FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI RW 01 KELURAHAN UTAN KAYU UTARA, JAKARTA TIMUR, PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015
Skripsi
Oleh: Safira Anindita 1111101000027
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ii
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI Skripsi, 29 September 2015 Safira Anindita, NIM : 1111101000027 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015 xii + 87 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 2 lampiran ABSTRAK Latar Belakang: Bertambahnya Usia Harapan Hidup menyebabkan wanita Indonesia, khususnya DKI Jakarta, lebih lama berada pada masa menopause. Setiap wanita memiliki usia menopause yang berbeda. Wanita di Negara berkembang, seperti Indonesia, memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan Negara maju. Mengidentifikasi faktor yang terkait dengan usia menopause sangat penting untuk dilakukan karena usia menopause memiliki kaitan dengan risiko timbulnya beberapa penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, kanker payudara, kanker endomentrium dan osteoporosis. Tujuan: Diketahuinya prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara. Jumlah sampel sebanyak 226 orang yang dipilih berdasarkan teknik simple random sampling. Uji T test Independen dan ANOVA merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause. Hasil: Prevalensi menopause adalah sebesar 42,85%. Rata-rata usia menopause adalah sebesar 49,17 tahun. Hasil analisis bivariat menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir dan status perkawinan), faktor reproduksi (paritas, usia menarche dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dan faktor gaya hidup (merokok) dengan usia menopause. Kesimpulan: Wanita nulipara, usia menarche yang lebih cepat, mengkonsumsi kontrasepsi oral dan merokok berhubungan dengan usia menopause yang lebih cepat. Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan sosialisasi mengenai faktor-faktor yang berubungan dengan menopause, terutama pada wanita usia subur. Kata Kunci : Usia Menopause, Faktor Reproduksi, Faktor Gaya Hidup Daftar Bacaan : 63 (1996-2014)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR EPIDEMIOLOGY Undergraduate Thesis, September 29, 2015 Safira Anindita, NIM : 1111101000027 Factors Associated with Age at Menopause in Women at RW 01, Utan Kayu Utara, East Jakarta, Jakarta City 2015 xii + 87 pages + 7 tabel + 2 pictures + 2 attachments ABSTRACT Background: Increased life expectancy made women in Indonesia, especially in Jakarta, live longer with menopause. Every woman has a different age of menopause. Women in developing countries, such as Indonesia, have earlier age at menopause than women in developed countries. Identifying factors associated with age at menopause are important because age at menopause has been associated with risk of onset of several chronic diseases, such as cardiovascular diseases, breast and endometrial cancers and osteoporosis. Objective: To find out the prevalence of menopause, average age at menopause and the associated factors in women at RW 01, North Utan Kayu, East Jakarta, Jakarta City Methods: This study used a cross-sectional study design. The population in this study were all women aged 30 years and older. A total sample of 226 women selected by simple random sampling technique. Independent T test and ANOVA test used to determine the factors associated with age at menopause. Results: The prevalence of menopause is 42.85%. The average age at menopause was 49.17 years. Results of bivariate analysis stated that there is a significant relationship between sociodemographic factors (birth decade dan marital status), reproductive factors (parity, age of menarche and use of oral contraceptives) and lifestyle factor (smoking) with age at menopause. Conclusion: Nulliparous women, early menarche, oral contraceptives users and smokers are associated with age at menopause. Therefore, it is very important to dissemination of the factors that associated with age at menopause, especially in women of reproductive age. Keywords: age at menopause, reproductive factors, lifestyle Factors Reference: 63 (1996-2014)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI RW 01 KELURAHAN UTAN KAYU UTARA, JAKARTA TIMUR, PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta,
Agustus 2015
Disusun Oleh: Safira Anindita NIM. 1111101000027 Pembimbing I
Pembimbing II
Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D NIP. 197904272005012005
Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D NIP. 197106052006042012
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama NIM Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Telepon E-mail
: Safira Anindita : 1111101000027 : Jakarta, 4 Oktober 1993 : Perempuan : Islam : Jl. Waringin No. 2 RT 03 RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Kecamatan Matraman Jakarta Timur : 085692405336 :
[email protected]
PENDIDIKAN 1997-1999 1999-2005 2005-2008 2008-2011 2011-sekarang
: TK Alabror : SD Mutiara 17 Agustus Bekasi : SMPN 1 Bekasi : SMAN 30 Jakarta : Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI Paduan Suara SMPN 1 Bekasi Paduan Suara SMAN 30 Jakarta PASIFIK (Paduan Suara FKIK) Epidemology Student Associations (ESA) Program Studi Kesehatan Masyarakat
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta yang kekal dan abadi. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan hamba Allah yang suci. Alhamdulillah pada akhirnya skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita Di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga menjadi inisiasi untuk melakukan penelitian berikutnya. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Orangtua yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moral serta materi sehingga peneliti bersemangat dalam menyelesaikan proposal skripsi; 2. Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan motivasi; 3. Keluarga besar Abdul Rachim yang selalu mendukung dan memberikan dukungan moral maupun materi dalam menyelesaikan proposal skripsi ini; 4. Muhammad Iqbal yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan doa serta bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi;
ix
5. Putri Anggraini, Anjar Nofiani, Desi Pusparini, Alfica Agus, Denok Ariska dan seluruh teman-teman Epidemiologi 2011 yang selalu bersedia menjadi tempat bertanya dan senantiasa memberikan semangat; 6. Rahma Yusfarani, Dwi Nurvita, Putri Handayani, Sarah Islamia, Putri Dwi Karina, Nadita Anggiasari, Unique Gita dan seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat dan doa satu sama lain; 7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun proposal skripsi ini, dimana tidak bisa dituliskan satu per satu. Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan keterbasan, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Jakarta, 26 September 2015
Safira Anindita
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................ iii ABSTRACT .......................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... v KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4 C. Pertanyaan Penelitian..................................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5 1.
Tujuan Umum........................................................................................... 5
2.
Tujuan Khusus .......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6 1.
Bagi Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara .......................................... 6
2.
Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur ..................................... 7
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya ......................................................................... 7
F. Ruang Lingkup .............................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8 A. Pengertian Menopause ................................................................................... 8 B. Mekanisme Terjadinya Menopause ............................................................... 9 C. Gejala Menopause ....................................................................................... 11 D. Dampak Menopause .................................................................................... 14 E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause ................................. 15 1)
Faktor Sosio-Demografi ......................................................................... 15
2)
Faktor Reproduksi .................................................................................. 19
xi
3)
Faktor Gaya Hidup ................................................................................. 24
F. Kerangka Teori ............................................................................................ 27 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 27 A. Kerangka Konsep......................................................................................... 28 B. Definisi Operasional .................................................................................... 30 C. Hipotesis ...................................................................................................... 37 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 38 A. Desain Penelitian ......................................................................................... 38 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 38 C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 38 D. Pengumpulan Data ....................................................................................... 42 E. Instrumen Pengumpulan Data...................................................................... 42 F. Manajemen Data .......................................................................................... 42 G. Analisis Data ................................................................................................ 44 BAB V HASIL ...................................................................................................... 47 A. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ........................ 47 B. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ....................................................................................... 47 C. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ............................................................................................................. 49 D. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ............................................................................................................. 52 BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 54 A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 54 B. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ........................ 54 C. Frekuensi Faktor Sosio-Demografi pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ....................................................... 56 D. Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ............ 63
xii
E. Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ............ 75 BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81 LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 30 Tabel 4.1 Kode Variabel ....................................................................................... 43 Tabel 5.1 Prevalensi Kejadian Menopause dan Rata-rata Usia Menopause ......... 47 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Hubungan Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015................................................................................................. 48 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015................................................................................................. 50 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015................................................................................................. 52
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 27 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 28
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2012 berhasil meningkat sebesar 0,87 tahun, dari 69 tahun pada tahun 2008 menjadi 69,87 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan Usia Harapan Hidup paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan usia harapan hidup sebesar 73,49 tahun (Depkes, 2013). Meningkatnya usia harapan hidup menandakan bahwa semakin meningkat risiko penyakit degeneratif dan semakin panjang wanita hidup pada masa menopause. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebanyak 2,9% wanita usia 10-59 tahun di Indonesia telah memasuki masa menopause (Litbangkes, 2010). Menopause merupakan hal alamiah, setiap wanita akan mengalami transformasi dari masa reproduksi ke masa menopause. Namun, usia terjadinya menopause pada setiap wanita berbeda-beda. Wanita Asia memiliki usia menopause yang lebih cepat (42,1 sampai 49,5 tahun) dibandingkan wanita Eropa (50,1 sampai 52,8 tahun), Amerika Utara (50,5 sampai 51,4 tahun), dan Amerika Latin (43,8 sampai 53 tahun) (Palacios dkk., 2010). Penelitian di Indonesia, menyatakan bahwa rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 49,98 tahun (Yohanis dkk., 2013). Penelitian lain di Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa rata-rata usia menopause penduduk tersebut adalah 49 tahun (Rohmatika, 2012). Sedangkan penelitian di Jawa Barat menyatakan rata-rata usia menopause adalah 47,40 tahun (Setiasih, 2003).
1
2
Menopause
merupakan
risiko
berkembangnya
penyakit
kardiovaskular. Jumlah estrogen yang sedikit di dalam tubuh memiliki efek yang merugikan pada fungsi kardiovaskular dan metabolisme tubuh sehingga masa menopause merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular
(Sharma, 2008). Selain itu, menopause juga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan stres. Penelitian di India menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status menopause dengan kejadian stres (Mukherjee dkk., 2012). Penelitian Svejme (2012) membuktikan bahwa wanita
yang
mengalami menopause usia dini memiliki risiko sebanyak 1,83 kali untuk mengalami osteoporosis pada umur 77 tahun dan sebanyak 1,68 kali berisiko mengalami patah tulang (Svejme dkk., 2012). Usia terjadinya menopause yang lebih lambat (late menopause) meningkatkan risiko kejadian kanker payudara, kanker endomentrium dan ovarian (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013). Banyak faktor yang berhubungan dengan usia menopause, antara lain faktor sosio-demografi, faktor reproduksi dan faktor gaya hidup. Penelitian di India menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak (Pathak dkk., 2010). Penelitian di Polandia menyatakan bahwa wanita dengan usia menarche yang lebih awal akan mengalami menopause 0,3 tahun lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan usia menarche yang lebih lama (Kaczmarek, 2006). Hasil penelitian Dorjgochoo (2008) menyatakan terdapat hubungan antara usia
3
pertama melahirkan dengan usia menopause, bahwa wanita yang pertama kali melahirkan dibawah 20 tahun akan mengalami menopause yang lebih lambat. Selanjutnya, hasil penelitian kohort di Belanda membuktikan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis tinggi selama ≥ 3 tahun meningkatkan risiko sebesar 1,12 kali untuk mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (Vreis dkk., 2001). Faktor lain yang berhubungan dengan menopause adalah faktor gaya hidup. Penelitian Meschia menyatakan bahwa perokok memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok (Meschia dkk., 2000). Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang merokok berisiko sebanyak 1,63 kali untuk terjadinya menopause lebih awal dibandingkan dengan wanita bekas perokok (Hardy dkk., 2000). Selanjutnya, penelitian Schoenaker (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik yang tinggi terjadinya menopause yang lebih cepat. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 menyatakan bahwa prevalensi menopause di daerah perkotaan (3,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (2,2%). Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah tertinggi ketiga setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepulauan Bangka Belitung dengan prevalensi menopause sebesar 3,7% (Litbangkes, 2010). Kecamatan Matraman memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Jakarta Timur yaitu sebesar 37.529 orang per km2 (BPS, 2014). Kelurahan Utan Kayu Utara yang terletak di Kecamatan Matraman memiliki proporsi wanita yang lebih banyak
4
dibandingkan pria yaitu sebesar 50,2%, dengan proporsi wanita usia 30 tahun keatas terbanyak yaitu di RW 01. RW 01 merupakan RW dengan proporsi penduduk wanita sebesar 59,84% dari jumlah penduduk. Sebanyak 48,7% dari jumlah wanita berada pada usia 30 tahun keatas, dimana pada usia tersebut wanita mulai memasuki masa menopause sehingga rentan terhadap penyakit kardiovaskular dan osteoporosis. Belum konsistennya faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. B. Rumusan Masalah Usia Harapan Hidup wanita di Indonesia meningkat menjadi 69,87 tahun pada tahun 2012 dan Provinsi DKI Jakarta memiliki Usia Harapan Hidup tertinggi (73,49 tahun). Dengan demikian, wanita yang tinggal di Provinsi DKI Jakarta akan lebih lama berada pada masa menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di Provinsi lain. Sedangkan berhentinya reproduksi akan meningkatkan risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular, osteoporosis dan kanker payudara. Berdasarkan studi pendahuluan, diketahui bahwa 11 dari 25 orang (44%) wanita di RW 01, Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta sudah mengalami menopause. Sebanyak 18,2% diantaranya mengalami menopause pada usia kurang dari 45 tahun dan sebanyak 27,3% diantaranya mengalami menopause pada usia lebih dari 53 tahun. Sedikitnya penelitian di Indonesia
5
mengenai usia menopause dan masih tidak konsistennya faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause maka penelitian ini perlu untuk dilakukan. C. Pertanyaan Penelitian 1. Berapakah prevalensi wanita menopause dan rata-rata usia menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta? 2. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta? 3. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta? 4. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
6
2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya prevalensi wanita menopause dan rata-rata usia menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta b. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta c. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta d. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara Bahan informasi dalam pengendalian masalah reproduksi yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan usia menopause sehingga dapat mengendalikan masalah menopause seperti menopause dini atau bahkan terlambat menopause pada masa yang akan datang.
7
2. Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dan informasi mengenai prevalensi wanita menopause serta sebagai identifikasi awal wanita yang berisiko mengalami morbiditas di masa yang akan datang serta sebagai dasar perencanaan kesehatan terutama kesehatan reproduksi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Menambah bukti dan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause yang diharapkan dapat sebagai masukan untuk penelitian berikutnya. F. Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April sampai Juni 2015. Penelitian ini dilakukan pada wanita usia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Pengertian Menopause The
Council
of
Alfiliated
Menopause
Societies
(CAMS)
menyatakan menopause merupakan penghentian menstruasi secara permanen yang bukan merupakan penyakit melainkan proses alamiah sebagai akibat dari berkurangnya produksi ovarium yang dihasilkan oleh hormon seksual. Menopause dapat dinyatakan ketika seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama 12 bulan berturut-turut (Kalb, 2007). Menurut World Health Organization (WHO), menopause adalah pemberhentian siklus menstruasi secara permanen yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium yang dinyatakan apabila mengalami amenorrhea (tidak menstruasi) selama 12 bulan (WHO, 1996). Fase menopause dibagi menjadi dua yaitu perimenopause dan postmenopause. Perimenopause merupakan fase transisi menuju menopause dimana mulai terjadi perubahan hormon dan terjadi siklus menstruasi secara tidak teratur. Sedangkan postmenopause merupakan fase dimana wanita tidak mengalami menstruasi lebih dari 12 bulan (Martin, 2013). Prematur menopause merupakan menopause yang terjadi pada usia < 40 tahun, sedangkan menopause dini terjadi pada usia ≤ 45 tahun dan menopause terlambat terjadi pada usia > 53 tahun (Shuster dkk, 2011)(Fox-Spencer dan Brown, 2007).
