FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA MON ARA UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
OLEH:
JAMALINAH NIM : 10010133
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini Telah Disetujui Untuk dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, Februari 2013 Pembimbing
(Hamdani, SKM, M. Kes)
MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
(CUT EFRIANA, SST)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis llmiah yang berjudul "Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013”. Adapun tujuan peneliti an Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan, dalam peneliti an Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu. pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat 1. Bapak Dedi Zefrijal. S.T, selaku Ketua Yayasan STIKes U'budiyah Banda Aceh. 2. Ibu Marniati, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U'budiyah Banda Aceh. 3. Ibu Nuzulul Rahmi. SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U'budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem. S.Sos. Selaku Pengelola Ubudiyah Sigli. 5. Hamdani, SKM, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat selesai dengan baik. 6. Seluruh Dosen pengajar kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U'budiyah yang telah membekali peneliti pendidikan ini.
dari awal bangku kuliah sampai selesai
7. Kepada Ayahanda serta Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. 8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes Ubudiyah Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam peneliti an Karya Tulis Ilmiah ini. Peneliti
menyadari sepenuhnya bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas kritik dan saran peneliti mengucapkan terima kasih.
Banda Aceh, September 2013
Peneliti
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1 : Definisi Operasional ...................................................................
25
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL .......................................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI….. ................................................................................................ DAFTAR TABEL .............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB
I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................... A. Latar Belakang ............................................................................ B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ......................................... C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 1.Tujuan Umum ......................................................................... 2. Tujuan Khusus ....................................................................... D. Manfaat Penelitian ......................................................................
i ii iii iv vi viii ix x 1 1 5
6 6 6
TIJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................ A. Lansia ........................................................................................ 1. Definisi .................................................................................. 8 2. Batasan Usia Lanjut .............................................................. 3. Penampilan Berbagai Penyakit Pada Usia Lanjut ................. 4. Tipe-tipe Lanjut Usia ............................................................ 5. Kebutuhan Lanjut Usia ......................................................... B. Posyandu Lansia ......................................................................... 1. Definisi .................................................................................. 2. Tujuan dan Sasaran Posnyandu Lanjut Usia ......................... 3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia ............................... 4. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia ...................................... 5. Kegiatan Posnyandu Lansia .................................................. C. Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu ......... Lanjut Usia ................................................................................. 1. Pengetahuan .......................................................................... 2. Pelayanan Petugas ................................................................ 3. Dukungan Keluarga ..............................................................
8 8
9 9 10 12 13 13 14 15 16 18 11 19 19 20 22
BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................ A. Kerangka Konsep ..................................................................... B. Definisi Operasional ..................................................................
24 24 25
C. Cara Pengukuran Data ............................................................... D. Hipotesa Penelitian ....................................................................
26 26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... A. Jenis Penelitian .......................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... C. Populasi dan Sampel .................................................................. 1. Populasi ................................................................................. 2. Sampel ................................................................................... D. Cara pengumpulan Data ............................................................ E. Instrumen Penelitian................................................................... F. Pengolahan Data dan Analisa Data ............................................ 1. Pengolahan Data .................................................................... 2. Analisa Data ..........................................................................
27 27 27 27 27 27 28 28 28 28 29
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi ........................................................... B. Hasil Penelitian .......................................................................... C. Pembahasan ...............................................................................
31 31 36
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran-saran .................................................................................
41 41
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia mengalami penuaan dengan cepat. Diperkirakan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada tahun 2050. Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, pada saat itu akan ada lebih banyak orang tua dari pada anak-anak usia 0-14 tahun di populasi. Negara-negara berkembang akan mengalami tingkat penuaan yang jauh lebih cepat dari negara-negara maju. Pada tahun 2005 sekitar 60% lansia di dunia tinggal di negara-negara berkembang. Dalam lima dekade mendatang kondisi ini akan meningkat menjadi lebih dari 80%. Penuaan penduduk dunia, di negara berkembang dan negara maju sebenarnya merupakan indikator meningkatnya kesehatan global (Depkes, RI, 2012).
Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 11,3 juta jiwa (6,4%) meningkat menjadi 15,3 juta (7,4%) pada tahun 2000. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk (Depkes, RI, 2012). Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun 2009. Meningkatnya UHH menyebabkan peningkatan jumlah lanjut usia, dimana pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa (Komnas Lansia, 2010). Kebidanan sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan nasional turut serta ambil bagian dalam menangani masalah kesehatan Lansia dengan menitik
beratkan pada penanganan di bidang pelayanan kesehatan. Dalam hal ini penting kiranya diketahui informasi mengenai tingkat kesehatan dan tingkat ketergantungan Lansia di masyarakat. Spesialisasi kebidanan ini terkait dengan mengkaji status kesehatan dan fungsional Lansia, merencanakan dan melaksanakan asuhan dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diidentifikasi serta mengevaluasi keberhasilan asuhan (Meilani, 2009). Kesehatan lansia yang baik difokuskan pada bagaimana upaya untuk dapat menambah usia dan memperpanjang kehidupan, sehingga memungkinkan mereka tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga dapat memperluas keterlibatannya secara aktif dalam semua kegiatan di masyarakat. Seiring dengan kecenderungan yang positif tersebut dalam arti meningkatnya kesehatan global, akan muncul tantangan khusus dalam bidang kesehatan pada abad ke-21 karena bertambahnya jumlah lansia. Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia antara lain adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia, bersifat kronis dan multifatologis, serta dalam penanganannya memerlukan waktu lama dan membutuhkan biaya cukup besar (Depkes, RI, 2012). Besarnya populasi lanjut usia serta pertumbuhan yang sangat cepat juga menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sector untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Salah satu bentuk perhatian yang serius terhadap lanjut usia adalah terlaksananya pelayanan pada lanjut usia melalui kelompok (posyandu) lanjut usia yang melibatkan semua lintas sektor terkait, swasta, LSM dan masyarakat. Oleh karenanya menyiapkan petugas kesehatan dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kelompok lansia seperti: pelatihan perawatan lansia; mencegah dan mengelola penyakit kronis dan penyakit tidak menular, merancang kebijakan
pengaturan perawatan jangka panjang dan paliatif yang berkelanjutan bagi lansia dan mengembangkan pelayanan ramah -lansia menjadi sangat penting (Depkes, RI, 2012). Ketidaktahuan masyarakat, baik keluarga maupun lanjut usia itu sendiri serta para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan kelanjut usiaan, akan menghambat pencapaian lanjut usia sehat sejahtera dan produktif. Akibat lain dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya pemenuhan kebutuhan diri mereka untuk berkembang serta berpartisipasi di dalam pembangunan. Oleh karena itu Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk tetap dapat terlaksana dan berkembang dengan baik dalam mencapai tujuan lanjut usia yang mandiri dan produktif (Komnas lansia, 2010). Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan pembentukan posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Adapun kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan kebugaran, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat (Fatma, 2008). Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Namun fenomena di lapangan menunjukkan fakta yang
berbeda. Posyandu lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan posyandu semakin berkurang. Hal ini dibuktikan pemanfaatan posyandu lansia sangat minim. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu lansia sangat minim, dan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandupun juga sangat rendah (Komnas Lansia, 2010). Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Wijaya, 2009). Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundangundangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga. Secara kualitas, perkembangan jumlah posyandu di Indonesia sangat menggembirakan, karena disetiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Posyandu dirancang pada tahun 1986, jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, sedangkan pada tahun 2004, meningkat menjadi 238.699 posyandu, tahun 2005 menjadi 315.921 posyandu dan pada tahun 2009 menurun menjadi 269.202 posyandu. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan masalah, seperti kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2012).
Transisi demografi ke arah menua akan diikuti oleh transisi epidemiologi ke arah penyakit degeneratif seperti rematik, diabetes, hipertensi, jantung koroner, neoplasma. Angka kesakitan penduduk lanjut usia tahun 2011 sebesar 30,46% artinya bahwa setiap 100 orang lanjut usia, sekitar 30 orang diantaranya mengalami sakit. Angka kesakitan penduduk lanjut usia perkotaan 27,20% lebih rendah dibandingkan lanjut usia pedesaan 32,96%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan penduduk lanjut usia di perkotaan relatif lebih baik dibandingkan lanjut usia di daerah pedesaan. Bila dilihat perkembangannya, derajat kesehatan penduduk lanjut usia relatif tidak berbeda. Angka kesakitan penduduk lanjut usia pada tahun 2007 sebesar 29, 98%, tahun 2009 sebesar 31,11%, dan tahun 2011 sebesar 30,46 %. Pola yang serupa terjadi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kebiasaan berobat serta cara berobat yang dilakukan seseorang, merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah orang yang bersangkutan telah memiliki perilaku hidup sehat. Berdasarkan Profil Penduduk Lanjut Usia 2011, ternyata 32,24% lanjut usia mencari pengobatan di puskesmas, Namun masih ada yang mengobati sendiri dengan menggunakan obat modern 60,47% dan obat tradisional 10,87% (Depkes RI, 2012). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie tahun 2012 mencatat jumlah lansia yaitu 37.743 jiwa diantaranya laki-laki 17.354 dan perempuan 20.389 dari 23 Kecamatan. Sedangkan untuk Kecamatan Ujong Rimba jumlah lansia 1.497 diantaranya laki-laki 677 orang dan perempuan 820 orang. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada lansia masih terbatas dan tidak seluruh puskesmas di Indonesia memiliki posyandu lansia. Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie mempunyai kebijakan yang bertujuan agar puskesmas atau desa termotivasi untuk menggalakkan program pembinaan kesehatan lansia di wilayah masing-masing. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok
lansia ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat posyandu lansia, pelayanan kesehatan di tingkat dasar puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut rumah sakit (Dinas Kesehatan Pidie, 2012). Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan penulis diwilayah kerja puskesmas Ujong Rimba didapatkan jumlah lansia yang berumur dari 70 tahun keatas adalah 345, umur 58-65 tahun berjumlah 509 orang dan umur 66 sampai 70 tahun berjumlah 261 orang dimana total keseluruhannya berjumlah 1115 jiwa, data lansia di Kemukiman Ujong Rimba total keseluruhannya adalah 345 jiwa sedangkan di Desa Mon Ara berjumlah 60 jiwa lansia dan dari hasil wawancara pada beberapa lansia mengatakan program posyandu lansia sudah pernah dilakukan di beberapa desa tapi tidak berjalan lancar, ini disebabakan tidak datangnya lansia ke posyandu tersebut karena berbagai alasan. Hal tersebut ditunjukkan dengan yang datang ke posyandu lansia hanya berkisar 107 orang dengan distribusi kelompok berdasarkan umur. Umur 4559 tahun sebanyak 34 orang, umur 60 – 69 tahun sebanyak 45 0rang, umur diatas 70 tahun sebanyak 28 orang (Puskesmas Ujong Rimba, 2013 ). Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan posyandu lansia masih sangat jauh dari target yang diharapkan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie” B. Rumusan Masalah dan Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Faktor-Faktor Apa Saja Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie”.
