FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2012 Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh : Ade Sulistyawan 108104000015
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2012 M
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Nama
: ADE SULISTYAWAN
Tempat, Tanggal Lahir
: Kebumen, 14 Maret 1990
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Persada Raya, Blok H.3 no.20, RT 06 RW 08 Kel. Gembor, Kec. Periuk, Kota Tangerang
Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
Telepon
: 085692322305
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Al - Hikmah Kota Tangerang 2. SD Negeri Gebang Raya I 3. SMP Negeri 12 Tangerang 4. SMA Negeri 8 Tangerang 5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
:
1. Staff Ahli Divisi Infokom BEMJ Ilmu Keperawatan tahun 2009-2010. 2. Ketua Departemen Kesenian dan Olahraga BEMF Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010-2011.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. H. Achmad Ghalib, MA, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4. Dra.
Farida
Hamid,
Mpd,
selaku
Pembantu
Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK). 6. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM, selaku pembimbing akademik penulis yang selalu memotivasi penulis untuk selalu bersemangat dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Nia Damiati, S. Kp, MSN, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini, terutama dalam hal konsep, gagasan dasar dan teori yang menunjang penelitian ini. 8. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini terutama dalam hal metode penelitian dan konsep statistika. 9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
10. Segenap jajaran staf dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN. 11. Kepala Sekolah SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. 12. Orang tua tercinta (Bapak Suyadi dan Ibu Turyati), serta Adik (Nurul Istiqomah) yang telah memberikan perhatian, kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan motivasi tiada hentinya kepada penulis. 13. Sri Fitdiyah Ningsih yang telah banyak membantu dan menjadi teman berdiskusi serta tukar pikiran yang baik selama proses perkuliahan dan pembuatan skripsi ini. 14. Teman-teman di semua jurusan di FKIK yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan di kampus. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu’alaikum wr.wb
Jakarta, Oktober 2012
Ade Sulistyawan
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Oktober 2012 Ade Sulistyawan, NIM : 108104000015 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 xxvii + 138 halaman, 21 tabel, 3 gambar, 4 lampiran Abstrak Data menunjukkan perilaku merokok remaja saat ini cenderung meningkat, usia mulai merokokpun semakin bergeser ke usia yang lebih muda. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan pada bulan Maret 2012 menunjukkan 35% siswa SMPN 3 Tangerang Selatan usia 11-14 tahun sudah mulai menjadi perokok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian berjumlah 288 siswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang merokok sebanyak 64 siswa (22,2%). Berdasarkan hasil analisa uji statistik didapatkan variabel yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa adalah jenis kelamin (p=0,000), pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000), tindakan (p=0,000), merasa kesulitan dalam pelajaran (p=0,000), ingin terlihat keren (p=0,000), ingin diterima dalam pergaulan (p=0,015), ingin mencoba merokok (p=0,000), orang tua yang merokok (p=0,000), saudara serumah yang merokok (p=0,001), teman yang merokok (p=0,006), dan pengaruh iklan rokok (p=0,000). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah sarana dan prasarana (p=0,428). Guna menurunkan angka remaja yang merokok perlu dilakukan beberapa usaha oleh pihak terkait, seperti pembuatan regulasi yang mengatur reklame iklan rokok di tempat umum, penjualan rokok kepada anak dibawah umur, edukasi sejak dini dan berkelanjutan tentang rokok serta bahaya yang ditimbulkannya dan membentuk grup diskusi untuk membicarakan masalah yang dialami siswa sehingga berguna mengurangi angka merokok karena alasan psikologis. Kata kunci : Merokok, Remaja Daftar bacaan : 39 (1988 – 2012)
ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF NURSING Undergraduated Thesis, October 2012 Ade Sulistyawan, NIM : 108104000015 Factors Associated With Student’s Smoking Behavior At Public Junior High School (SMPN) 3 South Tangerang City Year 2012 xxvii + 138 pages, 21 tables, 3 images, 4 attachments Abstract Nowadays adolescent’s smoking behavior tends to increase, and smokers behavior shifted from older age of smoker to a younger one. Preliminary studies conducted in SMPN 3 South Tangerang City on March 2012 showed that 35% of students ages 11-14 years has started to become smokers. This research’s purpose to see factors associated with student’s smoking behavior at SMPN 3 South Tangerang City. The design is a quantitative study, with cross sectional approach. The research was conducted on June 2012 at SMPN 3 South Tangerang City. The number of samples in this study were 288 students. The data was collected using self-questionnaires. The data obtained and processed with statistical chi square test. The results of study showed that students who smoked as many as 64 students (22.2%). Based on the analysis of statistical tests known variables associated with smoking behavior of students are gender (p=0.000), knowledge (p=0.000), attitude (p=0.000), action to people’s smoking behavior around them (p=0.000), feel difficulty in learning (p=0.000), wants to look cool (p=0.000), wants to be accepted socially (p=0.015), wants to try smoking (p=0.000), parents smoking behavior (p=0.000), siblings smoking behavior (p=0.001), friends smoking behavior (p=0.006), and the influence of tobacco advertising (p=0,000). Variable that not related is the availability of facilities (0.428). In order to reduce the number of teens smoker, all relevant parties have to do some effort, such as tighten the regulations of tobacco advertising billboards in public areas, cigarettes selling, early and continuum education about cigarette and it dangers, in addition developing groups’ discussion to talk about the problems experienced by students will also useful to reduce smoking rates caused by psychological reasons. Keywords : Smoking, Adolescent Reference : 39 (1988 - 2012)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iv RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v KATA PENGANTAR .................................................................................... vi ABSTRAK...................................................................................................... ix ABSTRACT ................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xx DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xxiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 9 C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 10 D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10 1. Tujuan Umum ........................................................................... 10 2. Tujuan Khusus .......................................................................... 11 E. Manfaat Penelitian................................................................................ 11 F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 12
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13 A. Remaja ................................................................................................. 13 1. Definisi ..................................................................................... 13 2. Klasifikasi dan Pembagian Usia ................................................ 14 3. Tahap Perkembangan Remaja ................................................... 16 4. Karakteristik Masa Remaja ....................................................... 19 5. Perubahan Sosial pada Masa Remaja ........................................ 24 B. Merokok............................................................................................... 26 1. Perilaku Merokok ..................................................................... 26 2. Tahapan Perilaku Merokok ....................................................... 29 3. Klasifikasi Perilaku Merokok .................................................... 32 4. Jenis Rokok .............................................................................. 33 5. Motif Perilaku Merokok............................................................ 34 6. Dampak Perilaku Merokok ....................................................... 36 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja ..................................................................................... 37 C. Penelitian Terkait ................................................................................. 47 D. Kerangka Teori .................................................................................... 49 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......... 52 A. Kerangka Konsep ................................................................................. 52 B. Hipotesis .............................................................................................. 53 C. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ...................................... 55 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 61 A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................... 61
xii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 61 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 62 D. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) .............................................. 64 E. Teknik Pengambilan Data..................................................................... 65 F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 65 G. Proses Pengambilan Data ..................................................................... 70 H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................................... 71 I. Rancangan Analisa Data ....................................................................... 72 1. Analisis Univariat ..................................................................... 72 2. Analisis Bivariat ....................................................................... 72 J. Pengolahan Data................................................................................... 73 1. Editing ...................................................................................... 73 2. Coding ...................................................................................... 73 3. Data Entry ................................................................................ 74 4. Cleaning ................................................................................... 74 K. Etika Penelitian .................................................................................... 74 1. Prinsip Etik ............................................................................... 74 2. Informed Consent ..................................................................... 75 BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 77 A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 77 1. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ................. 77 2. Gambaran Umum Individu........................................................ 78 B. Analisis Statistik................................................................................... 79 1. Analisis Univariat ........................................................................... 79
xiii
a) Gambaran Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .................................................................. 79 b) Gambaran Karakteristik Siswa yang Merokok di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 79 c) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 83 1) Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................................................... 84 2) Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................ 85 3) Gambaran Tingkat Sikap Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................................................... 85 4) Gambaran Tingkat Tindakan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................................................... 86 5) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran ................................................ 86 6) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok ........................................................... 87 7) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren .................................................................. 87
xiv
8) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan ..................................... 87 9) Gambaran Karakteristik Sarana dan Prasarana Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................ 88 10) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok .................................... 88 11) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok.......................... 89 12) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok .......................................... 89 13) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok ......................................... 90 2. Analisis Bivariat ............................................................................. 90 a) Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...................................... 90 b) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 91 c) Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 93
xv
d) Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 94 e) Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 96 f) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ......................................................................................... 97 g) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ......................................................................................... 98 h) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 100 i) Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................... 101 j) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 102 k) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 104
xvi
l) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 105 m) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 107 BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................... 110 A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 110 B. Analisis Univariat ................................................................................. 110 1. Perilaku Merokok .................................................................... 110 C. Analisis Bivariat ................................................................................... 112 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...................................... 112 2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 114 3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 115 4. Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012......................................... 117 5. Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 119
xvii
6. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ......................................................................................... 121 7. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ......................................................................................... 123 8. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 125 9. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................... 127 10. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 128 11. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................. 130 12. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 131 13. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................................................... 133
xviii
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 135 A. Kesimpulan .......................................................................................... 135 B. Saran .................................................................................................... 138 1. Bagi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ..................................... 138 2. Bagi Instansi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan ................. 138 3. Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................... 138
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................xxiv LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran .................................. 55 Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .......................................................................... 79 Tabel 5.2 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Lama Merokok ....... 80 Tabel 5.3 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari ................................................................................ 80 Tabel 5.4 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Tempat untuk Merokok .......................................................................................... 81 Tabel 5.5 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jenis Rokok yang Dihisap ............................................................................................ 81 Tabel 5.6 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Merek Rokok yang Dihisap ............................................................................................ 82 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Karakterisik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ...................................................................................... 83 Tabel 5.8 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................................ 90 Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 92 Tabel 5.10 Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 93 Tabel 5.11 Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........................................................ 95
xx
Tabel 5.12 Hubungan Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........ 96 Tabel 5.13 Hubungan Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ............................................. 97 Tabel 5.14 Hubungan Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 99 Tabel 5.15 Hubungan Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ........ 100 Tabel 5.16 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 101 Tabel 5.17 Hubungan Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 103 Tabel 5.18 Hubungan Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ....................... 104 Tabel 5.19 Hubungan Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 106 Tabel 5.20 Hubungan Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ................................. 107
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Precede-Proceed (Green, 1991) ........................................... 27 Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian............................................................. 51 Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 52
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data
xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sejak dua dekade yang lalu WHO telah menetapkan tanggal 31 Mei 1988 sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya perhatian dunia, terutama kalangan kesehatan terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Meningkatnya perhatian ini juga disebabkan oleh tren yang menunjukkan perilaku merokok di beberapa negara berkembang termasuk Indonesia cukup tinggi, bahkan ada kecenderungan semakin meningkat (Aditama dan Bernida, 1995). Tren peningkatan perilaku merokok ini diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi dan produksi rokok yang tinggi. Menurut Bank Dunia yang dikutip Depkes RI tahun 2002, konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari konsumsi rokok di seluruh dunia (Alamsyah, 2009). Data United States Department of Agriculture (USDA) tahun 2002 juga menyebutkan Indonesia mengkonsumsi rokok sebanyak 182 miliar batang rokok per tahunnya. Angka ini menempatkan Indonesia di posisi kelima dunia dalam jumlah konsumsi rokok per tahun, sesudah Cina (1.697,3 miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia (375,0 miliar batang) dan Jepang (299,1 miliar batang). Jika dilihat secara aggregate, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-
1
2
2000, dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000 (Depkes, 2004). Lebih dari separuh (52,3%) perokok rata-rata menghisap 1-10 batang rokok per hari dan sekitar 20% sebanyak 11-20 batang per hari (Depkes 2010). Tingginya angka konsumsi rokok diperkirakan dapat membunuh 500 juta orang setiap tahunnya di dunia, dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak dan remaja (Alamsyah, 2009). Fakta ini sebenarnya tidak mengejutkan, karena sejumlah studi juga menyebutkan sebagian besar perilaku merokok dimulai di usia remaja (Doe dan DeSanto, 2009). Menurut data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) hampir sebanyak 24% remaja di mempunyai akses terhadap rokok sejak usia di bawah 10 tahun (GYTS, 2002). Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, sehingga mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Leventhal dan Cleary, 1980 dalam Nasution, 2007). Menurut hasil survey yang dilaksanakan oleh GYTS di Jakarta, Bekasi, dan Medan, didapatkan bahwa di Jakarta sebanyak 34,2 % murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 16,6 % saat ini masih merokok. Terdapat 33,4 % murid sekolah usia SMP di Bekasi pernah merokok dan sebanyak 17,1 % saat ini masih merokok. Demikian halnya di Medan, sebanyak 39,7 % murid sekolah usia SMP pernah merokok dan sebanyak 20,9 % saat ini masih merokok (Aditama, 2004).
3
Data Riskesdas tahun 2010 juga menunjukkan bagaimana pola kebiasaan merokok yang ada di Indonesia, dimana usia pertama kali mulai merokok yang paling banyak adalah usia 15-19 tahun (43,3%) disusul usia 10-14 tahun (17,5%), dan rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun (Depkes, 2010). Data ini menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi jika dibandingkan data Riskesdas tahun 2007. Salah satu peningkatan data yang signifikan adalah data usia pertama kali mulai merokok, pada tahun 2007 rata-rata masyarakat Indonesia yang mulai merokok sejak usia 10-14 tahun adalah 10,5%, sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 17,5%. Kecenderungan peningkatan jumlah perokok remaja dan semakin mudanya usia mulai merokok tersebut menjadi keprihatinan tersendiri karena membawa konsekuensi jangka panjang yang nyata yakni dampak negatif rokok itu sendiri terhadap kesehatan. Dampak negatif konsumsi rokok bagi kesehatan telah diketahui sejak dahulu. Ada ribuan artikel yang membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Saat ini semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa disadari terus menumpuk zat toksik dan karsinogenik tersebut (Depkes, 2011).
4
Dibalik tinginya angka remaja yang terpapar asap rokok, kita juga dihadapkan pada kenyataan yang lebih memprihatinkan lagi adalah dimana banyak remaja berpikir bahwa merokok tidak akan menimbulkan efek pada tubuh mereka sampai mereka mencapai usia middle age. Padahal faktanya hampir 90 persen remaja yang merokok secara reguler dilaporkan sudah mulai merasakan efek negatif jangka pendek dari rokok (Doe dan DeSanto, 2009). Beberapa penelitian mengatakan efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok tidak hanya efek jangka panjang berupa penyakit kronis, tapi juga efek jangka pendek yang dapat berupa peningkatan stress, bronkospasme, batuk,
peningkatan
denyut
jantung,
peningkatan
tekanan
darah
(hipertensi), penyakit periodontal (rongga mulut), hingga ulkus peptikum (Doe dan DeSanto, 2009). Seseorang yang pertama kali mengkonsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual, namun demikian, sebagian dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari konsep tobacco depency (ketergantungan tembakau). Artinya, perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini disebabkan oleh sifat nikotin yang adiktif, jika dihentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stres (Tandra, 2003 dalam Nasution, 2007).
