FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN MODEL SOFTWARE AS A SERVICE, TERHADAP SISTEM SALES FORCE AUTOMATION PADA PERUSAHAAN FARMASI INDONESIA Huda Nurul Laily Magister Manajemen Sistem Informasi, Universitas Gunadarma
[email protected] Abstrak Software as a Service (SaaS) merupakan salah satu model bisnis dari cloud computing yang menyediakan aplikasi berbasis internet bagi penggunanya. Pemanfaatan model SaaS antara lain pada aplikasi Sales Force Automation (SFA), yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk membantu meningkatkan penjualan / pelayanan, salah satunya pada perusahaan farmasi. Namun penerimaan sistem SFA dengan model SaaS pada perusahaan farmasi di Indonesia tidak terlalu menggembirakan. Dengan demikian diteliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan sistem SFA dengan model SaaS pada perusahaan farmasi di Indonesia, dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Variabel yang diteliti adalah Persepsi Kegunaan / Manfaat (Perception of Usefulness), Persepsi Mudah dalam Menggunakan (Perception of Ease to Use), Persepsi Resiko (Perception of Risk), Persepsi Harga (Perception of Price), Mengenal / Mengetahui (Visibility), dan Pengaruh Lingkungan Sosial (Social Influence) terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS (Attitude Towards Using SFA with SaaS Model). Penelitian mengambil sampel dari para pengambil keputusan perusahaan farmasi yang ada di Jabodetabek dan Bandung, dengan jumlah kuesioner valid adalah 50 responden. Hasil penelitian dengan regresi berganda didapat bahwa faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah faktor Persepsi Harga dan faktor Pengaruh Lingkungan Sosial, dengan masing-masing nilai pengujian Coefficients p-value Signifikan sebesar 0.001 dan 0. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa faktor lain yang diteliti tidak berpengaruh secara signifikan dalam sikap untuk menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. Kata Kunci : cloud computing, SFA, SaaS, acceptance model
1. Pendahuluan Salah satu software yang banyak digunakan oleh perusahaan farmasi adalah SFA (Sales Force Automation), sebagai alat bantu untuk meningkatkan kinerja tim lapangan dengan memantau jalannya bisnis, terutama pada proses pemasaran, penjualan, hingga pengiriman, sehingga dapat membantu meningkatkan penjualan dan pelayanan produk kepada pelanggan. Dalam hal ini para manajemen memiliki kebutuhan akan adanya informasi yang 1
up-to-minute, sehingga diperlukan dukungan teknologi yang dapat menunjang, yaitu dengan teknologi Cloud Computing yang merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer dengan pengembangan berbasis internet. Adapun konsep layanan cloud computing yang mendukung layanan software berbasis internet disebut dengan Software as a Service (SaaS). Pada perkembangannya, model bisnis SaaS sudah banyak digunakan oleh bermacam perusahaan di berbagai penjuru dunia dalam mengimplementasikan software yang mereka miliki. Bahkan pada tahun 2006, lembaga penelitian teknologi informasi di Amerika, Gartner, Inc. memberikan prediksi bahwa pada tahun 2011, 25% dari bisnis software baru akan menggunakan model bisnis SaaS; begitu juga dengan perusahaan pengembang software raksasa, Microsoft, yang berinvestasi untuk membangun sistem SaaS; bahkan IBM memprediksikan bahwa semua software akan disampaikan dalam bentuk layanan SaaS dalam kurun waktu 20 tahun. (Orth, 2010). Berbeda halnya dengan di Amerika, Eropa, dan Asia/Pasifik, saat ini model bisnis SaaS belum banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia dalam mengimplementasikan software. Hal ini juga dibuktikan dengan pengalaman penulis yang tergabung dalam tim pemasaran dan penjualan untuk salah satu produk sistem SFA dengan model bisnis SaaS, dimana ditemukan banyak kendala yang dijumpai dalam melakukan penjualan produk sistem SFA dengan model bisnis SaaS ke berbagai perusahan farmasi di Indonesia. Diantara berbagai faktor yang menjadi pertimbangan dalam penggunaan model SaaS, yang menjadi bahasan pada penelitian ini adalah faktor Persepsi Kegunaan / Manfaat (Perception of Usefulness); faktor Persepsi Mudah dalam Menggunakan (Perception of Ease to Use); faktor Persepsi Resiko (Perception of Risk); faktor Persepsi Harga (Perception of Price); faktor Mengenal / Mengetahui (Visibility); dan faktor Pengaruh Lingkungan Sosial (Social Influence). Seluruh faktor tersebut berperan terhadap faktor Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS (Attitude Towards Using SFA with SaaS Model). Seluruh faktor tersebut, kecuali faktor Persepsi Harga, diambil dari model yang digunakan pada The Technology acceptance model (TAM) yang disampaikan oleh Davis (1989), berdasarkan The Theori of Reasoned Action (TRA) (Ajzen dan Fishbein, 1975) untuk menjelaskan perilaku pemakaian komputer (Davis, 1989). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor yang diteliti yaitu faktor Persepsi Kegunaan / Manfaat, faktor Persepsi Mudah dalam Menggunakan, faktor Persepsi Resiko, faktor Persepsi Harga, faktor Mengenal / Mengetahui, serta faktor Pengaruh Lingkungan Sosial, berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. 2. Tinjauan Pustaka Cloud Computing merupakan teknologi yang menggunakan internet dan pengendali server jarak jauh terpusat, untuk mengelola data serta aplikasi. Teknologi ini memungkinkan 2
penggunaan perangkat yang jauh lebih efisien dengan adanya storage, memory, processing, dan bandwith yang terpusat. Dengan demikian para pengguna cloud computing dapat menggunakan aplikasi tanpa melakukan instalasi dan dapat mengakses filenya di tempat lain dengan menggunakan akses internet. Salah satu layanan pada cloud computing yang berbasis aplikasi dan disebut dengan Software as a Service (SaaS), merupakan model bisnis yang menggunakan internet sebagai basis layanannya, tidak memerlukan penginstalan aplikasi pada komputer pengguna, dan juga kemudahan dalam dukungan dan pemeliharaan. Dengan demikian penggunanya hanya dikenakan biaya sewa kepada penyedia aplikasi ketika menggunakan aplikasi tersebut. Variabel yang dibahas pada penelitian ini adalah variabel Persepsi Kegunaan / Manfaat, variabel Persepsi Mudah dalam Menggunakan, variabel Persepsi Resiko, variabel Persepsi Harga, variabel Mengenal / Mengetahui, serta variabel Pengaruh Lingkungan Sosial, dimana kesemua variabel tersebut dihitung masing-masing besar peranannya terhadap sikap untuk menggunakan sistem SFA dengan model SaaS, dengan mengacu pada variabel Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Technology Acceptance Model (TAM) pada Gambar 1, yang dibangun oleh Davis (1989) berdasarkan Teori Reasoned Action yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), telah diklaim sebagai model yang paling mempengaruhi dan telah banyak dipakai untuk dapat memperediksikan the acceptance and use of various technology, dimana TAM memiliki kekuatan dalam basis secara teori dan didukung oleh penelitian empiris yang telah dilakukan sebelumnya (Saga dan Zmud, 1994).
Perceived Usefulness Behavioral Intention To Use
Attitude Perceived Ease of Use
Actual Use
Gambar 1. The Technology Acceptance Model (TAM) Sumber : Davis F.D. (1989)
Oleh karena itu penelitian ini juga mengadopsi TAM dengan beberapa modifikasi untuk menguji penerimaan dalam menggunakan SFA dengan model SaaS (acceptance of Using SFA with SaaS model) pada perusahaan farmasi di Indonesia. Pada Gambar 2 digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan, yang merupakan modifikasi dalam pengunaan TAM dalam pemilihan penggunaan model SaaS pada sistem SFA di industri farmasi Indonesia, untuk mengukur faktor - faktor yang telah disebutkan sebagai berikut : Perception of Usefulness (USF) dan Perception of Ease to Use (ETU), yang diambil dari TAM, Perception of Risk (RSK) dan Visibility (VSB) yang diambil dari Diffusion of Innovation Theory yang dikembangkan oleh Roger Clarke (1983); 3
Perception of Price (PRC) yang diambil dari Perception of Price Theory yang dikembangkan oleh Nagle & Holden (1995); dan Sosial Influence (SIF) yang diambil dari Theory of Reasoned Action yang dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein (1975).