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
2.
Tujuan Khusus a. Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. b. Untuk Mengetahui Hubungan Pelayanan Petugas Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie. c. Untuk Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Wilayah Kerja Puskesmas Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi dinas kesehatan untuk dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik. 2. Bagi Klien (Lansia) Diharapkan lansia dapat mengetahui masalah yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehidupan sehari-hari yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri untuk mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin. 3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia dalam kegiatan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari. 4. Bagi Penulis Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian, dan mengembangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia 1. Definisi Menurut UU No. 36 tentang kesehatan Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif
secara
sosial
maupun
ekonomis
sesuai
dengan
martabat
kemanusiaan. Murwani (2010) menjelaskan bahwa usia lanjut suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Sedangkan Hurlock (2005) menjelaskan bahwa usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu priode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu. Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun keatas. Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (>75 tahun). Sementara Munro dkk (1987) mengelompokkan older elderly kedalam dua bagian yaitu usia 75-84 tahun dan 85 tahun. Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur diatas 60 tahun. Jika mengacu pada pensiun maka lansia ialah mereka yang telah berusia diatas 56 tahun (Arisman, 2008).
2. Batasan Usia Lanjut Menurut WHO dalam Murwani (2010) lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut (ederly) antara 60-74 tahun c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun Sedangkan Setyonegoro dalam Murwani (2010) pengelompokan usia lanjut meliputi: a. Usia dewasa muda (ederly aduhood), usia antara 18 atau 20-25 tahun b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas yaitu usia diantara 25-60 tahun atau 65 tahun c. Lanjut usia (geriatric age), lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old), umur 75-80 tahun (old) dan lebih dari 80 tahun (very old).
3. Penampilan Berbagai Penyakit Pada Usia Lanjut Menurut Sasmita (2011) fungsi masing-masing organ pada usia lanjut menurun secara kualitatif maupun kuantitatif. Tubuh manusia akan mengalami proses degeneratif. Perubahan fungsional pada usia lanjut, sebagaimana kesimpulan hasil survei literatur oleh Federal Aviation Administration, USA, dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu: a. Kemunduran pada fungsi psikoneurologi (faktor-faktor persepsi) yang menyangkut penglihatan dan pendengaran.
b. Kemunduran pada fungsi mental. Termasuk diantaranya daya kognisi (kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang), kemampuan belajar, daya ingat, mengambil keputusan. c. Kemunduran fungsi sensomotorik. Termasuk kemampuan gerakan dan menjalankan tugas yang kompleks. d. Kemunduran fungsi neurofisiologis yang meliputi penghantaran saraf otot dan refleks kardiovaskuler, disamping ketahanan terhadap stres dan kelelahan. Berkurangnya kemampuan metabolisme, dan produksi hormon. e. Kemunduran kepribadian. Motivasi, temperamen berkurang, tetapi rasa tanggung jawab, daya pengendalian diri, semakin membaik. Tingkah laku dan perhatian terhadap masyarakat menjadi stabil dan lebih sopan. Dengan lajunya pertambahan usia, yang ditandai dengan gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang dan kemampuan beradaptasi pada beban kehidupan maka beberapa keadaan patologis dapat mencampuri kehidupan seseorang dan menimbulkan “penyakit tua”.
4. Tipe-Tipe Lanjut Usia Menurut Suparyanto (2010) pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama anaknya. tipetipe lansia yaitu: a. Tipe Arif Bijaksana: yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan. b. Tipe Mandiri: yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
c. Tipe Tidak Puas: yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman. d. Tipe Pasrah: yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik. e. Tipe Bingung: yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget. Sedangkan Subijanto (2011) menjelaskan lanjut usia memiliki sifat psikis yang sangat khas yang memberikan pengaruh terhadap perlakuan atau pelayanan seperti apa yang seharusnya diberikan kepada lansia. Sifat psikis tersebut adalah: a. Tipe kepribadian konstruktif, pada tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. b. Tipe kepribadian mandiri, pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome dimana apabila pada masa lanjut usia tidak diisi dengan kegiatam yang memberikan otonomi pada dirinya. c. Tipe kepribadian tergantung, pada tipe ini sangat dipengaruhi kehidupan keluarga. Apabila kehidupan keluarga harmonis maka pada lanjut usia tidak akan timbul gejolak. d. Tipe kepribadian bermusuhan, pada tipe ini setelah memasuki masa lanjut usia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. e. Tipe kepribadian kritik diri, tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri yang sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
5. Kebutuhan Lanjut Usia a. Kebutuhan fisik Kebutuhan Lanjut Usia secara fisik meliputi sandang pangan, papan, kesehatan dan spiritual. Pelayanan kesehatan bagi Lanjut Usia sangat vital. Obat obatan ringan sebaiknya selalu siap didekatnya Bila sakit segera diobati. Dibutuhkan fasilitas pelayanan pengobatan rutin, murah, gratis dan mudah dijangkau. b. Kebutuhan psikis Kondisi lanjut Usia yang rentan secara psikis, membutuhkan lingkungan
yang
mengerti
dan
memahami
mereka.
