1
Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Yang Digunakan Oleh Pengobat Tradisional Dari Masyarakat Polahi Di Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo Melda Wahid1, Novri Y. Kandowangko2,Wirnangsi D. Uno2 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi, Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] Abstract: Melda Wahid. 2013. Identification Medicine Plants Efficacious by Used Traditional Healing Of Society In Sub Asparaga Polahi Gorontalo regency. Essay, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, State University of Gorontalo. Supervisor I Dr. Novri Y. Kandowangko, M.P and Supervisor II Wirnangsi D. Uno, S.Pd, M.Kes. This study aims to determine the types of medicinal plants used by traditional healers in the village of Society In Sub Asparaga Polahi Gorontalo regency. This research is a qualitative descriptive study using survey methods and techniques of data collection was done by using interviews with sources who are considered to have extensive knowledge of medicinal plants is a traditional healer. The collected data described their characteristics, and then elaborated plant morphology, taxonomy hierarchy as well as to identify the medicinal plants using the key determination and surf the internet. Identification results obtained are 34 species of medicinal plants Stephania capitata, Bauhinia purpurea, Cananga odorata, Garuga floribunda, Justicia gendarussa, Begonia robusta BL, Euphorbia hirta L, Hemigraphis colorata, Phylanthus urinaria, Coleus sp, Lantana camara, Begonia atlantic, Begonia glandis, Portulaca quadrifida L,Macaranga tanarius, Lsotoma longiflora,Stachytarpheta jamaicensis, Physalis peruviana, Costus speciosus,Lannea coroma ndelica,Melanolepsis multiglandulosa,Wombo pale(famili Araliaceae)Ficus septic Burm, Eryhrina subumbransn, Bambusa vulgaris, Gigantochloa apus, Murdannia bracteata, Hibiscus mutabilis L. Jatropha multifida, Cissia alata, Lawsonia inermis L. Peperomia pellucid, Blumea balsamifera, Acalypha indica L. Keywords: Identification, Medicine Plants, Traditional Healers, community Polahi sejuta potensi untuk dimanfaatkan sebagai
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai salah satu
negara
yang memiliki
berbagai
obat melalui cara pengolahan yang tepat. Sebagai obat tradisional yang banyak
macam bahan dan ramuan obat tradisional.
dimanfaatkan
Sebagian dari keanekaragaman hayati
pengobatan tersimpan pada bagian tubuh
Indonesia tersimpan potensi tumbuhan
tumbuhan
yang berkhasiat sebagai obat yang belum
tradisional
terungkap
Potensi
pengobatan dengan cara lain di luar ilmu
tersebut sangat berperan dalam menjamin
kedokteran berdasarkan pengetahuan yang
kesehatan
berakar
dengan
dan
dimanfaatkan
maksimal.
kesejahteraan dengan
apabila baik.
Keanekaragaman tumbuhan menyimpan
oleh
itu
masyarakat
sendiri.
adalah
pada
(Sosrokusumo,1989).
Pengobatan
semua
tradisi
dalam
upaya
tertentu
2
Tumbuhan obat mempunyai khasiat
kesehatan. Kondisi tempat tinggal yang
untuk mengobati berbagai penyakit dan
berada di hutan serta terisolasi secara
digunakan sebagai bahan baku dalam
geografis, sangat berpengaruh terhadap
pembuatan
pelayanan
modern
obat
tradisional
(Heriyanto,1991).
maupun
kesehatan
bagi
masyarakat
Penggunaan
Polahi itu sendiri, sehingga pada umumnya
obat-obatan tradisional biasannya diramu
masyarakat Polahi lebih memanfaatkan
dari berbagai jenis bahan baku terutama
berbagai
yang berasal dari tumbuhan yang mudah
dijadikan
ditemukan di lingkungan sekitar. Obat
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
hasil
ini
Dalam menjaga dan mengobati berbagai
masyarakat
macam penyakit pengobat masyarakat
yang jauh berada di pedalaman, atau yang
Polahi menggunakan tumbuhan sebagai
jauh dari puskesmas seperti yang terdapat
bahan dalam pembuatan ramuan obat,
di Kecamatan Asparaga.
