UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR YANG MEMENGARUHI SAKIT PERUT BERULANG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA SELATAN
TESIS
ANJAR SETIANI NPM. 0906646896
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK JAKARTA OKTOBER 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR YANG MEMENGARUHI SAKIT PERUT BERULANG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA SELATAN
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak
ANJAR SETIANI NPM. 0906646896
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK JAKARTA OKTOBER 2014
ii Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
iii Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Prof. DR. Dr. Agus Firmansyah, SpA(K), dr. Muzal Kadim, Sp.A(K), DR.dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan tesis ini; (2) pihak SMPN 164 dan SMPN 19 Jakarta Selatan yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan; (3) orangtua saya yaitu bapak Suyatno dan ibu Suyati, suami saya Mayor Laut (KH) Fahmi Daradjat, S.Kom, anak saya Heinz Muhafizhan Guderian, serta sanak saudara saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; (4) teman-teman PPDS IKA FKUI angkatan Januari 2010, dr. Aria Kekalih, MTI, dr. Ivan R Widjaja, dr. Rara Purbasari, serta para sahabat yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran.
Jakarta, 22 Oktober 2014
Penulis
iv Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
v Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama Program studi Judul
: Anjar Setiani : Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak : Faktor yang Memengaruhi Sakit Perut Berulang pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Jakarta Selatan
Latar belakang : Sakit perut berulang mencakup 2-4% dari seluruh alasan berobat ke dokter spesialis anak. Faktor risikonya bervariasi pada tiap negara. Saat ini data mengenai prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada anak di Indonesia belum ada. Tujuan : Mengevaluasi prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta Selatan. Metode : Penelitian potong lintang dilakukan pada siswa SMP di Jakarta Selatan yang mengalami sakit perut berulang sesuai dengan kriteria Roma III. Siswa yang diizinkan oleh orangtuanya mengikuti penelitian ini diminta untuk mengisi kuesioner Roma III. Hasil : Terdapat 68 dari 396 subjek yang mengalami sakit perut berulang. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah tipe yang paling banyak terjadi (42,6%), diikuti oleh dispepsia fungsional (30,9%), sindrom sakit perut fungsional (11,8%), sakit perut fungsional (10,3%), dan abdominal migraine (4,4%). Faktor risiko yang paling berpengaruh adalah kepribadian cemas (OR = 3,86, p <0,001, CI 95% 2,05-7,29). Faktor risiko lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin perempuan, usia > 13 tahun, dan pendapatan orangtua rendah-menengah. Simpulan : Prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan adalah 17,2%. IBS adalah tipe yang paling banyak terjadi. Faktor risiko yang berpengaruh adalah kepribadian cemas, jenis kelamin perempuan, usia > 13 tahun, dan penghasilan orangtua rendah-menengah. Kata kunci : sakit perut berulang, faktor risiko, SMP, Jakarta Selatan.
vi
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Anjar Setiani : Pediatrics Residency Training Program : Factors Affecting Recurrent Abdominal Pain in Junior High School Students in South Jakarta
Background: Recurrent abdominal pain is 2-4% of all cases encountered by pediatricians. Risk factors vary among countries. There is no data on prevalence and risk factors of recurrent abdominal pain in children in Indonesia. Objective: To evaluate prevalence and risk factors of recurrent abdominal pain in junior high school students in South Jakarta. Methods: A cross-sectional study was performed among junior high school students in South Jakarta who experienced recurrent abdominal pain according to Roma III criteria. Students were allowed by their parents to participate to this study were asked to complete a Roma III questionnaire. Results: There were 68 out of 396 eligible subjects experiencing recurrent abdominal pain. Irritable Bowel Syndrome (IBS) was the most common type (42,6%), followed by functional dyspepsia (30,9%), functional abdominal pain syndrome (11,8%), functional abdominal pain (10,3%), and abdominal migraine (4,4%). Risk factor most responsible was anxious personality (OR=3,86, p<0,001, CI 95% 2,05-7,29). Other risk factors that contribute were female, age > 13 years, and middle to lower income parents. Conclusions: Prevalence of recurrent abdominal pain in junior high school students in South Jakarta was 17,2%. IBS was the most common type. The risk factors were anxious personality, female, age > 13 years, and middle to lower income parents. Keywords: recurrent abdominal pain, risk factors, junior high school, South Jakarta.
vii Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………… PENGESAHAN …………………………………………………………. KATA PENGANTAR …………………………………………………... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH …………………… ABSTRAK ……………………………………………………………… ABSTRACT ……………………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………. DAFTAR TABEL ………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….
i ii iii iv v vi vii viii x xi xii xiii
………………………………………………. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ………………………………………………. 1.2 Rumusan masalah …………………………………………. 1.3 Pertanyaan penelitian ……………………………………… 1.4 Tujuan penelitian …………………………………………. 1.4.1 Tujuan umum ………………………………………. 1.4.2 Tujuan khusus ………………………………………. 1.5 Manfaat penelitian ………………………………………… 1.5.1 Bidang pengabdian masyarakat ……………..……. 1.5.2 Bidang pendidikan ………………………………..... 1.5.3 Bidang penelitian ……………………………………
1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3
2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………. 2.1 Definisi dan kriteria diagnosis ………………………………. 2.2 Etiologi ………………………………………………………. 2.3 Faktor risiko ………………………………………………… 2.4 Patofisiologi ………………………………………………… 2.5 Manifestasi klinis …………………………………………... 2.6 Diagnosis …………………………………………………… 2.7 Kerangka konsep …………………………………………..
4 4 4 5 8 10 11 12
3. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………….. 3.1 Desain penelitian …………………………………………… 3.2 Tempat dan waktu penelitian …………………………….. 3.3 Populasi penelitian …………………………………………. 3.4 Kriteria penerimaan dan penolakan ………………………. 3.4.1 Kriteria penerimaan ……………………………….. 3.4.2 Kriteria penolakan ………………………………… 3.5 Perkiraan besar sampel …………………………………….. 3.6 Cara pemilihan sampel …………………………………..… 3.7 Etik penelitian ……………………………….……………… 3.8 Cara kerja penelitian ………………………...………………
13 13 13 13 13 13 13 13 14 15 15
viii Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
3.9 Alur penelitian …………………………………….………… 3.10 Pengolahan, analisis data, dan penyajian hasil penelitian ….. 3.11 Definisi operasional variabel ……………………………….
16 17 17
……………………………………..…… 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Alur pemilihan subjek penelitian …………………………… 4.2 Karakteristik subjek penelitian …………………………….. 4.3 Prevalens sakit perut berulang …………………………….. 4.4 Hubungan faktor risiko dengan sakit perut berulang ………... 4.5 Analisis multivariat ………………………………………….
20 20 21 22 23 23
5. PEMBAHASAN ………………………………………………….. 5.1 Prevalens sakit perut berulang ……………………………... 5.2 Faktor risiko sakit perut berulang …………………………… 5.3 Kelebihan dan keterbatasan penelitian ……………………...
26 26 27 31
6. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 6.1 Simpulan …………………………………………………….. 6.2 Saran ……………………………………………………..
33 33 33
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. LAMPIRAN
ix Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
34
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Mediator sakit perut berulang fungsional ……………………. Tabel 4.1 Sebaran subjek penelitian menurut karakteristik sosio-demografi Tabel 4.2 Prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan tahun 2013……………………………………………………….. Tabel 4.3 Analisis bivariat antara faktor risiko dengan sakit perut berulang.. Tabel 4.4 Analisis regresi logistik antar faktor risiko sakit perut berulang…
x Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
5 22 23 24 25
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 4.1
Patogenesis hiperalgesia viseral …………………………. Biopsikososial ……………………………………………. Kerangka konsep …………………………………………. Alur penelitian ……………………………………………. Alur pemilihan subjek penelitian …………………………
xi Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
9 10 12 16 21
Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
CNS DKI ENS IBS PHK SDQ SMP
Central Nervus System Daerah Khusus Ibukota Enteric Nervus System Irritable Bowel Syndrome Putus Hubungan Kerja Strength and Difficulties Questionaire Sekolah Menengah Pertama
xiixi Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.
Kriteria diagnosis sakit perut berulang berdasarkan Roma III Keterangan lolos kaji etik Lembar informasi orangtua/wali murid Lembar persetujuan orangtua/wali murid Kuesioner untuk siswa Kuesioner untuk orangtua/wali
xiii Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Sakit perut berulang merupakan salah satu gejala yang sering dikeluhkan anak saat berobat ke dokter.Keluhan ini mencakup 2-4% dari seluruh alasan kunjungan berobat ke dokter spesialis anak.1Sakit perut berulang sering menimbulkan rasa cemas pada anak dan keluarga serta berdampak pada menurunnya aktivitas anak dan mengganggu kondisi ekonomi keluarga.
Sakit perut berulang sebagian besar (90-95%) disebabkan oleh kelainan fungsional, sedangkan yang disebabkan oleh kelainan organik hanya sebesar 510%.2,3Prevalens sakit perut berulang pada anak usia sekolah di negara maju sebesar 10-12%.2,4 Penelitian epidemiologi di Asia menunjukkan hasil yang sama. Hasil penelitian Boey pada anak usia 11-16 tahun di Malaysia menunjukkan prevalens sebesar 10,2% (rural) sedangkan pada anak usia 9-15 tahun sebesar 9,6% (urban).5,6 Hal yang sama ditunjukkan oleh hasil penelitian di Bangladesh yaitu 11,5%6 dan di Sri Lanka 10,5%.7,8
Beberapa penelitian menunjukkan kejadian sakit perut berulang bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5-14 tahun dan turun setelah usia itu. Sakit perut ini jarang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun.2,9Berdasarkan data tersebut, peneliti mengambil sampel siswa sekolah menengah pertama (SMP) yang pada umumnya berusia 1214 tahun. Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit perut berulang dibandingkan anak lelaki.Pada anak perempuan frekuensi tertinggi terjadi pada usia 8-12 tahun, sedangkan pada anak lelaki usia 5-10 tahun.2,9Penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara anak lelaki dan perempuan.5, 10
Mekanisme terjadinya sakit perut berulang pada anak sampai saat ini masih belum jelas.Penelitian yang mencoba mencari penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
1 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
sakit perut berulang pada anak masih sedikit.Penelitianyang ada saat ini sebagian besar menyebutkan berbagai hal yang dianggap merupakan faktor risiko sakit perut berulang pada anak.Hal yang dianggap faktor risiko sakit perut berulang antara lain usia, jenis kelamin, jumlah saudara kandung, kondisi anak sedang stres, tipe kepribadian pencemas, riwayat keluarga menderita sakit perut berulang, serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua.6,9Data mengenai prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada anak di Indonesia hingga saat ini belum ada. Oleh karena itu, peneliti berusaha melakukan penelitian dengan metode potong lintanguntuk mengetahui prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan.
1.2 Rumusan masalah Hal yang dianggap sebagai faktor risiko sakit perut berulang pada anak berbeda pada tiap negara.Penelitian Apley dan Naish di Bristol menyatakan bahwa usia, jenis kelamin, kepribadian anak, dan riwayat keluarga menderita sakit perut berulang merupakan faktor risiko terjadinya sakit perut berulang.3Sedangkan penelitian di Jerman, Australia, dan Malaysia menyebutkan bahwa usia, jenis kelamin, dan jumlah anak dalam keluargabukan merupakan faktor risiko terjadinya sakit perut berulang. Kondisi anak sedang stres, riwayat keluarga menderita gangguan gastrointestinal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua, serta ciri kepribadian anakyang dianggap sebagai faktor risiko sakit perut berulang.6,9Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko apa saja yang memengaruhi terjadinya sakit perut berulang pada anak di Jakarta Selatan.
1.3 Pertanyaan penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Berapa prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan? b. Apa saja faktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan?
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
3
1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Meningkatkan tatalaksana sakit perut berulang dengan mengidentifikasi faktor risiko.
1.4.2Tujuan Khusus a. Menganalisis prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan. b. Menganalisisfaktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan.
1.5Manfaat penelitian 1.5.1 Bidang pengabdian masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada anak khususnya siswa SMP sehingga dapat dilakukan usaha yang bersifat preventif guna menurunkan angka kejadian penyakit ini pada anak.
