FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN DAN EFEKTIVITAS KEBIJAKAN IMPOR GARAM INDONESIA Determinant Factors of the Demand and Effectiveness of Indonesia’s Salt Import Policy Ahmad Syariful Jamil1, Netty Tinaprilla2, Suharno2 Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper-Kampus IPB Dramaga Bogor, Lantai 5, Bogor, Jawa Barat 16680, Indonesia email:
[email protected] 1
Abstrak Garam merupakan komoditas strategis Indonesia yang permintaannya akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan garam dalam negeri dengan produksi garam domestik mendorong pemerintah untuk melakukan impor garam. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume permintaan dan efektivitas kebijakan impor garam Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dari tahun 2004-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap volume permintaan impor garam Indonesia yaitu: produksi garam domestik, harga garam impor, Produk Domestik Bruto (PDB) riil Indonesia, PDB riil negara sumber impor dan nilai tukar riil. Produksi garam domestik dan harga garam impor memiliki hubungan yang negatif dengan volume impor, sedangkan variabel lainnya memiliki hubungan yang positif. Temuan lain adalah kebijakan impor yang telah dikeluarkan oleh pemerintah belum sepenuhnya efektif diterapkan pada saat studi ini dilakukan. Rekomendasi kebijakan yang seharusnya dapat diterapkan oleh pemerintah yaitu sinkronisasi data, penguatan pengawasan kebijakan impor, serta intensifikasi dan ekstensifikasi lahan untuk meningkatkan produksi garam domestik. Kata kunci: Produksi Garam, Permintaan Impor Indonesia, Kebijakan Impor Garam Indonesia Abstract Salt is a strategic commodity which its demand will continue to increase along with the increasing population. The imbalance between the demand and the supply of salt in Indonesia encourages the government to import salt. This study aimed to analyze: the factors that influence the demand of salt import, the effectiveness of salt import and alternative formulation of domestic salt policies. The panel regression model was conducted to address the problem. The study found that the variables that significantly influenced the import demand of salt in Indonesia were domestic salt production, imported salt price, real GDP of Indonesia, real GDP of importing source country and real exchange rate. Domestic salt production and imported salt price had a negative relationship towards import volume, while other variables had a positive relationship. Another finding is that the goverment policy of importing salt has not been fully implemented at the time of this study. The policies that should be further improved by the goverment can be done by synchronizing the data, strenghtening the monitoring import policy, land intensification and extension support in order to produce salt. Keywords: Salt Production, Indonesia Import Demand, Salt Import Policy of Indonesia JEL Classification: C23, Q11, Q17
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 43
PENDAHULUAN Garam
satu
lahan produksi di Madura tersebut
ini
menguasai lahan garam sekitar 5.130
mengalami ketidakseimbangan antara
hektar dengan produksi pada tahun
penawaran
permintaan
2014 mencapai 330.000 ton atau
Padahal,
sebesar 30% dari total produksi garam
komoditi
sebagai
strategis
salah
belakangan
dan
(Metrotvnews, Indonesia
2015).
merupakan
satu
nasional (Tempo, 2015). Sementara
negara maritim yang memiliki garis
itu, menurut Kementerian Kelautan
pantai terpanjang di dunia. Kondisi
dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015
geografis
petani garam memiliki lahan yang
yang
salah
dimiliki
Indonesia
tersebut dinilai lebih dari cukup untuk
tersebar
dapat berdaulat atas komoditi garam.
Indonesia
Namun kenyataannya, dari daftar 60
25.830,34 ha. Dengan kata lain, total
negara produsen garam terbesar di
luas lahan yang dimiliki oleh petani
dunia, Indonesia hanya berada di
mencapai 70% dari total luas lahan
urutan ke 30 (Merdeka, 2014). Hal ini
garam domestik.
salah
satunya
beberapa dengan
wilayah
total
di
sebesar
belum
Produksi garam nasional yang
potensi
diproduksi dari luasan lahan tersebut
lahan tambak garam di Indonesia.
cenderung mengalami fluktuasi. Hal ini
Pada
salah
maksimalnya
tahun
disebabkan
di
penggarapan
2011
lahan
garam
satunya
disebabkan
Indonesia mencapai 33.854,36 hektar,
sangat
dengan pemanfaatan lahan hanya
produksi garam dengan kondisi alam
mencapai
atau
seperti cuaca dan iklim, sehingga
tersebut
produksi garam domestik cenderung
sekitar
24.130,93
71%
dari
hektar total
(Ihsannudin, 2012). Secara Indonesia
tergantungnya
masih
berfluktuatif.
umum
diproduksi
garam oleh
di
petani
Kondisi
kegiatan
tersebut
disebabkan karena seluruh produksi garam
di
Indonesia
berasal
dari
garam rakyat dan PT Garam. PT
penguapan air laut di meja garam,
Garam
satu-satunya
sehingga sangat tergantung terhadap
badan usaha milik negara (BUMN)
iklim dan cuaca. Oleh karena itu,
yang membidangi komoditi garam.
adanya
Perusahaan
dimana cuaca dan iklim tidak dapat
merupakan
yang
hanya
memiliki
44 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
fenomena
anomali
iklim
diprediksi akan sangat memengaruhi
pemerintah untuk melakukan impor
produksi
Kondisi
garam.
Produksi
tersebut terjadi pada tahun 2010,
seakan
tidak
dimana
hanya
memenuhi kebutuhan garam nasional,
mencapai sekitar 30.600 ton (KKP,
khususnya untuk garam industri yang
2012 dalam Alham, 2013).
hampir 100% kebutuhannya dipenuhi
garam
nasional.
produksi
Produksi
nasional
garam
nasional
oleh
garam
garam
Indonesia
berdaya
impor.
Selain
berdasarkan
memenuhi kebutuhan garam domestik.
Statistik (2014) pada tahun 2011 impor
Secara
garam
kebutuhan
garam
domestik dibedakan menjadi garam
Badan
itu,
tersebut umumnya digunakan untuk
umum
data
dalam
Indonesia
Pusat
mengalami
peningkatan menjadi 2.8 juta ton.
yang diperuntukkan untuk konsumsi
Besarnya jumlah impor garam
(kandungan NaCl > 94%) dan industri
Indonesia tersebut mengindikasikan
(kandungan NaCl > 97%). Berdasar-
produksi garam domestik tidak mampu
kan data Kementerian Perindustrian
mengimbangi peningkatan kebutuhan
(2012) (dalam Aligori (2013)) tercatat
garam domestik. Namun apabila lebih
bahwa
garam
dicermati, persoalan fenomena besar-
industri untuk industri Chlor Alkali
nya impor garam tidak hanya berkaitan
Plant (CAP) saja pada tahun 2011
dengan
mencapai 55% dari total kebutuhan
permintaan semata. Hal tersebut dapat
garam
Industri tersebut
diamati dari data neraca garam nasio-
membutuhkan garam dengan tingkat
nal pada tahun 2011 (Kementerian
kemurnian yang sangat tinggi yaitu
Perindustrian, 2012), dimana kebu-
memiliki kandungan NaCl lebih besar
tuhan garam domestik pada tahun
dari 97%. Sementara produksi garam
tersebut sebesar 1.800.000 ton untuk
domestik hanya mampu memproduksi
garam industri dan 1.100.000 ton
garam dengan kandungan NaCL 80-
untuk
95%.
produksi
domestik yang mencapai 1.113.118
domestik hanya mampu memenuhi
ton pada tahun tersebut seharusnya
kebutuhan garam konsumsi.
telah
proporsi
kebutuhan
Indonesia.