Lanjut
Usia
membutuhkan teman yang sabar, yang mengerti dan memahami kondisinya. c. Kebutuhan social Lanjut Usia membutuhkan orang orang dalam berinteraksi sosial. Terutama kerabat, juga teman sebaya, sekelompok kegiatan dan masyarakat dilingkungannya. d. Kebutuhan ekonomi Bagi yang tidak memiliki pendapatan tetap, membutuhkan bantuan sumber keuangan. Terutama yang berasal dari kerabatnya. Secara ekonomi Lanjut Usia yang tidak potensial membutuhkan uang untuk biaya hidup. e. Kebutuhan.spiritual Umumnya mereka mengisi waktu untuk beribadah. Melalui Ibadah lanjut Usia mendapat ketenangan jiwa, pencerahan dan kedamaian menghadapi hari tua (Sri Gati, 2007).
B. Posyandu Lansia 1. Definisi Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat. Posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana pemberdayaan masyarakat dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat dengan bimbingan dari petugas puskesmas , lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Fatma, 2008). Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice) (Kemenkes RI, 2011). Menurut Erfandi (2008) posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya. Sedangkan Komnas Lansia (2010) menjelaskan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
2. Tujuan dan Sasaran Posyandu Lanjut Usia Menurut Pertiwi (2010) posyandu lansia bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdaya guna. Secara garis besar, layanan posyandu lansia bertujuan untuk: a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut. Sasaran posyandu Lansia adalah (Pertiwi, 2010): a. Sasaran langsung Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas). b. Sasaran tidak langsung Keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut, serta masyarakat luas.
3. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut (Erfandi, 2008): a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
4. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari konsep active ageing/menua secara aktif. Active Ageing adalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar (Komnas Lansia, 2010). Rumpin (2010) menjelaskan 10 jenis pelayanan posyandu lansia yaitu: a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari/activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut) c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.
f.
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. h. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7. i.
Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
j.
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
5. Kegiatan Posyandu Lansia Jenis kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lanjut usia yaitu (Komnas Lansia, 2010): a. Kegiatan pengukuran IMT melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali. b. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat. c. Kegiatan pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6 bulan. Namun bagi yang mempunyai faktor resiko seperti turunan kencing manis, gemuk sebaiknya 3 bulan sekali dan bagi yang sudah menderita maka
dilakukan di posyandu setiap bulan. Kegiatan pemeriksaan laboratorium ini dapat dilakukan oleh tenaga Puskesmas atau dikoordinasikan dengan laboratorium setempat. d. Kegiatan konseling dan penyuluhan kesehatan dan gizi harus dilakukan setiap bulan karena permasalahan lanjut usia akan meningkat dengan seiring waktu, selain itu dapat memantau faktor resiko penyakit-penyakit degeneratif agar masyarakat mengetahui dan dapat mengendalikanya. e. Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan. f.
Kegiatan aktivitas fisik/senam dilakukan minimal 1 minggu sekali diluar jadwal penyelenggaraan posyandu.
C. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia 1. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Azwar (2006) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu. Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami. Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan objek tersebut secara benar. c. Aplikasi. Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis. Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi. e. Sintesis. Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.
Evaluasi. Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (Wijaya, 2009).
2. Pelayanan Petugas
Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut menentukan kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan (BPPN, 2005). Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Subsistem SDM kesehatan bertujuan pada tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil-guna
dan
berdayaguna,
untuk
menjamin
terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (BPPN, 2005). Menurut Nasrul (2010) pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsumen. Pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan
masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu. Mujjahidah dkk (2008) menjelaskan bahwa lansia merupakan bagian dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bisa memberikan kepuasan seperti halnya pelayanan kesehatan pada posyandu lansia. Bagaimanapun juga untuk mengontrol dan mengetahui kondisi kesehatannya serta disesuaikan dengan kondisi ekonominya maka posyandu adalah sarana pelayanan kesehatan yang tepat untuk lansia. Keluhan masyarakat sering terjadi oleh karena pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan. Seiring dengan kemajuan pengetahuan, teknoligo kedokteran dan kesehatan diperlukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pohan dalam Henniwati (2008) juga menjelaskan beberapa aspek pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan seperti faktor dari petugas yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang digunakan dalam pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan.
3. Dukungan Keluarga Menurut Clark yang dikutip dari Purnamawati (2005) dukungan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada klien yang bersumber dari keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Dukungan sering memberi kepercayaan yang mempengaruhi jati diri spiritual klien. Keluarga dan teman menjadi sumber penting bagi klien dalam melakukan suatu kebiasaan.
Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other, misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (Notoatmodjo, 2007). Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis (Notoatmodjo, 2007). Purnama (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep Berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi lansia dalam kegiatan Posyandu Plus sesuai program yang telah direncanakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat lanjut usia. Pengetahuan lansia tentang Posyandu Plus erat kaitannya dengan penyuluhan kesehatan juga bentuk dukungan dan partisipasi dari berbagai kalangan dan sikap yang dilakukan oleh kader kesehatan dan tenaga kesehatan Puskesmas baik dalam bentuk pengumuman, selebaran, undangan ataupun penyuluhan. Pengetahuan tentang posyandu lansia akan dapat menumbuhkan kesediaan lansia mengikuti kegiatan posyandu. Kesediaan lansia mengikuti posyandu harus diiringi dengan pelayanan posyandu yang baik (Purnama 2010)
Variabel independen
Variabel dependen
Pengetahuan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pelayanan Petugas
Dukungan Keluarga Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional Definisi Alat Skala Cara ukur Hasil ukur Variabel Operasional ukur ukur Variabel dependen 1. Pemanfaatan Pelaksanaan Wawancara Kuesioner a. Memanfaatk Ordinal posyandu an atau kunjungan a. Memanfaatkan lansia yang dilakukan jika lansia b. Tidak oleh lanjut usia melakukan memanfaatk dalam program kunjungan tiap an posyandu bulan di posyandu b. Tidak Memanfaatkan jika lansia tidak melakukan kunjungan tiap bulan di posyandu Variabel independen 1. Pengetahuan Segala sesuatu Wawancara Kuesioner a. Baik Ordinal yang diketahui a. Baik : 76-100 b. Cukup lanjut usia % jawaban c. Kurang tentang benar pelaksanaan b. Cukup :56posyandu lansia 75% jawaban benar c. Kurang: < 56% jawaban benar Pelayanan 2. Pelayanan Wawancara Kuesioner a. Baik Ordinal diberikan oleh a. Baik, bila petugas b. Tidak jawaban benar ≥ kesehatan petugas
No
3. Dukungan keluarga
kesehatan pada saat posyandu lansia
50% b. Tidak baik, bila jawaban benar < 50%
Motivasi atau dorongan dari keluarga dalam pelaksanaan posyandu lansia
Wawancara a. Mendukung, bila jawaban benar ≥ 50% b. Tidak mendukung, bila jawaban benar < 50%
Kuesioner a. Mendukung Ordinal b. Tidak mendukung
C. Hipotesa Penelitian 1. Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia 2. Ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia 3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang tujuan utama
untuk
mengetahui
Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013 dimana dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat yang bersamaan (Notoadmojo, 2005).
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Desa Mon Ara Ujong Rimba. Pengumpulan data direncanakan pada bulan Juli 2013.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba berjumlah 60 orang. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Desa Mon Ara Ujong Rimba. Proses pengumpulan data dilapangan menggunakan teknik total sampling yaitu 60 orang.
D. Cara Pengumpulan Data a. Data Primer Yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia. b. Data Sekunder Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh Puskesmas Ujong Rimba, Dinas Kesehatan dan buku-buku yang menjadi referensi.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berupa sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh data yang perlu diketahui. Kuesioner dibuat sendiri berdasarkan telaah kepustakaan yang terdiri dari 40 diantaranya, 20 pertanyaan untuk pengetahuan, 10 pertanyaan untuk pelayanan petugas kesehatan, 1 pertanyaan untuk pemanfaatan posyandu dan 10 pertanyaan untuk dukungan keluarga. F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menurut Burdiarto (2004) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut: a. Editing Yaitu melakukan pengecekan kembali apakah semua item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya.
b. Coding Yaitu memberi kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. c. Transfering Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti. d. Tabulating Yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang
diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi
frekuensi.
2. Analisa Data a. Analisa Univariat Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya menggunakan perhitungan-perhitungan
statistik
secara
sederhana
penyebaran data menurut frekuensi antar kategori.
berdasarkan
hasil
Analisis dilakukan
terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo,
2005).
Kemudian
ditentukan
persentase
menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut. P=
F X 100% n
(P)
dengan
Keterangan : P = Persentase n = Sampel F = Frekuensi Teramati b. Analisa Bivariat Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau
tidaknya
perbedaan
yang
bermakna
secara
statistik,
dengan
menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan 1. Jika p value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima 2. Jika p value >0,05, maka disimpulkan H0 diterima dan ha ditolak,
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Desa Mon Ara merupakan salah satu Desa yang terletak di Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Baroh b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Paloh c. Sebelah Utara berbatasan dengan Ujong Rimba Cot d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dayah Jumlah lansia yang berumur dari 70 tahun keatas adalah 345, umur 5865 tahun berjumlah 509 orang dan umur 66 sampai 70 tahun berjumlah 261 orang dimana total keseluruhannya berjumlah 1115 jiwa, data lansia di Kemukiman Ujong Rimba total keseluruhannya adalah 345 jiwa sedangkan di Desa Mon Ara berjumlah 60 jiwa lansia. Desa Mon Ara Ujong Rimba terdapat beberapa fasilitas diantaranya seperti musolla, tempat pengajian, meunasah, polindes, dan WC umum. B. Hasil Penelitian Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang menjadi target penelitian, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut: 1. Analisa Univariat Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) dan variabel independet (bebas) yang meliputi: pemanfaatan posyandu, pengetahuan, pelayanan petugas dan dukungan keluarga. a. Pemanfaatan Posyandu Lansia Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No 1 2
Pemanfaatan Posyandu Lansia Memanfaatkan
Frekuensi (F) Persentase (%) 48
80.00
Tidak Memanfaatkan 12 20.00 Jumlah 60 100 Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas memanfaatkan Posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (80%).
b. Pengetahuan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No
Pengetahuan
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Baik
48
80.0
2
Cukup
9
15.0
3
Kurang 3 5.0 Jumlah 60 100 Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden berpengetahuan baik, yaitu sebanyak 48 responden (80%).
c. Pelayanan Petugas Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Pelayanan Petugas di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No
Pelayanan Petugas
Frekuensi (F) Persentase (%)
1
Baik
56
93.3
2
Tidak
4 60
6.7 100
Jumlah Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas sudah baik, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).
d. Dukungan Keluarga Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
No 1
Dukungan Keluarga
Frekuensi (F) Persentase (%)
Mendukung
56
93.3
2
Tidak Mendukung 4 6.7 Jumlah 60 100 Sumber data primer (di olah 2013) 2013 Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa dari 60 responden, mayoritas responden mengatakan mereka mendapatkan dukungan keluarga, yaitu sebanyak 56 responden (93,3%).
