak memiliki
keterampilan
menghafal
dan
memahami materi pelajaran akan mengalami
kesulitan
menyelesaikan
benar
pengetahuan
yang
diperolehnya dan tidak memiliki kematangan konsep.
untuk
pertanyaan
ketidakmampuan
Siswa
tidak
memiliki
untuk
pengetahuan deklaratif yang stabil
komponen pengetahuan prosedural
yang berkaitan dengan kognisi dan
karena harus menerapkan konsep
memori,
yang diperoleh pada pengetahuan
memori jangka panjang sehingga
deklaratif
pengetahuan
dapat diakses secara sadar, dan dapat
menguji
digunakan untuk mengontrol proses
dan
kondisional
yang
yang
disimpan
dalam
kematangan konsep siswa dengan
kognitif
kemampuan analisis yang dimiliki
Pengetahuan deklaratif yang dimiliki
oleh siswa. Hal ini sesuai dengan
oleh siswa hanya diperoleh dari
skor
pengetahuan
proses menghafal yang sekedarnya
prosedural yang tidak mencapai skor
saja tanpa ada pemahaman yang
tertinggi minimum yaitu 15 dan skor
lebih sehingga ketika pengetahuan
tertinggi yang diperoleh siswa hanya
itu diperlukan kembali, siswa tidak
12 serta tidak memperoleh skor pada
dapat menggunakannya dengan baik.
tingkat pengetahuan kondisional.
Oleh karena itu, perlu ditanamkan
siswa
untuk
Pengetahuan
(Neuenhaus, dkk, 2011).
prosedural
penguasaan dan pemahaman konsep
sesuai dengan aspek penerapan (C3)
dan istilah yang benar bukan sekedar
dan pengetahuan kondisional sesuai
menghafal.
dengan aspek analisis (C4) pada Taksonomi Bloom revisi Anderson dan
Krathwohl
Namun,
(Syah,
ketidakmampuan
2008).
Berdasarkan hasil penelitian
siswa
dan pembahasan dapat disimpulkan
dalam menyatakan arti dari istilah yang
mewakili
konsep
5. KESIMPULAN
bahwa:
tertentu
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
12
1. 92% siswa yang mengikuti tes tidak
menguasai
konsep
pewarisan sifat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keterampilan
siswa
dalam
menghafal dan memahami arti dari istilah yang mewakili konsep pewarisan sifat. 2. 95% siswa yang mengikuti tes tidak dapat menerapkan konsep pewarisan sifat yang dimilikinya
DAFTAR PUSTAKA Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R., (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addision Wesley Longman, Inc. Brown, A. L., & DeLoache, J. S. (1978). Skills, plans, and selfregulation. In R. S. Siegel (Ed.), Children_s thinking: What develops? (pp. 3–35). Hillsdale, N.J.: Erlbaum.
karena kurangnya pengetahuan deklaratif. 3. 99% siswa yang mengikuti tes tidak
memiliki
kematangan
konsep pewarisan sifat. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh
siswa
pada
pengetahuan kondisional yang sangat rendah yaitu 0. Hal ini menunjukkan menguasai
siswa konsep
tidak
pewarisan
sifat dengan benar.
Desoete, A., (2001). Off-Line Metacognition in Children with Mathematics Learning Disabilities. Faculteit Psychologies en Pedagogische Wetenschappen. UniversiteitGent. https:/archive.ugent.be/retrie ve/917/ 801001505476.pdf Febriansyah, Reza. Edy Y. Asep N. 2013. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Memahami Materi Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas X SMA. Untan : FKIP Untan
4. Perlunya ketarmpilan menghafal dan memahami konsep dasar pewarisan sifat sehingga mudah dalam menguasai keseluruhan kensep pewarisan sifat.
Kuhn, D. (2000). Theory of Mind, Metacognition and Reasoning: A life-span Perspective. In P. Mitchell & K. J. Riggs (Eds.). Children’s Reasoning and The Mind (pp. 301–326). Hove, UK: Psychology Press.
Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
13
Marzano, R. J. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria, Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development Marzano, R. J. 2000. Designing A New Taxonomy Of Educational Objectives. Thousand Oaks, CA : Corwin Press. Neuenhaus, N., Artelt, C., Lingel, K., & Schneider, W. (2011). Fifth Graders Metacognitive Knowledge: General or Domain Spesific? European Journal of Psychology and Education 26:163–178. DOI: 10.1007/s10212-010-0040-7. O’Neil Jr, H.F. & Brown, R.S. (1997). Differential Effects of Question Formats in Math Assessment on Metacognition and Affect. Los Angeles: CRESST-CSE University of California.
Monera. Jakarta : Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Skripsi Sudibyo, Elok. Wahono Widodo. Wasis. Dwi Suhartanti. 2008. Mari Belajar IPA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Suryani, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar. Magistra No. 73 Th. XXII September 2010 : ISSN 0215-9511 Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Syah,
Muhibin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan BAru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rompayom, Patcharee dkk. 2010. Pengembangan Inventarisasi untuk Mengukur Metakognitif Siswa pengetahuan Metakognitif Terkait Konsep Ikatan Kimia. Makalah disajikan dalam Seminar Asosiasi Internasional untuk Penilaian Pendidikan. IAEA 2010 Sapuroh, Siti. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami Konsep Biologi Pada Konsep Warda Dwi Putri Buhang. 431 410 059, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo