FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN TAHUN 2010
OLEH : FRISTIYAN AHMAD DAULY NIM: 106101003323
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Desember 2010
Fristiyan Ahmad Dauly
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, 17 Desember 2010 Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323 Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. xix + 84 halaman, 14 tabel, 4 gambar, 4 lampiran. Abstrak Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 60 orang dari total populasi sebesar 96 orang buruh konstruksi. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel. Yaitu variabel umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja yang dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebanyak 39 orang (65%). Dari hasil uji statistik, variabel yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah umur (Pvalue=0,003), masa kerja (Pvalue=0,007) dan lama jam kerja (Pvalue=0,000). Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang terjadi pada buruh konstruksi yaitu dengan cara mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang berumur muda dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan, melakukan pengawasan yang lebih diprioritaskan kepada buruh konstruksi yang berumur kurang dari 29 tahun, memberikan waktu istirahat yang cukup untuk buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal, membuat shift kerja, memberikan reward dan punishment kepada buruh konstruksi, dan menekankan kepada buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari untuk lebih berhatihati dalam bekerja.
ii
Daftar bacaan : (1986 - 2011) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM CONCENTRATION HEALTH AND SAFETY Undergraduate Thesis, December 17th 2010 Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323 Factors Associated With Work Accidents On Construction Workers at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in 2010. xix + 84 pages, 14 tables, 4 images, 4 attachment. Abstract Accidents are unexpected events and is not expected that in the event there is no element of premeditation, even more so in the form of planning. Accidents can inhibit project development, material losses, lost time, disability which can reduce quality of life for workers and even death. Based on PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta evaluation accidents form in AprilSeptember 2010, obtained 22 cases of work accidents than 96 construction workers. This research is quantitative research with cross sectional desaign. The research was conducted at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in December 2010. The research sample of 60 construction workers from total population of 96 construction workers. Statistical test using Chi Square to see the relationship between two variables. That is the variable age, years of work units and long working hours are associated with workplace accidents on construction workers. The result showed that the construction workers who suffered work accidents as many as 21 people (35%) and construction workers who not suffered work accidents as many as 39 people (65%). From the results of statistical tests, variables related to the accident were age (p value = 0.003), years of work (p value = 0.007) and longer working hours (p value = 0.000). To reduce the number of accidents that occur on construction workers by training the young-old construction worker and increase the frequency of occupational health and safety training, to supervise a higher priority to the construction workers are younger than 29 years, providing adequate rest periods for construction workers who work more than the normal working hours, making the work shift, giving reward and punishment to the construction workers, and emphasizes the construction workers who worked > 8 hours / day to be more careful in the work. References : (1986 - 2011)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 17 Desember 2010
Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Pembimbing 1
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM Pembimbing 2
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 17 Desember 2010
Penguji I,
Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS Pembimbing 1
Penguji II,
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM Pembimbing 2
Penguji III,
Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK
v
CURRICULUM VITAE Nama Tempat, tanggal lahir Jenis kelamin Alamat Agama Status Pernikahan Nomor Handphone Email
: Fristiyan Ahmad Dauly : Jakarta, 18 April 1988 : Laki-laki : Jl. As-syafi'iyyah Gg. H. Muchtar No.4 Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur : Islam : Belum menikah : 085692840020, 02193421943 :
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 2006-Sekarang S1-Program Studi Kesehatan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Masyarakat,
Fakultas
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2003-2006
SMA Daar El-Qolam Tangerang
2000-2003
MTS Daar El-Qolam Tangerang
1994-2000
SD Yasporbi I Jakarta Selatan
PENGALAMAN ORGANISASI 2008-Sekarang Dewan Pembina Solidaritas Remaja Islam (SORIS) 2009-2010
Staf Ahli Departemen Agama BEM Jurusan Kesehatan Mayarakat 2009.
2008-2009
Staf Ahli Departemen Kesenian dan Keolahragaan BEM Jurusan Kesehatan Masayarakat 2008.
2008-2009
Staf Ahli Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII
2008-2009
Koordinator Publikasi Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I & II Kecamatan Paku Haji, Kabupaten Tangerang
2006-2007
Staf Ahli Departemen Kemahasiswaan BEM Fakulatas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2006
2006-2008
Staf Ahli Departemen Sosial Solidaritas Remaja Islam (SORIS)
vi
PENGALAMAN PELATIHAN DAN SEMINAR 2008 Pelatihan OSHAS 18001 dan ISO 14001 2008
Seminar Profesi K3 UIN Jakarta
vii
Lembar Persembahan ِب ْس ِبن ِهَّللا ِب ا ِهَّللال ْس َم ِب ا ِهَّللال ِب ِبن Anas ra. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT berfirman : Wahai anak Adam selama engkau berdoa dan berharap kepadaKu, niscaya kuampuni segala dosamu yang lalu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam jika dosamu membumbung setinggi langit lalu engkau minta ampunanKu, pasti engaku Kuampuni. Wahai adan Adam jika engkau datang kepadaKu dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu denganKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.
(HR. Tirmidzi) “Tulisan sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua selalu memenuhi hari-hari dengan doa dan kasih sayang, untuk adik-adikku tercinta, untuk my beloved women dan untuk sahabat-sahabat......”
viii
KATA PENGANTAR ا ال م عل كن ور ة هلل و ل كا ته Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan RahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya. Skripsi dengan judul ”Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010” disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat kepada : 1. Keluargaku yang tiada letih melimpahkan kasih sayangnya, kebahagiannya, semangatnya, dan perjuangan serta pengorbanannya yang tiada terhingga untukku. Terutama untuk ibu dan ayahku yang selalu mendoakanku disetiap waktuku. Tak lupa pula tuk adikku yang memberikanku semangat baru untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga kalian selalu dimudahkan oleh ALLAH dalam menempuh jenjang pendidikan. 2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Pembimbing I yang selalu siap memberikan bimbingan dan pengarahan yang membangun dalam proses penyusunan skripsi, terima kasih bapak atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Terima kasih kepada Ibu yang secara tulus dan penuh kesabaran membimbing dan mengajarkan banyak hal tentang kuliah dan kehidupan. 5. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
6. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku dosen penguji dalam sidang skripsi, terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi penguji dan memberikan bimbingan, saran-saran, kemudahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi. 7. Bapak Mulyono selaku Safety Supervisor yang telah banyak membantu dalam hal pengambilan data, saran dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk melengkapi skripsi penulis. Terima kasih atas semua waktu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. 8. Bapak Arief Budiman selaku salah satu SHE-O PT. PP (Persero) yang sudah memberikan masukan kepada penulis. 9. Seluruh Karyawan, Staff dan pekerja di PT. PP (Persero) khususnya Proyek Tiffani Apartemen Kemang, terimakasih atas waktunya, bantuannya, dan perhatiannya. 10. For My Beloved Women, Ratih Swari Puspita yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, candaan yang bisa membuat penulis tidak jenuh dalam mengerjakan skripsi, yang selalu menemani penulis untuk mengerjakan skripsi. Semoga cita-cita kita bisa tercapai. 11. Sahabat-sahabat terbaikku (Nouval, Andi, Adit Gizi, Fauzi Oji, Iban, Rawar, Taufik, Yunus, Ali Imran, Luthfi, Tri, Zenal, Said ) yang tidak akan pernah terlupakan, yang selalu memberikan semangat, arahan dan bimbingan. Trimaksih telah menghibahkan kosan, printer, tinta dan kertas free untuk menyelesaikan skripsi penulis. 12. Teman- teman UIN, FKIK, Kesmas, K3 Yang telah banyak memberikan dukungan dan kebaikan selama perkuliahan hingga saat ini. Thanks 4 all. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain. و ا ال م عل كن ور ة هلل و ل كا ته
Jakarta, 17 Desember 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
i
ABSTRAK .....................................................................................................
ii
ABSTRACT ...................................................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
iv
PANITIA SIDANG .......................................................................................
v
KURIKULUM VITAE .................................................................................
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................
7
1.3. Pertanyaan Penelitian ..............................................................................
8
1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................