berbagai jenis-jenis tumbuhan berkhasiat
ramuan
secara
tradisional
biasannya digunakan oleh
jenis
tumbuhan
sebagai
obat
alam untuk
yang dapat
Kecamatan Asparaga merupakan
obat yang berasal dari alam belum dikenal
salah satu Kecamatan yang terdapat di
dan diketahui manfaatnya oleh masyarakat
Kabupaten Gorontalo, yang masih banyak
sebagai
terdapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
masyarakat yang jauh dari
pemukiman
obat
dalam
umum, dengan kondisi
tempat tinggal jauh berada di dalam hutan sehingga
ramuan
mereka
dikenal
dengan
masyarakat Polahi. Apabila ada warga masyarakat memanfaatkan
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
Polahi
sakit,
lebih
Asparaga Kabupaten Gorontalo, Provinsi
jenis
tumbuhan
untuk
Gorontalo. Kecamatan
Asparaga
terdiri
mengobati berbagai macam penyakit yang
dari 10 Desa yaitu Desa Bululi, Mohiyolo,
mempunyai khasiat sebagai obat yang
Karya indah,Pangahu,Tiohu,Bontula,Bihe,
nantinya digunakan sebagai ramuan obat-
Karya baru,Prima,OlimohuloTerdapat 4
obatan tradisional.
Desa yang didiami oleh masyarakat Polahi
Masyarakat
Polahi
adalah
yang menggunakan tumbuhan obat yakni
masyarakat yang mendiami Kecamatan
Desa Mohiyolo, Pangahu, Bihe dan Bontul
Asparaga Kabupaten Gorontalo yang tidak
a.Waktu penelitian sampai dengan penyu-
memiliki sarana dan prasarana pelayanan
sunan laporan dilaksanakan pada bulan
3
November 2012 sampai dengan bulan Juni
spritus
2013.
pengawetan tumbuhan obat.
Alat dan Bahan Penelitian
Rancangan Penelitian
Alat yang digunakan antara lain
atau
alkohol
Penelitian
70%
ini
untuk
menggunakan
GPS digunakan untuk menentukan posisi
metode survey yang dirancang untuk
geografis titik pengambilan sampel, soil
memperoleh gambaran tentang berbagai
tester digunakan untuk mengukur pH
jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan
tanah,
mengukur
oleh pengobat. Cara penentuan informan
kelembaban udara, inclinometer untuk
dengan menggunakan teknik snowball
mengukur tinggi tumbuhan, kamera digital
sampling. Snowball sampling merupakan
digunakan untuk pengambilan gambar
salah satu teknik dalam pengambilan
tumbuhan (dokumentasi), pisau, gunting
sample dari suatu populasi.
atau catter digunakan untuk memotong
snowball sampling ini
bagian
dibuat
teknik non-probability sampling (sample
herbarium, kantung plastik digunakan
dengan probabilitas yang tidak sama).
untuk mengisi sampel (bagian) tumbuhan
Untuk metode pengambilan sampel seperti
yang
etiket
ini khusus digunakan untuk data-data yang
penomoran
bersifat subjektif responden/sample, atau
sampel, kertas merang untuk menbungkus
dengan kata lain objek sample yang kita
sampel
inginkan
higrometer
untuk
tumbuhan
akan
gantung
yang
dibuat
digunakan
selama
di
akan
herbarium, untuk
lokasi,
lakban,
sangat
termasuk dalam
langka
dan
mengelompok
untuk menyimpan sampel yang tumbuhan,
(Hamidi, 2004). Dengan menggunakan
oven digunakan untuk proses pengeringan
teknik wawancara, yakni temu muka
spesies
antara peneliti dan subyek penelitian,
obat. buku kunci
dalam
spesies tumbuhan obat yang di dapat yaitu
subyek penelitian mengenai hidupnya,
melalui kunci determinasi Pratical plant
pengalamannya, ataupun situasi sosial
Identification oleh Cullen (2006) dan
sebagaimana diungkapkan dalam bahasa
Ensiklopedia Flora serta Buku Van Steenis
sendiri dengan menggunakan wawancara
(2006).
tidak terstruktur ( unstructured interview), yang
digunakan
memahami
himpunan
determinasi digunakan untuk mengetahui
Bahan
rangka
suatu
bersifat
sarung tangan, sasak bambu digunakan
tumbuhan
pada
Dimana
pandangan
dalam
yang merupakan wawancara yang tidak
penelitian ini adalah tumbuhan obat dan
menggunakan pedoman wawancara yang
4
tersusun secara sistematis dan lengkap.
