FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPUTUSAN DEBITUR KUR MIKRO SEKTOR AGRIBISNIS KASUS BANK BRI UNIT PURBASARI
MUHAMMAD HAKIM HAEKAL
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Studi Kasus Bank BRI Unit Purbasari adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014
Muhammad Hakim Haekal NIM H34100166
ABSTRAK MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank BRI Unit Purbasari. Dibimbing oleh DWI RACHMINA Kondisi pelaku agribisnis pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) membutuhkan modal yang besar untuk membangun dan mengembangkan usahanya. Dalam rangka untuk mendapatkan pinjaman, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menciptakan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. KUR disalurkan melalui beberapa bank seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Islam, dan Bank daerah lainnya. Pemerintah memberikan jaminan terhadap risiko KUR sebesar 70 persen sedangkan 30 persen sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Penelitian ini menunjukkan bagaimana proses pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis terhadap KUR mikro Bank BRI. Tahapan proses pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Setelah itu, diidentifikasi faktor-faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih KUR Mikro Bank BRI. Penelitian ini menggunakan analisis top two boxes untuk menentukan faktor-faktor apa yang paling mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR mikro Bank BRI unit Purbasari. Dari hasil penelitian, faktor internal memiliki pengaruh kuat dari faktor eksternal . Hal ini dapat menjadi informasi bagi Bank BRI unit Purbasari dalam menciptakan strategi pemasaran untuk mendapatkan lebih banyak debitur baru dan mempertahankan yang lama. Kata kunci: UMKM, KUR, proses pengambilan keputusan, analisis top two boxes
ABSTRACT MUHAMMAD HAKIM HAEKAL. Factors Affective Decision Against Debtor KUR Mikro Agribusiness Sector Case Study of Bank BRI Unit Purbasari. Supervised by DWI RACHMINA Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) of agribusiness require substantial capital to build and expand its business. Speaking of loan problem solivng, the Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises creates products People's Business Credit (KUR) Micro. KUR channeled through several banks such as Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Islamic Bank, and other regional bank. The government gives a guarantee against the risk by 70 percent while KUR remaining 30 percent is borne by the executing bank. This study shows how the decision-making process of the debtor to KUR micro agribusiness BRI. Stages of the decision-making process are problem recognition, information search, evaluation of alternatives, purchase decision, postpurchase behaviour. After that, the identified factors such as internal factors and external factors affecting the debtor 's decision in choosing KUR agribusiness Micro BRI. This
study uses analysis of top two boxes to determine what factors most affect a debtor's decision in choosing products agribusiness KUR micro Purbasari BRI units. From the research, the internal factors have a stronger influence than external factors. This can be information for BRI unit Purbasari in creating a marketing strategy to get more new debtors and retain previous ones. Keyword :MSME, KUR, decision-making process, top two boxes analysis
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini memiliki judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Debitur KUR MIKRO Sektor Agribisnis Kasus Bank BRI Unit Purbasari. Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Dwi Rachmina, M Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi, dosen penguji Eva Yolynda Aviny, SP MM dan Dr Ir Netti Tinaprilla, MM, pihak kantor pusat Bank BRI divisi bisnis program, pihak Bank BRI Cabang Dewi Sartika Bogor, Bank BRI unit Purbasari yang telah memberi izin dan mendampingi penulis dalam penelitian ini. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada para debitur Bank BRI unit Purbasari yang telah membantu dalam pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik,serta seluruh keluarga, atas segala doa dan restu serta kepada teman-teman Agribisnis 47 IPB yaitu Josia Anajohn, Galih Puntadewa, Putri Anggraeni, Putri Gunanti, Tuty Rachmawati, Riska Prorina. Semoga karya ilimiah ini memberikan banyak manfaat.
Bogor, Juli 2014
Muhammad Hakim Haekal
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Pengertian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pengertian Kredit Kerangka Pemikiran operasional METODE Metode Penelitian Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Produk Kredit KUR Bank BRI Gambaran umum Bank BRI unit Purbasari Karakteristik Responden Proses Pengambilan Keputusan Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 2 3 3 3 4 4 5 5 5 7 8 10 11 12 12 12 15 15 15 16 16 18 20 23 23 24 25 27 45
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional Karakteristik debitur KUR Mikro Bank BRI Proses pengambilan keputusan debitur KUR Mikro Bank BRI Faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis KUR Mikro Bank BRI Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis KUR MIkro Bank BRI
2 16 18 25 27
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka alur pemikiran
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Realisasi KUR menurut Sektor Ekonomi (31 Juli 2013) Realisasi KUR menurut propinsi (31 Juli 2013) Perhitungan validitas dan reliabilitas Hasil olahan faktor-faktor yang mempengaruhi menggunakan top two boxes
27 38 29 keputusan 37
PENDAHULUAN
Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) umumnya memiliki keterbatasan modal. UMKM membutuhkan dana untuk modal dan meningkatkan skala usahanya. Untuk mendapatkan pinjaman dana dari lembaga keuangan terutama bank, suatu usaha harus produktif, layak, dan bankable. UMKM memiliki beberapa persyaratan tersebut tetapi umumnya belum bankable. Belum bankable adalah UMKM yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan/pembiayaan dari bank pelaksana anatara lain dalam penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan/pembiayaan yang sesuai dengan ketentuan bank pelaksana. Agar UMKM dapat memperoleh pinjaman maka pemerintah yaitu Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah meresmikan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun 2007. KUR dinilai penting untuk mengembangkan usaha dan menambah produktivitas usaha. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dana sepenuhnya berasal dari dana bank. KUR disalurkan melalui beberapa bank seperti Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, serta beberapa bank pembangunan daerah. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70 persen sementara 30 persen sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Pada UMKM banyak terdapat pelaku agribisnis dengan usaha di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan yang memiliki keterbatasan modal dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya. Pada tahun 2012, realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp. 34.230 triliun, jumlah ini melampaui target pemerintah sebesar Rp.30 triliun1. Oleh karenanya pada tahun 2013 Pemerintah meningkatkan target KUR menjadi Rp. 36 triliun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa optimis target penyaluran KUR 2013 akan melampaui target seperti realisasi penyaluran KUR di 2012 yang mencapai Rp. 34.230 triliun. Penyaluran kredit terbesar disalurkan oleh Bank BRI yang mencapai Rp. 19 triliun, dan Bank BNI sebesar Rp. 4,17 triliun. Berdasarkan data pada Tabel 1, per tanggal 31 Augustus 2013 tercatat Bank BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafond mencapai Rp. 75,9 triliun. Selain sektor ritel BRI juga menyalurkan KUR di sektor mikro yang masing-masing plafondnya sebesar Rp. 15,3 triliun dan Rp. 60,6 triliun dengan debitur 89.434 UMK dan 8.132.842 UMK. Bank BRI memiliki NPL yang rendah dengan penyaluran dan pengelolaan KUR yang baik dan tepat sasaran dibandingkan dengan NPL KUR di Bank lainnya. 1
http://www.komite-kur.com/ [2 November 2013]
2 Dilihat dari sisi sektor ekonomi (lampiran 1) penyaluran KUR oleh Bank Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran di sektor ini mencapai Rp. 70,477 triliun. Sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar menyerap KUR dari bank pelaksana yaitu sebesar Rp. 20,2 triliun. Dari sebaran wilayahnya (Lampiran 2), penyerapan KUR masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Jawa Barat menduduki peringkat ketiga terbesar yang menyerap KUR. Tabel 1 Realisasi dan NPL penyaluran KUR Bank Nasional (31 Agustus 2013) Realisasi Penyaluran KUR Plafon
Outstanding
Bank
1 2
BNI BRI (KUR Ritel) BRI (KUR Mikro)
14 085 347
4 701 435
223 884
62.9
4.9
15 385 931
6 435 103
91 745
167.7
3.4
60 601 244
18 534 819
8 350 952
7.3
1.8
4
Bank Mandiri
12 329 576
6 178 851
243 199
50.7
3.7
5
BTN
3 932 124
2 136 527
22 238
176.8
7.9
6
Bank Bukopin
1 745 102
715 658
11 669
149.6
4.2
7
Bank Syariah Mandiri
3 293 281
1 635 387
44 891
73.4
7.2
123 070
91 736
878
140.2
3.5
8
BNI Syariah
(Rp juta)
Debitur
(%)
No
3
(Rp juta)
NPL Rata-rata Kredit (Rp juta/debitur)
Total 111 495 674 40 429 517 8 989 456 12.4 3.3 Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013
Dari Tabel 1. di atas, jumlah debitur yang hampir mencapai 9 juta debitur menunjukkan bahwa banyak pelaku agribisnis yang membutuhkan dana kredit guna membangun dan mengembangkan usahanya. Bila dibandingkan dengan jumlah UKM yaitu 55,2 juta unit maka masih banyak UKM yang belum memanfaatkan fungsi dari KUR tersebut. Mempertimbangkan data diatas, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh penyaluran produk KUR di Bank BRI, khususnya di Bank BRI unit Purbasari Kabupaten Bogor. Perumusan Masalah Bank BRI unit Purbasari merupakan salah satu kantor unit Bank BRI dari 5,001 kantor unit yang berada di wilayah Bogor. Secara umum fungsi dan tujuan yang dimilikinya sama dengan kantor unit Bank BRI lainnya yang ada di seluruh Indonesia. Bank BRI menyalurkan berbagai macam produk kredit, dan salah satunya KUR yang merupakan program pemerintah. Produk KUR yang disalurkan oleh Bank BRI unit Purbasari memiliki NPL yang paling rendah. Ini menandakan bahwa Bank BRI selektif dalam menyalurkan KUR kepada debitur dan tepat sasaran. Hal tersebut merupakan keunggulan Bank BRI dibandingkan bank penyalur lainnya.