9
1. Natural Menopause Natural menopause merupakan sebuah proses alamiah dari berhentinya periode menstruasi. Proses tersebut biasa terjadi pada wanita berusia antara 48 dan 55 tahun sebagai akibat tidak adanya hormon yang dihasilkan oleh ovarium, dengan kata lain, ovarium sudah tidak lagi memproduksi hormon (Kalb, 2007). 2. Induced Menopause Induced menopause terjadi ketika seseorang berhenti menstruasi diakibatkan karena operasi pengangkatan ovarium (hysterectomy) atau pemberhentian fungsi ovarium akibat kemoterapi, radiasi, terapi obat, atau proses pengobatan lainnya. Induced menopause dapat terjadi pada usia kapan saja karena merupakan hasil dari sebuah kondisi fisik yang tidak diharapkan (Kalb, 2007). B.
Mekanisme Terjadinya Menopause
2. Penuaan reproduksi pada wanita adalah perkembangan alami yang terjadi melalui 3 tahap, yaitu masa reproduksi, transisi menopause, dan akhirnya menopause. Penuaan reproduksi pada wanita diduga disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas oosit di primordial, menengah dan folikel primer (Steiner, 2011). Menopause merupakan proses panjang dari terjadinya atresia follikular yang dimulai selama fase interurin dan terjadi secara terus-menerus hingga terjadinya menopause. Sel embrio primordial wanita berasal dari kuning telur yang berkembang menjadi oogenia yaitu sel yang belum matang. Sekitar 7 juta oogenia dibentuk pada bulan kelima
10
dari perkembangan janin. Kemudian, oogenia akan berkembang menjadi oocytes (hampir sepenuhnya menjadi sel kelamin) (Martin, 2013). 3. Pembentukan oocytes berhenti pada saat janin perempuan berusia lima bulan dan tidak dapat melanjutkan memproduksi oocytes pada saat lebih dari lima bulan di dalam uterus. Pada saat transisi menuju masa menopause terjadi proses degenerasi dan resorpsi 3,4 sampai 7 juta sel sehingga akan menjadi kurang dari 1000 folikel yang tersisa (Martin, 2013). 4. Oogonia yang semula berjumlah 7 juta, mengalami penurunan sehingga hanya menghasilkan sekitar 2 juta oocytes pada saat lahir dan menjadi sekitar 400.000 pada awal pubertas. Folikel dan oocytes, yang merupakan unit perkembangan, merosot sebelum ovulasi (Martin, 2013). Sedikitnya jumlah folikel menyebakan penurunan jumlah sel granulosa. Sedikitnya sel
granulosa
menyebabkan
menurunnya
produksi
Anti-mullerian
Hormone (AMH) dan inhibin. Rendahnya jumlah inibin pada fase luteal dan fase awal folekular menyebabkan peningkatan secara prematur follicle-stimulating hormone (FSH). Fase folikular (dari onset awal menstruasi sampai terjadinya ovulasi) menjadi singkat. Dengan demikian, peningkatan awal fase FSH dan estradiol dan siklus menstruasi yang menjadi singkat dapat diamati pada wanita yang telah berkurang ovarium cadangannya (Steiner, 2011). 5. Selama menopause, penurunan produksi estrogen dan inhibin ovarium mengurangi sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis dan hipotalamus dan menyebabkan peningkatan yang progresif pada kadar gonadotropin.
11
Inibin bekerja secara khusus untuk meregulasi FS, maka kadar FSH meningkat secara tidak proporsional teradap LH (Heffner dan Schust, 2006). A.
Gejala Menopause Setiap wanita akan mengalami gejala menopause yang berbeda-beda dengan tingkat keparahan yang juga berbeda. Saat menopause, terjadi kekurangan hormon estrogen yang menyebabkan beberapa wanita mengalami gejala. Beberapa gejala akan muncul di awal sekitar usia 40 tahun, beberapa pada pertengahan dan beberapa muncul pada saat akhir (Hess, 2008) . Adapun gejala-gejala menopause yaitu: 1. Gejala Awal Menopause Ketidakteraturan siklus
menstruasi
dan
amenorrhea
(tidak
menstruasi) merupakan karakteritik yang biasa terjadi pada wanita menuju usia menopause. Gejala umum yang sering muncul pada saat awal terjadinya menopause yaitu perasaan mudah lelah dan perasaan nyeri pada bagian otot dan sendi (Hess, 2008). Kebanyakan wanita juga akan merasakan rasa panas (hot flashes), yaitu perasaan panas yang muncul secara tiba-tiba melalui bagian atas tubuh dan disertai dengan kemerahan dari leher dan wajah, berkeringat diikuti dengan perasaan menggigil (Whitney, 2005). Gejala lain yang sering muncul yaitu adanya berkeringat di malam hari dan gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering terjadi diakibatkan karena keringat di malam hari dan gangguan kandung kemih. Perubahan mood dan kekeringan pada vagina juga merupakan
12
gejala yang sering dialami (Hess, 2008). Berkurangnya hormon estrogen menyebabkan vagina menjadi lebih kering dan tipis, sehingga menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seksual, hal terebut juga mempengaruhi keinginan sesorang untuk melakukan hubungan seksual (Whitney, 2005). Penurunan kemampuan dalam berpikir, mengingat dan ketajaman mental (perubahan kognitif) juga biasa terjadi pada masa awal terjadinya menopause.Selain itu perasaan depresi dan penurunan gairah seksual juga biasa terjadi. Penurunan gairah seksual dapat terjadi dikarenakan penurunan jumlah estrogen. Namun, hal tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh hormon seksual tetapi juga dipengaruhi oleh image diri, kelelahan dan juga kekeringan pada vagina. Sebaliknya, banyak wanita yang mengaku gairah seksual meningkat dikarenakan tidak perlu menghawatirkan akan terjadi kehamilan (Hess, 2008). 2. Gejala Pertengahan Menopause Saat menopause berlangsung, gejala-gejala pada saat awal seperti perubahan faktor kognitif, gangguan saat tidur dan penurunan libido menjadi lebih meningkat. Lalu, memungkinkan untuk timbulnya gejala lain seiring semakin berkurangnya estrogen yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh dan organ lain (Hess, 2008). Dinding vagina dan kandung kemih akan lebih sensitif terhadap estrogen. Penurunan jumlah estrogen akan berpengaruh terhadap sistem urogenital, akibatnya vagina akan menjadi lebih kering, lebih
13
tipis, dan penurunan elastisitas sehingga sering menyebabkan kesakitan ketika melakukan hubungan seksual. Dalam beberapa kasus, wanita menopause akan mengalami peningkatan debit dan minor infeksi vagina, seperti infeksi ragi atau vaginitis nonspesifik yang terjadi akibat dinding vagina yang menjadi lebih kering dan tipis (Hess, 2008). Penipisan jaringan kandung kemih akan menyebabkan tekanan panggul
serta
menyebabkan
kandung
kemih
kehilangan
kemampuannya untuk sepenuhnya kosong saat buang air kecil. Sehingga, tanpa disengaja urin akan keluar saat tertawa, bersin, batuk, atau bahkan selama berolahraga (Whitney, 2005). 3. Gejala Akhir Menopause Pada masa ini, biasanya wanita menopause akan mengalami pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan jangka panjang, gaya hidup, dan kehidupan secara keseluruhan, seperti: a. Proses Kognitif Gejala yang terjadi yaitu kesulitan untuk berpikir, mengingat dan memproses informasi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan berkurangnya estrogen di dalam sel otak, seiring dengan berkurangnya jumlah estrogen yang dialirkan melalui darah ke otak. Hal tersebut menyebabkan kemampuan untuk mengirimkan sinyal dari satu syaraf ke yang lain menjadi sulit dikarenakan fungsi otak mulai berkurang. Dalam beberapa kasus, dengan
14
berkurangnya sirkulasi darah di otak, menyebabkan demensia dan bahkan penyakit Alzheimer. b. Sistem Kardiovaskular Penurunan estrogen berhubungan terhadap meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular. Estrogen memberikan pengaruh positif pada kesehatan dan vitalitas pembuluh darah serta dapat memberikan pengaruh pada tingkat kolesterol dan lipid. c. Kepadatan tulang Kepadatan tulang akan secara signifikan menurun pada saat menopause. Pengeroposan tulang akan terus berlanjut sepanjang masa menopause yang diakibatkan oleh penurunan estrogen dalam tubuh. Penurunan kepadatan tulang tersebut diduga dapat menyebabkan peningkatan risiko osteoporosis dan fraktur tulang. B.
Dampak Menopause Menopause merupakan hal alamiah, namun kejadian menopause dapat berisiko terhadap beberapa penyakit seperti osteoporosis dan kardiovaskular. Sedikitnya jumlah estrogen dalam tubuh memiliki efek yang merugikan pada fungsi kardiovaskular dan metabolisme tubuh sehingga masa menopause merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular (Sharma, 2008). Selain itu, status menopause dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikologi seperti stres. Penelitian di India menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status menopause dengan kejadian stres (Mukherjee dkk., 2012).
15
Penelitian Svejme (2012) membuktikan bahwa wanita menopause usia dini memiliki risiko sebanyak 1,83 kali untuk mengalami osteoporosis pada umur 77 tahun, sebanyak 1,68 kali berisiko mengalami patah tulang dan sebanyak 1,59 kali berisiko mengalami kematian (Svejme dkk., 2012). Usia terjadinya menopause yang lebih lambat (late menopause) meningkatkan risiko kejadian kanker payudara, kanker endomentrium dan ovarian (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013).Hal ini berhubungan dengan adiposa yang terdapat pada wanita menopause. Konsentrasi estradiol yang beredar meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh yang terjadi pada wanita menopause sehingga menyababkan kanker payudara. C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause 1) Faktor Sosio-Demografi a. Tahun Lahir Tahun lahir dapat mempengaruhi usia menopause. Seiring dengan jalannya waktu, wanita yang lahir pada tahun yang lebih muda dapat mengalami menopause lebih cepat ataupun lebih lambat daripada wanita yang lahir pada tahun sebelumnya. Hasil penelitian Al Deen dan Sadik di Iraq menyatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Wanita yang lahir lebih dulu, mengalami menopause yang lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih lama (Al Deen dan Sadik, 2009).
16
Hasil penelitian yang dilakukan pada wanita eropa menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun
lahir
dengan
penelitiannya, Dratva
usia
menopause.
Namun,
dalam
menyatakan hal sebaliknya bahwa
wanita yang lahir lebih awal mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih lambat (Dratva dkk., 2009). Namun, mekanisme hubungan antara tahun lahir dengan usia menopause sulit untuk dijelaskan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya faktor lain seperti pengaruh dari usia menarche dan faktor gaya hidup atau dapat juga terjadi karena penggunaan hormone terapi pada masa perimenopause (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). b. Status Perkawinan Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang tidak pernah menikah akan mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah (Hardy dkk., 2000). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita dengan status janda atau tidak menikah akan memasuki masa menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah (Gold dkk., 2001). Penelitian Sievert menyatakan bahwa wanita yang menikah dan wanita janda memasuki masa menopause yang lebih lama dibandingkan dengan wanita yang belum menikah dan wanita yang bercerai (Sievert dkk., 2001).
17
Sievert dalam penelitiannya mengenai hubungan status perkawinan dan usia menopause menjelaskan bahwa hubungan status perkawinan dengan usia menopause mungkin disebabkan oleh aktivitas seksual. Wanita yang aktif secara seksual minimal seminggu sekali menunjukkan kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang kurang aktif secara seksual (Sievert dkk., 2001). Namun, hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Kaczmarek di Polandia bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan menopause (Kaczmarek, 2007). c. Status Pendidikan Status pendidikan juga dapat menjadi faktor yang berhubungan
dengan
usia
menopause.
Hasil
penelitian
Schoenaker menyatakan bahwa wanita yang memiliki status pendidikan tinggi dan menengah akan memasuki masa menopause lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan yang rendah (Schoenaker dkk., 2014). Hasil penelitian serupa yaitu hasil penelitian di US yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menopause dengan status pendidikan, dimana wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki efek proteksi sebesar 0,77 kali untuk mengalami menopause prematur dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan rendah (Gold dkk., 2013).
18
Sebaliknya, Hasil penelitian Al Deen menyatakan hal berbeda bahwa
tidak terdapat
hubungan
antara status
pendidikan dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Penelitian Bansal et al juga menyatakan hal serupa bahwa tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan usia menopause. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tingkat pendidikan merupakan salah satu dari faktor sosial ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap usia menopause melalui pola dan kualitas dari pola makan, paritas dan IMT, namun pengaruh secara pasti dari tingkat pendidikan masih belum jelas (Tehrani dkk., 2014). d. Status Pekerjaan Status pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usia menopause. Penelitian di Iraq menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Hasil penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang tidak bekerja berhubungan dengan kejadian menopause yang lebih awal dibandingkan dengan wanita yang bekerja (Gold dkk., 2001). Namun,
sebaliknya,
hasil
penelitian
di
Polandia
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Kaczmarek, 2007). Hasil tersebut dapat terjadi karena status pekerjaan tidak
19
berhubungan langsung dengan usia menopause, melainkan berhubungan melalui pola gaya hidup dan reproduksi seseorang. 2) Faktor Reproduksi a. Paritas Paritas merupakan jumlah kehamilan terdahulu yang telah berhasil dilahirkan dan mencapai batas viabilitas, tanpa memperhitungkan jumlah anak (Oxorn, 2010). Paritas dibagi menjadi empat kategori, yaitu cukup bulan, prematur, aborsi, dan kelahiran hidup (Haws, 2008). Paritas sering dikaitkan dengan masalah-masalah reproduksi, salah satunya adalah usia menopause. Penelitian Pathak menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak (Pathak dkk, 2010). Hal tersebut didukung oleh penelitian Delavar bahwa wanita yang tidak memiliki anak akan mengalami menopause lebih awal (Delavar, 2010). Penelitian Meschia menyatakan hal yang sama bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat AntiMullerian Hormone pada saat dewasa tinggi. Namun, hasil
20
penelitian Bragg, yang dilakukan pada wanita sejak lahir hingga dewasa muda, menyatakan bahwa pada wanita dengan paritas lebih banyak yang lebih tinggi memiliki kadar AntiMullerian Hormone yang sedikit dibandingkan dengan paritas rendah (Bragg, 2012). Wanita dengan paritas tinggi, memiliki jumlah kumulatif siklus menstruasi yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak. Dengan demikian, dapat mempengaruhi jumlah cadangan oosit yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen yang lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas banyak cenderung akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo et al., 2008). Namun, hasil penelitian Gold menyatakan hal sebaliknya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause (Gold et al., 2013). Hasil yang sama yaitu hasil penelitian yang dilakukan pada wanita di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara wanita yang tidak memiliki anak dengan wanita yang memiliki anak minimal satu (Delavar dan Hajiahmadi., 2011). Masih tidak konsistenya hasil penelitian mengenai hubungan antara paritas dengan usia menopause sehingga variabel ini perlu untuk diteliti.