Dengan
kata
lain,
Ketidakseimbangan
antara
faktor
garam
dapat
penawaran
konsumsi.
memenuhi
dan
Produksi
kebutuhan
garam konsumsi, sehingga kebutuhan
kebutuhan garam dengan kapasitas
impor
garam
untuk
memenuhi
produksi garam nasional mendorong
kebutuhan domestik hanya didasarkan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 45
pada
kebutuhan
Namun,
garam
realisasi
Indonesia mencapai
pada
impor tahun
2.835.870
ton,
industri.
terbentuk: Model OLS pooled, model
garam
fixed effects (FEM), dan model random
tersebut
effect (REM). Model umum regresi
dimana
data panel adalah sebagai berikut.
besarnya volume tersebut menunjuk-
Yit = α + βXit + µit.............................(1)
kan adanya kelebihan (excess) impor
Dimana:
sekitar 1 juta ton. Kondisi tersebut
i
: 1, 2,. . ., N menunjukkan data
menunjukkan bahwa faktor produksi garam domestik bukan merupakan
cross section (dimensi subjek); t
: 1, 2, . . ., N menunjukkan dimensi
satu-satunya faktor yang memenga-
waktu;
ruhi besarnya volume impor garam
α : intersep yang merupakan skalar;
Indonesia. Berdasarkan permasalahan
β : koefisien slope dengan dimensi K
diatas, penelitian ini bertujuan untuk
x 1, dimana K adalah banyaknya
menganalisis faktor-faktor memenga-
peubah bebas;
ruhi impor garam, efektivitas kebijakan
Yit : Peubah tak bebas untuk unit
impor garam dan merumuskan alternatif kebijakan garam nasional dalam
individu ke-i dan unit waktu ke-t; Xit : Peubah bebas untuk unit individu
menanggulangi peningkatan impor.
ke-i dan unit waktu ke-t. Umumnya
METODE
dalam
mengaplika-
sikan data panel digunakan komponen
Data panel merupakan data
sisaan satu arah
(one way error
gabungan antara data time series dan
component model) untuk ganguan
data cross section atau sebagai studi
(disturbance) dengan:
terhadap suatu unit objek/ individu
µit = µi + ʋit ......................................(2)
yang sama dari waktu ke waktu. Sama
dimana µi menunjukkan efek spesifik
halnya dengan data cross section atau
individu
time series, data panel juga dapat
(unobservable) dan ʋit menunjukkan
menggunakan
regresi
faktor gangguan (disturbance) sisanya.
yang disebut model regresi data panel.
1. Model Koefisien Konstan (Pooled
pendekatan
yang
tidak
terobservasi
Juanda (2012) menyatakan bahwa
Least Square/ PLS)
dalam
regresi
Model ini merupakan model regresi
menggunakan data panel terdapat tiga
data panel yang paling sederhana.
melakukan
kemungkinan
analisis
model
yang
akan
46 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
Pada analisis ini data time series
karena
dan
menggunakan
cross
section
menjadi
suatu
pengamatan model
digabungkan
dan
tersebut
kesatuan mengestimasi
dengan
dalam
sebanyak
model
ini
peubah
dummy
cross
section
unit
dikurangi satu (n-1) maka hal ini
metode
menyebabkan berkurangnya derajat
Ordinary Least Square (OLS). Hal
kebebasan (degree of freedom)
ini
sehingga akan mengurangi efisiensi
menjadikan
model
tersebut
mengasumsikan setiap unit individu
parameter.
(unit cross section) memiliki intersep
Effect
dan slope
2012):
yang sama.
Namun
Bentuk Model
sebagai
berikut
Fixed
(Juanda,
menurut Gujarati & Porter (2013)
Yit = β0i + β1X1it+ β2X2it + µit...........(3)
dengan
Dimana
menggabungkannya
diasumsikan bahwa model tersebut telah
menutupi
heterogenitas
(individualitas atau keunikan) yang bisa terjadi diantara individu atau
unit cross section); dan t : 1, 2, 3,..., N (sebanyak jumlah unit time series). Dengan β0i merupakan intersep
waktu.
dan β1 merupakan slope. Pada
2. Fixed Effect Model (FEM) Keunikan antar
i : 1,2 ,3,....,N (sebanyak jumlah
atau
subjek
heterogenitas baru
slope
tersebut
terdapat
dapat
penambahan
Fixed
intersep yang menunjukkan bahwa
dengan
adanya perbedaan keunikan pada
Gujarati & Porter (2013) dan Juanda
masing-masing unit cross section.
(2012) yang menyatakan bahwa
Selain
heterogenitas antar subjek tersebut
menunjukkan
dicerminkan dari nilai intersep yang
masing unit cross section tidak
unik dari masing-masing subjek.
berbeda antar waktu atau time
Dimana
invariant.
diakomodasi
pada
Effect.
ini
Hal
sejalan
dalam
masing-masing digunakan
model
membedakan
intersep peubah
tersebut
subscript
itu,
Juanda
i
pada
intercept
tersebut
bahwa
masing-
(2012)
menyatakan
dummy,
bahwa apabila diasumsikan intersep
sehingga model ini juga dikenal
tersebut berbeda antar individu dan
sebagai
model
waktu
Dummy
Variable
Least (LSDV).
Square Oleh
(time
digunakan
variant),
differential
dapat dummy
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 47
variable,
dimana
bentuk
model
dengan suatu nilai rata-rata dari β1
secara matematis sebagai berikut:
(tanpa subscript i). Nilai masing-
Yit = α1 + α2D2i + β0i + β1X1it+ β2X2it +
masing individu dapat dinyatakan
µit .................................................(4)
sebagai:
Dimana D2i merupakan dummy unit
β0i = β0 + ℮i...................................(5)
cross section dan dummy peubah
dimana ℮i adalah sisaan acak
pada model tersebut dapat muncul sebanyak jumlah unit cross section dikurangi dengan satu. Hal tersebut dilakukan
untuk
menghindari
sikan
Dengan mensubtitu-
persamaan
tersebut
Model Random Effect muncul salah
ke
maka
menjadi:
3. Random Effect Model (REM)
awalnya
2.
ragam=
persamaan Fixed Effect
dummy variable trap.
pada
(error term) dengan rata = 0 dan
Yit = β0 + β1X1it+ β2X2it + ℮it + µit...(6)
satunya
= β0 + β1X1it+ β2X2it + wit..........(7)
disebabkan oleh tanggapan dari
Dimana
Kemnta dalam (Gujarati & Porter, bahwa
wit = ℮it + µi...................................(8)
penggunaan peubah dummy dan
Ketiga model tersebut kemudian
2013)
yang
menyatakan
konsekuensinya
dengan
berku-
diuji untuk mendapatkan model regresi
rangnya degree of freedom benar-
panel
benar memiliki dampak yang berarti
menggambarkan suatu kondisi aktual.
yaitu menurunnya tingkat efisiensi
Pemilihan model regresi data panel
dari
terbaik tersebut didasarkan pada dua
parameter
yang
akan
terbaik
yang
diestimasi. Sehingga hal tersebut
jenis pengujian (Juanda, 2012):
memunculkan suatu saran untuk
1. Pemilihan
antara
model
dapat
PLS
mewakili keterbatasan pengetahuan
dengan FEM (Uji Chow)
bukan
tetapi
Uji Chow digunakan untuk menguji
dalam
apakah Fixed Effect Model (FEM)
dengan
dengan bentuk
dummy
menyatakannya galat.
Dimana
Juanda
lebih
baik
dibandingkan
model
(2012) menyatakan bahwa β0i pada
Pooled Least Square (PLS) dengan
persamaan Fixed Effect Model tidak
meilihat signifikansi uji F. Hipotesis
lagi
nol (H0) yang digunakan adalah
dianggap
konstan,
namun
dianggap sebagai peubah random
48 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
intersep dan slope adalah sama.
Hipotesis
nol
ditolak
Adapun uji F statistiknya adalah
statistik
sebagai berikut:
daripada nilai kritis statistik chi-
Hausman
jika
lebih
nilai besar
square. Hal ini berarti bahwa model F hitung =
..............(9)
Dengan n adalah jumlah individu; T
yang tepat untuk regresi data panel adalah model FEM.
merupakan jumlah periode waktu; K
Setelah dilakukan estimasi dan
adalah banyaknya parameter model
pemilihan model terbaik, dilakukan uji
FEM;
asumsi regresi klasik.
serta
RSSp
dan
RRSf
Uji asumsi
berturut-turut adalah residual sum of
regresi klasik tersebut dimaksudkan
squares untuk model PLS dan
untuk memperoleh estimasi model
model FEM. Apabila nilai Chow
yang
Statistics (F-Stat) hasil pengujian
Unbias Estimation (BLUE). Adapun
lebih besar dari F tabel, maka cukup
pengujian asumsi regresi klasik yang
bukti untuk melakukan penolakan
harus
terhadap Ho sehingga model yang
normalitas, uji homoskedastisitas, uji
digunakan
autokorelasi dan uji multikolinieritas.
adalah
model
FEM,
begitu juga sebaliknya.
dilakukan
sifat
Best
antara
Linier
lain
Uji
Model Regresi Panel Faktor-Faktor
2. Pemilihan antara model FEM dan
yang
Memengaruhi
Volume
Permintaan Impor Garam
REM Uji
memenuhi
mengenai
model
pemilihan
FEM
menggunakan
dan uji
antara
Peubah-peubah yang diguna-
REM
kan untuk menganalisis faktor-faktor
Hausman.
yang
memengaruhi
impor
garam
Dengan mengikuti kriteria Wald,
Indonesia berupa peubah terikat dan
nilai
peubah bebas. Peubah terikat berupa
statistik
mengikuti
Hausman
distribusi
akan
chi-square
volume
impor garam
dari negara
sebagai berikut:
eksportir garam utama di Indonesia.