3 Dalam penetrasi pasar KUR, perlu diketahui faktor-faktor yang membuat para debitur KUR memilih produk tersebut. Banyaknya lembaga keuangan yang menawarkan produk sejenis, memberikan beragam pilihan bagi debitur untuk memilih dan mengambil keputusan produk mana yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya saing produknya adalah mengetahui bagaimana perilaku debitur pelaku agribisnis khususnya pada proses pengambilan keputusan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk kredit untuk UMKM. Secara garis besar masalah yang akan dibahas dan dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses keputusan bagi calon debitur dalam memilih produk kredit KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi debitur pelaku agribisnis dalam pengambilan keputusan memilih produk kredit KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penulisan ini yaitu : 1. Menganalisis proses keputusan debitur pelaku agribisnis dalam pemilihan produk KUR Mikro Bank pada Bank BRI di Unit Purbasari Bogor. 2. Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk kredit KUR Mikro pada Bank BRI Unit Purbasari. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi bagi Bank BRI secara keseluruhan dan khususnya Bank BRI unit Purbasari untuk menyusun strategi pemasarannya, untuk mengetahui hal apa saja yang menjadi keputusan debitur pelaku agribisnis, dan untuk mengetahui atribut apa saja yang memberikan dampak paling berpengaruh dalam memilih produk KUR Mikro di Bank BRI. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan dan pengembangan produk KUR Mikro selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan penelitian pada bidang yang sejenis. Ruang Lingkup Penelitian Kegiatan penelitian atau penulisan ini dilakukan pada debitur Bank BRI unit Purbasari Bogor dengan pertimbangan bahwa Bank ini merupakan salah satu Bank terbesar di Bogor yang dikenal masyarakat di Kabupaten Bogor. Objek yang diteliti adalah proses dalam pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis. Lingkup objek penelitian ini dibatasi pada debitur pengguna Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor agribisnis seperti usaha tani, perdagangan barang, dan perdagangan jasa.
4
TINJAUAN PUSTAKA Proses pengambilan keputusan Hatta (2009) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan menabung adalah untuk mengantisipasi keperluan mendadak. Pada tahap pencarian informasi, diperoleh melalui informasi dari pihak bank dan fokus perhatian dalam memilih tabungan adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama adalah fasilitas yang didapat. Pada tahap pengambilan keputusan, nasabah memutuskan memilih “Danamon Lebih” adalah karena fasilitas tabungan yang menarik. Fasilitas tabungan yang lebih disukai adalah bebas biaya administrasi. Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar nasabah menyatakan suka dan puas. Nasabah bersedia untuk mempromosikan tabungan Danamon Lebih kepada orang lain. Pada penelitian Nugraha (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Tingkat Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit UMKM Swamitra Bank Bukopin Cabang Bogor. Responden pengguna Kredit UMKM Swamitra didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Dilihat dari segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan usia produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai pengusaha. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada debitur, sertakaryawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur. Tsuraya (2010) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara pengenalan kebutuhan pencarian informasi, dan keputusan pembelian dengan perilaku pasca pembelian lebih lemah dibandingkan dengan hubungan antara evaluasi alternatif dengan perilaku pasca pembelian. Putri (2011) dalam penelitiannya Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pemilihan Produk KUR Bank Jabar Banten (BJB), Proses keputusan konsumen terdiri dari lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan yang paling berhubungan adalah kebutuhan untuk investasi, pada tahap pencarian informasi yang paling berhubungan adalah informasi yang diperoleh dari media elektronik, yang paling berhubungan pada tahap evaluasi alternatif adalah evaluasi plafond, pada tahap keputusan pembelian yang paling berhubungan adalah pengaruh media iklan, serta pada tahap evaluasi pasca pembelian yang paling berhubungan adalah kemauan konsumen untuk menyarankan KUR kepada orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan Pada penelitian Hatta (2009) menghasilkan empat faktor. Pada faktor pertama, atribut yang paling berpengaruh adalah cepat tanggap terhadap keluhan. Pada faktor kedua adalah fasilitas produk tabungan seperti bebas biaya
5 administrasi dan cashback. Pada faktor ketiga adalah bunga yang diperoleh. Pada faktor keempat adalah promosi yang dilakukan. Mulyanto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR melalui studi kasus Bank BRI unit Leuwiliang. Metode pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah responden sebanyak 80 debitur yang dianalisis menggunakan analasis deskriptif dan regresi linier berganda. Variable respon dalam analisis tersebut adalah jumlah realisasi kredit dalam satuan rupiah, sedangkan variable-variabel prediktornya meliputi tingkat pendapatan per bulan, aset keluarga, aset usaha, dan lama pendidikan formal. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR ada empat yaitu pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha, dan modal usaha. Pada penelitian Nugraha (2009), responden pengguna Kredit UMKM Swamitra didominasi oleh debitur berjenis kelamin laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa ternyata laki-laki lebih berani mengambil risiko dibandingkan wanita. Dilihat dari segi usiapresentase tertinggi berusia 26-35 tahun yang menunjukkan usia produktif. Dilihatdari segi pekerjaan, presentase tertinggi berprofesi sebagai pengusaha.Berdasarkan analisis tingkat kepentingan, ada tiga atribut yang dianggap sangatpenting yaitu kemudahan melakukan prosedur pinjaman dan tidak berbelit-belit,ketepatan waktu dalam merealisasikan pinjaman swamitra kepada debitur, serta karyawan tidak pilih-pilih dalam melayani debitur. Pada penelitian Putri (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen terhadap produk KUR BJB yaitu faktor dukungan keluarga, faktor gaya hidup usaha, serta faktor pengalaman pernah menggunakan KUR sebelumnya. Wijayanti dan Agus (2004) melakukan penelitian pada BMT di Purwokerto. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor motivasi internal dan eksternal menjadi pertimbangan konsumen dalam menyimpan dana di BMT. Faktor motivasi internal tersebut terbagi atas lima faktor yaitu faktor menjalankan syariat Islam, hasil bagi yang halal, rela member I bantuan, bagi hasil yang jujur, serta faktor kemauan sendiri. Faktor motivasi eksternal terbagi atas enam faktor yaitu faktor promosi, orang lain, anggota keluarga, pelayanan, informasi keuangan yang transparan, dan kecepatan transaksi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan, dijelaskan di bawah ini.
6 Pengertian Proses Pengambilan Keputusan Kotler (2000) membedakan lima peran yang dapat dimainkan setiap individu di dalam keputusn pembelian : a. Pencetus : Seorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk dan jasa. b. Pemberi pengaruh : Seorang dengan pandangan atau saran yang mempengaruhi keputusan. c. Pengambil keputusan : Seseorang yang memutusakan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan dimanakah membeli. Selanjutnya, Kotler (2000) menyatakan lima tahapan bagi konsumen dalam membuat keputusan pembelian : a. Pengenalan Masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat berasal dari rangsangan internal atau eksternal. b. Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan mencari informasi lebih lanjut. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok : - Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan. - Sumber komersial : Iklan, wiranaga, penyalur, kemasan, pajangan. - Sumber publik : Media massa, organisasi konsumen - Sumber pengalaman : Penaganan, pengkajian, dan pemakaian produk. Sumber-sumber ini memberikan pengaruh yang relative berbeda-beda sesuai dengan jenis produk dan karakteristik pembeli. c. Evaluasi Alternatif Konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan kesadaran dan rasio. Beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi. Pertama, konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari untuk memuaskan kebutuhan ini. Konsumen memiliki sikap yang berbeda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. d. Keputusan Pembelian Setelah mengadakan penilaian terhadap merek-merek yang ada, maka selanjutnya konsumen akan membentuk suatu niat untuk membeli, manun terdapat dua faktor yang berbeda diantara niat pembelian dengan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah pendirian orang, tergantung atas pendirian orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk meruti keinginan orang lain. Faktor kedua
7 adalah factor situasi yang tidal diantisipasi. Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian. Dalam menjalankan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima sub-keputusan yaitu keputusan merek, pemasok, kuantutas, waktu, dan metode pembayaran. e. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli suatu produk, akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Jika produk lebih rendah daripada harapan pembeli, maka pembeli akan kecewa. Jika kinerja produk sesuai harapan pembeli, maka pembeli akan merasa puas. Hal ini akan membedakan apakah pembeli akan membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada orang lain. Keputusan dan ketidakpuasan konsumen dengan produk yang dibeli akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Apabila konsumen puas, maka akan memperlihatkan peluang, pembeli yang lebih tinggi. Namun jika tidak puas konsumen kemungkinan akan melakukan salah satu tindakan seperti meninggalkan produk, mengembalikan produk, mencari informasi lebih lanjut untuk mempertegas nilai guna produk tersebut, menyampaikan keluhan pada perusahaan atau mendatangi ahli hukum. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal). Engel (1995) membaginya sebagai berikut : a. Faktor individual (internal) 1. Sumber daya konsumen Waktu, uang dan perhatian merupakan sumber daya yang dimiliki konsumen yang digunakan dalam setiap situasi pengambilan keputusan 2. Keterlibatan dan motivasi Keterlibatan merupakan tingkat dari kepentingan atau ketertarikan personal yang ditimbulkan oleh stimulus dalam situasi tertentu. Terhadap tingkat keterlibatan yang hadir, konsumen di motivasi untuk bertindak dengan pertimbangan untuk meminimalkan resiko dan untuk memaksimalkan keutungan yang didapat dari penggunaan dan pembelian. Keterlibatan adalah refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan terhadap suatu produk atau jasa di dalam konteks tertentu. 3. Pengetahuan Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam ingatan. Informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka 4. Sikap Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh, intensitas, dukungan dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Pencarian informasi dan evaluasi yang luas atas pelbagai kemungkinan akan menghasilkan pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkan.
8 5. Kepribadian Kepribadian diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Kepribadian seseorang akan menentukan bagaimana seseorang mengkonsumsi suatu produk 6. Gaya hidup Gaya hidup diartikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup yang dianut seseorang juga menentukan dalam pemilihan serta keputusan pembelian sebuah produk. 7. Demografi Karakteristik demografi seperti usia, pendapatan dan pendidikan juga membedakan bagaimana seseorang terlibat dalam pengambilan keputusan konsumen. b. Faktor lingkungan (eksternal) 1. Budaya Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Perbedaan budaya juga menentukan jenis produk yang dipilih untuk dikonsumsi. 2. Kelas sosial Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Status kelas sosial menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda 3. Pengaruh kelompok dan keluarga Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keputusan pembelian individu sangat mungkin dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Kelompok juga berpengaruh dalam memberikan referensi mengenai suatu produk, toko dsb. Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Kredit juga bisa berarti kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dikenal adanya prinsip 5C’s yang meliputi: a. Character; pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak Bank atau pemberi kredit bahwa peminjam memiliki
9
b.
c. d. e.
moral, watak, ataupun sifat pribadi yang positif, kooperatif, dan juga penuh rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, anggota masyarakat, ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. Capacity; yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukan yang akan dibiayai oleh kredit dari Bank. Capital; yaitu jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Collateral; yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Condition of economy; yaitu situasi dan kondisi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian suatu negara pada suatu saat atau pada kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit.
Suatu kredit disamping memberikan manfaat juga memberikan risiko yang besar apabila kredit yang diperoleh digunakan untuk: - Usaha-usaha yang sifatnya spekulatif - Usaha-usaha yang tidak direncanakan dan dikelola dengan baik - Kebutuhan konsumtif - Penggunaan yang tidak tepat (side streaming), misalnya kredit modal kerja dalam bentuk tunai digunakan untuk disimpan dalam bentuk deposito Menurut Siamat (1999), kredit digolongkan ke dalam 6 (enam) bentuk : 1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain yaitu Kredit jangka pendek (short-term loan), kredit jangka menengah (medium-term loan), kredit jangka panjang (long-term loan). 2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain yaitu kredit dengan jaminan (secured loan), kredit tanpa jaminan (unsecured loan). 3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, farmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain yaitu kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan, kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif, kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang diberikan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi. 5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain seperti kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan oleh Bank untuk menambah modal kerja debitur, kredit investasi (invesment credit), yaitu kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal.
10 6. Kredit non kas (non cash loan) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah direalisasikan atau efektif. Kerangka Pemikiran Operasional Kondisi pelaku agribisnis yang tergolong pada UMKM membutuhkan modal yang besar dalam membangun dan mengembangkan usahanya. Saat ini pelaku agribisnis memiliki masalah kurangnya modal dan kurangnya akses ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga perbankan maupun lembaga non perbankan. Kebutuhan Agribisnis
dana
Pelaku
Persaingan produk KUR Mikro
Memahami perilaku konsumen
Faktor-faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan nasabah : - Faktor individual (internal); Sumber daya nasabah, keterlibatan dan motivasi, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, demografi - Faktor lingkungan (eksternal); Budaya, kelas sosial, pengaruh kelompok dan keluarga.
Keputusan Debitur Pelaku Agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro
Rekomendasi kebijakan pemasaran produk KUR Bank BRI untuk Strategi Pemasaran Gambar 1 Alur Kerangka Pemikiran
Kebutuhan akan modal ini dilihat sebagai peluang oleh lembaga keuangan untuk menawarkan berbagai produk kredit yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa persyaratan menyebabkan debitur tidak dapat menggunakan dana dari Bank seperti usaha harus bankable dan feasible. Pemerintah dalam hal ini membantu para pelaku usaha UMKM dengan menawarkan KUR Mikro melalui Bank penyalur dana tersebut seperti Bank BRI. Keadaan ini menimbulkan persaingan diantara lembaga keuangan dalam sektor produk kredit. Perusahaan
11 harus menyusun berbagai kebijakan pemasaran yang bisa meningkatkan penyaluran kredit kepada pelaku usaha agribisnis yang tergolong UMKM. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing tersebut adalah dengan memahami perilaku konsumen, khususnya proses pengambilan keputusan produk. Hal ini diperlukan untuk menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produknya. Apabila proses tersebut sudah diketahui, maka mereka dapat menarik kesimpulan faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi keputusan seorang konsumen dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang ditawarkan kepadanya. Pada penelitian ini diawali dengan mengetahui bagaimana proses pengambilan keputusan debitur pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro Bank BRI. Setelah itu diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro. Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang paling mempengaruhi keputusan nasabah pelaku agribisnis dalam memilih produk KUR Mikro Bank BRI.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank BRI Unit Purbasari Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena Bank BRI unit Purbasari memiliki angka populasi debitur yang besar pada sektor agribisnis. Meskipun unit Purbasari terlatak di urban area jumlah debitur sektor agribisnis dapat disetarakan dengan unit lainnya yang ada di rural area seperti unit Leuwiliang, Ciampea, dan lain sebagainya. Penelitian juga dilakukan di Kantor Pusat BRI di JL Jendral Sudirman, Jakarta Pusat untuk mendapatkan informasi mengenai produk KUR. Penelitian dilakukan selama bulan Oktober hingga bulan Desember tahun 2013.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan memberikan kuisioner kepada debitur pada sektor agrbisnis yang menggunakan produk KUR Mikro Bank BRI Unit Purbasari. Kuisioner yang diberikan kepada debitur berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai biodata diri debitur, proses pengambilan keputusan debitur dalam memilih kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur dalam mengambil kredit KUR Mikro di Bank BRI unit Purbasari. Data sekunder berupa data informasi mengenai debitur diberikan oleh pihak Bank BRI unit Purbasari. Data informasi debitur tersebut berisi nama, alamat, nomor telepon, besarnya pinjaman, jangka waktu pinajaman, dan besar angsuran yang harus dibayar oleh debitur. Data sekunder lainnya seperti infromasi produk KUR, KUR Mikro,
12 Realisasi dan Penyaluran NPL KUR Bank Nasional, Realisasi KUR Menurut Sektor Ekonomi, dan Realisasi KUR Menurut Provinsi diperoleh dari kantor pusat Bank BRI, studi pustaka, dan internet yang relevan dengan topik penelitian. Metode Penentuan Data Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode nonprobality sampling karena tidak semua angota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik probability sampling yang digunakan adalah systematic random sampling. Menurut Sugiyono (2004), Sistematic random sampling adalah sistem pengambilan sampe yang dilakukan dengan menggunakan selang interval tertentu secara berurutan. Pada penelitian ini terdapat 85 populasi yang terbagi atas 50 pada perdagangan, 20 pada on farm, dan 15 pada. Sistem pengambilan sampel dilakukan dengan menggnuakan selang interval tertentu. Dari jumlah 85 tersebut diambil 30 responden yang terbagi rataDari jumlah 50 perdagangan maka dilakukan pembagian rata lalu dari hasil tersebut diambil Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 sampel dari total populasi 85 orang. Sampel diteliti sebanyak 30 dengan pertimbangan kerahasiaan data yag diberikan oleh Bank BRI unit Purbasari dibatasi dan juga pertimbangan karena pembatasan waktu penelitian.
Metode Pengumpulan Data Jenis dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden yaitu debitur pelaku agribisnis di Bank BRI Unit Purbasari Bogor yang menggunakan produk KUR. Kuesioner berisikan pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia, sehingga responden hanya memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan selain memberikan piihan juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan yang ada.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data diolah secara deskriptif dan kuantitatif, pengolahan data untuk mengetahui karakteristik debitur dan proses keputusan debitur terhadap KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari dilakukan secara deskriptif. Pengolahan data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi debitur terhadap KUR Mikro dilakukan secara kuantitatif yaitu menggunakan SPSS versi 16.0.