9
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10 1.6. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecelakaan Kerja ..................................................................................... 12 2.1.1. Model Teori Kecelakaan Kerja .................................................. 12 2.1.2. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ......................................... 26 2.2. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .............................................. 28 2.2.1. Umur .......................................................................................... 28
xi
2.2.2. Jenis Kelamin ............................................................................. 29 2.2.3. Masa Kerja .................................................................................. 29 2.2.4. Lama Jam Kerja ......................................................................... 30 2.2.5. Shift Kerja .................................................................................. 30 2.2.6. Kebisingan ................................................................................. 31 2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan ..................................... 32 2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan ................................................. 32 2.2.7
Pencahayaan .............................................................................. 36
2.2.8
Lingkungan Kimia ..................................................................... 37
2.2.9
Beban Kerja ............................................................................... 37 2.2.10.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja) ........ 38 2.2.10.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ...................................... 40
2.2.10 Penggunaan APD ........................................................................ 40 2.2.11 Unit Pekerjaan ........................................................................... 41 2.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................... 41 2.4. Kerangka Teori ...................................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 46 3.2. Definis Operasional ................................................................................ 47 3.3. Hipotesis ................................................................................................. 48
BAB IV METODOLGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian .................................................................................... 50 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 50 4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 50 4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................................... 51 4.4.1. Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja, Masa Kerja dan Unsafe act ........................................................... 51 4.5. Pengolahan Data ..................................................................................... 52
xii
4.6. Analisis Data ........................................................................................... 53
BAB V HASIL 5.1. Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan ........................................................................................ 54 5.1.1. Visi dan Misi PT. PP (Persero) .................................................... 55 5.1.2. Kebijakan Perusahaan ................................................................. 55 5.1.3. Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero) ........................ 56 5.1.4. Sumber Daya Manusia ................................................................ 56 5.1.5. General Contractor ..................................................................... 57 5.1.6. Pengembangan ............................................................................. 57 5.1.7. Investor ........................................................................................ 58 5.1.8. Penunjang .................................................................................... 58 5.1.9. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O dan SS PT. PP (Persero) .... 58 5.2. Analisis Univariat ................................................................................... 60 5.2.1. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................................................. 60 5.2.2. Gambaran Umur Pekerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................................................. 61 5.2.3. Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................................................. 62 5.2.4. Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................................................. 63 5.2.5. Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .................................................................................. 64
xiii
5.3. Analisis Bivariat ...................................................................................... 65 5.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .......................................... 65 5.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 67 5.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 68 5.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 69
BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71 6.2. Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja, dan Unsafe Act pada Buruh Konstruksi ..................... 71 6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ................. 72 6.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja .................... 72 6.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja ........... 74 6.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja ...... 75 6.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja ... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78 7.2. Saran ....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
xiv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan AprilSeptember 2010 …………………………………………….
6
Tabel 2.1
Tingkat Paparan Kebisisnga …………………......................
33
Tabel 2.2
Estimasi Pengukuran Panas Metabolik ..................................
38
Tabel 2.3
Evaluasi Tingkat Beban Kerja ...............................................
40
Tabel 3.1
Definisi Operasional ..............................................................
47
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 …………………………….
61
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………………………...
62
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………………………...
63
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………………..
64
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………
65
Tabel 5.6
Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………….
66
Tabel 5.7
Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….
67
Tabel 5.8
Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
68
xv
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 …. Tabel 5.9
Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………………………………………..
xvi
69
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Bagan Konsep Model Epidemiological ………………
18
Gambar 2.2
Loss Causation Model Bird & Germain (1990) ………
25
Gambar 2.3
Kerangka Teori ……………………………………….
45
Gambar 3.1
Kerangka Konsep …………………………………….
47
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Surat Penerimaan dari PT. PP (Persero) Lampiran 3 Analisis Univariat Lampiran 4 Analisis Bivariat/
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semul yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (PERMENAKER No. 03 /MEN/1998). Menurut Suma’mur (1996), definisi kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling ringan sampai skala paling berat. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang langsung nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat
1
2
kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring dengan berkembangnya dunia industri di Amerika (Saehu, 2011). Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). (Mayulu, 2011 dan Yanri, 2006) Pada tahun 2009, pemerintah mencatat 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut mengalami tren menurun sejak 2007 yang sempat mencapai 83.714 kasus dan menurun pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Namun Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengakui bahwa kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara lain (Aryono, 2011). Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun. Tahun 2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002
3
terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418 kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, dan semester pertama 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus (Zubaedah, 2009). Namun, menurut data terakhir yang dilaporkan pada tahun 2008 adalah sebanyak 93.823 kasus kecelakaan kerja. Terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2007 yang hanya 83.714 kasus. Kasus kematian akibat kecelakaan kerja juga mengalami peningkatan dari sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 13.251 kasus menjadi 14.451 kasus pada tahun 2008. (Mayulu, 2011) Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI, jumlah kecelakaan kerja yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus dengan total asuransi yang dikeluarkan mencapai Rp 44,24 miliar. Sementara itu, jumlah pekerja yang ada di DKI mencapai 2.331.580 jiwa. Angka ini meningkat dari dua tahun sebelumnya. (Bataviase, 2011) Kepala Disnaker dan Trans DKI Deded Sukendar memberi contoh kejadian pada 2007, jumlah kecelakaan kerja mencapai 9.480 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 734 pekerja cacat fungsi, 529 kasus cacat sebagian, empat kasus cacat tetap, dan 634 kasus meninggal dunia. Sementara sebanyak 7.519 kasus atau 79 persen, sembuh dari kecelakaan. Dari data-data diatas, bisa diketahui bahwa kinerja penerapan K3 di perusahaan Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal, jika kita menyadari secara nyata bahwa volume kecelakaan kerja juga menjadi kontribusi untuk melihat kesiapan daya pesaing. Jika volume ini masih tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam menghadapi pasar global. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus
4
kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan adalah aset penting perusahaan. Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan, kompleksitas
dan
keanekaragaman
ukuran
organisasi,
yang
kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. (Effendy, 2011) Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990) fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Modelyang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes (penyebab dasar), Immediate Causes. (Katia, 2009)
5
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang telah disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) terdapat hubungan antara umur dan masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2000) terdapat hubungan antara shift kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang. Hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber) . PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah dan menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta No 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero) diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan melalui kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana.
6
Proyek yang dibangun oleh PT. PP (Persero) adalaha Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel, gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta, dan salah satunya proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek dimulai pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, masih didapatkan kasus kecelakaan kerja yang cukup signifikan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 1.1. Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010 Bulan April Mei Juni Juli Agustus September
Fatal -
Kecelakaan Cidera ringan 2 3 7 6 4
Berat -
Sumber : PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kasus kecelekaan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010 tercatat 22 kasus kecelekaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Hal ini belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga
7
Zero Accident. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
1.2 Rumusan Permasalahan Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dapat menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan yang menyangkut aspek kecelakaan kerja/keselamatan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Sejak tahun 2006 pemerintah terus meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan, sehingga angka kecelakaan kerja bisa ditekan menuju nihil kecelakaan kerja (zero accident). Namun, faktanya PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga Zero Accident Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kasus kecelakaan kerja tersebut, selain itu belum dilakukannya
8
penelitian pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 1.3 Pertanyaan Penilitian 1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun2010? 2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010? 3. Apakah ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010? 4. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010? 5. Apakah ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010? 6. Apakah ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010?
9
1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 3. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 4. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 5. Diketahuinya hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
10
6. Diketahuinya hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 1.5 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Perusahaan Memberikan informasi dan rekomendasi kepada PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan terkait hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. 1.4.2 Bagi Peneliti 1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah, khususnya dalam bidang K3. 2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan. 1.4.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 1. Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja. 2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.
11
3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan
di bidang
Kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena masih ditemukannya 22 kasus kecelakaan kerja pada buruh konstruksi dalam rentang waktu 5 bulan. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional (potong lintang). Data-data tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square untuk melihat hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Populasi penelitian adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010 dengan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait variable yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan data pendukung lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).