W = 2 [K] = [β, βGLS] -1[β-βGLS]...(10)
Peubah bebas berupa produksi garam
Statistik
tersebut
domestik, harga garam impor, GDP riil
mengikuti distribusi statistik chi-
Indonesia, GDP riil negara sumber
square
impor
uji
Hausman
dengan
derajat
bebas
sebanyak jumlah peubah bebas (p).
dan
nilai
tukar
riil
rupiah
terhadap mata uang negara sumber
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 49
impor (LCU). Peubah-peubah tersebut
dimana
sebagian
didapatkan dari penelusuran pustaka,
menganalisis aliran ekspor komoditas
berikut peubah bebas, sumber dan
(Khairani
hipotesis tanda yang diharapkan pada
Setyawati 2015; Abidin et al 2013; De
masing-masing peubah bebas.
Paul & Cheng 2012; Elshehawy et al
2015;
besar
literatur
Gunawan
2015;
Tabel 1 menunjukkan bahwa
2014 dan Doumbe & Belinga 2015).
masing-masing peubah bebas dalam
Model yang digunakan juga turut
model diharapkan memiliki tanda yang
membedakan penelitian ini dengan
sesuai dengan teori ekonomi. Pada
penelitian sebelumnya, dimana pada
peubah volume produksi, harga garam
penelitian ini model yang diestimasi
impor dan nilai tukar riil diharapkan
menggunakan model regresi panel.
memiliki tanda negatif. Sebaliknya, peubah GDP Indonesia dan GDP
Secara matematis persamaan model tersebut sebagai berikut:
diharapkan
LMit = β0 + β1LQit + β2LYIt + β3LYJit +
koefisiennya memiliki tanda positif.
β4LPit + β5LXit + µit……….….(11)
Dengan kata lain, volume produksi,
Β0 dan µit secara berturut-turut
negara
sumber
impor
harga garam impor dan nilai tukar
adalah
memiliki
persamaan model.
hubungan
yang
terbalik
intersep
dan
error
term
β1, β2, β3, β4 dan
dengan besarnya volume impor garam
β5 adalah koefisien masing-masing
Indonesia begitu juga sebaliknya pada
peubah bebas LQ, LYI,LYJ, LP dan
peubah lainnya.
LX.
Perbedaan
sangat
garam Indonesia dari negara sumber
dengan
impor i pada tahun t, LYI adalah
penelitian sebelumnya terletak pada
logaritma GDP Indonesia pada tahun t,
komoditas yang dibahas yaitu garam.
LYJ adalah GDP riil negara sumber
Hingga kini jarang penelitian yang
impor i pada tahun t, LP adalah
menganalisis garam dari perspektif
logaritma harga garam impor dari
perdagangan. Diduga karena keterba-
negara sumber impor i pada tahun t
tasan ketersediaan data garam yang
dan LX adalah nilai tukar riil rupiah
akurat. Selain itu, perbedaannya juga
terhadap mata uang negara sumber
terletak pada arah aliran perdagangan,
impor
mendasar
yang
LM adalah logaritma nilai impor
penelitian
ini
50 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
i
pada
tahun
t.
Tabel 1. Peubah Bebas, Hipotesis dan Sumber Pustaka Peubah bebas Volume produksi
Hipotesis Negatif (-)
Gross Domestic Product (GDP) Indonesia Gross Domestic Product (GDP) negara sumber impor Harga impor Nilai tukar
Positif (+)
Sumber De Paul & Cheng (2012), Iswahyuni (2015), Silitonga (2014) Iswahyuni (2015), Gunawan (2015); Khairani (2015), Doumbe & Belinga (2015); Elshehawy et al (2014) De Paul & Cheng (2012); Gunawan (2015); Khairani (2015), Doumbe & Belinga (2015); Elshehawy et al (2014); Crescimanno (2013) -Iswahyuni (2015) Ayuwangi (2013), Setyawati (2015); Gunawan (2015); Abidin et al (2013)
Positif (+)
Negatif (-) Negatif (-)
Data yang digunakan dalam
perdagangan, data makroekonomi dan
penelitian ini data sekunder berupa
data neraca garam domestik. Data
data panel. Pada penelitian ini data
perdagangan
panel yang digunakan terdiri dari data
garam dengan kode pos tariff/HS 4
time series selama 10 tahun yaitu
digit yaitu 2501. Jenis dan sumber
mulai tahun 2004 hingga 2013 dan
data yang digunakan dalam penelitian
data cross section sebanyak tiga
ini
negara
yaitu
Selandia.
Australia,
Data
terdiri
berupa
ditampilkan
pada
data
impor
Tabel
2.
India
dan
Pengolahan data-data tersebut diolah
dari
data
menggunakan Eviews 7 dan SPSS.
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data Volume produksi Gross Domestic Product (GDP) Indonesia Gross Domestic Product (GDP) negara sumber impor Harga impor Nilai tukar Volume & nilai impor
Sumber Kementerian Kelautan dan Perikanan World Bank World Bank UN Comtrade www.fx-sauder.com UN Comtrade & Trademap
HASIL DAN PEMBAHASAN
terintegrasinya
Gambaran
memunculkan alasan baru bagi negara
Umum
Pergaraman
Indonesia
perdagangan
dunia
tertentu untuk melakukan impor yaitu
Pada dasarnya suatu negara melakukan
impor
akibat
tidak
salah harga.
satunya Adanya
adanya
perbedaan
perbedaan
harga
mampunya produksi domestik dalam
tersebut didasarkan pada keunggulan
memenuhi
komoditi
komparatif
semakin
terhadap komoditi tertentu, sehingga
tertentu.
permintaan Seiring
dengan
masing-masing
negara
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 51
negara yang tidak memiliki keunggulan
fluktuatif
komparatif
tersebut
sebesar 1.3 juta ton/tahun. Penurun-
akan meningkatkan impornya. Bahkan
an produksi tertinggi terjadi pada tahun
negara tersebut akan mengandalkan
2010,
impor untuk memenuhi permintaan
domestik hanya mencapai 30.600 ton.
domestik akan komodti tersebut.
