Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
Existentialisme
A. Latar Belakang Humanistik Eksistensial Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Meskipun
tokoh-tokoh
psikologi humanistik
memiliki pandangan yang
berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world), dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
B. Konsep Dasar Tentang Manusia Pendekatan
humanistik
–
eksistensial
berfokus
pada
diri
manusia.
Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pemahaman atas manusia. Pendekatan humanistik eksistensial berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak 1|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan
dan
kematian,
dan
kecenderungan
mengaktualkan
diri.
Pendekatan Humanistik eksistensial, di lain pihak, menekankan renunganrenungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Terapi eksistensial, terutama berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan eksistensial humanistik memusatkan perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan eksistensial humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi
bagi
pertanyaan-pertanyaan
usaha dasar
membantu yang
individu
menyangkut
dalam
menghadapi
keberadaan
manusia.
Pendekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain
dalam proses
teurapeutik.
Terapi eksistensial-humanistik
menekankan
kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan kecenderungan
keunikan kearah
masing-masing
individu.
pertumbuhan
adalah
Determinasi
diri
gagasan-gagasan
dan
sentral.
Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan dalam mengaktualkan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara “rasa bersalah ekstensial” dan “rasa bersalah
neurotik” serta antara “kecemasan ekstensial” dan “kecemasan
neurotik”. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, akan lebih meningkatkan
kebebasan
konseling
dalam
mengambil
keputusan
serta
bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya. Sebagai salah contoh dalam perilaku sehari-hari: “narkoba dan free sex.” Dalam masyarakat, jelas narkoba dan free sex itu adalah pelanggaran. Baik pilihan atau tindakan seseorang yang terlibat dalam narkoba dan free sex, itu jelas melanggar norma, moral dan hukum. Tidak ada masyarakat yang 2|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
melegalkan semua tindakan ini. Namun bagi penganut eksistensialist, bukan “narkoba dan free sex” yang menjadi problemnya, tetapi pilihan seseorang. Pilihan ini akan mendorong lahirnya tindakan seseorang. Jika seseorang menilai “narkoba
dan
free
sex” itu
adalah
positif (maksudnya: mendatangkan
keuntungan bagi dirinya sendiri, membuat manusia melupakan segala problem hidupnya, membuat lapangan pekerjaan, karena banyaknya pengangguran, dsb), maka “narkoba dan free sex” akan dilakukan. Akan tetapi sebaliknya jika hal ini dianggap negatif, maka itu tidak akan dilakukan. Yang jelas, pilihannya menjadi faktor penentu lahirnya tindakan seseorang.
C. Teori Humanistik Eksistensial 1.
Teori Abraham Maslow
Oleh karena eksistensialisme menekankan pada anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka pandangan-pandangan humanistik
eksistensialisme
menarik
bagi
para
ahli
psikologi
dan selanjutnya dijadikan landasan teori psikologi humanistik.
Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270) 1). Prinsip holistik Menurut
Maslow,
holisme
menegaskan
bahwa
organisme
selalu
bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah : (a). Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi.Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit). (b). Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi. 3|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
(c). Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri. (d). Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral. (e). Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada
penelitian
ekstensif terhadap
banyak
orang mengenai fungsi
psikologis yang diisolasi. 2). Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab. 3). Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan
persyaratan,
yaitu
adanya
lingkungan
yang
bersifat
mendukung. 4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. 5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan. 6.
Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia. 8.
Manusia
memiliki
bermacam-macam
kebutuhan
yang
secara
dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004) (a) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs) (b) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs) (c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs) (d) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs) (e) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs) 2.