13 Analisis Deskriptif Faktor-faktor yang dianalisa selain statistik, dianalisa secara deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik responden yang menggunakan produk kredit KUR Mikro Bank BRI Unti Purbasari Cabang Bogor. Data-data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Data yang telah dikelompokkan ke dalam tabel, jawaban tersebut dipresentasikan berdasarkan jumlah responden. Presentase terbesar merupakan jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Analisis ini digunakan untuk menganalisis karakteristik debitur Bank BRI unit Purbasari di sektor agribisnis dan proses pengambilan keputusan debitur dalam mengambil KUR Mikro tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro di Bank BRI pada sektor agribisnis Analisis dengan bentuk Top Two Boxes digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis ini diperoleh dari hasil perhitungan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban berpengaruh dan sangat berpengaruh. Skala yang digunakan yaitu 1-5 dimana skala 4 dan 5 menunjukkan tingkat pengaruh yang tinggi, sedangkan tingkat pengaruh yang rendah nasabah dapat diperoleh dari skala 1-2 (sangat tidak setuju dan tidak setuju). Analisis ini menggunalan software SPSS for windows versi 16,0. Analisis ini dilakukan untuk mencari faktor perilaku nasabah pelaku agribisnis produk KUR Mikro Bank BRI apa saja yang paling mempengaruhi keputusan pembelian nasabah tersebut untuk memilih produk KUR Bank BRI, yang diamati yaitu budaya (X1), budaya usaha (X2), budaya kredit (X3), dukungan keluarga (X4), keluarga (X5), teman (X6), saran teman (X7), kelas sosial (X8), situasi (X9), pendapatan (X10), jaminan (X11), motif usaha (X12), motif taraf hidup (X13), pengetahuan informasi (X14), pencarian informasi (X15), sikap (X16), gaya hidup kredit (X17), gaya hidup usaha (X18), kepribadian terbuka (X19), kepribadian tertutup (X20), pengolahan informasi (X21), pembinaan dalam penggunaan (X22), pengalaman tidak memuaskan (X23), pernah menggunakan sebelumnya (X24), bunga yang rendah (X25), kemudahan prosedur/persyaratan (X26), waktu dalam pencairan dana (X27), dan jarak tempuh yang dekat antara rumah dan Bank (X28). Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner yang dikumpulkan pada penelitian ini diuji dengan uji validitas. Pengujian validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masingmasing pernyataan dengan skor total. Teknik yang dipakai untuk menguji validitas kuesioner ini digunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut :
14
√ Dimana :
√
= Korelasi antara X dan Y n = Jumlah responden X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total
Menurut Umar (2003), jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r table maka sahih dan semakin valid jika semakin mendekati 1,00. Uji validitas dilakukan pada 30 responden dengan toleransi 5%, dimana nilai korelasi yang dihitung dinyatakan valid karena nilai r lebih dari 0,361 (r tabel). Pengujian validitas diolah dengan menggunakan software SPSS 16. Selanjutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitas (keandalan). Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach, dengan rumus sebagai berikut:
[ Dimana :
]
= Reliabilitas instrument = Banyaknya butir pertanyaan = Jumlah ragam butir = Jumlah ragam total
Nilai ragam dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
n = Jumlah responden X= Nilai skor yang dipilih
Menurut Triton (2003), menyatakan bahwa koefisien alpha cronbach berada diantara 0,00 dan 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 maka semakin baik kekonsistenan instrumen yang diuji. Penilaian koefisien alpha cronbach berdasarkan aturan berikut : 0,00 – 0,20 = Kurang reliabel > 0,20 – 0,40 = Agak reliabel > 0,40 – 0,60 = Cukup reliabel > 0,60 – 0,80 = Reliabel > 8,00 – 1,00 = Sangat reliabel
15 Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas variable dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60 (Nugroho, 2005). Hasil uji reliable pada pertanyaan kuesioner diperoleh hasil alpha hitung 0,954 dan 0,875 maka kuesioner terbukti handal (lampiran 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN Produk Kredit Bank BRI Produk Kredit Bank BRI memiliki banyak macam produk pinjaman yang terbagi atas lima jenis pinjaman/kredit yaitu Pinjaman Mikro Bank BRI, Pinjaman Ritel Bank BRI, Pinjaman menengah Bank BRI, Pinjaman Program Bank BRI, Pinjaman KUR Bank BRI. Untuk Pinjaman Mikro Bank BRI, nama produknya yaitu Kupedes yang diperuntukkan bagi masyarakat pedesaan. Pada Pinjaman Ritel Bank BRI terdapat lima belas macam pinjaman yaitu Kredit Agunan Kas, Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja, KMK Ekspor, KMK Konstruksi, KMK Konstruksi BOI, Kredit BRIGuna, Kredit Waralaba, Kredit SPBU, Kredit Resi Gudang, Kredit Pemilikan Gudang, KMK Talangan SPBU, Kredit Batubara, Kredit Waralaba Alfamart, Kredit dengan Pola Angsuran Tetap. Pada jenis Pinjaman Menengah Bank BRI terdapat Kredit Agribisnis. Pada Pinjaman Program Bank BRI terdapat KPEN-RP, KKPE Tebu, KKPE, sedangkan pada Pinjaman KUR Bank BRI terdapat dua macam yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel. KUR Bank BRI Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit atau pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dalam bentuk modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70 persen sementara sisanya 30 persen ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Bank pelaksana yang menyalurkan KUR adalah Bank BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, BTN, Bank Syariah Mandiri, serta beberapa bank pembangunan daerah. Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK. 05/ 2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK. 05/2009 KUR Bank BRI merupakan kredit modal kerja atau kredit investasi dengan pola executing yang diperuntukan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan usaha produktif dan juga merupakan usaha dalam kategori feasible tetapi belum bankable. Feasible tetapi belum
16 bankable adalah usaha yang layak tetapi belum memenuhi persyaratan perkreditan dalam hal penyediaan agunan dan atau ijin-ijin usaha. Jenis KUR yang dimiliki Bank BRI yaitu KUR Mikro dan KUR Ritel. Perbedaan pada kedua KUR tersebut yaitu pada plafond kredit yang disalurkan maksimal sebesar Rp 20 juta untuk KUR Mikro, sedangkan plafond kredit yang disalurkan pada KUR Ritel sebesar Rp 20 juta hingga Rp 500 juta. Gambaran Umum Bank BRI Unit Purbasari Bank BRI adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar dan tertua di Indonesia. Saat ini nasabah Bank BRI terdapat kurang lebih 33 juta nasabah. Pada Per akhir Maret 2013, Bank BRI memiliki jaringan kantor mencakup 18 Kantor Wilayah, 446 Kantor Cabang, 545 Kantor Cabang Pembantu, 5.001 Unit BRI, 919 Kantor Kas, 1.804 Teras BRI, dan 350 Teras Mobile. Salah satu wilayah yang menyumbangkan jumlah kredit terbesar yaitu Jawa Barat. Bogor merupakan bagian dari wilayah Jawa Barat. Bogor adalah salah satu kabupaten yang potensial dimana banyak terdapat pelaku usaha UMKM terutama pada bidang agribisnis. Pelaku usaha tersebut tentunya membutuhkan kredit untuk modal usaha mereka dan untuk meningkatkan besar usaha mereka. Bank BRI unit Purbasari merupakan salah satu unit di Bank BRI wilayah Dewi Sartika Bogor. Bank BRI unit Purbasari ini terletak di Jalan Raya Gunung Batu kelurahan Gunung Batu kecamatan Bogor Barat, letaknya sangat strategi karena dekat dengan Pasar Gunung Batu dan pemukiman padat warga Bogor Barat. Sehingga Bank BRI unit Purbasari memiliki banyak nasabah dan debitur dimana rata-rata memiliki kredit mikro untuk usaha UMKM. Salah satu kredit mikro yang digunakan debitur yaitu kredit usaha rakyat (KUR).
Karakteristik Responden Informasi karakteristik responden didapat berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada 30 orang debitur Bank BRI unit Purbasari. Responden tersebut yaitu yang pernah dan sedang menggunakan produk KUR Mikro Bank BRI di unit Purbasari Bogor. Karakteristik responden dibagi menjadi beberapa macam. Karakteristik responden debitur KUR Bank BRI berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 sebagian besar debitur KUR Bank BRI berjenis kelamin laki-laki sebanyak Sebagian besar debitur KUR dalam penelitian berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 56.66 persen dan sisanya sebanyak 43.33 persen berjenis kelamin perempuan. Data ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak yang mengambil risiko dengan mengambil KUR Mikro Bank BRI dibandingkan wanita. Karakteristik debitur berdasarkan usia debitur dibagi menjadi lima kelas berdasarkan batas usia minimal dan maksimal Presentase tertinggi diperoleh nasabah berusia 36-45 tahun sebesar 36.66 persen dan urutan kedua tertinggi adalah usia 26-35 tahun sebesar 35 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kisaran usia 36 – 45 tahun dan usia 26-35 tahun merupakan usia yang produktif, dimana dalam rentang usia ini seseorang sedang mengembangkan karier atau
17 pekerjaannya. Urutan ketiga diperoleh debitur usia 46 – 55 tahun yaitu sebesar 13.33 persen. Urutan keempat diperoleh debitur usia diatas 55 tahun sebesar 3.33 persen. Jumlah responden dengan usia 46 tahun keatas relatif kecil dikarenakan pada umur-umur tersebut seseorang relatif tidak berani mengambil risiko meminjam uang di bank. Tabel 2 Karakteristik Debitur KUR Mikro di Bank BRI Unit Purbasari No A 1 2 B 1 2 3 4 C 1 2 3 4 5 D 1 2 3 4 5 6 7 E 1 2 3 4 F 1 2 3 4