Perception of Usefulness (USF) Perception of Ease to Use (ETU) Perception of Risk (RSK)
Attitude Towards Using SFA with SaaS Model (AUS)
Perception of Price (PRC) Visibility (VSB)
Social Influence (SIF)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tujuan dari TAM adalah menjelaskan secara umum faktor penentu pada technology acceptance, serta TAM memiliki kemampuan untuk dapat menjelaskan tentang perilaku antara pemakai teknologi (sistem SFA dengan model SaaS) dengan populasi pemakai teknologi (sistem SFA dengan model SaaS) tersebut (Davis, 1989, p.985), dimana dapat disampaikan bahwa Persepsi Kegunaan / Manfaat dan Persepsi Mudah dalam Menggunakan merupakan faktor penting yang dapat menentukan pemakaian secara actual dari inovasi teknologi SaaS. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik suatu hipotesis yaitu: H1 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Persepsi Kegunaan / Manfaat terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. H2 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Persepsi Mudah dalam Menggunakan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. TAM juga mengulas faktor tambahan yang dikembangkan oleh Roger Clarke (1983) dalam Diffusion of Innovation Theory yang diketahui memiliki pengaruh terhadap suatu sikap yang mengarah pada pengunaan sistem SFA dengan model SaaS. Faktor tersebut yaitu Persepsi Resiko yang merupakan hambatan yang umum dijumpai dalam mengadopsi teknologi sistem SFA dengan model SaaS. Lebih lanjut dapat diambil hipotesis yaitu: 4
H3 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Persepsi Resiko terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Demikian pula, harga merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Engel, Blackwell & Miniard dan Kotler, 1990). Teori lain yang menjelaskan tentang persepsi harga diberikan oleh Nagle & Holden (Prepadri, 2002), bahwa pada kenyataannya konsumen dalam menilai harga suatu produk bukan hanya dari nilai nominal secara absolut, namun juga melalui persepsi mereka terhadap harga (Nagle & Holden, 1995). Demikian halnya bagi calon pengguna ketika akan memutuskan untuk menggunakan sistem SFA dengan model SaaS, maka faktor Persepsi Harga sangat diutamakan. Dengan demikian hipotesis yang dapat ditarik adalah: H4 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Persepsi Harga terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Theory Diffusion Innovation (Roger Clarke, 1983) juga menjadi acuan faktor Mengenal/ Mengetahui. Hal tersebut diperkuat juga dengan definisi visibility oleh Drèze and Zufryden (2003) yakni merupakan jangkauan kehadiran sebuah brand atau produk dalam lingkungan pelanggan. Terhadap teori serta pengertian tersebut, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: H5 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Mengenal / Mengetahui terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Berdasarkan Theory of Reasoned Action (Ajzen dan Fisbein, 1975), intensitas perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh norma-norma sosial mengenai suatu perilaku. Normanorma sosial tersebut mengarah pada suatu tekanan sosial yang menggunakan performa perilaku seseorang, yang memiliki pengaruh pada suatu norma yang diyakini atau dipercayai, dan motifasi untuk dipatuhi (Ajzen, 1985). Pada penelitian ini juga menguji pengaruh norma sosial yaitu faktor Pengaruh Lingkungan Sosial, yang memberikan suatu pengaruh untuk menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. Hipotesis berikutnya yaitu: H6 : Adanya pengaruh secara signifikan antara Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. 3. Metode Penelitian Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan survei, dan studi pustaka. Metode sampling yang digunakan pada survei adalah metode nonprobability sampling dengan kategori purposive sampling. Survei dilakukan pada perusahaan farmasi di Indonesia skala menengah hingga skala besar, baik yang tergolong dalam perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), yang belum pernah menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. Survei ditujukan kepada para pengambil keputusan dalam perusahaan tersebut, yaitu Marketing Manager, Sales Manager, Delivery Manager, IT Manager, serta Direktur. Kuesioner yang telah dibagikan sebanyak 75 kuesioner kepada perusahaan farmasi di Jabodetabek dan Bandung, dengan metode penyebaran melalui electronic mail / email dan 5
membagikan salinan hardcopy kuesioner. Dari jumlah tersebut sebanyak 59 (79%) kuesioner dikembalikan kepada penulis, dengan kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya sebanyak 9 kuesioner, dan sisanya sebanyak 50 (85%) kuesioner lagi layak untuk dianalisa. Berikut pada Tabel 1 adalah item pernyataan kuesioner dari masing-masing variabel yang diteliti, dan responden diminta memberikan tanggapan atas pernyataan tersebut berdasarkan Skala Likert dengan nilai 1 (Sangat Tidak Setuju / STS) hingga 5 (Sangat Setuju / SS). Tabel 1. Item Pernyataan Kuesioner Kode Perception of Usefulness
Pernyataan
USF_1
Menggunakan sistem SFA dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya operasional sehari-hari.
