FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI BALI TAHUN 2006
OLEH WIDIYATI PAWIT SUWARTI H14084010
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI BALI TAHUN 2006
OLEH WIDIYATI PAWIT SUWARTI H14084010
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama
: Widiyati Pawit Suwarti
Nomor Registrasi Pokok
: H14084010
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Laba
Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman dan Produktifitas Tenaga Kerja di Propinsi Bali tahun 2006
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS. NIP.131 284 623
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2008
Widiyati Pawit Suwarti H14084010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 3 Januari 1975 dari pasangan Paidjan Piardjanto dan Misinem. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 17 Pagi Jakarta pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1987, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 25 Jakarta pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1990, Sekolah Menengah Tingkat Atas Negeri 50 Jakarta pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1993 dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Jakarta pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2008 penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
RINGKASAN WIDIYATI PS. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman dan Produktivitas Tenaga Kerja di Propinsi Bali Tahun 2006 (dibimbing oleh M. PARULIAN HUTAGAOL) Semakin membaiknya perekonomian Indonesia serta kondisi riil pasca krisis ekonomi akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor industri. Sektor industri masih dominan dalam menopang perekonomian nasional. Secara nasional, sektor perindustrian merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB. Pada tahun 2006 peran sektor industri pengolahan diperkirakan mencapai lebih dari seperempat atau sekitar 28,05 persen komponen pembentukan PDRB. Dimana sektor migasnya sebesar 5,2 persen dan sektor non migas sebesar 22,8 persen , industri makanan dan minuman masuk ke dalam kelompok sektor non migas (Statistik Indonesia, 2007). Industri makanan dan minuman di propinsi Bali merupakan salah satu industri prioritas yang masih prospektif untuk dikembangkan. Selain itu industri makanan dan minuman juga merupakan industri yang padat karya, artinya industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali, mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja industri makanan dan minuman di Propinsi Bali serta menentukan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil Pemerintah Propinsi Bali untuk meningkatkan daya saing produk lokalnya dalam menghadapi era persaingan global Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai hubungan antara variabel tidak bebas (Dependent Variable) dengan variabel bebas (Independent Variable). Sedangkan analisis regresi berganda digunakan untuk melihat bentuk hubungan antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Hasil yang didapat dari penelitian ini diantaranya yakni dengan analisis regresi berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan, terbukti bahwa faktor produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali turut memegang peranan penting dalam menentukan laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini direfleksikan dengan besaran koefisien faktor produktifitas persamaan regresi sebesar 0,404, sedangkan faktor biaya aplikasi teknologi (-0,178) dan faktor jumlah input (0,602). Dari hasil analisis regresi linier berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di propinsi Bali, terdapat empat faktor yang mempengaruhi variabel tersebut. Hasil ini juga didukung hasil analisis deskriptif dan pengujian secara empirik. Keempat faktor itu adalah upah tenaga
kerja produksi, biaya kesehatan pekerja, biaya aplikasi tekhnologi dan biaya peningkatan SDM. Hasil analisis regresi terhadap keempat faktor tersebut, menunjukkan bahwa tiga faktor yang paling mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di propinsi Bali yakni, faktor upah/gaji, biaya peningkatan SDM dan biaya aplikasi tekhnologi. Namun dari ketiga faktor tersebut, faktor upah/gaji yang memiliki besaran koefisien regresinya terbesar yaitu 1,021. Dari hasil penelitian ini juga dapat direkomondasikan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil pemerintah propinsi Bali untuk meningkatkan daya saing produk lokalnya saat ini. Diantaranya adalah dengan meningkatkan produktifitas tenaga kerja dengan cara meningkatkan standar kesehatan tenaga kerja sektor industri dan menyediakan serta mendorong penggunaan aplikasi tekhnologi pada alat-alat produksi dan sarana-sarana pendukung proses produksi. Namun penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laba dan produktifitas tenaga kerja di propinsi Bali masih sangat diperlukan, sebab model regresi berganda yang dibuat untuk model faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja hanya mampu menjelaskan sekitar 46,7 persen dari keragaman nilai-nilainya. Sedangkan 53,3 persen sisanya, dijelaskan oleh variabel lain.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan Sektor Industri Makanan dan Minuman dan Produktivitas Tenaga Kerja di Propinsi Bali Tahun 2006” tepat pada waktunya.
Disadari dalam penulisan skripsi ini masih belum sempurna dikarenakan berbagai keterbatasan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna peningkatan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1. Ayah, Ibu dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayangnya. 2. Bapak Dr. Ir. M. Parulian Hutagaol, MS. Sebagai Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai selesainya skripsi ini. 3. Seluruh Staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB 4. Teman teman seperjuangan, Abdul Hakim Parapat, Hariyanto, Ananta, Mbak Ika dan seluruh teman-teman di kelas khusus BPS-IPB. 5. Suami dan anakku yang telah memberikan dorongan moril. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermamfaat dan membantu bagi yang memerlukan.
Bogor, September 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ...........................................................
1
1.2 Perumusan Masalah....................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan.................... 2.1.1
9
Merubah Faktor Input Yang Digunakan Dalam Proses Produksi……………………….………….. 12
2.1.2 Meningkatkan Produktivitas Faktor Tenaga Kerja.............. 14 2.1.3 Meningkatkan Produktivitas Faktor Kapital........................ 15 2.1.4 Memilih Teknologi Yang Sesuai......................................... 15 2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja.......18 2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu............................................................19 2.4 Kerangka Teoritis................................................................................21 2.5 Kerangka Pemikiran............................................................................23 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data.............................................................
25
3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................... 25 3.2.1 Analisis Deskriptif.......................................................... 25 3.2.2 Analisis Regresi..............................................................
26
iv
3.2.2.1. Asumsi-Asumsi Model Linier Berganda.....................
28
3.2.2.2. Pengujian Model..........................................................
33
3.2.2.3. Penilaian Kelayakan Model.........................................
35
BAB IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI BALI 4.1. Kondisi Geografis Bali.............................................................. 37 4.2. Struktur Kependudukan............................................................. 38 4.3. Struktur Perekonomian.............................................................. 40 4.4. Peranan Industri Makanan dan Minuman.................................. 41 BAB V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 5.1 Analisis Deskriptif...................................................................... 46 5.2 Analisis Regresi........................................................................... 48 5.2.1. Pemeriksaan Asumsi-asumsi Model................................... 49 5.2.2. Pengujian Model................................................................. 51 5.2.3. Penilaian Kelayakan Model................................................ 53 BAB VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 6.1 Analisis Deskriptif...................................................................... 55 6.2 Analisis Regresi........................................................................... 58 6.2.1. Pemeriksaan Asumsi-asumsi Model................................... 58 6.2.2. Pengujian Model................................................................. 60 6.2.3. Penilaian Kelayakan Model................................................ 63
v
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...............................................................................
65
7.2 Saran..........................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 68
vi
DAFTAR TABEL
TABEL
Halaman
1
Jumlah Angkatan Kerja di Propinsi Bali, 2003 - 2006................ 39
2
Penduduk Yang Bekerja di Propinsi Bali, 2003 - 2006.............. 39
3
Penduduk Yang Mencari Pekerjaan di Propinsi Bali, 2003 – 2006................................................................................ 40
4
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Propinsi Bali Menurut Lapangan Usaha (persen), 2005–2006.................................................................................. 42
5
Rata-rata Nilai Keempat Faktor Yang Mempengaruhi Laba Perusahaan Industri Makanan dan Minuman...................... 46
6
Hubungan antara Laba Perusahaan dengan Keempat Faktor Yang Mempengaruhinya.................................................. 47
7
Hasil Uji t Terhadap Laba Perusahaan dengan Keempat Faktor yang Mempengaruhinya................................................... 51
8
Hasil Uji t Terhadap Laba Perusahaan dengan Ketiga Faktor yang Mempengaruhinya...................................................52
9
Rata-rata Nilai Keempat Faktor yang Mempemgaruhi Produktivitas Tenaga Kerja........................................................... 56
10
Hubungan antara Produktivitas Tenaga Kerja dengan Keempat Faktor yang Mempengaruhinya.................................... 57
11
Hasil Uji t Terhadap produktivitas Tenaga Kerja terhadap Keempat Faktor yang Mempengaruhinya.................................... 61
12
Hasil Uji t Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja (Setelah Variabel Kesehatan Dikeluarkan dari Model)............... 62
vii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
Halaman
1
Model Kerangka Pemikiran………………….......................... 24
2
Peta Propinsi Bali...................................................................... 37
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Hasil Uji untuk Model Laba Perusahaan ..........................
70
Lampiran 2
Hasil Uji untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja.............. 76
Lampiran 3
Data untuk Model Laba Perusahaan.................................... 83
Lampiran 4
Data untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja................... 84
Lampiran 5
Banyaknya Perusahaan dan Tenaga kerja Sektor Industri Besar dan Sedang, 2005............................................ 85
Lampiran 6
Nilai tambah, Produktifitas Tenaga Kerja, Banyaknya Pekerja Industri dan Upah/Gaji Industri Besar dan Sedang ( 000 Rupiah), 2005……………………………….. 86
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin membaiknya perekonomian Indonesia serta kondisi riil pasca krisis ekonomi akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor industri. Sektor industri masih dominan dalam menopang perekonomian nasional. Secara nasional, sektor perindustrian merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB. Pada tahun 2006 peran sektor industri pengolahan diperkirakan mencapai lebih dari seperempat atau sekitar 28,05 persen komponen pembentukan PDRB. Dimana sektor migasnya sebesar 5,2 persen dan sektor non migas sebesar 22,8 persen , industri makanan dan minuman masuk ke dalam kelompok sektor non migas (Statistik Indonesia, 2007) . Sesuai dengan Kebijakan Pengembangan Industri Nasional (KPIN) dan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, dalam jangka lima tahun ke depan arah pengembangan sektor industri ditujukan untuk : 1. memperkuat dan memperdalam struktur industri; 2. meningkatkan iklim persaingan yang kondusif; 3. meningkatkan revitalisasi, konsolidasi dan restrukturisasi industri; 4. meningkatkan peran industri kecil dan menengah; 5. menyebarkan pembangunan industri;
2
6. meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi industri (Departemen Perindustrian). Propinsi Bali adalah merupakan daerah wisata yang paling banyak dan sering dikunjungi oleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Dengan masuknya wisatawan asing ke Propinsi Bali maka akan semakin meningkatkan daya saing bagi sektor-sektor usaha yang berada di Bali. Secara regional peranan sektor industri di Bali tahun 2005 sebesar 5,11 persen dalam pembentukan PDRB propinsi Bali, sedangkan tahun 2006 kontribusinya dalam pembentukan PDRB mengalami penurunan yaitu sebesar 4,36 persen. Sektor industri pariwisata merupakan sektor yang merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB propinsi Bali tahun 2006 yaitu sebesar 6,95 persen. Dampak Positif dari Industri Pariwisata dari segi ekonomi ada dua kategori yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak langsung berasal dari uang yang dibelanjakan para wisatawan di tempat tujuan wisata. Ketika seorang wisatawan membayar sebuah hotel 150 dollar untuk tiga malam, 150 dollar tersebut mempunyai akibat ekonomi langsung. Sedangkan pengaruh tidak langsung terjadi sebagai akibat uang yang 150 dollar, pemilik hotel mungkin menggunakannya untuk membeli makanan di restoran, membayar upah karyawan hotel, membayar pemasok bahan makanan yang akan membayar petani dan seterusnya. Akibat dampak tidak langsung tersebut menyebabkan sektor industri makanan dan minuman tahun 2006 menyumbang sebesar 7,22 persen terhadap PDRB.
3
Industri makanan dan minuman di propinsi Bali merupakan salah satu industri prioritas yang masih prospektif untuk dikembangkan. Selain itu industri makanan dan minuman juga merupakan industri yang padat karya, artinya industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Sehingga industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri prioritas yang harus dikembangkan bagi propinsi Bali karena dapat mengatasi masalah pengangguran. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri pun selalu bertambah dari tahun ke tahun. Di sektor industri ini, jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan mencapai tenaga 8.285 pekerja, terdiri dari 3.940 tenaga kerja produksi dan 4.345 tenaga kerja lainnya. Jumlah tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman merupakan kelompok industri yang menduduki peringkat nomor 2 setelah industri pakaian jadi (Lampiran 5). Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor industri pun terus bertambah dari 46 unit usaha pada 2005 menjadi 64 unit usaha pada 2006. Artinya, dalam 1 tahun terjadi pertambahan 18 perusahaan di sektor industri makanan dan minuman. Pemerintah melalui Departemen Perindustrian mengatakan bahwa Industri makanan dan minuman ditetapkan dalam KPIN (Kebijakan Pengembangan Industri Nasional) sebagai salah satu industri yang akan dikembangkan dalam jangka menengah (2005-2009) dan jangka panjang (2010-2025). Industri makanan dan minuman dipilih dengan pertimbangan untuk dapat memenuhi pasar dalam negeri dan potensi sumber daya alam yang cukup mendukung.(Depperin). Misalnya saja industri kelapa sawit (masuk ke dalam kelompok industri makanan dan minuman), Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan kelapa sawit.