21
b. Usia Menarche Usia menarche merupakan usia saat pertama kali mengalami menstruasi. Menarche merupakan pertanda awal mulanya fungsi ovarium untuk berovulasi dan menandakan terjadinya pubertas pada seorang wanita. Usia terjadinya menarche seringkali dihubungkan dengan masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksi. Beberapa penelitian seringkali menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause. Penelitian di Polandia menyatakan bahwa wanita dengan usia menarche yang lebih awal akan mengalami menopause 0,3 tahun lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan usia menarche yang lebih lama (Kaczmarek, 2007). Namun, penelitian di wilayah rural Turki menyatakan bahwa usia menarche
kurang
dari
13
tahun
mencegah
terjadinya
menopause dini (Vehid dkk., 2006). Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat. AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral, dengan sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada saat
22
lahir, meningkat pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada saat remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg dkk., 2012). Namun demikian, hubungan antara usia menopause dengan usia menarche masih tidak konsisten. Hasil penelitian Henderson menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause (Henderson dkk., 2008). Kaczmarek (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan oleh pola hidup pada saat awal kehidupan seseorang yang mempengaruhi fungsi ovarium, seperti pola diet pada saat anakanak dan remaja, beban kerja, keseimbangan energi dan stress (Kaczmarek, 2007). c. Usia Pertama Melahirkan Hasil
penelitian
Dorjgochoo
menyatakan
terdapat
hubungan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause, bahwa wanita yang pertama kali melahirkan di bawah 20 tahun akan mengalami menopause yang lebih lambat (Dorjgochoo dkk., 2008). Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian Al-Deen yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause (AlDeen dan Sadik, 2009). Namun sebaliknya, hasil penelitian di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan rata-rata
23
usia menopause antara wanita yang pertama melahirkan pada usia < 20 tahun dan wanita yang melahirkan pada usia ≥ 20 tahun (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Hasil penelitian lain yaitu penelitian mengenai usia menopause dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada 7183 wanita di Polandia, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan usia pertama melahirkan (Kaczmarek,
2007).
Dengan
demikian,
hasil
penelitian
mengenai usia menopause dengan usia pertama melahirkan masih belum konsisten sehingga perlu untuk diteliti. d. Penggunaan Kontrasepsi Oral Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah pertemuan sel telur dengan sperma untuk mencegah kehamilan dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (BKKBN, 2011). Terdapat beberapa pilihan penggunaan alat kontrasepsi, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mencegah kehamilan dengan cara mengkonsumsi obat tersebut setiap hari pada wanita usia subur. Namun, penggunaan kontrasepsi oral sering dikaitkan dengan gangguan reproduksi salah satunya adalah pengaruhnya terhadap usia menopause. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan usia menopause. Penelitian Gold (2001) menyatakan
24
bahwa penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan usia menopause (Gold dkk., 2001). Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Vries bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis tinggi (≥50 μg) selama ≥ 3 tahun meningkatkan risiko sebesar 1,12 kali untuk mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral dan pengguna kontrasepsi oral dosis yang lebih rendah (≤50 μg) (Vreis dkk., 2001). Vreis
menjelaskan
dalam
penelitiannya
bahwa
penggunaan kontrasepsi oral dalam dosis yang tinggi dapat menekan FSH sehingga meningkatkan kadar radikal bebas oksidatif pada sel granulosa. Jika hal itu terjadi, akan terjadi apoptosis folikel yang dikarenakan oleh aktivasi endonuklease. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral akan mempercepat penipisan follicles pool dengan menurunkan konsentrasi gonadotropin, sehingga memungkinkan perkembangan spontan folikel primordial menjadi tahap akhir perkembangan folikel (Vreis, 2001). 3) Faktor Gaya Hidup a. Merokok Penelitian Meschia menyatakan bahwa perokok memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok (Meshia, 2000). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang tidak merokok berhubungan dengan kejadian
25
menopause yang lebih lambat (Gold, 2013).Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang merokok berisiko sebanyak 1,31 kali untuk
mengalami perimenopause lebih awal dan
sebanyak 1,63 kali berisiko mengalami menopause lebih awal dibandingkan dengan wanita bekas perokok (Hardy, 2000). Hasil penelitian Waylen menyatakan bahwa kadar serum ihibitan B pada wanita perokok semakin kecil dibandingkan dengan bekas perokok dan bukan perokok yang menyebabkan penuaan pada ovarian menjadi lebih cepat (Waylen, 2010). Schoenake dalam penelitiannya menjelaskan bahwa merokok berhubungan dengan produksi hormone dan metabolism, termasuk ekspresi gen CYP1A2 dan pengurangan kadar serum estrogen, meningkatnya konsentrasi 2-hydroxyestrogen dan meningkatnya kuantitas dari androgen. Semua itu dapat berpengaruh
terhadap
efek
anti-estrogen
yang
dapat
menyebabkan menopause menjadi lebih cepat (Schoenaker, 2014). Meskipun
demikian,
penelitian
mengenai
dampak
merokok terhadap menopause masih tidak konsisten.Penelitian Delavar menyatakan tidak ada hubungan antara merokok dengan menopause (Delavar dan Hajiahmadi, 2010). b. Aktivitas Fisik Prevalensi wanita menopause pada usia kurang dari 40 tahun lebih tinggi pada wanita yang memiliki aktivitas fisik di
26
luar rumah (Vehid dkk, 2006). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi akan mengalami usia menopause yang lebih cepat (Gold dkk, 2013). Hal tersebut didukung oleh hasil meta-analisis Schoenaker yang menyatakan bahwa wanita dengan aktifitas fisik sedang dan tinggi akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan aktifitas fisik yang rendah (Schoenaker, 2014). Aktivitas fisik yang tinggi dapat mempengaruhi ovarium menjadi terbatas dengan mengurangi serum estrogen dan meningkatkan hormon seks globulin yang dapat menyebabkan terjadi menopause lebih cepat (Schoenaker, 2014).
27
D.
Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi dari: Bragg dkk., 2012; Dorjgochoo dkk., 2008; Vreis dkk., 2001; Waylen dkk., 2010; Schoenaker dkk., 2014
Ket:
= faktor sosio-demografi = faktor reproduksi = faktor gaya hidup
28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibentuk suatu kerangka konsep untuk dapat mendeskripsikan variabelvariabel yang akan diteliti, yaitu:
-
Faktor Sosio-Demografi 1. Tahun Lahir 2. Status Perkawinan 3. Status Pendidikan 4. Status Pekerjaan
-
Faktor Reproduksi 1. Paritas 2. Usia Menarche 3. Usia Pertama Melahirkan 4. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral
-
Usia Menopause
Faktor Gaya Hidup 1. Status Merokok 2. Aktivitas Fisik
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan gambar diatas, dijelaskan bahwa variabel-variabel yang diteliti hubungannya dengan usia menopause adalah tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia
29
pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel lainnya tidak diteliti. Konsumsi alkohol tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan konsumsi alkohol di Indonesia tidak terlalu banyak seperti di Negara-negara lain sehingga hasilnya akan homogen. Selain itu, hasil penelitian Mikkelsen menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan usia menopause (Mikkelsen, 2006). Penelitian Mikkelsen (2006) dan Kinney (2006) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan asosiasi antara konsumsi kafein dengan menopause (Mikkelsen, 2006; Kinney, 2006). Peneliti merupakan seorang yang tidak ahli dalam mengukur pola makan sehingga untuk meghindari adanya bias informasi, maka pola makan tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian Park (2002) menyatakan tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan usia menopause (Park, 2002). Penelitian Martin menyatakan bahwa pengaturan pola makan seperti pengaturan konsumsi lemak dan karbohidat tidak berpengaruh terhadap usia terjadinya menopause (Martin, 2006).
30
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur
Variabel Dependen 1.
Menopause
Berhentinya
menstruasi Wawancara
Kuesioner
selama 12 bulan berturut- menggunakan
0. Menopause
Ordinal
1. Belum Menopause
turut atau lebih yang bukan kuesioner disebabkan
karena
operasi
atau penyakit. (WHO, 1996) 2.
Usia menopause
Usia
terakhir
menstruasi
mengalami Wawancara
setelah
tidak menggunakan
mengalami menstruasi selama kuesioner
Kuesioner
Tahun
Rasio
31
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur
12 bulan berturu-turut Variabel Independen 1.
Tahun Lahir
Tahun saat responden
Wawancara
Kuesioner
0. 1940-an
dilahirkan
menggunakan
1. 1950-an
kuesioner
2. 1960-an
Ordinal
3. 1970-an (Tehrani dkk, 2014) 2.
Status
Status hubungan antara pria Wawancara
perkawinan
dan
wanita
dalam
suami istri yang sah
Kuesioner
ikatan menggunakan
0. Belum menikah
Ordinal
1. Janda
kuesioner
2. Berpasangan (Mikkelsen dkk., 2007)
3.
Status
Pendidikan formal terakhir Wawancara
pendidikan
yang telah di tempuh oleh menggunakan
Kuesioner
0. Rendah (tamat SD sampai Ordinal SMP)
32
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur
responden
kuesioner
1. Menengah (tamat SMA) 2. Tinggi (diploma, S1, S2, S3) (Kaczmarek dkk., 2007)
4.
Status pekerjaan
Kegiatan
yang
dilakukan Wawancara
Kuesioner
responden baik di rumah menggunakan
0. Bekerja
Ordinal
1. Tidak bekerja
maupun di luar rumah dan kuesioner memperoleh penghasilan 5.
Paritas
Jumlah anak yang pernah Wawancara dilahirkan
6.
Usia menarche
oleh
Kuesioner
responden menggunakan
0. Tidak pernah 1. 1 - 2
baik lahir hidup ataupun lahir kuesioner
2. ≥ 3
mati
(Nagel dkk,, 2005)
Umur ketika pertama kali Wawancara mengalami menstruasi
menggunakan
Ordinal
Kuesioner
0. < 14 tahun 1. ≥ 14 tahun
Ordinal
33
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur
kuesioner
7.
8.
Usia pertama
Usia yang dihitung melalui Wawancara
melahirkan
tanggal
lahir
(Kaczmarek dkk., 2007)
Kuesioner
responden menggunakan
0. < 20 tahun 1. 20 sampai 29 tahun
dikurangi dengan tanggallahir kuesioner
2. ≥ 30 tahun
anak pertama
(Al-Deen dan Fatih, 2009)
Riwayat
Riwayat penggunaan suatu Wawancara
penggunaan
cara pencegahan kehamilan menggunakan
kontrasepsi oral secara
kontrasepsi oral
melalui oral, seperti pil KB
teratur ≥ 3 bulan)
kuesioner
Ordinal
Kuesioner
0. Pernah (menggunakan
1. Tidak pernah (menggunakan kontrasepsi oral secara teratur < 3 bulan) 2. Tidak pakai KB (tidak
Ordinal
34
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur pernah menggunakan alat kontrasepsi atau menggunakan kontrasepsi alamiah)
9.
Status Merokok
Kebiasaan menghisap batang Wawancara rokok
dalam
responden
kehidupan menggunakan kuesioner
Kuesioner
0. Merokok
(≥100
batang Ordinal
rokok seumur hidup dan merokok setiap hari atau beberapa hari saat penelitian berlangsung) 1. Pernah
merokok
(≥100
batang rokok seumur hidup dan sudah tidak merokok saat penelitian berlangsung)
35
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur 2. Tidak merokok (tidak pernah merokok 100 batang seumur hidup) (CDC, 2014)
11.
Aktivitas fisik
Kegiatan
fisik
yang Wawancara
Kuesioner
0. Rendah (tidak melakukan Ordinal
dilakukan sehari-hari meliputi menggunakan
aktivitas fisik atau tidak
bekerja,
memenuhi kriteria tingkat
olahraga
berpergian,
dan kuesioner
aktivitas
fisik
sedang
maupun tinggi) 1. Sedang (skor total MET individu
≥600
MET
menit/minggu
atau
>5
hari/minggu
beraktivitas
36
No
Skala Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur Ukur fisik) 2. Tinggi (skor total MET individu sebesar ≥3000 MET atau >7 hari/minggu beraktivitas fisik) (IPAQ, 2005)
37
C. Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan
usia
menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta 2. Terdapat hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta 3. Terdapat hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta
38
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi cross-sectional, dimana peneliti mengukur paparan dan outcome dalam waktu yang sama. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015 di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. RW 01 terdiri dari 12 RT dengan total populasi sebesar 436 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini yaitu wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi seperti berikut: a. Kriteria Inklusi 1.
Wanita yang tinggal di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta dan tercatat di RT setempat
39
2.
Wanita berusia 30 tahun keatas
b. Kriteria Eksklusi 1.
Menopause yang disebabkan oleh operasi (histerektomi, pengangkatan ovarium) dan terapi pengobatan (surgical menopause).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana merupakan pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Berikut ini adalah perhitungan besar sampel untuk penelitian ini: a. Estimasi Proporsi dengan presisi mutlak
Keterangan: n = Besar sampel d= Presisi P = proporsi (Safitri, 2009) = (diperoleh berdasarkan derajat kepercayaan yang diinginkan yaitu 95%) N=Jumlah populasi Maka:
= 204,41 ~ 205
40
b. Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Pada 2 Kelompok Independen
[
]
n= n = besar sampel minimum = derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi (two tail), yang digunakan adalah 5% = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-β, yang digunakan adalah 80% = perkiraan varians = jumlah sampel pada kelompok 1 = jumlah sampel pada kelompok 2 Pada umumnya nilai
tidak diketahui sehingga
diperkirakan dari varians gabungan:
= standar deviasai pada kelompok 1 = standar deviasi pada kelompok 2 = jumlah sampel kelompok 1 = jumlah sampel kelompok 2
41
Maka: Tabel 4.1 Perhitungan sampel Kategori Status Merokok
Sumber Delavar dan Hajiahmadi, 2011 Usia menarche Delavar dan Hajiahmadi, 2011 Paritas Delavar dan Hajiahmadi, 2011 Status Delavar dan Perkawinan Hajiahmadi, 2011 Usia pertama Al Deen dan Sadik, melahirkan 2009
47,7
46,1
n1 730
n2 10
3,3
4,9
n 68
47,8
45,4
562
178
4,9
4,8
65
47,8
45,8
601
28
4,8
5,7
78
47,8
43,8
655
85
4,8
5,4
23
47,8
43,3
111
79
4,8
2,5
13
Estimasi proporsi digunakan untuk mengetahui prevalensi menopause di RW 01. Berdasarkan hasil perhitungan sampel, didapatkan sampel sebesar 205, dengan estimasi faktor non respon sebesar 10% maka jumlah sampel menjadi 226 orang. Sedangkan, uji hipotesis beda rata-rata pada 2 kelompok independen digunakan untuk menguji perbedaan antara 2 rata-rata pada kelompok independen. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis, didapatkan jumlah n terbesar adalah 78, dengan estimasi faktor non respon sebesar 10% maka jumlah sampel menjadi 86 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Setelah dilakukan pengumpulan data penduduk RW 01 yang terdiri dari 12 RT, maka penduduk yang memasuki kriteria inklusi dimasukan ke dalam frame sampling dan diberi nomor secara berurutan,
42
yaitu sebanyak 436 orang yang merupakan populasi target. Kemudian, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Setelah dipilih secara random dua digit angka belakang untuk sampel pertama, kemudian dilakukan pengambilan sampel di bawahnya dan sampingnya secara konsisten untuk sampel berikutnya hingga memenuhi jumlah sampel. D. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan menggunakan
kuesioner.