Teori Carl Rogers
4|E x s i st en s i al i sm e
hirarki
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
Rogers (1902-1987) menjadi terkenal berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan, bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif, proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). 1). Pokok-pokok Teori Carl Rogers a. Struktur kepribadian Rogers lebih mementingkan dinamika dari pada struktur kepribadian. Namun demikian ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur
kepribadian
menurut
Rogers,
yaitu
: organisme,
medan
fenomena, dan self. 1) Organime, mencakup : a) Makhluk hidup Organisme adalah makhluk
lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat. b) Realitas subjektif Organisme
menanggapi
dunia
seperti
yang
diamati
atau
dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subjektif, bukan benar-salah. c) Holisme Organisme adalah kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna
pribadi atau
bertujuan,
yakni tujuan mengaktualisasi,
mempertahankan, dan mengembangkan diri. 2) Medan fenomena Rogers
mengartikan
medan
fenomena
sebagai
keseluruhan
pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Medan fenomena merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya. 5|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
3) Self Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah : a) terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilainilai orang tertentu;. b) bersifat integral dan konsisten; c) menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman; d) dapat berubah karena kematangan dan belajar. b. Dinamika kepribadian Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah
usaha
organisme
kebutuhan-kebutuhannya
yang
berarah
sebagaimana
tujuan dialami,
untuk
memuaskan
dalam
medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137). Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu : 1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi. 2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri. 3)
Tingkah
laku yang tidak
meredakan ketegangan tetapi justru
meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik. c. Perkembangan kepribadian Rogers tidak membahas teori pertumbuhan dan perkembangan, namun dia yakin adanya kekuatan tumbuh pada semua orang yang secara alami mendorong proses organisme menjadi semakin kompleks, otonom, 6|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
sosial,
sdan
secara
keseluruhan
semakin
aktualisasi diri.
Rogers
menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh semua
bagian-bagian.
Berkembangnya
self
diikuti
oleh
kebutuhan
penerimaan positif, dan penyaringan tingkah laku yang disadari agar tetap sesuai dengan struktur self sehingga dirinya berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh. Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut : 1) terbuka untuk mengalami (openess to experience); 2) hidup menjadi (existential living); 3) keyakinan organismik (organismic trusting); 4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); 5) kreativitas (creativity)
D. Konsep Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial 1.
Kesadaran diri Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu
kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang, semakin ia hidup
sebagai pribadi.
Meningkatkan kesadaran berarti
meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh
sebagai
manusia.Peningkatan
kesadaran
diri yang
mencakup
kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. manusia,
Kesadaran diri banyak terdapat pada akar kesanggupan maka
putusan untuk
meningkatkan kesadaran diri adalah
fundamental bagi pertumbuhan manusia. 7|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
2.
Kebebasan tanggung jawab, kecemasan Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan
kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian. 3.
Penciptaan makna Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.
Keterkaitan Teori Dengan Pengalaman Pribadi :
Pendekatan ini (eksistensialisme) berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri. Secara pribadi, konsep tersebut sepemahaman dengan saya. Karna manusia mempunyai hak untuk memilih apa yang ingin ia dapatkan dan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab dengan apa yang dia inginkan. Namun pada nyatanya, manusia diakui sebagai manusia (dengan hak dan kewajibannya) ketika ia menginjak usia dewasa. Karena disanalah ia mampu memilih untuk menentukan nasibnya sendiri. Seperti halnya saya, dulu ketika saya masih pada usia kanak – kanak untuk memilih baju yang akan saya beli saja saya harus mengantongi izin dari orang tua. Atau untuk memutuskan segala sesuatu 8|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