1.5.2 Bidang pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran epidemiologi dan faktor risiko sakit perut berulang pada anak sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan para klinisi terhadap penyakit ini dan meningkatkan kemampuan dalam melakukan deteksi dini yang pada akhirnya dapat memberikan terapi yang rasional.
1.5.3 Bidang penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sakit perut berulang pada anak.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1Definisi dan kriteria diagnosis Sakit perut berulang pertama kali didefinisikan oleh Apley dan Naish pada tahun 1958 sebagai tiga atau lebih episode sakit perut yang terjadi dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada beberapa anak, sakit perut terjadi setiap hari dan pada beberapa anak lainnya terjadi secara episodik.3
Sakit perut berulang merupakan sakit perut kronik yang disebabkan oleh kelainan gastrointestinal fungsional.Pada tahun 1997 sebuah komite pediatrik bertemu di Roma
untuk
membuat
standar
kriteria
diagnostik
berbagai
kelainan
gastrointestinal fungsional.Pertemuan ini menghasilkan kriteria Roma II yang dipublikasikan pada tahun 1999.Beberapa tahun kemudian terdapat penelitian yang menyatakan bahwa kriteria Roma II memiliki reliabiliti interobserver yang rendah dan 11-27% anak dengan sakit perut berulang non organik tidak bisa diklasifikasikan berdasarkan kriteria tersebut.Untuk menanggulangi masalah tersebut maka dilakukan revisi dan menghasilkan kriteria Roma III yang dipublikasikan pada tahun 2006. Kuesioner Roma III memiliki spesifisiti 94,1% dan reliabiliti 84,6%.Pada kriteria ini sakit perut yang berhubungan dengan kelainan gastrointestinal fungsional diklasifikasikan menjadi dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome (IBS), abdominal migraine, sakit perut fungsional, dan sindrom sakit perut fungsional.Kriteria diagnosis masing-masing tipe tersebut dapat dilihat pada lampiran 1.11Pada penelitian ini definisi sakit perut berulang yang digunakan berdasarkan kriteria Roma III.Peneliti menggunakan kuesioner dari Roma III yang telah dilakukan validasi linguistik.
2.2 Etiologi Sakit perut kronik bisa disebabkan oleh kelainan organik atau kelainan saluran cerna fungsional.Semakin banyak kelainan organik dapat ditemukan seiring dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan alat-alat kedokteran diagnostik.
4 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Hanya kasus yang diduga disebabkan kelainan organik, yaitu kasus dengan tanda peringatan, yang memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan.2,3
Penyebab terbanyak (90-95%) sakit perut berulang adalah faktor psikologik dan fisiologik.Berbagai faktor psikologik dan fisiologik dapat berperan sebagai mediator sakit perut berulang fungsional yang dapat dilihat pada tabel2.1. Tabel 2.1 Mediator sakit perut berulang fungsional12 Psikologi
Fisiologi
Faktor stress Depresi Ikatan Keluarga "Operant conditioning" Somatisasi
Intoleransi Dismotilitas usus Konstipasi Ketidakstabilan otonom
Seratus tiga anak usia lebih dari tiga tahun dengan sakit perut berulang yang diteliti oleh Matari dkk, terdapat 72 (70%) tidak memiliki kelainan organik. Tiga puluh tujuh (36% dari total) di antaranya memenuhi kriteria Roma II sebagai irritable bowel syndrome (IBS). Penyebab non organik lainnya adalah fungsional non-IBS (30%), konstipasi (3%), dan abdominal migraine (1%).13
2.3 Faktor risiko Mekanisme terjadinya sakit perut berulang pada anak sampai saat ini masih belum jelas.Penelitian yang ada saat ini sebagian besar menyebutkan berbagai hal yang dianggap merupakan faktor risiko sakit perut berulang pada anak.Faktor risiko adalah variabel yang meningkatkan kesempatan seseorang untuk menderita suatu penyakit.14Hal yang dianggap faktor risiko sakit perut berulang antara lain kondisi anak sedang stres, riwayat keluarga menderita gangguan gastrointestinal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua, serta ciri kepribadian anak. Usia, jumlah anak dan posisi anak dalam keluarga bukan merupakan faktor risiko terjadinya sakit perut berulang.6,9Bode dkk menyatakan bahwa usia, jumlah anak, kewarganegaraan, pendidikan orangtua, dan merokok di dalam rumah tidak berpengaruh terhadap besarnya prevalens sakit perut berulang pada anak.15
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
6
Kejadian sakit perut berulang bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5-14 tahun dan turun setelah usia itu. Sakit perut ini jarang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun.2,9 Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit perut berulang dibandingkan anak lelaki.Pada anak perempuan frekuensi tertinggi terjadi pada usia 8-12 tahun, sedangkan pada anak lelaki usia 5-10 tahun.2,9Penelitian lain menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara anak lelaki dan perempuan.5, 10
Bode dkk menjelaskan bahwa faktor psikogenik karena masalah dalam keluarga atau stres di sekolah merupakan penyebab utama sakit perut berulang pada anak. Hasil penelitian Bode menunjukkan bahwa kondisi keluarga dengan satu orangtua (single parent) merupakan faktor risiko yang memiliki pengaruh kuat terhadap terjadinya sakit perut berulang.15Apley dan Naish menyatakan bahwa masalah dalam keluarga yang berpengaruh adalah orangtua yang bercerai dan salah satu atau kedua orangtua meninggal dunia. Sedangkan kondisi stres di sekolah yang berpengaruh adalah fobia sekolah dan gangguan dari senior.3Devarayana dkk menunjukkan kejadian sakit perut berulang lebih tinggi pada anak dalam kondisi stres dan orangtua serta saudara kandungnya menderita sakit perut berulang. Kondisi stres yang paling berpengaruh adalah anak yang diganggu oleh seniornya di sekolah, ada anggota keluarga yang sakit berat, dan orangtua yang bercerai.4,8
Anak yang orangtua dan saudara kandungnya menderita sakit perut berulang memiliki risiko sakit perut berulang yang meningkat.6,12Keluarga yang mengalami sakit perut berulang merupakan salah satu faktor risiko terutama jika orangtua mengekspresikan gangguan tersebut. Selain itu, kecemasan orangtua dan kekhawatiran terhadap kesehatan dapat memperkuat kegelisahan anak terhadap gejala yang dialaminya dan anak dapat meniru pola sakit perut orangtuanya. Bode menunjukkan bahwa riwayat ulkus peptikum atau gangguan gastrointestinal lain pada salah satu atau kedua orangtua akan meningkatkan terjadinya sakit perut berulang pada anaknya.15Huang menyatakan bahwa keluarga yang mengalami sakit perut biasanya diungkapkan oleh keluarga yang ‘sensitif nyeri’, sehingga anak meniru pengalaman orangtuanya (family modelling).9
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
7
Anak yang pekerjaan ayahnya non-profesi atau non-administratif memiliki prevalens lebih tinggi daripada anak yang ayahnya memiliki pekerjaan administratif.Pekerjaan non-profesi atau non-administratif misalnya pedagang, petani, nelayan, buruh, atau penjahit.Sedangkan pekerjaan administratif misalnya pegawai negeri sipil, militer, dokter, pegawai swasta, atau guru.Selain itu, anak yang pendidikan ayahnya rendah dan pendapatan orangtuanya kurang memiliki risiko yang meningkat.5,6 Sedangkan hasil penelitian Devarayana dkk tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dan kejadian sakit perut berulang.8
Selain itu, diketahui adanya hubungan yang kuat antara sakit perut berulang dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu ingin sempurna.2,12Apley dan Naish menunjukkan bahwa sakit perut berulang lebih sering terjadi pada anak dengan sifat cemas, penakut, dan khawatir. Selain itu, anak yang sangat runut (highly-strung), cerewet, dan sensitif lebih sering menderita sakit perut berulang.3Hyams dkk menyatakan bahwa tingkat kecemasan pada anak memengaruhi keparahan, frekuensi, dan durasi sakit perut berulang.Anak dengan sakit perut berulang tipe IBS memiliki skor ansietas dan depresi lebih tinggi daripada yang tanpa gejala.16Pada penelitian ini akan digunakan Strength and Difficulties Questionaire (SDQ)untuk mengetahui gangguan emosi pada subjek.
SDQ merupakan suatu alat yang dikembangkan oleh Robert Goodman pada tahun 1997, alat skrining tersebut sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia termasuk dalam Bahasa Indonesia. Skrining SDQterdiri dari 25 buah pernyataan yang dapat dikelompokkan menjadi lima domain yaitu, (1) gejala emosional (5 pernyataan), (2) masalah conduct (5 pernyataan), (3) hiperaktivitas (5 pernyataan), (4) masalah hubungan dengan teman sebaya (5 pernyataan),dan (5) perilaku prososial (5 pernyataan). Setiap pernyataan dijawab oleh orangtua atau remaja dengan tidak pernah (skor 0), kadang benar (skor 1), dan selalu benar (skor 2).Skor pada masing-masing domain dijumlahkan dan diklasifikasikan sebagai
normal,
borderline,
dan
abnormal.17Pada
penelitian
ini
akan
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
8
dianalisiskhusus domain gangguan emosi untuk mengetahui apakah subjek merupakan anak pencemas atau bukan.