Keterangan Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan terakhir SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma/Sederajat Jenis Usaha Pertanian Perikanan Peternakan Perdagangan Makanan minuman Omzet Rp0 - Rp3 Juta Rp3.1 Juta - Rp6 Juta Rp6.1 Juta - Rp9 Juta Rp9.1 Juta - Rp12 Juta Rp12.1 Juta - Rp15 Juta Rp15.1 Juta - Rp20 Juta Rp21 Juta - Rp25 Juta Usia debitur 26-25 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun >55 tahun Jumlah pinjaman Rp0 - Rp5 Juta Rp5.1 Juta - Rp10 Juta Rp10.1 Juta - Rp15 Juta Rp15.1 Juta - Rp20 Juta
Persentase(%)
n 17 13
56.66 43.33
8
26.66
5 14 13
16.66 46.66 10
3
10
3 3 10 11
10 10 33 36.66
16
53.33
4 2 1 6 0 1
13.33 6.66 3.33 20 0.00 3.33
14
46.66
11 4 1
36.66 13.33 3.33
9
30
10 4 7
10 13.33 23.33
Pada karakteristik tingkat pendidikan debitur mencakup persentase tingkat pendidikan terakhir debitur KUR Mikro Bank BRI. Berdasarkan Tabel 2 persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA dan pada persentase tertinggi kedua yaitu debitur dengan tingkat pendidikan SD sebesar 26.66%. Pada debitur KUR Mikro Bank BRI ini tidak didapat debitur yang memiliki pendidikan
18 terakhir di tingkat sarjana/sederajat, banyak yang melanjutkan usaha karena meneruskan usaha orang tua dan banyak pula yang memiliki keterbatasan dana untuk kuliah sehingga memilih untuk berwirausaha. Karakteristik debitur pelaku usaha agribisnis berdasarkan bidang usaha yang digeluti terbagi menjadi enam sektor berupa pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, perdagangan, dan makanan minuman. Persentase tertinggi didapat pada bidang usaha pertanian dimana terdapat debitur yang memiliki usaha di sayur-mayur dan buah-buahan. Persentase tertinggi kedua terdapat pada bidang usaha perdagangan seperti menjual sembako dan gas. Selain memiliki usaha-usaha tersebut, terdapat dua belas debitur memiliki pekerjaan pada bidang jasa berupa laundry, security, penjahit, supir, lalu bidang perdagangan seperti menjual mainan dan barang bekas, pada bidang pertanian seperti bertani padi, pada bidang perikanan yaitu bertani ikan bawal, dan terdapat juga responden yang bekerja menjadi TNI AD dan Guru SD. Karakteristik pendapatan usaha debitur KUR Mikro pelaku agribisnis per bulan dibagi menjadi tujuh bagian yaitu Rp`0,5 - Rp 3 juta, Rp 3.1 juta - Rp 6 juta, Rp 6.1 juta - Rp 9 juta, Rp 9.2 juta -Rp 12 juta, Rp 12.1 juta - Rp15 Juta, Rp15.1 Juta - Rp20 Juta, dan Rp20.1 Juta - Rp25 Juta Rp juta dapat dilihat pada Gambar 5 Mayoritas debitur KUR Mikro tersebut memiliki pendapatan per bulan Rp0 – Rp3 Juta, dapat diartikan bahwa mayoritas debitur yang besar usahanya mikro dan kecil membutuhkan sokongan dana untuk modal usahanya. Persentase tertinggi kedua yaitu debitur dengan pendapatan per bulan Rp12.1 Juta – Rp15 Juta. Persentase terendah yaitu pada pendapatan per bulan Rp21 Juta – Rp25 Juta. Ratarata omzet yang diperoleh debitur yaitu Rp 6.3 Juta. Besarnya nominal kredit yang dipinjam debitur dalam satu periode peminjaman dibagi menjadi tujuh kelas, dapat dilihat pada Tabel 2. Nominal kredit yang paling banyak dipinjam debitur yaitu Rp0-Rp5 Juta sebsesar 30 persen dimana mayoritas pada nominal ini dipinjam oleh debitur yang memiliki usaha seperti menjual sembako dan makanan minuman. Nominal kredit yang paling sedikit dipinjam oleh debitur yaitu Rp5.1 Juta – Rp10 Juta. Rata-rata pinjaman yang diambil oleh debitur yaitu Rp 10.9 Juta Selain memiliki rekening di Bank BRI, terdapat debitur yang memiliki rekening selain di Bank BRI. Berdasarkan Gambar 8 yaitu hanya 6.66 persen terdapat dua debitur yang juga memiliki rekening di Bank Mandiri dan Bank BCA. Rata-rata persyaratan yang diberikan Bank BRI unit Purbasari kepada para debitur yaitu berupa fotocopy KTP, KK, SKU, dan agunan berupa BPKP motor. Para debitur juga tidak dikenakan biaya administrasi sama sekali ketika meminjam dana KUR mikro. Rata-rata debitur yang dijadikan responden baru meminjam dana pada periode pertama, sedangkan hanya beberapa yang sudah meminjam pada periode kedua dan ketiga. Proses Pengambilan Keputusan Debitur dalam Mengambil KUR Mikro Bank BRI Tahap pertama yang dilakukan debitur dalam proses pengambilan keputusan yaitu pengenalan kebutuhan. Dapat dilihat pada Tabel 3 mayoritas tujuan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI yaitu untuk modal usaha. Persentase tertinggi kedua dari tujuan debitur yaitu untk meningkatkan usaha.
19 Persentase terkecil pada tujuan memilih KUR Mikro tersebut yaitu untuk melakukan investasi. Setelah proses pengenalan kebutuhan, dilanjutkan dengan proses pencarian Informasi dimana debitur mendapatkan informasi KUR Mikro Bank BRI dari berbagai macam sumber, seperti teman, keluarga, media cetak, media elektronik, dan pihak Bank. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa debitur paling banyak mendapatkan informasi dari pihak Bank. Persentase terkecil yaitu didapat informasi dari keluarga. Tabel 3 Proses Pengambilan Keputusan Debitur KUR Mikro Bank BRI Unit Purbasari No A 1 2 3 4 B 1 2 3 C 1 2 3 D 1 2 E 1 2
Keterangan Pengenalan kebutuhan Modal usaha Meningkatkan besar usaha Investasi Lain-lain Pencarian informasi Teman Keluarga Pihak Bank Evaluasi alternative Bunga yang rendah Kemudahan prosedur peminjaman Syarat dan jaminan yang mudah Keputusan pembelian Kemudahan persyaratan dan jaminan Bunga yang rendah Evaluasi pemilihan produk Merasa puas Merasa puas dan menyarankan produk ke orang lain
n
Persentase (%)
18 8 1 3
60 26.66 3.33 10
10 4 16
33.33 13.33 53.33
28 1 1
93.33 3.33 3.33
4 26
13.33 86.66
4 26
13.33 86.66
Tahap ketiga pada proses pengambilan keputusan yaitu evaluasi alternative. Persentase tertinggi yang menjadi pertimbangan debitur dalam memilih KUR Mikro Bank BRI yaitu bunga yang rendah. Mayoritas debitur membandingkan bunga yang diberikan antar Bank. Debitur memilih KUR Bank Mikro Bank BRI karena menawarkan bunga terendah dibandingkan Bank lain. Pada tahap selanjutnya pada proses pengambilan keputusan yaitu keputusan pembelian. Debitur memutuskan untuk memilih KUR Mikro di Bank BRI karena alasan bunga yang rendah. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa mayoritas debitur memilih KUR tersebut karena bunga yang rendah. Bunga yang ditawarkan oleh Bank BRI yaitu 1.2-1.3 disesuaikan dengan jangka waktu pengembalian dan besarnya ponjaman. Tahap terakhir pada proses pengambilan keputusan adalah evaluasi pemilihan produk. Sebanyak 86.66 persen debitur merasa puas setelah menggunakan KUR Mikro Bank BRI dan menyarankan produk tersebut kepada orang lain seperti teman dan keluarga.
20
Faktor -faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan debitur KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari digunakan analisis top two boxes. Analisis top two boxes berguna untuk melihat perbandingan jumlah top option, melihat faktor mana saja yang memiliki bobot tinggi. Dari kuisioner yang diberikan kepada debitur, diberikan pertanyaanpertanyaan berupa pilihan jawaban pada setiap atribut faktor-faktor dengan skala likert. Skala yang digunakan yaitu skala likert 1-5, skala 4 dan 5 menunjukkan tingkat pengaruh yang tinggi (top two boxes), sedangkan tingkat pengaruh yang rendah dari faktor-faktor tersebut diperoleh dari skala 1-2 berarti sangat tidak setuju dan tidak setuju (bottom two boxes). Skala 3 menunjukan ragu-ragu/netral. Tabel 2 menunjukkan bobot dari tiap atribut yang dimiliki faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur terhadap KUR Mikro Bank BRI. . Tabel 4 Faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisinis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit purbasari Faktor Internal Sikap
Motivasi
Gaya Hidup
Top Two Boxes
Bottom Two Boxes
97%
0%
100%
0%
100%
0%
97%
3%
33%
67%
100%
0%
100%
0%
100%
0%
KUR sangat membantu mengatasi masalah keuangan saya
100%
0%
Saya bisa memahami informasi yang diberikan pihak Bank BRI
100%
0%
Bank BRI memberikan pembinaan dalam penggunaan KUR
20%
80%
100%
0%
37%
63%
97%
3%
97%
3%
Deskripsi Saya orang yang mudah menerima informasi dan saran dari lingkungan sekitar Saya senang bersilahturahmi dengan keluarga dan lingkungan sekitar Saya mengambil KUR karena ingin mengembangkan usaha saya Saya mengambil KUR karena ingin meningkatkan pendapatan usaha saya Saya sudah terbiasa meminjam uang di Bank Menjadi pengusaha adalah hal yang wajar bagi saya
Pengetahuan
Pengolahan informasi
Pembelajaran
Saya mengambil KUR karena telah mengetahui informasi tentang KUR sebelumnya Saya mengambil KUR karena telah mencari informasi tentang KUR sebelumnya
Pengalaman saya meminjam di tempat lain tidak memuaskan Saya pernah menggunakan KUR sebelumnya
Pendapatan
Jumlah pendapatan yang saya peroleh tidak cukup untuk mendanai modal usaha saya Agunan yang saya miliki membuat saya memutuskan untuk mengambil KUR