USF_2
Menggunakan sistem SFA dapat meninggalkan budaya kertas kerja (paperless) karena semua berubah menjadi sistem yang terautomisasi.
USF_3
Menggunakan sistem SFA dapat menghemat waktu.
USF_4
Menggunakan sistem SFA dapat meningkatkan efektifitas kinerja.
USF_5
Menggunakan sistem SFA dapat mempermudah kinerja, dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, selama mendapat koneksi internet.
USF_6 USF_7 USF_8 USF_9 USF_10
Menggunakan sistem SFA dapat meningkatkan produktifitas kinerja. Menggunakan sistem SFA dapat meningkatkan pelayanan kepada customer karena semua informasi diberikan secara real time. Menggunakan sistem SFA dapat mempermudah proses pengambilan keputusan dengan cepat. Menggunakan model SaaS akan meningkatkan efisiensi biaya investasi (software, hardware, sumber daya manusia) dan operasional IT. Menggunakan model SaaS dapat mendukung penggunaan biaya investasi IT untuk pengembangan lain.
Perception of Ease to Use ETU_1 ETU_2 ETU_3 ETU_4 ETU_5 ETU_6
Menggunakan SFA dengan model SaaS mudah dalam proses implementasinya. Menggunakan SFA dengan model SaaS dapat mempermudah kinerja karena follow up pekerjaan dapat dilakukan melalui handphone. Menggunakan SFA dapat memberikan kemudahan untuk mengakses berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh manajemen melalui menu pelaporan yang tersedia. Menggunakan model SaaS lebih mudah karena pemeliharaan sistem/software menjadi tanggung jawab penyedia aplikasi. Menggunakan model SaaS lebih mudah karena pemeliharaan hardware/infrastruktur menjadi tanggung jawab penyedia aplikasi. Menggunakan model SaaS lebih mudah karena apabila ditemui kendala maka user dapat menelepon customer service penyedia aplikasi.
Perception of Risk RSK_1 RSK_2 RSK_3 RSK_4
Saya khawatir dengan keamanan data apabila menggunakan transaksi via internet. Saya khawatir dengan keamanan data yang disimpan di database penyedia aplikasi, walaupun sudah ada kerjasama legal. Saya khawatir penggunaan sistem ini kurang bisa diadaptasi oleh tim di lapangan. Saya khawatir bila kendala jaringan yang tidak bagus hanya akan menyebabkan sistem ini menjadi sia-sia digunakan di lapangan.
6
RSK_5 RSK_6 RSK_7 RSK_8
Saya khawatir dengan menggunakan sistem ini maka akan kesulitan untuk berintegrasi dengan sistem yang sudah perusahaan miliki saat ini. Saya khawatir dengan berpindah ke sistem ini maka saya akan merasa tidak nyaman karena saya sudah merasa nyaman bekerja dengan sistem yang saat ini saya gunakan. Saya khawatir dengan berinvestasi pada sistem ini, maka target pekerjaan akan ditambah karena waktu kerja bisa lebih efisien. Saya khawatir apabila menggunakan sistem ini maka hasilnya tidak sesuai dengan yang perusahaan harapkan, di sisi lain perusahaan sudah berinvestasi untuk menggunakan sistem ini.