saya tetap harus berdiskusi dengan orang tua terlebih dahulu. Namun saat ini, saya diberi kebebasan sepenuhnya untuk menentukan apa yang ingin saya beli, apa yang ingin saya lakukan. Meskipun terkadang saya pribadi yang tidak percaya diri akan pilihan saya, sehingga saya tetap bertanya kepada orang disekitar saya mengenai keputusan yang saya ambil. Dengan kebebasan seseorang dalam penentuan nasibnya, pengambilan keputusannya, dan mengaktualisasikan dirinya. Itu mendapat respon postif juga negative. Positifnya sesorang akan mengembangkan kemampuannya lebih baik dan lebih luas. Sehingga orang tersebut mampu memilih nasib yang baik (menurut tuntutan social yang ada). Negatifnya banyak orang yang kehilangan arah karna merasa dibebaskan dalam penentuan nasibnya. Kehilangan arah tersebut berupa penggunaan obat – obatan terlarang, dan pergaulan bebas. Meskipun saya tidak mengalaminya sendiri, namun lingkungan saya (teman – teman dan lingkungan disekitar rumah saya) hal tersebut sangatlah wajar. Dan tidak ada teguran yang berarti dari orang lain untuk mereka. Penggunaan obat – obatan terlarang seperti pil double L (dijual 15 ribu satu klip, yang berisi 10 butir), untuk sabu – sabu masih jarang namun tetap ada beberapa orang saja. Mereka biasanya mengajak orang lain untuk bergabung dengan mereka (biasanya anak SMP disekitar rumah saya). Untuk zat – zat lain yang paling sering saya temui adalah tembakau yang terkandung dalam rokok, mayoritas masyarakat telah menyadari bahaya merokok namun mereka tetap saja merokok, ada yang bilang jika tidak merokok mulut ‘sepo’ (Bahasa jawa, yang artinya ‘kecut/pahit’) ada juga yang bilang kalau tidak merokok tidak menemukan inspirasi untuk melakukan pekerjaannya, Fenomena – fenomena tersebut (pemakaian obat – obatan terlarang atau zat – zat adiktif) bias ditemui di event – event hardcore (biasanya di monkasel/ monument kapal selam). Kebanyak dari mereka adalah siswa – siswi SMP – SMA yang notabene masih ‘remaja’. Untuk pergaulan bebas atau biasa disebut ‘free sex’, di Indonesia masih sangat tabu. Sehingga orang – orang masih sangat sedikit yang mempublikasikan. Namun ketika saya ngecamp/ngopi di tretes dengan teman – teman, banyak motor yang nawarin ke kami istilahnya ‘kamaran’. Kata 9|E x s i st en s i al i sm e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
temen – temen sihh check in gitu. Tapi saya tidak tau lebih jelasnya, pokoknya untuk ngecamp di bumi perkemahan kakek bodo kami cukup mengeluarkan uang 15rb/orang, mendirikan tenta dan berapi unggun sampai pagi. Hehee Terdapat beberapa pokok – pokok eksistensialisme yang dikembangkan oleh Maslow : 1. Prisnsip
holistic
:
Menurut
Maslow,
holisme
menegaskan
bahwa
organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan tersebut dapat diintegrasikan dengan kepribadian seseorang. Seperti, sesorang yang ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi dan koherensi. 2. Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain, individu bebas untuk melakukan apa yang ia mau. Seperti pemilihan sekolah atau jurusan dalam pendidikannya (sseperti saya, heheheh).
3. Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Setiap detik individu belajar dan berproses. Memperbaiki diri dan mempelajari yang ada disekitarnya untuk menjadi yang dia inginkan. Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan
persyaratan,
yaitu
adanya
lingkungan
yang
bersifat
mendukung. Dulu ketika masih bayi belum bias bicara, namun orang tua dan keluarga sekitar mengajarkan kita untuk berbicara. Kemudian setelah bisa berbicara, lingkungan mendorong kita untuk mandiri (dengan cara, belajar berjalan, belajar makan, belajar memakai baju dan gerakan motoric lainnya). Kemudian prubahan dalam system kognitif juga mulai terlihat ketika memasuki usia remaja, meskipun kelihatannya tidak melakukan apapun, 10 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
saya biasanya memutar otak dan mengamati sesuatu agar saya mendapatkan pengetahuan dari lingkungan saya dan mampu menjadikan diri saya pribadi yang baik.
4. Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Setiap individu selalu memiliki ke khasnya sendiri – sendiri. Ke khasan tersebut bisa berupa karakter – karakter atau keahlian - keahlian unik tiap individu. Terorganisasi seperti saya selalu mengorganisasikan kegiatan =- kegiatan yang akan saya lakukan untuk membantu saya menentukan tujuan hidup atau nasib saya. Dan memperkecil resiko negative yang akan saya dapatkan.
5. Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan. Menurut ayah dari salah satu teman sekolah saya di SMA dulu (polisi), lingkungan rumah saya adalah daerah hitam. Karena banyaknya pencurian dan perilaku – perilaku negative yang lain. Sehingga ketika teman saya melakukan penugasan kelompok dirumah saya, ayahnyapun ikut serta menunggu kami mengerjakan tugas. Karna takut anaknya akan melakukan hal – hal yang negative seperti yang tergambar oleh lingkungan saya.
6. Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
Potensi tersebut harus dideteksi
terlebih dahulu, karna saya sendiri saja belum mengetahui potensi kreatif saya. Tetapi saya memiliki teman yang sangat kreatif, ia bisa mendesain (benner, atau alat publikasi lainnya) dalam waktu 1 jam saja. Idenya muncul begitu
saja,
ia
mempelajarinya
secara
otodidak.
Tidak
ada
yang
mengajarinya, ia juga dulu tidak bersekolah di jurusan multimedia atau jurusan yang mendukungnya saat ini. Semua dipelajarinya secara otdidak. Saya baru ingat, saya kira telling story saya bagus. Jadi mungkin 11 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
kemampuan saya terletak pada telling story/public relation/sesuatu yang menggunakan komunikasi. Saya cakap dalam hal komunikasi.
7. Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8. Manusia
memiliki
bermacam-macam
kebutuhan
yang
secara
hirarki
dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
(a) kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs) kebutuhan ini merupakan kebutuhan fisik seperti makan dan minum. Saya pribadi
tidak
bisa
berkonsentrasi
dalam
melakukan
atau
mengerjakan pekerjaan saya ketika perut saya lapar atau kosong. Sehingga saya harus berhenti terlebih dahulu dan mulai mencari makan atau minum untuk menuntaskan hasrat lapar dan dahaga saya.
(b) kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs) kebutuhan rasa aman ini bisa secara fisik dan kestabilan emosi. Hal tersebut biasa dirasakan ketika saya ingat kepada allah (dengan cara berdzikir menjelang tidur, sholat, dan membaca alqur’an) selain itu 12 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
juga ketika selesai makan, setelah menyelesaikan tugas sebelum deadline. Hehehhe
(c) kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs) Dimana seseorang yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama membuat suatu kelompok/berkumpul karena mereka ingin diperhatikan dalam tujuannya dan dapat memberikan perhatian atas kelompok tersebut. Kebutuhan cinta seorang anak oleh ibunya, itu sanggat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak misal seorang anak tercukupi kebutuhan akan kasih sayang maka perkembangan anak
akan optimal berupa fisik maupun psikologinya karena
perhatian yang di berikan ibu kepada anaknya.
(d) kebutuhan akan harga diri (the esteem needs) Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yakni: a. harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang di capai dengan analisis, sejauh mana memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan harga diri menjadi rendah. Harga diri di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga
diri meliputi
kebutuhan
akan
kepercayaan diri,
kompetensi,
penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan. Kebutuhan harga diri meliputi: MEnghargai diri sendiri, menghargai orang lain, dihargai orang lain, kebebasan yang mandiri, dikenal dan diakui. Kebutuhan harga diri sangatlah penting apalagi ketika remaja dulu, saya merupakan wanita yang sulit untuk berdekatan dengan seorang pria. Sedangkan pada masa itu mayoritas teman – teman saya telah mempunyai pria (pacar). Meskipun teman – teman menghargai dan menganli saya karna kepandaian saya. Namun mereka mengesampingkan/menganggap saya tidak tahu apa – apa mengenai pria (tentu saja karna saya tidak pernah punya pacar).