2.1.1 Model Teori Kecelakaan Kerja Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori kecelakaan sebagai berikut: 1) Teori Domino Heinrich Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar 12
13
kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W. Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa: a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja kurang hati-hati, dan banyak membuat kesalahan. b. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya. d. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya disertai dengan kerugian. e. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan bahkan kematian. Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki
14
kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi. Birds, memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian. Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan manajemen. 2) Human Error Model Russel Ferrel (dalam Colling, 1990), menyatakan bahwa kecelakaan merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebabpenyebab merupakan kesalahan manusia.
Kesalahan manusia
ini
disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini: a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya. b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan. c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil risiko.
15
Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumbersumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban dari dalam diri sendiri dan beban situasi. Sumber dari beban ini kemudian bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi. Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam situasi kerja. Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagianbagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat situasi. 3) Teori Kecelakaan Model Petersen Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2 (dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti yang dikemukakan dari teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-
16
penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau keduanya. Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3 (tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model. Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar. Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak tidak aman. 4) Model Epidemiologi Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment
17
yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan. Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990). Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan, tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan. Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang menyebabkan penyakit. Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan faktor-faktor
lingkungan disertai dengan situasi yang
melibatkan
pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan yang digunakan untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor lingkungan.
18
Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 : PEKERJA -Umur -Jenis Kelamin -Masa Kerja -Tingkat Pendidikan
PEKERJAAN KECELAKAAN KERJA
-Unit Kerja -Waktu Kerja
LINGKUNGAN -Fisik -Biologi -Kimia
Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological (Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990) a. Faktor pekerja, meliputi: - Umur Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian
kecelakaan
kerja.
Golongan
umur
tua
mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi (Hunter, 1975). Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun atau lebih.
19
Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (1989) dalam Arifin menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. - Jenis kelamin Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh laki-laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya, 1972). - Masa kerja Pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap kejadian kecelakaan sangat sulit untuk ditarik kesimpulannya, karena faktorfaktor yang berbeda yang mempengaruhi kecelakaan misalnya kebanyakan pekerja yang tidak berpengalaman dan masih muda dengan pekerja yang berpengalaman dan sudah dewasa. Untuk membedakan pengaruh karena umur dan pengalaman kerja ternyata sangat
sulit.
Berdasarkan
berbagai
penelitian,
meningkatnya
20
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan kerja (Suma’mur, 1981). - Pendidikan Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya kecelakaan karena akan berpengaruh pada pola berpikir dan cara menghindari terjadinya kecelakaan. Pendidikan juga berpengaruh terhadap lapangan dan jenis pekerjaan. Masalah lain yang perlu diperhatikan masih beragamnya penempatan pekerja yang berasal dari sekolah teknik dan non-teknik pada industri. Pekerja dengan latar belakang pendidikan teknik kecenderungan untuk mengalami kecelakaan lebih rendah dibanding pekerja yang berlatar belakang non-teknik (Simanjuntak, 1985). - Kelelahan Kelelahan merupakan keadaan umum pada individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur (1985), kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Sedangkan Grandjean (1983), menyatakan bahwa kelelahan merupakan fenomena kompleks fisiologis maupun psikologis yang sering menyebakan timbulnya kecelakaan. Kelelahan akan mengurangi kesiagaan yang bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.
21
- Antropometri Kurniawan (1983) menyatakan bahwa dengan ukuran tubuh manusia
dapat
dibuat
suatu
rancangan alat-alat
kerja
yang
sepadan/sesuai bagi pekerja yang akan menggunakannya dengan kemungkinan terciptanya kenyamanan kerja,
keselamatan dan
kesehatan kerja, serta estetika kerja. Ukuran antropometri berbeda menurut bangsa, jenis kelamin, dan umur. - Kapasitas kerja Kemampuan tiap pekerja berbeda-beda. Hal itu sangat tergantung pada keterampilan, keserasian keadaan gizi, jenis kelamin, umur, dan ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 1991). b. Faktor pekerjaan, meliputi : - Beban kerja dan jenis pekerjaan Menurut Sastrowinoto (1985), beban kerja adalah volume yang dibebankan kepada seorang pekerja dan hal ini merupakan tanggung jawab dari pekerja tersebut. Beban kerja harus seimbang dengan kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan atau kegagalan dalam pelakasanaannya. Sedangkan Suma’mur (1988) menyatakan bahwa jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja. - Lama jam kerja Dalam hal ini, lama jam kerja adalah lamanya waktu yang dipergunakan untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.
22
Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti
dengan
meningkatnya
angka
sakit
dan
kecelakaan
(Sastrowinoto, 1985). - Waktu kerja Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja. Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Achmadi, 1991). - Alat kerja Pada perusahaan industri, peranan alat kerja (mesin atau alat-alat) merupakan hal yang penting disamping pekerjanya. Menurut Budiono (1989), terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena faktor selain manusia hanya 10%. c. Faktor lingkungan, meliputi - Faktor kimia Faktor kimia dapat disebabkan oleh bahan baku produksi, proses produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk faktor kimia
23
dapat
digolongkan
ke
dalam
zat-zat
yang
korosif,
mudah
terbakar/meledak, dan lain-lain. - Faktor fisika a. Penerangan Penerangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan cahaya. Penerangan
yang
diperlukan
untuk
melakukan
pekerjaan
tergantung dari jenis dan sifatnya. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 100-3.000 lux (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002). b. Suhu ruangan Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 18 – 28 0C. Temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima oleh tubuh dalam ruangan. Hal itu akan memberikan efek aman bagi orang yang berada dalam ruangan (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002). c. Kebisingan Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Hal itu akan menimbulkan gangguan perasaan, komunikasi, hilangnya pendengaran sementara atau menetap sehingga risiko terjadinya kecelakaan kerja akan semakin meningkat. Tingkat kebisingan di ruangan kerja yang diizinkan maksimal 85 dBA (KepMenKes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002)
24
- Faktor biologi Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain yang diperlukan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi atau hasil produksi. 5) Loss Causation Model Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang terdiri dari: 1) Lack of Control (kurang kendali) Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam meneegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu: a. Inadequate programe Hal ini dikarenakan program yang
tidak bervariasi yang
berhubungan dengan ruang lingkup. b. Inadequate programe standards Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak baik.
25
c. Inadequate compliance -with standards Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering terjadi. 2) Basic Causes: (penyebab dasar) Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh: a. Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan. b. Job factor, tidak sesuainya design engineering. 3) Immediate Causes Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor substandard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 LACK OF CONTROL
BASIC CAUSES
IMMEDIATE CAUSES
Inadequate programe
Personal factors
Substandards Act
Inadequate programe standarad
Job factors
Substandard Conditions
INCIDENT
LOSS
Contact with
People
energy or substance
Inadequate compliance with standards
Property
Process
Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990)
26
Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat
terjadi
(combination Theori) (ILO, 1989). 2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam penggolongan, yaitu : 1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja a. Terjatuh. b. Tertimpa benda jatuh. c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh. d. Terjepit oleh benda. e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan. f. Pengaruh suhu tinggi. g. Terkena arus listrik. h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
27
i.
Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik. b. Alat angkut dan alat angkat. c. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik. d. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi. e. Lingkungan kerja. f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut. g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai. 3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan a. Patah tulang. b. Dislokasi atau keseleo. c. Regang otot atau urat. d. Memar dan luka dalam lain. e. Amputasi. f. Luka-luka lain. g. Luka di permukaan. h. Gegar dan remuk. i.
Luka bakar.
j.
Keracunan-keracunan mendadak (akut).
k. Akibat cuaca.
28
l.
Mati lemas.
m. Pengaruh arus listrik. n. Pengaruh radiasi. o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya. 4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh a. Kepala, Leher, dan Badan. b. Anggota atas. c. Anggota bawah. d. Banyak tempat. e. Kelainan umum. f. Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 2.2.1 Umur Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Menurut Hunter dalam Arifin (2005) Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi. Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun atau lebih. Berbeda dengan pendapat di atas, Gary Dessler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan
29
turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (Arifin, 2005) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergea-gesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang. 2.2.2 Jenis kelamin Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja ototnya. (Silastuti, 2006) 2.2.3 Masa kerja Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus dalam Kadarwati (2006), masa kerja dapat dikategorikan, menjadi : 1. Masa kerja baru : < 6 tahun 2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun
30
3. Masa kerja lama : > 10 tahun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang. 2.2.4 Lama Jam Kerja Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan. 2.2.5 Shift kerja Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja. Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Arifin, 2005). Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja (Benny dan Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Halinda (2000) terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang.