5
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa satu dari dua perokok yang merokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata-rata perokok yang memulai merokok pada usia remaja akan meninggal pada usia setengah baya, sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan hidup normal. Para perokok yang terus merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang bukan perokok (Nasution, 2007). Berbagai efek negatif yang diakibatkan oleh rokok ini secara langsung dan tidak langsung sudah terbukti dapat mengganggu perkembangan & pertumbuhan remaja. Hal ini disadari oleh pemerintah, sehingga semakin meningkatkan usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencegah peredaran rokok pada remaja. Salah satu usaha terhadap pembatasan rokok di kalangan remaja tercantum dalam sasaran Riskesdas 2010, yaitu menurunnya prevalensi perokok serta meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat umum (Depkes, 2010). Selain tercantum dalam sasaran umum Riskesdas, saat ini sudah banyak pemerintah daerah yang mulai merintis peraturan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di wilayahnya, salah satunya adalah pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan. Diberlakukannya kebijakan dan peraturan yang tegas terhadap rokok ini seharusnya membuat perilaku merokok di kalangan remaja, dalam hal ini adalah siswa SMP dan SMA semakin berkurang, namun kenyataannya tidak demikian dan cenderung sebaliknya. Kenyataan di lapangan peneliti
6
melihat langsung masih banyak siswa SMP dan SMA di wilayah Kota Tangerang Selatan, khususnya Kecamatan Ciputat yang merokok di sekitar wilayah sekolah, bahkan saat masih menggunakan seragam sekolahnya. Seperti pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 Maret 2012 terhadap 14 siswa laki-laki SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang dipilih secara acak, menunjukkan 5 dari 14 siswa atau sekitar 35,71% mengaku sudah mulai merokok aktif. Baik sebagai perokok regular maupun kadang-kadang, dengan rata-rata 3 batang per hari. Perilaku siswa yang sudah mulai aktif merokok ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Remaja mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007). Oskamp (1984) dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasanalasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan penerimaan. Graham dalam Ogden (2000) menyatakan bahwa efek positif dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu individu dalam menghadapi masalah yang sulit (Nasution, 2007). Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei terhadap para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa
7
bosan, stres dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja. Sedangkan di Indonesia, jenis kelamin juga merupakan faktor penting terhadap perilaku merokok. Suhardi (1997) menyatakan bahwa perilaku merokok lebih dominan pada laki-laki dan sedikit perempuan yang merokok terkait dengan kultur yang kurang menerima perempuan yang berperilaku merokok. Alamsyah (2009) dalam penelitiannya menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok pada remaja diantaranya adalah pengetahuan remaja terhadap rokok, pengaruh lingkungan sosial, sarana dan prasarana yang tersedia dan alasan psikologis. Faktor-faktor ini mampu mempengaruhi perilaku merokok pada remaja karena menurut Alamsyah (2009) masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruhpengaruh negatif. Remaja lebih meniru kepada apa yang dia lihat atau dia dengar dari orang lain. Pada masa ini remaja menghadapi konflik tentang apa yang mereka lihat dan apa yang mereka pandang tentang struktur tubuh yang ideal (Wong, dkk, 2009). Melihat berbagai fenomena diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja dalam hal ini adalah siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Alasan dipilihnya SMPN 3 Kota Tangerang Selatan karena lokasinya berada di wilayah yang banyak terdapat kos-kosan mahasiswa dan karyawan. Dimana perilaku merokok mahasiswa dan karyawan diperkirakan juga dapat menjadi “referensi” siswa SMPN 3
8
Kota Tangerang Selatan untuk mulai mencoba rokok. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wong, dkk (2009) bahwa remaja lebih meniru kepada apa yang dia lihat atau dia dengar dari orang lain. Selain itu, peneliti merasa tertarik melakukan penelitian terhadap siswa SMP karena melihat beberapa penilitian sebelumnya yang terkait mengenai perilaku merokok pada remaja rata-rata dilakukan terhadap siswa SMA dan mahasiswa. Padahal menurut statistik dan fenomena di lapangan, usia remaja yang mulai merokok cenderung semakin bergeser menjadi lebih muda. Sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena ini. Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian tesis yang dilakukan oleh Rika Mayasari Alamsyah, yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007”. Subjek remaja pada penelitian ini adalah siswa SMA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, serta zat berbahaya dalam rokok tidak menyebabkan remaja memutuskan untuk tidak merokok, namun faktor lingkungan sosial yaitu pengaruh teman merokok, orang tua merokok, saudara serumah merokok dan iklan rokok mendorong remaja untuk merokok. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok secara statistik menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil studi diatas selaras dengan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 14 siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan,
9
diketahui faktor dominan yang membuat mereka ingin merokok adalah faktor lingkungan sosial, terutama ajakan teman.
B. Rumusan Masalah Data menunjukkan perilaku merokok remaja saat ini cenderung meningkat, usia mulai merokokpun semakin bergeser ke usia yang lebih muda. Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2012 menunjukkan 35% siswa SMPN 3 Tangerang usia 11-14 tahun sudah mulai menjadi perokok. Perilaku merokok remaja ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian sebelumnya menunjukkan faktor utama yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan sosial, seperti pengaruh keluarga yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan rokok. Hal ini menjadi
keprihatinan
tersendiri
karena
banyak
penilitian
yang
membuktikkan bahwa rokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan. Sebelumnya sudah banyak ditemukan penelitian yang membahas perilaku merokok remaja dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya. Namun rata-rata penelitian tersebut meneliti siswa SMA & mahasiswa, sementara menurut statistik dan fenomena di lapangan, usia remaja yang mulai merokok cenderung semakin bergeser menjadi lebih muda. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan ketertarikan peneliti untuk meneliti mengenai apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja, dalam hal ini adalah siswa SMP.
10
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran perilaku merokok siswa di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ? 2. Bagaimana hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang rokok dan alasan psikologis dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ? 3. Bagaimana hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors), yaitu pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ? 4. Bagaimana hubungan antara faktor pendukung/pemungkin (enabling factors), yaitu adanya sarana & prasarana, seperti uang saku untuk membeli rokok dan adanya tempat untuk membeli rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan ?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
11
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran siswa yang merokok di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. b. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja tentang rokok dan alasan psikologis dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. c. Mengetahui hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors), yaitu pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan rokok terhadap perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. d. Mengetahui
hubungan
antara
faktor
pendukung/pemungkin
(enabling factors), yaitu adanya sarana & prasarana, seperti uang saku untuk membeli rokok dan adanya tempat untuk membeli rokok terhadap perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun cara yang lebih efektif untuk penyuluhan kesehatan tentang merokok pada siswa SMP.
12
2. Bagi masyarakat, khususnya guru dan orang tua yang memiliki anak remaja dapat dijadikan bahan masukan dan pengetahuan dalam pencegahan dan atau pengawasan perilaku merokok remaja. 3. Bagi peneliti untuk mengembangkan kemampuan menulis serta masukan untuk penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara beberapa faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan perilaku merokok remaja, dalam hal ini adalah siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metodologi penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berusia 11-14 tahun. Sampel yang menjadi responden dalam penelitian berjumlah 288 siswa, yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Data primer dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner terkait perilaku merokok remaja dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja 1. Definisi Kata “remaja” merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Kintoko, 2004). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Menurut sebagian besar masyakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007). Piaget (1969) dalam Hurlock (1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Nasution, 2007). Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) juga menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
13
14
Alamsyah (2009) juga menyebutkan bahwa masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan seks. Menurut Soetjiningsih (2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2006). Disimpulkan dari beberapa definisi di atas bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial serta bertambahnya tuntutan masyarakat.
2. Klasifikasi dan Pembagian Usia Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para ahli. Stone dan Church (1973) dalam Alamsyah (2009) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa pubertas hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia yang dibolehkan
15
untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah. Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal dua puluhan. Menurut Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Masa remaja menurut WHO adalah antara 10-19 tahun (WHO, 2009). Sedangkan menurut Monks (1992) dalam Nurhayati (2009) masa remaja berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Sarwono (2006) menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik). b. Banyak masyarakat Indonesia menganggap usia 11 tahun sudah dianggap akhil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria seksual).
16
c. Usia 11 tahun dianggap remaja karena mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan
jiwa
seperti
tercapainya
identitas diri (ego identity) (Erikson, 1963 dalam Muscari, 2005),
tercapainya
fase
genital
dari
perkembangan
psikoseksual (Freud, 1905 dalam Wong, 2009), dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget, 1969 dalam Atherton, 2011) maupun moral (Kohlberg, 1968 dalam Wong, 2009). d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua. Merujuk definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Oleh karena itu defenisi remaja di sini dibatasi khusus untuk orang yang belum menikah.
3. Tahap Perkembangan Remaja Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) maka terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
17
a. Remaja awal (12-15 tahun) Tahap ini remaja masih merasa heran terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan
ini
ditambah
dengan
berkurangnya
pengendalian terhadap ego dan menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. b. Remaja madya (15-18 tahun) Tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada kecenderungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya. c. Remaja akhir (18-21 tahun) Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian : 1) Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
18
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain
dan
mendapatkan
pengalaman-
pengalaman baru. 3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti
dengan
keseimbangan
antara
kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
Havighurst (1948) dalam Hurlock (1999) menyatakan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja adalah (Nasution, 2007): a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orangorang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karir ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
19
4. Karakteristik Masa Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) menerangkan beberapa ciri masa remaja adalah sebagai berikut : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Disebut periode yang penting karena akibat fisik dan karena akibat psikologis. Sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun merupakan tahun yang penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang terjadi terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. b. Masa remaja sebagai periode transisi Dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain, status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan karena status tersebut memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
20
menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya. c. Masa remaja sebagai periode perubahan Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap dan perilaku. Hal ini berarti saat perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya.
Hurlock
(1999)
dalam
Nasution
(2007)
menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa remaja, yaitu: 1) Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode masa remaja. 2) Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses pematangan seksual membuat individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka. 3) Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan oleh lingkungan sosial dapat menimbulkan masalah baru dan lebih banyak dibandingkan masa sebelumnya. Hal ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri yang menyelesaikan menurut keinginannya.
21
4) Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang dianggap penting pada masa sebelumnya menjadi tidak penting lagi di masa remaja. Masa ini mulai dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas. 5) Ambivalen terhadap perubahan, pada masa remaja individu menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab akan akibat yang terjadi. d. Masa remaja sebagai masa bermasalah Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanak-kanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun para guru sehingga remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap masalah yang terjadi; (ii) para remaja merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Ketidakmampuan ini banyak kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan pada remaja terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
22
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari standar kelompok dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok. Lambat laun individu remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya, jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh orang lain. Saat yang sama individu juga tetap mempertahankan identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Stereotip
yang
telah
dibangun
masyarakat
dalam
menggambarkan citra diri remaja, lambat laun dianggap sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sangat bernilai, tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya menjadi sesuatu yang bernilai negatif.
23
Stereotip yang mengatakan remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal. g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja melihat dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan sebagaimana adanya, terlebih lagi dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah. Remaja tersebut akan sakit hati dan kecewa apabila ada orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan keluarganya. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk menciptakan kesan bahwa mereka akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian dan bertindak seperti dewasa dirasakan belum memadai. Oleh sebab itu remaja mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa,
seperti
merokok,
minum-minuman
keras,
24
menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat
dalam
perbuatan seks.
5. Perubahan Sosial Pada Masa Remaja Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima menjadi anggota kelompok lebih besar (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007). Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007) : a. Teman dekat Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain.
25
b. Kelompok kecil Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya, terdiri dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis kelamin. c. Kelompok besar Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya. Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka. d. Kelompok yang terorganisasi Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar. e. Kelompok geng Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
26
B. Merokok 1. Perilaku Merokok Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert behavior), demikian pula aktivitasaktivitas tersebut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif. Chaplin (1999) dalam Nasution (2007) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Lawrence Green (1991) dalam Herawani (2001) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar lingkungan (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor. a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tindakan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya (Herawani, 2001).
27
b. Faktor-faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan (Herawani, 2001). c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan faktor yang menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Herawani, 2001).
Lawrence
Green
(1991)
mengemukakan
teori
yang
menggambarkan hubungan pendidikan kesehatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seperti pada gambar di bawah Precede Fase 5 : Adiministrasi & Diagnosis Peraturan
ini : Fase 4 : Edukasi & Diagnosis Organisasi
Fase 3 : Perilaku & Diagnosis Lingkungan
Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi
Fase 1 : Diagnosis Sosial
Promosi Kesehatan
Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Pendidikan Kesehatan Peraturan Kebijakan Organisasi
Fase 6 : Implementasi
Proceed
Perilaku & Faktor Pemungkin
Cara Hidup
Kesehatan
(Enabling Factors) Faktor Pendorong
Lingkungan
(Reinforcing Factors)
Fase 7 : Evaluasi Proses
Fase 8 : Evaluasi Dampak
Fase 9 : Evaluasi Hasil
Gambar 2.1. Teori Precede-Proceed (Green, Health Promotion Planning and Education and Environment Approach, Institute of Health Promotion Research University of British Columbia, 1991)
Kualitas Hidup
28
Menurut bagan diatas, kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh predisposing, reinforcing dan enabling factors, dimana ketiga faktor ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991 dalam Nasution, 2007). Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun juga. Poerwadarminta (1995) dalam Nasution (2007) mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990 dalam Nasution, 2007). Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya (Levy, 1984 dalam Nasution, 2007).
29
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya, perilaku ini secara umum dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin atau pendukung dan faktor pendorong.
2. Tahapan Perilaku Merokok Perilaku merokok tidak terjadi secara kebetulan, karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary (1980) dalam Kintoko (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu : a. Tahap Persiapan Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan dengan rokok yang
30
menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu yang prestis, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok. b. Tahap Inisiasi Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang remaja hanya mencoba merokok 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary (1980 dalam Kintoko, 2004) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
31
c. Tahap Menjadi Seorang Perokok Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep, belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya. d. Tahap Tetap Menjadi Perokok Tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktorfaktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
32
3. Klasifikasi Perilaku Merokok Bustan (2007) mengelompokkan perokok menjadi 3 kategori berdasarkan jumlah rokok yang dihisap, yaitu : a. Perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok kurang dari 10 batang perhari. b. Perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 10-20 batang perhari. c. Perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari. Menurut Tomkins (1962) dalam Mu’tadin (2002) ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory, yaitu (Nasution, 2007) : a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. 1) Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. 2) Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. 3) Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok. b.
Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif. Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas,
33
gelisah,
rokok
dianggap
sebagai
penyelamat.
Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak. c. Perilaku merokok yang adiktif. Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya rokok yang dihisap, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.
4. Jenis Rokok Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih, rokok kretek dan cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin dimana kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan (Purnama, 1998 dalam Alamsyah, 2009).
34
Rokok kretek memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan nikotinnya dari rokok putih. Sedangkan cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun tembakau kering yang digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin cerutu paling besar dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama, 1998 dalam Alamsyah, 2009).
5. Motif Perilaku Merokok Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif seseorang merokok terbagi menjadi dua motif utama, yaitu (Nasution, 2007) : a. Faktor Psikologis Pada umumnya faktor-faktor tersebut tentang ke dalam lima bagian, yaitu : 1) Kebiasaan Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negatif ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. 2) Reaksi emosi yang positif Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan
35
kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan
(kebanggaan
diri)
dan
menunjukkan
kedewasaan. 3) Reaksi untuk penurunan emosi Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain. 4) Alasan sosial Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya. 5) Kecanduan atau ketagihan Seseorang
merokok
karena
mengaku
telah
mengalami kecanduan. Kecanduan terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya mencoba-coba rokok, tetapi akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut karena kebutuhan tubuh akan nikotin. b. Faktor biologis Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secara biologis
36
Selain motif-motif diatas, individu juga dapat merokok dengan alasan sebagai alat dalam mengatasi stres (koping) (Sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007). Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres yang mereka alami, semakin besar stres yang dialami, semakin banyak rokok yang mereka konsumsi (Nasution, 2007).
6. Dampak Perilaku Merokok Ogden (2000) dalam Nasution (2007) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu : a. Dampak Positif Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Ogden (2000) dalam Nasution (2007) menyatakan bahwa perokok meyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit (Nasution, 2007). Smet (1994) dalam Nasution (2007) menyebutkan keuntungan merokok
(terutama
bagi
perokok)
yaitu
mengurangi
ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan. b. Dampak negatif Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan (Ogden, 2000 dalam
37
Nasution, 2007). Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong
munculnya
jenis
penyakit
yang
dapat
mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit di kepala sampai dengan penyakit di telapak kaki, antara lain (Sitepoe, 2000) : penyakit
kardiolovaskular,
neoplasma
(kanker),
saluran
pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok pada Remaja Sejumlah studi menyebutkan sebagian besar perilaku merokok dimulai di usia remaja (Doe dan DeSanto, 2009). Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) hampir sebanyak 25% remaja di GYTS mempunyai akses terhadap rokok sejak usia di bawah 10 tahun (GYTS, 2002). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bagaimana pola merokok yang ada di Indonesia, dimana rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dengan persentase penduduk yang
38
mulai merokok tiap hari terbanyak pada umur 15-19 tahun (Depkes, 2010). Beberapa hasil penelitian terhadap perilaku merokok remaja berikut ini didapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok remaja. Menurut Alamsyah (2009) ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: a. Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan b. Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman. c. Faktor
psikologis,
yakni
merokok
dapat
dianggap
meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok (Alamsyah, 2009). Disamping itu ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku merokok, yaitu adalah pengetahuan tentang rokok, pengaruh iklan dan sarana yang mendukung perilaku merokok (Alamsyah, 2009). Pengetahuan sangat berpengaruh karena pengetahuan menentukan sikap dan tindakan remaja terhadap perilaku merokok orang-orang yang ada di sekitarnya serta upaya pencegahan rokok (Alamsyah, 2009). Berikut ini adalah definisi dari pengetahuan, sikap dan tindakan menurut Notoatmodjo (2007) :
39
a. Pengetahuan (Knowledge) Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku dikembangkan menjadi tiga tingkat yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkat, yaitu : 1) Tahu (Know) yang diartikan seseorang itu hanya menggunakan memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. 2) Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasi materi tersebut yang benar. 3) Aplikasi
(Application)
yang
diartikan
sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis
(Synthesis)
menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
40
bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemapuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. b. Sikap (Attitude) Sikap adalah merupakan reaksi atau respon sesorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1) Menerima (Receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespon (Responding) adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resikop adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
41
c. Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan nyata (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, anatara lain adalah fasilitas. Adapun tingkat praktek / tindakan yaitu : 1) Persepsi (Perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon terpimpin (Guided Respons) yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 3) Mekanisme
(Mechanism)
menunjukkan
apabila
seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis ataupun sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. 4) Adaptasi (Adaptation) yaitu merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnya adalah pengaruh iklan. Iklan yang dilakukan oleh industri rokok mempunyai kekuatan finansial yang sangat besar untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat memasuki kehidupan
42
masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus dan sekolah yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan
yang
menyajikan
keindahan
alam,
kebugaran,
kesuksesan. padahal rokok itu sendiri dapat menyebabkan polusi yang mencemarkan lingkungan dan merusak kesehatan (Alamsyah, 2009). Faktor selanjutnya adalah sarana dan prasarana yang berupa uang saku dan tersedianya tempat membeli rokok. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin (Alamsyah, 2009). Pendapat ini juga di dukung oleh Hussin dan Mariani (2004) yang mengatakan salah satu faktor remaja merokok adalah karena rokok mudah didapat. Mu’tadin (2002) dalam Nasution (2007) juga menyebutkan beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja meliputi : a. Pengaruh orang tua Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua
tidak
begitu
memperhatikan
anak-anaknya
43
dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. b. Pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan temantemannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan
yang
terjadi,
pertama
remaja
tersebut
terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok. c. Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) dalam Nasution (2007) yang
44
menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah. d. Pengaruh iklan Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Pendapat selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja dikemukakan oleh Sarafino (1994) dalam Nasution (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu : a. Faktor Biologis Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1995) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi. b. Faktor Psikologis Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi saat mendapatkan kesulitan dalam belajar, menghalau rasa kantuk,
mengakrabkan
suasana
sehingga
timbul
rasa
persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan
45
berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari. c. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan
sosial
berpengaruh
terhadap
sikap,
kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. d. Faktor Demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994 dalam Nasution, 2007). Sedangkan di Indonesia, jenis kelamin merupakan faktor penting terhadap perilaku merokok. Suhardi (1997) dalam majalah dunia kedokteran menyatakan bahwa perilaku merokok lebih dominan pada laki-laki dan sedikit perempuan yang merokok terkait dengan kultur yang kurang menerima perempuan yang berperilaku merokok. e. Faktor Sosial-Kultural Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994 dalam Nasution, 2007). f. Faktor Sosial Politik Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negaranegara berkembang seperti Indonesia, karena di negara maju
46
pemerintahnya menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orangorang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanyekampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok (Smet, 1994 dalam Nasution, 2007).