4
Bahkan hasil produksi kelapa sawit sudah melebihi kebutuhan dalam negeri. Beberapa waktu yang lalu saat terjadi kenaikan harga minyak kelapa sawit dunia, pengusaha kelapa sawit seperti mendapat durian runtuh. Keuntungan yang berlipat ganda mampu mereka raih. Selain itu, cabang industri ini juga dapat menyerap tenaga kerja yang sangat besar. Di propinsi Bali jumlah perusahaan sektor industri makanan dan minuman lebih banyak bergerak di sektor Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging dengan Kode Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 15112 sebesar 4,69 persen, Industri Pengalengan Ikan dan Biota Perairan Lainnya dengan KBLI 15121 (10,9 persen), Industri Pembekuan Ikan dan Biota Perairan Lainnya dengan KBLI 15124 (10,9 persen), Industri Roti dan Sejenisnya dengan KBLI 15410 (14,1 persen), Industri Es dengan KBLI 15492 (7,8 persen) dan Industri Minuman Ringan (Soft Drink) dengan KBLI 15540 (21,9 persen). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali lebih banyak yang bergerak di sektor industri minuman ringan ( softdrink). ( BPS, 2006) Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah meningkatkan iklim persaingan yang kondusif. Masalah daya saing industri makanan dan minuman dalam pasar dunia yang semakin terbuka, merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan bagi industri makanan dan minuman dalam negeri . Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keungulan-keunggulan kompetitif bagi produk-produk industri makanan dan minuman, sudah selayaknya menjadi perhatian para pelaku industri
5
itu sendiri khususnya industri makanan dan minuman. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan daya saing yang tinggi, niscaya produk-produk dalam negeri tidak akan mampu menjadi “primadona” di negerinya sendiri apalagi dapat menembus pasar internasional. Daya saing suatu industri dapat dicerminkan dalam hal pengusaan pangsa pasar atau dapat juga direfleksikan dalam besarnya laba yang diperoleh suatu perusahaan. (Wihana Kirana Jaya,1993). Jika refleksi daya saing tersebut dicerminkan dengan besar kecilnya laba yang diperoleh suatu perusahaan, maka perlu dilakukan penelitian faktor-faktor apa yang mempengaruhi laba suatu perusahaan. Ada suatu pandangan umum bahwa produktivitas tenaga kerja menentukan laba perusahaan. Apakah itu benar ? Jika hal tersebut benar, perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja ?
1.2 Perumusan Masalah Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa penelitian ini dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi laba, yang dianggap mampu mencerminkan daya saing suatu perusahaan. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi laba, faktor produktivitas tenaga kerja dianggap paling berperan menentukan laba perusahaan. Penelitian ini kiranya dapat menentukan kebenaran anggapan tersebut. Jika ternyata benar bahwa produktivitas tenaga kerja merupakan faktor yang dominan mempengaruhi laba,
penelitian ini juga diharapkan akan mampu
6
menentukan faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri makanan dan minuman di propinsi Bali Dari uraian diatas maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali? 2. Apakah benar faktor produktivitas tenaga kerja memegang peranan yang dominan dalam menentukan laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri makanan dan minuman di propinsi Bali? 4. Faktor-faktor apa saja yang dominan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri makanan dan minuman di propinsi Bali? 5. Langkah-langkah kebijakan apa yang dapat diambil pemerintah propinsi Bali untuk meningkatkan daya saing produk lokalnya dalam menghadapi era persaingan global?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali 2. Mengidentifikasi faktor dominan yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali
7
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri makanan dan minuman di propinsi Bali 4. Menentukan langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil pemerintah propinsi Bali untuk meningkatkan daya saing produk lokalnya dalam menghadapi era persaingan global.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi peneliti: Penelitian ini merupakan wahana untuk mengaplikasi teori yang telah dipelajari selama ini dengan kenyataan empirik di lapangan disamping menambah keterampilan serta wawasan penulis dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dalam bidang ekonomi.
2.
Bagi masyarakat: sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum.
3.
Bagi pengusaha: sebagai informasi yang bermanfaat bagi pengusaha supaya dapat meningkatkan laba perusahaan dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja agar daya saing industri makanan dan minuman meningkat.
8
4.
Bagi pemerintah: Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakannya, terutama yang berkaitan dengan industri makanan dan minuman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba Perusahaan. Sebelum membahas faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan, perlu kiranya disebutkan asumsi yang dipakai tentang perusahaan dan tujuan perusahaan yang dipakai dalam penelitian ini. Gregory Mankiw (2007) dalam bukunya Macroeconomic menyatakan pendapatnya tentang perusahaan dan tujuan pendirian perusahaan. 1. Asumsi termudah yang dapat
dibuat mengenai suatu perusahaan adalah
bahwa perusahaan itu bersifat kompetitif (Competitive Firm) bukan perusahaan Monopoli atau Oligopoli. Perusahaan kompetitif artinya perusahaan itu relative kecil ukurannya terhadap pasar dimana perdagangan itu berlangsung, sehingga mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pasar. Artinya jika perusahaan itu menjual sebanyak mungkin barang yang diproduksinya, maka penjualan tersebut tidak akan mempengaruhi harga barang
tersebut
dipasar.
Atau
sebaliknya
jika
perusahaan
tersebut
menghentikan produksinya sama sekali, hal ini juga tidak akan mempengaruhi harga pasar. Demikian pula, perusahaan tersebut tidak dapat mempengaruhi upah para tenaga kerja karena banyak perusahaan lain yang juga menarik para tenaga kerja. Sehingga upah tenaga kerja bersifat kaku (Sticky) artinya upah dalam jangka pendek cenderung tetap.
10
2. Secara umum tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Ada 2 jenis laba yaitu: a. Laba Ekonomis ( Economic Profit) Jumlah penerimaan yang tersisa bagi pemilik perusahaan setelah seluruh faktor produksi telah dikompensasi. Hal ini karena diasumsikan bahwa Pemilik perusahaan dan pemilik modal adalah orang yang berbeda. b. Laba Akuntansi (Accounting Profit) Jumlah penerimaan yang tersisa bagi pemilik perusahaan setelah seluruh faktor produksi kecuali modal telah dikompensasi. Sebab biasanya pemilik perusahaan dan pemilik modal adalah orang yang sama. Sedangkan laba dalam penelitian ini adalah Laba Akuntansi sebab diasumsikan bahwa pemilik perusahaan dan pemilik modal adalah orang yang sama. Selanjutnya Mankiw (2007), menyatakan, untuk menghasilkan suatu produk, perusahaan memerlukan dua faktor produksi yaitu Modal dan Tenaga Kerja. Sehingga secara matematis fungsi Produksi Perusahaan adalah : Y = F (K,L) ………………….……………… ( 1 ) Dimana Y adalah jumlah unit yang diproduksi (Output Perusahaan), K adalah jumlah Mesin yang digunakan (Jumlah Modal), dan L adalah jumlah jam kerja (Jumlah Tenaga Kerja) yang digunakan. Perusahaan menjual output nya pada harga P, menggunakan tenaga kerja pada upah W, dan menyewa modal pada bunga R.
11
Sedangkan laba adalah penerimaan dikurangi biaya. Atau penerimaan yang diperoleh pemilik perusahaan setelah membayar biaya produksi. Penerimaan sama dengan P x Y, harga jual barang P dikalikan dengan jumlah barang yang diproduksi Y. Biaya mencakup biaya tenaga kerja dan biaya modal. Biaya tenaga kerja sama dengan W x L, Upah W dikali jumlah tenaga kerja L. Biaya Modal sama dengan R x K, Harga sewa modal R dikali jumlah modal. Atau secara sederhana ditulis : Laba
= Penerimaan – Biaya Tenaga kerja – Biaya Modal = PY – WL – RK………………………………….( 2 )
Untuk melihat bahwa laba bergantung pada faktor-faktor produksi maka digunakan fungsi produksi pada persamaan (1). Dimana fungsi produksi pada persamaan (1) sebagai pengganti Y pada persamaan (2), sehingga menjadi : Laba = P F (K,L) – WL – RK ………………………….( 3 ) Persamaan ini menunjukkan bahwa laba bergantung pada harga produk P, harga faktor W dan R, dan jumlah faktor L dan K. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa perusahaan kompetitif menggunakan harga produk (P) dan harga faktor (W dan R) yang sudah ditentukan pasar. Sehingga besarnya laba yang diperoleh perusahaan sangat bergantung tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk memaksimalkan laba yakni :
12
2.1.1
Merubah Faktor Input Yang Digunakan Dalam Proses Produksi Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa besarnya laba yang
diperoleh perusahaan sangat bergantung pada tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Namun penambahan jumlah tenaga kerja dan penambahan modal tidak selamanya akan menambah keuntungan. Hal ini disebabkan adanya Penurunan Produk Marjinal Tenaga Kerja dan Penurunan Produk Marjinal Kapital.
2.1.1.1 Produk Marjinal Tenaga Kerja (Marginal Product of Labor atau MPL) MPL adalah jumlah tambahan Output yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap. Atau secara fungsi produksi digambarkan : MPL = F (K, L + 1) - F (K, L )…………….…………….( 4 ) Tapi pada umumnya fungsi produksi memiliki sifat Produk Marjinal yang semakin menurun (Diminishing Marginal Product), artinya jumlah produk marjinal tenaga kerja menurun ketika jumlah tenaga kerja meningkat sedangkan jumlah modal tetap.
Sebagai contoh sederhana disebuah pabrik roti. Pada saat
jumlah tenaga kerja 5 orang, roti yang dihasilkan 100 perjam. Saat ditambah 3 tenaga kerja, produknya menjadi 145 buah roti perjam (seorang tenaga kerja tambahan rata-rata memberikan 15 produk tambahan). Namun saat perusahaan menambah 3 tenaga kerja lagi, produknya menjadi 175 buah roti perjam (seorang tenaga kerja tambahan rata-rata hanya memberikan 10 produk tambahan). Sebab
13
kini dapur yang luasnya tidak bertambah, telah penuh sesak dengan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja menjadi kurang produktif. Dilain pihak penambahan seorang tenaga kerja, akan menambah biaya produksi sebesar W. Sedangkan penambahan nilai produksinya sebesar P x MPL. Sehingga penambahan laba yang diperoleh perusahaan dengan penambahan seorang tenaga kerja adalah : Perubahan Laba = Perubahan Nilai Produksi – Perubahan Biaya…….....( 5 ) Sehingga seorang manajer akan terus menambah tenaga kerja sampai Perubahan Nilai Produksi sama dengan Penambahan Biaya atau P x MPL = W…………………………. ( 6 ) Karena pada saat tersebut penambahan jumlah tenaga kerja tidak lagi menambah laba.
2.1.1.2 Produk Marjinal Kapital (Marginal Product of Capital atau MPC) MPC adalah jumlah tambahan output yang diperoleh perusahaan dari satu unit modal atau kapital tambahan, dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap. Atau secara fungsi produksi digambarkan : MPC = F (K + 1, L) - F (K, L )…………………….( 7 ) Sebagaimana dijelaskan diatas, pada umumnya fungsi produksi memiliki sifat Produk Marjinal yang semakin menurun (Diminishing Marginal Product), artinya jumlah produk marjinal kapital menurun ketika jumlah kapital meningkat sedangkan jumlah tenaga kerja tetap. Sebagai contoh sederhana disebuah pabrik roti. Pada saat jumlah mesin 5 buah, roti yang dihasilkan 200 perjam. Saat
14
ditambah 3 mesin, produknya menjadi 290 buah roti perjam (sebuah mesin tambahan rata-rata memberikan 30 produk tambahan). Namun saat perusahaan menambah 3 mesin lagi, produknya menjadi 350 buah roti perjam (sebuah mesin tambahan rata-rata hanya memberikan 20 produk tambahan). Sebab kini dapur penuh dengan mesin sedangkan tenaga kerja yang menjadi operatornya tetap, sehingga penggunaan mesin menjadi kurang efisien. Dilain pihak penambahan sebuah mesin, akan menambah biaya produksi sebesar R. Sedangkan penambahan nilai produksinya sebesar P x MPC. Sehingga penambahan laba yang diperoleh perusahaan dengan penambahan seorang tenaga kerja adalah : Perubahan Laba = Perubahan Nilai Produksi – Perubahan Biaya =
(P x MPC) – R ……………..……………………..( 8 )
Sehingga seorang manajer akan terus menambah mesin sampai Perubahan Nilai Produksi sama dengan Penambahan Biaya atau P x MPC = R ……………..…………………….( 9 ) Karena pada saat tersebut penambahan jumlah mesin tidak lagi menambah laba.