2.4Patofisiologi Persepsi nyeri viseral melibatkanjalur perifer yang kompleks dan struktur saraf sentral
yang
mengkode,
menyalurkan,
dan
memodifikasi
stimulus
aferen.Beberapa hipotesis dibuat untuk menjelaskan terjadinya sakit perut berulang, antara lain hiperalgesia viseral, dismotilitas, interaksi ‘otak-usus’, inflamasi, imunitas, genetik, kondisi stres, dan biopsikososial.18Dismotilitas, inflamasi, dan imunitas banyak berperan pada IBS dan tidak dibahas pada penelitian ini.18
Hipotesis hiperalgesia viseral mengemukakan bahwa sensitifitas yang tinggi pada jalur aferen viseral atau amplifikasi sentral dari input viseral dapat meningkatkan persepsi dari stimulus viseral tersebut.Hiperalgesia viseral dapat terjadi primer atau sekunder. Hiperalgesia primer terjadi jika nosiseptor aferen menjadi hipersensitif setelah stimulus nyeri berulang-ulang, sehingga sensasinyeri akan ditransmisikan
jika
terdapat
stimulus
yang
intensitasnya
di
bawah
ambang(hiperalgesia) atau jika terdapat stimulus yang secara normal tidak menyebabkan nyeri (allodinia).18, 19
Hiperalgesia sekunder terjadi jika terdapat perubahan biokimia pada jalur dari korda spinalis sampai korteks serebri yang menyebabkan meningkatnya persepsi nyeri.Saraf aferen somatik dan viseral berakhir pada interneuron spinal yang sama. Hal ini menyebabkan sulit menentukan asal dari nyeri. Proses ini disebut viscero-somatic convergence (gambar 2.1).19 Gangguan interaksi ‘otak-usus’ terjadi jika terdapat gangguan komunikasi saraf aferen perifer dari usus ke susunan saraf pusat dalam pemrosesan stimulus sensoris dan serabut saraf eferen mentransmisikan sinyal nyeri ke usus. Persepsi kortikal dan memori nyeri berkontribusi terhadap proses ini. Dengan cara ini,
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
9
berbagai sensasi ekstrinsik (seperti bau) atau proses kognitif (seperti emosi dan memori) dapat memengaruhi fungsi gastrointestinal.18, 19
Gambar 2.1 Patogenesis hiperalgesia viseral19
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara subjek penderita nyeri perut atau gangguan usus besar dengan saudara kandungnya penderita IBS dan dispepsia.20Penelitian lain menyatakan jika salah satu dari anak kembar menderita IBS, kemungkinan saudara kembarnya menderita IBS sebesar 17% pada monozigot dan 8% pada kembar dizigot.21Anak yang orangtua dan saudara kandungnya menderita sakit perut berulang memiliki risiko sakit perut berulang yang meningkat. 6,12
Reaksi fisiologis terhadap kondisi stres merupakan usaha tubuh untuk beradaptasi (natural coping mechanism).Jika kondisi stres tidak terlalu ekstrim atau tidak berlangsung lama, subjek biasanya berhasil mencapai kondisi homeostasis.Pada saat tubuh tidak dapat beradaptasi, dapat terjadi respon yang mengganggu.Kondisi stres menyebabkan pengosongan lambung lambat, aktivitas usus menurun, dan meningkatnya waktu transit di kolon. Gangguan ini bisa bermanifestasi sebagai nyeri perut.18
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
10
Teori biopsikososial menganggap bahwa faktor genetik dan tingkah laku merupakan predisposisi biologi dan psikososial yang akanmemengaruhi pengalaman psikososial, fisiologis, atau kondisi patologis.Paparan sosial bisa didapat dari teman, keluarga, dan masyarakat yang memengaruhi perilaku anak terhadap persepsi nyeri.Interaksi faktor biologi dan psikososial (stres, dukungan sosial, coping mechanism) memengaruhi perilaku anak, kondisi biologis sistem gastrointestinal, dan kondisi klinis anak secara umum.18, 19
Gambar 2.2Biopsikososial18
2.5 Manifestasi klinis Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu, intensitas, lokasi dan gejala yang mengikuti.Mual, keringat dingin, muntah, pusing, pucat dan palpitasi sering menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis sakit perut berulang yang klasik yaitu:2,12 a. Paroksismal b. Daerah periumbilikus atau suprapubis c. Nyeri berlangsung kurang dari satu jam d. Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari e. Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar f. Mengganggu aktivitas
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
11
g. Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala h. Pemeriksaan fisis normal, kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah i. Nilai laboratorium normal Penelitian Huang dkk menunjukkan 60% anak mengeluh sakit perut di regio periumbilikal, 47% di regio suprapubik, 22% di regio para-umbilikal kanan dan 19% di kiri, 10% di epigastrium.9
Anak dengan sakit perut berulang lebih sering mengeluh minimal satu gejala sistemik lain dibandingkan dengan yang tidak menderita sakit perut berulang. Gejala sistemik yang sering dikeluhkan adalah sakit kepala, mual, nyeri badan, letargi, dan konstipasi.Hasil analisis regresi logistik multipel menunjukkan bahwa sakit kepala, mual, dan konstipasi berkaitan secara signifikan dengan kejadian sakit perut berulang.6,8
2.6 Diagnosis Pada umumnya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat seorang klinisi akan dapat menegakkan diagnosis sakit perut berulang. Hanya sebagian kecil kasus yang memerlukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang.Adanya tanda peringatan (alarm sign) menunjukkan bahwa penyebab sakit perut berulang adalah kelainan organik sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Tanda peringatan tersebut adalah:2,12 a. Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah b. Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah) c. Membangunkan anak pada malam hari d. Timbul tiba-tiba e. Muntah f. Gangguan motilitas (diare, konstipasi, inkontinensia) g. Pendarahan saluran cerna h. Disuria i. Gangguan tumbuh kembang j. Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
12
k. Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD l. Kesadaran sesudah episode m. Usia kurang dari 4 tahun atau lebih dari 15 tahun 2.7 Kerangka konsep
Faktor psikososial: 1. CNS
Memori nyeri Persepsi kortikal Emosi Kognisi
Fisiologi Hiperalgesia viseral Dismotilitas Inflamasi Imunitas
2. ENS
Sakit perut kronik 3.
Kondisi stres dalam keluarga: Perceraian orangtua Salah satu atau kedua orangtua meninggal Anggota keluarga sakit berat atau meninggal dunia Pindah rumah Orangtua mengalami PHK Kondisi stres di sekolah Menghadapi ujian Diganggu oleh senior Pindah sekolah Mendapatkan hukuman dari guru Berpisah dengan sahabat Tipe pencemas (SDQ)
Organik
Fungsional/sakit perut berulang
Kelainan anatomi dan infeksi
Alarm sign: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Faktor biososial:
Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah) Membangunkan anak pada malam hari Timbul tiba-tiba Muntah Gangguan motilitas (diare, konstipasi, inkontinensia) Pendarahan saluran cerna Disuria Gangguan tumbuh kembang Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD Kesadaran sesudah episode Usia kurang dari 4 tahun atau lebih dari 15 tahun
Usia Jenis kelamin Jumlah anak dalam keluarga Pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua Genetik/riwayat keluarga mengalami sakit perut berulang.
Keterangan:
CNS ENS SDQ
Gambar 2.3 Kerangka konsep Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
: ruang lingkup penelitian : Central Nervus System : Enteric Nervus System : Strength and Difficulties Questionare Universitas Indonesia
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik untuk mengetahui prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan.
3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di dua SMP di JakartaSelatan, pada bulan Januari hingga Juni tahun 2013.
3.3 Populasi penelitian Populasi target adalah siswa SMPyang mengalami sakit perut berulang sesuai kriteria Roma III. Populasi terjangkau adalah siswa SMPdi JakartaSelatanyang mengalami sakit perut berulang sesuai kriteria Roma III pada tahun 2013.
3.4 Kriteria penerimaan dan penolakan 3.4.1 Kriteria penerimaan: a. Siswa SMP kelas VII-IX di wilayah JakartaSelatan. b. Orangtua menyetujui untuk mengikutsertakan anaknya dalam penelitian.
3.4.2Kriteria penolakan: Siswa yang tidak menjawab atau mengisi data dengan lengkap dan jelas pada kuesioner dan tidak dapat dihubungi untuk mengklarifikasi data yang tidak lengkap atau tidak jelas tersebut.
3.5 Perkiraan besar sampel Perkiraan besar sampel untuk mengetahui prevalens sakit perut berulang pada penelitian ini ditetapkan berdasarkan perhitungan sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi sebagai berikut:22
13 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
14 Zα 2 PQ n= d2 denganketerangan: a. n =besar sampel. b. P= proporsi sakit perut berulang pada anak berdasarkan kepustakaan adalah 10%. c. Q=1 – P = 90%. d. α =tingkat kemaknaan ditetapkan sebesar 5%, sehingga diperoleh nilai Zα = 1,96. e. d =tingkat ketepatan absolut ditetapkan sebesar 3%. Maka didapatkan besar sampel: (1,96)2 x 0,1 x 0,9 n=
= 384 (0,03)2
Perkiraan besar sampel untuk mengetahui faktor risiko sakit perut berulang pada penelitian ini ditetapkan menggunakan prinsip rule of thumb.22Penelitian ini akan menganalisis 12 faktor risiko. Oleh karena itu, jumlah subjek yang dianggap memadai adalah 10-50 kali jumlah faktor risiko yang diteliti yaitu 120-600 subjek.Dengan demikian pada penelitian inidiperlukan besar sampel 384 untuk menilai prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang.
3.6 Cara pemilihan sampel Pemilihan wilayah untuk penelitian ini dilakukan randomisasi sederhana dan didapatkan wilayah Jakarta Selatan.Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling sebagai berikut: a. Peneliti memilih secara purposif SMP yang akan menjadi tempat penelitian dengan alasan kemudahan akses.Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII-IX. Randomisasi sederhana dilakukan pada setiap tingkatan kelas untukmendapatkan 384 subjek penelitian. Jika terdapat 30 siswa dalam satu kelas, maka diperlukan 13 kelas.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
15
b. Data dari seluruh kelas dikumpulkan untuk menetapkan jumlah siswa yang akan diikutsertakan. Apabila seluruh siswa dari SMP yang dipilih masih belum memenuhi jumlah yang diperlukan akan dilanjutkan ke SMP yang dipilih berikutnya. c. Peneliti
memberikan
lembar
informasi
dan
lembar
persetujuan
orangtuasiswa kepada orangtua/wali siswa. d. Pada 384 siswa yang orangtuanya menyetujui ikut serta dalam penelitian dibagikan kuesioner yang harus diisi oleh siswa dan orangtuanya.
3.7 Etik penelitian Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui Surat Keterangan Lolos Kaji Etik nomor 91/H2.F1/ETIK/2013tertanggal 18 Februari 2013 (lampiran 2).Selain itu, penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Suku Dinas Pendidikan Dasar (sudin dikdas) wilayah Jakarta Selatan untuk dilaksanakan di SMP yang dipilih oleh peneliti.Surat persetujuan dari sudin dikdas tersebut disampaikan kepada kepala SMP yang terpilih.Sebelum subjek diikutsertakan dalam penelitian, persetujuan dimintakan juga dari orangtua/wali setelah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur, dan manfaat penelitian (informed consent).
3.8 Cara kerja penelitian Peneliti mendatangi SMP yang telah dipilih dan menetapkan kelas yang siswanya akan dijadikan subjek penelitian.Orangtua subjek diberikan lembar penjelasan penelitian dan persetujuan mengikuti penelitian.Orangtua/wali yang menyetujui dan menandatangani lembar persetujuan penelitian diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai data sosiodemografis dan mengenai sakit perut berulang yang dialami orangtua/wali siswa.Kuesioner tentang sakit perut berulang yang digunakan adalahkuesioner diagnostik Roma III dari Rome Foundationyang telah divalidasi yaitu modul sakit perut fungsional (lampiran 5).Setiap orangtua/wali diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan kuesioner.Jika terdapat pertanyaan yang belum dijawab atau jawaban tidak jelas, maka peneliti menanyakan ulang hal tersebut melalui telepon.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
16
Siswa yang diijinkan mengikuti penelitian diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan langsung dengan kriteria sakit perut berulang menggunakan kuesionerdiagnostik Roma III(lampiran 4) dari Rome Foundation yang telah divalidasi yaitu formulir laporan diri untuk anak dan remaja (usia 10 tahun atau lebih). Diagnosis sakit perut berulang ditegakkan jika jawaban kuesioner memenuhi kriteria Roma III.Selain itu, untuk mengetahui faktor yang memengaruhikejadian sakit perut berulang diberikan kuesioner mengenai hal tersebut yang salah satunya adalah kuesioner kekuatan dan kesulitan (Strength and Difficulties Questionare) khusus domain gangguan emosi untuk mengetahui apakah subjek merupakan anak pencemas atau bukan (lampiran 4).
3.9 Alur penelitian Populasi Terjangkau
Pemilihan secara konsekutif Kriteria inklusi dan eksklusi Subjek terpilih
Informed consent dan kuesioner
Pengolahan dan analisis data
Penyajian dan pelaporan data
Gambar 3.1 Alur penelitian
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
17
3.10 Pengolahan, analisis data, dan penyajian hasil penelitian Data yang terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan piranti lunak Statistical Package for Social Studies(SPSS) for windows versi 17.0. Deskripsi hasil pengolahan dan analisis data akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
Uji statistik yang dipakai untuk menguji hipotesis variabel kategorik tidak berpasangan menggunakan uji Chi-square.Jika terdapat data yang tidak memenuhi kriteria untuk uji Chi-square, digunakan uji Fisher. Nilai p<0,05 dianggap bermakna secara statistik.
Analisis yang digunakan untuk analisis multivariat ditentukan berdasarkan variabel tergantung. Oleh karena variabel tergantung merupakan variabel kategorik, maka akan digunakan regresi logistik. Variabel yang akan dimasukkan ke analisis multivariat adalah variabel mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariat.