Selain itu, kebutuhan garam domestik
pada
Garam
komoditi
sebagai
dengan
produksi
garam
satu
cenderung meningkat setiap tahunnya,
komoditi strategis di Indonesia juga
dimana kebutuhan rata-rata garam
mengalami kondisi dimana produksi
domestik mencapai sekitar 2.8 juta
garam
ton.
domestik
salah
dengan produksi rata-rata
belum
memiliki
Adanya dan
kesenjangan kebutuhan
antara
keunggulan komparatif dibandingkan
produksi
tersebut
dengan produsen garam di belahan
menyebabkan pemerintah melakukan
dunia lain. Tabel 3 menunjukkan bah-
impor garam.
wa produksi garam domestik sangat Tabel 3. Volume Produksi, Kebutuhan, Impor dan Rasio Impor dan Ketersediaan Garam Indonesia, Tahun 2004-2014 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Produksi 1.382.980 1.150.000 1.288.000 1.352.400 997.000 1.371.000 30.600 1.575.663 2.473.716 1.163.607 2.501.891
Kebutuhan 2.485.434 2.760.246 2.836.990 3.056.130 3.079.700 2.960.250 3.003.550 3.251.691 3.251.691 3.573.954 3.611.990
Rasio impor/ ketersediaan (%)
Impor 2.181.247 1.404.375 1.552.750 1.661.488 1.657.548 1.701.418 2.083.343 2.835.871 2.314.844 2.020.933 2.251.577
61.20 54.98 54.66 55.13 62.44 55.38 98.55 64.28 48.34 63.46 47.37
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015)
Importasi garam yang dilakukan
tersebut
Indonesia
telah
bahwa sejak tahun 1980an Indonesia
dapat
telah melakukan impor garam dengan
memenuhi
kecenderungan yang semakin mening-
kebutuhan garam domestik. Kondisi
kat (UN Comtrade, 2014). Importasi
oleh
menjadi
upaya
terpisahkan
nampaknya yang dalam
tidak
52 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
dibuktikan
dengan
fakta
garam tetap terjadi bahkan ketika
garam domestik. Rasio rata-rata impor
Indonesia telah mencapai swasem-
garam Indonesia dari tahun 2004
bada garam konsumsi pada tahun
hingga 2014 mencapai 57%. Berda-
2012.
sarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa
garam
Tercapainya tersebut
swasembada
seharusnya
dapat
terjadi fluktuasi rasio volume impor
menghentikan impor garam khususnya
terhadap
impor
ketersediaan
garam
garam
konsumsi.
Namun
Indonesia. Penurunan proporsi impor
kenyataannya,
Indonesia
tetap
terjadi hanya pada tahun 2012 (terjadi
melakukan importasi garam konsumsi
swasembada) dan 2014 yaitu men-
hingga
capai
mencapai
495.073
ton
(Santoso, 2013). Selain
di
bawah
50%.
Meskipun
demikian proporsi impor garam di itu,
ketergantungan
Indonesia masih relatif besar, karena
Indonesia terhadap garam impor juga
rata-rata sekitar 60.53% ketersediaan
dapat dilihat dari perkembangan rasio
garam domestik dipasok oleh garam
volume impor terhadap ketersediaan
impor.
Tabel 4. Model Estimasi Faktor yang Memengaruhi Permintaan Impor Garam Model PLS Koefisien Nilai p Q -0.0946 0.6308 P -1.676** 0.0000 YI 1.0999** 0.0406 YJ 0.1055** 0.0002 X 0.0683 0.7099 C -13.928 0.3534 R2 77.47% Uji Likelihood Ratio Uji Hausman Faktor
Model FE Koefisien Nilai p -0.1020 0.3492 -1.2169** 0.0000 0.7892 0.3571 0.5556 0.5621 1.5868 0.3159 -28.014 0.1443 94.04%
Model RE Koefisien Nilai p -0.08083 0.4496 -1.23909** 0.0000 1.020302** 0.0009 0.151887* 0.0867 0.155012 0.7926 -15.7519 0.1166 59.37% 26.888950 0.0000 0.000000 1.0000
Keterangan: (**) nyata pada taraf 5% (0.05) (*) nyata pada taraf 10% (0.1)
Estimasi
Regresi
Panel
Faktor-
Square,
Fixed
Effect
Model
dan
faktor yang Memengaruhi Volume
Random Effect Model. Hasil output
Impor Garam
yang
Pemodelan regresi data panel
disajikan
menunjukkan
pada
bahwa
sebagian
Tabel
ketiga besar
4
model
pada penelitian ini menggunakan tiga
tersebut
memiliki
pendekatan yaitu model Pool Least
peubah bebas yang tidak signifikan
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 53
pada taraf nyata 5%. Selain itu, ketiga
impor garam Indonesia adalah fixed
model tersebut memiliki nilai R square
effect model.
yang berbeda masing-masing sebesar
Pengujian Asumsi Regresi Klasik
77.47% untuk PLS, 94.04% untuk FEM dan 59.37% untuk REM. Hasil
Likelihood
dilakukan
Effect
pengujian
Model
terpilih
asumsi
klasik
Ratio
untuk mendapatkan model dengan
menunjukkan p value yang diperoleh
penduga yang BLUE (Best, Linier and
lebih kecil dari taraf nyata 5% atau
Unbiased
dengan kata lain tolak Ho atau terima
disebabkan
H1. Pengujian Hausman diperoleh nilai
dengan metode Ordinary Least Square
p value lebih besar dari p-value
(OLS) sehingga diperlukan pengujian
sehingga keputusannya adalah cukup
terkait dengan asumsi regresi klasik.
bukti untuk menerima Ho. Hasil dari
Beberapa asumsi yang diuji adalah
kedua
kenormalan,
uji
uji
Fixed
tersebut
menyimpulkan
Estimation). model
ragam
FE
Hal
ini
diestimasi
sisaan
yang
bahwa model estimasi terpilih yang
homogen, sisaan yang bebas dari
digunakan untuk menganalisis faktor-
autokorelasi
faktor yang memengaruhi permintaan
multikolinieritas.
dan
bebas
dari
3
2
1
0
-1
-2
1 - 04 1 - 06 1 - 08 1 - 10 1 - 12 2 - 04 2 - 06 2 - 08 2 - 10 2 - 12 3 - 04 3 - 06 3 - 08 3 - 10 3 - 12 4 - 04 4 - 06 4 - 08 4 - 10 4 - 12 5 - 04 5 - 06 5 - 08 5 - 10 5 - 12 6 - 04 6 - 06 6 - 08 6 - 10 6 - 12 7 - 04 7 - 06 7 - 08 7 - 10 7 - 12
-3
Standardized Residuals
Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas Model Hasil uji normalitas Jarque-Bera
nyata 5%, sehingga sisaan model
diperoleh nilai-p sebesar 0.814006.
telah
Nilai tersebut lebih besar dari taraf
heteroskedastisitas
54 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
menyebar
normal.
Masalah
dapat
dideteksi
secara deskriptif yaitu dengan melihat residual
graph,
dimana
sisaan
cenderung menyebar di sekitar nol.
Tabel 5. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk Peubah Bebas dalam Model FE Peubah Bebas
VIF
Q P YI YJ X
1.024528 1.763202 1.029223 1.539485 1.364672
Oleh karena itu, dapat disimpulkan ragam residual homogen (Gambar 1). Autokorelasi
dalam
model
tersebut diuji dengan melihat nilai Durbin
watson
hitung
sebesar
1.615829, dengan Nilai DW tabel diperoleh nilai dL= 1.46 dan dU= 1.77.
Penanganan Asumsi Regresi Klasik yang Tidak Terpenuhi Model Fixed Effect melanggar
Nilai DW model FE yang diperoleh
asumsi
berada diantara dL < d < dU, maka
autokorelasi.
Adanya
masalah
berdasarkan kriteria keputusan uji DW
autokorelasi
menyebabkan
variansi
hitung berada di wilayah tidak ada
sampel tidak dapat menggambarkan
kesimpulan. Oleh karena itu, dilakukan
variansi
uji formal lainnya yaitu uji Run dan
dihasilkan tidak dapat digunakan untuk
didapatkan nilai p-value sebesar 0.030
menduga nilai peubah terikat dari nilai
atau p-value < 0.05. Sehingga dapat
peubah bebas tertentu (Gujarati &
disimpulkan
Porter,
cukup
bukti
untuk
bebasnya
populasi,
2013).
sisaan
model
Dengan
yang
kata
penduga
bahwa sisaan tidak random (terdapat
menggunakan OLS tidak lagi BLUE,
autokorelasi).