Perception of Price PRC_1 PRC_2 PRC_3 PRC_4 PRC_5 PRC_6
Saya tidak keberatan dengan harga sewa di atas 250 ribu rupiah per user per bulan, apabila bisa meningkatkan penghasilan perusahaan. Menurut saya harga sewa 250 ribu rupiah per user per bulan tidaklah mahal, karena perusahaan tidak berinvestasi pada infrastruktur maupun software. Menurut saya asal harga sewanya tidak melebihi 200 ribu rupiah per user per bulan, maka harga sewa tersebut masih wajar. Saya akan menggunakan SaaS untuk perusahaan saya jika harga sewa user per bulan tidak melebihi 100 ribu rupiah. Menurut saya harga sewa SaaS 100 ribu rupiah per user per bulan sudah cukup mahal. Saya akan menggunakan SaaS untuk perusahaan saya jika harga sewanya tidak melebihi biaya operasional yang biasa kami berikan kepada tim di lapangan.
Visibility VSB_1 VSB_2 VSB_3 VSB_4 VSB_5 VSB_6
Mudah bagi saya untuk mengetahui bahwa perusahaan lain menggunakan sistem SFA (banyak perusahaan yang menggunakan sistem SFA). Mudah bagi saya untuk mengetahui bahwa perusahaan lain menggunakan model SaaS (banyak perusahaan yang menggunakan model SaaS). Perusahaan tempat saya bekerja pernah menggunakan model SaaS walau bukan untuk sistem SFA. Saya pernah mengetahui perusahaan farmasi lain menggunakan sistem SFA dengan model SaaS dan saya mengerti konsep SaaS. Saya pernah mengetahui perusahaan farmasi lain menggunakan sistem SFA dengan model SaaS namun saya tidak mengerti konsep SaaS. Saya sama sekali belum pernah mengetahui seperti apa itu model SaaS sebelum saya mendapat quesioner ini.
Social Influence SIF_1 SIF_2 SIF_3 SIF_4
Saya akan menggunakan sistem SFA dengan model SaaS jika ada perusahaan lain (non farmasi) yang saya tahu, pernah menggunakan sistem dengan model SaaS. Saya akan menggunakan sistem SFA dengan model SaaS jika ada perusahaan farmasi lain yang menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. Saya akan menggunakan sistem SFA dengan model SaaS jika perusahaan farmasi besar sudah menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. Saya akan menggunakan sistem SFA dengan model SaaS jika perusahaan saya sudah pernah menggunakan model SaaS untuk sistem lain.
Attitude Towards Using SFA with SaaS model AUS_1 AUS_2 AUS_3
Saya tidak akan menggunakan SFA dengan model SaaS karena tidak bermanfaat dan tidak menguntungkan untuk perusahaan. Saya mungkin akan menggunakan SFA dengan model SaaS karena mungkin bisa bermanfaat dan bisa menguntungkan untuk perusahaan. Saya akan menggunakan SFA dengan model SaaS karena akan bermanfaat dan akan menguntungkan untuk perusahaan.
7
AUS_4
Saya pasti akan menggunakan SFA dengan model SaaS karena sudah pasti bermanfaat dan pasti menguntungkan untuk perusahaan.