2. Analisa Bivariat Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: chi square ( ) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%). a. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Tabel 5. 5 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013 Pemanfaatan Posyandu Lansia No Pengetahuan
Jumlah
Memanfaatkan
%
Tidak Memanfaatkan
%
1 Baik
44
91.7
4
8.3
48 100
2 Cukup
4
44.4
5
55.6
9
3 12
100
3 100 60 100
3 Kurang 0 0 Jumlah 48 Sumber data primer (di olah 2013)
F
%
Uji Statistik P
100 0.000
Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). (91,7%) Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak sebanyak 5 responden (55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.000 0 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan gan pemanfaatan posyandu lansia.
b. Hubungan Pelayanan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Tabel 5. 6 Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013 Pemanfaatan Posyandu Lansia No
Pelayanan Petugas
1 Baik
Jumlah
Memanfaatkan
%
Tidak Memanfaatkan
48
85.7
8
14.3 56 100
4 12
100
2 Tidak 0 0 Jumlah 48 Sumber data primer (di olah 2013)
%
F
%
Uji Statistik P
0.001
4 100 60 100
Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Tabel 5. 7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Mon Ara Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013
Pemanfaatan Posyandu Lansia No
Dukungan Keluarga
1 Mendukung 2 Tidak Mendukung
Jumlah
Memanfaatkan
%
Tidak Memanfaatkan
48
85.7
8
14.3 56 100
0
0
4
100
Jumlah 48 Sumber data primer (di olah 2013)
12
%
F
4
%
100
Uji Statistik P
0.001
60 100
Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 responden yang berpengetahuan baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 44 responden (91,7%). Dari 9 responden yang berpengetahuan cukup, mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 5 responden (55,6%) dan responden yang berpengetahuan kurang mayoritas tidak memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 3 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.000 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khotimah (2010) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi Tahun 2010 didapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,001), dukungan sosial (p=0,010) dan peran kader (p=0,009). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, jenis kelamin, status tinggal, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Berdasaran hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang diperoleh oleh responden sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh lansia. Karena semakin tinggi pengetahuan yang diperoleh
maka akan semakin timbul kesadaran terhadap pemanfaatan posyandu sebagai sarana untuk mengecek kondisi kesehatan. Selain itu, pengetahuan dari keluarga membuat lansia lebih mudah untuk berinteraksi dengan petugas kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Azwar (2006) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. 2. Hubungan Pelayanan Petugas dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan pelayanan petugas secara baik, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan pelayanan petugas mayoritas tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0.05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiono (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan didapatkan hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berumur 60-69 tahun, berjenis kelamin perempuan sedangkan pendapatan, pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu jenis kelamin. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan posyandu lansia adalah peranan petugas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia, karena pelayanan yang diberikan akan turut memberikan pengaruh terhadap pandangan masyarakat, responden yang mendapatkan pelayanan yang baik tentunya akan mengunjungi lagi posyandu tersebut. Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup, faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut menentukan kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan,
sumber daya manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan (BPPN, 2005). Menurut Nasrul (2010) pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan persoalan konsumen. Pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh masyarakat, terjangkau serta bermutu. Pohan (2006, dalam Henniwati, 2008) juga menjelaskan beberapa aspek pelayanan kesehatan yang dapat mempengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan seperti faktor dari petugas yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang digunakan dalam pelayanan pengobatan dan perawatan, penegakan diagnosa sampai tindakan pengobatan. 3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa dari 56 responden yang mendapatkan dukungan keluarga, mayoritas memanfaatkan posyandu, yaitu sebanyak 48 responden (85,7%) dan dari 4 responden yang tidak baik mendapatkan dukungan keluarga tidak memanfaatkan posyandu lansia, yaitu sebanyak 4 responden (100%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0.001 (P < 0,05), di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Indragiri Tahun 2010 di dapatkan hasil bahwa variabel yang berhubungan secara signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga. Peneliti berasumsi bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu oleh lansia. Keluarga yang peduli tentang kesehatan lansia tentunya akan membuat lansia lebih termotivasi untuk memanfaatkan posyandu lansia. Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Definisi dukungan sosial sampai saat ini masih diperdebatkan bahkan menimbulkan kontradiksi. Dukungan sosial sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan emosi yang berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian, dan keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Sejumlah orang lain yang potensial memberikan dukungan tersebut disebut sebagai Significant Other, misalnya sebagai seorang istri Significant Other nya adalah suami, anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara (Notoatmodjo, 2007).
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan tersebut berupa dorongan, motivasi, empati, ataupun bantuan yang dapat membuat individu yang lainnya merasa lebih tenang dan aman. Dukungan didapatkan dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan keluarga dapat mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, rasa nyaman dan membuat orang yang bersangkutan merasa mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesejahteraan jiwa manusia. Dukungan keluarga berkaitan dengan pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis (Notoatmodjo, 2007). Purnama (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Dari hasil penelitian peneliti juga berasumsi bahwa petugas kesehatan memberikan penyuluhan secara jelas kepada lansia karena pelayanan kesehatan yang diberikan bisa memuaskan para lansia, dan j uga sikap yang ramah, dan sopan dari petugas kesehatan dapat membuat lansia menjadi senang.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1.
Ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia.
2.
Ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia
3.
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 5. Bagi Dinas Kesehatan Dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi dinas kesehatan untuk dapat digalakkan program posyandu lansia dengan baik. 6. Bagi Klien (Lansia) Penelitian ini diharapkan lansia dapat mengetahui atau memahami masalah yang terjadi pada lansia terutama kemampuannya dalam melakukan kegiatan posyandu dan aktifitas kehidupan sehari – hari yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia, dengan demikian lansia dapat menyesuaikan diri dan berusaha mencapai tingkat kemampuan seoptimal mungkin. 7. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai bahan masukan mengenai gambaran kemandirian lansia dalam kegiatan posyandu dan melakukan aktifitas kehidupan seharihari, serta aplikasi lapangan bagi teori yang didapatkan. 8. Bagi Penulis Agar dapat menambah pengalaman pembelajaran dibidang penelitian, dan mengembangkan ilmu yang telah di pelajari selama perkuliahan.
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI DESA MON ARA UJONG RIMBA KECAMATAN MUTIARA TIMUR KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk Pengisian Isilah identitas anda secara lengkap dengan menuliskan pada tempat yang tersedia 1. 2. 3.
No. Responden Tanggal Wawancara Umur Responden
: : :
Pemanfaatan posyandu 1. Apakah anda selalu datang berkunjung pada saat posyandu lanjut usia yang disediakan secara rutin setiap bulan? a. Ya b. Tidak Petunjuk Pengisian Berilah tanda cheklis (X) pada setiap item pertanyaan yang paling tepat menurut anda A. Pengetahuan 1. Salah satu tujuan di selenggarakan posyandu lansia adalah: a. Kader kesehatan yang trampil dan berprestasi b. Meningkatkan jangkaun pelayanan kesehatan lansia di masyarakat c. Meningkatkan komunikasi petugas dan masyarakat d. Semua jawaban benar. 2. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada lanjut usia saat Posyandu yaitu: a. Pemeriksaanaktivitas harian dan status mental b. Memberikan obat-obatan supaya selalu sehat c. Memberikan pil penambah darah (tablet besi) d. Memberikan suntikan vitamin 3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada aktifitas sehari-hari lansia saat Posyandu meliputi: a. Memberikan obat pencegah infeksi
b. Memberikan vitamin-vitamin c. Makan minum, mandi,berpakian, naik turun tempat tidur dan buang air besar dan kecil d. Imunisasi dan Pemberian Makanan Tambahan 4. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada lansia saat Posyandu adalah: a. Penimbangan rutin dan tensi darah b. Memberikan vitamin penambah nafsu makan c. Memberikan obat untuk mencegah infeksi d. Semua salah 5. Bagi seorang lansia, mamfaat Posyandu lansia adalah: a. Tempat memeriksa kesehatan lansia secara teratur b. Bisa mengobati berbagai penyakit yang diderita lansia c. Mendapatkan pelayanan kesehatan serta pengobatan sederhana terhadap masalah yang dialami lansia d. Lansia dapat bertemu dan berkumpul dengan sesama lansia 6. Tiga kegiatan Posyandu lansia terdiri dari: a. Pelayanan suntik, timbang berat badan, ukur tinggi badan b. Pelayanan imunisasi, gizi, penanggulangan diare c. Pelayanan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas d. Pelyanan lansia,penimbangan berat badan dan tinggi badan, penyuluhan dan konseling gizi 7. Pelaksanaan pelayanan Posyandu lansia adalah: a. Sebulan sekali b. Dua bulan sekali c. Tiga bulan sekali d. Enam bulan sekali 8. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni pada lansia bertujuan: a. Untuk mengetahui penyakit jantung b. Mendeteksi penyakit gula c. Mendeteksi penyakit kuning d. Pelayanan KB, imunisasi, pemberian vitamin A 9. Jika dalam kunjungan pemeriksaan di posyandu lansi di dapatkan kelainankelainan maka tindakan yang harus dilakukan: a. Pemberian obat-obatan b. istirahat c. rujuk ke puskesmas d. rujuk ke rumah sakit 10. Mamfaat Posyandu lansia bagi masyarakat adalah: a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia tas kelainan-kelainan yang terjadi
b. Masyarakat tidak lagi manderita penyakit c. Sebagai tempat untuk berobat penyakit menahun d. Masyarakat tidak perlu lagi ke RS atau Puskesmas
B. Pelayanan petugas Kesehatan Berilah tanda cheklis (√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar menurut ibu, dengan ketentuan Pilihlah jawaban yang tersedia yaitu :
No
PERNYATAAN
1.
Tenaga kesehatan berperan secara aktif dalam kegiatan posyandu lansia
2.
Petugas kesehtan yang menjalankan program posyandu senantiasa mau menghadiri pelaksanaan kegiatan posyandu setiap bulan
3.
Petugas kesehatan memberikan perhatian penuh kepada lansia dalam kegiatan posyandu lansia
4.
Petugas kesehatan selalu menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditetapkan dalam kegiatan posyandu
5.
Petugas kesehatan memiliki hubungan yang baik dengan lansia dalam kegiatan posyandu
6.