Run
sekalipun tidak bias dan konsisten
tersebut menunjukkan bahwa model
(Nachrowi, 2006). Penanganan yang
FE
dilakukan
masih
dari
mengandung
uji
masalah
diperoleh
lain,
menolak Ho, dimana Ho menyatakan
Hasil
yang
dari
terhadap
dengan
asumsi
autokorelasi yang dilanggar adalah
autokorelasi. Asumsi multikolinieritas dide-
melakukan
transformasi
data
teksi dengan menggunakan nilai VIF
menggunakan metode Cochran Orcutt
pada setiap peubah bebas. Tabel 5
(Nachrowi, 2006; Juanda, 2012 dan
menunjukkan bahwa nilai VIF untuk
Lestari, 2015). Selain itu, digunakan
setiap peubah bebas kurang dari 10.
pembobotan cross section weight dan
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
Coefficient covariance method yaitu
bahwa
White Cross-section untuk mengatasi
terpenuhi.
asumsi
multikolinieritas
keheterogenan ragam residual. Hal ini
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 55
dilakukan untuk memastikan bahwa
5%.
model
dilanggar juga meningkatkan nilai R
terpilih
sudah
tidak
mengandung heteroskedastisitas.
pembobotan
asumsi
yang
square menjadi 97.84, yang berarti
Hasil pemodelan baru dengan dilakukan
Penanganan
dan
keragaman garam
peubah
dapat
volume
impor
dijelaskan
oleh
transformasi data dapat dilihat pada
keragaman
Tabel
bebas
model sebesar 97.84% dan sisanya
terhadap
dijelaskan oleh peubah bebas di luar
6.
memiliki
Semua pengaruh
peubah nyata
volume impor garam pada taraf nyata
peubah
bebas
dalam
model.
Tabel 6. Hasil Estimasi Model Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Permintaan Impor Garam Indonesia yang Baru Faktor Q P YI YJ X C R-squared Prob (F stat) R-squared Durbin Watsonstat
Koefisien t-statistik -0.040967** -2.023928 -1.087371** -5.168081 0.837945** 6.758602 0.117788** 2.201509 -0.714251** -3.366833 -3.969891* -1.906601 Weighted Statistics 0.978428 Residual Sum Squared 0.000000 Durbin Watsonstat Unweighted Statistics 0.924894 Residual Sum Squared 1.877756
Prob 0.0476 0.0000 0.0000 0.0317 0.0014 0.0615 54.93544
65.07352
Keterangan: (**) nyata pada taraf 5% (0.05) (*) nyata pada taraf 10% (0.1)
Pengujian asumsi autokorelasi
0.9 > 0.05, yang berarti tidak ada
kembali dilakukan untuk memastikan
autokorelasi.
model Fixed Effect tersebut bersifat
Tabel
7 menunjukkan bahwa
BLUE. Tabel 5 di atas menunjukkan
nilai pengaruh spesifik negara yang
nilai statistik d
terbesar dimiliki oleh Australia yaitu
sebesar 1.877756,
dimana nilai tersebut berada wilayah
sebesar
dU < d < 4-dU yang artinya model
(-3.96989)). Intersep tersebut memiliki
telah terbebas dari autokorelasi. Hasil
arti
yang sama juga ditunjukkan dari hasil
peubah bebas tidak berubah maka
uji Run dengan nilai p-value sebesar
volume impor garam Indonesia hanya
56 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
-0.48334
bahwa
apabila
(3.486554
+
diasumsikan
akan
bergantung
pada
pengaruh
spesifik individu sebesar -0.48334.
negara
sehingga
ketika
terjadi
kenaikan GDP Indonesia maka akan
Tabel 7. Pengaruh Spesifik Individu Model Fixed Effect Terpilih Negara Pengaruh Spefisik Individu Australia 3.486554 Belanda -0.063086 China -0.762154 India -1.128717 Jerman 0.926033 Selandia Baru -2.207803 Singapura -0.250827
meningkatkan
pendapatan
masyarakat.
Dengan
meningkatnya
GDP
total
demikian
suatu
negara
berarti terjadi peningkatan daya beli yang
pada
akhirnya
akan
meningkatkan nilai impornya terutama disumbang
oleh
peningkatan
kebutuhan untuk kebutuhan industri (garam industri). Pada tahun 2012,
Nilai
tersebut
juga
kebutuhan garam impor untuk garam
mengindikasikan
bahwa
Australia
industri mencapai 75% atau sekitar 1.5
terhadap
juta ton. Kebutuhan tersebut akan
relatif
lebih
berpengaruh
perubahan
volume
impor
garam
terus
meningkat
seiring
dengan
dalam tingkat hubungan kerja sama
bertambahnya jumlah industri yang
bilateral, kebutuhan terhadap garam
membutuhkan
Australia
Bahkan
sehingga
dapat
garam
berdasarkan
tersebut. Kementerian
meningkatkan volume impor garamnya
Perindustrian
dalam
Aligori
(2013)
(cateris paribus).
menyatakan
bahwa
dalam
jangka
Interpretasi
Model
Permintaan
waktu yang tidak akan lama akan mencapai 10 juta ton per tahun. Hal
Impor Garam Indonesia Koefisien dari peubah GDP riil
tersebut disebabkan produksi garam
Indonesia memiliki hubungan yang
domestik belum mampu memenuhi
positif terhadap volume impor garam
kebutuhan garam industri atau hampir
Indonesia (Tabel 4). Koefisien tersebut
100%
sebesar 0.837945, yang berarti bahwa
dipasok dari garam impor.
kebutuhan
garam
industri
Tanda positif juga dimiliki oleh
setiap peningkatan GDP riil Indonesia impor
nilai koefisien GDP riil negara sumber
garam meningkat sebesar 0.837945%,
impor yaitu sebesar 0.117788, yang
begitupun sebaliknya (ceteris paribus).
berarti bahwa setiap peningkatan GDP
Hal
riil negara sumber impor sebesar 1%
sebesar
itu
1%
maka
terjadi
volume
karena
GDP
menunjukkan economic size suatu
maka
akan
meningkatkan
volume
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 57
impor
garam
Indonesia
sebesar
(garam) luar negeri relatif lebih mahal
0.117788%, begitu juga sebaliknya
sedangkan barang-barang domestik
(ceteris
Mankiw
relatif lebih murah. Oleh karena itu,
(2007) GDP sering digunakan sebagai
kondisi tersebut akan menurunkan
suatu indikator dalam menentukan
permintaan impor garam Indonesia
arah
dari negara eksportir.
paribus).
Menurut
pembangunan.
Hal
ini
disebabkan GDP riil merupakan nilai
Produksi garam domestik dalam
total barang dan jasa yang diproduksi
negeri
oleh suatu negara. Oleh karena itu,
signifkan
barang dan jasa yang diproduksi
garam Indonesia. Hasil estimasi model
tersebut
langsung
regresi data panel menunjukkan nilai
penawaran
koefisien produksi garam domestik
secara
memengaruhi
tidak
jumlah
berpengaruh terhadap
domestik negara tersebut, sehingga
sebesar
besarnya
produksi
peningkatan
tersebut
pada
meningkatkan
negatif volume
-0.040967,
impor
yang
berarti
dalam
negeri
akhirnya
akan
produksi garam domestik maka akan
ekspor
menurunkan permintaan volume impor
penawaran
komoditi tersebut.
sebesar
dan
1%
pada
garam Indonesia sebesar 0.040967%.
Impor garam secara signifikan
Pada dasarnya impor terjadi ketika
juga dipengaruhi oleh nilai tukar riil
produksi garam domestik tidak mampu
rupiah terhadap mata uang negara
memenuhi kebutuhan nasional. Oleh
sumber impor. Nilai koefisien peubah
karena
itu,
kurs riil sebesar -0.714251, yang
garam
domestik
berarti bahwa setiap kenaikan rasio
menurunkan volume impor garam.
nilai
tukar
rupiah
terhadap
Local
peningkatan
Hubungan
produksi
Indonesia
akan
negatif
juga
Currency Unit (LCU) atau dengan kata
ditunjukkan oleh peubah harga garam
lain terjadi depresiasi sebesar 1%
impor masing-masing negara sumber
maka akan menurunkan permintaan
impor
impor
tersebut
sebesar
digambarkan oleh besarnya volume
berarti
bahwa
impor
ini
peningkatan harga impor sebesar 1%
disebabkan ketika terjadi depresiasi
maka akan menurunkan volume impor
pada nilai mata uang riil suatu negara
garam Indonesia sebesar 1.087371%.
(importir) maka serasa barang-barang
Hubungan negatif antara harga impor
garam
garam
Indonesia
Indonesia.
yang
Hal
58 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
garam.