2.1.2
Meningkatkan Produktivitas Faktor Tenaga Kerja Gregory Mankiw (2007) dalam bukunya Macroeconomic mendefinisikan
Produktivitas tenaga kerja, Pl sebagai pembagian jumlah output atau unit yang diproduksi ( Y ) dengan jumlah tenaga kerja ( L ). Atau secara matematis ditulis Pl = Y/L atau
15
Y = Pl x L ………..……………………… ( 10 ) Sehingga apabila nilai produktivitas tenaga kerja meningkat, maka jumlah output yang dihasilkan (Y) akan meningkat walaupun jumlah tenaga kerja (L) tetap. Artinya perusahaan dapat meningkatkan labanya sebab output meningkat sedangkan biaya untuk tenaga kerja, W tetap (sebagaimana dijelaskan diatas bahwa upah tenaga kerja, W ditentukan pasar dan cendrung tetap).
2.1.3
Meningkatkan Produktivitas Faktor Kapital (Mesin-mesin) Produktivitas kapital, Pk didefinisikan sebagai pembagian jumlah output
atau unit yang diproduksi (Y) dengan jumlah kapital (K). Atau secara matematis ditulis Pl = Y/K atau Y = Pl x K …………………………….( 11 ) Sehingga apabila nilai produktivitas kapital meningkat, maka jumlah Output yang dihasilkan, Y akan meningkat walaupun jumlah kapital, K tetap. Artinya perusahaan dapat meningkatkan labanya sebab output meningkat sedangkan biaya untuk sewa kapital atau modal, R tetap (sama dengan upah tenaga kerja, sewa kapital, R ditentukan pasar dan cendrung tetap).
2.1.4
Memilih Tekhnologi Yang Sesuai Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa besarnya laba yang diperoleh
perusahaan sangat bergantung tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh
16
perusahaan. Artinya perusahaan itu memperoleh lebih banyak output jika mempunyai lebih banyak mesin atau jika para tenaga kerjanya bekerja lebih lama. Artinya diasumsikan bila Input dilipat duakan, maka output perusahaan tersebut juga akan berlipat dua. Hal ini disebut Skala Hasil yang Konstan (Constant Returns to Scale). Dominick Salvatore (1997) dalam bukunya International Economics, mengatakan bahwa dalam kenyataannya pada umumnya perusahaan beroperasi atas dasar Skala Hasil yang Meningkat (Increasing Return to Scale). Artinya jika bila input dilipat duakan, maka output perusahaan tersebut akan meningkat lebih dari berlipat dua. John Hicks (2003) menyatakan adanya peran tekhnologi dalam proses produksi. Kemajuan tekhnologi sangat berperan dalam meningkatkan output yang dihasilkan. Baik kemajuan yang bersifat menghemat pemakaian tenaga kerja (Labor-saving Technical Progress) atau pun yang menghemat pemakaian modal (Capital-saving Technical Progress) atau kemajuan teknologi menghemat pemakaian kedua faktor produksi tersebut (Neutral Technical Progress). Sedangkan menurut Mankiw (2007) teknologi dapat meningkatkan output melalui 2 cara yaitu:
2.1.4.1
Efisiensi Tenaga Kerja. Sebagaimana telah dijelaskan diatas, fungsi produksi pada persamaan (1)
apabila dimasukkan kemajuan teknologi di dalamnya maka fungsi produksinya dapat ditulis menjadi Y = F (K,L x E)…………………………( 12 )
17
Dimana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan tenaga kerja dalam metode-metode produksi, ketika teknologi mengalami kemajuan, Efisiensi tenaga kerja meningkat. Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini perakitan mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad ke dua puluh dan meningkat lagi ketika sistem komputerisasi diperkenalkan diperkenalkan pada akhir abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja juga meningkat ketika ada pengembangan dalam bidang kesehatan, pendidikan, atau keahlian angkatan kerja. Inti dari pendekatan model kemajuan teknologi adalah peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan peningkatan angkatan kerja L. Sebagai contoh misalkan kemajuan metode produksi telah melipat gandakan efisiensi tenaga kerja E antara tahun 1980 dan tahun 2010. Hal ini berarti bahwa dua orang pekerja ditahun 1980, sama produktifnya dengan satu orang pekerja ditahun 2010. Artinya meskipun tenaga aktual (L) sama antara tahun 1980 dan 2010, jumlah pekerja efektif (L x E) meningkat dua kali lipat dan perusahaan mendapatkan keuntungan dari peningkatan produksinya.
2.1.4.2
Produktivitas Faktor Total Sejauh ini asumsi yang dipakai adalah fungsi produksi tidak berubah
selamanya.
Namun
dalam prakteknya
tentu
saja
kemajuan
tekhnologi
meningkatkan fungsi produksi. Jika fungsi produksi awal adalah pada persamaan (1) maka setelah ada kemajuan teknologi fungsinya berubah menjadi Y = AF (K,L)………………….………………..(13 )
18
Dimana A adalah ukuran tingkat teknologi terbaru yang disebut Produktivitas Faktor Total. Berdasarkan persamaan fungsi produksi yang baru, jumlah output meningkat tidak hanya karena kenaikan modal dan tenaga kerja, tetapi juga karena kenaikan produktivitas faktor total. Artinya jika produktivitas faktor total meningkat sebesar 1 persen dan jika input tidak dirubah, maka output akan meningkat 1 persen.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Todaro dan Smith (2006) dalam buku mereka Economic Development menyebutkan beberapa faktor yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja yakni : 1. Pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan tenaga kerja 2. Reformasi Sistem pemamfaatan tanah 3. Pengelolaan pajak badan usaha 4. Penyaluran kredit dan penyempurnaan struktur perbankan 5. Penciptaan
dan
perbaikan
lembaga-lembaga
administrasi
agar
lebih
independen, jujur, dan efisien Mankiw (2007) menyatakan bahwa akselerasi (percepatan) produktivitas dapat terjadi karena adanya pemakaian komputer dan penyebaran informasi yang cepat. Hal ini sebagaimana terjadi di Amerika serikat pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Selain kedua hal itu, pertumbuhan upah riil juga dianggap menjadi penyebab pertumbuhan tersebut.
19
Sedangkan Jhon Hicks (2003) berpendapat bahwa teknologi memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas. 1. Kemajuan tekhnologi yang bersifat netral (Neutral Technical Progress) Yakni kemajuan teknologi yang akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan barang modal dalam proporsi yang sama. 2. Kemajuan teknologi yang menghemat tenaga kerja (Labor-saving Technical Progress) Yakni kemajuan teknologi yang akan meningkatkan produktivitas barang modal sehingga akan menghemat pemakaian tenaga kerja. 3. Kemajuan teknologi yang menghemat pemakaian barang modal (Capitalsaving Technical Progress) Yakni kemajuan teknologi yang akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga akan menghemat pemakaian barang modal
2.3
Tinjauan Peneliti Terdahulu Berdasarkan penelitian Hadisuwito (1996), dibandingkan dengan negara-
negara Asia lainnya yang telah maju, tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sampai tahun 1990 masih terbelakang, masing-masing sekitar setengah atau dua pertiga di bawah produktivitas tenaga kerja Malaysia dan Thailand. Daya saing yang lemah tersebut disebabkan oleh produktivitas yang rendah. Produktivitas yang rendah menyebabkan biaya produksi per unit menjadi semakin mahal. Tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia yang masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang lebih
20
maju tentu saja melahirkan kekhawatiran, mengingat Indonesia makin dituntut untuk mampu melakukan kompetisi di pasar internasional akibat makin kuatnya
sistem perdagangan bebas. Produktivitas tenaga kerja yang tinggi
merupakan salah satu variabel penting dalam keunggulan persaingan Hasil penelitian lainnya yaitu yang dilakukan oleh Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PEP LIPI) pada tahun 1996 menunjukkan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja belum meyakinkan dan pada beberapa tahun terakhir cenderung terus menurun. Kajian Tambunan (2000) menunjukkan bahwa industri padat karya, khususnya industri tekstil dan produk tekstil serta alas kaki (KLUI 321-324) menyumbang 16,3 dan 19,4 persen dari keseluruhan nilai tambah yang dihasilkan sektor industri pengolahan Indonesia pada tahun 1990 dan 1993. Pada saat yang sama, sumbangan industri padat karya dalam penyerapan tenaga kerja meningkat dari 29,6 menjadi 33,0 persen. Peningkatan pangsa nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran sumber daya ke sektor-sektor dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Rata-rata produktivitas tenaga kerja sektor ini meningkat dua kali lipat dengan peningkatan tertinggi pada industri tekstil dan produk tekstil. M. Fandy Jauhary (2008) menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja karyawan PT Behaestex Gresik dipengaruhi oleh variabel mentaati waktu kerja, melakukan pekerjaan dengan baik dan mematuhi peraturan perusahaan dan norma sosial. Secara parsial mematuhi peraturan perusahaan dan norma sosial tidak mempengaruhi produktivitas karyawan.
21
Rusniati (2005) menunjukkan bahwa faktor-faktor disiplin kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap potensi kerja. Faktor melakukan pekerjaan dengan baik serta faktor mematuhi peraturan perusahaan dan norma sosial, keduanya mempengaruhi prestasi kerja karyawan. Faktor ketaatan waktu tidak berpengaruh terhadap prestasi karyawan. Kintarti ( 2005) menunjukkan bahwa motivasi kerja berhubungan positif terhadap produktivitas kerja karyawan. Salah satu indikator positif dari motivasi kerja adalah karyawan mematuhi peraturan perusahaan dengan baik, karyawan mau menerima sanksi atau hukuman dan rekan kerja saling memberikan dorongan dan semangat.
2.4 Kerangka Teoritis Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yakni: 1. Tingkat upah yang diterima pekerja 2. Tingkat kesehatan tenaga kerja 3. Pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan tenaga kerja 4. Aplikasi kemajuan teknologi Tingkat upah adalah balas jasa berupa uang atau barang yang diterima oleh faktor produksi tenaga kerja atas partisipasinya dalam suatu proses produksi. Tingkat kesehatan tenaga kerja dalam penelitian ini diperkirakan dengan besarnya uang yang dikeluarkan perusahaan untuk asuransi kesehatan tenaga
22
kerjanya. Dengan asumsi semakin besar rata-rata biaya asuransi kesehatan per tenaga kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan, akan semakin baik tingkat kesehatan tenaga kerja. Variabel pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan tenaga kerja didekati dengan jumlah pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh tenaga kerja, baik yang diadakan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak lain (swasta atau pemerintah). Untuk variabel aplikasi kemajuan teknologi didekati dengan jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk aplikasi kemajuan teknologi misalnya biaya penggunaan telepon, jaringan internet, faximile, dan lain-lain. Selanjutnya untuk faktor-faktor yang mempengaruhi laba perusahaan, berdasarkan penjelasan diatas antara lain adalah : 1. Perubahan jumlah faktor input yang dipergunakan dalam proses produksi. 2. Meningkatkan produktivitas faktor tenaga kerja. 3. Meningkatkan produktivitas faktor kapital (mesin-mesin) 4. Memilih teknologi yang sesuai Dalam penelitian ini yang dimaksud laba perusahaan adalah nilai keuntungan yang diperoleh perusahaan. Yakni nilai yang didapat dengan mengurangkan total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran. Perubahan jumlah faktor input yang dipergunakan dalam proses produksi digambarkan dalam jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin produksi yang digunakan oleh perusahaan dalam peroses produksi. Khusus untuk tenaga kerja, variabel yang dipakai adalah jumlah tenaga kerja produksi saja. Sehingga tenaga
23
kerja lainnya (tenaga manajerial, tata usaha, tenaga pemasaran/marketing dll) tidak dimasukkan dalam variabel ini. Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai hasil bagi output perusahaan dibagi dengan tenaga kerja produksi. Sedangkan produktivitas faktor kapital didefinisikan sebagai hasil bagi output perusahaan dibagi dengan jumlah mesin yang dipergunakan dalam proses produksi Sedangkan variabel teknologi dalam penelitian ini, karena keterbatasan data, sama dengan adalah jumlah komputer yang dipergunakan perusahaan secara keseluruhan. Sebelum menentukan besarnya pengaruh dari faktor-faktor terpilih terhadap laba perusahaan maupun produktivitas tenaga kerja, perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Pengujian ini penting untuk mengetahui benar tidaknya faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh sebagaimana yang disebutkan dalam tinjauan pustaka. 2.5 Kerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan diatas, secara sistematis kerangka pemikiran konseptual dapat dijelaskan pada gambar 1.
24
Gambar 1. Model Kerangka Pemikiran
Laba Perusahaan
Produktivitas Tenaga Kerja
Kondisi Tenaga Kerja : • Upah/Gaji • Kesehatan Tenaga Kerja • Peningkatan SDM, melalui kursus, diklat keterampilan • Aplikasi Teknologi
Kondisi Perusahaan : • Produktivitas Kapital • Input Perusahaan • Teknologi
• •
Analisis Deskriptif Analisis Regresi
Faktor Penentu Laba Perusahaan
Kebijakan Pemerintah Daerah
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS dan BPS Propinsi Bali. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah upah/gaji, jumlah input, jumlah output, tenaga kerja, pengeluaran perusahaan, neraca perusahaan dan beberapa data lainnya . Data yang digunakan adalah data Usaha Menengah dan Besar (UMB) sektor industri makanan dan minuman hasil Sensus Ekonomi tahun 2006.