31
2.2.6 Kebisingan Kebisingan adalah
suara-suara
yang
tidak
diinginkan
manusia.
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau menetap. Bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getarangetaran melalui media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel (db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi- frekuensi diantara 1620.000 Hz. (Suma’mur, 1996) Pengukuran
kebisingan
biasanya
dilakukan
dengan
tujuan
memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang
32
dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker, 2004).
2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan
Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Intensitas kebisingan yang dianjurkan bedasarkan Kep. MenKes. No. 55 tahun 1999 adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Adapun tingkat paparan kebisingan maksimal selama satu hari pada ruang proses produksi yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tingkat Paparan Kebisingan No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian 85 8 jam 88 4 jam 91 2 jam 94 1 jam 97 30 menit 100 15 menit Sumber : Kep. MenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1999
2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan
Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh
33
berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.
1. Alat Pengukur Kebisingan Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah
34
chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga. Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.: Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut : a. Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan standar yang akan diacu dalam survei. b. Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere sound level meter (SLM) dan kalibrator, serta aksesories misalnya windscreen, rain cover, dan lain-lain. c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah pengukuran berlangsung. d. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan. e. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone (standar
IEC)
maka
SLM diarahkan
lurus
ke
sumber.
Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random incidence
microphone
(ANSI),
maka
SLM
harus
diorientasikan sekitar 70o - 80o terhadap sumber bising. f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah, maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik omnidirectional terbaik. g. Pemilihan weighting network yang sesuai.
35
h. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk mendapatkan pembacaan yang akurat. i.
Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking suara dari arah tertentu.
j.
Saat
pengukuran
berlangsung,
selalu
perhtikan
haal-hal
berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b). Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d). Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising yang diukur; (e). Selalu gunakan windshield (windscreen), dan (f). Tolak pembacaan overloud. k. Laporan harus terdokumentasi dengan baik. Laporan
ini
sedikitnya harus terdiri dari: (a). Sket pengukuran (meliputi orientasi dan kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber bising); (b). Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan respons detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara (impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising latar; termasuk chart yang digunakan untuk
perhitungan;
(h).
Kondisi
lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur (jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j). Tanggal pengukuran dan nama operator.
36
2.2.7 Pencahayaan Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja. Menurut ILO, beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja (Arifin, 2005). Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 1996). Penerangan di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah: 1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. 2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. 3. Kerusakan alat penglihatan. 4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).
37
2.2.8 Lingkungan kimia Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi. (Arifin, 2005) 2.2.9 Beban Kerja Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya (Manuaba,2000). Everly dkk dalam Munandar (2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit,
38
sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja. Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. 2.2.11.1
Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja) Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan
menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel 2.2
A
B
C D
Tabel 2.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik Body position and movement Kcal/min* Sitting 0.3 Standing 0.6 Walking 2.0 -3.0 Walking uphill Add 0.8 per meter rise Average Type of work Kcal/min Range kcal/min Hand work Light 0.4 0.2 – 1.2 Heavy 0.9 Work one arm Light 1.0 0.7 – 2.5 Heavy 1.8 Work both arms Light 1.5 1.0 – 3.5 Heavy 2.5 Work whole body Light 3.5 Moderate 5.0 2.5 – 9.0 Heavy 7.0 Very Heavy 9.0 1.0 Basal metabolism Sample calculation** Average Kcal/min Assembling work with heavy hand 0.6 tools 3.5
39
Standing 1.0 Two arm work 5.1 kcal/min Basal metabolism Total * For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m2 body surface (19.4 ft2) ** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial screening Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986 Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986, panas metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian beban kerja dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga kerja, pengamatan aktifitas tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan pengeluaran energi sesuai tabel perhitungan beban kerja. Pengamatan aktifitas kerja dilakukan dengan cara pengamatan pada kategori jenis pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap jam, kemudian posisi dan lama gerakan tersebut dicatat dan dihitung. 2.2.11.2
Evaluasi Tingkat Beban Kerja Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai dengan kategori OSHA pada tabel 2.3. (Vanani, 2008)
40
Tabel 2.3 Tingkat Beban Kerja No
Pengukuran Panas Metabolik
Tingkat Beban Kerja
1
< 200 kcal/jam
Ringan
2
200 - 350 kcal/jam
Sedang
3
350 - 500 kcal/jam
Berat
4
> 500 kcal/jam
Sangat Berat
Sumber : OSHA dalam Vanani, 2008 2.2.10 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Menurut Suma’mur (1996), APD adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
41
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik kimia adalah sebagai berikut: 1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya. 2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi. 3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan pekerja. 4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap bahaya. 5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya dengan menggunakan alat pelindung diri.
2.2.11 Unit Pekerjaan Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber) dengan Pvalue sebesar 0,014
2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya. Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14).
42
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996). Menurut Suma’mur (1989), yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut : 1. Peraturan perundangan Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja
pada
umumnya,
perencanaan,
konstruksi,
perawatan
dan
pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan kesehatan. 2. Standarisasi Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi mengenai
misalnya
konstruksi
yang
memenuhi
syarat-syarats
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri. 3. Pengawasan Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundangundangan yang diwajibkan. 4. Pengawasan bersifat teknik Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau
43
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambangtambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya. 5. Riset medis Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan. 6. Penelitian psikologis Yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
7. Penelitian secara statistic Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya. 8. Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan. 9. Latihan-latihan Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru, dalam keselamatan kerja. 10. Penggairahan Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
44
11. Asuransi Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik. 12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan Yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik, dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh (Suma’mur,1981:11).
45
2.3 Kerangka Teori Berdasarkan teori dikatakan oleh Russel Ferrel serta Surry (dalam colling;1990), faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, : umur, jenis kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan, pencahayaan, lama jam kerja, faktor kimia dan beban kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.3. Gambar 2.3 Kerangka Teori Umur Jenis Kelamin Shift Kerja Masa Kerja Kebisingan Pencahayaan
Kecelakaan Kerja
Faktor Kimia Beban Kerja Penggunaan APD Lama Jam Kerja Unit Pekerjaan Sumber : Surry (dalam colling;1990) dan Russel Ferrel
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL dan HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep ini mengacu kepada teori Surry (dalam colling;1990) dan Russel Ferrel yang menyatakan bahwa faktor utama penyeebab kecelakaan adalah : umur, jenis kelamin, shift kerja, masa kerja, kebisingan, pencahayaan, faktor kimia, beban kerja, penggunaan APD, lama jam kerja dan unit pekerjaan. Variabel yang diteliti adalah umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja. Untuk variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen (semua pekerja berjenis kelamin laki-laki), untuk variabel shift kerja tidak diteliti karena tidak ada pekerjaan yang menggunakan shift. Untuk Variabel Beban kerja tidak diteliti karena variabel ini akan diteliti pada variabel unit pekerjaan. Untuk variabel penggunaan APD tidak diteliti karena semua pekerja menggunakan APD. Adapun untuk variabel kebisingan, pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti karena keterbatasan alat penelitian. Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel bebas terdiri dari umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja dan kecelakaan kerja ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
46
47
Umur Masa Kerja Kecelakaan Kerja Unit Pekerjaan Lama Jam Kerja
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep 3.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel . 1. Kecelakaan kerja
2.
Umur
3.
Masa kerja
Definisi
Alat Ukur
Kejadian yang tak Kuesionar terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan (Suma’mur, 1989). Masa yang pernah Kuesioner dilalui seseorang sejak tahun kelahiran sampai waktu penelitian (Afriani, 2002). Masa yang dilalui Kuesioner buruh konstruksi sejak bekerja di jasa konstruksi PT. PP (Persero) sampai terjadinya
Cara Ukur
Hasil ukur
Skala
Wawancara
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
Wawancara
1. < 29 tahun 2. > 29 tahun
Ordinal
Wawancara
1. Baru ; < 6 tahun 2. Sedang ; 6 – 10 tahun 3. Lama ; > 10 tahun
Ordinal
48
No .