3.11 Definisi operasional variabel a. Sakit perut berulang ditetapkan berdasarkan kriteria Roma III yang diklasifikasikan menjadi dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome (IBS), abdominal migraine, sakit perut fungsional, dan sindrom sakit perut fungsional. Kriteria diagnosis masing-masing tipe tersebut dapat dilihat di tabel 1 pada lampiran 1. b. Faktor risiko adalah sesuatu yang dimiliki oleh subjek penelitian baik berupa karakteristik personal, situasi maupun lingkungan yang membuat subjek rentan atau meningkatkan kemungkinan subjek untuk mengalami sakit perut berulang. Faktor risiko sakit perut berulang yang dinilai dalam penelitian ini antara lain: usia, jenis kelamin, jumlah saudara, kondisi stres di sekolah dan keluarga, tipe kepribadian, riwayat keluarga sakit perut berulang, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan orangtua. c. Usia adalah usia subjek dalam tahun saat ikut serta dalam penelitian. d. Jumlah anak adalah jumlah anak kandung orangtua subjek yang dikelompokkan menjadi tunggal, 2-3 anak, dan > 4 anak.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
18
e. Kondisi stres mengacu pada timbulnya masalah dalam diri subjek baik berupa masalah di sekolah maupun di rumah yang menimbulkan ketegangan dan mengganggu aktivitas subjek.Masalah di sekolah antara lain pindah sekolah, mendapatkan hukuman dari guru, menghadapi ujian, diganggu oleh senior, berpisah dengan sahabat. Sedangkan kondisi stres yang berhubungan dengan keluarga antara lainorangtua bercerai, salah satu atau kedua orangtua meninggal dunia, ada anggota keluarga yang sakit parah atau meninggal dunia, pindah rumah, orangtua mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi stres dinilai menggunakan kuesioner. f. Riwayat keluarga sakit perut berulang yang dimaksud adalah kejadian sakit perut berulang berdasarkan kriteria Roma III yang dialami oleh orangtua pasien. g. Pendidikan orangtua adalah pendidikan ayah dan ibu atau pengasuh yang menanggung dan menyediakan kebutuhan sehari-hari subjek, yang dikelompokkan menjadi: Rendah
: hingga lulus sekolah menengah pertama atau sederajat
Menengah : hingga lulus sekolah menengah atas atau sederajat Tinggi
: hingga lulus perguruan tinggi atau lebih
h. Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan ayah dan ibu atau pengasuh yang menanggung dan menyediakan kebutuhan sehari-hari subjek, yang dikelompokkan menjadi: Administratif
: pegawai negeri sipil, militer, dokter, pegawai swasta, guru
Non-administratif : pedagang, petani, nelayan, buruh, penjahit Tidak bekerja i. Penghasilan orangtua adalah penghasilan per bulan ayah dan ibu atau pengasuh yang menanggung dan menyediakan kebutuhan sehari-hari subjek, yang dikelompokkan menjadi: Rendah
: kurang dari Rp. 1.100.000,-
Menengah : antara Rp. 1.100.000,- sampai Rp. 5.000.000,Tinggi
: lebih dari Rp. 5.000.000,-
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
19
Batasan
penghasilan
rendah
sebesar
Rp.
1.100.000,-
ditetapkan
berdasarkan upah minimum regional wilayah DKI Jakarta tahun 2010, sedangkan batasan penghasilan menengah-tinggi sebesar Rp. 5.000.000,ditetapkan
oleh
peneliti
berdasarkan
perkiraan
mengingat
tidak
ditemukannya referensi.23 j. Tipe kepribadian adalah sifatyang dimiliki subjek. Pada penelitian ini yang dinilai adalah adanya gejala emosi cemas. Hal tersebut dinilai menggunakan kuesioner yang telah divalidasi yaitu kuesioner kekuatan dan kesulitan (Strength and Difficulties Questionare).
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1Alur pemilihan subjekpenelitian Penelitian dilakukan di dua SMP di wilayah Jakarta Selatan yang dipilih secara purposif untuk kemudahan akses yaitu SMPN 164 dan SMPN 19. Peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian di dua SMP tersebut dari suku dinas pendidikan dasar kota administrasi Jakarta Selatan berdasarkan surat rekomendasi ijin penelitian nomor 1021/073.55, tanggal 10 Mei 2013. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013.
Peneliti merencanakan untuk memilih secara acak kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan karena terdapat beberapa kelas yang tidak bisa meninggalkan pelajaran terutama kelas IX.Oleh karena itu, pemilihan kelas dilakukan oleh pihak sekolah pada kelas yang sedang tidak ada pelajaran.Peneliti memberikan kuesioner kepada siswa untuk diisi.Peneliti juga memberikan lembar persetujuan mengikuti penelitian untuk diberikan kepada orangtua di rumah.Jika orangtua menyetujui anaknya mengikuti penelitian, kuesioner yang telah diisi oleh anaknya diambil oleh peneliti untuk dianalisis dan orangtua diminta mengisi kuesioner untuk orangtua. Namun, jika orangtua tidak menyetujui anaknya mengikuti penelitian atau orangtua tidak mengembalikan surat persetujuan mengikuti penelitian, kuesioner yang telah diisi oleh anaknya tidak diambil oleh peneliti.
Peneliti memberikan kuesioner pada 500 subjek di SMPN 164.Terdapat 375 subjek yang dieksklusi karena orangtua tidak mengembalikan kuesioner (242 subjek), orangtua tidak setuju (123 subjek), dan data pada kuesioner tidak lengkap (10 subjek).Subjek yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 125 subjek.Oleh karena itu, peneliti melakukan pengambilan subjek di SMPN 19 untuk memenuhi jumlah sampel.Peneliti memberikan kuesioner pada 500 subjek.Terdapat 229 subjek yang dieksklusi karena orangtua tidak mengembalikan kuesioner (112 subjek), orangtua tidak setuju (106 subjek), dan data pada kuesioner tidak lengkap
20 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
21
(11
subjek).Subjek
yang
memenuhi
kriteria
penelitian
sebanyak
271
subjek.Peneliti telah menghubungi orangtua atau siswa yang data pada kuesionernya tidak lengkap. Namun terdapat 21 subjek yang tidak dapat dihubungi, yaitu 10 subjek dari SMPN 164 dan 11 subjek dari SMPN 19. Peneliti mendapatkan total 396 subjek dari dua SMP tersebut yang akan dianalisis. Alur pemilihan subjek penelitian secara skematis dapat dilihat pada gambar 4.1.
SMPN 164
SMPN 19
500 subjek
500 subjek Eksklusi 229 subjek: 112 orangtua tidak mengembalikan kuesioner 106 orangtua tidak setuju 11 data tidak lengkap
Eksklusi 375 subjek: 242 orangtua tidak mengembalikan kuesioner 123 orangtua tidak setuju 10 data tidak lengkap 125 subjek
271 subjek
Total 396 subjek
Gambar 4.1 Alur pemilihan subjek penelitian
4.2Karakteristik subjek penelitian Sebaran subjek penelitian menurut karakteristik sosio-demografi dapat dilihat pada tabel 4.1.Sebagian besar subjek penelitian adalah anak perempuan (59,8%). Rerata usia subjek adalah 12,73 tahun (SD 0,861 tahun) dengan usia paling banyak adalah 13 tahun (43,7%). Ayah dan ibu subjek sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan tinggi (63,6% dan 52,0%). Hanya 14,4%subjekyang memiliki orangtua dengan penghasilan rendah.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
22
Tabel 4.1 Sebaran subjekpenelitian menurut karakteristik sosio-demografi. Karakteristik sosio-demografi Jenis kelamin Lelaki Perempuan Usia < 13 tahun 13- < 14 tahun >14 tahun Jumlah anak Tunggal 2-3 anak >4 anak Pendidikan ayah Rendah Menengah Tinggi Pendidikan ibu Rendah Menengah Tinggi Pekerjaan ayah Tidak bekerja Administratif Non-administratif Pekerjaan ibu Ibu rumah tangga Administratif Non-administratif Penghasilan orangtua Rendah Menengah Tinggi
n (%) 159 (40,2) 237 (59,8) 153 (38,6) 173(43,7) 70 (17,7) 27 (6,8) 341 (86,1) 28 (7,1) 40 (10,1) 104 (26,3) 252 (63,6) 52 (13,1) 138 (34,9) 206 (52,0) 10 (2,5) 258 (65,2) 128 (32,3) 240 (60,6) 118 (29,8) 38 (9,6) 57 (14,4) 164 (41,4) 175 (44,2)
4.3Prevalens sakit perut berulang Hasil penelitian ini menunjukkan prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan adalah sebesar 17,2%. Tipe sakit perut berulang yang paling banyak adalah Irritable bowel syndrome (IBS)yaitu sebesar 42,6%, kemudian secara berturut-turut dispepsia fungsional (30,9%), sindrom sakit perut fungsional (11,8%), sakit perut fungsional (10,3%), dan abdominal migraine (4,4%). Prevalens dan tipe sakit perut berulang berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
23
Tabel 4.2 Prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan tahun 2013 Tidak sakit perut berulang Sakit perut berulang Abdominal migraine Irritable bowel syndrome (IBS) Dispepsia fungsional Sakit perut fungsional Sindrom sakit perut fungsional
n 328 68 3 29 21 7 8
% 82,8 17,2 4,4 42,6 30,9 10,3 11,8
4.4Hubungan faktor risiko dengan sakit perut berulang Hasil analisis hubungan antara faktor risiko dengan sakit perut berulang dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari 12 faktor risiko yang dinilai hanya 3 yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna yaitu jenis kelamin (RO = 2,765, IK 95% 1,498-5,106, p = 0,001), usia (p = 0,026), tipe kepribadian cemas (RO = 4,867, IK 95% 2,658-8,912, p <0,001).
4.5 Analisis multivariat Pada penelitian ini digunakan analisis multivariat untuk menilai hubungan antara beberapa variabel bebas dengan luaran sakit perut berulang yang merupakan variabel terikat dikotom.Pada penelitian ini dinilai beberapa variabel bebas dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0 dengan metode Backward stepwise (Backward LR). Variabel yang diikutsertakan dalam analisis multivariat adalah variabel yang pada analisis bivariat memberikan nilai p<0,250 yaitu jenis kelamin, usia, tipe kepribadian cemas, penghasilan orangtua, dan kondisi stres di rumah. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi logistik karena variabel terikatnya berupa variabel kategorik. Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada akhir analisis multivariat yang mencapai kemaknaan secara statistik adalah variabel tipe kepribadian cemas, jenis kelamin, usia, dan penghasilan orangtua.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
24
Tabel 4.3 Analisis bivariat antara faktor risiko dengan sakit perut berulang Faktor risiko
Sakit perut berulang Ya n (%)
Jenis kelamin Perempuan Lelaki Usia <13 tahun 13- < 14 tahun >14 tahun Tipe kepribadian cemas Ya Tidak Jumlah anak Tunggal >1 bersaudara * Pendidikan ayah Rendah-menengah* Tinggi Pendidikan ibu Rendah-menengah* Tinggi Pekerjaan ayah Non-administratif* Administratif Pekerjaan ibu Non-administratif* Administratif Penghasilan orangtua Rendah-menengah* Tinggi Kondisi stres di rumah Ya Tidak Kondisi stres di sekolah Ya Tidak Riwayat keluarga sakit perut berulang Ya Tidak
p
RO (IK 95%)
Tidak n (%)
53 (22,4) 15 (9,4)
184 (77,6) 144 (90,6)
0,001
2,765 (1,498-5,106)
22 (14,4) 27 (15,6) 19 (27,1)
131 (85,6) 146 (84,4) 51 (72,9)
0,026
Ref 2,407 (1,197-4,840) 2,186 (1,116-4,283)
25 (41,7) 43 (12,8)
35 (58,3) 293 (87,2)
<0,001
4,867 (2,658-8,912)
1 (3,7) 67 (18,2)
26 (96,3) 302 (81,8)
1,000**
1,052 (0,385-2,874)
28 (19,4) 40 (15,9)
116 (80,6) 212 (84,1)
0,365
0,782 (0,459-1,332)
35 (18,4) 33 (16,0)
155 (81,6) 173 (84,0)
0,527
0,845 (0,501-1,425)
23 (16,7) 45 (17,4)
115 (83,3) 213 (82,6)
0,845
1,056 (0,609-1,833)
46 (16,5) 22 (18,6)
232 (83,5) 96 (81,4)
0,613
1,156 (0,660-2,025)
44 (19,9) 24 (13,7)
177 (80,1) 151 (86,3)
0,105
1,564 (0,909-2,691)
13 (24,1) 55 (16,1)
41 (75,9) 287 (83,9)
0,148
1,655 (0,832-3,290)
29 (18,7) 39 (16,2)
126 (81,3) 202 (83,8)
0,515
1,192 (0,702-2,024)
4 (28,6) 64 (16,8)
10 (71,4) 318 (83,2)
0,274**
1,988 (0,605-6,534)
*Dilakukan penggabungan kategori supaya terpenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square ** Uji Fisher
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
25
Tabel 4.4 Analisis regresi logistik antar faktor risiko sakit perut berulang Variabel penentu Tipe kepribadian cemas Jenis kelamin perempuan Usia <13 tahun 13 - <14 tahun > 14 tahun Penghasilan orangtua rendah-menengah Ref = referensi
P
RO
(IK 95%)
<0,001 0,007
3,864 2,443
(2,049-7,286) (2,267-7,782)
Ref 0,041 0,039 0,046
Ref 2,126 2,201 1,802
(1,032-4,378) (1,042-4,650) (1,011-3,210)
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1Prevalens sakit perut berulang Prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebesar 17,2% (tabel 4.2). Prevalens ini lebih tinggi dibandingkan dengan prevalens sakit perut berulang pada anak usia sekolah di negara maju yaitu sebesar 10-12%.2,4 Penelitian epidemiologi di Asia menunjukkan hasil yang sama dengan negara maju. Hasil penelitian Boey pada anak usia 11-16 tahun di Malaysia menunjukkan prevalens sebesar 10,2% (rural) sedangkan pada anak usia 9-15 tahun sebesar 9,6% (urban).5,6Penelitian yang dilakukan di Bangladesh pada anak usia 7-15 tahun menunjukkan prevalens sebesar 11,5%, sedangkan penelitian yang dilakukan di Sri Lanka pada anak usia 5-15 tahun sebesar 10,5%.7,8Variabilitas prevalens ini dapat disebabkan oleh perbedaan kriteria diagnostik yang digunakan. Sebagian besar penelitian sebelumnya menggunakan kriteria diagnostik sakit perut berulang menurut Apley. Sedangkan penelitian ini menggunakan kriteria diagnostik Roma III yang merupakan kriteria diagnostik terbaru yang telah baku dan diterima secara luas. Berdasarkan kriteria diagnostik Roma III dapat ditentukan tipe sakit perut berulang yang terjadi, yang tidak dapat dinilai menggunakan kriteria Apley.