determinasi. Dalam pengumpulan data
Pedoman
wawancara
dilakukan
yang dikumpulkan berupa
dimana
peneliti
bertanya,
Tahap Observasi
yang akan
mendengarkan dan merekam semua yang di
katakan
nara
sumber
secara
Tahap awal yang dilakukan adalah observasi, observasi ini bertujuan untuk
natural/informal. (Kartikasari, 2008 )
memperoleh informasi awal mengenai
Teknik Pengumpulan Data
lokasi
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
partisipasi
langsung
dalam
penelitian,
yakni
terhadap batra mengenai tumbuhan obat yang dimanfaatkan, mengetahui tempat
kehidupan sehari-hari masyarakat Polahi
atau
dan bekerja sama dengan narasumber yang
tumbuhan obat.
dianggap memiliki pengetahuan luas atau
Tahap Pengambilan sampel
spesifik dari adat budaya seperti tokoh atau
tetua
adat,
ahli
pengobatan
tradisional,
yang memiliki pengetahuan
terhadap
tumbuh-tumbuhan
yang
wawancara
lokasi
penelitian
Berikut tahap-tahap
pengambilan
pengambilan
sampel : 1. Pengambilan sampel dilakukan melalui wawancara
oleh
para
batra.
berkhasiat sebagai obat. Cara penentuan
Pengambilan sampel dilakukan dengan
narasumber diperoleh melalui wawancara
meminta responden atau batra untuk
dengan masyarakat setempat. Seluruh
menunjukan secara langsung tumbuhan
informasi yang didapatkan dilapangan dari
obat yang digunakan.
informasi
masyarakat
Polahi
dicatat,
setelah itu dilanjutkan dengan observasi pengambilan
sampel
tumbuhan
dan
2. Mencatat
seluruh
informasi
yang
didapat. 3. Pengambilan
dokumentasi
dari
dokumentasi, saat pengambilan sampel
perawakan tumbuhan, batang, cabang
diamati dan dicatat morfologi tumbuhan
atau ranting difoto secara vertikal untuk
serta bagian tubuh tumbuhan mana yang
menunjukkan
dijadikan sebagai obat, saat pengambilan
permukaan atas dan bawah helaian
sampel diukur
daun lengkap dengan bagian pangkal,
yaitu
faktor-faktor lingkungan
kelembaban
pH
letak
daun,
tanah.
tepi daun, pertulangan daun dan ujung
Selanjutnya dibuat material herbariumnya
daun, susunan karangan bunga, bunga
serta dilakukan identifikasi tumbuhan obat
tampak samping, atas, bawah, dan
tersebut
bagian
dengan
dan
tata
menggunakan
kunci
dalam
untuk
menunjukkan
5
perhiasan bunga, tata letak buah, dan
dan daun bagian atas tetap pada
biji,
posisi sebenarnya:
Setiap
pengambilan
sampel
disertakan etiket gantung.
1) Potongan batang dengan daun
4. Pengambilan sampel yang representatif a. Ukuran :
Ukuran 30x40 cm, jika
bagian tengah 2) Potongan dengan bagian dalam
terlalu besar maka dibuat secara berseri (ujung, tengah, pangkal) dan diberi nomor koleksi yang sama
lengkap
c. Jika sampel berukuran kecil maka seluruh bagian tumbuhan diambil
5. Sampel dari tumbuhan berukuran besar
dipotong
b. Setiap bagian diberi label dan catat tinggi tumbuhan sebenarnya.
b. Bagian : Seluruh bagian tumbuhan
a. Batang,
tanah (akar, umbi, rimpang).
cabang,
atau
seukuran
ranting
20-30
cm
sebagai sampel. d. Akar atau bagian lainnya (umbi, rimpang) : dibersihkan dari tanah
diutamakan yang terdapat bunga dan
yang
buah.
organ tersebut terlalu besar maka
b. Tumbuhan
dengan
variasi
daun
(ukuran, tipe, warna) diambil cabang
menutupinya.
Jika
kedua
diiris menjadi beberapa bagian. 7. Koleksi tumbuhan paku dan Rumput-
atau ranting yang memiliki variasi
rumputan
daun tersebut.
Koleksi seluruh bagian/organ tumbuhan
c. Kulit batang : kelupas dengan ukuran 5x10 cm
termasuk bagian yang ada di dalam tanah (akar, rimpang, umbi). Jika
d. Catat tempat munculnya ranting,
ukuran
tumbuhan
kecil,
sebaiknya
warna dan tekstur kulit batang pada
dikoleksi dalam jumlah 5-10 individu
batang tua dan muda.
(selama berasal dari satu populasi yang
e. Catat karakter lain : ada tidaknya getah, warna getah, tekstur getah, bau, rasa.