Variabel
Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil ukur
Skala
Bagian/tempat Kuesioner buruh konstruksi bekerja.
Wawancara
Ordinal
jam Lamanya waktu Kuesioner yang dipergunakan buruh konstruksi untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.
Wawancara
1. Struktur 2. Arsitektur 3. Mekanikal/ elektrikal 1. > 8 Jam/hari 2. < 8 Jam/hari
kecelakaan
4.
Unit Pekerjaan
5.
Lama kerja
Ordinal
3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010. 3. Ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
49
4. Ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variable independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. 4.3. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan yang masih aktif bekerja yang berjumlah 96 orang. Sedangkan sampel yang diambil menggunakan simple random sampling dan mengambil sampel sebanyak 60 buruh konstruksi yang mewakili populasi dengan menggunakan uji beda proporsi dengan rumus sebagai berikut :
n = [ Z1-/2 2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2 (P1-P2)2
Keterangan : n : 27 P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2} P1
: 0,69 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa kerja ≥ 5 tahun)
P2
: 0,26 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa kerja < 5 tahun)
50
51
Z21-/2 : Derajat kemaknaan pada uji dua sisi (two tail), = 5% Z1-
: Kekuatan uji 90%
Berdasarkan perhitungan uji statistik diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 responden dikalikan 2 menjadi 54 responden. Untuk menghindari terjadinya missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 6 dari jumlah sampel tersebut, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 60 orang
4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada pekerja PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dengan menggunakan profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan data pendukung lainnya. Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
4.4.1 Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Masa Kerja dan Lama Jam Kerja Data kecelakaan, umur, unit pekerjaan, masa kerja, dan lama jam kerja diperoleh melalui wawancara kepada pekerja dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.
52
4.5. Pengolahan Data Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Mengkode data (data coding) Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut. 2. Menyunting data (data editing) Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini. 3. Memasukkan data (data entry) Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi. 4. Membersihkan data (data cleaning) Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.
53
4.6. Analisis Data 1. Analisis Univariat Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel independen dan dependen yang dikehendaki dari tabel distribusi. 2. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen dengan melakukan uji Chi Square. Persamaan Chi Square: (O - E)2 2
X = E Keterangan : X2
= Chi Square
O
= Efek yang diamati
E
= Efek yang diharapkan Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya. Jika P
value ≥ 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.
BAB V HASIL 5.1 Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Pada saat itu didirikan, PT PP (Persero) telah dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT Semen Gresik Tbk, anak perusahaan dari BAPINDO di Gresik. Dalam rangka memenuhi Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah dan menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta No 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero) diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan melalui kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan, PT PP (Persero) menerima tugas untuk membangun proyek-proyek besar yang berkaitan dengan kompensasi perang Pemerintah
54
55
Jepang yang dibayarkan kepada Republik Indonesia, yaitu: - Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, Samudera Beach Hotel, gedung Fakulatas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta dan salah satunya adalah Proyek tiffani apartemen kemang jakarta selatan yang sedang berlangsung. Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek dimulai pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai. 5.1.1
Visi dan Misi PT. PP (Persero) Visi PT. PP (Persero) adalah Untuk menjadi pemimpin dalam industri
konstruksi dengan memberikan keunggulan nilai tambah kepada para pemangku kepentingan. Misi PT. PP (Persero) adalah Menyediakan jasa konstruksi untuk seluruh masyarakat Indonesia yang akan memberikan nilai tambah kepada semua stakeholder, Didukung oleh Sehat Struktur Keuangan, Efisien, Inovatif, Global Visi dan makmur juga memiliki karyawan. 5.1.2 Kebijakan Perusahaan Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam usaha Jasa Konstruksi, PT PP (PERSERO) menetapkan kebijakan dibidang Kualitas, Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan yang berlaku bagi Unit Kantor Pusat, Divisi Operasi (DVO), Cabang dan Proyek. 1. Quality Policy
Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan
56
Peningkatan Kualitas yang berkesinambungan
Pendekatan Rekayasa Teknik maupun Bisnis
Pemanfaatan Teknologi Mutakhir
Profesionalisme SDM yang berwawasan Global
2. Safety, Health and Environmental Policy
Mengurangi kehilangan waktu kerja (Lost Time) dan menurunkan angka kecelakaan di Proyek
Melakukan perbaikan yang berkesinambungan terhadap
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pengelolaan Lingkungan dengan melibatkan pihak terkait
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat dan mempertimbangkan Dampak Lingkungan dalam setiap kegiatan kerja
Penerapan Sistem Manajemen K3L
selalu mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku 5.1.3 Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero) Pada tanggal 12 Juni 2006, PT PP (PERSERO) telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:1999. Dan diikuti dengan diperolehnya Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:1999 pada tanggal 1 Agustus 2006. 5.1.4 Sumber Daya Manusia Pada akhir 2007, PT PP (Persero) memiliki 391 karyawan tetap, didistribusikan di Kantor Pusat, operasional Divisi, Cabang dan Proyek. Jumlah dana untuk pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2007 adalah Rp 2.38
57
miliar yang mewakili 8,03% dari total biaya yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia. PT PP (Persero) menerapkan kebijakan kesempatan yang sama dan mempromosikan berdasarkan prestasi, tanpa merujuk pada etnis, agama, ras, usia dan jenis kelamin. 5.1.5 General Contractor PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah berurusan dengan Jasa Konstruksi Umum sebagai bisnis inti yang meliputi: High-Rise Bangunan Jalan dan Jembatan Bendungan dan irigasi Hydro Electric, dan Coal Fired Power Plants, dan konstruksi-konstruksi lainnya. Mereka tidak hanya mempunyai nilai yang besar kepada masyarakat tetapi juga monumental, dan tanda bagi bangsa, seperti: Indonesia Hotel, Bali Beach Hotel, Cirata Hydro Electric Power Plant, Saguling Hydroelectric Power Plant, PLTU Suralaya, Tambak Lorok PLTU, Bendungan Wonorejo, Jalan Tol Padalarang, dan super jembatan Batam - Tonton Kabel Tinggal Bridge, dan banyak lainnya. 5.1.6 Pengembangan Pengembangan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah mengatur bisnis, terutama dalam mengelola dan menjual bangunan tinggi, berkaitan dengan usaha Real Estate/pengembang (REI anggota No 00,400) dan mengatur bisnis properti, terutama dalam mengelola dan menyewa tinggi bangunan bertingkat di Jakarta oleh anak perusahaan.
58
5.1.7 Investor Investasi PT. PP (Persero) telah berpartisipasi dalam pembangunan nasional di bidang infrastruktur, antara lain dengan membentuk anak perusahaan PT CITRA WASPPUTOWA untuk melaksanakan pembangunan Depok - Antasari Toll Road dari 22,8 km panjang. Pada ukuran yang lebih kecil PT. PP juga mengembangkan pusat perbelanjaan, mal dll 5.1.8 Penunjang PT PP (Persero) tidak memiliki anak perusahaan, tetapi memiliki investasi dalam bentuk kepemilikan saham dari beberapa perusahaan asosiasi. Tujuan dari investasi langsung ini adalah untuk mengembangkan usaha dalam bidang yang berkaitan dengan jasa konstruksi dan diharapkan untuk menghasilkan kontrak kerja konstruksi untuk Perusahaan. 5.1.9 Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O (Safety, Health and Environmental Officer) dan SS (Safety Supervisor) PT. PP (Persero) 1. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O : a. Menyusun perencanaan K3 dan Safety Plan. b. Membuat Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya K3 sesuai kebutuhan / kondisi proyek masing-masing. c. Melengkapi data-data, peraturan K3 dikawasan setempat atau peraturan lainnya yang terkait, Buku Prosedur dan Buku Saku K3 yang ditempatkan diproyeknya. d. Melakukan Safety Induction bagi seluruh pekerja baru dan Tamu.