21 Atribut pada faktor internal yang memiliki pengaruh yang tinggi yaitu faktor sikap. Faktor sikap memiliki deskripsi atribut berupa; responden adalah orang yang mudah menerima informasi dan saran lingkungan sekitar dan responden adalah orang yang senang bersilahturahmi dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Ini menjelaskan bahwa responden mudah menerima informasi dari berbagai pihak untuk memperoleh informasi mengenai KUR Bank BRI, seperti yang sudah dijelaskan pada analisis deskripsi bahwa responden meneriman informasi mengenai KUR Mikro Bank BRI dari keluarga, teman, dan pihak Bank BRI. Faktor internal berikutnya yang memiliki bobot tinggi adalah motivasi. Faktor ini memiliki bobot yang tinggi karena debitur memiliki motivasi dari dalam diri mereka, yaitu ingin menggunakan KUR Mikro Bank BRI untuk mengembangkan usahanya dan meningkatkan pendapatan usahanya. Faktor internal yang juga memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor pengetahuan. Debitur mengambil KUR Mikro Bank BRI karena sebelumnya sudah mengetahui informasi tentang KUR Mikro Bank BRI, sebelumnya telah mencari informasi dari pertemanan, pengalaman rekan sejawad maupun mitra usaha, dimana dengan memanfaatkan KUR mereka sangat terbantu masalah keuangannya. Bobot ini tinggi karena muncul dari kebutuhan dan keinginan debitur untuk menggunakan KUR Mikro Bank BRI, kebutuhan untuk modal usaha, meningkatkan besar usahanya, maupun investasi menyebabkan debitur mencari informasi mengenai produk yang dapat membantunya. Debitur memperoleh informasi dan membandingkan KUR Mikro Bank BRI dengan produk pinjaman lainnya yang dimiliki oleh Bank pesaing. Terdapat juga debitur yang memiliki pengalaman yang kurang memuaskan ketika meminjam di Bank selain Bank BRI sehingga debitur lebih memilih Bank BRI. Bunga yang rendah dan persyaratan yang mudah menyebabkan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI. Faktor internal lainnya yang memiliki bobot yang tinggi yaitu faktor pendapatan. Persyaratan yang diberikan Bank BRI sangat ringan sehingga tidak menyulitkan responden ketika mengajukan pinjaman KUR Mikro di Bank BRI. KUR Mikro Bank BRI tidak membutuhkan agunan, kecuali bila besar pinjaman yang diajukan Rp15 Juta-Rp 20 Juta, pihak Bank BRI unit Purbasari mensyaratkan adanya agunan seperti BPKP motor. Terlihat dari Tabel 2 bahwa nilai top two boxes lebih besar dibandingkan bottom two boxes, sehingga faktor-faktor internal yang mempengaruhi keputusan debitur dalam memilih produk KUR Mikro Bank BRI cenderung baik. Tetapi, terdapat tiga atribut yang nilainya dibawah 50 persen. Atribut-atribut tersebut yaitu : 1. Debitur belum terbiasa untuk meminjam di Bank (faktor gaya hidup). 2. Pembinaan yang masih minim dari pihak Bank BRI unit Purbasari kepada debitur dalam usahanya (faktor pengelohan informasi). 3. Debitur belum pernah menggunakan KUR Mikro sebelumnya (faktor pembelajaran) Mayoritas debitur KUR Mikro Bank BRI Unit Purbasari masih belum terbiasa dalam meminjam dana ke Bank untuk pembiayaan usahanya. Alasanalasan yang mempengaruhi mengapa masih banyak debitur yang belum terbiasa
22 meminjam di Bank untuk usaha karena para debitur merasa masih sedikitnya sosialisai dari pihak Bank mengenai produk-produk kredit. Banyak debitur mengharapkan agar pihak Bank BRI mengadakan acara terkait sosialisasi produkproduk Bank. Pada atribut pembinaan didapat hanya 37 persen pada top two boxes, dimana perlu ada peningkatan mengenai pembinaan dari Bank BRI unit Purbasari kepada para debitur KUR Mikro. Mayoritas debitur mengakui bahwa pembinaan hanya diberikan pada awal pencairan dana KUR Mikro tersebut, pembinaan yang diberikan berupa kapan waktu membayar angsuran, dimana dapat membayar angsuran, apa saja bonus yang dapat diterima debitur apabilan membayar sebelum tenggat waktu. Pembinaan lebih lanjut yang harus diberikan oleh pihak Bank BRI unit Purbasari tiap bulan agar kestabilan usaha para debitur dapat terjaga dan dapat terhindar dari kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kredit macet. Mayoritas responden pada penelitian ini menggunakan KUR untuk pertama kali/periode pertama. Ini menandakan bahwa banyak debitur yang baru mengetahui informasi mengenai KUR Mikro. Pihak Bank BRI sebaiknya mempertahankan debitur yang sudah pernah menggunakan KUR Mikro dan juga sebaiknya melakukan sosialisasi untuk memperoleh debitur baru. Dengan adanya atribut faktor internal diatas yang memiliki bobot tinggi, maka dapat dijadikan informasi bagi pihak Bank BRI unit Purbasari dalam mendapatkan debitur. Faktor internal dominan muncul karena rasa kebutuhan yang dimiliki dari debitur untuk menunjang usahanya. Tabel 5 Faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari Top Two Boxes
Bottom Two Boxes
Saya yakin usaha saya akan berhasil Meminjam uang ke Bank bukan merupakan hal yang tabu di lingkungan sekitar saya Mengambil kredit di Bank merupakan hal yang biasa dilakukan di lingkungan sekitar saya Keluarga saya memberi dukungan bila saya mengambil KUR di Bank BRI
100%
0%
77%
20%
50%
33%
100%
0%
Kelurga saya ada yang mengambil KUR di Bank BRI
33%
60%
Teman saya banyak yang mengambil KUR di Bank BRI
63%
33%
Teman saya menyarankan untuk mengambil KUR di Bank BRI
47%
53%
Kelas Sosial
Pelaku usaha kecil dan menengah banyak yang mengambil KUR
100%
0%
Situasi
Saya mengambil KUR karena situasi yang mendesak
57%
33%
100%
0%
100%
0%
90%
7%
93%
3%
Faktor Eksternal Budaya (Nilai)
Kemudahan
Deskripsi
Saya mengambil KUR di Bank BRI karena memiliki bunga yang rendah Saya mengambil KUR di Bank BRI karena persyaratan prosedurnya sangat mudah dibandingkan Bank lain Waktu dalam pencairan dana KUR sangat cepat Saya mengambil KUR di Bank BRI karena jarak tempuh dari rumah saya sangat dekat
23
Pada Tabel 3 menunjukkan faktor eksternal apa saja yang mempengaruhi keputusan debitur pelaku agribisnis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari. Beberapa atribut memiliki nilai top two boxes lebih kecil dibandingkan nilai bottom two boxes. Atribut-atribut yang harus ditingkatkan yaitu : 1. Sedikitnya keluarga dari debitur yang menggunakan KUR Mikro Bank BRI (Faktor Budaya (Internal)). 2. Sedikitnya teman debitur yang menyarankan untuk mengambil KUR di Bank BRI unit Purbasari (Faktor Budaya (Internal)). Faktor eksternal yang memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor kelas sosial, dimana responden mengetahui bahwa KUR Mikro banyak digunakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah. Indikasi ini juga didapat dari analisis deskripsi mengenai pencarian informasi. Debitur pelaku agribisnis mendapatkan informasi KUR mayoritas dari pihak Bank BRI unit Purbasari, teman, dan keluarga. Teman dan keluarga dari responden banyak yang sudah dan pernah menggunakan produk KUR Mikro sehingga responden tahu apakah KUR Mikro itu cocok digunakan atau tidak untuk level usahanya. Dari faktor budaya, responden memilih KUR Mikro karena melihat banyak teman dan lingkungan sekitarnya yang menggunakan KUR Mikro Bank BRI, melihat efek positif dari sesudah menggunakan produk tersebut. Sehingga responden memilih KUR Mikro Bank BRI untuk membantu pembiayaan usahanya. Faktor lainnya yang mempengaruhi responden untuk mengambil KUR karena ketika dalam situasi mendesak, adanya situasi tersebut membuat responden untuk mengambil KUR. Ini merupakan faktor yang tidak diciptakan oleh pihak Bank BRI, tetapi kebutuhan dari responden tersebut. Faktor yang juga memiliki bobot tinggi yaitu pada faktor kemudahan dimana bunga yang diberikan dari Bank BRI unit Purbasari tidak membebani debitur dalam membayar angsurannya. Selain itu, persyaratan yang diberikan pihak Bank BRI unit Purbasari kepada responden sangat mudah dibandingkan Bank lain, waktu pencarian cepat yang rata-rata 3-7 hari, dan juga karena jarak yang ditempuh responden menuju Bank BRI unit Purbasari sangat dekat dengan rata-rata jarak 0,5-1 Km. Pada faktor budaya (internal), keluarga memiliki peran dalam mempengaruhi keputusan calon debitur dalam memilih KUR Mikro Bank BRI. Apabila ada anggota keluarga yang sudah pernah menggunakan KUR dan sudah mengetahui informasi mengenai KUR Mikro Bank BRI, akan mudah mempengaruhi anggota keluarga lainnya untuk menggunakan produk yang sama. Pengalaman mendapatkan kepuasan anggota keluarga pada saat menggunakan KUR Mikro Bank BRI dapat menjadi bahan evaluasi alternative calon debitur dalam memilih produk tersebut. Pihak Bank BRI juga dapat menyarankan para debitur untuk menyebarkan informasi dan menceritakan pengalamannya mengenai produk tersebut kepada keluarga. Selain keluarga, atribut yang masih lemah yaitu sedikitnya teman debitur yang menyarankan untuk mengambil KUR di Bank BRI unit Purbasari. Terdapat 47 persen debitur mendapatkan informasi menengenai KUR Mikro Bank BRI dari saran teman yang berada di lingkungan sekitar rumah dan juga teman yang berada di lingkungan toko dan pasar. Ini mengindikasikan bahwa informasi yang