Koefisien
peubah
-1.087371, ketika
yang terjadi
dan
volume
impor
tersebut
telah
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan
sesuai dengan hipotesis penelitian.
penggunaan tanda SNI secara wajib
Kondisi tersebut sesuai dengan teori
terhadap 10 macam pokok produk
permintaan dimana ketika suatu harga
industri termasuk diantaranya adalah
komoditas tertentu naik maka akan
garam konsumsi dengan nomor SNI
secara
01-3556-1994.
langsung
menurunkan
Pada
sisi
teknis
permintaan akan komoditi tersebut
dikeluarkan Surat Keputusan Menteri
atau
Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995
dengan
kata
lain
terdapat
hubungan negatif.
mengenai
Kebijakan Impor Garam Indonesia
pengolahan (pencucian dan iodisasi),
Pada awalnya masuknya impor garam ke Indonesia diawali dengan
Gangguan
Akibat
teknis
pengemasan dan pelabelan garam beriodium. Dampak
adanya kampanye internasional untuk memerangi
persyaratan
dari
diterapkannya
berbagai kebijakan tersebut menim-
Kekurangan Yodium (GAKY) pada
bulkan
tahun
Health
semua tingkat baik dari sisi pemerintah
Organization (Abhisam, Ary, & Harian
maupun sisi produsen. Pada tingkat
2012). Hasil dari kampanye tersebut
pemerintah, pemerintah tidak mem-
adalah
punyai cukup dana dan sumberdaya
1980an
oleh
World
dikeluarkannya
Keputusan
efek
yang
beragam
pada
Nomor
manusia untuk menjalankan penga-
69 Tahun 1994 mengenai pengadaan
wasan terhadap penyebaran garam
garam beryodium. Kebijakan tersebut
beryodium.
secara eksplisit mewajibkan kepada
terkesan
para produsen garam konsumsi untuk
upaya menyeluruh dan berkelanjutan
melakukan
untuk
Presiden Republik Indonesia
fortifikasi
yodium
pada
garam
garam konsumsi. Sebagai penerapan dikeluarkan
tindak
lanjut
Keppres
tersebut,
peraturan
pendukung
Selain
tidak
itu,
pemerintah
kunjung
melakukan
memastikan rakyatnya
bahwa
industri
telah
mampu
menerapkan peraturan tersebut. Lain halnya di tingkat produsen, terjadi
peningkatan
ketimpangan
diantaranya Surat Keputusan Menteri
antara produsen kecil dan berskala
Perindustrian Nomor 21/M/SK/2/1995
besar. Hanya industri garam berskala
mengenai pengesahan dan penerapan
besar
yang
sedangkan
mampu
petani
bersaing,
garam
rakyat
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 59
terpinggirkan. Hasil produksi garam
2. Larangan impor garam apabila
rakyat yang melimpah tidak mampu
harga kualitas K1, K2 dan K3
diserap oleh pabrik garam dan secara
masing-masing berada dibawah
langsung
harga
menyebabkan
produksi
dasar
garam yodium domestik tidak mampu
pengumpul
memenuhi
pemerintah
Adanya
kebutuhan
nasional.
kesenjangan
tersebut
garam yang
di
titik
ditetapkan
masing-masing
sebesar
Rp.145.000/ton,
mendorong pemerintah pada saat itu
Rp.100.000/ton dan Rp.70.000/ton
untuk
dalam bentuk curah.
melakukan
impor
garam.
Permintaan impor tersebut umumnya
3. Perusahaan yang ingin mengimpor
dipasok oleh Australia sebgai negara
garam wajib memenuhi perolehan
yang
garam paling sedikit 50% berasal
ditunjuk
oleh
WHO
dalam
mengatasi masalah GAKY di kawasan
dari garam rakyat.
Asia Tenggara termasuk Indonesia di dalamnya (Imran et al, 2006).
Indonesia
telah
dasarnya
kebijakan
tersebut merupakan langkah protektif
Kondisi di atas menunjukkan bahwa
Pada
yang diambil oleh pemerintah untuk
melakukan
menyelamatkan industri pergaraman
impor garam sejak tahun 1980an,
domestik akibat semakin banyaknya
yang salah satunya akibat kampanye
impor
GAKY
tersebut.
kebijakan
sepenuhnya
formal
yang
mengenai
diterapkan dengan baik, pemerintah
Namun
mengatur
garam.
legalisasi impor garam Indonesia baru
melakukan
dikeluarkan
Inkonsistensi
pada
tahun
2004.
Namun
kebijakan
belum tersebut
inkonsistensi
kebijakan.
kebijakan
tersebut
Kebijakan legalisasi tersebut tercermin
tercermin
dari
Keputusan Menteri Perindustrian dan
Keputusan
Menperindag
dari
dikeluarkannya
No.360/MPP/Kep/6/2004 yang meng-
Perdagangan
No.455/MPP/Kep/2004
atur berbagai hal diantaranya:
yang mengecualikan larangan
1. Larangan impor garam sebulan
garam apabila impor garam tersebut
sebelum masa panen raya garam
diperuntukkan
rakyat hingga dua bulan setelah
memenuhi permintaan garam industri
musim panen (SK Menperindag
dalam
Np.422/MPP/Kep/5/2004:
tersebut
sampei 31 Desember)
1
Juli
negeri.
sebagai
impor
Adanya
menimbulkan
upaya
kebijakan celah
bagi
oknum importir garam untuk mengeruk
60 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
keuntungan peruntukan disebabkan
melalui impor
penyimpangan garam.
dengan
Hal
adanya
ini SK
Kondisi inilah yang tampak di ruang publik akibat Menteri Kelautan dan Perikanan
tahun
tersebut maka importir akan lebih
pembongkaran
leluasa
penyimpanan
melakukan
impor
garam
2011
melakukan
terhadap garam
gudang
yang
berisi
dengan dalih bahwa garam yang
garam impor konsumsi yang akan
diimpor
garam
dilempar ke pasar untuk menurunkan
industri, padahal sebenarnya garam
harga garam di tingkat petani di
impor
Madura (Kompas, 2011).
tersebut
adalah
tersebut
adalah
garam
konsumsi.
Inkonsistensi pemerintah juga
Penyimpangan
peruntukan
terus
berlanjut
berbagai
tersebut terjadi diduga akibat tidak
kebijakan
jelasnya kode pos tarif atau HS antara
sepenuhnya diterapkan atau lemah
garam konsumsi dan industri dalam
dalam bentuk pengawasan. Kondisi ini
Keputusan Menteri Perdagangan RI
terlihat dari penerapan harga dasar
N0.58/M-DAG/PER/9/2012.
garam
Kondisi
di
yang
ketika
titik
dikeluarkan
pengumpul
tidak
yang
tersebut secara eksplisit dalam pasal 1
dikeluarkan oleh pemerintah melalui
menyatakan bahwa kode pos tarif/HS
keputusan menteri. Berdasarkan Tabel
untuk garam konsumsi dengan kadar
8 menunjukkan bahwa mulai tahun
NaCl
yaitu
2004 hingga tahun 2012 pemerintah
2501.00.90.10, sedangkan kode pos
telah menetapkan harga dasar garam
tarif untuk garam industri dengan
rakyat pembelian di titik pengumpul.
kadar NaCl paling rendah 97% yaitu
Harga tersebut juga merupakan syarat
2501.00.90.10. Kesamaan pos tarif
yang harus dipenuhi untuk melakukan
tersebut menimbulkan celah bagi para
impor garam bagi perusahaan garam.
importir
Namun kondisi tersebut jarang terjadi,
paling
rendah
untuk
penyimpangan
94.7%
melakukan
meskipun
hanya
harga di tingkat petani umumnya
dibedakan dalam hal kadar NaCl.
berada di bawah harga dasar tersebut.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 61
Tabel 8. Kebijakan Mengenai Penetapan Harga Garam Rakyat di Titik Pengumpul Harga dasar garam rakyat Bentuk kebijakan KI
KII
KIII
Kepmenperindag No. 360/MPP/Kep/6/2004
145.000
100.000
70.000
Permendag RI No.20/M-Dag/Per/9/2005
200.000
150.000
80.000
Permendag RI No.44/M-DAG/PER/10/2007
200.000
150.000
80.000
Kep. Dirjen Perdagangan Luar Negeri No.07/DAGLU/PER/7/2008
325.000
250.000
-
Kep. Dirjen Perdagangan Luar Negeri No.02/DAGLU/PER/5/2008
750.000
550.000
-
Permendag RI No.58/M-DAG/PER/9/2012
750.000
550.000
-
Sumber: Kementerian Perdagangan (2015)
(2013),
(pedagang pengumpul). Gambar 2
Widiharto (2012) dan Jamil (2014)
menunjukkan bahwa secara umum
menyatakan bahwa penentuan harga
harga
di
sepenuhnya
diterima oleh petani lebih rendah dari
ditentukan oleh perusahaan garam
harga dasar yang ditetapkan oleh
Menurut
tingkat
bersama
Alham
petani
dengan
mata
rantainya
garam
di
lapangan
yang
pemerintah.