59
e. Melaksanakan Safety Talk, Inspeksi K3 dan Safety Patrol. f. Melakukan rapat koordinasi K3 (Safety Meeting) dengan intern PP maupun dengan Subkontraktor dan Mandor. g. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil diproyeknya. h. Membuat Laporan Kecelakaan, Observasi dan Penyelesaian atas setiap kecelakaan yang terjadi baik itu kecelakaan ringan, berat maupun meninggal. i.
Membuat Laporan Bulanan & Lampirannya dan dikirim ke ASOP II dikantor Cabang III.
j.
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan bagi seluruh pekerja yang dilaksanakan oleh JAMSOSTEK, (koordinasi dengan SAM).
k. Memastikan bahwa fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) tersedia dan lengkap. l.
Memonitor secara rutin kondisi Alat Pemadam Kebakaran (APAR) dan memastikan bahwa Alat Pemadam Kebakaran dalam keadaan siap dan layak difungsikan.
m. Membuat data dan tanda pengenal untuk seluruh pekerja yang ada dilingkungan proyek. n. Mengkoordinir seluruh Safety Supervisor dan Pelaksana Housekeeping dari PP, maupun dari Subkontraktor dan Mandor didalam pelaksanaan seluruh kegiatan pekerjaan. o. Melakukan deteksi, analisa dan evaluasi untuk menghilangkan penyimpangan K3 serta meningkatkan mutu pelaksanaan K3
60
p. Memastikan pelaksanaan Housekeeping diproyek berjalan lancar. q. Mengikuti Audit K3 dan menindak lanjuti hasil dari Audit tersebut. 2. Tugas dan Tanggung Jawab SS : a. Melakukan Patroli untuk memonitor, mengawasi kegiatan pekerjaan dilapangan dan mengarahkan serta memberikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh pekerja supaya dapat bekerja dengan aman. b. Melakukan tindakan pencegahan secara langsung dilapangan apabila melihat suatu tindakan atau pekerjaan yang dilakukan berpotensi bahaya dan tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan K3. c. Memonitor dan melakukan perbaikan seluruh sarana K3 bila ada yang lepas / rusak, seperti Rambu K3, Railing dan lainnya. (Pelaksanaan bersama tim lapangan). d. Melaporkan seluruh hasil Safety Patrol kepada Safety & Health Officer dan memberikan masukan-masukan segala sesuatu yang berkaitan dengan kejadian-kejadian dilapangan. 5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Data kecelakaan kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan kecelakaan kerja pada
61
buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No
Kecelakaan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ya
21
35%
2
Tidak
39
65%
60
100%
Jumlah
Data diatas menggambarkan tentang kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang 2010. Sebanyak 21 buruh konstruksi (35%) mengalami kecelakaan kerja dan 39 buruh konstruksi (65%) lainnya tidak mengalami kecelakaan kerja. 5.2.2 Gambaran Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Data umur didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan umur pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.2
62
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1
< 29 tahun
32
53,3%
2
> 29 tahun
28
46,7%
60
100%
Jumlah
Dari data diatas diketahui bahwa buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun sebanyak 32 orang (53,3%), sedangkan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebanyak 28 orang (46,7%). 5.2.3 Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Data masa kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan masa kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.3
63
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No
Masa Kerja
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baru ; < 6 tahun
30
50%
2
Sedang ; 6-10 tahun
10
16,7%
3
Lama ; > 10 tahun
20
33,3%
60
100%
Jumlah
Masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun sebanyak 30 orang (50%), masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun sebanyak 10 orang (16,7%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun sebanyak 20 orang (33,3%). 5.2.4 Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Data unit pekerjaan didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan unit pekerjaan pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.4
64
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No
Unit Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Struktur
23
38,3%
2
Arsitektur
21
35%
3
Mekanikal/elektrikal
16
26,7%
60
100%
Jumlah
Data diatas menggambarkan tentang unit pekerjaan pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 yang bervariasi. Buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur sebanyak 23 orang (38,3%), yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 21 orang (35%) dan yang bekerja si unit mekanikal/elektrikal sebanyak 16 orang (26,7%). 5.2.5 Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Data lama jam kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan lama jam kerja pada buruh
65
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.5 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No
Lama Jam Kerja
Frekuensi
Persentase (%)
1
Tidak normal ; > 8 jam/hari
32
53,3%
2
Normal ; < 8 jam/hari
28
46,7%
60
100%
Jumlah
Data diatas menggambarkan sebanyak 32 buruh konstruksi bekerja > 8 jam/hari (53,3%), sedangkan 28 buruh konstruksi lainnya bekerja < 8 jam/hari (46,7%) 5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:
66
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Kecelakaan Umur
Ya
Total
Pvalue
Tidak
OR
N
%
N
%
N
%
< 29 tahun
17
53,1
15
46,9
32
100
> 29 tahun
4
14,3
24
85,7
28
100
Total
21
35
39
65
60
100
0,003
6,8
Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun sebanyak 17 orang (53,1%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 28 buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar 0,003. Artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur terhadap kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 6,8 yang artinya adalah buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih besar dari buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun.
67
5.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan masa kerja dengan kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut: Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Kecelakaan Masa Kerja
Ya
Total
Pvalue
Tidak
N
%
N
%
N
%
Baru ; < 6 tahun
16
53,3
14
46,7
30
100
Sedang ; 6-10 tahun
7
30
7
70
10
100
Lama ; > 10 tahun
2
10
18
90
20
100
Total
21
35
39
65
60
100
0,007
Data diatas menunjukkan bahwa dari 30 buruh konstruksi yang masa kerjanya baru ; < 6 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari 10 buruh konstruksi yang masa kerjanya sedang ; 6-10 tahun sebanyak 3 orang (30%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan dari 20 buruh konstruksi yang masa kerjanya lama ; > 10 tahun sebanyak 2 orang (10%) yang
68
mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistic, didapatkan P value sebesar 0,007. Artinya adalah pada α 5 % ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kecelakaan kerja. 5.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut: Tabel 5.8 Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Kecelakaan Unit Pekerjaan
Ya
Total
Pvalue
Tidak
N
%
N
%
N
%
Struktur
10
43,5
13
56,5
23
100
Arsitektur
7
33,3
14
66,7
21
100
Mekanikal/Elektrikal
4
25
12
75
16
100
Total
21
35
39
65
60
100
0,483
Data diatas menunjukkan bahwa dari 23 buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur sebanyak 10 orang (43,5%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari 21 buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 7 orang (33,3%) yang
69
mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 16 buruh konstruksi yang bekerja di unit mekanikan/elektrikal sebanyak 4 orang (25%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar 0,483, artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja. 5.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut: Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010. Kecelakaan Lama Jam Kerja
Ya
Total
Pvalue
Tidak
OR
N
%
N
%
N
%
Tidak Normal ; > 8 jam/hari
19
59,4
13
40,6
32
100
Normal ; < 8 jam/hari
2
7,1
26
92,9
28
100
Total
21
35
39
65
60
100
0,000
19
70
Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari sebanyak 19 orang (59,4%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 28 buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebanyak 2 orang (7,1%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar 0,000. Artinya adalah pada α 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja dan dengan nilai OR sebesar 19 yang artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat. 2. Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor-faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep karena tidak sesuai dengan kriteria penelitian. 3. Kesibukan responden pada saat bekerja menyebabkan responden agak lambat dalam pengisian kuesioner. 4. Penelitian ini tidak melihat seberapa kuat hubungan antara variabel yang diteliti. 5. Hasil dari pengukuran variable unit pekerjaan hanya terkumpul di unit struktur. 6.2 Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan dan Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi. Kecelakaan kerja menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
71
72
terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ). Berdasarkan hasil penelitian, buruh konstruksi yang pernah mengalami kecelakaan kerja (35%) lebih sedikit daripada buruh konstruksi yang tidak mengalami (65%) kecelakaan kerja, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun (53,3%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun (46,7%), masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun (50%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun (16,7%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (33,3%), buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur (38,3%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur (35%) dan unit mekanikal/elektrikal (26,7%) dan buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari (53,3%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (46,7%) 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja 6.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian kecelakaan kerja. Dessler (1998) dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian
73
akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir 60 tahun dan 70 tahun. ILO (1989) dalam Arifin (2004) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih kurang dalam pengalaman kerja. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,044). Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=6,8 yang artinya adalah buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih besar dari buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun. Semakin muda umur seseorang dalam bekerja akan mempengaruhi resiko kecelakaan kerja, karena buruh konstruksi yang berumur muda hanya mempunyai pengalaman kerja yang sedikit. Pada penelitian ini, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun dan mengalami kecelakaan kerja (53,1%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun dan mengalami kecelakaan kerja (14,3 %). Hal ini mungkin disebabkan karena beban pekerjaan proyek yang besar hingga proyek membutuhkan buruh konstruksi yang relatif muda (< 29 tahun).