24 disebarkan oleh debitur lama dapat mempengaruhi calon debitur untuk memilih produk yang dimiliki Bank BRI ini. Informasi yang disampaikan secara mouth to mouth dapat memberikan peran yang besar juga dalam mempengaruhi keputusan calon debitur dalam memilih produk ini. Selain itu, masyarakat sekarang lebih mudah terpengaruh dalam membuat keputusan untuk menggunakan suatu produk oleh sekelompok/grup mereka (Fromm, J. and Christie 2013), sehingga akan lebih baik lagi bila atribut ini ditingkatkan. Dapat dilihat dari kedua tabel diatas bahwa faktor internal memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan faktor eksternal dalam keputusan debitur pelaku agribisnis terhadap KUR Mikro Bank BRI unit Purbasari. Ini terjadi karena debitur memiliki rasa kebutuhan yang tinggi terhadap masalah pembiayaan dalam usahanya. Hal ini dapat menjadi informasi bagi pihak Bank BRI unit Purbasari dalam merencanakan strategi pemasarannya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada proses pengambilan keputusan debitur dalam memilih produk KUR Mikro Bank BRI mengikuti lima tahapan. Lima tahapan tersebut berupa tahap pengenalan kebutuhan, mayoritas tujuan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI yaitu untuk modal usaha, tahap pencarian informasi sebanyak 53.33 persen debitur memperolehnya dari pihak Bank BRI unit Purbasari, tahap evaluasi alternative, yang menjadi pertimbangan dalam memilih KUR Mikro bagi responden yaitu didominasi oleh bunga yang rendah, tahap keputusan pembelian, mayoritas responden memutuskan untuk memilih KUR Mikro Bank BRI karena bunga yang rendah, dan tahap evaluasi pemilhan produk, responden dominan puas dan menyarankan kepada teman, keluarga, dan lingkungan sekitar untuk menggunakan KUR Mikro Bank BRI. Pada faktor yang mempengaruhi keputusan debitur, faktor internal memberikan pengaruh yang lebih kuat dibandingkan faktor eksternal dalam keputusan debitur memilih KUR Mikro Bank BRI. Faktor internal menggambarkan bahwa debitur mengambil KUR Mikro Bank BRI karena rasa kebutuhan dari dalam diri debitur tersebut. Pada faktor internal yang memiliki bobot terendah yaitu pada faktor pengolahan informasi dimana Bank BRI kurang memberikan pembinaan dalam penggunaan KUR kepada debitur. Pada faktor eksternal yang memiliki bobot terendah yaitu pada faktor budaya, sedikitnya keluarga debitur yang ada dalam mengambil KUR di Bank BRI unit Purbasari. Saran Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang memiliki bobot tinggi berasal dari tingkat kebutuhan debitur berupa masalah pembiayaan usaha yang dijalankannya, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai informasi bagi pihak Bank BRI untuk mengetahui motif calon debiturnya. Dari hasil penelitian, maka masukan untuk strategi pemasaran lainnya yang dapat dilakukan Bank BRI unit Purbasari pada KUR Mikro adalah:
25 a. Melakukan sosialisasi secara langsung (tatap muka) dengan mengadakan suatu kegiatan di sekitar sentra usaha atau tempat tinggal calon debitur. b. Sosialisasi melalui promosi melalui pemberian brosur secara langsung sehingga calon debitur dapat lebih jelas mengetahui produk KUR Mikro Bank BRI dalam hal persyaratan, keuntungan, dan lokasi bank terdekat. c. Meminta debitur untuk menceritakan pengalamannya menggunakan produk KUR Mikro Bank BRI kepada keluarga, teman, dan lingkungan sekitarnya, serta mereferensikan (dengan insentif) calon debitur. d. Pembinaan dan pengawasan tiap bulan yang harus dilakukan pihak Bank BRI unit Purbasari untuk mencegah adanya potensi kredit macet pada debitur. e. Faktor eksternal yang memiliki bobot lebih rendah dibandingkan faktor internal perlu ditingkatkan lagi agar memudahkan debitur dalam pencapaian keputusan memilih produk KUR Mikro di Bank BRI dibandingkan produk pesaing.
DAFTAR PUSTAKA Bambang, R. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Engel, J. F, Roger D. Blackwell and Paul W. Miniard. 1995. Consumer behaviour. Eight Edition. Orlando: The Dryden Press. Fromm, J. and Christie. 2013. Marketing to millennials “Reach the largest and Most Influential Generation of Consumer Ever”. New York: AMACOM. Hatta, W. 2009. Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Faktor-faktor Tabungan Danamon Lebih yang Diperntingkan Nasabah (Studi Kasus Nasabah yang Memiliki Danamon Lebih Cabang Warung Jambu) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hutagaol, EIP. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencairan Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sektor Agribisnis (Kasus pada BRI Unit Cigombong-Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Japarianto, E. Analisis Faktor Type Hedonic Shopping Motivation dan Faktor Pembentuk Kepuasam Tourist Shopper di Surabaya [skripsi]. Semaran (ID): Universitas Kristen Petra. Kotler, P. 2000. Marketing Management: Edisi Milenium, International Edition. New Jersey: Preantice Hall. International Inc. Lin, M., and Wathen. 2008. Statistical Techniques in Business and Economics“With Global Data Sets (13th ed). New York: McGraw-Hill International ed. Nugraha, E. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Debitur Terhadap Pelayanan Kredit UMKM Swamitra Bank Bukopin Cabang Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
26 Putri. 2011. Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pemilihan Produk Kredit KUR Bank Jabar Banten (BJB) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Porter, M. 2008. On Competition (Updated and Expanded Edition). Boston: Harvard Business Press. Siamat, D. 1999. Manajemen Lembaga Keungan. Edisi Kedua. Jakarta Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Tarigan, K. P. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Dalam Sektor Pertanian di BRI Unit Parung Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wijayanti, T dan B. Agus. 2004. Faktor-faktor Motivasi yang Dipertimbangkan Masyarakat Terhadap pemilihan SIstem Perbankan Syariah (Studi Perilaku Konsumen pada BMT di Purwokerto. Jurnal Pemasaran. Vol. 1 No. 1 Januari 2004 : (p.29-44)).
27 Lampiran 1 Realisasi KUR menurut sektor ekonomi (31 Juli 2013) Total Plafon Outstanding No Sektor Ekonomi (Rp juta) (Rp juta) 1 Pertanian 20 234 844 8 650 924 2 Perikanan 766 843 227 873 3 Pertambangan 103 925 51 916 Industri 4 pengolahan 3 402 235 1 616 528 Listrik, gas dan 5 air 62 187 31 833 6 Konstruksi 1 948 803 699 535 7 Perdagangan 70 477 395 26 469 981 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Penyediaan akomodasi Transportasi Perantara keuangan usaha persewaan Adm. Pemerintahan Jasa pendidikan Jasa kesehatan Jasa kemasyarakatan Jasa perorangan Badan internasional Lainnya
Debitur 1 349 132 7 22 2 561 169 382 1 594 9 796 6 094 093
816 085 1 679 756
297 524 986 565
3 122 37 583
924 188 4 992 357
373 448 2 594 297
6 297 24 457
9 386 69 096 337 501
1 386 30 238 108 682
36 398 3 557
3 086 452 88 484
1 087 358 42 167
103 769 862
17 75 1 18 14 284 032 2 861 668 1 078 105 Total 123 283 645 46 131 924 9 140 176 Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013
28 Lampiran 2 Realisasi KUR menurut propinsi (31 Juli 2013) Total Total Outstanding (Rp juta) (Rp juta) No Provinsi Debitur Nanggroe Aceh 1 Darussalam 2 058 174 593 756 149 196 2 Sumatera Utara 6 221 787 2 503 855 375 338 3 Sumatera Barat 3 875 146 1 585 943 215 913 4 Riau 3 786 939 1 790 235 154 741 5 Jambi 2 205 021 931 437 128 284 6 Sumatera Selatan 4 414 452 1 772 225 169 573 7 Bengkulu 881 488 335 603 67 119 8 Lampung 2 660 754 985 624 212 511 9 Kepulauan Riau 892 508 353 171 30 243 10 Bangka Belitung 382 028 151 884 21 836 11 DKI Jakarta 5 685 558 2 264 745 220 206 12 Jawa Barat 15 759 901 5 540 867 1 292 431 13 Jawa Tengah 19 060 935 6 288 299 2 143 862 14 D.I. Yogyakarta 2 401 184 931 801 237 78 15 Jawa Timur 18 623 234 6 654 016 1 583 972 16 Banten 2 573 210 905 066 141 905 17 Bali 2 732 571 1 041 451 210 502 18 NTB 1 509 760 535 216 137 298 19 NTT 1 311 053 450 391 93 141 20 Kalimantan Barat 2 713 458 1 231 175 105 894 Kalimantan 21 Tengah 1 875 369 905 365 85 634 Kalimantan 22 Selatan 3 037 783 1 337 467 169 191 23 Kalimantan Timur 3 234 832 1 369 735 154 405 24 Sulawesi Utara 1 261 802 512 662 86 696 25 Sulawesu Tengah 1 494 256 616 7 115 805 26 Sulawesi Selatan 6 982 441 2 517 225 502 096 27 Sulawesi Tenggara 1 054 878 407 274 83 43 28 Gorontalo 613 127 176 351 57 629 29 Sulawesi Barat 660 11 204 644 46 511 30 Maluku 922 203 291 333 46 144 31 Maluku Utara 476 991 157 441 22 435 32 Papua Barat 657 718 278 234 21 549 33 Papua 1 262 972 510 733 56 906 Total 123 283 644 46 131 924 9 140 176 Sumber : Komite Kredit Usaha Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2013
29 Lampiran 3 Perhitungan validitas dan reliabilitas Pertanyaan Vakiditas Internal Keterangan P1 VALID Pearson Correlation 0,879 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P2 VALID Pearson Correlation 0,425 Sig. (2-tailed) 0,019 N 30 P3 VALID Pearson Correlation 0,844 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P4 VALID Pearson Correlation 0,697 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P5 VALID Pearson Correlation 0,571 Sig. (2-tailed) 0,001 N 30 P6 VALID Pearson Correlation 0,693 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P7 VALID Pearson Correlation 0,674 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P8 VALID Pearson Correlation 0,908 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P9 VALID Pearson Correlation 0,762 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P10 Pearson Correlation VALID 0,756 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P11 Pearson Correlation VALID 0,954 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P12 Pearson Correlation VALID 0,909 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P13 Pearson Correlation VALID 0,900 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P14 Pearson Correlation VALID 0,876 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 P15 Pearson Correlation VALID 0,917 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30
30 Reliability statistics Cronbach's Alpha N of Items ,954 15 Nilai cronbach alpha (0,954)> 0,7 maka sudah reliable
Item-total statistics Corrected Scale Mean if Scale Variance Item-Total Item Deleted if Item Deleted Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P
47,20
106,097
,860
,948
P
48,53
114,120
,352
,958
P
47,30
104,493
,814
,949
P
47,20
109,545
,654
,952
P
47,10
112,852
,520
,955
P
47,20
112,097
,659