Instrumen (kuesioner) dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat, menggunakan Uji Validitas yang dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor / nilai setiap item dengan total skor / nilai. Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian validitas data penelitian, dan terlihat bahwa semua variabel penelitian menunjukan nilai KMO MSA diatas 0.5 serta nilai Signifikan dibawah 0.05, yang berarti semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan valid. Tabel 2. Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Kegunaan / Manfaat Persepsi Mudah dalam Menggunakan Persepsi Resiko Persepsi Harga Mengenal / Mengetahui Pengaruh Lingkungan Sosial Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS
Jumlah Item 10 6 8 6 6 4 4
Nilai Group KMO-MSA Sig 0.699 0.000 0.880 0.000 0.783 0.000 0.692 0.000 0.540 0.000 0.743 0.000 0.617 0.000
Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrument / alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi internal dari data penelitian dengan melihat koefisien cronbach alpha, dimana instrumen penelitian yang memiliki nilai cronbach alpa lebih besar atau sama dengan 0.6, maka butir pernyataan dalam instrumen memiliki reliabilitas yang memadai atau dianggap reliable (Hair, 1998). Tabel 3 menunjukan hasil uji reliabilitas dan semua variabel penelitian memiliki nilai cronbach alpha diatas 0.6, yang berarti bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini dianggap reliable / dapat dipercaya. Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Persepsi Kegunaan / Manfaat Persepsi Mudah dalam Menggunakan Persepsi Resiko Persepsi Harga Mengenal / Mengetahui Pengaruh Lingkungan Sosial Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS
Jumlah Item 10 6 8 6 6 4 4
Cronbach Alpha 0.881 0.945 0.906 0.723 0.689 0.818 0.910
Metode analisis data yang digunakan penulis adalah analisis multivariate dengan model dependent, yakni memiliki satu variabel dependent, dan lebih dari satu variabel independent, dimana variabel dependent adalah Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dan variabel independent adalah Persepsi Kegunaan / Manfaat, Persepsi Mudah dalam Menggunakan, Persepsi Resiko, Persepsi Harga, Mengenal / 8
Mengetahui, dan Pengaruh Lingkungan Sosial. Teknik penghitungan yang digunakan adalah teknik regresi berganda dan dihitung dengan bantuan program SPSS versi 16.0. 4. Hasil dan Pembahasan Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh positif antara masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent. Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) disusun sebagai berikut : Hipotesis #N HoN : Tidak adanya pengaruh secara signifikan antara variabel independent X1 terhadap variabel dependent Y; HaN : Adanya pengaruh secara signifikan antara variabel independent X1 terhadap variabel dependent Y; dengan N=1 dan X1 = variabel Persepsi Kegunaan/Manfaat, dan seterusnya. Pengujian hipotesis dilakukan mengunakan pengujian regresi berganda, ANOVA, dan coefficients. Pada Tabel 4 ditampilkan Hasil Pengujian Regresi Berganda antara variabel yang diteliti. Tabel 4. Hasil Pengujian Regresi Berganda Variabel
Adjusted R Square
USF, ETU, RSK, PRC, VSB, SIF
0.498
ANOVA F Sig 9.102 0.000
Dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0.498, dimana untuk mengetahui bahwa variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent, maka nilai Adjusted R Square harus diatas 0.3 atau sebesar 30%. Dengan demikian pada penelitian ini variabel independent secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependent. Hal ini sekaligus menjelaskan bahwa model kerangka pemikiran pada Gambar 3 dapat diterima. Demikian pula untuk hasil pengujian pada nilai Signifikan ANOVA adalah 0, dimana berarti nilai probabilita tersebut dibawah nilai Signifikan acuan statistika yaitu 0.05. Dengan begitu berarti semua variabel independent secara bersama-sama mampu mempengaruhi variabel dependent. Hasil pengujian Coefficients pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa hasilnya beragam. Ketentuan bahwa hipotesis diterima adalah apabila nilai Signifikan dibawah 0.05. Tabel 5. Hasil Pengujian Coefficients n = 50 Variabel USF -> AUS ETU --> AUS RSK --> AUS PRC --> AUS VSB --> AUS
Coefficients Unstandardized Coefficients (ß) 0.088 0.224 0.251 0.391 0.242
9
t 0.668 1.305 1.734 3.455 1.340
Sig 0.508 0.199 0.090 0.001 0.187
SIF --> AUS
0.447
4.080
0.000
Dengan demikian dari hasil pengujian hipotesis, Ha yang dapat diterima hanyalah pada variabel Persepsi Harga dan variabel Pengaruh Lingkungan Sosial, yang berarti bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap faktor Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Namun hasil pengujian hipotesis pada keempat variabel independent yang lain tidak terbukti dengan gagal ditolaknya Ho, atau dapat dikatakan bahwa keempat variabel indepent yang lain yaitu Persepsi Kegunaan/Manfaat, Persepsi Mudah dalam Menggunakan, Persepsi Resiko, dan Mengenal / Mengetahui, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Xander Orth dan bekerjasama dengan lembaga konsultan TOPdesk yang didirikan di Benelux – Eropa, dilakukan survei terhadap orang-orang yang bertanggung jawab terhadap penggunaan IT pada perusahaan berskala kecil hingga menengah (Small-Medium Business) di Belanda, mengenai keputusan untuk membeli software (tidak spesifik pada sistem SFA) dengan model SaaS. Namun pada penelitian tersebut tidak secara spesifik memaparkan seberapa besar pengaruh masingmasing faktor yang berperan dalam keputusan untuk membeli software dengan model SaaS, melainkan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar keinginan untuk membeli produk software dengan model SaaS. Perbandingan hasil penelitian Orth dengan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil Penelitian Xander Orth dan Gambar 4. Hasil Penelitian Penulis.
