FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Hajar Safi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I : Dra. Tuti Wantu, M.Pd, Kons. Pembimbing II : Meiske Puluhulawa, M.Pd ABSTRAK Kesulitan belajar merupakan kesalahan atau suatu gangguan yang ada pada diri siswa sehingga proses belajarnya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Permasalahan penelitian SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa? Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif untuk membahas tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa, dengan anggota sampel berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data utama menggunakan angket, wawancara dan observasi sebagai pelengkap. Data dianalisis dengan menggunakan analisis persentase. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kesulitan belajar siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango disebabkan oleh faktor intern siswa dengan persentase 40,70%, sedangkan ekstern siswa dengan persentase 29,83%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab kesulitan belajar yang paling dominan adalah dari faktor intern siswa yaitu masalah yang muncul pada diri sendiri. Saran bagi guru pembimbing dapat menyelesaikan kesulitan belajar yang ada pada diri siswa. Kata Kunci: kesulitan belajar
1
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Jadi, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dan belajar itu juga merupakan suatu proses upaya yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Disetiap sekolah diberbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Begitu juga peneliti temukan di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango berdasarkan pengamatan selama PPL di sekolah tersebut. Masalah kesulitan belajar yang paling dominan yang ditemukan yaitu, siswa tidak memahami mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran matematika, bahasa inggris sehingga dalam pemberian materi siswa tersebut membutuhkan penjelasan dari guru 2-3 kali agar paham tentang materi yang di berikan, siswa juga tidak ada motivasi belajar karena banyak pengaruh dari lingkungan seperti tidak harmonis hubungan orang tua mereka yang sering bertengkar ada juga orang tua yang sudah berpisah, dan ada ajakan dari teman sepermainannya sehingga siswa terebut tidak mengikuti proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa rendah. Dari masalah inilah siswa mengalami kesulitan belajar sehingga berpengaruh kepada nilai mereka. Kesulitan belajar merupakan suatu kesalahan atau suatu gangguan yang ada pada diri siswa sehingga proses belajarnya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Mengapa sehingga Kesulitan belajar tersebut harus dapat diatasi, karena dengan adanya kesulitan belajar, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Bertolak pada masalah yang diungkapkan pada uraian tersebut, peneliti terdorong untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa, melalui penelitian ini dengan judul “Faktor-Faktor
2
Penyebab Kesulitan Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango”. Mengacu pada uraian latar belakang masalah, dapat diindentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. (a) Siswa memiliki prestasi belajar yang rendah (b) Kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran tertentu. (c) Siswa tidak ada motivasi untuk belajar. Berdasarkan indentifikasi, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango?Adapun tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk mengetahui Faktor-faktor penyebab kesuliatan belajar siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Manfaat dari penelitian yakni: (a) Memperkaya kajian tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermaanfaat sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut, khususnya yang meneliti lebih dalam tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa. (b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dan dapat menjadi masukan kapada guru pembimbing dalam memahami karakter siswanya sebagai dasar untuk membantu pengembangan potensi mereka bahkan sampai pada posisi penentuan bantuan kepada mereka. KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Dimyati Mahmud (dalam Subini, 2012 : 83) Belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengalaman. Dalam hal ini juga dapat ditekankan bahwa pentingnya perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. H.C. Witherington (dalam Aunurrahman, 2011 : 38) Mengemukan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Menurut Chaplin (dalam Syah, 2011 : 65) belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman
3
dan belajar juga merupakan proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus. R. Berguis (dalam, Slameto, 2003 : 8) Memberikan arti belajar sebagai transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi kesituasi lain. Belajar disebut produktif bila individu individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. Pengertian belajar menurut Ernest H. Hilgard (dalam Subini, 2012 : 82) adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi dari pada sebelum itu. Drs. Slameto (dalam Djamarah, 2008 : 13) Merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya belajar bagamana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Nichol (dalam Aunurrahman, 2010 : 33). James O. Wittaker (dalam Djamarah, 2011 : 12) Merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Hilgard (dalam Yudhawati, 2011 : 32) menyatakan Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar perubahan perilaku ini merupakan perolehan menjadi hasil hasil belajar. Belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Winkel (dalam Purwanto, 2008 : 45).