Gambar 2. Grafik Perkembangan Harga Garam Domestik di Tingkat Titik Pengumpul Tahun 2004-2014 Sumber: Kementerian Perdagangan 2015 (diolah) Keterangan: : Harga dasar pemerintah; : Harga di lapangan
62 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
Selain itu, penentuan harga yang
yang diolah menjadi garam beryodium.
diterima
Sedangkan
petani
sepenuhnya
tidak
berdasarkan atas kualitas yang telah ditetapkan
dalam
peraturan
90%
lagi
dijual
ke
perusahaan lain sebagai bahan baku.
harga
Berbagai
fakta
mengenai
dasar pemerintah. Secara eksplisit
kebijakan di atas akhirnya relatif tidak
dalam peraturan tersebut menyatakan
memberikan
bahwa
garam
terhadap upaya pemerintah dalam
dibedakan menjadi 3 kualitas yaitu
melakukan pengurangan volume impor
KP1,
garam yang masuk ke Indonesia.
penetapan
KP2
dan
kualitas
KP3.
Namun
di
dampak
Kondisi
milik petani sepenuhnya ditetapkan
volume impor garam yang cenderung
oleh pabrik garam dengan kriteria
memiliki
penentuan
pertumbuhan
(Jamil,
2014).
ditunjukkan
berarti
lapangan penentuan kualitas garam
tertentu
tersebut
yang
tren
oleh
positif,
mengikuti
kebutuhan
domestik.
Pabrik garam menetapkan setiap KP
Dimana
menjadi 3 sub KP yaitu KP1a, KP1b
cenderung tidak berpengaruh terhadap
dan
kebijakan-kebijakan
KP1c.
Konsekuensi
penetapan
kualitas
dari
tersebut
telah
besarnya
dilakukan
impor
garam
protektif oleh
yang
pemerintah.
menyebabkan harga yang diterima
Kondisi tersebut terjadi pada tahun
oleh petani semakin rendah.
2004 ketika dikeluarkannya kebijakan
Peraturan 50%
mengenai
penyerapan
sebagai
syarat
garam
domestik
minimal
garam bagi
mengenai
legalisasi
impor
garam
rakyat
terjadi kenaikan impor garam dengan
perusahaan
besaran hampir mencapai 90% dari
untuk
dapat
total kebutuhan domestik.
melakukan impor garam juga tidak
Rochwulaningsih
(2013)
pernah ada jaminan terealisasi dari
menambahkan
pemerintah. Kondisi tersebut terjadi
pemerintah
umumnya
lemahnya
dalam berbagai kebijakan yang telah
pengawasan. Menurut Alham (2013)
dikeluarkan tersebut tidak serta merta
yang terjadi di lapangan, garam rakyat
dapat
diimplementasikan
sesuai
harus bersaing dengan garam yang
dengan
harapan.
akibat
diproduksi oleh PT Garam. Dari total
pemerintah pada kenyataannya tidak
kapasitas produksi PT Garam sebesar
memiliki kontrol terhadap para pemain
340.000 ton, hanya sekitar 10% saja
di pasar garam. Dimana sebagian
akibat
bahwa
keinginan
sebagaimana
Hal
tercermin
ini
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 63
besar pasar garam domestik hanya
terhadap
didominasi oleh beberapa perusahaan
sebaliknya faktor GDP riil Indonesia
garam
rantai
dan GDP riil negara sumber impor
kuat.
Kuatnya
memiliki hubungan positif. Selain itu,
perusahaan
garam
besar
pemasaran
dan yang
dominansi
memiliki
dari
volume
sisi
impor
kebijakan
garam,
impor
garam,
domestik ditunjukkan dengan adanya
terdapat
temuan
Komisi
berbagai kebijakan mengenai impor
Persaingan
Usaha
Pengawasan (KPPU)
bahwa
kecenderungan
garam
yang
bahwa
dikeluarkan
terjadinya kasus kartel garam pada
pemerintah
tahun 2005 di Sumatera Utara, dimana
sepenuhnya
garam rakyat tidak dapat masuk ke
diakibatkan
wilayah
dalam penerapan kebijakan tersebut.
tersebut
(Dharmayanti,
Indonesia
oleh
diterapkan. lemahnya
belum Hal
ini
pengawasan
Suharno & Rifin, 2013). Oleh karena
Besarnya jumlah impor garam
itu, persoalan impor garam masih akan
Indonesia yang cenderung mengalami
terus
tren
berlangsung
meskipun
peningkatan
menyebabkan
pemerintah telah memberikan proteksi
Indonesia sangat tergantung terhadap
apabila
garam impor baik secara kuantitas
tanpa
pengawasan
yang
sungguh-sungguh.
maupun kualitas. Hal tersebut akan menjadikan Indonesia relatif memiliki
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
poisi lemah dalam menjaga ketahanan
KEBIJAKAN
pangan nasional. Oleh karena itu,
Berdasarkan
hasil
analisis
pemerintah perlu menyadari bahwa
menunjukkan secara umum bahwa
diperlukan
faktor-faktor
lamatkan
yang
signifikan
ber-
upaya
untuk
menye-
industri
garam
nasional
pengaruh terhadap volume permintaan
dengan lebih menitikberatkan pada
impor
pembenahan
garam
Indonesia
adalah
produksi garam domestik, GDP riil
industri
pergaraman
nasional dari sisi produksi.
Indonesia, GDP riil negara sumber
Hal tersebut didasarkan pada
impor, harga garam impor dan nilai
hasil
tukar riil rupiah terhadap mata uang
menunjukkan bahwa faktor produksi
negara sumber impor. Faktor produksi,
merupakan satu-satunya faktor yang
harga garam impor dan nilai tukar riil
dapat dimanipulasi oleh pemerintah
memiliki
untuk
hubungan
yang
negatif
64 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
analisis
mengurangi
regresi
volume
yang
impor.
Selain karena tandanya,
faktor lain
seperti nilai tukar riil dan harga impor
dalam menghadapi persaingan dari garam impor.
berada di luar kontrol pemerintah.
Selain itu, seharusnya peme-
Pada faktor harga impor, Indonesia
rintah
tidak memiliki kontrol untuk menaikkan
mengenai ketersediaan data garam
harga impor dengan kebijakan tarifnya.
nasional. Selama ini, data mengenai
Hal ini diakibatkan saat ini Indonesia
garam domestik baik data produksi
telah melibatkan diri kedalam Asean-
garam domestik dan kebutuhan garam
Australia-New Zealand Free Trade
domestik
Area (AANZFTA) dengan konsekuensi
dipercaya. Faktanya, masing-masing
pengurangan hambatan perdagangan.
kementerian yang membidangi garam
Pada sisi nilai tukar, Indonesia relatif
yaitu
tidak
Perikanan, Kementerian Perindustrian
dapat
memanipulasi
akibat
melakukan
dan
Indonesia
memiliki
nilai
tukar
mengambang (mekanisme pasar). Peningkatan
produksi
dapat
belum
Kementerian
sistem nilai tukar yang dianut oleh yaitu
relatif
pembenahan
dapat
Kelautan
Kementerian perbedaan
dan
Perdagangan data
garam
nasional. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya
melakukan
penataan
dilakukan dengan peningkatan jumlah
melalui sinkronisasi data mengenai
riset garam untuk dapat meningkatkan
garam domestik. Sinkronisasi tersebut
produksi dan mutu garam domestik
khususnya
seperti yang telah dilakukan oleh India
berbagai Kementerian yang membi-
dengan mengembangkan Central Salt
dangi garam. Hal tersebut dimaksud
and
untuk
Marine
Chemicals
Research
perlu
dilakukan
memberikan
kejelasan
dan
Institute. Peningkatan produksi juga
transparansi
perlu dilakukan dengan melakukan
garam yang harus diimpor setelah
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan
melalui
perhitungan
khususnya di wilayah dengan inten-
produksi
garam
sitas penyinaran tinggi seperti Nusa
memenuhi kebutuhan garam domestik.