Gambar 3. Hasil Penelitian Xander Orth Sumber : Orth, 2010
Gambar 4. Hasil Penelitian Penulis
Pada penelitian oleh Orth ini juga terdapat faktor persepsi harga, dimana hasil dari penelitian didapat bahwa 50% responden berpendapat bahwa harga software untuk model SaaS selayaknya sama dengan yang ditawarkan pada model konvensional (on-premise). Sisanya sebanyak 45% responden menyampaikan bahwa seharusnya software dengan model SaaS berharga lebih murah dibandingkan dengan model konvensional (on-premise). Hal tersebut dikarenakan adanya pendapat yang sudah baku di masyarakat bahwa segala 10
sesuatu yang melalui internet selayaknya tidak berbayar, “Everything over the internet should be free” – seperti yang ditawarkan oleh Gmail, Goole apps, dan juga Hotmail. Dengan begitu pada penelitian Orth tersebut disampaikan pula bahwa faktor harga merupakan tantangan terbesar bagi perusahaan penyedia software SaaS untuk dapat berkompetisi. Hasil penelitian Orth di Eropa tersebut, sama dengan hasil penelitian ini, dimana faktor harga merupakan faktor penting bagi responden dalam memilih untuk membeli ataupun menggunakan software dengan model SaaS. 5. Kesimpulan Pengujian yang dilakukan pada 50 responden dengan menggunakan beberapa variabel independent pada penelitian ini yaitu variabel Persepsi Kegunaan / Manfaat (Perception of Usefulness), variabel Persepsi Mudah dalam Menggunakan (Perception of Ease to Use), variabel Persepsi Resiko (Perception of Risk), variabel Persepsi Harga (Perception of Price), variabel Mengenal / Mengetahui (Visibility), dan juga variabel Pengaruh Lingkungan Sosial (Social Influence); terhadap variabel dependent Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS (Attitude Towards Using SFA with SaaS Model), menunjukkan hasil yang beragam. Hasil pengujian pada variabel Persepsi Kegunaan / Manfaat, variabel Persepsi Mudah dalam Menggunakan, variabel Persepsi Resiko, dan juga variabel Mengenal / Mengetahui, menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Adapun hasil penelitian untuk variabel Persepsi Harga dan variabel Pengaruh Lingkungan Sosial, menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS. Dengan demikian tujuan dari dilakukannya penelitian ini sudah didapat yaitu bahwa : 1. Faktor Persepsi Kegunaan / Manfaat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dengan nilai pengujian Coefficients p-value Signifikan sebesar 0.508. Dengan kata lain bahwa responden sudah memahami ataupun menyadari mengenai kegunaan ataupun manfaat dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. 2. Faktor Persepsi Mudah dalam Menggunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dengan nilai pengujian Coefficients p-value Signifikan sebesar 0.199. Dengan kata lain bahwa responden setuju dengan berbagai kemudahan implementasi serta maintenance dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS. 3. Faktor Persepsi Resiko tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dengan nilai pengujian Coefficients pvalue Signifikan sebesar 0.090. 11
Dengan kata lain faktor ini memiliki pengertian bahwa responden tidak terlalu khawatir terhadap resiko keamanan data, adaptasi pengguna, serta ekspektasi hasil dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS 4. Faktor Persepsi Harga berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dengan nilai pengujian Coefficients pvalue Signifikan sebesar 0.001. Dengan kata lain bahwa responden kurang dapat menerima apabila harga sewa per user per bulan yang ditawarkan dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS kurang kompetitif (melebihi nominal seratus ribu rupiah -angka psikologis responden sesuai hasil penelitian ini), bahkan cenderung menginginkan biaya sewa yang dibayarkan tidak lebih besar dari biaya operasional yang selama ini dikeluarkan oleh mereka. 