8. Sampel
dibungkus
dengan
kertas
merang dan diatur sedemikian rupa.
6. Terna (herba) atau semak :
Sampel dimasukkan ke dalam kantong
a. Sampel berukuran besar dipotong menjadi
sama contoh rumput teki).
beberapa
bagian
yaitu
batang/cabang yang terdapat bunga
plastik ukuran 40x60 cm, kemudian sampel
dibasahi/disemprot
spiritus
hingga sampel dan kertas merang basah (cek kelembaban setiap hari). Ujung
6
plastik
dilipat
dan
direkatkan
menggunakan lakban cokelat.
penyakit
atau
kerusakan
fisik
lain.
Tumbuhan berhabitus pohon dan semak
9. Sebanyak 5-10 sampel dalam kantong
disertakan ujung batang, daun, bunga dan
plastik ukuran 40x60 cm disimpan
buah, sedang tumbuhan berbentuk herba
dalam satu kantong plastik ukuran
disertakan seluruh habitus. Herbarium
80x120 cm kemudian diikat bagian
kering digunakan untuk spesimen yang
ujung.
mudah dikeringkan misalnya daun, batang,
10.
Melakukan
pengukuran
faktor-
bunga dan akar. Sedang herbarium basah
faktor lingkungan. Faktor lingkungan
digunakan untuk spesimen yang berair,
yang diukur adalah tekstur tanah,
lembek dan sulit dikeringkan misalnya
salinitas tanah, kelembaban udara dan
buah (Lawren dalam Seytawan, 2008).
pH.
Analisis Data
Tahap Identifikasi Identifikasi
Data yang terkumpul kemudian dilakukan
dengan
dianalisis
secara
deskriptif
kualitatif.
melihat ciri morfologi tumbuhan obat
Mendeskripsikan ciri-ciri morfologi dari
dengan
spesies
berpedoman
pada
buku
tumbuhan
yang
termasuk
determinasi tumbuhan ensiklopedia flora
tumbuhan obat yang di temukan di lokasi
oleh Steenis dkk (2006) dan James Cullen
penelitian. Setiap spesies tumbuhan obat
(2006), serta penelusuran melalui jurnal
yang
yang ada di internet. Identifikasi tumbuhan
taksonominya dengan berpedoman pada
obat disertai dengan pengukuran faktor-
kunci determinasi.dalam buku Pratical
faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang
Plant Identification oleh Cullen (2006) dan
di ukur adalah, kelembaban udara dan pH
Ensiklopedia
tanah dan tekstur tanah.
mendeskripsikan tentang bagian tumbuhan
Tahap Pembuatan Herbarium
yang digunakan sebagai obat.
Tahap
herbarium
dibuat
dari
spesimen yang tidak terserang hama,
di
temukan
Flora
diuraikan
Selain
itu
hirarki
pula
7
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan, diperoleh 34 spesies tumbuhan yang berkhasiat obat di Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo dengan klasifikasi seperti pada tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan oleh pengobat tradisional masyarakat Polahi di Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo. Nama lokal Nama Umum Nama Spesies No 1 2 3 1 Bulahu Cincau kelapa Stephania capitata 2 3
Bulahu mela Longgulila
Tayuman Kananga
Bauhinia purpurea Cananga odorata
4 5
Buhu Mongombuu
Klayu garuga Gandarusa
Garuga floribunda Justicia gendarussa
6 7
Yambi-yambi lai Tabulotutu
Hariung beriung Patikan kebo
Begonia robusta BL. Euphorbia hirta L
8 9 10 11
Lilinggota Bulobuo huta Tilapala me’ela Bituke
Sambang getah Meniran Jengger ayam Tembelekan
Hemigraphis colorata Phylanthus urinaria Coleus sp Lantana camara
12 13 14 15
Yambi-yambi lobotu Yambi-yambi mela Tilapala oidu Mata putih
Begonia Begonia merah Krokot Tutup merah
Begonia atlantic Begonia glandis Portulaca quadrifida L Macaranga tanarius
16
Tunuhulungo
Ki tolod
Lsotoma longiflora
17
Tidepu’o
Pecut kuda
Stachytarpheta Jamaicensis
18
Tiepao
Ceplukan
Physalis peruviana
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Tindiyati Kayu jawa Walongo Wambo pale Bualo Polabu Wawohu hulawa Wawohu Moidu Hulotuwa
Pacing Kayu jaran Laping Awar-awar Dadap serap Bambu kuning Bambu apus Rumput aur