Pada penelitian ini didapatkan tipe sakit perut berulang yang paling banyak adalah irritable bowel syndrome (IBS) yaitu sebesar 42,6% (tabel 4.2). Tipe lainnya secara berurutan adalah dispepsia fungsional (30,9%), sindrom sakit perut fungsional (11,8%), sakit perut fungsional (10,3%), dan abdominal migraine (4,4%). Tipe sakit perut berulang yang paling banyak terjadi berbeda pada tiap negara. Hasil yang sama dengan penelitian ini didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh El-Matary dkk di Eropa menggunakan kriteria diagnosis Roma II, yang menunjukkan bahwa tipe sakit perut berulang yang paling banyak adalah IBS.13 Walker dkk melakukan penelitian untuk mengetahui tipe sakit perut berulang pada anak di Inggris menggunakan kriteria diagnosis Roma II, dengan hasil yang sama yaitu tipe paling banyak adalah IBS (44,9%), kemudian diikuti
26 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
27
dispepsia fungsional (15,9%), sakit perut fungsional (7,5%), dan abdominal migraine (4,7%).24 Berbeda hasilnya dengan penelitian ini, Schurman dkk melakukan penelitian di Amerika Utara menggunakan kriteria diagnosis Roma II dengan hasil tipe paling banyak adalah dispepsia fungsional.25Namun penelitian ini memiliki recall bias yang besar.Devarayana dkk melakukan penelitian pada anak di Sri Lanka menggunakan kriteria diagnosis Roma III dan didapatkan bahwa tipe sakit perut berulang yang paling banyak adalah sakit perut fungsional (45,2%).26 Namun, sampel pada penelitian tersebut terlalu kecil (55 subjek) untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan.
5.2 Faktor risiko sakit perut berulang Faktor risiko sakit perut berulang pada anak berbeda pada tiap negara di dunia bahkan antar negara di Asia.Dari 12 faktor risiko yang dievaluasi pada penelitian ini, terdapat 4 faktor risiko yang memiliki pengaruh bemakna terhadap meningkatnya risiko sakit perut berulang pada subjek yaitu tipe kepribadian cemas, jenis kelamin, penghasilan orangtua, dan usia (tabel 4.4).
Apley dan Naish menunjukkan bahwa sakit perut berulang lebih sering terjadi pada anak dengan sifat cemas, penakut, dan khawatir.3Pada penelitian ini tipe kepribadian
cemas
merupakan
faktor
risiko
yang
paling
berpengaruh
dibandingkan 3 faktor risiko yang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak dengan tipe kepribadian cemas memiliki risiko 3,9 kali lebih besar mengalami sakit perut berulang dibandingkan anak yang bukan pencemas (RO 3,864, IK 95% 2,049-7,286, p<0,001). Pada kelompok pencemas maupun bukan pencemas,
sebagian
besar
subjek
mengalami
sakit
perut
derajat
sedang.Ramchandani dkk juga menunjukkan adanya hubungan antara tipe kepribadian cemas dan sakit perut berulang (RO = 3,33, IK 95% 2,843,91).27Ioannis dkk melakukan penelitian untuk mengetahui peran faktor psikososial pada anak dengan sakit perut berulang, dengan hasil 38,7% anak dengan RAP memiliki tipe kepribadian cemas dibandingkan kontrol (20,5%) dan perbedaan ini signifikan secara statistik (p<0,001).28 Hasil penelitian Olafsdottir
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
28
dkk juga menunjukkan bahwa anak dengan sakit perut berulang memiliki skor cemas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.29
Anak yang mengalami sakit perut berulang lebih tidak percaya diri terhadap kemampuan mereka menghadapi stres sehari-hari dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami sakit perut berulang. Mereka cenderung kurang menggunakan strategi penanganan akomodatif seperti menerima penyebab stres, membingkai ulang signifikansi penyebab stres, atau menyemangati diri sendiri untuk terus maju.30 Gejala ansietas pada anak yang mengalami sakit perut berulang langsung berkaitan dengan penanggulangan yang pasif (passive coping) dan berbanding terbalik dengan efikasi diri dan dukungan sosial. Bagaimana seorang anak menangani stres merupakan salah satu kunci dalam menatalaksana sakit perut berulang.31
Pada penelitian ini anak perempuan lebih banyak mengalami sakit perut berulang (22,4%) daripada anak lelaki (9,4%). Sakit perut derajat sedang dialami oleh sebagian besar(47%) subjek perempuan, sedangkan subjek lelaki sebagian besar(53%) mengalami sakit perut derajat ringan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki risiko 2,4 kali lebih besar mengalami sakit perut berulang daripada anak lelaki (RO 2,443, IK 95% 2,267-7,782, p = 0,007). Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan di Australia, yaitu anak perempuan lebih banyak mengalami sakit perut berulang (52%) dibandingkan anak lelaki (35%).9 Penelitian di Inggris juga menunjukkan sakit perut berulang lebih sering terjadi pada anak perempuan.27
Pada penelitian ini terdapat 53 subjek perempuan yang mengalami sakit perut berulang.Empat puluh dua persen dari 53 subjek tersebutmemiliki kepribadian cemas.Sedangkan hanya 20% dari 15 subjek lelaki yang memiliki kepribadian cemas.Hal ini dapat menjelaskan mengapa anak perempuan lebih banyak mengalami sakit perut berulang daripada anak lelaki.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
29
Pada penelitian ini sebagian besar subjek memiliki orangtua dengan penghasilan tinggi.Pada analisis bivariat dilakukan penggabungan kategori penghasilan rendah dengan menengah supaya terpenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat (tabel 4.3) menunjukkan bahwa penghasilan orangtua rendahmenengah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sakit perut berulang (RO = 1,564, IK 95% 0,909-2,691, p = 0,105). Namun pada analisis multivariat (tabel 6) terbukti memiliki pengaruh yang secara statistik bermakna terhadap timbulnya sakit perut berulang (RO = 1,802, IK 95% 1,011-3,210, p=0,046). Hasil yang sama didapatkan pada penelitian Ioannis dkk menunjukkan bahwa status sosioekonomi rendah-menengah lebih banyak ditemukan pada subjek dengan sakit perut berulang dibandingkan dengan kontrol (88,5% vs 11,5%, p=0,0086).28Hasil penelitian Boey dkk di Malaysia menunjukkan bahwa anak yang pendapatan keluarganya rendah, memiliki risiko sakit perut berulang yang meningkat.5,6Hubungan antara penghasilan keluarga dan sakit perut berulang belum jelas. Penghasilan yang rendah dapat menyebabkan kebutuhan hidup sehari-hari tidak terpenuhi sehingga menimbulkan stres. Secara umum diasumsikan bahwa tekanan fisik dan sosial dapat memicu gejala sakit perut. Hal ini disebabkan terdapat gangguan komunikasi saraf aferen perifer ke susunan saraf pusat dalam pemrosesan stimulus sensoris, sehingga serabut saraf eferen mentransmisikan sinyal nyeri ke usus. Persepsi kortikal dan memori nyeri berkontribusi terhadap proses ini, sehingga berbagai sensasi ekstrinsik (seperti bau)
atau proses
kognitif (seperti
emosi)
dapat
memengaruhi fungsi
gastrointestinal.18,19 Meskipun secara statistik penghasilan orangtua rendahmenengah memiliki hubungan dengan kejadian sakit perut berulang, namun banyak faktor perancu yang berpengaruh. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi masalah ini.
Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia 5-14 tahun dan turun setelah usia itu. Sakit perut ini jarang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun.3,9Hasil penelitianBoey dkk di Malaysia menunjukkan prevalens sakit perut berulang berbeda pada berbagai kelompok usia, yaitu 10,6% pada kelompok usia 11-12 tahun, 9,5% pada kelompok usia 13-14 tahun, dan 11,9% pada kelompok usia 15-
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
30 16 tahun.5 Pada penelitian ini juga didapatkan prevalens sakit perut berulang berbeda pada berbagai kelompok usia, yaitu 14,4% pada kelompok usia 11-12 tahun, 15,6% pada kelompok usia 13tahun, dan 27,1% pada kelompok usia >14 tahun.Hal ini dapat disebabkan subjek usia > 14 tahun yang mengalami sakit perut berulang, paling banyak memiliki kepribadian cemas (58%), dibandingkan dengan subjek kelompok usia 13 tahun (33%) dan usia 11-12 tahun (23%).Pada ketiga kelompok usia tersebut, mayoritas subjek mengalami derajat sakit perut sedang. Berdasarkan hasil analisis multivariat penelitian ini (tabel 4.4) dapat dinilai bahwa anak usia>13 tahun memiliki risiko 2 kali lebih besar mengalami sakit perut berulang dibandingkan anak usia 11-12 tahun.
Faktor psikogenik karena masalah dalam keluarga merupakan penyebab utama sakit perut berulang pada anak.32-35Bode dkk menunjukkan bahwa kondisi keluarga dengan satu orangtua (single parent) merupakan faktor risiko yang memiliki pengaruh kuat terhadap terjadinya sakit perut berulang.15Pada penelitian ini telah ditanyakan berbagai hal yang dapat menimbulkan stres di rumah (lampiran 4). Sebagian besar subjek tidak mengalami stres di rumah (86,4%).Hasil analisis bivariat kondisi stres di rumah (tabel 4.3) menunjukkan nilai RO=1,655. Hasil ini walaupun tidak mencapai nilai kemaknaan secara statistik, namun nilai p=0,148 dan IK 95% antara 0,832 sampai 3,290 yang mendekati nilai kemaknaan, masih memberikan kesan bahwa kondisi stres di rumah mungkin memiliki peran terhadap terjadinya sakit perut berulang pada anak.