5. Faktor Mengetahui / Mengenal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, dengan nilai pengujian Coefficients p-value Signifikan sebesar 0.187. Dengan kata lain bahwa responden dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS sudah cukup mengenal dan memahami konsep model SaaS. 6. Faktor Pengaruh Lingkungan Sosial berpengaruh secara signifikan terhadap Sikap untuk Menggunakan Sistem SFA dengan Model SaaS, nilai pengujian Coefficients pvalue Signifikan sebesar 0. Dengan kata lain bahwa responden dalam menggunakan sistem SFA dengan model SaaS cenderung untuk melihat apakah perusahaan sejenis (terutama perusahaan dengan skala besar) sudah menggunakan model bisnis yang sama atau belum. Semakin banyak sistem SFA dengan model SaaS digunakan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar maka akan semakin meningkatkan minat perusahaan lain (berskala lebih kecil) untuk menggunakannya. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat Indonesia cenderung untuk berlaku meniru atau mengikuti pihak lain, dalam mengadaptasi sesuatu hal yang baru. Hasil dari penelitian ini selayaknya dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan yang mempunyai bisnis dalam menyediakan layanan dengan model SaaS (sistem SFA secara khususnya, dan software lain secara umumnya). Guna meningkatkan jumlah pelanggan yang mau untuk menggunakan sistem SFA dengan model SaaS, perusahaan harus mampu untuk berkompetisi dalam mengenakan harga sewa kepada calon pelanggan, dikarenakan harga sewa yang dikenakan setiap bulan akan menjadi beban biaya operasional yang harus dialokasikan setiap bulan oleh pelanggan. Dengan adanya harga sewa yang kompetitif, maka akan mulai banyak perusahaan yang menggunakan sistem SFA dengan model SaaS, sehingga portofolio pengguna sistem SFA dengan model SaaS akan semakin banyak. Hal ini penting mengingat rekomendasi dari pengguna di Indonesia, memiliki pengaruh yang sangat besar bagi calon pengguna lain, karena masyarakat Indonesia berbudaya ketimuran sehingga masih sangat familiaritis. 12
Dengan demikian rekomendasi dari perusahaan yang sudah menggunakan sistem SFA dengan model SaaS akan sangat bermanfaat bagi calon pengguna sebagai informasi produk yang telah terbukti di pasar (proven product) dan bagi penyedia / penjual (vendor) aplikasi sistem SFA dengan model SaaS sebagai portofolio sehingga membantu dalam meningkatkan penjualan kepada calon pelanggan lain. Daftar Pustaka Ajzen, I. 1985. The Theory of Planned Behaviour, Organizational Behaviour and Human Processes. Vol.50.p. 179-211. Ajzen, I. and Fishbein, M. 1975. Understanding Attitudes and Predicting Social Behaviour. NJ. Prentice Hall. Clarke, Roger. 1983. Diffusion of Innovations. The Free Press. New York. Davis F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information Technology. Management Information Systems. Drèze, Xavier., & Zufryden, Fred. 2003. The Measurement of Online Visibility and its Impact on Internet Traffic. University of Southern California. Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. 1990. Consumer Behavior. Sixth Edition. The Dryden Press International Edition. Hair, Joseph F. 1998. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall. Kotler, Kent B. 1990. Pricing : Making Profitable Decisions. Second Edition. McGrawHill. Nagle T. Thomas., Holden K. Reed. 1995. The Strategy and Tactics of Pricing. Prentice Hall International Inc. Pepadri, Isman. 2002. Pricing is The Moment of Truth All Marketing Comes to Focus in The Pricing Decision. Tabloid Usahawan. No.10. Th XXXI. Oktober 2001. p.15-19. Orth, Xander. 2010. Summary of SaaS Research. TOPdesk Research. TOPdesk, Benelux. Saga, V.L. dan Zmud, R.W. 1994. The Nature and Determinants of It Acceptance, Routinization and Infusion. IFIP Transaction: Computer Science and Technology. Vol.45. p.67-86. Singarimbun, Masri. dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1989. 13