Sebelumnya,
peneliti
miminta
persetujuan
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan informed concent, dimana responden bersedia menjadi partisipan tanpa paksaan dan setiap informasi yang telah diberikan oleh responden terjamin kerhasiaannya. Data yang dikumpulkan berupa status menopause, tahun lahir, usia saat menopause, alamat, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Kuesioner terkait dengan aktivitas fisik diadopsi dari International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). F. Manajemen Data Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi:
43
1. Editing Proses ini meliputi pengecekan data terhadap lembaran kuesioner yang dilakukan selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua variabel, baik variabel independen (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik) maupun variabel dependen (usia menopause) terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan. 2. Coding Proses pengkodean dilakukan terhadap setiap variabel yang ada dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data. Berikut ini merupakan kode variabel penelitian:
Tabel 4.2Kode Variabel Variabel
Kode
Identitas Responden
IR1-IR5
Status Menopause
V1-V5
Faktor Sosio-demografi
VA1-VA3
Faktor Reproduksi
VB1-VB6
Faktor Gaya Hidup
VC1-VC23
44
3. Entry Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program software statistik untuk dilakukan analisis data. Data yang di entry dalam penelitian ini adalah nama responden, alamat, nomor telepon, status menopause, usia menopause, tahun lahir, usia saat menopause, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. 4. Cleaning Pembersihan data atau pengecekan kembali dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan pengkodean ataupun pada saat melakukan entry data. Variabel yang dilakukan pengecekan adalah nama responden, alamat, nomor telepon, status menopause, tahun lahir, usia menopause, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan tabulasi frekuensi dari setiap variabel baik variabel independen maupun variabel dependen penelitian agar terlihat apabila terdapat data yang tidak sesuai. G. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui proporsi menopause dan rata-rata usia menopause
45
serta untuk mengetahui proporsi variabel-variabel lainnya seperti usia, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat perlu dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor dependen dengan faktor independen. Dalam penelitian ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui adakah hubungan antara paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik dengan usia menopause. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T independen dan ANOVA. Uji T independen dilakukan untuk mengatahui perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang independen (Hastono, 2007). Uji T independen dilakukan pada variabel status pekerjaan, untuk melihat hubungannya dengan usia menopause. Sedangkan, uji ANOVA dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata lebih dari dua kelompok (Hastono, 2007). Uji ANOVA dilakukan pada variabel tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, status merokok dan aktivitas fisik. Adanya kemaknaan hubungan antara dua variabel diketahui dengan melihat nilai p-value dengan membandingkan nilai p dengan α (Alpha). Nilai α yang digunakan adalah sebesar 5%. Ho ditolak apabila nilai p ≤ α, artinya terdapat perbedaan usia menopause antara kelompok
46
yang satu dengan kelompok yang lain. Sedangkan, Ho gagal ditolak apabila p > α, yang artinya tidak terdapat perbedaan usia menopause antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya (Hastono, 2007).
47
BAB V HASIL
A. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa dari keseluruhan sampel yang berjumlah 210 orang, 90 orang (42,85%) diantaranya telah mengalami menopause secara alamiah. Tabel 5.1 Prevalensi Kejadian Menopause dan Rata-rata Usia Menopause Variabel Status Menopause Menopause Belum Menopause Jumlah Usia Menopause Mean ± SD Jumlah
Jumlah (n)
Persentase (%)
90 120 210
42,85 57,15 100
49,17 ± 3,918 90
100
Usia menopause paling cepat adalah pada usia 39 tahun dan usia paling lambat adalah usia 56 tahun. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata usia menopause pada wanita menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur adalah 49,17 tahun. B. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa 44,3% dari keseluruhan responden lahir pada tahun 1960-an sedangkan sebesar 62,2% dari responden yang menopause lahir pada tahun 1960-an. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause,
48
dimana semakin muda tahun lahir, maka menopause menjadi lebih cepat. Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara kelompok 1940-an dan 1960-an (p-value: 0,023), kelompok 1940-an dan 1970-an (p-value: 0,000), kelompok 1950-an dan 1960-an (pvalue: 0,010), kelompok 1950-an dan 1970-an (p-value: 0,000), kelompok 1960-an dan 1970-an (p-value: 0,000). Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Hubungan Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Variabel
Responden
Menopause %
P Value
N
%
4 27 93 86 210
1,9 12,9 44,3 40,9 100
4 27 56 3 90
4,4 30 62,2 3,3 100
53,50 ± 2,517 50,96 ± 3,447 48,50 ± 3,247 39,67 ± 0,577
0,000
Status Perkawinan Menikah 172 Janda 23 Belum menikah 15 Jumlah 210
81,9 11,0 7,1 100
68 11 11 90
75,6 12,2 12,2 100
49,68 ± 4,031 48,64 ± 3,613 46,55 ± 2,252
0,042
Status Pendidikan Rendah 56 Menengah 76 Tinggi 78 Jumlah 210
26,7 36,2 37,1 100
26 32 32 90
28,9 35,6 35,6 100
50,85 ± 2,428 49,72 ± 4,199 47,25 ± 3,902
0,740
Status Pekerjaan Tidak bekerja 111 Bekerja 99 Jumlah 210
52,9 47,1 100
45 45 90
50,0 50,0 100
50,11 ± 3,406 48,22 ± 4,199
0,076
Tahun Lahir 1940-an 1950-an 1960-an 1970-an Jumlah
N
Rata-rata Usia Menopause ± Standar Deviasi
Sebesar 81,9% dari keseluruhan responden berstatus menikah dan 75,6% dari responden yang menopause berstatus menikah. Wanita yang belum menikah memiliki rata-rata usia menopause yang lebih cepat (46,55 tahun)
49
dibandingkan wanita yang menikah dan janda. Terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan usia menopause (Tabel 5.2). Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang menikah dan belum menikah (p-value: 0,041). Sebagian besar dari keseluruan responden (37,1%) berpendidikan tinggi dan sebesar 35,6% dari responden yang menopause berpendidikan tinggi. Diketahui bahwa wanita yang memiliki pendidikan tinggi mengalami usia menopause yang lebih cepat (47,25 tahun) dibandingkan dengan wanita berpendidikan rendah dan menengah. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan status pendidikan (Tabel 5.2). Tabel 5.2 menyatakan bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden merupakan ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 52,9%, sedangkan pada responden yang menopause sebanyak 50% merupakan ibu rumah tangga. Wanita yang tidak bekerja mengalami usia menopause yang lebih lambat (50,11 tahun) dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan status pekerjaan. C. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar responden (49,7%) memiliki paritas 1-2 dan sebagian besar responden yang menopause (46,8%) memiliki paritas ≥ 3. Diketahui bahwa wanita yang memiliki paritas ≥ 3 mengalami usia menopause yang lebih lambat (51,54 tahun) dibandingkan
50
dengan wanita yang memiliki paritas 0 dan 1-2. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause diantara ketiga keompok paritas (p-value: 0,000). Hasil uji bonferroni menunjukkan adanya perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok paritas 0 dan ≥ 3 (p-value: 0,004), 12 dan ≥ 3 (p-value: 0,000). Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015
Variabel
Responden
Menopause
N
N
%
%
Rata-rata Usia Menopause ± Standar Deviasi
P Value
Paritas* 0 1-2 ≥3 Jumlah
9 97 89 195
4,6 49,7 45,6 100
6 36 37 79
7,59 45,6 46,8 100
46,33 ± 1,966 48,00 ± 3.586 51,54 ± 3.595
0,000
Usia Menarche < 14 tahun ≥ 14 tahun
132 78
62,9 37,1
50 40
55,6 44,4
47,50 ± 3,501 51,25 ± 3,410
0,000
Jumlah
210
100
90
100
12,9 66,7 9,0 100
14 50 9 73
19,2 68,5 12,3 100
48,07 ± 3,792 50,32 ± 3,700 49,56 ± 5,364
0,173
40 28 11 79
50,6 35,4 13,9 100
48,20 ± 3,376 50,96 ± 4,678 50,73 ± 2,240
0,006
Usia pertama melahirkan** < 20 tahun 27 20 – 29 tahun 140 ≥ 30 tahun 19 Jumlah 186
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral* Pernah 81 41,5 Tidak Pernah 73 37,4 Tidak pakai KB 41 21,0 Jumlah 195 100
* 15 orang dari seluruh responden belum menikah, 11 orang dari yang menopause belum menikah ** 24 orang dari seluruh responden belum menikah dan memiliki paritas 0, 17 orang dari yang menopause belum menikah dan memiliki paritas 0
Sebagian besar dari keseluruhan responden (52,9%) mengalami menarche pada usia 13-14 tahun. Sama halnya dengan responden yang telah menopause, sebagian besar (54,4%) mengalami menarche pada usia 13-14 tahun. Wanita
51
yang mengalami menarche lebih dahulu mengalami menopause lebih cepat (47,75 tahun) dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih tus. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia menopause (p-value: 0,000). Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok menarche usia 15-16 tahun dan 10-12 tahun (p-value: 0,001), usia 15-16 dan 13-14 tahun (p-value: 0,005). Sebagian besar dari keseluruhan responden (66,7%) memiliki usia pertama melahirkan yaitu 20-29 tahun dan sebesar 68,5% dari responden yang menopause melahirkan pada usia 20-29 tahun. Diketahui bahwa wanita yang pertama kali melahirkan pada usia < 20 tahun, mengalami menopause yang lebih cepat (48 tahun) dibandingkan kelompok lainnya. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia pertama kali melahirkan dengan usia menopause (p-value: 0,173). Diketahui bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden (41,5%) pernah menggunakan kontrasepsi oral dan sebagian besar (50,6%) dari responden menopause pernah menggunakan kontrasepsi oral. Wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral diketahui mengalami menopause pada usia yang lebih cepat (48,20 tahun) dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan usia menopause (p-value: 0,006). Hasil uji bonferroni menyatakkan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang pernah menggunakan
52
kontrasepsi oral dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (p-value: 0,012). D. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar dari keseluruhn responden (93,8%) tidak merokok. Demikian juga halnya pada responden yang menopause, sebagian besar (87,8%) berstatus tidak merokok. Diketahui bahwa wanita yang berstatus merokok mengalami menopause pada usia yang lebih cepat (45,67) dibandingkan dengan wanita yang merokok dan pernah merokok. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa terdapat hubungan antara status merokok dengan usia menopause (p-value: 0,042). Hasil uji bonferroni menyatakan adanya perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok yang merokok dan tidak merokok (p-value: 0,057). Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015
Variabel
Responden
Menopause
Rata-rata Usia Menopause ± Standar Deviasi
P Value
N
%
n
%
Status merokok Merokok Pernah merokok Tidak merokok Jumlah
8 5 197 210
3,8 2,4 93,8 100
6 5 79 90
6,7 5,5 87,8 100
45,67 ± 4,967 47,60 ± 4,561 49,53 ± 3,693
0,042
Aktifitas Fisik Rendah Sedang Tinggi Jumlah
22 108 80 210
10,5 51,4 38,1 100
9 44 37 90
10,0 48,9 41,1 100
46,89 ± 4.512 49,39 ± 3,712 49,46 ± 3,941
0,185
53
Tabel 5.4 menyatakan bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden (51,4%) memiliki aktifitas fisik sedang. Sebagian besar dari responden menopause (48,9%) juga memiliki aktifitas fisik sedang. Wanita yang memiliki aktifitas fisik rendah cenderung mengalami usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktifitas fisik sedang dan tinggi. Namun, berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan usia menopause.
54
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang merupakan keterbatasan dalam penelitian dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dimana pengukuran faktor risiko dan masalah kesehatan dilakukan pada satu waktu sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat 2. Lingkup penelitian yang sangat kecil yaitu lingkup RW, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar (validitas eksternal) 3. Potensi adanya bias informasi yang bersumber dari recall terkait usia menarche dan usia menopause sehingga berpotensi terhadap kesalahan estimasi nilai tersebut B. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 Hasil penelitian menyatakan bahwa prevalensi menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 adalah sebesar 42,85%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Safitri di Kelurahan Titi Papan Kota Medan yang memiliki prevalensi menopause yang lebih besar yaitu sebesar 51,2% (Safitri, 2009). Sedangkan, hasil penelitian Fataya di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat memiliki prevalensi menopause yang lebih sedikit yaitu 40% (Fataya, 2013).
55
Hasil penelitian di Singapura menyatakan hasil yang hampir serupa dengan hasil penelitian ini, dimana prevalensi menopause adalah sebesar 42,5% (Loh dkk, 2005). Selain itu hasil serupa juga ditemukan pada penelitian di Baghdad yang menyatakan dari 500 sampel dalam penelitiannya, 200 (42%) diantaranya sudah menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Sedangkan, prevalensi menopause pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian di India dengan prevalensi wanita menopause sebesar 55,55% (Bansal dkk., 2014). Rata-rata usia menopause (Standar Deviasi) pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur adalah 49,17 tahun (3,918). Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Yohanis di Makassar Indonesia yang menyatakan bahwa rata-rata usia menopause adalah 49,98 tahun (Yohanis, 2013). Rata-rata usia menopause pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian di Singapura (49 tahun) (Loh dkk., 2005), dan China (48 tahun) (Fuh dkk., 2001). Namun, hampir sama dengan hasil penelitian di Korea (49,2 tahun) (Park dkk., 2002) walaupun perbedaan rata-rata usia menopause tidak terlalu signifikan. Hasil penelitian Palacious et al menyatakan bahwa wanita Asia memiliki rentang usia menopause yang lebih rendah (42,1 sampai 49,5 tahun) dibandingkan dengan wanita Eropa (50,1 sampai 52,8 tahun), Amerika Utara (50,5 sampai 51,4 tahun), dan Amerika Latin (43,8 sampai 53 tahun) (Palacios, 2010). Selain itu, rata-rata usia menopause yang lebih rendah dari penelitian ini di laporakan di Meksiko (45.50 tahun) dan Pakistan (44,5 tahun) (Adhi dkk., 2007).