Anak yang orangtua dan saudara kandungnya menderita sakit perut berulang memiliki risiko sakit perut berulang yang meningkat.6,12,36Bode menunjukkan bahwa riwayat ulkus peptikum atau gangguan gastrointestinal lain pada salah satu atau kedua orangtua akan meningkatkan terjadinya sakit perut berulang pada anaknya.15Pada penelitian ini (tabel 4.3) didapatkan bahwa adanya riwayat sakit perut berulang pada keluarga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian sakit perut berulang (RO = 1,988, IK 95% 0,605-6,534, p = 0,274). Hal ini dapat disebabkan peneliti hanya menilai riwayat sakit perut berulang pada salah satu orangtua, tidak pada semua anggota keluarga. Campo dkk menunjukkan
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
31
bahwa ibu yang memiliki anak dengan sakit perut berulang lebih banyak mengalami cemas dan depresi dibandingkan ibu yang memiliki anak normal (RO = 6,1, IK 95% 1,8-20,8).37Pada penelitian ini tidak dinilai tipe kepribadian dari ibu subjek. Kecemasan dan preokupasi orangtua terhadap kesehatan memperkuat perhatian anak terhadap gejala yang dialaminya dan anak akan menirukan tingkah laku orangtuanya saat mengalami sakit perut (family modelling).9,38
Pola makan juga berpengaruh terhadap terjadinya sakit perut berulang. Makanan pedas, produk susu, makanan yang banyak mengandung lemak, dan makanan yang meningkatkan produksi gas dapat menyebabkan sakit perut.39 Namun faktor pola makan tidak dinilai pada penelitian ini karena berkaitan dengan gangguan organik pada saluran cerna.
Pada praktik sehari-hari, dokter dapat menggunakan kuesioner Roma III untuk mendiagnosis sakit perut berulang.Namun, selain menggunakan kuesioner, dokter harus tetap melakukan pemeriksaan fisis lengkap.Pemeriksaan penunjang dilakukan jika dicurigai adanya kelainan organik.
Peneliti memberikan surat pemberitahuan kepada kepala sekolah dan guru bimbingan konseling mengenai siswa yang mengalami sakit perut berulang. Peneliti juga memberikan surat pemberitahuan kepada orangtua siswa tersebut dan surat rujukan ke poliklinik gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM untuk tatalaksana lebih lanjut. Siswa yang mengalami sakit perut berulang dan memiliki tipe kepribadian cemas dianjurkan untuk konsultasi dengan psikiater atau psikolog.
5.3 Kelebihan dan keterbatasan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang mengevaluasi faktor risiko yang memengaruhi kejadian sakit perut berulang pada siswa SMP. Namun penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: a. Pemilihan kelas yang akan dijadikan subjek tidak dapat dilakukan secara acak seperti rencana semula karena tergantung dari pihak sekolah yang
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
32
memilih kelas berdasarkan kelas yang sedang tidak ada pelajaran saat itu sehingga tidak mengganggu pelajaran. b. Faktor risiko riwayat keluarga sakit perut berulang hanya dinilai pada salah satu orangtua, tidak pada seluruh anggota keluarga. c. Riwayat keluarga mengalami gangguan gastrointestinal lain tidak dinilai. d. Tipe kepribadian orangtua subjek tidak dinilai.
Meskipun memiliki beberapa keterbatasan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai prevalens dan faktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP dengan karakteristik serupa.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan a. Prevalens sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan tahun 2013 adalah 17,2%. b. Tipe kepribadian cemas, jenis kelamin perempuan, dan usia > 13 tahun merupakan faktor risiko terjadinya sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta Selatan. Anak perempuan yang mengalami kepribadian cemas cenderung mengalami sakit perut derajat sedang.
6.2 Saran a. Pada anak dengan keluhan sakit perut berulang, faktor risiko harus diidentifikasi sehingga dapat dilakukan tatalaksana secara komprehensif. Di antara faktor risiko yang berpengaruh, tipe kepribadian cemas yang dapat diberikan terapi. Sedangkan faktor risiko lain tidak dapat dimodifikasi. b. Pada anak yang memiliki tipe kepribadian cemas, harus dilakukan edukasi kepada orangtua mengenai risiko terjadinya sakit perut berulang sehingga harus dilakukan tatalaksana terhadap kecemasannya. c. Sebaiknya dilakukan penelitian pada beberapa tempat di Indonesia mengingat masing-masing daerah memiliki latar belakang dan kebiasaan yang berbeda. d. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan pada kelompok usia yang lain. e. Perlu dilakukan penelitian yang menilai hubungan antara pola diet dengan terjadinya sakit perut berulang. f. Perlu dilakukan penelitianuntuk mengetahui faktor risiko lain yang tidak dinilai pada penelitian ini.
33 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA 1. Pace F, Zuin G, Giacomo SD, Molteni P, Casini V, Fontana M,dkk. Family history of irritable bowel syndrome is the major determinant of persistent abdominal complaints in young adlts with a history of pediatric recurrent abdominal pain. World J Gastroenterol. 2006;12:3874-7. 2. Boediarto A. Sakit perut pada anak. Dalam: Juffrie M, Oswari H, Soenarto S, dkk,
penyunting.
Buku
ajar
gastroentero-hepatologi.
Jakarta:
UKK-
gastroentero-hepatologi IDAI; 2010.149-65. 3. Apley J, Naish N. Recurrent abdominal pains: A field survey of 1,000 school children. Arch Dis Child. 1958;33:165-70. 4. Devarayana NM, Rajindrajith S, De Silva HJ. Recurrent abdominal pain in children. Indian Paediatr. 2009;46:389-96. 5. Boey CC, Yap S, Goh KL. The prevalence of recurrent abdominal pain in 11to 16 years- old Malaysian school children. J Paediatr Child Health. 2000;36:114-6. 6. Boey CC, Goh KL. Predictors of recurrent abdominal pain among 9 to 15 – year-old urban school children in Malaysia. Acta Paediatr. 2001;90:353-5. 7. Rasul CH, Khan MAD. Recurrent abdominal pain in school children in Bangladesh. J Ceylon Coll Physicians. 2000;33:110-4. 8. Devarayana NM, de Silva DGH, de Silva HJ. Recurrent abdominal pain syndrome in cohort of Sri Lanka children and adolescents. J Trop Pediatr. 2008;54:178-83. 9. Huang RC, Plamer LJ, Forbes DA. Prevalence and pattern of childhood abdominal pain in an Australian general practice. J Paediatr Child Health. 2000;36:349-53. 10. Boey CC, Yap SB. An epidemiological survey of recurrent abdominal pain in a rural Malaysia school. J Paediatr Child Health. 1999;35:303-5. 11. Rome III disorders and criteria. Diunduh dari http://www.romecriteria.org/criteria/. Diakses tanggal 15 Januari 2011. 12. Wyllie R. Recurrent abdominal pain of childhood. Dalam: Behrman, Kliegman, Jenson, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders; 2005.1281-2.
34 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
35
13. El-Matary W, Spray C, Sandhu B. Irritable bowel syndrome: the commonest cause of recurrent abdominal pain in children. Eur J Pediatr. 2004;163:584-8. 14. Medical dictionary. Diunduh darihttp://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=5377. Diakses tanggal 15 Januari 2011. 15. Bode G, Brenner H, Adler G, Rothenbacher D. Recurrent abdominal pain in children. Evidence from a population-based study that social and familial factors play a major role but not Helicobacter pylori infection. JPsychosom Res. 2003;54:417-21. 16. Hyams SJ, Burke G, Davis MP, Rzepski B, Andrulonis PA. Abdominal pain and irritable bowel syndrome in adolescents: A community based study. J Paediatr. 1996;129:220-6. 17. Goodman R. The stregth and difficulties questionaire: A research note. J Child Psychol Psychiatry. 1997;38:581-6. 18. Guandalini S, editor. Textbook of pediatric gastroenterology and nutrition. London: Taylor & Francis; 2004. H 213-32. 19. Hyam SJ, Hyman EP. Recurrent abdominal pain and the biopsychosocial model of medical perctice. J Paediatr.1998;133:473-8. 20. Locke GR, Zinsmeister AR, Talley NJ, Fett SL, Melton LJ. Familial association in adults with functional gastrointestinal disorders. Mayo Clin Proc.2000;75: 907–12. 21. Levy RL, Jones KR, Whitehead WE, Feld SI, Talley NJ, Corey LA. Irritable bowel syndrome in twins: heredity and social learning both contribute to etiology. Gastroenterology.2001;121:799–804. 22. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto;2010.302-31. 23. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota Jakarta nomor 167 tahun 2009 tentang upah minimum provinsi tahun 2010. Situs resmi Provinsi DKI Jakarta. 2010. Diunduh
dari
http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/tentang-
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
36
jakarta/perangkat-daerah/176-latest/2630-upah-minimum-provinsi-dki-jakartatahun-2010. Diakses tanggal 15 Januari 2011. 24. Walker LS, Lipani TA, Greene JW, Caines K, Stutts J, Polk DB, dkk. Recurrent abdominal pain: symptom subtypes based on the Rome II Criteria for pediatric functional gastrointestinal disorders. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004;38:187-91. 25. Schurman JV, Friesen CA, Danda CE, Andre L, Welchert E, Lavenbarg T, dkk. Diagnosing functional abdominal pain with the Rome II criteria: parent, child, and clinician agreement. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2005;41:291-5. 26. Devarayana NM, de Silva DGH, de Silva HJ. Aetiology of recurrent abdominal pain in a cohort of Sri Lankan children. J Paediatr Child Health. 2008;44:195–200. 27. Ramchandani PG, Hotopf M, Sandhu B, Stein A. The Epidemiology of Recurrent Abdominal Pain From 2 to 6 Years of Age:Results of a Large, Population-Based Study.Pediatric.2005;116:46-50. 28. Ioannis X, Antigoni M, Natalia N, Konstantina V, Ioanna K, Kleomenis S, dkkl. (2013) The role of psychosocial factors in children with recurrent abdominal pain. Pediat Therapeut. 2013;3:1-5. 29. Olafsdottir E, Ellertsen B, Berstad A, Fluge G. Personality profiles and heart rate variability (vagal tone) in children with recurrent abdominal pain. Acta Paediatr.2001;90: 632-7. 30. Walker LS, Smith CA, Garber J, Claar RL. Appraisal and coping with daily stressors by pediatric patients with chronic abdominal pain. J Pediatr Psychol.2007;32:206–16. 31. Kaminsky L, Robertson M, Dewey D. Psychological correlates of depression in children with recurrent abdominal pain. J Pediatr Psychol.2006;31:956–66. 32. Walker IS, Garber J, Greene JW. Psychosocial correlates of recurrent childhood pain: a comparison of pediatric patients with recurrent abdominal pain,
organic
illness
and
psychiatric
disorders.
J
Abnorm
Psychol.1993;102:248–58. 33. Robinson JO, Alvarez JH, Dodge JA. Life events and family history in children with recurrent abdominal pain. J Psychosom Res.1990;34:171– 81.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
37
34. Shahraki T, Farahmand F, Khatami GR, Najafi M, Shahraki M. Recurrent abdominal pain: an etiological study among in a referreal children's medical center in Iran. Iran J Ped. 2007;17:235-40. 35. Dutta S, Mehta M, Verma IC. Recurrent abdominal pain in Indian children and
its
relation
with
school
and
family
environment.
Indian
Pediatr.1999;36:917-20. 36. McOmber ME, Shulman RJ. Recurrent abdominal pain and irritable bowel syndrome in children.Curr Opin Pediatr.2007;19:581–5. 37. Campo JV, Bridge J, Lucas A, Savorelli S, Walker L, Lorenzo CD, dkk. Physical and emotional health of mothers of youth with functional abdominal pain. Arch Pediatr Adolesc Med. 2007;161:131–7. 38. Hotopf M, Carr S, Mayou R, Wadsworth M, Wessely S. Why do children have chronic abdominal pain, and what happens to them when they grow up? Population-based cohort study. Br Med J.1998;316:1196–200. 39. Chacko MR. Chronic abdominal pain in children and adolescents, beyond the basics. Diunduh dari http://www.uptodate.com/contents/chronic-abdominalpain-in-children-and-adolescents-beyond-the-basics.