,952
P
47,97
106,309
,611
,954
P
47,97
100,930
,887
,947
P
47,93
103,444
,710
,952
P
47,63
106,930
,715
,951
P
47,50
105,431
,947
,947
P
47,47
103,430
,891
,947
P
47,40
105,697
,884
,948
P
47,47
106,120
,855
,948
P
47,67
102,368
,900
,947
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
31 Validitas Pertanyaan P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
Validitas Eksternal Keterangan VALID Pearson Correlation 0,664 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 Pearson Correlation 0,597 VALID Sig. (2-tailed) 0,001 N 30 VALID Pearson Correlation 0,701 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 Pearson Correlation 0,722 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 VALID Pearson Correlation 0,584 Sig. (2-tailed) 0,001 N 30 Pearson Correlation 0,565 VALID Sig. (2-tailed) 0,001 N 30 VALID Pearson Correlation 0,672 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 Pearson Correlation 0,663 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 VALID Pearson Correlation 0,720 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 Pearson Correlation 0,622 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 VALID Pearson Correlation 0,631 Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 Pearson Correlation 0,662 VALID Sig. (2-tailed) 0,000 N 30 VALID Pearson Correlation 0,547 Sig. (2-tailed) 0,002 N 30
32 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,875 13 Nilai cronbach alpha (0,875)> 0,7 maka sudah reliable Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted P16 45,23 29,978 ,583 ,864 P17 45,10 30,507 ,503 ,869 P18 45,33 30,092 ,633 ,862 P19 45,40 30,317 ,664 ,861 P20 45,73 30,892 ,495 ,869 P21 45,47 31,568 ,487 ,870 P22 45,67 30,920 ,610 ,864 P23 45,47 31,223 ,603 ,865 P24 45,20 29,683 ,652 ,861 P25 45,33 31,057 ,548 ,867 P26 45,97 30,240 ,544 ,867 P27 46,00 29,724 ,575 ,865 P28 46,10 30,024 ,417 ,878 Reliabilitas Faktor Internal Scale: All variables Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
%
30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .390
N of Items 15
33
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
P1
4.03
.320
30
P2
4.27
.450
30
P3
4.40
.498
30
P4
4.03
.490
30
P5
2.67
1.061
30
P6
4.33
.479
30
P7
4.23
.430
30
P8
4.37
.490
30
P9
4.30
.466
30
P10
4.07
.254
30
P11
2.40
.814
30
P12
4.10
.305
30
P13
2.57
1.406
30
P14
3.93
.365
30
P15
4.07
.521
30
34 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted P1
53.73
8.892
.227
.363
P2
53.50
9.086
.051
.390
P3
53.37
8.102
.379
.313
P4
53.73
8.685
.173
.363
P5
55.10
5.955
.453
.197
P6
53.43
8.599
.213
.355
P7
53.53
9.223
.007
.399
P8
53.40
10.110
-.296
.464
P9
53.47
9.016
.069
.387
P10
53.70
9.459
-.062
.402
P11
55.37
8.378
.082
.392
P12
53.67
9.609
-.146
.416
P13
55.20
6.786
.090
.440
P14
53.83
8.626
.311
.345
P15
53.70
8.010
.388
.308
Reliabilitas Faktor Eksternal Scale: All variables Case Processing Summary N Cases
Valid
%
30 100.0
Excludeda Total
0
.0
30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .514
13
35 Item Statistics Mean Std. Deviation
N
P16
4.43
.504
30
P17
3.57
.817
30
P18
3.17
.913
30
P19
4.20
.407
30
P20
2.47
1.592
30
P21
3.20
1.375
30
P22
2.80
1.424
30
P23
4.17
.379
30
P24
3.40
1.133
30
P25
4.40
.498
30
P26
4.37
.490
30
P27
4.13
.776
30
P28
4.20
.664
30
36 Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted P16
44.07
20.409
.199
.499
P17
44.93
22.133
-.160
.565
P18
45.33
18.782
.247
.481
P19
44.30
21.183
.059
.516
P20
46.03
16.792
.172
.519
P21
45.30
15.390
.398
.422
P22
45.70
14.493
.466
.391
P23
44.33
22.230
-.225
.542
P24
45.10
15.472
.540
.383
P25
44.10
21.059
.057
.517
P26
44.13
21.775
-.097
.535
P27
44.37
18.999
.291
.475
P28
44.30
19.872
.212
.493
37 Lampiran 4 Hasil olahan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menggunakan alat top two boxes Frequency Table P1 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
3
1
3.3
3.3
3.3
4
27
90.0
90.0
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
P2 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
22
73.3
73.3
73.3
5
8
26.7
26.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
P3 Cumulative Valid percent Percent
Frequency Percent Valid
4
18
60.0
60.0
60.0
5
12
40.0
40.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
P4 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
Total
2
1
3.3
3.3
3.3
4
26
86.7
86.7
90.0
5
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
38 P5 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
1
1
3.3
3.3
3.3
2
19
63.3
63.3
66.7
4
9
30.0
30.0
96.7
5
1
3.3
3.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
P6 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
20
66.7
66.7
66.7
5
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
P7 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
23
76.7
76.7
76.7
5
7
23.3
23.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
P8 Frequency Percent Valid
Cumulative Valid Percent Percent
4
19
63.3
63.3
63.3
5
11
36.7
36.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
39 P9 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
21
70.0
70.0
70.0
5
9
30.0
30.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P10 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
28
93.3
93.3
93.3
5
2
6.7
6.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
P11 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
24
80.0
80.0
80.0
4
6
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P12 Frequency Percent Valid
Cumulative Valid Percent Percent
4
27
90.0
90.0
90.0
5
3
10.0
10.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
40 P13 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
1
8
26.7
26.7
26.7
2
11
36.7
36.7
63.3
4
8
26.7
26.7
90.0
5
3
10.0
10.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P14 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
1
3.3
3.3
3.3
4
29
96.7
96.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
P15 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
1
3.3
3.3
3.3
4
25
83.3
83.3
86.7
5
4
13.3
13.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
P16 Frequency Percent Valid
Cumulative Valid Percent Percent
4
17
56.7
56.7
56.7
5
13
43.3
43.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
41 P17 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
6
20.0
20.0
20.0
3
1
3.3
3.3
23.3
4
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
P18 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
10
33.3
33.3
33.3
3
5
16.7
16.7
50.0
4
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P19 zCumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
24 80.0
80.0
80.0
5
6 20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P20 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
Total
1
13
43.3
43.3
43.3
2
5
16.7
16.7
60.0
3
2
6.7
6.7
66.7
4
5
16.7
16.7
83.3
5
5
16.7
16.7
100.0
30
100.0
100.0
42 P21 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
1
6
20.0
20.0
20.0
2
4
13.3
13.3
33.3
3
1
3.3
3.3
36.7
4
16
53.3
53.3
90.0
5
3
10.0
10.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P22 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
1
7
23.3
23.3
23.3
2
9
30.0
30.0
53.3
4
11
36.7
36.7
90.0
5
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
P23 Frequency Percent Valid
Cumulative Valid Percent Percent
4
25
83.3
83.3
83.3
5
5
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
43 P24 Frequency Valid
2
Cumulative Valid Percent Percent
Percent 10
33.3
33.3
33.3
3
10.0
10.0
43.3
4
12
40.0
40.0
83.3
z
5
16.7
16.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
P25 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
18
60.0
60.0
60.0
5
12
40.0
40.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
P26 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
4
19
63.3
63.3
63.3
5
11
36.7
36.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
P27 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
2
2
6.7
6.7
6.7
3
1
3.3
3.3
10.0
4
18
60.0
60.0
70.0
5
9
30.0
30.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
44 P28 Cumulative Valid Percent Percent
Frequency Percent Valid
Total
2
1
3.3
3.3
3.3
3
1
3.3
3.3
6.7
4
19
63.3
63.3
70.0
5
9
30.0
30.0
100.0
30
100.0
100.0
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 24 Desember 1991 dari Bapak Nurullah Akhsan dan Ibu Norita Misselvida. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Labschool Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) dan diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan keorganisasian seperti magang BEM TPB 2010/2011. Penulis juga aktif pada organisasi internasional IAAS (International Association of Student in Agricultural and Related Sciences) IPB menjadi Project Officer pada tahun 2011/2012, menjadi Exchange Coordinator pada tahun 2012/2013, dan menjadi Vice Director of Partnership di IAAS Indonesia pada tahun 2013/2014. Penulis aktif dalam mengikuti international conference seperti ICEBMM (International Conference on Economics, Business, and Marketing Management) 2012 di Singapura, ICSMR (International Conference on Strategy and Management Research) 2013 di Singapura, dan ICEBMM 2013 di Italia. Penulis juga menjadi delegasi IPB untuk kegiatan World Model United Nation pada tahun 2013 di Melbourne, Australia. Penulis pernah menjadi pembicara di beberapa kegiatan mahasiswa dalam ruang lingkup local maupun nasional. Penulis juga pernah mengikuti beberapa lomba nasional seperti IPB Stock Day 2013 dan lain sebagainya.