56
Menopause merupakan suatu proses pemberhentian siklus menstruasi secara permanen yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium yang dinyatakan apabila mengalami amenorrhea (tidak menstruasi) selama 12 bulan (WHO, 1996). Wanita biasanya mengalami menopause pada usia 50 sampai 52 tahun (Yohanis dkk., 2013). Wanita yang tinggal di daerah perkotaan memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan di pedesaan. Hasil penelitian Kaur menyatakan bahwa wanita yang tinggal di daerah rural memiliki usia rata-rata menopause yang lebih cepat (48,5 tahun) dibandingkan dengan wanita yang tinggal di daerah urban (49,30 tahun) (Kaur, 2009). Adanya perbedaan usia menopause dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan letak geografi, status ekonomi, budaya dan penggunaan metode penelitian (Al Deen dan Sadik, 2009). Namun, dapat disimpulkan bahwa Negara maju memiliki usia menopause yang lebih lambat dibandingkan dengan Negara berkembang. C. Frekuensi Faktor Sosio-Demografi pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 1. Tahun Lahir Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (44,3%) lahir pada tahun 1960-an. Begitu juga pada responden yang menopause, sebagian besar (62,2%) lahir pada tahun 1960-an. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa semakin muda tahun lahir maka semakin cepat usia menopause (tabel 5.2). Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause (p-value: 0,000).
57
Hasil penelitian yang dilakukan di Iraq mendukung hasil penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin muda tahun lahir maka semakin cepat usia menopause seseorang (p-value: 0,00001) (Al Deen dan Sadik, 2009). Selain itu, hasil penelitian lain yang serupa yaitu penelitian yang dilakukan pada wanita di Shanghai, dengan p value sebesar < 0,01 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan rata-rata usia menopause (Dorjgochoo et al., 2008). Hasil penelitian yang dilakukan pada wanita Eropa menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Namun, dalam penelitiannya, Dratva dan Hajiahmadi (2009) menyatakan hal sebaliknya bahwa wanita yang lahir lebih awal mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih lambat. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat tren sebaliknya. Penelitian di Inggris juga menyatakan hal yang sama bahwa rata-rata usia menopause meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut dapat disebabkan karena mulai efektifnya penggunaan hormon terapi pada wanita pada masa perimenopause sehingga usia menopause menjadi mundur (Nichols dkk, 2006) Beberapa penelitian tidak berhasil menemukan adanya hubungan antara tahun lahir dengan usia menopause. Hasil penelitian pada wanita Tehran menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause (Tehrani, 2014). Hasil penelitian
58
McKinnley (1996) juga tidak menemukan hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Hasil penelitian yang tidak konsisten ini dapat disebabkan oleh perbedaan letak geografi dan juga budaya. Selain itu terdapat juga pengaruh dari faktor lain seperti usia menarche dan faktor gaya hidup. Perkembangan modern menyebabkan wanita pada generasi muda memiliki usia menarche yang lebih cepat. seperti hasil penelitian di Cina yang menyatakan bahwa adanya tren penurunan usia menarche, dimana semakin muda generasi maka usia menarche akan lebih cepat (Song et al, 2015). Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi usia menopause, dimana wanita yang mengalami menarche lebih cepat akan mengalami menopause yang lebih cepat juga (Meschia dkk., 2000) (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian Nichols dkk yang bertujuan untuk mengetahui tren sekular rata-rata usia menopause menemukan bahwa pada wanita yang lahir pada tahun-tahun belakangan memiliki proporsi merokok yang lebih tinggi, memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi, pendidikan yang lebih tinggi dan menggunakan alat kontrasepsi oral dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih dulu. Hal tersebut tentu dapat mempengaruhi wanita yang lahir belakangan memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan wanita yang lahir lebih dahulu (Nichols dkk, 2006). 2. Status Perkawinan Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (81,9%) berstatus menikah. Begitu juga pada responden yang menopause, sebagian besar (75,6%) berstatus menikah. Hasil penelitian di Polandia
59
menyatakan hal serupa bahwa sebagian besar responden (72,4%) memiliki status perkawinan sudah menikah (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian lain yang mendukuang adalah hasil penelitian Al Deen dan Sadik menyatakan bahwa sebagian besar responden (71,9%) yang menopause berstatus sudah menikah (Al Deen dan Sadik, 2009). Hasil menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan status perkawinan, dimana wanita yang belum menikah memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah dan janda. Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang menikah dan belum menikah. Hasil penelitian penelitian Hardy (2000) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan usia menopause (p-value: 0,0001), dimana wanita yang menikah memberikan efek proteksi sebesar 0,65 kali dan wanita janda memiliki efek proteksi sebesar 0,95 kali untuk terjadinya menopause dini dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Hasil serupa yaitu hasil penelitian di Inggris menyatakan bahwa wanita dengan status janda atau tidak menikah akan memasuki masa menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah (Gold dkk, 2001). Beberapa penelitian menyatakan hal sebaliknya. Hasil penelitian Al Deen menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Selain itu, hasil penelitian lain di India menyatakan hal serupa
60
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan usia menopause (Bansal dkk., 2014). Sievert dalam penelitiannya mengenai hubungan status perkawinan dan usia menopause menjelaskan bahwa hubungan status perkawinan dengan usia menopause mungkin disebabkan oleh aktivitas seksual. Wanita yang aktif secara seksual minimal seminggu sekali menunjukkan kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang kurang aktif secara seksual (Sievert, 2001). Tidak ditemukan hubungan antara status perkawinan dengan usia menopause dalam penelitian ini mungkin dapat disebabkan karena sebagian besar responden (75,6%) responden berstatus menikah. Selain itu, dapat juga disebabkan karena wanita yang menikah terkait dengan jumlah anak yang dilahirkan, dimana wanita yang tidak menikah tidak memiliki anak. Sedangkan, wanita yang tidak memiliki anak berhubungan dengan kejadian menopause yang lebih dini (Delavar dan Hajiahmadi, 2010) (Meschia, 2000) (Nagel dkk, 2005). 3. Status Pendidikan Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (37,1%) berpendidikan tinggi dan sebesar 35,6% dari responden yang menopause memiliki pendidikan yang tinggi. Hasil tersebut serupa dengan sebuah studi di Inggris yang sebagian besar responden (53,3%) memiliki status pendidikan tinggi (Gold dkk., 2013). Hasil penelitian di Eropa menyatakan bahwa sebagian besar responden (63,39%) memiliki pendidikan menengah (Nagel dkk., 2005). Sebaliknya, hasil penelitian Fuh
61
di Taiwan menemukan bahwa sebagian besar responden (36,1%) memiliki status pendidikan rendah (Fuh dkk., 2001). Wanita yang memiliki pendidikan tinggi mengalami menopause pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan wanita dengan pendidikan rendah. Namun, hasil penelitian menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pendidikan dengan usia menopause (Tabel 5.2). Serupa dengan hasil penelitian Al Deen dan Sadik (2009) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pendidikan dengan usia menopause. Selain itu, hasil penelitian Bansal dkk (2012) juga menyatakan mendukung hasil penelitian ini bahwa tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan usia menopause. Hasil penelitian lain yaitu penelitian di Iran juga menyatakan tidak terdapat hubungan antara status pendidikan dengan usia menopause (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Hasil penelitian di Inggris menyatakan hal berbeda bahwa wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki efek proteksi sebesar 0,77 kali untuk mengalami menopause prematur dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan rendah (Gold dkk., 2013). Hasil penelitian berbeda juga dinyatakan dalam penelitian Kaczmarek (2007) bahwa adanya hubungan bermakna antara usia menopause dengan status pendidikan (Kaczmarek, 2007). Selain itu, hasil penelitian di Olso menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan tinggi dengan usia menopause yang lebih cepat (Mikkelsen dkk., 2007).
62
Tingkat pendidikan merupakan salah satu dari faktor sosial ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap kejadian menopause, namun tidak mempengaruhi secara langsung, melainkan melalui pola dan kualitas dari pola makan, paritas dan IMT. Walaupun demikian, pengaruh secara pasti dari tingkat pendidikan masih belum jelas (Tehrani dkk, 2014). 4. Status Pekerjaan Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (52,9) tidak bekerja atau merupakan ibu rumah tangga. Sedangkan, sebesar 50% wanita yang menopause berstatus bekerja. Hasil penelitian Kaczmarek memiliki hasil serupa bahwa sebagian besar responden (55%) berstatus tidak bekerja (Kaczmarek, 2007). Selain itu, hasil penelitian di Taiwan juga memiliki hasil yang sama bahwa hanya 39,5% responden yang memiliki status bekerja (Fuh dkk., 2001). Hal tersebut dikarenakan tugas wanita sebagai ibu rumah tangga sehingga sebagian besar responden memilih untuk tidak berkerja Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause. Namun, terdapat
kecenderungan
bahwa
wanita
yang
bekerja
mengalami
menopause pada usia yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja (tabel 5.2). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian di Polandia bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian lain yang serupa yaitu hasil penelitian Fleming yang menayatakan bahwa
63
tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Fleming, 2008). Sebaliknya, hasil penelitian di Iraq menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan menopause (Al Deen, 2009). Hasil penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang tidak bekerja berhubungan dengan kejadian menopause yang lebih awal dibandingkan dengan wanita yang bekerja, dimana hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian ini (Gold, 2001). D. Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 1. Paritas Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (49,7%) memiliki paritas sebanyak 1 sampai 2, sedangkan responden yang menopause sebagian besar (46,8%) memiliki paritas ≥ 3. Wanita yang memiliki jumlah anak yang pernah dilahirkan sebanyak 3 atau lebih memiliki usia menopause yang lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melahirkan dan memiliki paritas 1 sampai 2. Hasil uji stasistik menghasilkan p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara wanita dengan paritas 0, 1-2 dan ≥ 3. Hal ini didukung oleh penelitian Pathak (2010) mengenai hubungan antara faktor bio-sosial dengan usia menopause di India bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause. Hasil penelitian pathak menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini
64
dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak (Pathak, 2010). Selain itu, hasil penelitian Delavar dan Hajiahmadi (2010) di Iran menyatakan bahwa rata-rata usia menopause pada wanita yang tidak memiliki anak lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak minimal satu anak. Penelitian Meschia menyatakan bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause (Meschia, 2000). Hasil penelitian kohort yang dilakukan oleh Nagel dkk di Eropa menyatakan bahwa wanita yang memiliki paritas 3 atau lebih akan memberikan proteksi sebesar 0,83 kali untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak (nulipara) (Nagel dkk, 2005). Sebaliknya, hasil penelitian Gold pada wanita di Inggris mengasilkan p-value sebesar 0,688 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause (Gold dkk., 2013). Hasil yang sama yaitu hasil penelitian yang dilakukan pada wanita di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara wanita yang tidak memiliki anak dengan wanita yang memiliki anak minimal satu (Delavar, 2011). Selain itu, hasil penelitian lain yang bertentangan dengan hasil penelitian ini adalah sebuah penelitian cross-sectional di Eropa Utara yang tidak berhasil menemukan adanya hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause (95% CI 0,68-1,56) (Mikkelsen dkk., 2007).