Menurut Hussin dan Mariani (2004), terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab kenapa remaja ingin merokok. Pada mulanya mereka merokok karena untuk senang-senang dan rasa ingin tahu yang seterusnya berlanjut pada ketagihan merokok. Ada remaja yang berpendapat bahwa yang mempengaruhi mereka untuk merokok adalah karena menurut mereka, merokok dapat membuat mereka menjadi keren dan unik. Faktor-faktor lain adalah karena mereka ingin menjadi dewasa, merokok merupakan tren atau budaya pada masa kini, supaya remaja diterima teman-teman, ibu dan bapak yang tidak peduli jika remaja merokok, remaja berpendapat merokok sebagai suatu tanda kebebasan dan perilaku merokok tidak salah dari segi moral. Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok remaja, faktor-faktor tersebut yaitu faktor demografis, faktor lingkungan sosial, faktor psikologis, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu predisposing, reinforcing dan enabling factors.
47
C. Penelitian Terkait 1. Muhamad Fariz Iqbal (2008) dengan judul “Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel 107 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil analisis bivariat menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p = 0,000), pengetahuan (p = 0,020), dan faktor teman (p = 0,033) dengan perilaku merokok responden. Selain itu, tidak ada hubungan yang signifikan antara umur (p = 0,470), sikap (p = 0,185), dan faktor keluarga (p = 0,715) dengan perilaku merokok responden. 2. Rika Mayasari Alamsyah (2009) dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007”. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 408 remaja setingkat SMA yang tersebar di Kota Medan. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling stratified random sampling 2 tingkat (strata). Hasil penelitian menunjukkan rasio prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan iklan rokok 1,42. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di
48
Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok remaja. Status penyakit periodontal secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan. 3. Andri (2009) dengan judul “Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Di Kalangan Pelajar SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta 2009”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik
dengan
menggunakan
sectional. Sampel penelitian adalah pelajar
rancangan
cross
kelas dua SMP
Muhammadiyah 8 Yogyakarta baik itu yang merokok ataupun tidak merokok yang berjumlah 64 pelajar, menggunakan data primer dan data sekunder. Pengukuran perilaku merokok dan dukungan teman sebaya dengan perilaku merokok dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor teman sebaya dengan perilaku merokok dikalangan pelajar SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta. hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 pada α = 5 persen, Adapun besarnya hubungan dapat dilihat dari nilai PR = 3,630 (95% CI : 1,748-7,535) artinya responden yang memiliki perilaku merokok sangat mempengaruhi/mendukung teman sebayanya untuk berperilaku merokok yaitu 3,630 kali dibandingkan dengan responden yang tidak merokok dalam mempengaruhi teman sebayanya untuk berperilaku merokok dan secara statistik dapat dikatakan bermakna.
49
4. Tarianna Ginting (2011) dengan judul “Pengaruh Iklan Rokok Di Televisi Terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP Di SMP Swasta Dharma Bakti Medan Tahun 2011”. Penelitian bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Iklan Rokok di Televisi terhadap Perilaku Merokok Siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang diambil secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan rokok berpengaruh terhadap perilaku merokok siswa SMP di SMP Swasta Dharma Bakti Medan.
Secara umum yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terkait diatas adalah tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel yang diteliti dan lokasi penelitian. Beberapa penelitian terkait diatas digunakan sebagai data dasar dalam penelitian ini, terutama dalam pemilihan variabel yang akan di teliti dan pembuatan instrumen penelitian (kuesioner).
D. Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan kerangka teori dari Green yaitu Model Teori Precede-Proceed, khususnya fase 3 dan fase 4. Menurut model teori dari L. Green (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
50
remaja dibagi menjadi tiga, yaitu predisposing, enabling, dan reinforcing factors. Adapun yang termasuk faktor predisposisi (predisposing factors) alasan remaja merokok adalah jenis kelamin, pengetahuan remaja tentang rokok, sikap remaja terhadap perilaku merokok di serkitarnya, dan tindakan yang dilakukan remaja terhadap perilaku merokok disekitarnya dan alasan psikologis. Faktor pendukung/pemungkin (enabling factors) yang menjadi alasan remaja merokok adalah tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku merokok, seperti : adanya uang saku untuk membeli rokok, adanya tempat untuk membeli rokok, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Terakhir, faktor pendorong (reinforcing factors) dalam alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok dan pengaruh iklan rokok.
51
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja :
1. Faktor Predisposisi : - Pengetahuan - Sikap - Tindakan - Kepercayaan - Nilai - Nilai 2. Faktor Pemungkin : - Fasilitas - Sarana & Prasarana 3. Faktor Pendorong : - Perilaku Petugas Kesehatan - Orang Tua - Teman Sebaya Green (1991) 1. Faktor Biologis 2. Faktor Psikologis 3. Faktor Lingkungan 4. Faktor Demografis 5. Faktor Sosio-Kultural 6. Faktor Sosial Politik (Sarafino, 1994 dalam Nasution, 2007)
Perilaku Merokok
1. Merokok 2. Tidak Merokok
1. Pengaruh Orang Tua 2. Pengaruh Teman 3. Faktor Kepribadian 4. Pengaruh Iklan Mu’tadin (2002) dalam Nasution (2007) 1. Faktor Farmakologis 2. Faktor Sosial 3. Faktor Psikologis 4. Pengetahuan 5. Iklan Media 6. Sarana & Prasarana Alamsyah (2009) Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian (Green (1991), (Sarafino, 1994), Mu’tadin (2002), Nasution (2007), Alamsyah (2009) )
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu faktor pengetahuan, sikap, tindakan, faktor alasan psikologis, faktor sarana dan prasarana dan pengaruh lingkungan sosial (Mu’tadin, 2002; Nasution, 2007; Alamsyah, 2009). Variabel Independen (X) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok Remaja : ------------------------------------------------------------------------------------------A. Predisposing Factors : 1. Jenis Kelamin (Sarafino, 1994) (X1) 1. Pengetahuan (Green, 1991) & (Alamsyah, 2009) (X2) 2. Sikap (Green, 1991) (X3) 3 Tindakan (Green, 1991) (X4) 4. Alasan Psikologis : (Alamsyah, 2009) - Merasa kesulitan dalam pelajaran (Sarafino, 1994) (X5) - Ingin terlihat keren (Hussin & Mariani, 2004) (X6) - Ingin diterima dalam pergaulan (Sarafino, 1994) & (Leventhal dan Cleary, 1980) (X7) - Ingin mencoba merokok (Mu’tadin, 2002) (X8) B. Enabling Factors :
Variabel Dependen (Y) Perilaku Merokok (Y) ----------------------------------1. Merokok
2. Tidak Merokok
1. Sarana dan Prasarana (Green, 1991) & (Alamsyah, 2009) (X9) C. Reinforcing Factors : 3. Pengaruh Lingkungan Sosial : - Orang Tua yang merokok (Mu’tadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X10) - Saudara serumah yang merokok (X11) - Teman yang merokok (Mu’tadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X12) - Pengaruh Iklan rokok (Mu’tadin, 2002) & (Alamsyah, 2009) (X13) Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian (Green,1991; Sarafino, 1994 ;Mu’tadin,2002;Nasution, 2007; Alamsyah,2009)
52
53
B. Hipotesis 1. Ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 2. Ada hubungan pengetahuan remaja tentang rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 3. Ada hubungan sikap remaja terhadap rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 4. Ada hubungan tindakan remaja terhadap perilakumerokok di sekitarnya dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 5. Ada hubungan alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 6. Ada hubungan alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 7. Ada hubungan alasan psikologis : ingin diterima dalam pergaulan dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 8. Ada hubungan alasan psikologis : ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 9. Ada hubungan sarana dan prasarana dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 10. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 11. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
54
12. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 13. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : iklan rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
55
B. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran
No
1.
Variabel
Remaja :
Teknik Definisi Operasional
Pengukuran
Anak yang berstatus pelajar
Pengisian
SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
Kuesioner
Alat Ukur
Kategori
Skala
Kuesioner
11-14 tahun
Rasio
dan berusia 11-14 tahun.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Remaja :
A. Predisposing Factors :
1. Jenis Kelamin (X1)
Aplikasi gender yang disandang
Pengisian
oleh responden
Kuesioner
Kuesioner
0. Laki-Laki 1. Perempuan
Nominal
56
2. Pengetahuan (X2)
Tingkat pengetahuan responden
Pengisian
tentang rokok secara umum,
Kuesioner
Kuesioner
0. Kurang Baik
Ordinal
1. Baik
termasuk bahaya rokok dan kandungan zat dalam rokok.
2. Sikap (X3)
Tingkat tanggapan, perasaan
Pengisian
setuju dan tidak setuju responden
Kuesioner
Kuesioner
0. Kurang Baik
Ordinal
1. Baik
terhadap perilaku merokok.
3. Tindakan (X4)
Praktek responden dalam
Pengisian
kehidupan sehari-hari terhadap
Kuesioner
Kuesioner
0. Kurang Baik
Ordinal
1. Baik
perilaku merokok orang-orang yang ada di sekitarnya.
2. Alasan Psikologis :
Motif yang mendorong responden untuk mulai merokok, terdiri atas :
- Merasa kesulitan dalam pelajaran (X5)
Situasi yang dianggap
Pengisian
menyulitkan oleh remaja dalam
Kuesioner
mengikuti pelajaran.
Kuesioner
0. Ya 1. Tidak
Ordinal
57
- Ingin mencoba merokok (X6)
- Ingin terlihat keren (X7)
Perasaan penasaran untuk
Pengisian
mencoba mulai merokok.
Kuesioner
Keinginan untuk dianggap lebih
Pengisian
unik dan berbeda dibanding teman
Kuesioner
Kuesioner
0. Ya
Ordinal
1. Tidak
Kuesioner
0. Ya
Ordinal
1. Tidak
lain.
- Ingin diterima dalam pergaulan (X8)
Keinginan untuk dapat bergabung
Pengisian
untuk bersosialisasi dengan
Kuesioner
Kuesioner
0. Ya
Ordinal
1. Tidak
kelompok tertentu yang responden suka.
C. Enabling Factors :
3. Sarana dan Prasarana (X9) :
Hal-hal yang dapat mendukung
Pengisian
perilaku merokok responden,
Kuesioner
terdiri dari ketersediaan uang saku
Kuesioner
0. Tersedia 1. Kurang tersedia
Ordinal
58
dan tempat membeli rokok.
B. Reinforcing Factors :
4. Pengaruh Lingkungan Sosial :
Situasi lingkungan sosial responden yang memungkinkan untuk mempengaruhi perilaku merokok responden, terdiri atas :
- Orang tua yang merokok (X10)
Orang tua atau yang dianggap
Pengisian
orang tua responden yang
Kuesioner
Kuesioner
0. Ada
Nominal
1. Tidak
memiliki kebiasaan merokok.
- Saudara serumah yang merokok (X11)
Saudara kandung atau kerabat
Pengisian
dekat yang tinggal dalam satu
Kuesioner
rumah yang memiliki kebiasaan merokok.
Kuesioner
0. Ada 1. Tidak
Nominal
59
- Teman yang merokok (X12)
Teman sepermainan atau
Pengisian
sekelompok yang memiliki
Kuesioner
Kuesioner
0. Ada
Nominal
1. Tidak
kebiasaan merokok.
- Pengaruh Iklan rokok (X13)
Iklan yang menarik perhatian dan
Pengisian
mendorong untuk akhirnya bisa
Kuesioner
Kuesioner
0. Ada
Nominal
1. Tidak
mempengaruhi keinginan responden terhadap rokok.
3.
Perilaku Merokok (Y)
Sesuatu yang dilakukan seseorang
Pengisian
berupa membakar dan
Kuesioner
Kuesioner
0. Merokok
Nominal
1. Tidak Merokok
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya
a. Merokok
Remaja yang merokok minimal 1
Pengisian
batang per hari atau sedikitnya
Kuesioner
pernah merokok selama 6 bulan terakhir.
Kuesioner
Nominal
60
b. Tidak Merokok
Remaja yang tidak pernah
Pengisian
merokok atau diluar kriteria
Kuesioner
Kuesioner
perokok.
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran
Nominal
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei analitik. Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Kota Tangerang Selatan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012
61
62
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, populasi penelitian adalah seluruh siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 2. Sampel Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a) Siswa aktif SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang berusia 1114 tahun b) Sehat jasmani dan rohani c) Bersedia menjadi responden penelitian Jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda 2 proporsi :
n=
√
(
)
√
Keterangan : n
= Besar sampel = Derajat kemaknaan dengan
5% = 1,96
63
= Kekuatan Uji 95% = 1,64 P1
= Proporsi hubungan antara pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan baik dengan kasus remaja merokok di kota Medan (34% = 0,34) (Alamsyah, 2009)
P2
= Proporsi hubungan antara pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan tidak baik dengan kasus remaja merokok di kota Medan (15% = 0,15) (Alamsyah, 2009) =
=
= 0,245
Berdasarkan perhitungan sebagai berikut :
n=
√
(
)
√
n=
√
√
n=
√
√
n=
√
n=
√
64
n=
n=
n= n = 130,8 ≈ 131 responden
Jumlah sampel dikalikan 2, karena menggunakan uji hipotesis beda 2 proporsi. Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah : 131 x 2 = 262. Untuk menghindari sampel yang drop out maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel di atas. Cadangan : 10% x 262 = 26 maka total sampel adalah 262 + 26 = 288. Sehingga sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 288 responden.
D. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling) Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, yaitu suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila populasinya tidak homogen yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata secara proporsional (Hidayat, 2008). Cara penentuan responden didapat dari daftar absensi siswa seluruh kelas setiap tingkat lalu peneliti mengambil secara acak nomor absen siswa di setiap kelas hingga terpenuhi kuota sampel yang diinginkan.
65
E. Teknik Pengambilan Data .Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Masing-masing responden diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan. Sebelum dilakukan pengisian kuesioner, terlebih dahulu peneliti memberikan petunjuk pengisian kuesioner.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup memuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan dibagi menjadi menjadi 3 bagian, yaitu kuesioner mengenai data demografi responden, kuesioner mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok responden, dan terakhir adalah kuesioner mengenai perilaku merokok itu sendiri. Untuk menentukan kriteria dari variabel pengetahuan, sikap, tindakan, dan
sarana dan prasarana peneliti menggunakan rumus deskriptif
persentase. Rumus deskriptif persentase digunakan untuk menampilkan data-data kualitatif (angka) ke dalam kalimat (Sudjana, 2001). Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data/skor, setelah data terkumpul kemudian data dianalisis secara analisis deskriptif persentase dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung persentase untuk tiap kategori jawaban yang ada pada masing-masing variabel.