Costus speciosus Lannea coromandelica Melanolepsis multiglandulosa Ficus septic Burm. Eryhrina subumbransn Bambusa vulgaris Gigantochloa apus Murdannia bracteata
8
28 29 30 31 32 33 34
1 Molawahu Yodium Yindutuluhe Tilangge Tanggango Hele Tapulapunga Wonggole
2 Waru landak Jarak tintir Ketapang cina Pacar kuku Suruhan Sembung Akar kucing
3 Hibiscus mutabilis L. Jatropha multifida Cissia alata Lawsonia inermis L. Peperomia pellucida Blumea balsamifera Acalypha indica L
Justicia gendarussa, Begonia robusta BL,
Pembahasan Berdasarkan
yang
Euphorbia hirta L, Hemigraphis colorata,
dilakukan, terdapat 34 jenis tumbuhan obat
Phylanthus urinaria, Coleus sp, Lantana
yang
camara,
digunakan
identifikasi
pengobat
tradisional
Begonia
atlantic,
Begonia
masyarakat Polahi dan terdiri dari 22
glandis, Portulaca quadrifida ,Macaranga
family
Menispermaceae
tanarius, Lsotoma longiflora,Stachytarph
(1jenis), Fabaceae (3 jenis), Annonaceae
eta jamaicensis,Physalis peruviana,Costus
(1jenis),Burseraceae (1 jenis),Acanthaceae
sspeciosus,Lannea coromandelica, Melano
(2 jenis), Begoniaceae, (3 jenis),Euphorbi
lepsis multiglandulosa famili Fabaceae,
aceae (6 jenis), Lamiaceae (1jenis),Verben
Ficus septic Burm,Eryhrina subumbransn,
aceae (2 jenis), Portufacaceae (1 jenis),
Bambusa vulgaris, Gigantochloa apus,
Campanulaceae (1 jenis), Solanaceae (1
Murdannia bracteata, Hibiscus mutabilis
jenis), Zingiberaceae (1 jenis),Anacardiace
L.Jatropha
ae (1 jenis), Moraceae (1 jenis), Poaceae (2
Lawsonia inermis L. Peperomia pellucid,
jenis),Commelinaceae (1 jenis), Malvaceae
Blumea balsamifera, Acalypha indica L.
(1 jenis),Leguminosae (1 jenis),Lythraceae
Saran
yaitu
famili
(1 jenis), Piperaceae (1 jenis), Asteraceae (1 jenis).
Cissia
alata,
Selesainya penelitian ini diharapkan akan ada penelitian-penelitian selanjutnya
Simpulan Simpulan disimpulkan
multifida,
dari penelitian ini,
bahwa
di
Kecamatan
Asparaga Kabupaten Gorontalo terdapat 34 jenis tumbuhan berkhasiat obat yaitu : Stephania capitata, Bauhinia purpurea, Cananga odorata, Garuga floribunda,
yang
mengkaji
tentang
budidaya
pengolahan usaha jenis-jenis tumbuhan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Serta perlu adanya penelitian tentang kandungan
dari
tumbuhan
tumbuhan obat itu sendiri.
jenis-jenis
9
Cullen.,J.
DAFTAR PUSTAKA Abdiyani., S. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Dataran Tinggi Dieng. Balai Penelitian Kehutanan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konse rvasi Alam Vol. V.1: 79-92. Asmaliyah. 2010. Pengembangan biofarma ka disumatera selatan Palemban g November 2010. Arisandi. Y., Y. Andriyani. 2011. Khasiat berbagai
tanaman
untuk
pengobatan. PT. Aska media. Jakarta Dalimartha,S.E.R. 1999. Atlas Tumbuhan Obat
Jilid
1.
Trubus
Agriwidya.
Jakarta Departemen
Kesehatan
Penelitian Beberapa
RI.
1990.
Tanaman Obat di Perguruan
Tinggi
di
Indonesia. Depatemen Kesehatan RI
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen kesehatan RI.Ditjen Pom 1994.pemanfaatan
tanaman
obat,jakarta BPPT. 2006a. Statistik Tanaman Obat-obatan dan
Hias.
BPS. Jakarta. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik– Badan POM, 1994
2006.
Pratical
identification:
plant Cambrige
university press, 2006 New york Hamzari. 2008. Identifikasi Tumbuhan Obat-obatan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo. Heriyanto
dan
E.,
Subiandono.
1991.Pemanfaatan jenis tumbuhan obat
dan
hutan
indonesia.jurusan
tropis konservasi
sumberdaya hutan.Bogor. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234 Katno, 2004. Pengelolaan Pasca Panen Tanaman
Obat.