Petugas kesehatan memberikan pelayanan dengan penuh kasih sayang terhadap lansia pada saat posyandu lansia
7.
Petugas kesehatan selalu memberikan penjelasan yang membuat lansia merasa senang dan nyaman dalam kegiatan posyandu lansia
8.
Petugas kesehatan memberikan semangat kepada lansia pada setiap kegiatan posyandu untuk selalu menghadiri kegiatan posyandu karena itu berdasrkan kemauan dari para lansia sendiri
9.
Dalam setiap kegiatan posyandu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dengan tidak
Alternatif jawaban Ada Tidak
membeda-bedakan para lansia 10
Kegiatan posyandu lansia selalu dilaksanakan secara teratur dan tidak membuat para lansia harus menunggu dalam waktu yang lama.
C. Dukungan Keluarga Berilah tanda cheklis (√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar menurut ibu, dengan ketentuan Pilihlah jawaban yang tersedia yaitu : No 1
2
3 4
5
6
7
8
9
10
Pertanyaan Lansia perlu diantar oleh keluarga pada saat kunjungan ke posyandu agar memberikan perasaan senang dan nyaman Untuk memeriksa keadaan lansia tidak harus ditemani oleh keluarga, lansia dapat berjalan sendiri supaya lansia bersikap mandiri Para lansia tidak perlu memeriksakan kesehatan ketempat lain apabila rutin ke posyandu lansia Bila terjadi hal-hal yang menyangkut kesehatan lansia, maka yang harus dilakukan keluarga adalah segera membawa ibu kefasilitas kesehatan yang terdekat Keluarga tidak perlu memantau pemenuhan gizi lansia karena sudah ada yang melakukan pengontrolan yaitu di posyandu lansia keluarga boleh melarang lansia agar tidak melakukan kunjungan pada posyandu selama itu tidak bermanfaat bagi lansia Jika terjadi bahaya pada lansia keluarga wajib menanyakan pada petugas kesehatan yang melaksanakan program posyandu atas pelayanan yang sudah di berikan. Selama pelaksanaan posyandu ada hal-hal yang tidak berkenan dari keluarga atas pelayanan yang di berikan Perasaan was-was dan merasa tidak di hargai oleh keluarga akibat itu lansia mau melakukan kunjungan posyandu Lansia yang perawatan di rumah dilakukan dengan intensif tidak perlu melakukan kunjungan posyandu yang dilakukan di desa tiap bulan
Alternatif jawaban Ada Tidak
KUNCI JAWABAN
1.
Pengetahuan A
2. A
3.
D
4. A
5.
C
6. D
7.
A
8. B
9.
A
10. A
11. A
12. B
13. A
14. B
15. C
16. D
17. C
18. C
19. D
20. B
Partisipasi Petugas Kesehatan 1.
Ada
6. Tidak
2.
Ada
7. Ada
3.
Ada
8. Tidak
4.
Ada
9. Ada
5.
Tidak
10. Tidak
Dukungan Keluarga 1.
Ada
6. Tidak
2.
Tidak
7. Ada
3.
Tidak
8. Tidak
4.
Ada
9. Tidak
5.
Tidak
10. Tidak
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2008, Gizi Dalam Daur Kehidupan, EGC, Jakarta. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Budiarto, E. 2005. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC, Jakarta Depkes RI, 2012. Menuju Tua Sehat, Mandiri Dan Produktif. Jakarta Effendy, 2008, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGC, Jakarta. Fatma, 2008, Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat Untuk Hidup Sehat, Trans Info Media, Jakarta Hurlock, 2005, Psikologi Perkembangan, EGC, Jakarta. Kartika, 2011, Konsep Dukungan Sosial, http://artidukungansosial. blogspot.com/, Dikutip Tanggal 3 Januari 2013. Kemenkes RI, 2011, Pedoman Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, Jakarta. Komnas Lansia, 2010, Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komnas Lansia, Jakarta. Maryam, R. Siti, dkk, (2008) Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta : Salemba Medika Murwani, 2010, Gerontik, Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta. Nobelina dan Alfi, 2011, Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga Dan Self Regulated Learning, Jurnal Humanitas, Vol.8, No.1, Jakarta. Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta. __________, 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta, Rineka Cipta. ___________, 2007. Ilmu Promosi Kesehatan Dan Prilaku. Jakata, Rineka Cipta.
Pertiwi, 2010, Yandu Lansia, Jurdik Biologi FMIPA, Yogyakarta. Rumpin,
2010, Lansia Sehat, http://lppm.ugm.ac.id/sikib-ugm/rumpin_ hargotirto.yk, Dikutip tanggal 3 Januari 2013.
Setiawan, 2010, Kemandirian Pada Lansia, wordpress.com, Dikutip tanggal 3 Januari 2013.
http://stikeskabmalang.
Suparyanto, 2011, Konsep Dukungan, http://dr-suparyanto.blogspot.com /2012/03/konsep-dukungan-keluarga.html, Dikutip Tanggal 16 Juni 2012. Sri Gati Setiti, Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan (Studi Kasus Pada Lima Wilayah Di Indonesia), Puslitbangkes, Jakarta, 2007 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Kesehatan Lansia (Pasal 138). Wijayanti dkk, 2007, Hubungan Antara Dukungan Keluarga Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon Kehilangan Pada Lansia, Jornal Of Nursing, Vol. 2 No.1, FKM-UI, Jakarta.