66
2. Menghitung persentase tiap jawaban responden untuk analisis deskriptif dengan rumus : DP =
x 100%
Nilai persentase yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan kriteria presentase untuk dideskriptifkan dan ditarik kesimpulan untuk menentukan kriteria (Sudjana, 2001). Berikut ini adalah kisi-kisi atau gambaran dari instrumen penelitian atau kuesioner ini : 1. Data Demografi Responden Bagian ini terdapat 3 pertanyaan yang harus diisi oleh responden, meliputi umur, kelas, dan jenis kelamin responden. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Bagian ini dibagi lagi menjadi 6 sub bagian berdasarkan variabel, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan, alasan psikologis, sarana dan prasarana dan faktor pendorong (reincforcing factors). Pertanyaan yang terdapat dalam sub bagian pengetahuan, sikap, tindakan, dan sarana dan prasarana menggunakan skala Guttman, dimana skala ini menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggirendah, baik-buruk, dan seterusnya (Djaali dan Muljono, 2007). Pada sub-bagian pertanyaan tentang variabel pengetahuan terdapat 6 pertanyaan, dimana dibagi menjadi pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif terdapat dalam pertanyaan nomor 1,3,5, pertanyaan negatif terdapat pada
67
pernyataan 2,4,6. Jika jawaban responden tepat pada pernyataan positif maupun negatif maka diberi skor 2, namun apabila jawaban responden tidak tepat pada kedua pernyataan tersebut maka diberi skor 1. Sehingga jumlah skor maksimum adalah 12, dan jumlah skor minimum adalah 6. Pengetahuan responden dikategorikan “baik” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 75% - 100% dari total skor maksimum, atau 9 - 12 poin. Sementara kategori “kurang baik” diberikan jika skor yang diperoleh < 9 poin. Sub-bagian pertanyaan tentang variabel sikap terdapat 5 pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan positif. Pilihan jawaban dibagi menjadi 5 pilihan berdasar pendapat responden, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Jika responden menjawab Sangat Setuju, poin yang di dapat adalah 5, skor dari tiap pilihan berikutnya adalah 4, 3, 2, 1. Jumlah skor maksimum adalah 25 dan minimum 5. Sikap responden dikategorikan “baik” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 60% - 100% dari total skor maksimum, atau 15 - 25 poin. Sementara kategori “kurang baik” diberikan jika skor yang diperoleh < 15 poin. Selanjutnya adalah sub-bagian pertanyaan tentang variabel tindakan terdapat 6 pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan positif terhadap tindakan yang dilakukan responden untuk pencegahan rokok. Pilihan jawaban dibagi menjadi 3. Jika responden menjawab pilihan yang paling tepat maka skornya
68
adalah 3, dan selanjutnya 2, dan 1. Tindakan responden dikategorikan “baik” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 66,67% - 100% dari total skor maksimum, atau 12 - 18 poin. Sementara kategori “kurang baik” diberikan jika skor yang diperoleh <12 poin. Bagian
selanjutnya
adalah
pertanyaan
tentang
alasan
psikologis. Bagian ini terdapat sub-bagian dengan pertanyaannya masing-masing. Pertama adalah pertanyaan tentang variabel “Merasa kesulitan dalam pelajaran” pertanyaan tentang variabel ini ada 3 pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan negatif. Pilihan jawaban dibagi menjadi 5 pilihan berdasar pendapat responden, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Jika responden menjawab Sangat Setuju, poin yang di dapat adalah 1, skor dari tiap pilihan berikutnya adalah 2, 3, 4, 5. Jumlah skor maksimum adalah 15 dan minimum 3. Responden dikategorikan “Tidak” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 60% - 100% dari total skor maksimum, atau 9 - 15 poin. Sementara kategori “Ya” diberikan jika skor yang diperoleh < 9 poin. Selanjutnya adalah pertanyaan tentang variabel “Ingin mencoba merokok”, “Ingin terlihat keren”, dan “Ingin diterima dalam
pergaulan” masing-masing variabel memiliki 2 pertanyaan, semua pertanyaan adalah pernyataan negatif. Pilihan jawaban dibagi menjadi 5 pilihan berdasar pendapat responden, yaitu Sangat
69
Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Jika responden menjawab Sangat Setuju, poin yang di dapat adalah 1, skor dari tiap pilihan berikutnya adalah 2, 3, 4, 5. Jumlah skor maksimum adalah 10 dan minimum 2. Responden dikategorikan “Tidak” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 60% - 100% dari total skor maksimum, atau 6 - 10 poin. Sementara kategori “Ya” diberikan jika skor yang diperoleh <6 poin. Berikutnya adalah sub-bagian pertanyaan tentang variabel sarana dan prasarana. Sub-bagian ini terdapat 3 pertanyaan, pertanyaan pertama adalah mengenai uang saku responden, jika uang sakunya > Rp. 10.000, maka skor yang didapat adalah 2, jika ia menjawab < Rp. 10.000 maka skor yang didapat adalah 1. Pertanyaan kedua adalah mengenai jarak rumah responden dari tempat yang menjual rokok, jika jaraknya < 2 km, maka skor yang didapat adalah 2, jika ia menjawab > 2 km maka skor yang didapat adalah 1. Pertanyaan ketiga adalah pertanyaan dengan pilihan jawaban, jika ia menjawab a maka skor yang ia dapat adalah 2 jawaban b maka skornya adalah 1. Jumlah skor maksimum adalah 6 dan minimum 3. Variabel ini dikategorikan “tersedia sarana dan prasarana” jika jumlah skor yang diperoleh berada dalam rentang 75% - 100% dari total skor maksimum, atau 5 - 6 poin. Sementara kategori “kurang tersedia sarana dan prasarana” diberikan jika skor yang diperoleh <5 poin
70
Bagian selanjutnya adalah pertanyaan tentang variabel faktor pendorong (reinforcing factors). Semua petanyaan pada bagian ini tidak menggunakan sistem skoring yang menentukan tingkatan benar-salah, karena skala yang digunakan adalah skala nominal. Semua jawaban yang dijawab bertujuan mengetahui karakteristik responden. 3. Perilaku Merokok Bagian ini adalah pertanyaan tentang variabel perilaku merokok responden. Semua petanyaan pada bagian ini tidak menggunakan sistem skoring yang menentukan tingkatan benarsalah, karena skala yang digunakan adalah skala nominal. Semua jawaban
yang
dijawab
bertujuan
mengetahui
karakteristik
responden.
G. Proses Pengambilan Data Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu : 1. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan izin kepada pihak Dinas Kesehatan setempat dan sekolah yang bersangkutan untuk mengadakan penelitian. 2. Melakukan pendataan absen setiap kelas untuk pengambilan sampel. 3. Menjelaskan tujuan dan manfaat responden.
penelitian kepada calon
71
4. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda tangani oleh calon responden, jika calon responden setuju untuk menjadi subjek penelitian. 5. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner. 6. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner. 7. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. 8. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk diperiksa. 9. Peneliti melakukan pengolahan data.
H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen penelitian penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah instrumen yang telah melalui uji validitas dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Kuesioner ini dalam yang digunakan pada penelitian ini sudah di uji validitas dan reliabilitasnya di SMP 2 Mei. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan 30 responden untuk dijadikan sampel.
72
Hasil dari uji validitas menunjukkan semua pertanyaan yang diuji valid karena masing-masing soal memiliki nilai r > dari r tabel (0,361). Selanjutnya kuesioner ini juga reliabel, karena nilai alpha cronbach tiap variabel lebih dari 0,600.
I. Rancangan Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis
univariat
merupakan analisis
tiap
variabel
yang
dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data univariat pada penelitian ini adalah data demografi, semua faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok responden, dan perilaku merokok responden. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang bersangkutan (variabel independen dan variabel dependen). Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, tindakan, alasan psikologis, sarana dan prasarana, pengaruh orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, dan iklan rokok dengan perilaku merokok responden.
73
Teknik yang digunakan untuk analisis bivariat ini adalah uji Chi Square (x2) pada 5% dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga jika nilai p < 0,05, berarti perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji Chi Square disebut juga uji beda proporsi. Uji beda proporsi dilakukan untuk menguji hipotesis yang mana variabel yang dihubungkan berjenis kategorik (Amran, 2012).
J. Pengolahan Data Analisa data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahapan utama yaitu pengolahan data dan analisa data dengan menggunakan komputer. Analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat, analisa bivariat.. 1. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali lembar observasi yang telah diisi, pengecekan yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevansi serta konsistensi jawaban responden. Data yang belum lengkap akan dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu juga. 2. Coding, adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Misalnya 0 = laki-laki, 1 = perempuan. Kegiatan ini dilakukan apabila semua kuesioner sudah diedit atau disunting.
74
3. Data Entry, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer. 4. Cleaning, yaitu proses pengecekan kembali data-data yang telah dimasukkan untuk melihat ada tidaknya kesalahan, terutama kesesuaian pengkodean yang dilakukan. Apabila terjadinya kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai dengan hasil pengumpulan data yang dilakukan.
K. Etika Penelitian Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan
memperhatikan
aspek-aspek
self
determination,
privacy,
anonymity, confidentiality dan protection from discomfort (Streubert dan Carpenter, 1999). Peneliti juga membuat informed consent sebelum penelitian dilakukan.
1. Prinsip Etik a) Self Determination Responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani informed consent yang telah disediakan.
75
b) Privacy Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian. c) Anonymity Selama
kegiatan
penelitian
nama
responden
akan
dirahasiakan, sebagai ganti digunakan nomor responden. d) Confidentially Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian. e) Protection From Discomfort Kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti
mempersiapkan
responden
untuk
menghentikan
partisipasinya. 2. Informed Consent Sebelum siswa menyetujui berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan dan manfaat penelitian. Peneliti menjelaskan hak-hak responden untuk berhenti menjadi responden bila mendapatkan ketidaknyamanan selama penelitian. Formulir atau lembar persetujuan memuat 5 elemen penting yaitu:
76
a. Subjek penelitian diberi penjelasan yang dapat dimengerti tentang tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Prosedur, teknik yang akan dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai dijelaskan dalam penelitian. b. Subjek diberitahu mengenai manfaat yang akan didapatkan pada penelitian yang dilakukan. c. Peneliti bersedia untuk menjawab semua pertanyaan mengenai prosedur yang diajukan subjek penelitian dan bersedia memberikan penjelasan dengan lengkap tentang prosedur penelitian yang akan dilakukan. d. Subjek
penelitian
konsekuensi apapun.
dapat
mengundurkan
diri
tanpa
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum SMPN 3 Kota Tangerang Selatan SMP Negeri 3 Kota Tangerang didirikan dan memulai kegiatan belajar mengajarnya sejak tahun 1977. Sekolah ini sudah beberapa kali mengalami perubahan nama, awalnya sekolah ini berdiri dengan nama Kelas Jauh SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979, bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahun 1999 untuk kecamatan Ciputat menjadikan SMPN 1 Ciputat berubah nama menjadi SMP negeri 2 Ciputat hingga saat ini menjadi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Beralamat di Jalan Ir. H. Juanda, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas tanah 4.039 m². Sekolah ini berada tepat di samping Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, di depannya juga terdapat sekolah SMK Triguna Utama, dan dikelilingi oleh pemukiman warga. Sejak dulu SMPN 3 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah favorit di wilayah Ciputat dan sekitarnya. Selain karena lokasinya yang strategis, SMPN 3 Kota Tangerang Selatan juga sudah mengadopsi kurikulum berbasis kompetensi dan program pendidikan bersistem akselerasi dan bilingual.
77
78
Fasilitas yang dimiliki sekolah ini terbilang sangat memadai untuk menunjang proses belajar-mengajarnya, fasilitas yang ada di sekolah ini antara lain ruang kelas, area olahraga, laboratorium praktikum, perpustakaan, kantin, dan mushalla. Mengenai regulasi yang ada di sekolah ini terbilang sudah cukup baik dengan mengadopsi sistem poin, sehingga lebih objektif dalam menerapkan system reward and punishment terhadap perilaku siswa. Selain itu, dalam regulasi tentang rokok sekolah ini juga termasuk sangat baik, dilihat dari banyaknya spanduk yang berisi pesan mengenai larangan dan bahaya dari merokok.
2. Gambaran Umum Individu Terdapat 1193 orang siswa di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, terdiri dari Kelas VII yang dibagi kedalam delapan kelas reguler dan satu kelas bilingual , Kelas VIII yang dibagi kedalam sepuluh kelas reguler, dan Kelas IX yang dibagi kedalam 10 kelas reguler. Data demografi responden yang diperoleh dari penelitian terhadap siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2011 – 2012, didapatkan sebanyak 288 siswa yang menjadi responden. Terbagi kedalam kelas VII berjumlah 99 orang (34,4 %), siswa kelas VIII sejumlah 95 orang (33 %) dan siswa kelas IX sejumlah 94 orang (32,6 %). Usia dari responden minimum 12 tahun dan maksimum 14 tahun.
79
B. Analisis Statistik 1. Analisis Univariat a) Gambaran Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Variabel
n
%
a. Merokok
64
22,2
b. Tidak Merokok
224
77,8
288
100,0
Perilaku Merokok :
Jumlah
Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui
gambaran
umum
karakteristik responden berdasarkan perilaku merokok, dimana menunjukkan sebanyak 224 responden (77,8 %) responden tidak merokok. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan responden yang merokok.
b) Gambaran Karakteristik Siswa yang Merokok di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut
ini
adalah
hasil
analisis
univariat
mengenai
karakteristik siswa yang merokok di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan berdasarkan lamanya merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari, tempat yang biasa digunakan untuk merokok, jenis dan merek rokok yang biasa dihisap.
80
Tabel 5.2 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Lama Merokok
Variabel
n
%
a. Kurang dari 6 Bulan
35
54,7
b. Lebih dari 6 Bulan
29
45,3
288
100,0
Lama Merokok :
Jumlah
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang durasi atau lama merokoknya kurang dari 6 bulan, yaitu sebanyak 35 responden (54,7 %). Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang sudah merokok lebih dari 6 bulan. Tabel 5.3 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap Perhari
95 % Variabel
Mean
SD
Min-Maks
CI
Jumlah Batang
2,19
1,959
1 - 12
1,70 – 2,68
Rokok yang Dihisap Perhari
Selanjutnya pada tabel 5.3, dapat diketahui jumlah rokok yang dihisap perhari oleh siswa yang merokok. Dimana tabel tersebut menunjukkan siswa menghisap 1 – 12 batang perhari, dengan ratarata rokok yang dihisap adalah 2,19 ≈ 2 batang perhari.
81
Tabel 5.4 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Tempat untuk Merokok
Variabel
n
%
a. Rumah
3
4,7
b. Tempat Main/Tongkrongan
58
90,6
c. Lainnya
3
4,7
288
100,0
Tempat untuk Merokok :
Jumlah
Tabel 5.4 menunjukkan tempat yang biasa digunakan oleh siswa untuk merokok. Sebanyak 58 responden (90,6 %) biasa merokok di tempat main/tongkrongan, sedangkan sisanya memilih rumah dan tempat lainnya (halte dan lapangan olahraga) untuk merokok. Tabel 5.5 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Jenis Rokok yang Dihisap
Variabel
n
%
a. Rokok Putih/Filter
61
95,3
b. Kretek
3
4,7
c. Cerutu
0
0
288
100,0
Jenis Rokok yang Dihisap :
Jumlah
Tabel 5.5 menunjukkan jenis rokok yang biasa dihisap oleh siswa yang merokok. Dapat dilihat bahwa sebanyak 61 responden
82
(95,3 %) biasa menghisap jenis rokok putih/filter, angka ini jauh lebih banyak dari siswa yang biasa merokok kretek dan cerutu. Tabel 5.6 Karakteristik Siswa yang Merokok berdasarkan Merek Rokok yang Dihisap
Variabel
n
%
a. Sampoerna Mild
28
43,8
b. Gudang Garam Filter
11
17,2
c. Djarum Super
7
10,9
d. Dji Sam Soe
3
4,7
e. Dunhill Mild
3
4,7
f. Neo Mild
3
4,7
g. Sampoerna Flava
3
4,7
h. Envio Mild
2
3,1
i.
L.A Lights
2
3,1
j.
Djarum Black
1
1,6
1
1,6
64
100,0
Merk Merokok yang Dihisap :
k. U Mild Jumlah
Terakhir adalah tabel 5.6, dimana tabel ini menunjukkan karakteristik siswa yang merokok berdasarkan merek rokok yang banyak dihisap. Berdasarkan tabel diatas, merek rokok yang paling banyak dihisap oleh siswa yang merokok adalah Sampoerna Mild yaitu sebanyak 28 responden (43,8 %), jumlah ini lebih banyak daripada merek yang lainnya.