65
Paritas merupakan jumlah kehamilan terdahulu yang telah berhasil dilahirkan dan mencapai batas viabilitas, tanpa memperhitungkan jumlah anak (Oxorn, 2010). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyarankan untuk memiliki cukup dua anak saja. Hal tersebut terkait dengan kesehatan bayi dan juga perempuan (BKKBN, 2011). Paritas juga dapat mempengaruhi usia menopause dimana wanita yang memiliki paritas 0 (nullipara) berisko terhadap menopause dini dan wanita yang memiliki paritas ≥ 3 (multipara) memiliki risiko terhadap menopause terlambat. Hal tersebut akan berpotensi terhadap masalah kesehatan lainnya seperti kanker payudara, osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler (Svejme dkk., 2012) (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013). Secara biologis, wanita yang memiliki paritas yang tinggi, jumlah kumulatif siklus menstruasinya akan lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak. Hal tersebut berpengaruh terhadap cadangan ovarium yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen menjadi lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas yang tinggi cenderung akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo dkk., 2008). Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh penggunaan alat kontrasepsi oral, sehingga wanita yang memiliki paritas tinggi cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih lambat. Berdasarkan hasil tabulasi silang, diketahui bahwa sebagian besar responden yang memiliki paritas ≥ 3 (65,2%) tidak menggunakan alat kontrasepsi oral. Dimana, diketahui
66
bahwa penggunaan alat kontrasepsi oral berhubungan dengan terjadinya menopause yang lebih cepat (Pokoradi dkk., 2007). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita yang memiliki paritas 0 (nullipara) mengalami menopause yang lebih dini sehingga berisiko terhadap terjadinya osteoporosis dan patah tulang. Sedangkan, wanita yang memiliki paritas ≥ 3 mengalami menopause yang lebih lambat sehingga
berisiko
terhadap
kejadian
kanker
payudara,
kanker
endomentrium dan kanker ovarian (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013). Oleh sebab itu, tenaga kesehatan perlu melalukan promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya kejadian osteoporosis dan patah tulang yang difokuskan pada wanita nullipara dan melakukan promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya kanker payudara, endomentrium dan ovarian yang difokuskan pada wanita multipara melalui penyuluhan atau menggunakan media seperti leaflet, poster, dan lain-lain. 2. Usia Menarche Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (62,9%) mengalami menarche pada usia < 14 tahun dan sebagian besar wanita menopause (55,6%) mengalami menarche pada usia < 14 tahun. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna ratarata usia menopause antara wanita yang mengalami menarche pada usia < 14 tahun dengan wanita yang mengalami menarche pada usia ≥ 14 tahun (p-value: 0,000). Wanita yang mengalami menarche pada usia kurang dari 14 tahun memiliki rata-rata usia menopause 47,50 tahun, lebih cepat
67
dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia 14 tahun keatas (tabel 5.3). Hasil penelitian Kaczmarek pada wanita di Polandia tahun 2007 menyatakan hal serupa bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause. Penelitian tersebut menyatakan bahwa wanita dengan usia menarche yang lebih awal akan mengalami menopause 0,3 tahun lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan usia menarche yang lebih lama (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian Meschia et al di Italia menyatakan hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia menopause, dimana mendukung hasil penelitian ini bahwa wanita yang mengalami menarche lebih awal akan mengalami menopause yang lebih awal (Meschia dkk., 2000). Namun, banyak juga yang menemukan tidak adanya hubungan antara usia menarche dengan usia menopause. Hasil penelitian di Iraq menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Hasil penelitian lain yaitu sebuah studi multi-etnik yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan kejadian menopause (Henderson dkk, 2008). Hasil penelitian serupa yaitu penelitian Rizvanovic dkk di Tuzla Canton pada tahun 2013 menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara usia menarche dengan usia menopause (Rizvanovic dkk,, 2013). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan bias saat mengingat usia menarche, riwayat reproduksi perempuan seperti perdarahan yang tidak teratur karena fluktuasi
68
endokrinologis, penyakit genetik terkait seks dan lain-lain yang dapat menyebabkan tidak adanya hubungan statistik (Bansal, 2014). Usia menarche merupakan usia saat pertama kali mengalami menstruasi. Menarche merupakan pertanda awal mulanya fungsi ovarium untuk berovulasi dan menandakan terjadinya pubertas pada seorang wanita. Usia terjadinya menarche seringkali dihubungkan dengan masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksi. Beberapa penelitian seringkali menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause. Penjelasan secara ekologis yaitu adanya pengaruh kehidupan awal pada fungsi ovarian yang dapat disebabkan adanya paparan seperti pola makan saat anak-anak dan remaja, keseimbangan energi, beban kerja dan penyakit (Kaczmarek, 2007). Penjelasan secara biologis adalah bahwa wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat. AMH berguna sebagai penanda cadangan ovarium karena diproduksi secara proporsional dengan jumlah folikel tumbuh. AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral, dengan sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada saat lahir, meningkat pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada saat remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg dkk., 2012). Hasil penelitian Bragg dkk (2012) menyatakan bahwa wanita yang
69
memasuki menarche lebih awal memiliki tingkat AMH yang lebih tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan terjadinya atresia folikel primordial terbesar adalah sebelum terjadinya pubertas. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa wanita yang mengalami menarche lebih awal akan mengalami usia menopause yang lebih awal. Oleh sebab itu, sangat perlu untuk dilakukan sosialisasi mengenai faktor penyebab menarche pada anak perempuan sebelum usia remaja di sekolah-sekolah sehingga dapat mengantisipasi terjadinya menarche dini. 3. Usia Pertama Melahirkan Hasil penelitian menyatakan baik seluruh responden maupun wanita yang sudah menopause mengalami pertama melahirkan pada usia 20 sampai 35 tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa wanita yang pertama kali melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun mengalami menopause pada usia yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang melahirkan pada usia 20-29 tahun dan usia ≥ 30 tahun. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause (Tabel 5.3). Serupa dengan hasil penelitian ini, hasil penelitian di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan rata-rata usia menopause antara wanita yang pertama melahirkan pada usia < 20 tahun dan wanita yang melahirkan pada usia ≥ 20 tahun (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Hasil penelitian lain yang juga mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian mengenai usia menopause dan faktor-faktor
70
yang mempengaruhinya pada 7183 wanita di Polandia, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan usia pertama melahirkan (Kaczmarek, 2007). Hasil
penelitian
Dorjgochoo
dkk (2008)
menyatakan
hal
sebaliknya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan usia pertama melahirkan, namun dalam penelitiannya dinyatakan bahwa wanita yang pertama melahirkan pada usia yang lebih tinggi akan mengalami menopause yang lebih lambat. Selain itu, hasil penelitian Al-Deen dan Sadik (2009) menemukan adanya hubungan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause, namun sebaliknya, wanita yang pertama kali melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun mengalami usia menopause yang lebih cepat dibandingkan usia 20 tahun keatas. Usia pertama melahirkan sering dikaitkan dengan masalah kesehatan khususnya masalah kesehatan reproduksi wanita. UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan UU No.23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga menyatakan bahwa perlunya dilakukan perencanaan untuk menunda kehamilan pertama sampai pada usia ideal melahirkan. Usia ideal melahirkan yang dimaksud adalah usia yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti risiko akibat melahirkan, kemampuan perawatan kehamilan, paska persalinan, derajat kesehatan reproduksi, dan kematangan mental, social ekononomi dalam keluarga.
71
Hasil penelitian menyatakan tidak adanya hubungan antara usia menopause dengan usia melahirkan. Hal tersebut mungkin dapat terjadi dikarenakan sebagian besar responden memiliki usia ideal melahirkan yaitu 20 sampai 35 tahun, dan hanya sebagian kecil yang melairkan pada usia > 35 tahun. Walaupun demikian, terdapat kecenderungan bahwa wanita yang pertama melahirkan < 20 tahun memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Selain itu, melahirkan di usia muda juga memiliki potensi terjadinya kematian maternal dan bayi dalam kandungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pembinaan pada Pasangan Usia Subur (PUS) mengenai risiko kesehatan yang diakibatkan oleh melahirkan pada usia muda dengan melakukan sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi pada PUS yang menikah pada usia muda. 4. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral Diketahui bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden (41,5%) menggunakan pernah menggunakan kontrasepsi oral dan sebagian besar
(50,6%)
dari
responden
menopause
pernah
menggunakan
kontrasepsi oral. Hasil analisis menggunakan uji ANOVA menghasilkan p-value sebesar 0,006 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause antara wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral, tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral diketahui mengalami menopause pada usia yang lebih cepat (48,20 tahun) dibandingkan dengan wanita yang tidak
72
pernah menggunakan kontrasepsi oral dan tidak menggunakan alat kontrasepsi (tabel 5.3). Hasil analisis dengan uji bonferroni menyatakan terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang pernah dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian Meschia (2000) mengenai determinan usia menopause di Italia, menyatakan bahwa wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral mengalami usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral. Selain itu, hasil penelitian prospektif yang dilakukan pada 5.113 wanita post-menopause menyatakan bahwa wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral memiliki risiko sebesar 1,37 kali untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (OR 1.37; 99% CI 1,14-1,63) (Pokoradi dkk., 2007). Selain itu, peneltian Vries menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis tinggi (≥50 μg) selama ≥ 3 tahun meningkatkan risiko sebesar 1,12 kali untuk mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral dan pengguna kontrasepsi oral dosis yang lebih rendah (≤50 μg) (Vreis, 2001). Sebaliknya, hasil penelitian kohort longitudinal pada wanita di 7 lokasi di Inggris menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi oral memberikan efek proteksi terhadap menopause dini sebesar 0,85 kali dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (Gold dkk., 2013). Penelitian Kaczmarek menyatakan hal yang sama
73
bahwa wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral mengalami menopause 0,7 tahun lebih awal dibandingkan dengan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral (Kaczmarek, 2007). Literatur mengenai riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan usia menopause masih menjadi perdebatan, dimana beberapa penelitian mengungkapkan
hasil
sebaliknya.
Penelitian
Parazzini
di
Italia
menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral (Parazzini, 2007). Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian Delavar pada wanita di Iran bahwa tidak ditemukannya hubungan antara usia menopause dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah pertemuan sel telur dengan sperma untuk mencegah kehamilan dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (BKKBN, 2011). Terdapat beberapa pilihan penggunaan alat kontrasepsi, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mencegah kehamilan dengan cara mengkonsumsi obat tersebut setiap hari pada wanita usia subur. Kontrasepsi oral atau pil KB merupakan salah satu metode kontrasepsi hormonal yang efektif dalam mencegah kehamilan dan merupakan salah satu metode yang paling disukai karena kesuburan langsung kembali bila penggunaan dihentikan (Prasetyawati dkk., 2012). Dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal lainnya, kontrasepsi oral memiliki kandungan hormone estrogen dan progesterone.
74
Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat dalam alat kontrasepsi oral berdampak pada perubahan ovarium, dimana pemberian hormon estrogen dan progesteron akan merangsang hipofisis tidak memproduksi kedua hormone tersebut. Hal demikian akan mempengaruhi produksi gonadotropin (FSH dan LH). Penggunaan kontrasepsi oral dalam dosis yang tinggi dapat menekan konsentrasi FSH. Ketidakberadaan FSH dalam tubuh akan meningkatkan kadar radikal bebas oksidatif pada sel granulosa. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menyebabkan aktivasi endonuklease, dengan demikian akan memulai apoptosis folikel. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral akan mempercepat penipisan follicles pool
dengan
menurunkan
konsentrasi
gonadotropin,
sehingga
memungkinkan perkembangan spontan folikel primordial menjadi tahap akhir perkembangan folikel (Vreis, 2001). Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi oral dapat berpengaruh terhadap usia menopause yang lebih cepat. Oleh sebab itu, sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi non hormonal seperti metode amenore laktasi (MAL) dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Sehingga sangat penting bagi tenaga kesehatan
untuk
melakukan promosi
mengenai
penggunaan
alat
kontrasepsi non hormonal kepada Pasangan Usia Subur (PUS) maupun kepada Wanita Usia Subur (WUS).
75
E. Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 1. Status Merokok Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (93,8%) berstatus tidak merokok, begitu juga dengan wanita yang sudah menopause sebagian besar (87,8%) berstatus tidak merokok. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara wanita bertatus merokok, pernah merokok dan tidak pernah merokok. Wanita yang merokok mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang pernah merokok dan tidak merokok (tabel 5.4). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kaczmarek di Polandia menyatakan bahwa baik wanita yang aktif merokok maupun wanita yang pernah merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan menopause dini (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian serupa yaitu penelitian Gold (2013) menyatakan bahwa wanita yang tidak merokok berhubungan dengan kejadian menopause yang lebih lambat (Gold dkk., 2013). Selain itu, hasil penelitian di Oslo, Norwegia menyatakan bahwa wanita yang berstatus merokok memiliki risiko sebesar 1,71 kali lebih tinggi untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan wanita yang berstatus tidak merokok. Wanita yang merokok lebih dari 10 batang rokok perhari memiliki risiko sebesar 1,54 kali untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (Mikkelsen dkk., 2007).
76
Beberapa penelitian menyatakan hubungan sebaliknya. Hasil penelitian prospektif di Eropa menyatakan tidak terdapat perbedaan ratarata usia menopause antara wanita yang merokok, pernah merokok maupun yang tidak pernah merokok (Nagel dkk., 2005). Serupa dengan hasil penelitian Delavar di Iran Utara menghasilkan p-value sebesar 0,430 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara wanita perokok dengan wanita bukan perokok (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan definisi mengenai merokok. Merokok merupakan salah satu faktor gaya hidup yang memiliki berbagai dampak negatif terhadap kesehatan. Salah satunya adalah dampak terhadap kesuburan dan telah diidentifikasi oleh beberapa studi menjadi faktor penyebab menopause dini atau premature ovarian failure (POF). Merokok dapat memberikan efek langsung terhadap folikel ovarium yang ditunjukkan oleh efek signifikan terhadap konsentrasi serum inhibin B. Inhibin serum B di produksi dari sel granulosa dalam folikel ovarium yang membantu dalam mengatur pelepasan FSH. Oleh karena itu, penurunan inhibin B cenderung mencerminkan penurunan folikel. Hasil penelitian Waylen menyatakan bahwa kadar serum inhibin B pada wanita perokok semakin kecil dibandingkan dengan bekas perokok dan bukan perokok yang menyebabkan penuaan pada ovarian menjadi lebih cepat (Waylen, 2010). Selain itu, Schoenaker dalam penelitiannya menjelaskan bahwa merokok berhubungan dengan produksi hormon dan metabolisme,
77
termasuk ekspresi gen CYP1A2 dan pengurangan kadar serum estrogen, meningkatnya konsentrasi 2-hydroxyestrogen dan meningkatnya kuantitas dari androgen. Semua itu dapat berpengaruh terhadap efek anti-estrogen yang dapat menyebabkan menopause menjadi lebih cepat (Schoenaker, 2014). Efek anti-estrogen yang terkandung di dalam rokok dapat menyebabkan menopause dini sebagai akibat dari penghancuran oosit oleh polisiklik aromatik hidrokarbon yang terkandung dalam rokok (Meschia dkk., 2000). Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa merokok dapat memberikan dampak kesehatan berupa usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang pernah merokok dan tidak merokok. Oleh sebab itu, disarankan kepada tenaga kesehatan untuk meningkatkan promosi kesehatan mengenai larangan merokok terutama untuk wanita terkait dengan dampak rokok itu senditi terhadap kesehatan reproduksinya. 2. Aktifitas Fisik Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden (51,4%) memiliki aktivitas fisik sedang. Begitu juga dengan responden yang menopause, sebagian besar memiliki aktivitas fisik sedang. Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara wanita dengan aktivitas fisik tinggi, sedang maupun rendah (tabel 5.4). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian di Polandia mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan usia
menopause yang menyatakan bahwa tidak ditemukan hubungan antara
78
aktivitas fisik dengan usia menopause (p value > 0,05) (Kaczmarek, 2007). Hasil penelitian serupa adalah hasil penelitian di Heidelberg yang menyatakan bahwa tidak ditemukannya hubungan secara statistik antara aktifitas tinggi dengan usia menopause, namun aktifitas fisik tinggi memberikan efek proteksi sebesar 0,90 kali untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan tidak melakukan aktifitas fisik (Nagel dkk., 2005). Hasil penelitian ini memiliki kecenderungan bahwa wanita yang memiliki aktivitas fisik tinggi akan mengalami menopause yang lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktivitas fisik sedang dan rendah (tabel 5.4). Penelitian Dorjgochoo et al. di Shanghai menyatakan bahwa baik pada remaja maupun wanita dewasa yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi berhubungan dengan menopause yang lebih lambat dan rentang masa reproduksi yang lebih panjang (Dorjgochoo et al., 2008). Hasil penelitian kohort yang dilakukan Dratva dkk. (2008) pada wanita eropa menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang rendah memiliki risiko sebesar 1,35 kali lebih besar untuk mengalami menopause dini dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktifitas fisik sedang (HR 1.367; 95% CI1.118-1.672) (Dratva dkk., 2008). Beberapa penelitian menyatakan hasil yang berlawanan bahwa aktifitas fisik yang tinggi akan menyebabkan usia menopause menjadi lebih cepat. Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi akan mengalami usia menopause yang lebih cepat (Gold dkk., 2013). Hal tersebut didukung oleh hasil meta-analisis
79
Schoenaker yang menyatakan bahwa wanita dengan aktifitas fisik sedang dan tinggi akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan aktifitas fisik yang rendah (Schoenaker, 2014). Aktivitas fisik yang tinggi dapat mempengaruhi ovarium menjadi terbatas dengan mengurangi serum estrogen dan meningkatkan hormon seks globulin yang dapat menyebabkan terjadi menopause lebih cepat (Schoenaker, 2014).
80
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Prevalensi menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 42,85% dan rata-rata usia menopause adalah 49,17 tahun dengan median yaitu 50 tahun. 2. Sebagian besar responden (44,3%) lahir pada tahun 1960-an, sebagian besar responden (81,9%) berstatus menikah, sebagian besar responden (37,1%) berpendidikan tinggi dan sebagian besar (52,9%) merupakan ibu rumah tangga. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir dan status perkawinan) dengan usia menopause. 3. Sebagian besar responden (49,7%) memiliki paritas 1 sampai 2, sebagian besar responden (52,9%) memiliki usia menarche 13-14 tahun, sebagian besar responden (66,7%) memiliki usia pertama melahirkan yaitu 20 sampai 29 tahun dan sebagian besar responden (41,5%) pernah menggunakan kontrasepsi oral. Terdapat hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause. 4. Sebagian besar responden (93,8%) tidak merokok dan sebagian besar responden (51,4%) memiliki aktivitas fisik sedang. Terdapat hubungan antara faktor gaya hidup (merokok) dengan usia menopause.