3.2 Metode Pengolahan dan Analisis Data Alat analisis yang digunakan antara lain Analisis Deskriptif dan Analisis Regresi. Sedangkan untuk mengolah data menggunakan Software SPSS (Statistics Package for Social Science). Analisis Regresi dipergunakan untuk mengetahui fungsi persamaan yang menghubungkan variabel-variabel tersebut dengan variabel laba perusahaan dan produktivitas tenaga kerja.
3.2.1
Analisis Deskriptif Analisis ini merupakan gambaran umum atau mendeskripsikan secara
sederhana mengenai hubungan laba perusahaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan untuk mempermudah penafsiran dari hasil-hasil yang telah
26
diperoleh. Selain itu juga memberikan gambaran umum produktivitas tenaga kerja dengan keempat faktor yang mempengaruhinya. 3.2.2
Analisis Regresi Bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
•
Untuk model laba perusahaan
Yi = α0 + β1 X1i + β2 X2i + ...+ βk Xki + εi ……………..( 14 ) Dimana : Yi
=
Laba perusahaan (Rp)
α0
=
Intersep
β1, β2, β3 , … , βk
=
parameter
X1i
=
Variabel jumlah input (Rp)
X2i
=
Variabel produktivitas tenaga kerja ( Rp/orang)
X3i
=
Variabel kapital/mesin-mesin (Rp)
X4i
=
Variabel tekhnologi (Rp)
εi
=
Faktor gangguan (disturbance) yang stokhastik
i
=
1,2,3…,n
•
Untuk model produktivitas tenaga kerja
Yi = α0 + β1 X1i + β2 X2i + ...+ βk Xki + εi …………….( 15 ) Dimana : Yi
=
Produktivitas tenaga kerja (Rp/orang)
27
α0
=
Intersep
β1, β2, β3 , … , βk
=
parameter
X1i
=
Variabel upah/gaji (Rp)
X2i
=
Variabel kesehatan pekerja produksi ( Rp)
X3i
=
Variabel peningkatan SDM (Rp)
X4i
=
Variabel teknologi (Rp)
εi
=
Faktor gangguan (disturbance) yang stokhastik
i
=
1,2,3…,n
Beberapa asumsi yang harus dipenuhi model regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai harapan setiap kesalahan pengganggu adalah sama dengan nol E (εi) = 0, untuk semua i 2. Normalitas Regresi linier normal klasik mengasumsi bahwa tiap i, e mengikuti distribusi normal. εi ≈ Ν(0, σ2)
3. Multikolinieritas Tidak terdapat hubungan linier yang kuat, diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari model regresi E ( Yi Yj ) = 0 : i ≠ j 4. Non Autokorelasi
28
Kesalahan pengganggu yang satu (εi) tidak berkorelasi dengan kesalahan pengganggu yang lainnya (εj) E (εi εj) = 0, i ≠ j 5. Heteroskedastisitas Kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama atau konstan Var (ui) = σ2, untuk semua i
3.2.2.1 Asumsi-Asumsi Model Linier Berganda Metode Ordinary Least Squares (OLS) dapat diterapkan jika asumsiasumsinya terpenuhi. Asumsi yang harus dipenuhi adalah kenormalan, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Adapun uji terhadap asumsi tersebut digunakan alat statistik sebagai berikut: 1.
Uji Normalitas Pemeriksaan kenormalan sisaan bertujuan untuk melihat distribusi sisaan
(εi) . Prosedur pemeriksaan kenormalan sisaan didasarkan pada asumsi bahwa faktor kesalahan ui didistribusikan secara normal. Dimana kita mempunyai residu atau sisaan εi yang merupakan taksiran untuk ui . Pemeriksaan kenormalan dapat dilihat salah satu prosedurnya dengan menggunakan Gambar Probabilitas Normal. (Gujarati, 2006) •
Gambar Probabilitas Normal (GNP) Merupakan perangkat grafik yang relatif sederhana untuk mempelajari
fungsi kepadatan probabilitas (FKP) dari suatu variabel acak. Pada sumbu
29
horizontal (sumbu X, menggambarkan nilai variabel yang diamati, misalnya residu OLS εi) dan pada sumbu vertikal (sumbu Y) menunjukkan nilai harapan dari variabel seandainya distribusinya normal, maka GNP akan mendekati bentuk garis lurus. 2.
Pendeteksian Multikolinearitas Dalam menguji ada tidaknya korelasi linear antar peubah bebas dilakukan
dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan F hitung. Jika F hitung cukup besar sementara nilai t hitung tidak nyata pada taraf nyata α maka diduga terjadi multikolinearitas. Selain itu digunakan nilai Variance Inflation Faktor (VIF). Adapun hubungan varians dari tiap koefisien regresi parsial, dalam k-peubah regresi model, dengan VIF adalah: Var (β j ) =
σ2
∑X
2 j
⎛ 1 ⎜ ⎜1− R2 j ⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠
……………………..( 16 )
Dimana
⎛ 1 VIF = ⎜ ⎜1− R2 j ⎝
⎞ ⎟ ⎟ ⎠ …………………………..( 17 )
Maka Var (β j ) =
σ2
∑X
2 j
VIF j ………………………( 18 )
30
Apabila nilai koefisien determinasi (R 2 ) makin menuju satu maka nilai VIF akan ikut naik yang berarti hubungan antara X j dengan variabel lainnya meningkat. Adapun nilai VIF dibawah 5 menunjukkan tidak adanya multikolinearitas. Untuk memperkuat uji tersebut digunakan nilai “Condition Index” (CI) yang diperoleh dari :
CI =
akar ciri maksimum akar ciri minimum
………………….( 19 )
Dimana tidak adanya multikolinearitas jika CI berada dibawah nilai 15. 3.
Pendeteksian Autokorelasi
Autokorelasi merupakan suatu kondisi berurutan antara gangguan atau E(εi εj) = ρ ≠ 0. Pendeteksian autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson dw-test, yang rumusnya :
∑ (e − e dw = ∑e t
2 t
t −1
)2
………………………….( 20 )
Kemudian untuk pengambilan keputusannya apakah terjadi autokorelasi atau tidak dengan membandingkan antara nilai dw pengujian dengan nila dU dan dL Dimana: dU = Nilai batas atas dari tabel Durbin-Watson dL = Nilai batas bawah dari tabel Durbin-Watson
31
Hipotesis yang digunakan adalah: a.
H0
:
ρ
=
0
H1
:
ρ
≠
0
Selanjutnya aturan keputusannya adalah sebagai berikut: dw < dL
: H0 ditolak
dw > (4-dL)
: H0 ditolak
du < dw < (4-du)
: H0 diterima
dL ≤ dw ≤ du atau (4-du) ≤ dw ≤(4-dL)
b.
H0
:
ρ
≥
0
H1
:
ρ
<
0
: pengujian tidak dapat diambil keputusan
Selanjutnya aturan keputusannya adalah sebagai berikut:
c.
dw < dL
: H0 ditolak
dw > du
: H0 diterima
dL ≤ dw
: pengujian tidak dapat diambil keputusan
H0
:
ρ
≤
0
H1
:
ρ
>
0
Selanjutnya aturan keputusannya adalah sebagai berikut: dw < dL
:
H0 ditolak
32
dw > (4-du)
:
H0 diterima
(4-du) < dw < (4-dL)
:
pengujian tidak dapat diambil keputusan
Jika terjadi autokorelasi maka data dapat ditransformasikan dengan menggunakan rumus Theil-Nagar. Nilai Y dan X yang telah ditransformasi (Y’ dan X’) dapat diperoleh dari: Y1' = Y1 1 − ρ 2
sedang
X 1' = X 1 1 − ρ 2
Y t ’= Yt- ρ Y t −1 ; t ≠ 1 kemudian X t ’ = Xt- ρ X t −1 ; t ≠ 1 Nilai ρ dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut ⎛ d⎞ N 2 ⎜1 − ⎟ + k 2 2⎠ ⎝ ρ= 2 N −k2 …………………………….( 21 )
dimana k
= Banyaknya koefisien termasuk intersep yang ditaksir
N
= Banyaknya sampel
dW = Nilai Durbin Watson
Selain menggunakan statistik Durbin Watson, pendeteksian autokorelasi juga dapat dilihat melalui plot antara residual dengan waktu. Jika plotnya random atau tidak mengikuti suatu pola tertentu, dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
33
4.
Pendeteksian Heteroskedastisitas
Untuk membuktikan homogenitas setiap error atau varians (εj)= σ 2 dapat dideteksi dari sebaran peubah tidak bebas yang distandarkan (Z prediksi) terhadap nilai residualnya. Jika sebaran membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan telah terjadi heterokedastisitas. Jika terjadi penyebaran residual yang semakin meningkat atau menurun bersamaan dengan besaran-besaran nilai prediksi atau besaran nilai peubah bebas, atau dengan kata lain penyebaran nilai residual mengikuti pola tertentu maka model terjadi pelanggaran heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan memplotkan data regression standardized predicted value dengan regression studentized residual. Jika sebaran membentuk pola tertentu maka dapat dikatakan terjadi heteroskedastisitas.
3.2.2.2 Pengujian model
Setelah semua asumsi terpenuhi maka model akan diuji dengan: 1.
Pengujian Koefisien Regresi (Uji F )
Uji statistik F digunakan untuk menguji apakah semua peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap peubah bebas. Uji ini disebut juga prosedur regresi bertatar (The Stepwise Regression Procedure). Yaitu peubah bebas yang dimasukkan ke dalam model apabila tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peubah tak bebas maka peubah tersebut dikeluarkan dari model.
34
Langkah-langkah pokok dalam prosedur ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung semua persamaan regresi yang mengandung semua peubah peramal. 2. Menghitung nilai F parsial untuk setiap peubah peramal Tentu saja, nilai F parsial ini berkaitan dengan uji Ho : β = 0 lawan H 1 : β ≠ 0 untuk sembarang koefisien koefisien regresi ( Analisis Regresi Terapan, Norman Draper dan HarrySmith, hal 292). Hal ini dilakukan seolah-olah peubah tersebut merupakan peubah terakhir yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi. 3. Membandingkan nilai F parsial yang terendah, misalnya FL ; dengan nilai F bertaraf nyata tertentu dari tabel misalnya F0 4. Keputusan •
Jika FL < F0 , buang peubah ZL yang menghasilkan FL , dari persamaan regresi tanpa menyertakan peubah tersebut dan kembali ke langkah (2).
Jika FL > F0 , ambillah persamaan regresi tersebut. 2.
Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Kemudian untuk mengetahui seberapa penting suatu peubah bebas mempengaruhi peubah tak bebas, maka tiap koefisien diuji dengan menggunakan uji t. a. Hipotesis H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0
b. Uji Statistik t
35
t=
bi ………..……………………………..( 22 ) S bi
Dimana b i merupakan penduga dari β i c. Jika t > dari ttabel (α/2,n-k) dan atau peluangnya < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa peubah bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap peubah tak bebasnya
3.2.2.3 Penilaian Kelayakan Model
Untuk menilai kelayakan model dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan Uji F dan Koefisien Determinasi. Uji F diatas juga dapat dijadikan pembuktian bahwa model cocok untuk menduga populasi. Ukuran lainnya yang dapat dijadikan sebagai uji kesesuaian adalah besarnya koefisien determinasi yang dapat diukur dengan menggunakan koefisien determinasi (R 2 ) maupun R2 yang disesuaikan. Nilai R 2 menyatakan dari proporsi total variasi variabel dependent Y yang dijelaskan oleh variabel independent X1, X2 , X3 dan X4 secara bersama-sama. Adapun secara matematis nilai tersebut dapat diperoleh dari persamaan berikut: TSS = ESS + RSS ……………………………………( 22 ) Dimana : TSS
= total jumlah kuadrat variabel tak bebas Y = ∑ yi2
ESS
= Jumlah kuadrat yang dijelaskan oleh semua variabel X
RSS
= Jumlah kuadrat residu
36
R2 = ESS TSS .. ……………..……………..( 23 ) Dalam hal ini, R2 merupakan rasio antara jumlah kuadrat yang dijelaskan terhadap total jumlah kuadrat. Dimana : ESS = b2 ∑yt X2t RSS = ∑yi2
R2
=
+ b3 ∑yt X3t
- b2 ∑yt X2t
b2 ∑yt X2t
+ b4 ∑yt X4t
- b3 ∑yt X3t
+ b3 ∑yt X3t
+
+ b5 ∑yt X5t………............(24)
- b4 ∑yt X4t
b4 ∑yt X4t
- b5 ∑yt X5t…(25)
+ b5 ∑yt X5t
∑yi2
……...(26)
Akar kuadrat yang positif dari R2, yakni R disebut sebagai koefisien korelasi berganda . R dapat ditafsirkan sebagai derajat hubungan linear antara Y dan semua variabel X secara bersama-sama. Sedangkan R2 yang disesuaikan dinotasikan dengan simbol R2, secara matematis nilai tersebut dapat diperoleh dari persamaan berikut: R2 = 1 – ( 1- R2 ) n – 1 ………………………………………(27) n–k Dimana : n
=
Banyaknya perusahaan industri makanan dan minuman
k
=
Derajat kebebasan
R2 =
Koefisien determinasi
( Gujarati, 2006 )
BAB IV GAMBARAN UMUM PROPINSI BALI
4.1 Kondisi Geografis Bali
Gambar 2. Peta Propinsi Bali
Propinsi Bali merupakan salah satu dari 33 Propinsi yang ada di Indonesia. Dibandingkan dengan beberapa Propinsi lain di Indonesia, luas wilayah Propinsi Bali dapat dikatakan relatif kecil yaitu hanya 5.623,86 km2 atau 0,29 persen dari luas kepulauan Indonesia. Jika dilihat dari luas wilayah per kabupaten/kota, maka Kabupaten Buleleng memiliki luas terbesar 1.365,88 km2 atau 24,25 persen dari luas Propinsi, diikuti oleh Jembrana 841,80 km2 (14,94 persen), Tabanan seluas 839,3 km2 (14,90 persen) dan Karangasem seluas 839,54 km2 (14,90 persen), sedangkan sisanya adalah masing-masing Badung 418,52 km2, Kota Denpasar 127,78 km2, Gianyar 368,00 km2, Klungkung 315,00 km2 dan Bangli 520,81 km2
38
dengan total luas wilayah sekitar 31,01 persen dari luas provinsi. Propinsi Bali terdiri dari beberapa pulau, yakni Pulau Bali sebagai pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan (terletak disekitar kaki pulau Bali) dan Pulau Menjangan yang terletak di bagian barat pulau Bali. Secara geografis, Propinsi Bali terletak pada posisi titik koordinat 8°03’40” 8°50’48” LS (Lintang Selatan) dan 114°25’53”- 115°42’40” BT (Bujur Timur).
Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim pancaroba, dengan curah hujan tertinggi mencapai 425,4 mm per tahun. Rata-rata suhu maksimum berkisar antara 29,8 °C - 33,4°C dan rata-rata suhu minimum berkisar antara 21,9 °C – 32,5 °C. Dilihat dari daerah pemerintahan Propinsi Bali terdiri dari 9 kabupaten / kota, 56 pemerintahan tingkat kecamatan, 686 pemerintahan tingkat desa, serta sekitar 4.317 pemerintahan setingkat dusun atau banjar (Pemda Bali, 2007).
4.2 Struktur Kependudukan Penduduk Bali berjumlah 3.422.000 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,44 persen. Tingkat kepadatan penduduk terus bertambah dari tahun ke tahun , tahun 2005 kepadatan penduduk di Bali sebesar 601 jiwa per km2 dan tahun 2006 tingkat kepadatan penduduk.meningkat menjadi 609 jiwa per km2 . Sebaran penduduk dilihat dari konsentrasi aktivitas ekonomi berdasarkan pendekatan daerah aktivitas akan memberikan dampak pada kondisi angkatan kerja, partisipasi angkatan kerja atau pada kondisi tingkat pengangguran terbuka.
39
Berdasarkan hasil survei ketenagakerjaan nasional (SAKERNAS) 2006 diperoleh jumlah penduduk usia kerja yang menjadi bagian angkatan kerja adalah sekitar 1.990.476 jiwa. Dari jumlah tersebut yang sudah bekerja baik formal maupun informal mencapai 93,96 persen atau sebesar 1.870.288 jiwa. Ini berarti angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (tingkat pengangguran terbuka) di Propinsi Bali mencapai 6,04 persen atau 120.188 jiwa.
Tabel 1. Jumlah Angkatan Kerja di Bali, 2003 - 2006 Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2003
1.078.941
831.113
1.910.054
2004
1.078.240
846.565
1.924.701
2005
1.096.795
905.376
2.002.171
2006
1.128.480
861.996
1.990.476
Sumber : BPS Propinsi Bali 2007
Tabel 2. Penduduk Yang Bekerja di Bali, 2003 - 2006
Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2003 2004 2005 2006
1.014.192 1.031.360 1.043.038 1.059.706
751.125 803.805 852.703 810.582
1.765.317 1.835.165 1.895.741 1.870.288
Sumber : BPS Propinsi Bali 2007
40
Tabel 3. Penduduk Yang Mencari Pekerjaan di Bali, 2003 - 2006
Tahun
Laki-Laki
Perempuan
Total
2003 2004 2005 2006
64.749 46.880 53.757 68.744
79.988 42.760 52.673 51.414
144.737 89.640 106.430 120.188
Sumber : BPS Propinsi Bali 2007
4.3 Struktur Perekonomian Perkembangan perekonomian di Propinsi Bali menunjukkan suatu trend yang terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari PDRB atas dasar harga berlaku di Propinsi Bali tahun 2002 sebesar 23.856.438 juta rupiah, tahun 2003 sebesar 26.167.942 juta rupiah, tahun 2004 sebesar 28.986.596 juta rupiah, tahun 2005 sebesar 33.946.468 juta rupiah dan tahun 2006 sebesar 37.388.484 juta rupiah. Pada tahun 2005, laju pertumbuhan ekonomi Bali yang tercermin dari PDRB atas dasar harga konstan 2000 meningkat mencapai 5,98 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana tahun 2003 pertumbuhan ekonomi Propinsi Bali mengalami kemerosotan hingga mencapai minus 0.51. Hal ini disebabkan karena adanya peristiwa ledakan bom di Legian pada tanggal 12 Oktober 2002. Akan tetapi pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi di Propinsi Bali mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 3,56 persen.
Sedangkan tingkat inflasi di Propinsi Bali pada tahun 2006 adalah 4,30. Dibandingakn dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005, tingkat inflasi terjadi
41
di Bali mencapai 11,31. Hal ini dipicu oleh naiknya BBM pada bulan Oktober tahun tersebut. (Berita Resmi Statistik, BPS Propinsi Bali)
4.4 Peranan Sektor Industri Makanan dan Minuman Sektor perindustrian merupakan sektor penting dalam perekonomian di Propinsi Bali. Sektor ini menduduki posisi kelima sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB di Propinsi Bali. Yang pertama adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, posisi kedua diduduki oleh sektor pertanian, kemudian sektor jasa, sektor transportasi dan komunikasi dan terakhir adalah sektor industri pengolahan. Dimana sektor industri makanan dan minuman masuk ke dalam kelompok industri pengolahan. Pada tahun 2005 sumbangan sektor industri makanan dan minuman sekitar 8,69 persen dan pada tahun 2006 sektor industri makanan dan minuman hanya sedikit mengalami kenaikan yaitu sebesar 8,70 persen (Statistik Indonesia, 2007).
Peran sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Bali tahun 2005 sebesar 4,20 persen sedangkan tahun 2006 peran sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Bali mengalami penurun yaitu menjadi 4,10 persen dan selanjutnya peranan sektor industri tahun 2005 mencapai sekitar 5,11 persen, dan tahun 2006 turun menjadi 4,36 persen. Sektor lainnya yang membentuk PDRB Bali pada tahun 2006 di antaranya adalah : sektor jasa menjadi paling dominan dalam pembentukan PDRB Bali tahun 2006 yaitu sebesar 6,95 persen, pengangkutan dan telekomunikasi 6,06 persen, keuangan 6,72 persen , listrik, gas dan air bersih 6,57 persen serta sektor pertambangan 4,51 persen. Gambaran ini memberikan indikasi
42
pada kita bahwasanya telah terjadi pergerakan menuju pada ke arah keseimbangan dalam struktur perekonomian Bali.
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Propinsi Bali Menurut Lapangan Usaha (persen), 2005-2006 Lapangan Usaha
2005
2006
01. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 02. Pertambangan dan Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Bukan Migas c. Penggalian 03. Industri Pengolahan a. Industri Migas 1. Pengilangan Minyak Bumi 2. Gas Alam Cair b. Industri Non Migas 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Tekstil, Barang kulit dan Alas Kaki 3. Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 4. Kertas dan Barang Cetakan 5. Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 6. Semen dan Barang Galian Bukan Logam 7. Logam Dasar Besi dan Baja 8. Alat Angkutan, Mesin dan Peralatan 9. Barang Lainnya 04. Listrik, Gas dan Air Bersih a. Listrik b. Gas Kota c. Air bersih
4,20
4,10
3,97
2,54
5,11
4,36
5,44
6,57
05. Konstruksi
5,46
4,51
06. Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan Besar dan Eceran
6,27
5,11
43
b. Hotel c. Restoran 07. Pengangkutan dan Komunikasi a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan 5. Angkutan Udara 6. Jasa Penunjang Angkutan b. Komunikasi
6,77
6,06
08. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan a. Bank b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estate e. Jasa Perusahaan
7,26
6,72
09. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum 1. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan 2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah Tangga
4,79
6,95
Produk Domestik Bruto (PDRB)
5,56
5,28
Sumber : Bali Dalam Angka, BPS 2007
Jumlah perusahaan sektor industri makanan dan minuman di Bali tahun 2006 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2005, dari 46 perusahaan menjadi 64 perusahaan. Sektor industri makanan dan minuman merupakan sektor yang padat karya, yang sedikitnya hingga tahun 2005 telah menyerap 4.959 ribu pekerja dimana jumlah pekerja produksinya sebesar 3.634 pekerja dan pekerja lainnya sebanyak 1.325 pekerja (BPS Bali, 2007). Tahun 2006 jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan mencapai tenaga 8.285 pekerja, terdiri dari 3.940 tenaga kerja
44
produksi dan 4.345 tenaga kerja lainnya. Pekerja Produksi adalah pekerja yang terlibat secara langsung atau dengan kata lain yang berpartisipasi dalam proses produksi perusahaan. Jumlah tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman merupakan kelompok industri yang menduduki peringkat nomor 2 setelah industri pakaian jadi (Lampiran 5). Artinya peranan industri makanan dan minuman mempunyai peranan yang sangat besar dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Bali. Di propinsi Bali jumlah perusahaan sektor industri makanan dan minuman lebih banyak bergerak di sektor Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging dengan Kode Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 15112 sebesar 4,69 persen, Industri Pengalengan Ikan dan Biota Perairan Lainnya dengan KBLI 15121 (10,9 persen), Industri Pembekuan Ikan dan Biota Perairan Lainnya dengan KBLI 15124 (10,9 persen), Industri Roti dan Sejenisnya dengan KBLI 15410 (14,1 persen), Industri Es dengan KBLI 15492 (7,8 persen) dan Industri Minuman Ringan (Soft Drink) dengan KBLI 15540 (21,9 persen). Sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali lebih banyak yang bergerak di sektor industri minuman ringan (softdrink). Akan tetapi secara umum yaitu dengan melihat hingga empat digit kode KBLI maka kelompok KBLI 1512 (Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Perairan Lainnya) jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini lebih banyak dibandingkan sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 25 persen. Disusul oleh Industri Makanan Lainnya KBLI 1549 (23,4 persen), Industri Minuman Ringan / Softdrink KBLI 1554 (21,9 persen), Industri Roti dan Sejenisnya KBLI 1541 (14,1 persen), Pemotongan Hewan dan
45
Pengawetan Daging KBLI 1511 (4,7 persen). Hal tersebut dikarenakan propinsi Bali dikelilingi oleh lautan sehingga baik penduduk maupun perusahaan lebih banyak memanfaatkan sumber daya alam kelautan yang tersedia di Bali. Sedangkan sektor-sektor lainnya yaitu Industri Minyak Makan dan Lemak dari Nabati dan Hewani dengan KBLI 1514 , Industri Susu dan Makanan dari Susu dengan KBLI 1521 dan Industri Tepung dan Pati dengan KBLI 1532, jumlah perusahaan yang bergerak sektor itu masing-masing hanya sebesar 1,6 persen.
BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Dalam hal ini, paling tidak ada empat faktor yang mempengaruhi laba atau keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Pertama, faktor perubahan jumlah input. Kedua, faktor produktivitas tenaga kerja, dan Ketiga, produktivitas faktor kapital , dan Keempat, faktor tehnologi. (Mankiw, 2007). Selanjutnya faktorfaktor tersebut akan di analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja. 5.1 Analisis Deskriptif Secara umum, rata-rata laba perusahaan pada perusahaan-perusahaan industri makanan dan minuman di Propinsi Bali pada tahun 2006 adalah 12.889.932,56 rupiah setahun. Nilai tertingginya mencapai 549.353.271,00 rupiah. Sedangkan nilai terendahnya 3.075 rupiah saja. Tentu saja nilai laba suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh jumlah hari kerja pada perusahaan tersebut. Tabel 5. Rata-rata dan Standart Deviasi dari Laba perusahaan, produktivitas tenaga kerja, Jumlah Input Perusahaan, Produktivitas Kapital, Teknologi
Laba Mean
5.353.967,3
Standard Deviasi 12742779,9 Sumber : BPS (Diolah)
Produktivitas 159092,81
Input
Produktivitas Kapital Tehnologi
4982851,9
161692,1
497.38
259431,16 11107554,2
1004988.4
1740,68
47
Hubungan antara variabel dependent yaitu laba perusahaan dengan masingmasing variabel independent yaitu jumlah input, produktivitas tenaga kerja, produktivitas kapital dan teknologi akan penulis jelaskan pada Tabel 6 Tabel 6. Hubungan antara laba perusahaan dengan jumlah input, produktivitas tenaga kerja, produktivitas kapital dan teknologi
Variabel
Koefisien
Korelasi
Jumlah Input
0,691
0,698
Produktivitas Tenaga Kerja
19,843
0,556
Produktivitas Kapital
-82,225
-0,036
-1.304,672
0,072
Teknologi
5.1.1. Besarnya Jumlah Input Besarnya jumlah input yang digunakan oleh perusahaan terhadap laba perusahaan sebesar 0,698 menunjukkan bahwa hubungan antara perubahan input terhadap laba perusahaan mempunyai hubungan yang kuat dan searah. Artinya perubahan jumlah input perusahaan signifikan mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman dan besarnya pengaruh perubahan jumlah input terhadap laba perusahaan sebesar 69,8 persen . Adapun sisanya yaitu sebesar 30,2 persen dipengaruhi oleh faktor lainnya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi apabila suatu perusahaan menambah jumlah tenaga kerja dan jumlah mesin produksi maka akan meningkatkan laba perusahaan.
48
5.1.2. Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja sebesar 0.556 menunjukkan bahwa hubungan antara produktivitas tenaga kerja industri makanan dan minuman dengan laba perusahaan mempunyai hubungan yang kuat dan searah. Artinya produktivitas tenaga kerja perusahaan signifikan mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman dan besarnya pengaruh perubahan produktivitas tenaga kerja terhadap laba perusahaan sebesar 55,6 persen. 5.1.3. Produktivitas Faktor Kapital Hasil pengolahan menunjukkan bahwa produktivitas kapital tidak signifikan mempengaruhi laba perusahaan. Karena hubungan yang ditunjukkan antara laba perusahaan dengan produktivitas faktor kapital kecil sekali yaitu sebesar minus 0,036. Sehingga variabel produktivitas faktor kapital harus dikeluarkan dari model, karena model regresi yang digunakan adalah Stepwise. Yaitu apabila suatu variabel independent tidak signifikan mempengaruhi variabel dependent maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model regresinya. 5.1.4. Teknologi Hasil pengolahan menunjukkan bahwa teknologi pada industri makanan dan minuman signifikan mempengaruhi laba . Hubungan yang ditunjukkan antara laba perusahaan dengan teknologi yaitu sebesar 0,072. 5.2 Analisis Regresi 5.2.1 Pemeriksaan Asumsi-asumsi Model
49
5.2.1.1 Normalitas Regresi linear normal klasik mengasumsikan bahwa tiap εi mengikuti Distribusi Normal atau εi ≈ Ν(0, σ2). Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS (Statistic Package for Social Science) menunjukkan bahwa Residual (εi) mengikuti Distribusi Normal dengan nilai rata-rata (Mean) ≈ 0 dan σ = 29.499.217.920. Sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
5.2.1.2 Non Multikolinearitas Untuk mengetahui ada tidaknya Multikolinearitas, salah satunya adalah dengan menggunakan nilai Variance Inflation Faktor (VIF). Bila nilai VIF antara 0 s/d 10, maka tidak terjadi Multikolinearitas (Drapper dan Smith, 1992). Selain itu dapat pula dengan menggunakan Condition Index (CI). Bila nilai CI dibawah 15, maka dapat disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas. Dari hasil pengolahan data, didapat nilai VIF antara 1,003 s/d 1,112. Sedangkan nilai CI antara 1,000 s/d 2,231. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi Multikolinearitas.
5.2.1.3 Non Autokorelasi Pendeteksian Autokorelasi dengan menggunakan nilai Durbin Watson. Untuk mengetahui terjadi Autokorelasi atau tidak, adalah dengan membandingkan nilai Durbin Watson (dw) hasil pengolahan dengan nilai Durbin Watson yang ada pada tabel (du). Disimpulkan terjadi Autokorelasi bila nilai dw berada diantara batas atas nilai Durbin Watson Tabel (du) dengan (4-du), atau nilai signifikansi
50
dw lebih kecil dari nilai signifikansi yang telah ditentukan (dalam hal ini sebesar 0,05). Dari hasil penghitungan, nilai Durbin Watson (dw) sebesar 1,738. Sedangkan nilai Durbin Watson Tabel 1,633 s/d 1,715. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi Autokorelasi.
5.2.1.4 Non Heterokedastisitas Untuk mengetahui ada tidaknya Heterokedastisitas dilakukan dengan melihat nilai Regression Standardized Predicted Value (Std. Predicted Value) dan Regression Studentized Residual (Std. Residual). Apabila kedua nilai tersebut membentuk
pola
tertentu,
maka
dapat
disimpulkan
telah
terjadi
Heterokedastisitas. Dari hasil pengolahan di dapat nilai sebagai berikut : 1. Nilai Std. Predicted Value antara (-1,263) s/d 4,381 dangan rata-rata = 0,000 dan Std. Deviasi = 1,000 2. Nilai Std. Residual antara (-2,242) s/d 3,736 dangan rata-rata = 0,000 dan Std. Deviasi = 0,968
Dari data diatas dapat dilihat bahwa tidak ada pola tertentu antara nilai Std. Predicted Value dengan nilai Std. Residual. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada data yang diolah.
51
5.2.2
Pengujian Model Dari hasil pengolahan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa semua asumsi telah terpenuhi. Setelah semua asumsi terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian model 5.2.2.1 Pengujian Koefisien Regresi (Uji F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah keempat
variabel itu
mempunyai pengaruh secara bersama-sama pada nilai laba perusahaan. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, didapat nilai Fhitung yang cukup besar yakni 25,357 dengan taraf signifikansi 0,000 (lebih kecil dari nilai α = 0,05) sehingga koefisien regresi dapat diterima. 5.2.2.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial terhadap keempat variabel bebas yang diduga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji t Laba Perusahaan Terhadap Keempat Variabel yang Mempengaruhinya Variabel (1)
Koefisien yg di Standarisasi (2)
Konstan - 581.724.735,007 Jumlah Input 0,097 Produktivitas Tenaga Kerja 0,404 Produktivitas Kapital -0,006 Biaya Teknologi -0,178 2 R 0,632 R2 (adj) 0,607 F Statistik 25,357 Sumber : Data Hasil Pengolahan
Nilai t
Probabilitas
(3)
(4)
-0,477 7,106 4,689 -0,082 -2,140
0,635 0,000 0,000 0,935 0,036
52
Variabel produktivitas kapital mempunyai taraf signifikansi 0,935 artinya lebih besar dari 0,050. Sehingga variabel ini sebaiknya dikeluarkan dari model sebab taraf signifikansi nya lebih dari 10 persen.
Pada saat pengolahan data dengan tiga variabel bebas (sebab tidak mengikut sertakan variabel produktivitas kapital) perlu diadakan pemeriksaan ulang, baik asumsi-asumsi model maupun Pengujian Koefisien Regresi (Uji F). Dari hasil pengolahan ternyata semua asumsi tersebut juga dapat dipenuhi (meskipun nilai angkanya terdapat sedikit perbedaan). Selanjutnya untuk hasil pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) dapat dilihat pada Tabel 8
Tabel 8. Hasil Uji t Laba Perusahaan Terhadap Ketiga Variabel yang Mempengaruhinya (Setelah variabel produktivitas kapital dikeluarkan dari model) Variabel (1) Konstan Jumlah Input Produktivitas Tenaga Kerja Biaya Teknologi R2 R2 (adj) F Statistik Sumber : Data Hasil Pengolahan
Koefisien yg di Standarisasi (2) -597.821.956,378 0,602 0,404 -0,178 0,632 0,614 34,376
Nilai t
Probabilitas
(3)
(4)
-0,501 7,168 4,732 -2,157
0,619 0,000 0,000 0,035
Sehingga model persamaan regresi untuk menduga besarnya nilai laba perusahaan yang dipengaruhi oleh jumlah input, produktivitas tenaga kerja dan sebagai berikut :
adalah
53
Y = - 597.821.956,378+ 0,602 X1 + 0,404 X2 - 0,178 X3 Standar Error : (1E+009)
( 0,096 )
( 4,195 ) ( 604,154 )
Dimana Y
:
Nilai Laba Perusahaan
X1
:
Jumlah Input
X2
:
Produktivitas Tenaga Kerja
X3
:
Biaya Aplikasi Tekhnologi
5.2.3
Penilaian Kelayakan Model Bagian terakhir dari analisis regresi adalah penilaian kelayakan model.
Penilaian kelayakan model dilakukan dengan melihat nilai Koefisien Determinasi, baik yang biasa (R2) ataupun yang telah disesuaikan (R2 Adjusted). Semakin mendekati nilai 1 Koefisien Determinasi, semakin baik dan layak suatu model Regresi. Dari hasil pengolahan didapat nilai R2 = 0,777 sedangkan R2 Adjusted = 0,604. Artinya model regresi sebagai mana tersebut diatas hanya mampu menerangkan sekitar 60 persen dari keragaman nilai variabel tidak bebasnya yakni laba perusahaan.
Dari analisis-analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel dependent yaitu laba perusahaan sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali tahun 2006 dengan variabel independent yaitu jumlah input
54
perusahaan, produktivitas tenaga kerja, serta tekhnologi sebesar 0,777 menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan searah. Sedangkan koefisien determinasinya
sebesar 0,604 yang artinya besarnya pengaruh yang dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor jumlah input perusahaan, produktivitas tenaga kerja dan tehnologi terhadap laba perusahaan sebesar 60,4 persen. Sedangkan 39,6 persen lagi disebabkan karena faktor-faktor lainnya di luar model ini Sehingga model laba perusahaan ini memberikan gambaran bahwa laba perusahaan sektor industri makanan dan minuman di Propinsi Bali dipengaruhi oleh jumlah input perusahaan, produktivitas perusahaan serta tekhnologi. Sedangkan variabel produktivitas faktor kapital tidak signifikan mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman. Tetapi variabel yang paling dominan mempengaruhi laba perusahaan adalah jumlah input dan produktivitas tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan dugaan bahwa dengan adanya persaingan usaha akan memperbaiki daya saing sektor industri makanan dan minuman. Dimana refleksi daya saing tersebut dicerminkan dengan meningkatkan keuntungan/laba yang diperoleh oleh perusahaan. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa pandangan umum yang ada di masyarakat bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman mempengaruhi laba perusahaan terbukti. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, yang akan dibahas pada bab berikutnya.
BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya, bahwa penulis akan melihat lebih lanjut, faktor-faktor apa yang mempengaruhi laba perusahaan pada industri makanan dan minuman. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sektor produksi yakni : (Mankiw, 2007) 1. Tingkat upah yang diterima pekerja 2. Tingkat kesehatan tenaga terja 3. Aplikasi kemajuan teknologi 4. Pendidikan dan pelatihan untuk menambah keterampilan tenaga kerja Selanjutnya faktor-faktor tersebut akan di analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja.
6.1. Analisis Deskriptif Tingkat produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman tertinggi mencapai 1.744.198 rupiah setahun, sedangkan produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman terendah sebesar 2.765 rupiah setahun. Dimana rata-rata produktivitas tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman sebesar 159.093 rupiah setahun. Sedangkan upah/gaji pekerja produksi sektor industri makanan dan minuman tertinggi mencapai Rp. 8.752.778 per bulan (Sektor Industri Roti dan Sejenisnya, misalnya roti kering, roti manis,
56
bolu, kue kering dsb) dan upah/gaji terendah sebesar Rp. 256.651 per bulan (Sektor Industri Pengalengan Ikan dan Biota Perairan Lainnya). Rata-rata upah/gaji pekerja produksi di sektor industri makanan dan minuman sebesar 1.030.368 rupiah. Tabel 9. Rata-rata Nilai Keempat Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas Mean Median Stdev Skewness
Upah/gaji
Biaya Peningkatan Aplikasi Kesehatan SDM Tehnologi
159093
1030368
60146
5225
13769
67896
750408
15446
3780
4802
259431,16 1073910,44 249102,29
5710,9
31092,27
7,64
0,47
4,23
3,64
4,67
Varians variabel upah/gaji sangat tinggi (beragam), karena perbedaan antara pekerja produksi yang memperoleh upah/gaji yang tertinggi dengan pekerja produksi yang memperoleh upah/gaji yang terendah sangat jauh perbedaannya, sehingga menyebabkan tingkat keragamannya menjadi sangat tinggi.