4
Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dantingkah laku dan belajar juga sebagai pengetahuan yang diperoleh dari instruksi. Gagne (dalam Slameto,2003 : 13). Howard L. Kingsley (dalam Ahmadi, 2004 : 127) Mengemukakan bahwa belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar juga adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Dari pengertian belajar menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri seseorang, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Prinsip-Prinsip Belajar Davies (dalam Aunurrahman 2011 : 133), mengingat beberapa hal yang dapat menjadi kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses belajar yaitu : a. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya. b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. c. Seseorang murid libih banyak belajar bila mana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement). d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, mungkin murid belajar secarah lebih berarti. e. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengikat lebih baik. William Burton (dalam Hamalik, 2001 : 31) Menyimpulkan uraiannya yang cukup panjang tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
5
a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going). b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaranmata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan bersumber dari kebutuhan dan tujuan . c. Pengalam belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d. Pengalaman belajai kebutuhan bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu. e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha secara materiil dipengaruhi dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid. g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. h. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama, tetapi dapat didiskusi secara terpisah. Dari prinsip-prinsip menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar itu berlangsung secara seumur hidup yang terjadi dimana saja dan waktu kapan saja yang harus secara konsisten dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal dan dapat bermanfaat bagi diri sendiri. Peranan Guru Dalam Proses Belajar Peran guru dalam proses belajar menurut Biggs (dalam Subini, 2012 : 109) sebagai berikut : a. Pengajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah. Misalnya persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual, bagaiman memilih pekerjaan dimasyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah lakau sosial anak dan sebagainya.
6
b. Pendidik. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakn peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter) tugastugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu patuh dalam disiplin sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. c. Pembimbing. Guru harus berusaha membimbing anak didik agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru juga harus dapat membimbing anak agar dapat mencapai dan melaksankan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. d. Korektor. Dalam sekolah, latar belakang kehidupan anak didik yang berbedabeda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat diman anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. e. Fasilitator. Dalam peranannya sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan terciptanya kemudahan kegiatan belajar anak didik. f. Mediator. Dalam peranannya sebagai mediator guru menjadi penengah dalam proses pembelajaran anak didik. g. Supervisor. Guru harus menguasai berbagai teknik supervisi agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar anak. h. Evaluator. Sebagai evaluator, guru dituntut untuk seseorang yang baik dan jujur. Penilaian yang dilakukan harus menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Dari beberapa peranan guru dalam belajar dapat disimpulkan bahwa guru adalah tongkat keberhasil siswa, berhasil tidaknya belajar siswa tergantung pada cara guru mendidiknya. Pengertian Kesulitan Belajar Lerner (dalam Subini, 2012 : 58) mengemukakan kesulitan belajar adalah istilah umum dalam berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca menulis, dan menghitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena faktor lingkungan, melainkan faktor kesulitan dari dalam
7
individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemprosesan informasi terhadap objek yang diinderainya sendiri. Mursell (dalam Mulyono, 2003 : 33) menjelaskan kesulitan belajar bagi anak didik tidak hanya bersumber pada obat-obatan terlarang dan lingkungan masyarakat yang buruk, tetapi juga dapat bersumber dari media cetak dan elektronik. Di antara bahan bacaan dan majalah atau Koran bermutu. Abdurrahman (dalam Yudhawati, 2011 : 93) Menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Hammill, et al., (dalam Subini, 2012 : 58) mengemukakan kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengar, bercakapcakap, membaca, menalar dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrnsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Menurut Reber (dalam Syah, 2004 : 186) bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah kesulitan yang dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkah laku yang terjadi tidak sesuia dengan partisipasi yang diperoleh sebagai temanteman kelasnya. Menurut Lovitt (dalam Subini, 2012 : 58) kesulitan belajar adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber dari masalah neurologis, yang mengganggu perkembangan kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal dan non verbal. Individu kesulitan belajar memiliki inteligensi tergolong rata-rata atau diatas rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka memiliki gangguan sistem sensoris. Dari pengertian kesulitan belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa orang yang mengalami kesulitan belajar itu bermacam-macam, tidak ada orang yang mengalami kesulitan itu sama persisnya, walaupun jenis kesulitannya sama. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Muhibbin Syah (dalam Djamarah, 2008 : 235) misalnya dilihat dari dua aspek diatas. Menurutnya faktor-faktor penyebab kesulitan belajar gangguan dan kekuranganmampuan psiko-fisik siswa, yakni berikut ini :
8
meliputi
a. Faktor Intern Siswa (faktor dalam diri sendiri) Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Yang bersifat kongnitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa. 2) Yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), anatara lain seperti tergangunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa (faktor dari luar diri/lingkungan) Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu. 2) Lingkungan perkampungan/masyarakat (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa diabaikan dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya. Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab penyerta lainnya mutlak dilakukan secara akurat, afektif, dan efisien. Menurut Sam Isbani dan R. Isbani (dalam Ahmadi, 2004 : 97) Langkahlangkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : Pengumpulan data, Pengolahan data, Diagnosis, prognosis, treatment (perlakuan), evaluasi. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang membahas tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango.