81
B. Saran 1. Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara a. Meningkatkan
promosi
kesehatan
mengenai
penggunaan
alat
kontrasepsi non hormonal untuk mencegah menopause dini yang berhubungan dengan riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan menggunakan leaflet maupun penyuluhan kepada Wanita Usia Subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS). b. Melalukan promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya kejadian osteoporosis dan patah tulang yang difokuskan pada wanita nullipara dan melakukan promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya kanker payudara, endomentrium dan ovarian yang difokuskan pada wanita multipara melalui penyuluhan atau menggunakan media seperti leaflet, poster, dan lain-lain 2. Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur a. Meningkatkan program promosi kesehatan reproduksi bagi remaja terutama mengenai menarche yang di fokuskan melalui promosi kesehatan ke sekolah-sekolah daerah setempat b. Dikarenakan keterbatasan data dalam usia menarche dan usia menopause, maka diharapkan Dinas Kesehatan dapat melakukan pencatatan mengenai usia menarche dan usia menopause setiap wanita yang tersedia dalam rekam medic
82
3. Peneliti Selanjutnya a. Melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada cakupan wilayah yang lebih luas agar dapat digeneralisasikan pada wilayah lain yang lebih luas b. Melakukan penelitian serupa dengan memperhitungkan variabel dosis dan lama penggunaan kontrasepsi oral untuk mengetahui hubungannya dengan usia menopause c. Memperketat pertanyaan mengenai usia menopause agar memperkecil kemungkinan adanya bias recall
83
Daftar Pustaka Abernethy, Kathy. 2002. The Menopause and HRT. Baillière Tindall Adhi M, Hasan R, Shoaib S, Tauheed S. 2007. Age And Symptomatology Of Menopause in Karachi, Pakistan. Pak J Physiol 2007;3(1):41-4. Al-Deen Lamia Dhia dan Fatih Sadik. 2009. Age at Natural Menopause and Factors Influencing its Timing in a Sample of Iraqi Women In Baghdad. Iraqi J. Comm. Med., JAN. 2009 (1) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010 Bansal, Priya, dkk. 2014. Epidemiological Determinants of Age at Natural Menopause in Rural Women of Punjab. Journal of Research in Medical and Dental Science Vol. 2, Issue 1, January – March 2014 Bragg, Jared M, dkk. 2012. Age at Menarche and Parity are Independently Associated with Anti-Mu¨ llerian Hormone, a Marker of Ovarian Reserve, in Filipino Young Adult Women. American Journal Of Human Biology 00:000–000 (2012) Centers for Disease Control and Preventions. 2014. Disability and Health Data System (DHDS). Diakses melalui http://dhds.cdc.gov/guides/healthtopics/indicator?i=smokingstatus pada tanggal 5 Maret 2015 Delavar MA and M Hajiahmadi. 2011. Factors Affecting the Age in Normal Menopause and frequency of Menopausal Symptoms in Northern Iran. Iranian Red Crescent Medical Journal 13(3):192-198 Dorjgochoo, Tsogzolmaa, dkk. 2008. Dietary and lifestyle predictors of age at natural menopause and reproductive span in the Shanghai Women's Health Study. Menopause.2008 ; 15(5): 924–933 Forman, Michele R Forman, dkk. 2013. Life-course Origins Of The Ages At Menarche And Menopause. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics 2013:4 1–21 Fox-Spencer, Rebecca dan Brown, Pam. 2007. Simple Guide: Menopause.Jakarta: Erlangga Fuh, Jong-Ling. 2001. The Kinmen Women-Health Investigation (KIWI): A Menopausal Study Of A Population Aged 40–54. Maturitas 39 (2001) 117– 124 Gold, Ellen B, dkk. 2001. Factors Associated with Age at Natural Menopause in a Multiethnic Sample of Midlife Women. American Journal of Epidemiology
84
Gold, Ellen B. 2013. Factors Related to Age at Natural Menopause: Longitudinal Analyses From SWAN. American Journal of Epidemiology Vol. 178, No. 1 Hardy, Rebecca, dkk. 2000. Smoking, Body Mass Index, Socioeconomic Satus and The Menopausal Transition in a British National Cohort. International Journal of Epidemiology 2000; 29: 845-851 Haws PS. Asuhan Neonatus; Rujukan Cepat. I ed.: Buku Kedokteran EGC; 2008 Heffner, Linda J dan Schust Danny. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga Henderson, Katherine DeLellis, dkk. 2008. Predictors of the Timing of Natural Menopause in the Multiethnic Cohort Study. American Journal of Epidemiology Vol. 167, No. 11 Hess, Henry M. The Perfect Menopause: 7 Steps to The Best Time of Your Life. New York: Westfall Publishing Group. 2008. Access on January 19, 2015. IPAQ. IPAQ scoring protocol. [Online]. 2005 [cited 2015 March] Kaczmarek, Maria. 2007. The timing of natural menopause in Poland and associated factors. Maturitas 57 (2007) 139–153 Kalahroudi, Masoumeh Abedzadeh dkk. 2012. Prevalence and Severity of Menopausal Symptoms and Related Factors Among Women 40-60 Years in Kashan, Iran. Nurs Midwifery Stud.2012:1(2);88-93 Kalb, Kate Barcy. The Everything Health Guide To Menopause. Canada: Adams Media. 2007. Access on January 19, 2015. Kaur, Maninder and Indu Talwar. 2009. Age at Natural Menopause among Rural and Urban Punjabi Brahmin Females. Anthropologist, 11(4): 255-258 (2009) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013 Kinney, Aan, dkk. 2006. Alcohol, caffeine and smoking in relation to age at menopause. Maturitas 54 (2006) 27–38 Loh, Foo-Hoe, dkk. 2005. The Age Of Menopause And The Menopause Transition In A Multiracial Population: A Nation-Wide Singapore Study. Maturitas 52 (2005) 169–180 Martin, Caroline J dkk.Nutrition and Diet in Menopause.Springer Science & Business Media, 2013. Access on January 19, 2015. Martin, Lisa J, dkk. 2006. Intervention with a low-fat, high-carbohydrate diet does notinfluence the timing of menopause. The American Journal of Clinical Nutrition. 84:920–884:920–8
85
McKinlay, Sonja M. 1996. The normal menopause transition: an overview. Maturitas 23 (1996) 137-145 Meschia, Michele, dkk. 2000. Determinants of age at menopause in Italy: results from a large cross-sectional study. Maturitas 34 (2000) 119–125 Mikkelsen, Thea F, dkk. 2007. Early menopause, association with tobacco smoking, coffee consumption and other lifestyle factors: a cross-sectional study. BMC Public Health 2007, 7:149 Moilanen, J dkk.Prevalence of menopause symptoms and their association with lifestyle among Finnish middle-aged women. Maturitas 67 (2010) 368–374 Morris, Danielle H, dkk. 2012. Body Mass Index, Exercise, and Other Lifestyle Factors in Relation to Age at Natural Menopause: Analyses From the Breakthrough Generations Study. American Journal of Epidemiology Nagata, Chisato, dkk. 2000. Association of Diet with the Onset of Menopause in Japanese Women. American Journal of Epidemiology, Vol. 152, No. 9 Nichols, Hazel B dkk. 2006. From Menarche to Menopause: Trends among US Women Born from 1912 to 1969. American Journal of Epidemiology. Vol. 164, No. 10 Ortega-Ceballos PA, dkk. 2006. Reproductive and lifestyle factors associated with early menopause in Mexican women. Salud Publica Mex 2006;48:300-307 Oxorn H, Forte WR. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. 1st ed. Hakimi M, editor.: CV ANDI OFFSET; 2010 Palacios, S, dkk. 2010. Age of menopause and impact of climacteric symptoms by geographical region. Climacteric 2010;13:419–428 Parazzini, Fabio. 2007. Determinants of age at menopause in women attending menopause clinics in Italy. Maturitas 56 (2007) 280–287 Park, Young-Joo, dkk. 2002. The Age at Menopause and Related Factors in Korean Women. Journal of Korean Academy of Nursing (2002) Vol. 32, No. 7 Pathak, R.K and Purnima Parashar. 2010. Age at Menopause and Associated BioSocial Factors of Health in Punjabi Women. The Open Anthropology Journal, 2010, 3, 172-180 Pokoradi AJ, Iversen L, Hannaford PC. 2011. Factors associated with age of onset and type of menopause in a cohort of UK women. American Journal of Obstetrics & Gynecology 2011 Jul;205(1):34-13 Prasetyawati, Anna dkk. 2012. Hubungan Pengetahuan Akseptor tentang Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Pil KB di Wilayah Desa Margasana Kecamatan Jatilawang Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No. 2 Edisi Desember 2012
86
Rizvanovic, Mirzeta, dkk. Parity and Menarche as Risk Factors of Time of Menopause Occurrence. Med Arh. 2013 Oct; 67(5): 336-338 Rohmatika, Dewi, dkk. 2012. Pengaruh Usia Menarche Terhadap Usia Menopause Pada Wanita Menopause Di Desa Jingkang Babakan Kacamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No. 2 Edisi Desember 2012 Samil, Ratna Suprapti dan Siti Dhyanti Wishnuwardhani. 1994. Health of Indonesian Women City-Dwellers of Perimenopausa Age. Maturitas 19 (1994) 191-197 Schoenaker, Danielle AJM, dkk. Socioeconomic position, lifestyle factors and age at natural menopause: a systematic review and meta-analyses of studies across six continents. International Journal of Epidemiology, 2014, Vol. 0, No. 0 Sharma, Sudha, dkk. Menopause and Cardiovascular Disease. JK Science. January-March 2008; Vol. 10 No. 1 Shuster, Lynne T dkk. 2011. Premature menopause or early menopause: longterm health consequences. Maturitas. 2010 Feb; 65(2): 161 Sievert, Lynnette Leidy, dkk. 2001. Marital Status and Age at Natural Menopause: Considering Pheromonal Influence. American Journal Of Human Biology 13:479–485 (2001) Steiner, Anne Z. Predicting age at menopause: Hormonal, familial, and menstrual cycle factors to consider. American Society for Reproductive Medicine. Volume 19, Number 2-May 2011. Svejme, Oh, dkk. 2012. Early menopause and risk of osteoporosis, fracture and mortality: a 34-year prospective observational study in 390 women. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology Tehrani, Fahimeh Ramezani, dkk. 2014. Secular Trend of Menopausal Age and Related Factors among Tehrani Women Born from 1930 to 1960; Tehran Lipid and Glucose Study. Arch Iran Med. 2014; 17(6): 406 – 410 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. 2007. Cetakan 1. Jakarta: Visimedia Vehid, Suphi, dkk. The prevalence and the age at the onset of menopause in Turkish women in rural area. Saudi Med J 2006; Vol. 27 (9): 1381-1386 Vries, E.de, dkk. 2001. Oral Contraseptive Use in Relation to Age at Menopause in The DOM Cohort. Human Reproduction Vol. 16, No. 8 pp. 1657-1662 Watson, Cynthia. Basic Health Publication User’s Guide To Easing Menopause Symptoms Naturally. North Bergen: Basic Health Publication; 2003. Access on January 21, 2015.
87
Waylen, Al, dkk. 2010. Effect of cigarette smoking upon reproductive hormones in women of reproductive age: a retrospective analysis. Reproductive BioMedicine Online (2010) 20, 861– 865 Whitney, Catherine and Peter J D. Menopause: Manage Its Symptoms with The Blood Type Diet. New York: The Penguin Group. 2005. Access on January 19, 2015. World Health Organization. 1996. Research On The Menopause in 1990s. Report of a WHO Scientific Group. Ganeva 1996 World Health Organization. 2014. World Health Statistics 2014. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data Yohanis, Mono, dkk. 2013. Women in the Rural Areas Experience more Severe Menopause Symptoms. Maj Obstet Ginekol Indones 2013; 37-2: 86-91]
Lampiran
88
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI RW 01 KELURAHAN UTAN KAYU UTARA, JAKARTA TIMUR, PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015
Assalamu’alaikum wr. wb. Saya Safira Anindita, mahasiswa semester 8 Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian skripsi mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause. Saya memohon kesediaan Saudari/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini dan memberikan informasi mengenai status menopause, usia, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. Semua informasi yang Saudari/Ibu berikan, terjamin kerahasiannya. Kejujuran Saudari/Ibu dalam menjawab setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data. Setelah saudari/Ibu membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka kami mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan. Demikian lembar persetujuan ini kami buat. Atas perhatian dan kerjasama saudari, kami ucapkan terimakasih. SayaPerson: yang bertanda tangan(Safira di bawah ini bersedia menjadi partisipan dalam penelitian dan Contact 085692405336 Anindita) bersedia mengisi kuesioner dengan tanpa paksaan Jakarta, Partisipan,
(
)
Mei 2015
89
IR. IDENTITAS RESPONDEN Identitas responden diperlukan untuk menghindari pemberian kuesioner pada orang yang sama dan untuk mengkonfirmasi ketika ada pertanyaan yang belum dijawab atau ada jawaban responden yang kurang jelas. IR1
Nama
IR2
No Telp/HP (Mohon diisi)
IR3
Tanggal Lahir
Tanggal_______Bulan_______Tahun_______
IR4
Umur
________tahun
IR5
Alamat
BERIKAN TANDA SILANG (X) ATAT (O) PADA PILIHAN JAWABAN ANDA. STATUS MENOPAUSE V1
Apakah dalam tiga bulan ini anda menstruasi?
0. Ya 1. Tidak
V2
V3
Jika anda menstruasi, apakah menstruasi anda
0. Ya
lancar setiap bulan?
1. Tidak
Jika anda tidak menstruasi, kapan anda
0. Tiga bulan yang lalu
terakhir menstruasi?
1. 3 sampai 5 bulan yang lalu 2. 12 bulan yang lalu 3. Lebih dari 12 bulan yang lalu
V4
Jika terakhir menstruasi ≥12 bulan lalu, pada umur berapa anda mengalami menstruasi __________ tahun terakhir kali?
V5
Apakah
anda
pernah
melakukan
operasi
pengangkatan ovarium? V6
Apakah
anda
pernah
0. Ya 1. Tidak
melakukan
terapi
pengobatan seperti terapi pengobatan kanker?
0. Ya 1. Tidak
FAKTOR SOSIO-DEMOGRAFI VA1
Apakah status perkawinan anda saat ini?