Berikut ini akan penulis bahas hubungan antara produktivitas dengan tingkat upah/gaji pekerja produksi sektor industri makanan dan minuman, tingkat kesehatan, diklat ketrampilan dan aplikasi teknologi.
57
Tabel 10. Hubungan antara Produktivitas Tenaga Kerja dengan Keempat Faktor Yang Mempengaruhinya Variabel
Koefisien yang Distandarisasi
Nilai t
Probabilitas
Korelasi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Upah/gaji Kesehatan Diklat Ketrampilan Teknologi
-61.506,563 0,250 10,656
-1,510 5,716 2,341
0,136 0,000 0,023
0,410 0,078 0,394
-6,585
-4,491
0,000
0,059
Sumber : Data hasil pengolahan
6.1.1 Tingkat Upah/Gaji Upah/gaji pekerja yang bekerja di sektor industri makanan dan minuman (kode 15) sebesar 0,410 menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas tenaga kerja sebesar 1 persen akan menaikkan upah/gaji sebesar 0.41 persen. Hal ini menunjukkan hubungan antara variabel upah/gaji dengan produktivitas signifikan dan searah. Apabila pekerja mendapatkan kenaikan tambahan gaji atau dengan kata lain memperoleh kenaikan upah/gaji maka akan meningkatkan pula produktivitas kerja dari pekerja itu sendiri. Hal inilah yang sering ditakutkan oleh para pengusaha, yaitu masalah UMR. Menurut pengusaha, apabila UMR naik maka akan mengurangi laba perusahaan. Padahal secara teoritis apabila UMR naik maka akan menaikkan upah/gaji pekerja, dengan naiknya upah/gaji akan menyebabkan meningkat pula produktivitas tenaga kerja. Dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja maka akan menaikkan laba perusahaan juga. Jadi sebenarnya hal tersebut tidak perlu menjadi hal yang ditakutkan
58
6.1.2. Kesehatan Pekerja Hubungan kesehatan pekerja terhadap produktivitas tenaga kerja tidak singnifikan yaitu sebesar 0,798 atau lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel kesehatan pekerja produksi tidak signifikan
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman.
6.1.3. Peningkatan Sumber Daya Manusia Peningkatan SDM mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel produktivitas tenaga kerja. Hubungan antara variabel peningkatan SDM dengan variabel produktivitas tenaga kerja menunjukkan angka sebesar 0,394. Angka ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan searah.
6.1.4. Aplikasi Teknologi Hubungan antara aplikasi teknologi dengan produktivitas sebesar 0,059 menunjukkan hubungan yang signifikan. Apabila terjadi kenaikan aplikasi teknologi sebesar 1 persen akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman meningkat sebesar 0,059.
6.2 Analisis Regresi 6.2.1 Pemeriksaan Asumsi-asumsi Model 6.2.1.1 Normalitas
59
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang dianalisis memiliki residual berada di sekitar nol. Hasil uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 2. Dari gambar terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaran tersebut mengikuti arah garis diagonal. Sebaran data terletak disekitar garis lurus, berarti data mengikuti distribusi normal.
6.2.1.2. Non Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel independent satu dengan variabel lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas khususnya dengan model regresi linear, dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factor). Dari hasil pengolahan nilai VIF untuk masing-masing variabel diperoleh hasil sebagai berikut: upah/gaji sebesar 3,622, kesehatan (1,087), diklat ketrampilan (1,113) dan aplikasi teknologi (3,422) Berdasarkan tabel hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan bahwa nilai VIF berada di bawah 5 menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antara variabel pada penelitian ini. 6.2.1.3 Non Autokorelasi
60
Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil perhitungan menunjukkan durbin-watson sebesar 1,948 dimana DWu = 1,767 dan 4- DWu
=
4(1,767) = 6,8268. Dw hitung terletak antara DWu dan 4- DWu ,
sehingga dapat disimpulakan bahwa model tidak terdapat masalah autokorelasi.
6.2.1.4 Non Heterodastisitas Untuk mengetahui ada tidaknya Heterokedastisitas dilakukan dengan melihat nilai Regression Standardized Predicted Value (Std. Predicted Value) dan Regression Studentized Residual (Std. Residual). Apabila kedua nilai tersebut membentuk
pola
tertentu,
maka
dapat
disimpulkan
telah
terjadi
Heterokedastisitas. Dari hasil pengolahan diadapat nilai sebagai berikut : 1. Nilai Std. Predicted Value antara (-1.819) s/d 3.331 dengan rata-rata = 0,000 dan Std. Deviasi = 1,000 2. Nilai Std. Residual antara (-2.885) s/d 5.083 dengan rata-rata = 0,000 dan Std. Deviasi = 0,968 Dari data diatas dapat dilihat bahwa tidak ada pola tertentu antara nilai Std. Predicted Value dengan nilai Std. Residual. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada data yang diolah.
6.2.2
Pengujian Model Setelah semua asumsi terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian model
61
6.2.2.1 Pengujian Koefisien Regresi (Uji F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah keempat
variabel itu
mempunyai pengaruh secara bersama-sama pada nilai laba perusahaan. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, didapat nilai Fhitung yang cukup besar yakni 12,962 dengan taraf signifikansi 0,000 (lebih kecil dari nilai α = 0,05) sehingga Koefisien Regresi dapat diterima. 6.2.2.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial terhadap ketujuh variabel bebas yang diduga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji t Terhadap Keempat Yang mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Variabel (1) Konstan Upah/gaji Kesehatan Peningkatan SDM Biaya Aplikasi Tekhnologi
R2 R2 (adj) F Statistik
Koefisien yg di Standarisasi (2) -61506,563 1,033 -0,025 0,235 -0,789
Nilai t
Probabilitas
(3)
(4)
-1,510 5,716 -0,257 2,341 -4,491
0,136 0,000 0,798 0,023 0,000
0,468 0,432 12,962
Sumber : Data Hasil Pengolahan
Variabel biaya kesehatan pekerja produksi sektor industri makanan dan minuman mempunyai taraf signifikansi 0,798 artinya lebih besar dari 0,050.
62
Sehingga variabel ini sebaiknya dikeluarkan dari model sebab taraf signifikansi nya lebih dari 10 persen. Pada saat pengolahan data dengan tiga variabel bebas (sebab tidak mengikut sertakan variabel biaya kesehatan pekerja produksi) perlu diadakan pemeriksaan ulang, baik asumsi-asumsi model maupun Pengujian Koefisien Regresi (Uji F). Dari hasil pengolahan ternyata semua asumsi tersebut juga dapat dipenuhi (meskipun nilai angkanya terdapat sedikit perbedaan). Selanjutnya untuk pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t) didapat hasil pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji t Terhadap Ketiga Yang mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja (setelah variabel kesehatan dikeluarkan dari model) Koefisien yg di Standarisasi (2) -62.129,587 1,021 0,239 -0,781
Variabel (1) Konstan Upah/gaji Peningkatan SDM Biaya Aplikasi Tekhnologi
R2 R2 (adj) F Statistik
Nilai t
Signifikansi
(3) -1,540 5,886 2,442 -4,549
(4) 0,129 0,000 0,018 0,000
0,467 0,440 17,533
Sumber : Data Hasil Pengolahan
Sehingga model persamaan regresi untuk menduga besarnya produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut : Y = -62.129,587 + 1,021 X1 + 0,239 X2 - 0,781 X3 Standar Error: (40355,300) Dimana
(0,042)
( 4,448 ) (1,433)
63
Y
:
Produktivitas tenaga kerja
X1
:
Upah/gaji
X2
:
Biaya peningkatan SDM
X3
:
Tekhnologi
6.2.3
Penilaian Kelayakan Model Bagian terakhir dari Analisis Regresi adalah penilaian kelayakan model.
Penilaian kelayakan model dilakukan dengan melihat nilai Koefisien Determinasi, baik yang biasa (R2) ataupun yang telah disesuaikan (R2 Adjusted). Semakin mendekati nilai 1 Koefisien Determinasi, semakin baik dan layak suatu model Regresi. Dari hasil pengolahan didapat nilai R2 = 0,467 sedangkan R2 Adjusted = 0,440. Artinya Model Regresi sebagai mana tersebut diatas hanya mampu menerangkan sekitar 46 persen dari keragaman nilai variabel tidak bebasnya yakni produktivitas tenaga kerja. Dari analisis-analisis di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel dependent yaitu produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman di Propinsi Bali tahun 2006 dengan variabel independent yaitu upah/gaji, biaya peningkatan sumber daya manusia, serta teknologi sebesar 0,683 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan serta mempunyai korelasi yang kuat dan searah. Sedangkan koefisien determinasinya sebesar 0,467 yang artinya besarnya pengaruh yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor upah/gaji, biaya peningkatan sumber daya manusia, serta tekhnologi terhadap produktivitas tenaga
64
kerja sektor industri makanan dan minuman sebesar 46,7 persen. Sedangkan 53,3 persen lagi disebabkan karena faktor-faktor lainnya di luar model ini Sehingga model produktivitas tenaga kerja ini memberikan gambaran bahwa produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman di Propinsi Bali dipengaruhi oleh faktor upah/gaji, biaya peningkatan sumber daya manusia, serta teknologi. Sedangkan faktor biaya kesehatan untuk pekerja produksi tidak signifikan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri makanan dan minuman. Dan faktor upah dan gaji merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali tahun 2006. Variabel-variabel independent yang diamati oleh penulis belum dapat mengidentifikasikan faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di sektor industri makanan dan minuman Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hal tersebut, karena model tersebut hanya mampu menjelaskan sebesar 46,7 persen. Sedangkan 53,3 persennya dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model tersebut.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Yaitu: 1. Laba perusahaan industri makanan dan minuman di propinsi Bali dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga faktor diantaranya adalah: jumlah input, produktivitas tenaga kerja, dan biaya aplikasi teknologi. Dan model regresi yang dibentuk oleh ketiga faktor tersebut dengan koefisien konstanta sebesar (-597.821.956,378), jumlah input (0,602), produktivitas tenaga kerja (0,404) dan biaya aplikasi teknologi (-0,178)
2. Dari ketiga faktor tersebut, faktor dominan yang mempengaruhi laba perusahaan industri makanan dan minuman adalah jumlah input perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien faktor jumlah input perusahaan pada persamaan regresi sebesar 0,602. Selain itu faktor produktivitas tenaga kerja juga memegang peranan dalam mempengaruhi laba perusahaan sektor industri makanan dan minuman, dengan koefisien regresinya sebesar 0,404. Hal ini sesuai dengan pandangan umum masyarakat bahwa produktivitas tenaga kerja mempengaruhi laba perusahaan. Walaupun dalam penelitian ini produktivitas tenaga kerja bukan faktor dominan yang mempengaruhi laba perusahaan di sektor industri makanan dan minuman di Propinsi Bali.
66
3. Produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali dipengaruhi oleh banyak faktor. Tiga faktor diantaranya adalah: Upah tenaga kerja produksi, biaya peningkatan SDM dan biaya aplikasi teknologi. Model regresi yang dibentuk oleh ketiga faktor tersebut dengan koefisien konstanta sebesar (-62.129,587), upah tenaga kerja produksi (1,021), biaya peningkatan SDM (0,239) dan biaya aplikasi teknologi (-0,781).
4. Dari ketiga faktor tersebut, yang paling besar mempengaruhi produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman adalah upah/gaji tenaga kerja produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari koefisien besaran faktor upah/gaji yaitu sebesar 1,021. Namun perlu adanya penelitian lanjutan, sebab model regresi ini hanya mampu menjelaskan sekitar 46,7 persen dari keragaman produktivitas tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman. Sedangkan 53,3 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya.
7.2
Saran
1. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah di propinsi Bali dengan pihak pengusaha sektor industri makanan dan minuman untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dalam rangka meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global sekaligus meningkatkan laju pertumbuhan sektor industri di daerah ini. Hal ini penting dilakukan mengingat sektor industri makanan dan minuman adalah sektor terbesar kedua yang mampu menyerap tenaga
67
kerja lebih banyak, memberikan kontribusi yang cukup besar dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di propinsi Bali.
2. Langkah-langkah kebijakan yang dapat diambil atau dijadikan pertimbangan bagi pemerintah propinsi Bali untuk meningkatkan daya saing produk lokal khususnya produk hasil dari industri makanan dan minuman dalam menghadapi era persaingan global antara lain : a. Meningkatkan standar kesehatan tenaga kerja produksi sektor industri makanan dan minuman b. Menyediakan dan mendorong penggunaan aplikasi tehnologi pada alat-alat produksi dan sarana-sarana pendukung proses produksi.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih banyak lagi faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dan laba perusahaan sektor industri makanan dan minuman di propinsi Bali.