9
Tehnik utama dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan Angket. Angket tersebut diuji validasi 100 orang di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, dari hasil uji validitas 40 item pernyataan, terdapat 39 Item pernyataan yang valid dan 1 pernyataan yang tidak valid. Sedangkan, wawancara dan observasi sebagai tehnik pendukung. Pengujian validitas angket pada penelitian ini menggunakan korelasi pearson. Cara analisisnya dengan cara menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai pada nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pernyataan tersebut. Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh r diuji signifikansinya dengan membandingkannya dengan r tabel. Bila r hitung > r tabel, maka nomor pernyataan tersebut valid. Untuk r tabel diperoleh nilai 0,195 karena jumlah sampel uji coba angket adalah 100 responden. Berdasarkan hasil pengolahan data melalui MS. EXCEL. Uji reliablitas instrumen ini menggunakan Cronbach alpha (Riduwan, 2005: 115). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dibandingkan dengan nilai rtabel n = 100 dan taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,195, maka didapat nilai r hitung = 0,839 > r tabel = 0,195, perbandingan ini menunjukan hasil yang signifikan dengan kata lain reliabilitas instrumen ini sangat baik atau dapat dipercaya. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis persentase, analisis dilakukan dengan melihat sebaran angket dari seluruh responden. Hasil sebaran angket tersebut kemudian dipersentase dengan menggunakan tabel frekuensi (persentase). HASIL PENELITIAN Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data angket tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa SMP 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis persentase. Berdasarkan hasil pengolahan data faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dengan indikator intern siswa menunjukan bahwa terdapat 40,70% penyebab kesulitan belajar siswa dari dalam diri. Dan indikator ekstern siswa menunjukan bahwa terdapat 29,83% penyebab kesulitan belajar siswa dari lingkungan.
10
Indikator Intern Siswa Berdasarkan hasil pengolahan data indikator intern siswa dengan deskriptor ranah rasa menunjukan bahwa terdapat 53,33% penyebab kesulitan belajar siswa karena rendahnya kapasitas intelektual siswa. Deskriptor ranah rasa menunjukan bahwa terdapat 37,62% penyebab kesulitan belajar siswa karena labilnya emosi dan sikap. Deskriptor ranah cipta menunjukan bahwa terdapat 27,14% penyebab kesulitan belajar siswa karena terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran. Indikator Ekstern Siswa Berdasarkan hasil pengolahan data indikator ektern siswa dengan deskriptor lingkungan keluarga menunjukan bahwa terdapat 20,00% penyebab kesulitan belajar
siswa karena tidak harmonisnya hubungan ayah dan ibu. Deskriptor
lingkungan perkampungan menunjukan bahwa terdapat 42,92% penyebab kesulitan belajar siswa karena pengaruh dari teman sepermainan yang nakal. Deskriptor lingkungan sekolah menunjukan bahwa terdapat 22,22% penyebab kesulitan belajar siswa karena kondisi dan linkungan sekolah yang buruk, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh data yang menggambarkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa. Adapun indikator yang diukur adalah : Faktor intern siswa dengan persentase 40,70% dengan tiga desktiptor yaitu: a). Ranah rasa dengan persentase 53,33% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar penyebabnya karena siswa itu sangat sulit untuk memahami pelajaran dan juga perlu 2-3 kali penjelasan dari guru agar paham tentang materi yang diberikan oleh guru. b). Ranah karsa dengan persentase 37,26% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena penyebabnya siswa cepat emosi ketika guru mencoret tugas yang dibuatnya dan juga cepat emosi ketika ada teman yang sedang mengejeknya sehingga dia merasa malas untuk belajar. c). Ranah cipta dengan persentase 27,14% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar
11
penyebabnya karena penglihatan terganggu sehingga siswa merasa kurang nyaman dalam belajar begitu juga dengan pendengaran yang kurang jelas sehingga siswa merasa tidak nyaman dalam penerimaan materi. Dilihat dari hasil persentase indikator intern siswa kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar dari deskriptor ranah rasa dengan persentase 53,33% dengan faktor penyebabnya dari dalam diri. Faktor ekstern siswa dengan persentase 29,83% dengan tiga deskriptor yaitu: a). Lingkungan keluarga dengan persentase 20,00% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar penyebabnya karena kurang adanya perhatian dari orang tua dan selalu sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga siswa tersebut merasa malas untuk belajar. b). Lingkungan perkampungan dengan persentase 42,92% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar penyebabnya karena selalu diajak bermain sama teman sehingga siswa tidak konsentrasi dalam belajar dan juga sekitran rumah sangat ribut sehingga mereka merasa malas untuk belajar. c). Lingkungan sekolah dengan persentase 22,22% dari hasil persentase tersebut kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar penyebabnya karena ruang kelas yang sangat panas sehingga mereka tidak nyaman dalam belajar dan juga mereka kurang suka dengan cara guru mengajar karena caranya membosankan. Jadi dilihat dari hasil persentase indikator ekstern siswa kebanyakan siswa yang mengalami kesulitan belajar dari deskiptor lingkungan perkampungan dengan persentase 42,92% dengan faktor penyebabnya dari luar diri yaitu lingkungan. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dengan dua indikator yaitu intern siswa dengan persentase 40,70% dan ektern siswa dengan persentase 29,83%. Dapat disimpulkan bahwa dari dua faktor penyebab yang paling dominan adalah penyebabnya dari dalam diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis secara kuantitatif diperoleh bahwa terdapat faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa di SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango. Data kuantitatif tersebut kemudian didukung dengan analisis data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dengan wali kelas (A)
12
dapat keterangan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga berpengaruh pada nilai mereka. Seperti hasil wawancara sebagai berikut : Siswa yang mengalami kesulitan belajar kebanyakan faktor penyebabnya dari lingkungan keluarga yaitu pengaruh dari orang tua yang sering bertengkar sehingga tidak ada lagi perhatian dan motivasi yang diberikan sehingga siswa tersebut merasa malas untuk belajar sehingga dia tidak fokus dalam penerimaan materi. (Wawancara A, Tgl : 29-04-2013) Wali kelas (B) juga mengungkapkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar faktor penyebabnya dari lingkungan keluarga karena tidak ada lagi perhatian dari orang tua karena kedua orang tua sudah tidak ada sehingga siswa tersebut sering keluar kelas pada saat proses belajar mengajar. (Wawancara B, Tgl : 29-04-2013) Ada beberapa wali kelas juga mengungkapkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar juga karena dari faktor-faktor lain, hal ini tertuang pada pernyataan wali kelas (C) sebagai berikut : Siswa yang mengalami kesulitan belajar bukan hanya pada lingkungan keluarga tetapi pada lingkungan sekolah juga karena siswa kurang suka dengan cara guru mengajar karena caranya membosankan sehingga siswa tersebut merasa malas untuk belajar ketika ada proses belajar mengajar siswa tersebut selalu diluar kelas. (Wawancara C, Tgl : 30-04-2013) Wali kelas (D) juga mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan karena ada pengaruh dari lingkungan perkampungan siswa tersebut merasa malas untuk belajar karena selalu ada ajakan dari teman sepermainan yang nakal sehingga dia tidak fokus dalam belajar dan merasa sulit meneriman materi. (Wawancara D, Tgl : 30-04-2013) Jadi dari hasil wawancara dengan wali kelas dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar yang dominan yaitu dari faktor lingkungan bukan dari dari dirinya sendiri. Tetapi dilihat dari hasil wawancara tidak terstruktur dengan siswa dan hasil pengamatan didapat bahwa siswa tersebut sangat sulit memahami penjelasan/materi mereka perlu penjelasan 2-3 kali agar dapat memahami apa yang diberikan oleh guru, oleh sebab itu mereka selalu mendapat nilai rendah.
13
Jadi berdasarkan hasil pengolahan data kuantitatif melalui angket faktorfaktor kesulitan belajar dan dari data kualitatif melalui observasi dan wawancara maka diperoleh hasil penelitian bahwafaktor intern siswa merupakan faktor utama dari kesulitan ssbelajar siswa hal ini di dukung oleh teori. NJCLD (National Joint Cimmitee of Learning Disabilities) Lerner, ( dalam Subini, 2012 : 58) Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan. Kesulitan ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga hanya faktor lingkungan, melainkan faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang diinderai sendiri. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2003. Psikologi Belajar. Solo: Rineka Cipta Ambarjaya, S. Beni. 2012. Psikologi Pendidikan & Pengajaran Teori & Praktek. Yogyakarta: Caps Arikunto & Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Penelitian Praktis. Jakarta : PT Asdi Mahatya Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Budiningsi, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Citra Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Riduwan. 2005. Belajar Muda Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemuda. Bandung : PT Alfabeta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta Subini, Nini. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: mentari pustaka Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Supriyono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
14
Yudhawati, Ratna, Dana haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka raya Munir, Zaldy. 2010. Pengaruh kesulitan belajar siswa sebuah study kepustakaan. http//zaldyn.wordpress.com/2010/10/19/pe(diakses 30 Juni 2013) Haryaningsi.2010. Prinsip-prinsip dan asas-asas belajar dan pembelajaran. www.slideshare.net/MhaAMhaAalhifah(diakses 30 Juni 2013) Mahmud, Mas. 2012. Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa. Mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.dot com (diakses 30 juni 2013)
15