74
Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang berumur muda untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan secara berkala. Menurut Siluka yang dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari pelatiahan secara umum adalah meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan dalam perencanaan sumber
daya
manusia,
semangat
kerja,
menunjang
pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. 6.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.007 (< 0,05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Hal yang sama telah dikemukakan oleh Kadarwati (2006) didalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,012). Dari hasil penelitan didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja dan masa kerjanya < 6 tahun (53,3%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun (30%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (10%). Jika masa kerja dihubungkan dengan umur buruh konstruksi maka akan ditemukan hubungan yang cukup signifikan antara kedua variabel tersebut, karena buruh
75
konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki masa kerja baru. Dari tabel 5.8 bisa diketahui bahwa masih ditemukannya kecelakaan kerja pada buruh konstruksi yang masa kerjanya berada diantara 6-10 tahun dan > 10 tahun, hal ini mungkin disebabkan oleh beban kerja yang dipikul besar sehingga mempengaruhi kinerja buruh konstruksi tersebut dan hasil akhirnya adalah kecelakaan kerja. Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang masa kerjanya baru untuk menambah wawasan tentang K3 agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja. Setelah itu, meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan secara berkala. Menurut Siluka yang dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari pelatiahan secara umum adalah meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia, semangat kerja, menunjang pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan dan keselamatan kerja. 6.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,483 (> 0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Dari hasil penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja di unit struktur (43,5%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang mengalami
kecelakaan
kerja
di
unit
arsitektur
(33,3%)
dan
di
unit
mekanikal/elektrikal (25%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara tempat dengan
76
kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang (Pvalue 0,02) dan peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja (Pvalue : 0,014) di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Hal ini mungkin disebabkan karena proyek sudah berjalan selama 8 bulan, semakin lama proyek tersebut berjalan maka semakin sedikit angka kecelakaan karena mungkin pada tahap ini beban kerja yang dipikul oleh buruh konstruksi lebih kecil dibandingkan pada tahap awal. Tetapi menurut tabel 5.9, unit struktur lebih banyak mengalami kecelakaan kerja dibandingkan unit pekerjaan yang lain. Hal ini disebabkan karena beban kerja pada unit struktur lebih besar dibandingkan unit pekerjaan lainnya. Misalnya mengangkat batu, mengaduk semen dan lain-lain. 6.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Menurut Suma’mur (1989), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 (< 0,05) hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Dari hasil penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan
77
kerja dan bekerja > 8 jam/hari (59,4%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (7,1%) dan didapatkan juga nilai OR=19 yang artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di hari kerja. Akan tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat kelelahan yang tinggi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja sebaiknya buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal diberikan waktu istirahat yang cukup dan pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya. Selain itu, buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati ketika waktu kerja sudah berganti menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik yang kuat.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja adalah sebesar 21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak mengalami kecelakaan kerja sebesar 39 orang (65%) 2. Gambaran buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun adalah sebesar 32 orang (53,3%) dan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebesar 28 orang (46,7%). 3. Gambaran masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun adalah sebesar 30 orang (50%), gambaran masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun adalah sebesar 10 orang (16,7%) dan gambaran masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun adalah sebesar 20 orang (33,3%). 4. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur adalah sebesar 23 orang (38,3%), gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur adalah sebesar 21 orang (35%) dan gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit mekanikal/elektrikal adalah sebesar 16 orang (26,7%).
78
79
5. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari adalah sebesar 32 orang (53,3%) dan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebesar 28 orang (46,7%). 6. Terdapat hubungan antara umur tehadap kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,003 dan OR=6,8. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,007. Terdapat hubungan antara lama jam kerja terhadapa kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,000 dan OR=19. 7. Tidak ada hubungan antara unit pekerjaan terhadap kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,483.
7.2 Saran 1. Buruh Konstruksi Sebaiknya buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati ketika waktu kerja sudah berganti menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik yang kuat. 2. Perusahaan (PT. PP Persero) 1. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang berumur muda untuk menambah pengetahuan agar terhindar dari terjadinya kecelakaan kerja. 2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal. 3. Sebaiknya pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya.
80
4. Perlu diberikan reward kepada buruh konstruksi yang mentaati peraturan dan punishment kepada buruh konstruksi yang tidak mentaati peraturan kerja khususnya peraturan K3. Selain itu, perlu ditingkatkannya pengawasaan (safety patrol) kepada buruh konstruksi yang sedang bekerja. 3. Pemerintahan Sebaiknya pihak pemerintah pusat dan daerah yang terkait melakukan kontrol dan evaluasi terhadap implementasi K3.
DAFTAR PUSTAKA Amir, Odri. Analisis faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja. Thesis S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2003. Arifin, Syamsul dkk. Hubungan menstruasi dan Kecelakaan Kerja pada PT. tahun 2004. (PKM Penelitian) Program Kreativitas Mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Indonesia. 2005. Arifin, Zainal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Bukaka Teknik. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2005. Aryono, Mufid. 2009, 54.398 kasus kecelakaan kerja terjadi di Indonesia. http://www.solopos.com/2010/channel/nasional/2009-54398-kasus-kecelakaankerja-terjadi-di-indonesia-11664 (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.24). Bataviase. Kecelakaan Kerja di DKI Tinggi. http://bataviase.co.id/node/127907 (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.17). Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. 1991. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Colling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc, 1990. Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan bulan April-September 2010. Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor Kep 51/Men/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Suhu Bola (ISSB) yang diperkenankan. Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Direktur Jendral PPM&PLP Tentag Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta : Depkes RI. Depnaker. 1996. Permenaker No. Keselamatan Kerja. Jakarta.
05/Men/1996
Tentang
Sistem
Manajemen
Depnaker. 2004. Training Material Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker.