68
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2007. Statistik Indonesia 2007. Jakarta. _________________, 2006. Industri Besar dan Sedang. Jakarta BPS Propinsi Bali. 2007. Bali Dalam Angka 2007. Bali. Gujarati, D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta Hadisuwito, S. 1996. Manfaat Momentum Kenaikan Upah Prisma. LP3S. Jakarta Hidayah, R. 2005. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Disiplin Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan, Studi Kasus : RS. Muhamadiyah Surakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Jauhari, M. Fandi. 2008. Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Karyawan, Studi Kasus: PT. Behaestex Gresik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Jaya, Wihana Kirana.1993. Pengantar Ekonomi Industri. BPFE. Yogyakarta. Kintarti. 2005. Analisis Hubungan Kompensasi, Motivasi dan Produktivitas Kerja Karyawan, Studi Kasus: Kantor KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mankiw, N. G. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta. Nachrowi, D Nachrowi.MSc.,Mphil.,AppSc, Phd, Hardius Usman, Ssi., MSi. 2006. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi UI Nicholson W. 2000. Toeri Ekonomi Mikro. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid I. Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta. Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Andi: Yogyakarta. Siegel, Sidney. 1994. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Gramedia: Jakarta.
69
Tambunan. 2000. Produktivitas Tenaga Kerja Industri Tekstil, Produk Tekstil Serta Alas Kaki. Pustaka Quantum Prima. Jakarta Todaro, Michael P., Stephen C. Smith. 2006. Economic Development. Ninth Edition. Erlangga: Jakarta. Wikipedia Indonesia, A F T A DAN IMPLEMENTASINYA, Direktorat Jenderal Kerjasama Industri dan Perdagangan International, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2008 (Update 9 September 2008).
LAMPIRAN
70 Lampiran 1. Hasil Uji Untuk Model Laba Perusahaan
71
72
73 Hasil Uji Untuk Model Laba Perusahaan ( Setelah variabek produktivitas kapital dikeluarkan dari model)
74
75
76 Lampiran 2. Hasil Uji untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja
77
78
79 Hasil Uji untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja ( Setelah variabel kesehatan pekerja dikeluarkan dari model )
80
81
82
Uji Normalitas Untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Produktivitas_Pkj 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
83 Lampiran 3. Data untuk Model Laba Perusahaan No
kip
prop
KBLI
Laba Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
511510011 511510019 511510027 511510005 511510008 511510046 511510012 511510029 511510042 511510022 511510051 511510028 511510047 511510045 511510049 511510048 511510050 511510052 511510032 511510044 511540048 511510030 511530037 511530036 511530035 511540010 511540044 511540047 511540007 511540038 511540006 511540042 511540004 511540036 511540012 511540049 511540019 511540043 511540041 511540016 511540024 511540023 511540027 511540039 511540025 511540045 511540046 511540040 511540037 511550023 511550007 511550022 511550005 511550019 511550018 511550010 511550021 511550008 511550025 511550020 511550015 511550017 511550002 511550024
Jumlah
51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
15112 15112 15112 15121 15121 15121 15121 15121 15121 15121 15122 15124 15124 15124 15124 15124 15124 15124 15129 15141 15213 15311 15311 15313 15329 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15491 15492 15492 15492 15492 15492 15493 15493 15495 15495 15495 15498 15498 15499 15499 15520 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540
3057987 556460 606063 53570403 6089194 1965438 666403 4968812 1958708 1916781 621068 39788767 8253335 4289603 3165788 35558521 657565 2711572 1243677 311067 390810 905211 568320 45735318 828259 2232890 1123300 586750 450730 433650 2330000 387070 417956 49838 2640034 1881982 531969 731619 257551 465736 1212887 467654 196799 155410 235415 2094021 755078 4797356 485232 726031 48813454 2991993 40166191 1308056 733324 363912 219300 843431 448860 164432 42383 222206 178837 125442 342653909
Produktivitas jumlah Tenaga pekerja Kerja produksi 147029 105 97081 24 91773 13 210145 573 188859 58 59429 92 47487 76 38356 239 14624 213 14412 211 21212 33 700424 131 629591 25 333333 18 303478 85 251605 162 187619 42 81924 190 67646 43 44337 10 84355 13 209699 10 103411 56 1744198 29 31167 33 795000 24 95250 20 74686 22 66600 25 50543 23 47171 70 36207 29 28529 54 2765 60 169523 67 283021 10 88021 24 70949 12 34547 25 28427 28 217537 18 50829 25 60071 20 27262 22 23540 20 51461 82 38288 40 532510 30 59508 20 95902 12 293379 242 252364 20 252332 195 204878 9 142495 28 68145 13 52633 17 46982 20 29496 24 28863 23 26956 30 23511 14 21604 17 6963 22 10181940 3940
jumlah Upah/gaji Kesehatan diklat ketrmpln tehnologi pekerja lainnya 66 1685382 115040 12390 14000 10 944000 15900 12198 15100 17 837474 13500 0 7200 130 7948356 283790 0 236323 40 970344 44544 12450 3000 5 638000 98407 10000 12000 6 597294 25630 9764 5313 15 735816 110730 0 42956 22 1178340 69630 3980 10435 19 1041320 67426 3800 9526 8 594000 6345 4120 18000 14 2319876 27655 14500 31963 5 1775050 27530 0 30487 3 1440400 25400 0 4215 35 1421180 24950 14380 1665 40 1636040 48120 12790 30000 10 958000 18600 12425 23000 22 3588000 158220 5000 36000 12 666512 10890 10980 14298 12 540000 7765 0 2175 10 795576 12700 0 1200 6 360000 19835 0 8608 6 945552 17365 12210 4000 0 2662200 39000 15009 1799 41 578960 7400 4918 397 4 2520800 28004 15000 2763 0 869600 13900 11988 0 14 787400 11566 11150 3750 3 660000 10760 10777 6000 2 606400 35000 0 12000 30 588000 64000 9000 6000 2 511750 7492 0 2400 7 520000 7387 4800 300 1 267392 5200 3760 1440 28 956170 18545 12400 1553 39 1240000 22000 13840 15000 3 808800 12854 11275 12627 8 765000 7076 0 5078 0 508020 14992 2485 4080 2 586636 7290 4750 8267 18 1142000 20600 0 3000 2 651388 28938 0 1915 6 650670 4000 0 1844 0 482000 7100 0 1200 4 287800 6876 0 2580 0 627500 10350 9985 30000 0 537000 7543 8680 25619 0 1468200 26900 14452 1200 3 638860 10523 0 8041 9 874000 14400 0 3615 152 1400000 1991560 0 0 28 1228310 20000 0 31728 20 1204058 29750 13700 72000 19 1022000 19700 0 18000 20 949058 17634 0 10929 12 702800 11000 0 8475 13 634568 10490 0 3527 2 543050 8950 0 0 6 497288 7395 0 3000 34 483260 7390 0 1000 7 318352 7009 4680 4526 7 130200 6763 0 1098 6 120000 6540 766 2991 3 297580 5490 0 0 1068 65943582 3849339 334402 881206
84 Lampiran 4. Data untuk Model Produktivitas Tenaga Kerja KIP
Prop KBLI
511510011 511510019 511510027 511510005 511510008 511510046 511510012 511510029 511510042 511510022 511510051 511510028 511510047 511510045 511510049 511510048 511510050 511510052 511510032 511510044 511540048 511510030 511530037 511530036 511530035 511540010 511540044 511540047 511540007 511540038 511540006 511540042 511540004 511540036 511540012 511540049 511540019 511540043 511540041 511540016 511540024 511540023 511540027 511540039 511540025 511540045 511540046 511540040 511540037 511550023 511550007 511550022 511550005 511550019 511550018 511550010 511550021 511550008 511550025 511550020 511550015 511550017 511550002 511550024
51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
Jumlah
15112 15112 15112 15121 15121 15121 15121 15121 15121 15121 15122 15124 15124 15124 15124 15124 15124 15124 15129 15141 15213 15311 15311 15313 15329 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15410 15491 15492 15492 15492 15492 15492 15493 15493 15495 15495 15495 15498 15498 15499 15499 15520 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540 15540
Produktivitas Jumlah pkj Upah/gaji Kesehatan Diklat Ketrmpln Tehnologi Pkj Produksi 147029 105 1685382 115040 12390 14000 97081 24 944000 15900 12198 15100 91773 13 837474 13500 0 7200 210145 573 7948356 283790 0 236323 188859 58 970344 44544 12450 3000 59429 92 638000 98407 10000 12000 47487 76 597294 25630 9764 5313 38356 239 735816 110730 0 42956 14624 213 1178340 69630 3980 10435 14412 211 1041320 67426 3800 9526 21212 33 594000 6345 4120 18000 700424 131 2319876 27655 14500 31963 629591 25 1775050 27530 0 30487 333333 18 1440400 25400 0 4215 303478 85 1421180 24950 14380 1665 251605 162 1636040 48120 12790 30000 187619 42 958000 18600 12425 23000 81924 190 3588000 158220 5000 36000 67646 43 666512 10890 10980 14298 44337 10 540000 7765 0 2175 84355 13 795576 12700 0 1200 209699 10 360000 19835 0 8608 103411 56 945552 17365 12210 4000 1744198 29 2662200 39000 15009 1799 31167 33 578960 7400 4918 397 795000 24 2520800 28004 15000 2763 95250 20 869600 13900 11988 0 74686 22 787400 11566 11150 3750 66600 25 660000 10760 10777 6000 50543 23 606400 35000 0 12000 47171 70 588000 64000 9000 6000 36207 29 511750 7492 0 2400 28529 54 520000 7387 4800 300 2765 60 267392 5200 3760 1440 169523 67 956170 18545 12400 1553 283021 10 1240000 22000 13840 15000 88021 24 808800 12854 11275 12627 70949 12 765000 7076 0 5078 34547 25 508020 14992 2485 4080 28427 28 586636 7290 4750 8267 217537 18 1142000 20600 0 3000 50829 25 651388 28938 0 1915 60071 20 650670 4000 0 1844 27262 22 482000 7100 0 1200 23540 20 287800 6876 0 2580 51461 82 627500 10350 9985 30000 38288 40 537000 7543 8680 25619 532510 30 1468200 26900 14452 1200 59508 20 638860 10523 0 8041 95902 12 874000 14400 0 3615 293379 242 1400000 1991560 0 0 252364 20 1228310 20000 0 31728 252332 195 1204058 29750 13700 72000 204878 9 1022000 19700 0 18000 142495 28 949058 17634 0 10929 68145 13 702800 11000 0 8475 52633 17 634568 10490 0 3527 46982 20 543050 8950 0 0 29496 24 497288 7395 0 3000 28863 23 483260 7390 0 1000 26956 30 318352 7009 4680 4526 23511 14 130200 6763 0 1098 21604 17 120000 6540 766 2991 6963 22 297580 5490 0 0 10181940
3940 65943582
3849339
334402
881206
85 Lampiran 5. Banyaknya Perusahaan dan Tenaga kerja Sektor Industri Besar dan Sedang, 2005 Kode Klasifikasi 15. Industri Makanan dan Minuman 17. Industri Tekstil 18. Industri Pakaian Jadi 19. Industri Kulit dan Barang dari Kulit 20. Industri Anyaman 22. Industri Penerbitan, Percetakan Dan Reproduksi Media Rekaman 24. Industri Kimia dan Barang-barang Dari Kimia 25. Industri Karet dan Barang Dari Karet 26. Industri Barang Galian Bukan Logam 28. Industri Barang Dari Logam, kecuali Mesin dan Peralatannya 36. Industri Furnitur dan Industri pengolahan lainnya Total
Banyaknya Perusahaan
Banyaknya dan Jenis Pekerja Produksi Lainnya Total
46
3634
1325
4959
25 76
2139 5764
207 1213
2346 6977
2
145
18
163
46
2757
422
3179
11
482
366
848
1
75
2
77
4
163
30
193
48
1472
217
1689
18
1113
166
1279
41
2371
687
3058
318
20115
4653
24768
86 Lampiran 6 Nilai tambah, Produktifitas Tenaga Kerja, Banyaknya Pekerja Industri dan Upah/Gaji Industri Besar dan Sedang ( 000 Rupiah), Tahun 2005
Kode Industri 15 17 18 19 20 22 24 25 26 28 36
Jumlah Perusahaan
Nilai Tambah
Produktifitas Tenaga Kerja
46 240.573.562 25 61.342.441 76 105.965.299 2 2.019.989 46 48.057.129 11 51.561.871 1 678.941 4 1.752.252 48 56.789.781 18 12.686.367 41 62.937.732 318 644.365.364 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2007 ( Diolah )
149.353 66.205 41.299 13.930 17.430 106.975 9.052 10.750 38.580 11.398 26.545 32.034
Jumlah Pekerja Produksi 3.634 2.139 5.764 145 2.757 482 75 163 1.472 1.113 2.371 20.115
Upah/Gaji Pkj Prod+Pkj Lainnya 52.169.744 72.927.438 107.144.402 1.632.688 27.968.224 18.612.820 81.584.314 1.684.160 15.630.557 7.533.932 26.217.050 413.105.329