83
c) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan analisis univariat terhadap 13 variabel independen penelitian diperoleh karakteristik responden seperti pada tabel 5.7 dibawah ini : Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Karakterisik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
No 1
2
3
4
5
6
Variabel
N = 288
%
a. Laki-Laki
153
53,1
b. Perempuan
135
46,9
a. Baik
277
96,2
b. Kurang Baik
11
3,8
a. Baik
269
93,4
b. Kurang Baik
19
6,6
a. Baik
257
89,2
b. Kurang Baik
31
10,8
a. Ya
99
34,4
b. Tidak
189
65,6
a. Ya
49
17,0
b. Tidak
239
83,0
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Merasa Kesulitan dalam Pelajaran
Ingin Mencoba Merokok
84
No 7
8
9
10
11
12
13
Variabel
N = 288
%
a. Ya
90
31,3
b. Tidak
198
68,8
a. Ya
46
16,0
b. Tidak
242
84,0
a. Tersedia
266
92.4
b. Kurang Tersedia
22
7,6
a. Ada
187
64,9
b. Tidak Ada
101
35,1
a. Ada
159
55,2
b. Tidak Ada
129
44,8
a. Ada
240
83,3
b. Tidak Ada
48
16,7
a. Ada
60
20,8
b. Tidak Ada
228
79,8
Ingin Terlihat Keren
Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan
Sarana dan Prasana
Orang Tua yang Merokok :
Saudara Serumah yang Merokok :
Teman yang Merokok :
Pengaruh Iklan Rokok :
1) Gambaran Jenis Kelamin Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum jenis kelamin responden, jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan, yaitu sebanyak 153 responden (53,1 %).
85
2) Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 6 pertanyaan, skor masing-masing
pertanyaan
yang
diperoleh
responden
dijumlahkan untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu “Baik” dan “Kurang Baik”. Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat pengetahuan responden, didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 277 responden (96,2 %), jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan kurang baik.
3) Gambaran Tingkat Sikap Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Pengukuran tingkat sikap responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan 5 pertanyaan, skor masingmasing pertanyaan yang diperoleh responden dijumlahkan untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu “Baik” dan “Kurang Baik”. Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat sikap responden, didapatkan responden yang memiliki sikap baik sebanyak 269 responden (93,4 %), jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan responden dengan sikap kurang baik.
86
4) Gambaran Tingkat Tindakan Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Pengukuran tingkat tindakan responden dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan 6 pertanyaan, skor masingmasing pertanyaan yang diperoleh responden dijumlahkan untuk kemudian di kategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu “Baik” dan “Kurang Baik”. Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat tindakan responden, didapatkan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 257 responden (89,2 %), jumlah ini lebih banyak dibanding responden dengan tindakan kurang baik.
5) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran. Dimana menunjukkan bahwa 189 responden (65,6 %) tidak merasa kesulitan dalam pelajaran, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran.
87
6) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin mencoba
merokok.
Dimana
menunjukkan
bahwa
239
responden (83 %) tidak ingin mencoba merokok, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang ingin mencoba merokok.
7) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin terlihat keren. Dimana menunjukkan bahwa 198 responden (68,8 %) tidak ingin terlihat keren, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang merasa ingin terlihat keren.
8) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan Merujuk tabel 5.7 diatas, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin
88
diterima dalam semua pergaulan. Dimana menunjukkan bahwa 242 responden (84 %) merasa tidak ingin diterima dalam semua pergaulan, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang merasa ingin diterima dalam semua pergaulan.
9) Gambaran Karakteristik Sarana dan Prasarana Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum karakteristik responden berdasarkan sarana dan prasarana. Dimana menunjukkan bahwa 266 responden (92,4 %) dikategorikan tersedia sarana dan prasarana, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang tidak tersedia sarana dan prasarana.
10) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang merokok. Tabel diatas menunjukkan bahwa 187 responden (64,9 %) memiliki orang tua yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki orang tua yang merokok.
89
11) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok dapat dilihat pada tabel 5.7 diatas, dimana menunjukkan bahwa 159 responden (55,2 %) memiliki saudara serumah yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki saudara yang merokok.
12) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok, menunjukkan bahwa 240 responden (83,3 %) memiliki teman yang merokok, lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki teman yang merokok.
90
13) Gambaran Karakteristik Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : iklan rokok dapat dilihat pada tabel 5.7 diatas, dimana menunjukkan bahwa 228 responden (79,2 %) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh iklan rokok, lebih banyak daripada responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok.
2. Analisis Bivariat a) Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden lakilaki dan perempuan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.8 Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Jenis Kelamin
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Laki-Laki
57
37,3
96
Perempuan
7
5,2
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
62,7
153
100,0
128
94,8
135
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
10,857 (4,742 – 24,858)
91
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 153 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 responden (37,3 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 135 responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 responden (5,2 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang berjenis kelamin laki-laki dengan siswa yang berjenis kelamin perempuan, atau ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,857 artinya siswa yang berjenis kelamin
laki-laki
berpeluang
10,9
kali
untuk
merokok
dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan.
b) Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki pengetahuan baik dan kurang baik dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
92
Tabel 5.9 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Pengetahuan
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Kurang Baik
8
72,7
3
Baik
56
20,2
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
27,3
11
100,0
221
79,8
277
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
10,254 (2,704 – 40,958)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 11 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 8 responden (72,7 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 277 responden yang memiliki pengetahuan baik, 56 responden (20,2 %) diantaranya merokok. Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang berpengetahuan kurang baik dan baik, atau ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05).
93
Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,524 artinya siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 10,5 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan baik.
c) Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki sikap baik dan kurang baik dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.10 Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Sikap
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Kurang Baik
14
73,7
5
Baik
50
18,6
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
26,3
19
100,0
219
81,4
269
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
12,264 (4,222 – 35,623)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 19 responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 14 responden (73,7 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 269 responden yang memiliki sikap baik sebanyak 50 responden (18,6 %) diantaranya merokok.
94
Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%) sehingga Ho ditolak, berarti ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki sikap kurang baik dan baik, atau ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 12,264 artinya siswa yang memiliki sikap kurang baik berpeluang 12,3 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki sikap baik.
d) Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki tindakan baik dan kurang baik dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
95
Tabel 5.11 Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Tindakan
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Kurang Baik
23
74,2
8
Baik
41
16,0
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
25,8
31
100,0
216
84,0
257
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
15,146 (6,339 – 36,190)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 31 responden yang memiliki tindakan kurang baik sebanyak 23 responden (74,2 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 257 responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 41 responden (16 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki tindakan kurang baik dan baik, atau ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 15,146 artinya siswa yang memiliki tindakan kurang baik berpeluang 15,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki tindakan baik.
96
e) Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran dan tidak merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.12 Hubungan Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Merasa Kesulitan
Perilaku Merokok Merokok
dalam
Tidak Merokok
n
%
n
Ya
38
38,4
61
Tidak
26
13,8
64
22,2
Pelajaran
Jumlah
Jumlah N
%
61,6
99
100,0
163
86,2
183
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
3,905 (2,189 – 6,969)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 99 responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran sebanyak 38 responden (38,4 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 189 responden yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran sebanyak 26 responden (13,8 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada
97
perbedaan perilaku merokok antara siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran dan tidak merasa kesulitan dalam pelajaran, atau ada hubungan yang bermakna antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,905 artinya siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran berpeluang 3,9 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran.
f) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang ingin mencoba merokok dan tidak ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.13 Hubungan Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Ingin Mencoba
Merokok
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ya
33
67,3
16
Tidak
31
13,0
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
32,7
49
100,0
208
87,0
239
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
13,839 (6,829 – 28,044)
98
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 49 responden yang ingin mencoba merokok sebanyak
33 responden (67,3 %)
diantaranya merokok. Sedangkan dari 239 responden yang tidak ingin mencoba merokok sebanyak 31 responden (13 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin mencoba merokok dan tidak ingin mencoba merokok, atau ada hubungan yang bermakna antara ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 13,839 artinya siswa yang ingin mencoba
merokok
berpeluang
13,8
kali
untuk
merokok
dibandingkan siswa yang tidak ingin ingin mencoba merokok.
g) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang ingin terlihat keren dan tidak ingin terlihat keren dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
99
Tabel 5.14 Hubungan Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Ingin Terlihat
Merokok
Keren n
%
n
Ya
35
38,9
55
Tidak
29
14,6
64
22,2
Jumlah
Jumlah
Tidak Merokok
N
%
61,1
90
100,0
169
85,4
198
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
3,708 (2,079 – 6,614)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 90 responden yang ingin terlihat keren sebanyak 35 responden (38,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 198 responden yang tidak ingin terlihat keren sebanyak 29 responden (14,6 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin terlihat keren dan tidak ingin terlihat keren, atau ada hubungan yang bermakna antara ingin terlihat keren dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,708 artinya siswa yang ingin terlihat keren berpeluang 3,7 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin terlihat keren.
100
h) Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang ingin diterima dalam semua pergaulan dan tidak ingin diterima dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.15 Hubungan Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ya
17
37,0
29
Tidak
47
19,4
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
63,0
46
100,0
195
80,6
242
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,015
2,432 (1,234 – 4,792)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 46 responden yang ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 17 responden (37 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 242 responden yang tidak ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 47 responden (19,4 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,015. Hal ini berarti p-value
101
lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang ingin diterima dalam semua pergaulan dan tidak ingin diterima dalam semua pergaulan, atau ada hubungan yang bermakna antara ingin diterima dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,015 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 2,432 artinya siswa yang ingin diterima dalam semua pergaulan berpeluang 2,4 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin diterima dalam semua pergaulan. i) Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang tersedia sarana dan prasarana dan kurang tersedia sarana dan prasarana dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.16 Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Sarana dan Prasarana
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Tersedia
61
22,9
205
Kurang Tersedia
3
13,6
Jumlah
64
22,2
Jumlah N
%
77,1
266
100,0
19
86,4
22
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,428
1,885 (0,540 – 6,583)
102
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 266 responden yang tersedia sarana dan prasarana sebanyak 61 responden (22,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 22 responden yang kurang tersedia sarana dan prasarana 3 responden (13,6 %) diantaranya merokok. Saat perhitungan hasil, didapatkan satu sel yang memiliki nilai harapan atau expected count kurang dari 5, lebih dari 20 % dari keseluruhan sel. Maka untuk penentuan p-value menggunakan hasil uji Fisher Exact, pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,428. Hal ini berarti p-value lebih besar dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang tersedia sarana dan prasarana dan kurang tersedia sarana dan prasarana, atau tidak ada hubungan yang bermakna antara sarana dan prasarana dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,428 > 0,05).
j) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki orang tua yang merokok dan tidak memiliki orang tua yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
103
Tabel 5.17 Hubungan Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Orang Tua yang Merokok
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ada
56
29,9
131
Tidak
8
7,9
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
70,1
187
100,0
93
92,1
101
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
4,969 (2,262 – 10,917)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 187 responden yang memiliki orang tua yang merokok sebanyak 56 responden (29,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 101 responden yang tidak memiliki orang tua yang merokok sebanyak 8 responden (7,9 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki orang tua yang merokok dan tidak memiliki orang tua yang merokok, atau ada hubungan yang bermakna antara orang tua yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ).
104
Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 4,969 artinya siswa yang memiliki orang tua yang merokok berpeluang 5 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki orang tua yang merokok.
k) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki saudara serumah yang merokok dan tidak memiliki saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.18 Hubungan Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Saudara Serumah yang Merokok
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ada
48
30,2
111
Tidak
16
12,4
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
69,8
159
100,0
113
87,6
129
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,001
3,054 (1,637 – 5,697)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 159 responden yang memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 48 responden (30,2 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 129 responden
105
yang tidak memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 16 responden (12,4 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,001. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki saudara serumah yang merokok dan tidak memiliki saudara serumah yang merokok, atau ada hubungan yang bermakna antara memiliki saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 3,054 artinya siswa yang memiliki saudara serumah yang merokok berpeluang 3,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki saudara serumah yang merokok.
l) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang memiliki teman yang merokok dan tidak memiliki teman yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012.
106
Tabel 5.19 Hubungan Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Teman yang Merokok
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ada
61
25,4
179
Tidak
3
6,3
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
74,6
240
100,0
45
93,8
48
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,006
5,112 (1,533 – 17,044)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 240 responden yang memiliki teman yang merokok sebanyak 61 responden (25,4 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 48 responden yang tidak memiliki teman yang merokok sebanyak 3 responden (6,3 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,006. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang memiliki teman yang merokok dan tidak memiliki teman yang merokok, atau ada hubungan yang bermakna antara teman yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,006 < 0,05 ).
107
Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 5,112 artinya siswa yang memiliki teman yang merokok berpeluang 5,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki teman yang merokok.
m) Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berikut ini adalah hasil analisis bivariat antara responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok dan tidak ada pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tabel 5.20 Hubungan Pengaruh Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Perilaku Merokok Teman yang Merokok
Merokok
Tidak Merokok
n
%
n
Ada
36
60,0
24
Tidak
28
12,3
64
22,2
Jumlah
Jumlah N
%
40,0
60
100,0
200
87,7
228
100,0
224
77,8
288
100,0
p
OR
Value
(95 % CI)
0,000
10,714 (5,590 – 20,534)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 60 responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok sebanyak 36 responden (60 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 228 responden yang
108
mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok sebanyak 28 responden (12,3 %) diantaranya merokok. Hasil uji Chi-Square dengan Continuity Correction pada tingkat kepercayaan 95 %, nilai p=0,000. Hal ini berarti p-value lebih kecil dari alpha (5%), sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan perilaku merokok antara siswa yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok dan mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok, atau ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000 < 0,05 ). Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 10,714 artinya siswa yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok berpeluang 10,7 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok.
Berdasarkan keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 13 variabel independen yang diperkirakan berhubungan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan, ternyata ada 12 variabel memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Variabel yang berhubungan yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, tindakan, alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran, ingin mencoba merokok, ingin terlihat keren, ingin diterima dalam semua pergaulan, pengaruh lingkungan sosial : orang
109
tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, dan pengaruh iklan rokok.
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian 1. Pengisian lembar kuesioner dilakukan di dalam ruangan kelas. Sehingga kemungkinan menimbulkan bias karena saat mengisi kuesioner, responden mungkin dapat terpengaruh oleh pendapat teman yang ada di dekatnya. 2. Suasana kelas yang kurang kondusif serta waktu pengisian yang terlalu cepat
diperkirakan
juga
dapat
membuat
responden
kurang
berkonsentrasi ketika mengisi kuesioner.
B. Analisis Univariat 1. Perilaku Merokok Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan 64 siswa (22,2 %) siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan adalah perokok, jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang menyebutkan persentase perokok pada usia 10-14 tahun sekitar 17,5 %. Jumlah ini juga jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Irfan (2010) terhadap siswa SMP di Kota Medan, dimana menunjukkan hanya 3,2 % siswa SMP yang merokok. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik lingkungan dan gaya hidup siswa, dimana siswa di wilayah pinggiran kota besar seperti Tangerang Selatan yang berbatasan langsung dengan Jakarta,
110
111
menganggap merokok merupakan hal yang wajar dilakukan di usianya. Namun perilaku siswa SMP yang merokok jika dibandingkan dengan perilaku siswa SMA yang merokok menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan, penelitian yang dilakukan di SMK Triguna Utama Tangerang Selatan menunjukkan sekitar 60% siswa merokok. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan karakteristik remaja berdasarkan perkembangan usianya. Remaja awal cenderung baru memulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, salah satunya seperti rasa ingin tahu terhadap rokok. Selanjutnya penelitian ini juga menunjukkan karakteristik siswa yang merokok, dimana durasi siswa yang merokok paling banyak adalah kurang dari 6 bulan (54,7 %). Jumlah rokok yang dihisap oleh siswa yang merokok rata-rata 2 batang perhari, jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok putih atau filter dengan merek Sampoerna Mild. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009), yang menyebutkan paling banyak perokok remaja adalah perokok ringan dan jenis rokok yang paling banyak dihisap adalah rokok putih. Karakteristik ini menunjukkan bahwa perokok remaja merupakan perokok ringan yang sedang dalam tahap inisiasi. Tahap inisiasi adalah tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok (Leventhal dan Cleary, 1980 dalam Kintoko, 2004).
112
Sekitar 91 % siswa yang merokok mengatakan tempat yang biasa digunakan olehnya untuk merokok adalah tempat main, seperti mall, restoran cepat saji, dan tongkrongan. Hal ini dapat disebabkan karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan temanteman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007). Selain itu perilaku merokok remaja di tempat umum juga cenderung bermaksud untuk show-off (pamer) sebagai salah satu cara memunculkan identitas diri. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh orang lain. Saat yang sama individu juga tetap mempertahankan identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009) yang menunjukkan paling banyak remaja yang merokok di rumah. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah sarana umum yang bisa digunakan remaja untuk bermain atau berkumpul.
C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran umum jenis kelamin responden, jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada responden perempuan, yaitu sebanyak 153 responden (53,1 %). Jenis
113
kelamin merupakan faktor penting terhadap perilaku merokok di Indonesia. Suhardi (1997) dalam majalah Dunia
Kedokteran
menyatakan bahwa perilaku merokok lebih dominan pada laki-laki dan sedikit perempuan yang merokok terkait dengan kultur yang kurang menerima perempuan yang berperilaku merokok. Analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Sebanyak 153 responden yang berjenis kelamin laki-laki, 57 responden (37,3 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 135 responden yang berjenis kelamin perempuan hanya 7 responden (5,2 %) yang merokok. Peluang siswa yang berjenis kelamin laki-laki untuk merokok dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan adalah 10,9 kali. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Iqbal (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku merokok remaja. Adanya hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan perilaku merokok sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Waldron (1988 dalam Hasibuan, 2005), yaitu antara pria dan wanita didapatkan perbedaan yang berarti dalam perilaku yang beresiko terhadap kesehatan. Salah satu contoh perilaku yang beresiko terhadap kesehatan misalnya pria lebih cenderung untuk bekerja pada tempattempat yang berbahaya, dan melakukan gaya hidup yang beresiko seperti mengebut, mabuk, dan merokok.