81
82
Djunaedi, Zulkifli. Analisis kecelakaan kerja pada proyek penambangan batubara admo PT. Saptaindra Sejati berdasarkan laporan kecelakaan tahun 2006 – 2008. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyrakat, UI Depok, 2009. Effendy, Aspan. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. http://aspankuteng.blogspot.com/ (diakses tanggal 21 Januari 2011 pukul 21.26). Husna , Rofaul. Analisis tingkat risiko pada pengoperasian ketel uap di PLTU unit 3-4 UBP Priok Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Jakarta, 2009. ILO., 1989. Pencegahan Kecelakaan. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Jawawi, Iskandar. Beberapa Factor Resiko Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecelakaan Kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, 2008 Kadarwati, Rini .dkk. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang. Penelitian Mahasiswa dan Staf Pengajar FKM UNIMUS. Juni 2005Juni 2006. Katia. Analisis Kecelakaan Kerja Pada Proyek Penambangan BatuBara ADMO PT. Saptaindra Sejati Berdasarkan Laporan Kecelakaan Tahun 2006-2005. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009 Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan & Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press. Litbang KOMPAS. Klaim Kecelakaan Kerja Terbanyak. Selasa, 4 November 2008. http://www.kompas.co.id./index.klaim?act=detil&idb. (Diakses Tgl 30-12-2008 Pkl. 14.00 pukul 14.56). Majalah KATIGA (Bisnis, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja), Edisi 31 Tahun 2008. Jamsostek : Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Manuaba, A. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Wygnyosoebroto S. & Wiranto, SE. Eds. Proceeing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya. Surabaya, 2000. Mayulu, Erwan. Jamsostek Lakukan Analisa, Tingginya Musibah: Tiap Hari 7 Tewas, Puluhan Ribu Pekerja Alami Kecelakaan. http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?judul=Jamsostek%20Lakukan%20 Analisa,%20Tingginya%20Musibah:%20Tiap%20Hari%207%20Tewas,%20Pul
83
uhan%20Ribu%20%20Pekerja%20Alami%20Kecelakaan&kategori_tulisan=Hea dline (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 19.55) _____________. Kecelakaan dan Kematian Akibat Kerja Tinggi, Dimana Tanggung Jawabmu Jamsostek ?. http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?kategori_tulisan=Headline&judul =Kecelakaan%20dan%20Kematian%20Akibat%20Kerja%20Tinggi,%20Dimana %20Tanggung%20Jawabmu%20Jamsostek? (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 20.38) Mila, Siti Muslikatul. Hubungan antara masa kerja, pemakaian alat pelindung pernafasan (masker) pada tenaga kerja bagian pengamplasan dengan kapasitas fungsi paru PT. Accent House Pecangaan Jepara. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang, 2006 Munandar, A.S. Stress dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi. Penerbit Universitas Indonesia, 2001. NIOSH. Occupational Exposure to Hot Environments. U.S. Departement of Health and Human Services, Public Health Service, Center for Disease Control. Revised Criteria 1986. Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Prinsip–Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ramli, Soehatman. Keselamatan Konstruksi. Ulang Tahun ke-3 Milis Migas Indonesia 25 Agustus. 2003 Romi. Kajian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2005. Saehu,
Syaiful. Konsep Kecelakaan Kerja. http://syaifulsaehu.blogspot.com/2009/08/konsep-kecelakaan-kerja.html (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.20)
Santoso, Gempur. 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta: Prestasi Pustaka. OSHA (Ocupational Safey and Health Administration). Sari, Helinda. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan terhadap Kecelakaan yang Terjadi di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang. Skripsi FKM UI, Depok.
84
Silastuti, Ambar. Hubungan antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNS Semarang 2006. Sukamto. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada seismic survey di unit geodata acguisitian PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2004. Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji Masagung. Jakarta ________. 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Gunung Agung. Vanani, Nurul Sawitri. Gambaran Tekanan Panas Dan Keluhan Subyektif Pada Pekerja Di Bagian Curing PT Multistrada Arah Sarana, Tbk Tahun 2008. Skripsi S1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok, 2008 Warta Ekonomi. K3 Masih Dianggap Remeh. 2 Juni 2006. Jakarta Yanri, Zulmiar. Sistem Manejemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3), Membangun Budaya K3, Implementasi Dan Evaluasi. Kepala Pusat Keselamatan Kerja dan HIPERKES DEPNAKERTRANS. Jakarta, 2006. Zubaedah, Siti. Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan di Service Departement PT. Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009
Lampiran 1
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Jakarta Selatan pada bulan Mei-September 2010. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap. Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb,
Jakarta, November 2010
Peneliti
Responden
(Fristiyan Ahmad Dauly)
(....................................)
1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda. 2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda. 3. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan. Diisi oleh responden/pekerja UMUR 1 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir ?
A1 ( )
Tgl…………….bulan………tahun ………… KECELAKAAN KERJA 2 Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja dalam rentang waktu bulan Mei-September 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen ? 1. Ya 2. Tidak MASA KERJA 3 Sejak kapan anda bekerja sebagai buruh konstruksi ?
B1 ( )
C1 ( ) tahun…………
4
5
Apakah sebelumnya anda juga bekerja sebagai buruh konstruksi ? 1. Ya 2. Tidak Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.4, jika tidak langsung ke no.5 Sejak kapan anda bekerja di tempat sebelumnya?
C2 ( )
C3 ( )
tahun……… … 6
Jika tidak, anda dulu bekerja sebagai -………………… -………………… -…………………
UNIT PEKERJAAN 7 Saat ini anda bekerja di unit : 1. Struktur pada subunit ………………… 2. Arsitektur pada subunit ………………… 3. Mekanikal/elektrikal pada subunit ………………..
C4 ( )
D1 ( )
LAMA JAM KERJA 8 Berapa jam anda bekerja setiap harinya?
…………jam
E1 ( )
Lampiran 3 dan 4
ANALISIS UNIVARIAT Kecelakaan Kerja
Valid
ya tidak Total
Frequency Percent 21 35.0 39 65.0 60 100.0
Valid Percent 35.0 65.0 100.0
Cumulative Percent 35.0 100.0
Frequency Percent 32 53.3 28 46.7 60 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 53.3 53.3 46.7 100.0 100.0
Umur
Valid muda tua Total
Masa Kerja
Valid
baru Sedang lama Total
Frequency 30 10 20 60
Percent 50.0 16.7 33.3 100.0
Valid Percent 50.0 16.7 33.3 100.0
Cumulative Percent 50.0 66.7 100.0
Unit Pekerjaan
Valid
struktur arsitektur mekanikal/elektrikal Total
Frequency 23 21 16 60
Valid Percent Percent 38.3 38.3 35.0 35.0 26.7 26.7 100.0 100.0
Cumulative Percent 38.3 73.3 100.0
Lama Jam Kerja
Valid
tidak normal normal Total
Frequency 32 28 60
Percent 53.3 46.7 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 53.3 53.3 46.7 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Umur Crosstab
umur klompok
muda
tua
Total
Count % within umur klompok Count % within umur klompok Count % within umur klompok
kecelakaan kerja ya tidak 17 15 46.9 53.1% % 4 24 85.7 14.3% % 21 39 65.0 35.0% %
Total
32 100.0% 28 100.0% 60 100.0%
Chi-Square Tests
Value 9.902(b) 8.268 10.491
df 1 1 1
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) .002 .004 .001 .003
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test .002 Linear-by-Linear 9.737 1 .002 Association N of Valid Cases 60 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80. Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower
Upper
Odds Ratio for umur klompok (muda / tua)
6.800
1.918
24.115
For cohort kecelakaan kerja = ya
3.719
1.418
9.750
.547
.367
.815
For cohort kecelakaan kerja = tidak N of Valid Cases
60
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Masa Kerja
Crosstab kecelakaan kerja ya masa kerja baru klompok
Count
sedang lama Total
Total
tidak 16
14
30
% within masa kerja klompok
53.3%
46.7%
100.0%
Count % within masa kerja klompok
3
7
10
30.0%
70.0%
100.0%
2
18
20
10.0%
90.0%
100.0%
21
39
60
35.0%
65.0%
100.0%
Count % within masa kerja klompok Count % within masa kerja klompok
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 10.037(a) 11.018 9.859
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2-sided) .007 .004 .002
60
a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50.
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Unit Pekerjaan Crosstab
unit pekerjaan
Total
struktur
Count % within unit pekerjaan arsitektur Count % within unit pekerjaan mekanikal/elektrika Count l % within unit pekerjaan Count % within unit pekerjaan
kecelakaan kerja ya tidak 10 13
Total 23
43.5%
56.5%
100.0%
7
14
21
33.3%
66.7%
100.0%
4
12
16
25.0%
75.0%
100.0%
21
39
60
35.0%
65.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 1.456(a) 1.473 1.427
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2-sided) .483 .479 .232
60
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Lama Jam Kerja Crosstab kecelakaan kerja ya tidak lama jam kerja tidak normal kelompok
Count % within lama jam kerja kelompok Count % within lama jam kerja kelompok Count % within lama jam kerja kelompok
normal
Total
Total
19
13
32
59.4%
40.6%
100.0%
2
26
28
7.1%
92.9%
100.0%
21
39
60
35.0%
65.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Df 17.908(b) 1 15.686 1 20.054 1
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 17.610 1 .000 Association N of Valid Cases 60 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80. Risk Estimate Value
95% Confidence Interval Lower Upper
Odds Ratio for lama jam kerja kelompok (tidak normal / normal)
19.000
3.829
94.289
For cohort kecelakaan kerja = ya
8.313
2.121
32.579
.438 60
.284
.673
For cohort kecelakaan kerja = tidak N of Valid Cases