0. Belum menikah 1. Janda 2. Berpasangan (memiliki suami)
VA2
Pendidikan terakhir
0. Tidak sekolah 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD
90
3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat D3/S1/S2/S3 VA3
Status Pekerjaan
0. Tidak bekerja/rumah tangga 1. Buruh 2. Wiraswasta/ Pedagang/ pelayan Jasa 3. PNS 4. Pegawai BUMN/SWASTA 5. Lainnya .......................................(sebutkan)
FAKTOR REPRODUKSI VB1
Berapakah jumlah anak yang pernah dilahirkan
0. Tidak pernah
oleh anda?
1. 1-4 2. ≥ 5
VB2
Berapa usia anda ketika pertama kali menstruasi?
VB3
_____________________tahun
Berapa usia anda ketika melahirkan anak pertama?
_____________________tahun
VB4
Tanggal berapa anak pertama anda lahir?
VB5
Apakah anda pernah menggunakan kontrasepsi?
Tanggal
/Bulan
/Tahun
0. Ya 1. Tidak (Lanjut ke pertanyaan VC1) VB6
Jika Ya, kontrasepsi jenis apa saja yang pernah
0. _____________ berapa lama ________hari/bulan/tahun
digunakan?
1. _____________ berapa lama ________hari/bulan/tahun 2. _____________ berapa lama ________hari/bulan/tahun
FAKTOR GAYA HIDUP VC1
Apakah Anda sekarang merokok?
0. Setiap hari 1. Dalam beberapa hari 2. Pernah, tapi sekarang sudah tidak 3. Tidak pernah sama sekali
VC2
Sejak usia berapa anda merokok?
VC3
Jika dalam beberapa hari, berapa hari anda merokok dalam seminggu?
VC4
Tahun
__________ hari
Jika pernah merokok, pada usia berapa anda berhenti merokok?
Tahun
91
VC5
Berapa batang rokok yang anda konsumsi setiap harinya?
VC6
__________ batang
Apakah pekerjaan Anda melibatkan aktivitas
0. Tidak (Lanjut ke pertanyaan VC9)
fisik dengan intensitas berat yang
1. Ya
menyebabkan peningkatan dalam bernapas atau denyut nadi (angkat berat, menggali, aerobik, atau bersepeda cepat) selama setidaknya dalam 10 menit terus-menerus? Dalam satu minggu, berapa hari Anda VC7
melakukan aktivitas tersebut sebagai bagian
_____ hari (range: 0-7,8,9)
dari pekerjaan Anda? VC8
VC9
Biasanya dalam sehari, berapa lama Anda habiskan untuk melakukan aktivitas
_____ jam _______menit (range: 0-16 jam; 0-960, 998, 999
tersebut?
menit)
Apakah pekerjaan Anda melibatkan aktivitas fisik dengan intensitas sedang yang menyebabkan Anda bernapas agak
0. Tidak (Lanjut ke pertanyaan VC12)
lebih keras dari normal dan mungkin
1. Ya
termasuk membawa beban ringan, bersepeda dengan kecepatan biasa, atau bermain tenis (Tidak termasuk berjalan) selama setidaknya 10 menit terusmenerus? VC10 Dalam satu minggu, berapa hari Anda melakukan aktivitas tersebut sebagai
_____ hari (range: 0-7,8,9)
bagian dari pekerjaan Anda? VC11 Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk melakukan aktivitas tersebut di tempat kerja Anda sehari-hari? VC12 Apakah Anda berjalan kaki setidaknya 10 menit terus-menerus untuk menuju ke suatu tempat? VC13 Dalam satu minggu, berapa hari Anda
_____ jam _______menit per hari (range: 0-16 jam; 0-960, 998, 999 menit)
0. Tidak (Lanjut ke pertanyaan VC15) 1. Ya ______ hari (range: 0-7,8,9)
92
berjalan kaki selama setidaknya 10 menit terus-menerus untuk menuju ke suatu tempat? VC14 Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk berjalan kaki sehari-hari?
______jam _______menit (range: 0-16 jam; 0-960, 998, 999 menit)
VC15 Berapa banyak waktu yang Anda habiskan untuk duduk atau berbaring sehari-hari? (Misalnya pada saat bekerja, di rumah, di perjalanan, duduk-duduk dengan teman,
______ jam _______menit (range: 0-16 jam; 0-960, 998, 999
berpergian dengan menggunakan mobil,
menit)
bus, kereta, membaca, main kartu atau menonton TV, tetapi tidak termasuk tidur)
Terima kasih atas partisipasinya Wassalammualaikum wr. wb.
93
Output SPSS Statistics usia menopause N
Valid Missing
90 120
Mean
49.17
Median
50.00
Std. Deviation
3.918
94
Descriptives Statistic usia menopause
Mean 95% Confidence Interval for Mean
49.17 Lower Bound
48.35
Upper Bound
49.99
5% Trimmed Mean
49.31
Median
50.00
Variance
15.354
Std. Error .413
95
Std. Deviation
3.918
Minimum
39
Maximum
56
Range
17
Interquartile Range
5
Skewness
-.532
.254
Kurtosis
-.056
.503
Tahun Lahir Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
1940-an
4
53.50
2.517
1.258
49.50
57.50
50
1950-an
27
50.96
3.447
.663
49.60
52.33
44
1960-an
56
48.50
3.247
.434
47.63
49.37
40
1970-an
3
39.67
.577
.333
38.23
41.10
39
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
39
Total
ANOVA usia menopause Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
457.870
3
152.623
Within Groups
908.630
86
10.565
1366.500
89
Total
Multiple Comparisons
F 14.446
Sig. .000
96
usia menopause Bonferroni 95% Confidence Interval
(I) tahun
(J) tahun
lahir
lahir
1940-an
1950-an
2.537
1.741
.893
-2.17
7.24
1960-an
5.000
*
1.682
.023
.46
9.54
1970-an
13.833
*
2.483
.000
7.13
20.54
1940-an
-2.537
1.741
.893
-7.24
2.17
1960-an
2.463
*
.762
.010
.41
4.52
1970-an
11.296
*
1.978
.000
5.95
16.64
1940-an
-5.000
*
1.682
.023
-9.54
-.46
1950-an
-2.463
*
.762
.010
-4.52
-.41
1970-an
8.833
*
1.926
.000
3.63
14.04
1940-an
-13.833
*
2.483
.000
-20.54
-7.13
1950-an
-11.296
*
1.978
.000
-16.64
-5.95
1960-an
-8.833
*
1.926
.000
-14.04
-3.63
1950-an
1960-an
1970-an
Mean Difference (I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Status perkawinan Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
belum menikah
11
46.55
2.252
.679
45.03
48.06
janda
11
48.64
3.613
1.089
46.21
51.06
menikah
68
49.68
4.031
.489
48.70
50.65
Total
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
Mi
97
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
96.345
2
48.172
Within Groups
1270.155
87
14.599
Total
1366.500
89
F
Sig.
3.300
.042
Multiple Comparisons usia menopause Bonferroni 95% Confidence Interval
Mean Difference (I) stat perkawinan (J) stat perkawinan belum menikah
janda
menikah
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
janda
-2.091
1.629
.608
-6.07
1.89
menikah
-3.131
*
1.242
.041
-6.16
-.10
2.091
1.629
.608
-1.89
6.07
menikah
-1.040
1.242
1.000
-4.07
1.99
belum menikah
3.131
*
1.242
.041
.10
6.16
janda
1.040
1.242
1.000
-1.99
4.07
belum menikah
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Status pendidikan Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
rendah
26
50.85
2.428
.476
49.87
51.83
menengah
32
49.72
4.199
.742
48.21
51.23
tinggi
32
47.25
3.902
.690
45.84
48.66
Total
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
Status pekerjaan
Minimum
98
Group Statistics kategori kerja usia menopause
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
tidak bekerja
45
50.11
3.406
.508
bekerja
45
48.22
4.199
.626
Paritas
Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N 0
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
6
46.33
1.966
.803
44.27
48.40
44
1-2
36
48.00
3.586
.598
46.79
49.21
40
>=3
37
51.54
3.595
.591
50.34
52.74
39
Total
79
49.53
3.971
.447
48.64
50.42
39
Test of Homogeneity of Variances usia menopause Levene Statistic .617
df1
df2 2
Sig. 76
.542
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
295.148
df
Mean Square 2
147.574
F 12.001
Sig. .000
M
99
Within Groups Total
934.523
76
1229.671
78
12.296
kategori paritas Cumulative Frequency Valid
0
Missing
Percent
Valid Percent
Percent
9
4.3
4.6
4.6
1-2
97
46.2
49.7
54.4
>=3
89
42.4
45.6
100.0
Total
195
92.9
100.0
15
7.1
210
100.0
System
Total
Multiple Comparisons usia menopause Bonferroni (I)
(J)
95% Confidence Interval
kategori kategori Mean Difference paritas
paritas
0
1-2
-1.667
1.546
.854
-5.45
2.12
>=3
-5.207
*
1.543
.004
-8.99
-1.43
1.667
1.546
.854
-2.12
5.45
-3.541
*
.821
.000
-5.55
-1.53
0
5.207
*
1.543
.004
1.43
8.99
1-2
3.541
*
.821
.000
1.53
5.55
1-2
0 >=3
>=3
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Menarche
Descriptives usia menopause
Upper Bound
100
95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
10-12
24
47.75
2.908
.594
46.52
48.98
42
13-14
49
48.82
4.290
.613
47.58
50.05
39
15-16
17
52.18
2.243
.544
51.02
53.33
49
Total
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
39
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
208.182
2
104.091
Within Groups
1158.318
87
13.314
Total
1366.500
89
Sig.
7.818
.001
Multiple Comparisons usia menopause Bonferroni (I)
(J)
95% Confidence Interval
menarki menarki Mean Difference edit
edit
10-12
13-14
-1.066
.909
.732
-3.29
1.15
15-16
-4.426
*
1.157
.001
-7.25
-1.60
10-12
1.066
.909
.732
-1.15
3.29
15-16
-3.360
*
1.027
.005
-5.87
-.85
4.426
*
1.157
.001
1.60
7.25
3.360
*
1.027
.005
.85
5.87
13-14
15-16
(I-J)
10-12 13-14
Std. Error
Sig.
Lower Bound
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Usia pertama melahirkan
Descriptives
Upper Bound
M
101
usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
< 20
14
48.07
3.792
1.013
45.88
50.26
40
20 - 29
50
50.32
3.700
.523
49.27
51.37
39
>= 30
9
49.56
5.364
1.788
45.43
53.68
40
Total
73
49.79
3.986
.467
48.86
50.72
39
kategori lahir baru Cumulative Frequency Valid
Missing
< 20
Percent
Valid Percent
Percent
27
12.9
14.5
14.5
20 - 29
140
66.7
75.3
89.8
>= 30
19
9.0
10.2
100.0
Total
186
88.6
100.0
9
4.3
System
15
7.1
Total
24
11.4
210
100.0
99
Total
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
55.887
2
27.944
Within Groups
1088.031
70
15.543
Total
1143.918
72
Kontrasepsi oral
Descriptives usia menopause
Minimum
F 1.798
Sig. .173
102
95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
oral
40
48.20
3.376
.534
47.12
49.28
40
55
tidak oral
28
50.96
4.678
.884
49.15
52.78
39
56
tidak pakai
11
50.73
2.240
.675
49.22
52.23
46
54
Total
79
49.53
3.971
.447
48.64
50.42
39
56
Test of Homogeneity of Variances usia menopause Levene Statistic
df1
1.519
df2 2
Sig. 76
.226
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
144.125
2
72.062
Within Groups
1085.546
76
14.284
Total
1229.671
78
Sig.
5.045
.009
Multiple Comparisons usia menopause Bonferroni 95% Confidence Interval
Mean Difference (I) KB
(J) KB
oral
tidak oral
-2.764
*
.931
.012
-5.04
-.48
tidak pakai
-2.527
1.287
.160
-5.68
.62
oral
2.764
*
.931
.012
.48
5.04
.237
1.345
1.000
-3.06
3.53
2.527
1.287
.160
-.62
5.68
tidak oral
tidak pakai tidak pakai
oral
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
103
tidak oral
-.237
1.345
1.000
-3.53
3.06
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Merokok Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
merokok tidak merokok pernah merokok Total
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
6
45.67
4.967
2.028
40.45
50.88
79
49.53
3.693
.415
48.70
50.36
5
47.60
4.561
2.040
41.94
53.26
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
Test of Homogeneity of Variances usia menopause Levene Statistic .302
df1
df2 2
Sig. 87
.740
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
96.296
2
48.148
Within Groups
1270.204
87
14.600
Total
1366.500
89
F
Sig.
3.298
.042
Multiple Comparisons usia menopause Bonferroni 95% Confidence Interval
Mean Difference (I) stat merokok
(J) stat merokok
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
M
104
merokok
tidak merokok
pernah merokok
tidak merokok
-3.865
1.618
.057
-7.81
.08
pernah merokok
-1.933
2.314
1.000
-7.58
3.71
merokok
3.865
1.618
.057
-.08
7.81
pernah merokok
1.932
1.762
.828
-2.37
6.23
merokok
1.933
2.314
1.000
-3.71
7.58
-1.932
1.762
.828
-6.23
2.37
tidak merokok
Aktivitas fisik Descriptives usia menopause 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
aktivitas tinggi
37
49.46
3.941
.648
48.15
50.77
sedang
44
49.39
3.712
.560
48.26
50.51
rendah
9
46.89
4.512
1.504
43.42
50.36
90
49.17
3.918
.413
48.35
49.99
Total
Test of Homogeneity of Variances usia menopause Levene Statistic .344
df1
df2 2
Sig. 87
.710
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
51.990
2
25.995
Within Groups
1314.510
87
15.109
Total
1366.500
89
F 1.720
Sig. .185
Mini
105
ANOVA usia menopause Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
96.296
2
48.148
Within Groups
1270.204
87
14.600
Total
1366.500
89
Sig.
3.298
.042
Tabulasi silang paritas dengan penggunaan kontrasepsi oral kontrasepsi oral * kategori paritas Crosstabulation kategori paritas 0 kontrasepsi oral
ya
Count
31
81
33.3%
48.5%
34.8%
41.5%
6
50
58
114
66.7%
51.5%
65.2%
58.5%
9
97
89
195
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Count % within kategori paritas
usia menopause Cumulative Frequency Valid
Percent
Total
47
% within kategori paritas Total
>=3
3
% within kategori paritas tidak
1-2
Valid Percent
Percent
39
1
.5
1.1
1.1
40
3
1.4
3.3
4.4
42
3
1.4
3.3
7.8
44
3
1.4
3.3
11.1
45
7
3.3
7.8
18.9
46
4
1.9
4.4
23.3
47
7
3.3
7.8
31.1
48
6
2.9
6.7
37.8
106
49
9
4.3
10.0
47.8
50
10
4.8
11.1
58.9
51
12
5.7
13.3
72.2
52
7
3.3
7.8
80.0
53
6
2.9
6.7
86.7
54
6
2.9
6.7
93.3
55
3
1.4
3.3
96.7
56
3
1.4
3.3
100.0
90
42.9
100.0
120
57.1
210
100.0
Total Missing Total
99