114
2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat pengetahuan responden, didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 277 responden (96,2 %), jumlah ini lebih banyak daripada responden dengan pengetahuan kurang baik. Tingginya tingkat pengetahuan siswa dapat disebabkan oleh lingkungan yang menyediakan banyak informasi
tentang
rokok.
Tingkat
pengetahuan
juga
diduga
berhubungan erat dengan perilaku merokok. Terbukti pada analisa di tabel 5.9 menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Sebanyak 11 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik terdapat 8 responden (72,7 %) yang merokok. Sedangkan dari 277 responden yang memiliki pengetahuan baik, 56 responden (20,2 %) diantaranya merokok. Analisa data juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik berpeluang 10,5 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Lawrence Green sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2003) juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, termasuk diantaranya adalah pengetahuan. Sementara itu, WHO dalam Notoatmodjo (2003)
115
menganalisis bahwa pengetahuan merupakan salah satu alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku. Beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian Aji (2003) dan Iqbal (2008)
juga menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku merokok remaja, dalam hal ini adalah siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Namun terlepas dari hasil analisa data diatas yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok. Fakta menunjukkan dari 64 siswa yang merokok sebanyak 56 responden justru memiliki pengetahuan yang baik, jumlah ini lebih banyak daripada yang memiliki pengetahuan kurang baik. Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat jawaban temannya.
3. Hubungan Sikap dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden yang memiliki sikap baik sebanyak 269 responden (93,4 %), jumlah ini lebih banyak daripada responden dengan sikap kurang baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh gencarnya promosi kesehatan khususnya promosi
116
kesehatan tentang bahaya dan larangan rokok di sekolah, sehingga membuat tingkat sikap siswa terhadap rokok tergolong baik. Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Dilihat dari 19 responden yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 14 responden (73,7 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 269 responden yang memiliki sikap baik sebanyak 50 responden (18,6 %) diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) menunjukkan siswa yang memiliki sikap kurang baik berpeluang 12,3 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki sikap baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa sikap dan keyakinan seseorang akan mempengaruhi perilaku atau kelompok. Thurstone, seperti yang dikutip Azwar (1988) mendefinisikan sikap sebagai total kecenderungan dari perasaan, prasangka, ide, perasaan takut, ancaman dan keyakinan seseorang terhadap topik tertentu. Sedangkan menurut Allport (1954) sebagaimana yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari individu terhadap sutu stimulus atau objek. Respon tersebut bisa berwujud menjadi perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Salah satu
117
faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah kepercayaan pada dirinya. Namun sama seperti pada variabel pengetahuan, hasil analisa data diatas mengenai hubungan tingkat sikap dengan perilaku merokok remaja memang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Namun faktanya adalah dari 64 siswa yang merokok sebanyak 50 responden memiliki sikap yang baik, jumlah ini lebih banyak daripada yang memiliki sikap kurang baik. Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang menunjukkan bahwa mayoritas responden bersikap baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat jawaban temannya. 4. Hubungan Tindakan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan tabel 5.7 tentang tingkat tindakan responden, didapatkan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 257 responden (89,2 %), jumlah ini lebih banyak daripada responden dengan tindakan kurang baik. Tingginya responden yang memiliki tingkat tindakan baik dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan responden, misalnya siswa dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang bahaya rokok, kemungkinan besar akan memiliki tindakan yang baik juga dalam hal pencegahan rokok. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukanan oleh Notoatmodjo (2007), dimana ia
118
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) apabila suatu tindakan didasari oleh pengetahuan maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng (long lasting), sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama. Fishbein dan Ajzen (dalam Hasibuan, 2005) mengemukakan skema konseptual yang menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dikombinasikan dengan intensi. Intensi dimengerti sebagai komponen konatif dari sikap, sehingga dapat dikatakan bahwa komponen konatif berhubungan erat dengan komponen afektif dari sikap. Dengan demikian intensi berkaitan erat
juga dengan
pengetahuan (belief) seseorang terhadap sesuatu, sikapnya (attitude) pada hal itu, serta tindakan itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari intensinya. Sehingga intensi adalah komponen mediator antara sikap sampai kepada tahap tindakan, dalam hal ini adalah terhadap rokok. Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat tindakan dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Sebanyak 31 responden yang memiliki tindakan kurang baik 23 responden (74,2 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 257 responden yang memiliki tindakan baik 41 responden (16 %) diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) yaitu 15,146 artinya siswa yang memiliki tindakan kurang baik berpeluang
119
15,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang memiliki tindakan baik. Namun lagi-lagi sama seperti pada variabel pengetahuan dan sikap, hasil analisa data mengenai hubungan tingkat tindakan dengan perilaku merokok remaja memang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. Namun faktanya adalah dari 64 siswa yang merokok sebanyak 41 responden justru memiliki tindakan yang baik, jumlah ini lebih banyak daripada yang memiliki tindakan kurang baik. Kecenderungan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, pertama yaitu karena karakteristik dari populasi itu sendiri yang memang menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tindakan yang baik, kemudian juga faktor di lapangan yang terkait dengan proses pengisian kuesioner, seperti adanya kemungkinan siswa yang melihat jawaban temannya. Kesamaan ini juga dimungkinan karena adanya skema konseptual yang menjelaskan keterkaitan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dikombinasikan dengan intensi, seperti yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (dalam Hasibuan, 2005).
5. Hubungan Alasan Psikologis : Merasa Kesulitan dalam Pelajaran dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan hasil penelitian, proporsi responden yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran ada 189 responden (65,6 %), jumlah ini lebih
120
banyak daripada responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran. Banyaknya siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran dapat disebabkan oleh kualitas dari proses belajar-mengajar di sekolah tersebut, karena diketahui bahwa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu sekolah unggulan yang ada di Kota Tangerang Selatan, maka standar kualifikasi dalam penerimaan siswa tergolong cukup tinggi, sehingga siswa yang belajar di sekolah tersebut memiliki kualitas yang baik pula. Kualitas yang baik ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka mengatasi stress dalam pelajaran. Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p = 0,000). Sebanyak 99 responden yang merasa kesulitan dalam pelajaran, 38 responden (38,4 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 189 responden yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran hanya 26 responden (13,8 %) diantaranya yang merokok. Nilai OR (Odds Ratio) juga menunjukkan siswa yang merasa kesulitan dalam pelajaran berpeluang 3,9 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak merasa kesulitan dalam pelajaran. Adanya hubungan antara merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok remaja ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sarafino (1994), dimana faktor psikologis seperti kesulitan belajar merupakan faktor yang dapat membuat remaja untuk merokok. Hal ini dikarenakan efek dari rokok itu sendiri, yaitu dapat menghasilkan
121
mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaankeadaan yang sulit (Nasution, 2007). Smet (1994) dalam Nasution (2007) menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial dan menyenangkan.
6. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Mencoba Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Merujuk tabel 5.7, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin mencoba merokok. Dimana menunjukkan bahwa 239 responden (83 %) tidak ingin mencoba merokok, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang ingin mencoba merokok. Banyaknya siswa yang tidak ingin mencoba merokok sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan tindakannya terhadap bahaya rokok. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa yang tergolong baik cukup tinggi sehingga berbanding terbalik dengan rasa ingin tahu atau ingin mencoba merokok. Hasil analisa data menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara rasa ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000). Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat dari 49 responden yang ingin mencoba merokok sebanyak 33 responden (67,3 %) yang akhirnya merokok. Sedangkan dari 239
122
responden yang tidak ingin mencoba merokok hanya 31 responden (13 %) yang merokok. Hasil ini juga didukung oleh nilai OR (Odds Ratio) yang cukup tinggi yaitu 13,839. Artinya siswa yang merasa ingin mencoba merokok berpeluang 13,8 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin ingin mencoba merokok. Rasa keingintahuan remaja terhadap rokok membuatnya ingin mencoba untuk merokok, rasa ini muncul karena keadaan remaja yang sedang dalam fase transisi, dimana dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain, status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan karena status tersebut memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007). Hubungan antara rasa ingin tahu tersebut dengan perilaku merokok remaja sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dalam Nasution (2007), yaitu karakteristik masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa, seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam perbuatan seks (Hurlock, 1999 dalam Nasution, 2007).
123
7. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Terlihat Keren dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin terlihat keren menunjukkan bahwa 198 responden (68,8 %) merasa tidak ingin terlihat keren, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang merasa ingin terlihat keren. Tingginya jumlah siswa yang tidak ingin terlihat keren dapat disebabkan oleh persepsi dari individu terhadap keren itu sendiri. Saat ini banyak remaja yang menganggap bahwa bersikap ingin terlihat keren tidaklah perlu karena merupakan tindakan yang berlebihan, mereka cenderung untuk menjadi follower dari teman-teman mereka. Mungkin sebagian remaja juga berpikir bahwa mereka akan terlihat keren jika bergaul dan berperilaku mengikuti arus atau teman-teman mereka. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dalam Nasution, (2007), yaitu salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan
yang
sebelumnya
belum
pernah
ada
dan
harus
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-teman sebaya, maka pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja
124
mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima menjadi anggota kelompok lebih besar. Walaupun jumlah siswa yang ingin terlihat keren tidaklah banyak, tapi hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antar alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan perilaku merokok remaja (p=0,000). Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat dari 90 responden yang ingin terlihat keren sebanyak 35 responden (38,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 198 responden yang tidak ingin terlihat keren sebanyak 29 responden (14,6 %) diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 3,708 artinya siswa yang ingin terlihat keren berpeluang 3,7 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin terlihat keren. Adanya hubungan antara perasaan ingin terlihat keren dengan perilaku merokok didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984), dimana motif seseorang merokok dapat disebabkan faktor psikologis yaitu reaksi emosi yang positif. Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan kedewasaan. Hubungan yang bermakna antara perasaan ingin terlihat keren dengan perilaku merokok remaja menurut Hurlock (1999) dalam Nasution (2007) disebakan oleh karakteristik masa remaja yaitu masa
125
remaja sebagai masa mencari identitas. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya, jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan dipandang oleh orang lain.
8. Hubungan Alasan Psikologis : Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Merujuk tabel 5.7, didapatkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan alasan psikologis : ingin diterima dalam semua pergaulan. Dimana menunjukkan bahwa 242 responden (84 %) tidak ingin diterima dalam semua pergaulan, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang merasa ingin diterima dalam semua pergaulan. Banyaknya siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang merasa tidak ingin diterima dalam semua pergaulan menunjukkan karakteristik siswa berdasarkan hubungan sosial atau kelompok sosial. Hasil penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa banyak siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang lebih merasa nyaman hanya memiliki hubungan sosial dengan teman dekat dan kelompok kecil. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh cara pandang mereka terhadap kelompok besar, karena menurut Hurlock (1999 dalam Nasution, 2007) semakin besar kelompok sosial remaja, maka terdapat jarak sosial yang lebih besar juga di antara mereka.
126
Walaupun jumlah siswa yang ingin diterima dalam semua pergaulan tidaklah banyak, tapi hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara alasan psikologis : ingin diterima dalam semua pergaulan dengan perilaku merokok remaja (p=0,015). Hal ini dapat dimungkinkan karena adanya pengaruh dari variabel lain yang membuat remaja tetap merokok. Berdasarkan tabel 5.15 dapat dilihat dari 46 responden yang ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 17 responden (37 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 242 responden yang tidak ingin diterima dalam semua pergaulan sebanyak 47 responden (19,4 %) diantaranya merokok. Nilai OR (Odds Ratio) 2,432 artinya siswa yang ingin diterima dalam semua pergaulan berpeluang 2,4 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak ingin diterima dalam semua pergaulan. Hubungan yang bermakna tersebut didukung oleh teori yang dikemukakan Leventhal & Cleary (1980 dalam Oskamp, 1984) tentang motif seseorang merokok, yaitu alasan sosial. Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan adanya paksaan dari teman-temannya.
127
9. Hubungan Sarana dan Prasarana dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan sarana dan prasarana
menunjukkan
sebanyak
266
responden
(92,4
%)
dikategorikan tersedia sarana dan prasarana, jumlah ini lebih banyak daripada responden yang tidak tersedia sarana dan prasarana. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung perilaku merokok remaja ini disebabkan oleh karakteristik gaya hidup di lingkungan perkotaan yang cenderung konsumtif, sehingga dapat dengan mudah ditemukan toko atau warung di setiap lingkungan. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan sikap kepedulian penjual terhadap bahaya rokok bagi anak-anak juga membuat rokok dapat dengan mudah dibeli oleh anak dibawah umur, dalam hal ini adalah siswa SMP. Para pedagang umumnya enggan mempersoalkan umur dan tujuan anakanak yang membeli rokok di tempatnya, karena baginya mendapatkan keuntungan lah yang paling utama. Bentuk ketersediaan sarana dan prasarana ini juga dapat dilihat dari uang saku siswa SMP, hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar siswa SMP diberi uang saku lebih dari sepuluh ribu rupiah setiap harinya, ini juga memungkinkan anak untuk menggunakan uang saku tersebut untuk membeli rokok. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan
128
(p=0,428). Dilihat dari 266 responden yang tersedia sarana dan prasarananya sebanyak 61 responden (22,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 22 responden yang kurang tersedia sarana dan prasarana 3 responden (13,6 %) diantaranya tetap merokok. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh reinforcing factors. Sarana dan prasarana merupakan bagian dari faktor pendorong atau reinforcing factors. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja, seperti faktor lingkungan, dan alasan psikologis. Selain itu, sarana dan prasarana hanya merupakan faktor pendorong dan bersifat eksternal maka pengaruhnya terhadap perilaku juga tidak terlalu banyak, karena perilaku adalah hasil bersama antara berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo, 2007)
10. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Orang Tua yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang merokok. Tabel tersebut menunjukkan bahwa 187 responden (64,9 %) memiliki orang tua yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki orang tua yang
129
merokok. Jumlah yang menunjukkan banyaknya orang tua murid yang merokok dapat disebabkan karena rata-rata siswa berasal dari keluarga pekerja (working class), dimana kelas pekerja umumnya memiliki perilaku merokok yang lebih tinggi, pendapat ini didukung oleh penelitian dari Asih (2010). Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara orang tua yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,000), dengan nilai OR sebesar 4,969 yang artinya siswa yang memiliki orang tua yang merokok berpeluang hampir 5 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki orang tua yang merokok. Tabel 5.17 menunjukkan 187 responden yang memiliki orang tua yang merokok sebanyak 56 responden (29,9 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 101 responden yang tidak memiliki orang tua yang merokok sebanyak 8 responden (7,9 %) diantaranya merokok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Alamsyah (2009) yang menyatakan bahwa responden yang orang tuanya
merokok
mempunyai
kebiasaan
merokok
1,38
kali
dibandingkan yang orang tuanya tidak merokok. Hubungan ini juga sesuai dengan Teori dari Baer & Corado, yang mengatakan orang tua adalah figur contoh bagi anak-anaknya, misalnya orang tuanya adalah perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Sarafino (1994) juga mengatakan bahwa remaja merokok dipengaruhi setidaknya oleh salah satu orang tuanya perokok
130
dan pengaruh saudara kandung yang merokok. Penelitian Soemartono (1998 dalam Iqbal, 2008) juga menemukan adanya hubungan antara ayah, saudara yang lebih tua, dan teman terhadap prevalensi merokok remaja.
11. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Saudara Serumah yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok dapat dilihat pada tabel 5.7, dimana menunjukkan bahwa 159 responden (55,2 %) memiliki saudara serumah yang merokok, jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki saudara yang merokok. Tingginya responden yang memiliki saudara serumah yang merokok dapat disebabkan oleh banyaknya perilaku orang tua yang merokok. Sehingga mempengaruhi anak-anaknya untuk merokok. Berdasarkan tabel 5.18 dapat dilihat dari 159 responden yang memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 48 responden (30,2 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 129 responden yang tidak memiliki saudara serumah yang merokok sebanyak 16 responden (12,4 %) diantaranya merokok. Analisa data menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,001). Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 3,054 artinya
131
siswa yang memiliki saudara serumah yang merokok berpeluang 3,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki saudara serumah yang merokok. Adanya hubungan yang bermakna ini didukung oleh penelitian dari Alamsyah (2009) yang mengatakan bahwa responden yang saudara serumahnya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,43 kali dibandingkan yang saudara serumahnya tidak merokok. Hubungan ini juga Remaja yang tinggal di dalam lingkungan yang mayoritas perokok, biasanya akan terpengaruh untuk merokok (Aditama, 1997). Sarafino (1994) juga mendukung hasil penelitian ini dengan teorinya yang mengatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku
merokok dengan memperhatikan lingkungan
sosialnya, dalam hal ini adalah keluarga.
12. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Teman yang Merokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Tabel 5.7 menunjukkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok, menunjukkan bahwa 240 responden (83,3 %) memiliki teman yang merokok, lebih banyak jika dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki teman yang merokok. Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan dari 240 responden yang memiliki teman yang merokok
132
sebanyak 61 responden (25,4 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 48 responden yang tidak memiliki teman yang merokok sebanyak 3 responden (6,3 %) diantaranya merokok. Sehingga analisa data menyimpulkan ada hubungan yang bermakna antara teman yang merokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan (p=0,006). Nilai OR (Odds Ratio) penelitian ini adalah 5,112 artinya siswa yang memiliki teman yang merokok berpeluang 5,1 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang tidak memiliki teman yang merokok. Hal ini didukung pernyataan Aditama (1995) bahwa diantara remaja perokok, 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok. Penelitian Iqbal (2008) menunjukkan bahwa 84% responden yang merokok memiliki teman yang berperilaku merokok. Mu’tadin (2002) menyebutkan berbagai fakta yang mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok. Fenomena ini dapat disebabkan karena lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya (Sarafino, 1994).
133
13. Hubungan Pengaruh Lingkungan Sosial : Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Gambaran umum karakteristik responden berdasarkan pengaruh lingkungan sosial : iklan rokok dapat dilihat pada tabel 5.7, dimana menunjukkan bahwa 228 responden (79,2 %) mengatakan bahwa tidak ada pengaruh iklan rokok, lebih banyak daripada responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok. Hasil analisa data menunjukkan dari 60 responden yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok 36 responden (60 %) diantaranya merokok. Sedangkan dari 228 responden yang mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok sebanyak 28 responden (12,3 %) diantaranya merokok. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. Nilai OR (Odds Ratio) adalah 10,714 artinya siswa yang mengatakan ada pengaruh iklan rokok berpeluang 10,7 kali untuk merokok dibandingkan siswa yang mengatakan tidak ada pengaruh iklan rokok. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Alamsyah (2009) yang menyebutkan 63 % remaja mengatakan ada pengaruh iklan rokok. Responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali dibandingkan yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya. Menurut Mu’tadin (2002), melihat iklan di media massa dan elektronik
134
yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Remaja rawan untuk terpengaruh iklan rokok karena iklan rokok dapat menjadi instrumen dalam masa inisiasi remaja untuk merokok. Masa inisiasi merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok (Leventhal dan Cleary, 1980 dalam Kintoko, 2004).
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Gambaran karakteristik siswa yang merokok di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan : a. Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan yang merokok berjumlah 64 (22,22 %) anak. b. Lebih dari setengah siswa yang merokok yaitu sebanyak 35 responden (54,7 %) durasi merokoknya kurang dari 6 bulan. c. Siswa menghisap 1 – 12 batang rokok perhari, dengan rata-rata rokok yang dihisap adalah 2 batang perhari. d. Sebanyak 58 responden (90,6 %) biasa merokok di tempat main, sedangkan sisanya memilih rumah dan tempat lainnya untuk merokok. e. 61 responden (95,3 %) biasa menghisap jenis rokok putih/filter, angka ini jauh lebih banyak dari siswa yang biasa merokok kretek dan cerutu. f. Merek rokok yang paling banyak dihisap oleh siswa yang merokok adalah Sampoerna Mild yaitu sebanyak 28 responden (43,8 %). 2. Hubungan antara faktor predisposisi (predisposing factors) dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan : a. Ada hubungan jenis kelamin dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
135
136
b. Ada hubungan pengetahuan remaja tentang rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. c. Ada hubungan sikap remaja terhadap rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. d. Ada hubungan tindakan remaja terhadap perilaku merokok di sekitarnya dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. e. Ada hubungan alasan psikologis : merasa kesulitan dalam pelajaran dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. f. Ada hubungan alasan psikologis : ingin terlihat keren dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. g. Ada hubungan alasan psikologis : ingin diterima dalam pergaulan dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. h. Ada hubungan alasan psikologis : ingin mencoba merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 3. Hubungan antara faktor penguat (reinforcing factors) dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan : a. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : orang tua yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. b. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : saudara serumah yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
137
c. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : teman yang merokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. d. Ada hubungan pengaruh lingkungan sosial : pengaruh iklan rokok dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan. 4. Hubungan antara pendukung/pemungkin (enabling factors) dengan perilaku merokok siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan : a. Tidak ada hubungan sarana dan prasarana dengan perilaku merokok SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
138
B. Saran 1. Bagi SMPN 3 Kota Tangerang Selatan a) Perlu dibentuk grup-grup diskusi (peer group) di sekolah untuk membicarakan masalah yang sedang terjadi di kalangan remaja, khususnya merokok sehingga sesama siswa dapat bertukar pikiran menggunakan metode pendidikan teman sebaya. b) Perlu diadakannya edukasi berkala dan berkelanjutan kepad siswa dan
orangtuanya
mengenai
rokok
dan
bahaya
yang
ditimbulkannya.
2. Bagi Instansi Pemerintahan Kota Tangerang Selatan a) Perketat regulasi yang mengatur penjualan rokok kepada warung atau toko, dengan melarang anak dibawah umur untuk tidak bisa membeli rokok. b) Bersihkan area sekolah dari reklame atau pamflet yang berisi iklan rokok, hal ini untuk mengurangi pengaruh iklan rokok terhadap perilaku merokok remaja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya a) Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan cakupan responden yang lebih luas, memperbanyak variabel dependen dan independen, atau menggunakan analisa multivariat untuk melihat faktor mana yang paling mempengaruhi perilaku merokok remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., dan Ida Bernida. Proses Berhenti Merokok. Jakarta : Grup PT Kalbe Farma, 1995. Jurnal dalam Cermin Dunia Kedokteran. No. 102 diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_102_kardiovaskular.pdf Aji, Kandi S. “Gambaran Perilaku Merokok dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Pelajar SLTP Negeri di Depok Tahun 2002”. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok, 2003. Alamsyah, R.M. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Kota medan 2007”. Tesis S2 Universitas Sumatera Utara Medan, 2009. Tesis diakses pada tanggal 10 Desember 2011 dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09E02236.pdf Amran, Yuli. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi, Cetakan ke 14. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Asih, Retno. “Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Stres Kerja Terhadap Kejadian Hipertensi pada Petugas Bandara Usia 40 Tahun Keatas di Sentani Tahun 2010”. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cendrawasih Jayapura, 2010 . Atherton, J.S. Learning and Teaching; Piaget's Developmental Theory. 2011. Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2012 dari : http://www.learningandteaching.info/learning/piaget.htm
Azwar, S. Seri Psikologi : Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty, 1988. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka. Cipta, 2007. Depkes. Fakta Tembakau Indonesia : Data Empiris untuk Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2004. _____. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2007.
xxiv
Depkes. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2010. _____. Lindungi Generasi Muda Dari Bahaya Merokok. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2011. Artikel diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari : http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43newsslider/1528-lindungi-generasi-muda-dari-bahaya-merokok.html Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 2004. Doe, Jen, dan Chris DeSanto. Smoking’s Immediate Effects On The Body ; a Report from Campaign for Tobacco-Free Kids Program. Georgetown : Georgetown Hospital's Community Pediatrics Program, 2009. (Artikel diakses pada tanggal 3 Februari 2012 dari: http://www.tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0264.pdf Herawani. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC 2001. Hidayat, A.A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Cetakan Kedua. Jakarta : Salemba Medika, 2008. Hussin, Sufean, dan Mariani Md Nor. Dasar Warga Sihat: Isu Psikologi Faktor Remaja Sekolah Merokok. Jurnal Pendidikan. Malaysia : Universiti Malaya, 2004. (Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2012 dari : http://myais.fsktm.um.edu.my/5217/1/12.pdf, 09:35 WIB). Iqbal, Muhammad Fariz. “Perilaku Merokok Remaja di Lingkungan RW 22
Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok Tahun 2008”. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok, 2008.
Irfan, Muhammad. “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa SLP Dharma Pancasila Medan Tentang Rokok dan Iklan Rokok Tahun 2010”. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara Medan, 2010.
Kintoko, Rochadi. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada Remaja Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Depok : Universitas Indonesia, 2004. Muscari, Mary E. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC, 2005. Nasution, I.K. Perilaku Merokok pada Remaja. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2007. Artikel diakses pada tanggal 13 Februari 2012 dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3642/1/132316815.pdf Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
xxv
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta, 2007. Nurhayati, Ai. (2009). Status Gizi, Kebiasaan Makan dan Gangguan Makan (Eating Disorder) Pada Remaja di Sekolah Favorit dan Non-Favorit. Artikel Penelitian. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2009. Artikel diakses pada tanggal 1 Maret 2012 dari :http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_K ELUARGA/196710051993022AI_NURHAYATI/ARTIKEL_PEN.Status_Gizi _remaja.pdf Sarwono, S.W. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers, 2006. Setiadi. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007. Sirait, M.A. dkk. Perilaku Merokok Di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan : Universitas Sumatera Utara, 2001. Sitepoe, Mangku. Kekhususan rokok Indonesia : Mempermasalahkan PP no. 81 tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta : P.T. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto, 2004. Streubert, H.J, & Carpenter, D.R. Qualitative Research in Nursing : Advancing the Humanistic Imperative. 2nd Edition. Philadelpia : Lippincott Williams & Wilkins, 1999. Sudjana, Nana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, 2001. The Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Collaborative Group. Tobacco Use among Youth: a Cross Country Comparison, 2002. Artikel diakses pada tanggal 12 Februari 2012 dari : http://tc.bmjjournals.com/cgi/reprint/11/3/252.pdf Tuakli, N., Smith M.A., & Heaton C. Smoking in Adolescence: Methods for Health Education and Smoking Cessation. a MIRNET study. Michigan : University of Michigan, 1990. Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2012 dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2212967 Walgito, B. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1994. WHO. Adolescent Health and Development. New Delhi : World Health Organization Regional Office for South-East Asia, 2009. Artikel diakses
xxvi
tanggal 12 Februari 2012 dari pada http://www.searo.who.int/en/Section13/Section1245_4980.htm
:
Wong, Donna L. dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Edisi 6. Jakarta. EGC, 2009.
xxvii
LAMPIRAN
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Kepada Yth, Siswa/i responden di SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Assalamualaikum Wr. Wb., Saya Ade Sulistyawan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012. Serta sebagai sebagai data untuk penyusunan skripsi dan persyaratan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep). Untuk keperluan tersebut saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya Anda bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan, dan diharapkan Anda menjawab semua pernyataan yang ada. Kerahasiaan jawaban Anda akan dijaga dan hanya diketahui oleh saya, selaku peneliti. Atas perhatian dan bantuan Anda sebagai responden saya ucapakan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Apakah Anda bersedia menjadi responden? YA /
TIDAK
Tertanda
No. ( Responden )
Responden
KUESIONER
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan Tahun 2012
Tujuan : Kuesioner ini dirancang untuk mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa SMPN 3 Kota Tangerang Selatan.
Petunjuk Pengisian : 1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan 2. Pertanyaan di bawah ini harap diisi semua sesuai keadaan yang sebenarnya 3. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda benar dengan memberikan tanda silang ( X )
A. Identitas / Data Demografi Responden
1. Kode Responden
:
(dikosongkan)
2. Tanggal Wawancara : 3. Umur
:
4. Kelas
:
5. Jenis Kelamin
: (Laki-Laki / Perempuan)*
*) Coret salah satu
tahun
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
B. Pengetahuan
Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.
Diisi
No
Pernyataan
Benar Salah
oleh Peneliti
B. 1.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya.
B. 2.
Pada wanita hamil, merokok tidak akan menyebabkan gangguan pada janin, seperti terjadinya keguguran dan tidak menyebabkan anak yang dilahirkannya mengalami gangguan.
B. 3.
Perokok mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
B. 4.
Efek yang dialami oleh perokok tidak akan dialami oleh orang yang berdekatan dengan perokok yang menghisap asap rokok (perokok pasif).
B. 5.
Rokok tidak bisa menyebabkan ketagihan atau kecanduan.
B. 6.
Rokok mengandungi 4000 bahan kimia yang berbahaya. Bebeapa bahan kimia berbahaya yang terkandung pada rokok diantarnya adalah : Tar, Nikotin, Karbon monoksida, Fenol, Hidrogen Sianida.
C. Sikap
Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.
Sangat Setuju Ragu
No
Pernyataan
Setuju
Tidak
Sangat
Diisi
Ragu Setuju
Tidak
oleh
Setuju Peneliti (5)
(4)
(3)
(2)
(1)
C. 1. Merokok di tempat umum harus dilarang C. 2. Iklan rokok di tempat media harus dilarang C. 3. Rokok tidak boleh dijual kepada anak dibawah usia 18 tahun C. 4. Penyuluhan tentang rokok perlu dilakukan rutin di sekolah C. 5. Orang yang merokok di tempat umum harus mendapatkan sanksi
D. Tindakan
Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
D. 1. Apa yang akan Anda lakukan jika di sekolah Anda ada penyuluhan tentang bahaya merokok ? 3. Akan mengikuti penyuluhan tersebut 2. Tidak akan mengikuti penyuluhan itu 1. Hanya akan ikut jika teman-teman ikut
D. 2. Apa yang akan Anda lakukan jika berdekatan dengan orang yang merokok di tempat umum ? 3. Memintanya untuk tidak merokok 2. Pergi menjauh 1. Diam saja
D. 3. Apa yang akan Anda lakukan jika ada teman Anda yang merokok di tongkrongan (kantin, warung, 7-Eleven, Circle K, Mall, dsb) ? 3. Segera pergi dari tongkrongan itu 2. Tetap disitu tapi tidak merokok 1. Ikut merokok
D. 4. Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang lain menyuruh Anda untuk membelikan mereka rokok ? 3. Tegas menolak membeli rokok untuk orang itu 2. Sebisa mungkin mencoba menolak membelikan rokok 1. Membelikan rokok untuk orang itu
D. 5. Apa yang akan Anda lakukan jika ada orang lain memberikan Anda rokok? 3. Tegas menolak rokok itu 2. Mengambil rokok itu tetapi tidak dihisap 1. Mengambil dan menghisap rokok itu
D. 6. Apakah kamu akan menasehati orang lain supaya tidak merokok ? 3. Ya 2. Ya, tapi hanya orang yang saya kenal 1. Tidak
E. Alasan Psikologis
Berikan tanda checklist ( √ ) pada satu kotak yang menurut Anda paling sesuai.
Sangat Setuju Ragu
No
Pernyataan
Setuju
Tidak
Sangat
Diisi
Ragu Setuju
Tidak
oleh
Setuju Peneliti (5)
E. 1.
Pelajaran di sekolah terasa menyulitkan
E. 2.
Saya merasa terbebani dengan tugas yang diberikan
E. 3.
Ketika saya tidak bisa mengerjakan PR di rumah saya akan mengerjakannya di sekolah
E. 4.
Saya ingin tahu bagaimana rasanya rokok
E. 5.
Saya ingin mencoba merokok ketika melihat orang lain merokok
E. 6.
Jika saya terlihat keren akan mudah untuk mendapatkan teman atau pacar.
E. 7.
Saya ingin terlihat keren
E. 8.
Saya merasa tidak memiliki teman dekat
E. 9.
Saya ingin memiliki teman dari semua kelompok yang ada di sekolah, agar bisa diterima dalam kelompok tersebut
(4)
(3)
(2)
(1)
F. Sarana dan Prasarana
F. 1. Berapa uang saku Anda dalam sehari ? .…. F. 2. Berapa kira-kira jarak rumah Anda dari warung, toko, atau swalayan, yang menjual rokok ? ….. km F. 3. Apakah warung, toko, atau swalayan itu menjual rokok secara bebas ? 2. Ya 1. Tidak
G. Reinforcing Factors
Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
G. 1. Apakah ada orang tua Anda yang merokok ? 1. Ada 0. Tidak Ada
G. 2. Apakah ada saudara serumah Anda yang merokok ? 1. Ada 0. Tidak Ada
G. 3. Apakah ada teman Anda yang merokok ? 1. Ada 0. Tidak Ada
G. 4. Menurut Anda, apakah iklan rokok sangat menarik sehingga dapat mempengaruhi Anda untuk mencoba merokok ? 1. Ya 0. Tidak
H. Perilaku Merokok
Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
H. 1. Apakah Anda pernah merokok ? 1. Ya 0. Tidak
Jika Anda menjawab Ya, silahkan melanjutkan menjawab pertanyaan dibawah ini: H. 2. Berapa batang rokok yang Anda hisap sehari ? ………. H. 3. Rokok apa yang biasa Anda hisap ? …………… (sebutkan mereknya) H. 4. Sudah berapa lama Anda merokok ? ….......… H. 5. Dimana Anda biasa merokok ? (bisa pilih lebih dari satu jawaban) a. Rumah b. Lingkungan sekolah c. Tempat main/ tongkrongan (Mall, Warnet, 7- Eleven, Circle K)
I. Pertanyaan Kejujuran
Lingkari (O) satu pilihan jawaban yang menurut Anda paling sesuai.