Balai
Penelitian
dan
Tanaman
Obat
Besar
Pengembangan dan
Obat
Tradisional. Tawangmangu. Kartikasari.,D.
2008.
Keanekaragaman
jenis dan nilai ekonomi satwa liar yang digunakan sebagai obat di Jawa
tengah.Institut
pertanian
bogor 2008. Kinho.J. D.Irawati.J.Halawani. L.Nurani. H.Y.kapiar. M. Karundang.,2011. Tumbuhan
obat
tradisional
Sulawesi utara: Jilid 1. Maret 2011 Kinho.J. D.Irawati.J.Halawani. L.Nurani. H.Y.kapiar. M. Karundang.,2011.
10
Tumbuhan
obat
tradisional
Sulawesi utara: Jilid 2. April 2011 Noerjito.,2005;Aliyadi
dan
Roemantyo
Maulana malik ibrahim.Jakarta : Raja Grafindo persada Setyowati.M.F.,Wardah.
S.S., 1994. Inventaris Tumbuhan
2007.Keanekaragaman
Obat Indonesia. Buku I. Dep.Kes.
obat masyarakat talang mamak di
R.I. Balitbangkes, Jakarta.
sekitar
Joy, P.P., J.Thomas., Samuel., Mathew., B.P. Skaria. 1998. Aromatic end
taman
tumbuhan
nasional
bukit
tigapuluh.Riau. 2007 Sosrokusumo,
P.
1989.
Pelayanan
medical plants. Research station :
pengobatan tradisional di bidang
Kerala
kesehatan jiwa. Dalam: Salan, R.,
agricultural
University
India.
Boedihartono,
Patmawinata, K. 1995. Potensi peluang dan
Kendala
Agroindustri
Pengembangan Tanaman
Obat.
Balitro.
Pakan,
Z.S.
Kuntjoro, dan I.B.I. Gotama (ed.). Lokakarya Praktek
tentang
Penelitian
Pengobatan
Tradisonal.
Badan
Rahayu.M.S., Nuratini., D. Su;istiarini., S.
P.
Penelitian
Pengembangan
dan Kesehatan,
Prawordmodjo. 2006. Pemanfaatan
Deparetem Kesehatan
Tumbuhan Obat Secara Tradisional
Indonesia. Ciawi, 14-17 Desember
Oleh Masyarakat Lokal di Pulau
1988.
Wawoni, Sulawesi Tenggara.
Steenis,
Rosita, S.M.D. Rostiana, Dan Wahid, P
V.C.C.G.J.,
Bloembergen.,
1993. Tanaman Obat Keluarga.
Flora.
Balai Penelitian Tanaman Rempah
Jakarta.
(BALITRO), Bogor. Rugayah.,
S.
G.
PT.
Republik
Hoed.,
S.
P.J.Eyma.2008. Pradnya
paramita.
Sunarti,T. Rugayah. T, Djarwaningsih
Tutie.
2009.
2007. Tumbuhan berfotensi bahan
Keanekaragaman Tumbuhan dan
pangan di Cagar Alam Tanggale.
Potensi
Desember 2007.
di
Cagar
Alam
Tanggale.Gorontalo.2009.
Sutorno.A., Setyawan., S.Iriyanto., Iriyant
Safari, S.I. 1996. Metodologi penelitian
o., A.Kusumaningrum. 2001.
sosial: usaha nasional metodologi
Keanekaragama
penelitian kualitatif peroustakaan
Jobotaranga Gunung Lawu
pusat
universitas
islam
negeri
flora
hutan
11
Wakidi, 2003. Pemasyarakatan tanaman obat
keluarga
“toga”
untuk
Zuhud, E.A.M, E. Relawan, S. Riswan. 1994. Hutan Tropika Indonesia
mendukung
sebagai Sumber Keanekaragaman
Penggunaan sendiri “self medicati
Plasma Nutfah Tumbuhan Obat
on”. Jurnal Bagian Farmasi Kedokt
dalam Pelestarian PemanfaataKean
eranFakultas
ekaragaman Tumbuhan Obat Hutan
Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Tropika
Indonesia.
Kerjasama
Widyanigrum, Herlina. dan Tim solusi
Jurusan Konservasi Sumberdaya
alternative 2011. Kitab tanaman
Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan
obat nusantara. Medpress (Anggota
Lembaga
IKAPI) Sumberan, Yogyakarta. .
Alam.
bogor