Tenggara Timur. Peningkatan kuan-
mengenai
dalam
Kebijakan
kebutuhan
kemampuan
domestik
lain
yang
dalam
harus
titas dan kualitas produksi domestik
dilakukan adalah melakukan revisi
tersebut
upaya
pada SK Menteri Perdagangan RI
domestik
Nomor 58 tahun 2012 khususnya pada
dilakukan
mempersiapkan
sebagai
produksi
penetapan kode pos tarif antara garam
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 65
konsumsi
dan
garam
industri.
Pemerintah harus melakukan peme-
DAFTAR PUSTAKA Aligori,
cahan kode pos tarif antara dua jenis garam tersebut untuk meminimalkan bentuk penyimpangan bagi oknumoknum importir garam. Selain itu, diperlukan pemberian subsidi pada sektor pergaraman nasional khususnya dalam bentuk bantuan non modal pada
petani
rakyat
untuk
dapat
meningkatkan produksi garam baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini dimungkinkan untuk mengurangi biaya produksi petani rakyat sehingga mampu bersaing dengan garam impor. Pada
akhirnya
kebijakan
setelah
tersebut
berbagai
direalisasikan,
pemerintah sebagai pemangku kebijakan
seharusnya
melakukan
pengawasan yang berimbang agar upaya yang dilakukan efektif dan berkelanjutan.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis
mengucapkan
rasa
terima kasih kepada Dr. Ir. Ratna Winandi Asmarantaka, M.S dan Dr Amzul rifin atas masukannya selama penulisan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Agribisnis
Magister angkatan
dukungan yang diberikan.
2013
Sains atas
A. (2013). Efisiensi Produksi Usaha Garam Rakyat di Kabupaten Indramayu. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Abidin, I.S.Z., N.A.A. Bakar, & R. Sahlan. (2013). The Determinants of Exports between Malaysia and the OIC Member Ountries: A Gravity Model Apporach. Prodia Economics and Finance 5, 12-19. Abhisam, D.M., H. Ary, & M. Harian. (2011). Membunuh Indonesia: Konspirasi Global Penghancuran Kretek. Ed ke-1. Jakarta (ID): Penerbit Kata-kata. Alham, F. (2013). Analisis Pemasaran Garam di Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Tesis. Bogor:Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Ayuwangi. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari Asean+6 Melalui Moda Transportasi Laut. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Impor komoditi. Diunduh tanggal 23 Mei 2014 dari http://www.bps.go.id/all_newtempla te.php. Crescimanno, M., A. Galati, & D. Yahioui. (2013). Determinants of Italian Agri-Food Exports in Non-EU Mediterranean Partner Countries: A Gravity Model Approach. New Medit Journal, 4, pp..45-54. De Paul, & Cheng. (2012). Trade Analysis Of Fresh Apple Using A Gravity Model. Taiwan: National Taiwan University. Doumbe, E.D., & T. Belinga. (2015). A Gravity Model Analysis for Trade between Cameroon and TwentyEight European Union Countries. Open Journal of Social Sciences, 2, 114-122.
66 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017
http://dx.doi.org/10.4236/jss.2015.3 8013. Dharmayanti, S., Suharno & A. Rifin. (2013). Analisis Ketersediaan Garam Menuju Pencapaian Swasembada Garam Nasional yang Berkelanjutan (Suatu Pendekatan Model Dinamik). Jurnal Sosial Ekonomi. Vol.8 (1). Elshehawy, M.A., H.F. Shen, & R.A. Ahmed. (2014). The Factors Affecting Egypt’s Exports: Evidence from the Gravity Model Analysis. Open Journal of Social Sciences, 2, 138-148. http://dx.doi.org/10.4236/jss.2014.2 11020. Gujarati, D.N, et al. (2013). Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 2. Ed ke-5. Mangunsong, penerjemah; Halim, DA dan Febrina, L, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Basic Econometrics 5th. Gunawan, I.R. (2015). Daya Saing dan Determinan Ekspor Udang Beku Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Skripsi. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Ihsannudin. (2012). Pemberdayaan Petani Penggarap Garam Melalui Kebijakan Berbasis Pertanahan. Activita, Jurnal Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat UNS. Vol 2. Imran, M. et al. (2006). Petambak Garam Indonesia: dalam Kepungan Kebijakan dan Modal. Jakarta: Ininnawa. Iswahyuni. (2015). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komodtas Apel Indonesia. Skripsi. Bogor : Departemen Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor. Jamil, A.S. (2014). Analisis Tataniaga Garam Rakyat (Studi Kasus: Desa Lembung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Jawa Timur). Skripsi. Bogor:
Departemen Agribisnis, Pertanian Bogor.
Institut
Juanda, B.,et.al (2012). Ekonometrika Deret Waktu. Bogor: IPB Press. Kementerian Perdagangan. (2015). Kebijakan Harga Dasar Garam di Titik Pengumpul. Diunduh pada 20 Juni 2015 dari http://www.kemendag.go.id/en/new sroom/regulations. Kementerian Perindustrian. (2012). Neraca Garam Nasional 20052010. Jakarta (ID): Kemenperin. Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2015). Analisis Produksi Garam Indonesia. Diunduh 30 September 2015 dari http://statistik.kkp.go.id/sidatikdev/Berita/Analisis%20Produksi%2 0Garam%20Indonesia.pdf Khairani, R. (2015). Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Bubuk Kakao Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Kompas. (2011, Agustus 11). Fadel Geram Mari Pangestu Impor Garam. Diunduh tanggal 30 November 2015 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/ read/2011/08/11/15281321/Fadel. Geram.Mari.Pangestu.Impor.Gara m. Lestari, F.R. (2015). Penerapan Analisis Regresi Data Panel pada Ekspor Karet Alam Indonesia. Skripsi. Bogor: Departemen Statistika, Institut Pertanian Bogor. Mankiw G.N. (2007). Makroekonomi Edisi Keenam. Liza Fitria, Nurmawan Imam, penerjemah; Hardani Wibi, Bardani Devri, Saat Suryadi, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics 6th . Merdeka. (2012, Februari 29). Haruskah Impor Garam? (2): Laut membagi adil asinnya. Diunduh tanggal 31 Desember 2014 dari
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Efektivitas.., A.S. Jamil, N. Tinaprilla, Suharno | 67
http://www.merdeka.com/uang/har uskah-impor-garam-2-lautmembagi-adil-asinnya.html. Metrotvnews. (2015, Maret 31). Garam, Komoditas Strategis Pendorong Ekonomi Nasional. Diunduh tanggal 23 November 2016 darihttp://ekonomi.metrotvnews.co m/read/2015/03/31/379329/garamkomoditas-strategis-pendorongekonomi-nasional .Nachrowi, N.D., et al. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Depok: LP-FEUI. Rochwulaningsih, Y. (2013). Tata Niaga Garam Rakyat dalam Kajian Struktural. Jurnal Sejarah Citra Lekha. Vol. 17(1), pp. 59-66. Santoso, D.L. (2013). Analisis atas Pengawasan Intern terhadap Kegiatan Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Setyawati, D. (2015). Produk Ekspor Prospektif Indonesia ke Peru dan Faktor Penentu Aliran
Perdagangannya ke Amerika Selatan. Tesis. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Silitonga. (2014). Faktor – faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tempo. (2015, November 7). Hujan Diperkirakan Datang Lebih Cepat, Produksi PT Garam Meleset. Diunduh Tanggal dari https://m.tempo.co/read/news/2015 /11/07/058716694/hujandiperkirakan-datang-lebih-cepatproduksi-pt-garam-meleset. United
Commodity Trade [Comtrade]. (2014). Commodity Statistic. Diunduh tanggal 6 Maret 2016 dari http://comtrade.un.org/db.
Widiharto, S.B. (2012). Kajian Efektifitas Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat di Desa Losarang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
68 | Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.11 NO.1, JULI 2017