Diakses
tanggal
18
September 2014.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 1
Kriteria diagnosis sakit perut berulang berdasarkan Roma III Diagnosis Dispepsia fungsional
Irritable bowel syndrome (IBS)
Abdominal migraine
Nyeri perut fungsional
Sindrom nyeri perut fungsional
Kriteria Kriteria diagnostik* harus mencakup semua hal di bawah ini: 1. Nyeri atau rasa tidak nyaman yang menetap atau berulang di abdomen bagian atas (di atas umbilikus) 2. Tidak membaik dengan defekasi atau perubahan frekuensi defekasi atau perubahan bentuk feses (bukan irritable bowel syndrome) 3. Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomi, metabolik, atau neoplasma yang menjelaskan keluhan subyek * Kriteria tersebut minimal terjadi satu kali dalam satu minggu selama paling tidak dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria diagnostik* harus mencakup dua hal di bawah ini: 1. Rasa tidak nyaman** atau nyeri di abdomen yang berhubungan dengan dua atau lebih hal di bawah ini paling tidak 25% dari seluruh waktu : a. Membaik dengan defekasi b. Onset berkaitan dengan perubahan frekuensi defeksi c. Onset berkaitan dengan perubahan bentuk feses 2. Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomi, metabolik, atau neoplasma yang menjelaskan keluhan subyek * Kriteria tersebut minimal terjadi satu kali dalam satu minggu selama paling tidak dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. ** “Rasa tidak nyaman” tidak digambarkan sebagai nyeri. Kriteria diagnostik* harus mencakup semua hal di bawah ini: 1. Episode nyeri di sekitar umbilikus yang hebat dan akut, terjadi paroksismal selama 1 jam atau lebih 2. Terdapat periode sehat seperti biasa selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan 3. Nyeri mengganggu aktivitas normal 4. Nyeri berkaitan dengan 2 hal berikut ini: a. Anoreksia b. Mual c. Muntah d. Sakit kepala e. Fotofobia f. Pucat 5. Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomi, metabolik, atau neoplasma yang menjelaskan keluhan subyek * Kriteria tersebut terjadi 2 kali atau lebih dalam 12 bulan Kriteria diagnostik* harus mencakup semua hal di bawah ini: 1. Nyeri perut terus menerus atau episodik 2. Tidak memenuhi kriteria untuk penyakit gastrointestinal fungsional lain 3. Tidak ada bukti proses inflamasi, kelainan anatomi, metabolik, atau neoplasma yang menjelaskan keluhan subyek * Kriteria tersebut minimal terjadi satu kali dalam satu minggu selama paling tidak dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria diagnostik* harus memenuhi kriteria nyeri perut fungsional pada anak dan terjadi 25% dari seluruh waktu serta terdapat satu atau lebih hal berikut ini: 1. Mengganggu aktivitas sehari-hari 2. Terdapat keluhan tambahan seperti sakit kepala, nyeri pada ekstremitas, atau sulit tidur. * Kriteria tersebut minimal terjadi satu kali dalam satu minggu selama paling tidak dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 2
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 3 SURVEI ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR RISIKO SAKIT PERUT BERULANG PADA SISWA SMP DI JAKARTA SELATAN Lembar informasi orangtua/wali murid Bapak / Ibu yang terhormat, Saat ini, kami dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) sedang melakukan survei yang bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya sakit perut berulang pada remaja. Survei ini kami lakukan karena kejadian sakit perut berulang cukup banyak di masyarakat dan merupakan salah satu keluhan utama orangtua membawa anaknya berobat ke dokter. Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya sakit perut berulang ini berbeda di setiap negara dan belum ada data di Indonesia. Sakit perut berulang adalah sakit perut yang terjadi tiga kali dalam jangka waktu minimal tiga bulan berturut-turut dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sakit perut ini tidak berhubungan dengan makanan atau siklus haid. Sakit perut ini sebagian besar bukan disebabkan oleh kelainan pada organ saluran pencernaan. Masalah ini menjadi sangat penting karena sakit perut berulang pada anak dapat berlanjut menjadi masalah sakit perut yang serius di masa dewasa. Selain itu, masalah ini dapat mengganggu tumbuh kembang, konsentrasi, prestasi, dan kualitas hidup anak. Sekolah yang terpilih untuk dilakukan survei ini adalah SMP 164 Jakarta dan SMP 19 Jakarta, di mana anak Bapak/Ibu menempuh pendidikan. Bapak/Ibu yang bersedia ikut dalam survei ini diharapkan bersedia mengisi dengan lengkap sebuah daftar pertanyaan (kuesioner) yang kami bagikan. Kami akan membagikan satu kuesioner untuk anak dan satu kuesioner untuk orangtua/wali. Bila ada jawaban yang kurang jelas, saya akan menghubungi Bapak/Ibu melalui telepon untuk konfirmasi. Survei ini bersifat sukarela dan tanpa dipungut biaya. Bapak/Ibu bebas memutuskan untuk menolak atau ikut serta dalam survei ini. Semua data survei akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anak Bapak/Ibu. Hasil survei ini akan disampaikan kembali kepada sekolah sebagai umpan balik yang diharapkan dapat membantu anak yang terdeteksi mengalami sakit perut berulang untuk dilakukan tatalaksana sedini mungkin. Jika anak Anda terdeteksi mengalami sakit perut berulang, kami akan berikan surat rujukan ke poliklinik gastroenterologi anak RSCM tanpa dipungut biaya. Jika Bapak/Ibu membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi dr. Anjar Setiani di nomor 081380509718. Bila Bapak/Ibu sudah mengerti, mohon kiranya dapat menandatangani surat persetujuan berikut ini. dr. Anjar Setiani Peneliti
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA/WALI MURID
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama Usia Alamat Telepon
: ……………………………………………….. : ……………………………………………….. : ……………………………………………….. ……………………………………………….. : ………………………………………………..
adalah orangtua/wali dari: Nama : ……………………………………………….. Jenis kelamin : L/P Usia : ……………………………………………….. Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan saya mengerti sepenuhnya tujuan dan manfaat survei mengenai angka kejadian dan faktor risiko sakit perut berulang pada siswa SMP di Jakarta ini. Saya mengerti bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari dr. Anjar Setiani. Dengan menandatangani formulir ini, saya SETUJU/TIDAK SETUJU untuk mengikutsertakan anak saya dalam survei ini.
Jakarta, tanggal…………… Tanda tangan saksi
Tanda tangan orangtua/wali
Nama jelas
Nama jelas
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 5
KUESIONER UNTUK SISWA SURVEI ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR RISIKO SAKIT PERUT BERULANG PADA SISWA SMP DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Petunjuk pengisian: 1. Jawablah pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Tidak ada jawaban yang salah, yang diharapkan adalah jawaban yang jujur. 3. Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya. 1. Nama
: ……………………………………………………
2. Jenis kelamin
: L/P
3. Tanggal lahir/usia
: ……………………………………………………
4. Alamat rumah
:Jl………RT….RW….Kelurahan…Kecamatan…. Jakarta Pusat/Utara/Barat/Timur/Selatan/LuarJakarta
5. No. Telp
: Rumah………….HP…..…………………………
6. Anak ke
:………………Jumlah saudara kandung...………..
7. Dalam 2 bulan terakhir, apakah kamu mengalami kejadian di rumah yang membuatmu sangat tertekan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Perceraian orangtua b. Salah satu atau kedua orangtua meninggal c. Anggota keluarga sakit berat atau meninggal dunia d. Pindah rumah e. Orangtua mengalami PHK f. Lainnya, sebutkan……………………………….. g. Tidak ada. 8. Dalam 2 bulan terakhir, apakah kamu mengalami kejadian di sekolah yang membuatmu sangat tertekan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Menghadapi ujian b. Diganggu oleh senior c. Pindah sekolah d. Mendapatkan hukuman dari guru e. Berpisah dengan sahabat f. Lainnya, sebutkan……………………………….. g. Tidak ada.
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) Kuesioner tentang Gejala Gastrointestinal pada Anak, Versi Rome III (QPGS-RIII) (Diadaptasi dari Kuesioner tentang Gejala Gastrointestinal pada Anak, Walker, CaplanDover, & Rasquin-Weber, 2000)
Instruksi Kuesioner ini tentang sistem pencernaan (esofagus, lambung, usus kecil, dan usus besar) dan masalah yang dapat terjadi pada organ pencernaan tersebut. Masalah-masalah tertentu itu dapat kamu alami dan ada juga masalah-masalah lain yang tidak kamu alami. Jawablah semua pertanyaan sebaik mungkin. Jika kamu memiliki pertanyaan, asisten peneliti akan senang untuk membantu!
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) Bagian A. Nyeri dan Rasa Tidak Nyaman di Perut Bagian Atas di Atas Pusar
Daerah yang diarsir pada gambar di bawah ini menunjukkan area DI ATAS pusar di mana anak-anak kadang-kadang mengalami sakit, nyeri, atau rasa tidak nyaman. Beberapa kata untuk rasa ini adalah sakit perut, mual, kembung, merasa penuh (sebah), atau tidak lapar setelah makan sangat sedikit.
Di Atas Pusar Pertanyaan-pertanyaan pada bagian ini adalah tentang rasa sakit dan rasa tidak nyaman DI ATAS pusar yang mungkin kamu alami dalam 2 bulan terakhir. Anak-anak dapat mengalami rasa sakit dan rasa tidak nyaman di lebih dari satu daerah pada perut mereka. Pada bagian yang berbeda dari kuesioner ini, Kamu akan ditanya tentang daerah di sekitar dan di bawah pusar.
1. Dalam 2 bulan terakhir, seberapa sering kamu mengalami rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di perut bagian atas di atas pusar? 0. ____ Tidak pernah 1. ____ 1 sampai 3 kali dalam sebulan 2. ____ Sekali dalam seminggu 3. ____ Beberapa kali dalam seminggu 4. ____ Setiap hari
Jika tidak mengalami rasa nyeri atau rasa tidak nyaman APAPUN di atas pusar dalam 2 bulan terakhir, silahkan langsung ke Bagian B.
2. Manakah dari yang berikut ini yang kamu rasakan di atas pusar? (Kamu dapat mencentang satu atau lebih dari satu jawaban.) a. Nyeri 0. ___ Tidak b. Mual 0. ___ Tidak c. Kembung 0. ___ Tidak d. Merasa penuh 0. ___ Tidak e. Tidak merasa lapar setelah makan sangat sedikit 0. ___ Tidak
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
1. ___ Ya 1. ___ Ya 1. ___ Ya 1. ___ Ya 1. ___ Ya
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) 3. Dalam 2 bulan terakhir, seberapa serius rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di perut bagian atas di atas pusar yang kamu alami? 1. ____ Ringan 2. ____ Sedang (antara ringan dan sakit) 3. ____ Sakit 4. ____ Sakit sekali 4. Ketika kamu merasa nyeri atau merasa tidak nyaman di atas pusar, berapa lama kamu merasakannya? 1. ____ Kurang dari satu jam 2. ____ 1 sampai 2 jam 3. ____ 3 sampai 4 jam 4. ____ Sebagian besar waktu 5. ____ Sepanjang waktu 5. Sudah berapa lama kamu merasakan nyeri atau merasa tidak di atas pusar? 1. ____ 1 bulan atau kurang 2. ____ 2 bulan 3. ____ 3 bulan 4. ____ 4 sampai 11 bulan 5. ____ 1 tahun atau lebih
3 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) Lingkari angka untuk jawaban setiap pertanyaan di bawah ini.
0% dari hari
25% dari hari
50% dari hari
75% dari hari
100% dari hari
Pada 2 bulan terakhir, ketika kamu merasa nyeri atau merasa tidak nyaman di atas pusar, seberapa sering
Tidak pernah
Sesekali
KadangKadang
Sering
Selalu
6. Rasa nyeri atau tidak nyaman menjadi sembuh setelah kamu buang air besar?
0
1
2
3
4
7. Feses kamu lebih lembut dan lebih lembek atau encer dari biasanya?
0
1
2
3
4
8. Feses kamu lebih keras atau bergumpal-gumpal dari biasanya?
0
1
2
3
4
9. Kamu buang air besar lebih banyak dari biasanya?
0
1
2
3
4
10. Kamu buang air besar lebih sedikit dari biasanya?
0
1
2
3
4
11. Perutmu merasa kembung?
0
1
2
3
4
12. Kamu mengalami sakit kepala?
0
1
2
3
4
13. Kamu sulit tidur?
0
1
2
3
4
14. Kamu merasa nyeri pada lengan, kaki, atau punggung?
0
1
2
3
4
15. Kamu merasa lemah atau pusing?
0
1
2
3
4
16. Kamu tidak masuk sekolah atau menghentikan kegiatan?
0
1
2
3
4
4 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) Bagian B. Nyeri Perut atau Sakit Perut di Sekitar atau di Bawah Pusar Pertanyaan-pertanyaan dalam bagian ini adalah tentang area di SEKITAR dan di BAWAH pusar. Area ini diarsir pada gambar di bawah ini. Anak-anak kadang-kadang merasa sakit perut atau nyeri di area ini. Nyeri perut kadang-kadang lebih ringan dari sakit perut. Beberapa anak menyebut rasa sakit atau nyeri pada perut sebagai "sakit perut".