I. 1. Menurut Anda, berapa persen kejujuran Anda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kuesioner ini ? 1. 0 - 50% 0. 50 - 100 %
-=- Terima Kasih -=-
A. Pengetahuan (Pertanyaan B1-B6)
RELIABILITY /VARIABLES=B1 B2 B3 B4 B5 B6 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .742
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
B1
1.97
.183
30
B2
1.87
.346
30
B3
1.90
.305
30
B4
1.83
.379
30
B5
1.93
.254
30
B6
1.93
.254
30
Item-Total Statistics Corrected Item-
Cronbach's
Scale Mean if
Scale Variance
Total
Alpha if Item
Item Deleted
if Item Deleted
Correlation
Deleted
B1
9.47
1.154
.434
.725
B2
9.57
.875
.562
.680
B3
9.53
.878
.675
.645
B4
9.60
.869
.488
.711
B5
9.50
1.086
.391
.728
B6
9.50
1.086
.391
.728
Scale Statistics Mean
Variance
11.43
Std. Deviation
1.357
N of Items
1.165
6
B. Sikap (Pertanyaan C1-C5)
RELIABILITY /VARIABLES=C1 C2 C3 C4 C5 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.771
5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
C1
4.53
.681
30
C2
3.53
.973
30
C3
4.50
.861
30
C4
4.33
.922
30
C5
4.20
.997
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
C1
16.57
7.840
.559
.733
C2
17.57
7.013
.481
.754
C3
16.60
6.938
.608
.708
C4
16.77
7.013
.527
.735
C5
16.90
6.507
.578
.718
Scale Statistics Mean 21.10
Variance 10.438
Std. Deviation 3.231
N of Items 5
C. Tindakan (Pertanyaaan D1-D6)
RELIABILITY /VARIABLES=D1 D2 D3 D4 D5 D6 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. [DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.760
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
D1
2.33
.922
30
D2
2.33
.606
30
D3
2.60
.563
30
D4
2.37
.615
30
D5
2.77
.568
30
D6
2.33
.606
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
D1
12.40
4.662
.398
.780
D2
12.40
5.559
.410
.747
D3
12.13
5.499
.486
.730
D4
12.37
5.275
.512
.722
D5
11.97
4.999
.699
.679
D6
12.40
5.007
.635
.692
Scale Statistics Mean 14.73
Variance 7.099
Std. Deviation 2.664
N of Items 6
D. Alasan Psikologis (Pertanyaaan E1-E9)
1. Kesulitan dalam Pelajaran (E1-E3)
RELIABILITY /VARIABLES=E1 E2 E3 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. [DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.766
3
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
E1
3.23
.858
30
E2
3.37
.928
30
E3
2.50
.861
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
E1
5.87
2.464
.587
.700
E2
5.73
2.133
.660
.614
E3
6.60
2.524
.555
.734
Scale Statistics Mean
Variance
9.10
Std. Deviation
4.783
N of Items
2.187
3
2. Ingin Mencoba Merokok (E4-E5)
RELIABILITY /VARIABLES=E4 E5 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .861
N of Items 2
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
E4
4.30
.702
30
E5
4.50
.682
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
E4
4.50
.466
.756
.
E5
4.30
.493
.756
.
Scale Statistics Mean
Variance
8.80
Std. Deviation
1.683
N of Items
1.297
2
3. Ingin Terlihat Keren (E6-E7)
RELIABILITY /VARIABLES=E6 E7 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .760
N of Items 2
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
E6
3.63
.928
30
E7
3.07
.828
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
E6
3.07
.685
.617
.
E7
3.63
.861
.617
.
Scale Statistics Mean
Variance
6.70
Std. Deviation
2.493
N of Items
1.579
2
4. Ingin Diterima dalam Pergaulan (E8-E9)
RELIABILITY /VARIABLES=E8 E9 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL. [DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.640
2
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
E8
3.87
1.224
30
E9
2.37
1.098
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
E8
2.37
1.206
.474
.
E9
3.87
1.499
.474
.
Scale Statistics Mean 6.23
Variance 3.978
Std. Deviation
N of Items
1.995
2
5. Sarana dan Prasarana (F1-F3)
RELIABILITY /VARIABLES=F1 F2 F3 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.
[DataSet1] D:\Validitas Reliabilitas 2 Mei.sav
Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.656
3
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
F1
1.83
.379
30
F2
1.67
.479
30
F3
1.83
.379
30
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
F1
3.50
.534
.436
.602
F2
3.67
.368
.553
.437
F3
3.50
.534
.436
.602
Scale Statistics Mean 5.33
Variance .920
Std. Deviation .959
N of Items 3
Hasil Pengolahan Data A. Analisis Univariat [DataSet1] D:\Documents\Skripsi\Pengolahan Data\Data Responden\Data Responden Fix.sav
Frequency Table
Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-Laki
153
53.1
53.1
53.1
Perempuan
135
46.9
46.9
100.0
Total
288
100.0
100.0
Tingkat Pengetahuan Cumulative Frequency Valid
Kurang Baik
Percent
Valid Percent
Percent
11
3.8
3.8
3.8
Baik
277
96.2
96.2
100.0
Total
288
100.0
100.0
Tingkat Sikap Cumulative Frequency Valid
Kurang Baik
Percent
Valid Percent
Percent
19
6.6
6.6
6.6
Baik
269
93.4
93.4
100.0
Total
288
100.0
100.0
Tingkat Tindakan Cumulative Frequency Valid
Kurang Baik
Percent
Valid Percent
Percent
31
10.8
10.8
10.8
Baik
257
89.2
89.2
100.0
Total
288
100.0
100.0
Merasa Kesulitan dalam Pelajaran Cumulative Frequency Valid
Ya
Percent
Valid Percent
Percent
99
34.4
34.4
34.4
Tidak
189
65.6
65.6
100.0
Total
288
100.0
100.0
Ingin Mencoba Merokok Cumulative Frequency Valid
Ya
Percent
Valid Percent
Percent
49
17.0
17.0
17.0
Tidak
239
83.0
83.0
100.0
Total
288
100.0
100.0
Ingin Terlihat Keren Cumulative Frequency Valid
Ya
Percent
Valid Percent
Percent
90
31.3
31.3
31.3
Tidak
198
68.8
68.8
100.0
Total
288
100.0
100.0
Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan Cumulative Frequency Valid
Ya
Percent
Valid Percent
Percent
46
16.0
16.0
16.0
Tidak
242
84.0
84.0
100.0
Total
288
100.0
100.0
Sarana dan Prasarana Cumulative Frequency Valid
Tersedia Kurang Tersedia Total
Percent
Valid Percent
Percent
266
92.4
92.4
92.4
22
7.6
7.6
100.0
288
100.0
100.0
Perilaku Merokok Ortu Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ada
187
64.9
64.9
64.9
Tidak
101
35.1
35.1
100.0
Total
288
100.0
100.0
Perilaku Merokok Saudara Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Ada
159
55.2
55.2
55.2
Tidak
129
44.8
44.8
100.0
Total
288
100.0
100.0
Perilaku Merokok Teman Cumulative Frequency Valid
Ada
Percent
Valid Percent
Percent
240
83.3
83.3
83.3
Tidak
48
16.7
16.7
100.0
Total
288
100.0
100.0
Pengaruh Iklan Rokok Cumulative Frequency Valid
Ada Pengaruh
Percent
Valid Percent
Percent
60
20.8
20.8
20.8
Tidak
228
79.2
79.2
100.0
Total
288
100.0
100.0
Perilaku Merokok Siswa Cumulative Frequency Valid
Merokok
Percent
Valid Percent
Percent
64
22.2
22.2
22.2
Tidak Merokok
224
77.8
77.8
100.0
Total
288
100.0
100.0
[DataSet2] D:\Pengolahan Data\Data Responden\Data Karakteristik Siswa Perokok.sav
Statistics Tempat Biasa Digunakan Untuk Jenis Rokok N
Valid Missing
Merk Rokok
Lama Merokok
Merokok
64
64
64
64
0
0
0
0
Lama Merokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 6 Bulan
35
54.7
54.7
54.7
> 6 Bulan
29
45.3
45.3
100.0
Total
64
100.0
100.0
Statistics Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Sehari N
Valid
64
Missing
0
Mean
2.19
Std. Deviation
1.959
Minimum
1
Maximum
12
Jumlah Batang Rokok yang Dihisap Sehari Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1
34
53.1
53.1
53.1
2
12
18.8
18.8
71.9
3
8
12.5
12.5
84.4
4
4
6.3
6.3
90.6
5
2
3.1
3.1
93.8
6
2
3.1
3.1
96.9
8
1
1.6
1.6
98.4
12
1
1.6
1.6
100.0
64
100.0
100.0
Total
Tempat Biasa Digunakan Untuk Merokok Cumulative Frequency Valid
Rumah Tempat Main Lainnya Total
Percent
Valid Percent
Percent
3
4.7
4.7
4.7
58
90.6
90.6
95.3
3
4.7
4.7
100.0
64
100.0
100.0
Jenis Rokok Cumulative Frequency Valid
Rokok Putih/Filter Rokok Kretek Total
Percent
Valid Percent
Percent
61
95.3
95.3
95.3
3
4.7
4.7
100.0
64
100.0
100.0
Merk Rokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Djarum Black
1
1.6
1.6
1.6
Djarum Super
7
10.9
10.9
12.5
Dji Sam Soe
3
4.7
4.7
17.2
Dunhill Mild
3
4.7
4.7
21.9
Envio Mild
2
3.1
3.1
25.0
11
17.2
17.2
42.2
L.A Lights
2
3.1
3.1
45.3
Neo Mild
3
4.7
4.7
50.0
Sampoerna Flava
3
4.7
4.7
54.7
28
43.8
43.8
98.4
1
1.6
1.6
100.0
64
100.0
100.0
Gudang Garam Filter
Sampoerna Mild U Mild Total
B. Analisis Bivariat
Crosstabs [DataSet1] D:\Documents\Skripsi\Pengolahan Data\Data Responden\Data Responden Fix.sav
Case Processing Summary Cases Valid N Jenis Kelamin * Perilaku
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
288
100.0%
0
.0%
288
100.0%
Merokok Siswa Tingkat Pengetahuan * Perilaku Merokok Siswa Tingkat Sikap * Perilaku Merokok Siswa Tingkat Tindakan * Perilaku Merokok Siswa Merasa Kesulitan dalam Pelajaran * Perilaku Merokok Siswa Ingin Mencoba Merokok * Perilaku Merokok Siswa Ingin Terlihat Keren * Perilaku Merokok Siswa Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan * Perilaku Merokok Siswa Sarana dan Prasarana * Perilaku Merokok Siswa Perilaku Merokok Ortu * Perilaku Merokok Siswa Perilaku Merokok Saudara * Perilaku Merokok Siswa Perilaku Merokok Teman * Perilaku Merokok Siswa Pengaruh Iklan Rokok * Perilaku Merokok Siswa
Jenis Kelamin * Perilaku Merokok Siswa Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Jenis Kelamin
Laki-Laki
Tidak Merokok 57
96
153
7
128
135
64
224
288
Perempuan Total
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
40.840
1
.000
47.998
1
.000
42.676 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
42.527
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Jenis Kelamin
Lower
Upper
10.857
4.742
24.858
7.185
3.394
15.212
.662
.582
.752
(Laki-Laki / Perempuan) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Tingkat Pengetahuan * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Tingkat Pengetahuan
Kurang Baik Baik
Total
Tidak Merokok
Total
8
3
11
56
221
277
64
224
288
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
13.977
1
.000
13.341
1
.000
16.878 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
16.820
1
.000
288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.44. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat
Lower
Upper
10.524
2.704
40.958
3.597
2.338
5.535
.342
.130
.899
Pengetahuan (Kurang Baik / Baik) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Tingkat Sikap * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Tingkat Sikap
Tidak Merokok
Total
Kurang Baik
14
5
19
Baik
50
219
269
64
224
288
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
28.063
1
.000
24.871
1
.000
31.169 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
31.061
N of Valid Cases
1
.000
288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.22. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat Sikap
Lower
Upper
12.264
4.222
35.623
3.964
2.746
5.722
.323
.152
.687
(Kurang Baik / Baik) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Tingkat Tindakan * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Tingkat Tindakan
Tidak Merokok
Total
Kurang Baik
23
8
31
Baik
41
216
257
64
224
288
Total
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
Continuity Correction
50.971
1
.000
Likelihood Ratio
44.115
1
.000
Pearson Chi-Square
54.288 b
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
54.100
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Tingkat
Lower
Upper
15.146
6.339
36.190
4.651
3.280
6.593
.307
.169
.559
Tindakan (Kurang Baik / Baik) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Merasa Kesulitan dalam Pelajaran * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok
Tidak Merokok
Total
Merasa Kesulitan dalam
Ya
38
61
99
Pelajaran
Tidak
26
163
189
64
224
288
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
.000
21.395
1
.000
21.863
1
.000
22.798 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
22.719
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Merasa
Lower
Upper
3.905
2.189
6.969
2.790
1.805
4.313
.714
.605
.843
Kesulitan dalam Pelajaran (Ya / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Ingin Mencoba Merokok * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Ingin Mencoba Merokok
Tidak Merokok
Total
Ya
33
16
49
Tidak
31
208
239
64
224
288
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
66.452
1
.000
58.778
1
.000
69.563 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
69.321
N of Valid Cases
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Ingin Mencoba
Lower
Upper
13.839
6.829
28.044
5.192
3.544
7.607
.375
.250
.563
Merokok (Ya / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Ingin Terlihat Keren * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Ingin Terlihat Keren
Tidak Merokok
Total
Ya
35
55
90
Tidak
29
169
198
64
224
288
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
19.660
1
.000
19.881
1
.000
21.039 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
20.966
N of Valid Cases
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Ingin Terlihat
Lower
Upper
3.708
2.079
6.614
2.655
1.737
4.059
.716
.601
.853
Keren (Ya / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Ingin Diterima dalam Semua Pergaulan * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok
Tidak Merokok
Total
Ingin Diterima dalam Semua
Ya
17
29
46
Pergaulan
Tidak
47
195
242
64
224
288
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
b
Likelihood Ratio
df
6.876a
1
.009
5.899
1
.015
6.246
1
.012
Fisher's Exact Test
.012
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
6.852
1
.009
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.22. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Ingin Diterima
Lower
Upper
2.432
1.234
4.792
1.903
1.206
3.004
.782
.622
.984
dalam Semua Pergaulan (Ya / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.010
Sarana dan Prasarana * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Sarana dan Prasarana
Tersedia Kurang Tersedia
Total
Tidak Merokok
Total
61
205
266
3
19
22
64
224
288
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.313
.549
1
.459
1.126
1
.289
1.016 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.428
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
1.012
1
.314
288
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Sarana dan
Lower
Upper
1.885
.540
6.583
1.682
.574
4.925
.892
.746
1.067
Prasarana (Tersedia / Kurang Tersedia) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.236
Perilaku Merokok Ortu * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Perilaku Merokok Ortu
Ada
Tidak Merokok 56
131
187
8
93
101
64
224
288
Tidak Total
Total
Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
Continuity Correction
17.155
1
.000
Likelihood Ratio
20.897
1
.000
Pearson Chi-Square
18.407 b
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
18.343
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22.44. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Perilaku
Lower
Upper
4.969
2.262
10.917
3.781
1.877
7.615
.761
.682
.849
Merokok Ortu (Ada / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Perilaku Merokok Saudara * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Perilaku Merokok Saudara
Tidak Merokok
Total
Ada
48
111
159
Tidak
16
113
129
64
224
288
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df a
1
.000
12.026
1
.001
13.631
1
.000
13.034 b
Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
12.989
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.67. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Perilaku
Lower
Upper
3.054
1.637
5.697
2.434
1.453
4.077
.797
.706
.900
Merokok Saudara (Ada / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000
Perilaku Merokok Teman * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Perilaku Merokok Teman
Ada
Tidak Merokok 61
179
240
3
45
48
64
224
288
Tidak Total
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.004
7.429
1
.006
10.571
1
.001
8.502 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.002
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
8.472
1
.004
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.67. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Perilaku
Lower
Upper
5.112
1.533
17.044
4.067
1.331
12.425
.796
.717
.883
Merokok Teman (Ada / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.001
Pengaruh Iklan Rokok * Perilaku Merokok Siswa
Crosstab Count Perilaku Merokok Siswa Merokok Pengaruh Iklan Rokok
Tidak Merokok
Total
Ada Pengaruh
36
24
60
Tidak
28
200
228
64
224
288
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.000
59.850
1
.000
54.498
1
.000
62.580 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
62.363
1
.000
288
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.33. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pengaruh Iklan
Lower
Upper
10.714
5.590
20.534
4.886
3.263
7.316
.456
.333
.624
Rokok (Ada Pengaruh / Tidak) For cohort Perilaku Merokok Siswa = Merokok For cohort Perilaku Merokok Siswa = Tidak Merokok N of Valid Cases
288
.000