Di Sekitar Pusar
Di Bawah Pusar
1. Dalam 2 bulan terakhir, seberapa sering kamu mengalami rasa nyeri atau sakit perut di sekitar atau di bawah pusar? 0. ____ Tidak pernah 1. ____ 1 sampai 3 kali dalam sebulan 2. ____ Sekali dalam seminggu 3. ____ Beberapa kali dalam seminggu 4. ____ Setiap hari
Jika tidak mengalami rasa nyeri atau sakit perut APAPUN di sekitar atau di bawah pusar dalam 2 bulan terakhir, silahkan langsung ke Bagian C. 2. Dalam 2 bulan terakhir, seberapa serius rasa nyeri di sekitar atau di bawah pusar yang Anda alami? 1. ____ Ringan 2. ____ Sedang (antara ringan dan sakit) 3. ____ Sakit 4. ____ Sakit sekali
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) 3. Ketika kamu merasa nyeri atau merasa tidak nyaman di sekitar atau di bawah pusar, berapa lama kamu merasakannya? 1. ____ Kurang dari satu jam 2. ____ 1 sampai 2 jam 3. ____ 3 sampai 4 jam 4. ____ Sebagian besar waktu 5. ____ Sepanjang waktu 4. Sudah berapa lama kamu merasakan nyeri atau sakit perut di sekitar atau di bawah pusar? 1. ____ 1 bulan atau kurang 2. ____ 2 bulan 3. ____ 3 bulan 4. ____ 4 sampai 11 bulan 5. ____ 1 tahun atau lebih
Lingkari angka untuk setiap jawaban pertanyaan di bawah ini.
0% dari hari
25% dari hari
50% dari hari
75% dari hari
100% dari hari
Pada 2 bulan terakhir, ketika kamu merasa nyeri atau sakit perut di sekitar atau di bawah pusar, seberapa sering
Tidak pernah
Sesekali
KadangKadang
Sering
Selalu
5. Rasa nyeri atau sakit perut menjadi sembuh setelah kamu buang air besar?
0
1
2
3
4
6. Feses kamu lebih lembut dan lebih lembek atau encer dari biasanya?
0
1
2
3
4
7. Feses kamu lebih keras atau bergumpal-gumpal dari biasanya?
0
1
2
3
4
8. Kamu buang air besar lebih banyak dari biasanya?
0
1
2
3
4
Kamu buang air besar lebih sedikit dari biasanya?
0
1
2
3
4
10. Perutmu merasa kembung ?
0
1
2
3
4
9.
6 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
FORMULIR LAPORAN DIRI UNTUK ANAK-ANAK DAN REMAJA (USIA 10 TAHUN DAN LEBIH) Lingkari angka untuk setiap jawaban pertanyaan di bawah ini.
0% dari hari
25% dari hari
50% dari hari
75% dari hari
100% dari hari
Pada 2 bulan terakhir, ketika kamu merasa nyeri atau sakit perut di sekitar atau di bawah pusar, seberapa sering
Tidak pernah
Sesekali
KadangKadang
Sering
Selalu
11. Kamu mengalami sakit kepala?
0
1
2
3
4
12. Kamu sulit tidur?
0
1
2
3
4
13. Kamu merasa nyeri pada lengan, kaki, atau punggung?
0
1
2
3
4
14. Kamu merasa lemah atau pusing?
0
1
2
3
4
15. Kamu tidak masuk sekolah atau menghentikan kegiatan?
0
1
2
3
4
16. Pada tahun lalu, berapa kali kamu mengalami nyeri yang parah di sekitar pusar yang berlangsung 2 jam atau lebih dan membuat kamu berhenti melakukan semua hal yang sedang kamu lakukan? 0. ____ Tidak pernah (jika tidak pernah, langsung ke bagian selanjutnya) 1. ____ 1 kali 2. ____ 2 kali 3. ____ 3 sampai 5 kali 4. ____ 6 kali atau lebih 16a. Selama rasa nyeri yang parah itu, apakah kamu mengalami salah satu dari yang berikut ini? a. Tidak nafsu makan 0. ___ Tidak 1. ___ Ya b. Merasa mual di perut 0. ___ Tidak 1. ___ Ya c. Muntah 0. ___ Tidak 1. ___ Ya d. Kulit pucat 0. ___ Tidak 1. ___ Ya e. Sakit kepala 0. ___ Tidak 1. ___ Ya d. Mata sensitif terhadap cahaya. 0. ___ Tidak 1. ___ Ya 16 b. Di antara rasa nyeri yang parah yang datang, apakah kamu kembali ke kondisi kesehatan biasa selama beberapa minggu atau lebih lama? 0. ____ Tidak 1. ____ Ya
7 Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Lampiran 6
KUESIONER UNTUK ORANGTUA/WALI SURVEI ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR RISIKO SAKIT PERUT BERULANG PADA SISWA SMP DI JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Petunjuk pengisian: 1. Jawablah pertanyaan dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Tidak ada jawaban yang salah, yang diharapkan adalah jawaban yang jujur. 3. Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya. AYAH Nama
: ……………………………………………………
Usia
: ……………………………………………………
Alamat rumah
:Jl………RT….RW….Kelurahan….. Kecamatan… Jakarta Pusat/Utara/Barat/Timur/Selatan/Luar Jakarta
No. Telp
: Rumah…………….HP……………………………
Pendidikan terakhir
:tidaksekolah/SD/SMP/SMAatausederajat/S1/S2/S3
Pekerjaan
: …………………………………………………….
Penghasilan/bulan
: a. kurang dari Rp. 1.100.000,b. Antara Rp. 1.100.000,- sampai Rp. 5.000.000,c. Lebih dari Rp. 5.000.000,-
IBU Nama
: ……………………………………………………
Usia
: ……………………………………………………
Alamat rumah
:Jl………RT….RW….Kelurahan….. Kecamatan… Jakarta Pusat/Utara/Barat/Timur/Selatan/Luar Jakarta
No. Telp
: Rumah…………….HP……………………………
Pendidikan terakhir
:tidaksekolah/SD/SMP/SMAatausederajat/S1/S2/S3
Pekerjaan
: …………………………………………………….
Penghasilan/bulan
: a. kurang dari Rp. 1.100.000,b. Antara Rp. 1.100.000,- sampai Rp. 5.000.000,c. Lebih dari Rp. 5.000.000,-
Universitas Indonesia Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Terjemahan dari Bahasa Inggris
Modul Sakit Perut Fungsional 1. Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di tengah dada Anda (yang tidak berhubungan dengan masalah jantung)?
2. Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami rasa panas di dada (rasa tidak nyaman atau panas seperti terbakar di dada Anda)?
3. Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami rasa sakit atau rasa panas di perut bagian tengah, di atas pusar tapi bukan di dada Anda?
4. Apakah Anda mengalami rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar selama 6 bulan atau lebih? 5. Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengalami rasa tidak nyaman atau sakit bagian manapun dari perut Anda?
6. Apakah Anda hanya mengalami rasa sakit (bukan rasa tidak nyaman atau campuran dari rasa tidak nyaman dan rasa sakit)?
0. Tidak pernah 1. Kurang dari satu hari dalam satu bulan 2. Satu hari dalam satu bulan 3. Dua hingga tiga hari dalam satu bulan 4. Satu hari dalam satu minggu 5. Lebih dari satu hari dalam satu minggu 6. Setiap hari 0. Tidak pernah 1. Kurang dari satu hari dalam satu bulan 2. Satu hari dalam satu bulan 3. Dua hingga tiga hari dalam satu bulan 4. Satu hari dalam satu minggu 5. Lebih dari satu hari dalam satu minggu 6. Setiap hari 0. Tidak pernah → 1. Kurang dari satu hari dalam satu bulan 2. Satu hari dalam satu bulan 3. Dua hingga tiga hari dalam satu bulan 4. Satu hari dalam satu minggu 5. Lebih dari satu hari dalam satu minggu 6. Setiap hari 0. Tidak 1. Ya 0. Tidak pernah → 1. Kurang dari satu hari dalam satu bulan 2. Satu hari dalam satu bulan 3. Dua hingga tiga hari dalam satu bulan 4. Satu hari dalam satu minggu 5. Lebih dari satu hari dalam satu minggu 6. Setiap hari 1. Tidak pernah atau jarang 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. Sebagian besar waktu 5. Selalu
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Langsung ke pertanyaan 5
Abaikan pertanyaanpertanyaan berikutnya
Terjemahan dari Bahasa Inggris 7. Untuk wanita: Apakah rasa tidak nyaman atau rasa sakit ini timbul hanya selama Anda menstruasi dan tidak pada waktu lainnya?
0. 1. 2.
8. Bila Anda mengalami rasa sakit tersebut, seberapa sering hal tersebut membatasi atau menghalangi kegiatan sehari-hari Anda (misalnya, pekerjaan, kegiatan rumah tangga, dan kegiatan sosial)?
1. 2. 3. 4. 5.
9. Apakah Anda mengalami rasa tidak nyaman atau rasa sakit ini selama 6 bulan atau lebih?
0. Tidak 1. Ya
10. Apakah rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar ini terjadi dan kemudian benar-benar menghilang pada hari yang sama?
0. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 5. 0.
11. Biasanya, seberapa parah rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar di perut bagian tengah, di atas pusar Anda?
12. Apakah ini rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar ini dipengaruhi oleh makan? 13. Apakah rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar ini membaik atau berhenti setelah buang air besar atau kentut? 14. Ketika rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar ini mulai terasa, apakah Anda biasanya memiliki perubahan dalam frekuensi buang air besar (baik lebih sering atau lebih jarang)? 15. Ketika rasa sakit atau rasa panas seperti terbakar ini mulai terasa, apakah feses Anda biasanya menjadi lebih lembut atau lebih keras? 16. Dalam 3 bulan terakhir, seberapa sering Anda merasakan nyeri, sakit, atau tekanan pada anus atau rektum ketika Anda tidak sedang buang air besar?
1. 2. 0 1. 2. 3. 4. 0. 1. 2. 3. 4. 0. 1. 2. 3. 4. 0. 1. 2. 3. 4.
Tidak Ya Tidak berlaku karena saya telah mengalami perubahan dalam hidup saya (menopause) atau saya laki-laki Tidak pernah atau jarang Kadang-kadang Sering Sebagian besar waktu Selalu
Tidak pernah atau jarang Kadang-kadang Sering Sebagian besar waktu Selalu Sangat ringan Ringan Sedang Parah Sangat parah Tidak dipengaruhi oleh makan Lebih sakit setelah makan Membaik setelah makan Tidak pernah atau jarang Kadang-kadang Sering Sebagian besar waktu Selalu Tidak pernah atau jarang Kadang-kadang Sering Sebagian besar waktu Selalu Tidak pernah atau jarang Kadang-kadang Sering Sebagian besar waktu Selalu Tidak pernah → Kurang dari satu hari dalam satu bulan Satu hari dalam satu bulan Dua hingga tiga hari dalam satu bulan Satu hari dalam satu minggu
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014
Abaikan pertanyaanpertanyaan berikutnya
Terjemahan dari Bahasa Inggris 5.
18. Apakah rasa sakit pada anus dan rektum terjadi dan kemudian benar-benar menghilang pada hari yang sama?
0. 1.
Lebih dari satu hari dalam satu minggu Setiap hari Dari 20 detik hingga 20 menit dan kemudian menghilang sepenuhnya Lebih dari 20 menit dan hingga beberapa hari atau lebih lama lagi Tidak Ya
19. Apakah rasa nyeri, sakit atau tekanan di saluran anus atau rektum mulai terasa lebih dari 6 bulan lalu?
0. 1.
Tidak Ya
17. Berapa lama rasa nyeri, sakit atau tekanan itu berlangsung?
6. 1.
2.
Faktor yang…, Anjar Setiani, FK UI, 2014