13 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
(e) kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs) Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa
dicapai
bila
pengaktualisasian
semua
seluruh
kebutuhan
dasar
potensi dirinya
sudah
dipenuhi
mulai dilakukan.
dan
Pada saat
manusia sudah memenuhi seluruh kebutuhan pada semua tingkatan yang lebih rendah , melalui aktualisasi diri di katakan bahwa mereka mencapai potensi yang paling maksimal. Sebagai contoh: Saat saya mengetahui bahwa minggu depan akan ada ulangan maka saya akan belajar lebih agar mendapatkan kepuasan dalam ujian dan mendapatkan nilai baik (dulu waktu saya SMP). Dan ketika saya menginginkan sesuatu saya terus melakukan sholat dhuha agar suatu saat allah mengabulkan apa yang saya inginkan, seperti masuk menjadi mahasiwi di salah satu fakultas psikologi unair (zaman SMP).
Pokok-pokok Eksistensialisme menurut Teori Carl Rogers Ada tiga komponen yang dibahas bila bicara tentang struktur kepribadian menurut Rogers, yaitu : organisme, medan fenomena, dan self. Menurut Rogers, organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh hereditas. Ketika organisme itu matang maka ia makin berdiferensiasi, makin luas, makin otonom, dan makin tersosialisasikan. Rogers menyatakan bahwa pada dasarnya tingkah laku adalah
usaha
organisme
kebutuhan-kebutuhannya
yang
berarah
sebagaimana
tujuan dialami,
untuk
memuaskan
dalam
medan
sebagaimana medan itu dipersepsikan (Hall dan Lindzey, 1995 :136-137). Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu : 1) Tingkah kebutuhan
laku
yang
dasar
berakar
(makana,
pada
proses fisiologis,
minuman,
dan
udara),
termasuk kebutuhan
mengembangkan dan memerinci fungsi tubuh serta generasi. Sama 14 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
seperti yang saya jelaskan pada pengertian eksistensi menurut maslow.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri. Perasaan ini biasanya muncul pada diri remaja, karna pada saat itulah individu mencari mengenai jati dirinya.
3) Tingkah
laku
yang
tidak
meredakan
ketegangan
tetapi justru
meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik. Tidak terus menerus berada pada zona nyamannya, seperti halnya saya dulu merupakan orang yang penghuni rumah (setiap hari dilewatkan hanya didalam rumah saja) namun saat ini, saya memilih menghabiskan banyak waktu untuk berjalan – jalan atau mendaki gunung, ngecamp serta kegiatan – kegiatan yang menantang adrenalin saya.
Rogers menyatakan bahwa self berkembang secar utuh-keseluruhan, menyentuh
semua
kebutuhan
penerimaan
disadari agar
bagian-bagian.
tetap
positif,
Berkembangnya
self diikuti oleh
dan penyaringan tingkah laku yang
sesuai dengan
struktur
self sehingga
dirinya
berkembang menjadi pribadi yang berfungsi utuh. Pribadi yang berfungsi utuh menurut Rogers adalah individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merealisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya. Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut : 1) terbuka untuk mengalami (openess to experience); saya suka berdiskusi dengan anggota keluarga dirumah (ibu, adek laki – laki dan adik perempuan) serta orang terdekat lainnya seperti pacar dan sahabat. Karna menurut saya dengan berdiskusi kita bisa mengasah kemampuan kita dan mempertahankan pengetahuan yang telah kita 15 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
dapat sebelumnya. Didalam diskusi juga bisa bertukar informasi maupun pengalaman – pengalaman yang lain. Umumnya mengenai kejadian terpopuler, tentang percintaan, maupun tentang agama.
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting); keyakinan yang dimiliki sejak lahir dan dikembangkan didunia. Seperti halnya saya yang dilahirkan diantara orang tua dengan agama Islam sehingga saya terlahir sebagai muslim, dan saya mengasah keagamaan saya ketika saya duduk di bangku sekolah.
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom); kebebasan ini diartikan sebagai kebebasan memilih nasib dan kebebasan dalam menentukan apa yang diinginkan. Karna tiap individu memiliki hak yang ia dapatkan setelah ia melakukan kewajibannya.
5) kreativitas (creativity), kreativitas berubah kemampuan seseorang dalam suatu bidang. Saya merasa saya memiliki kemampuan yang baik dalam bidang komunikasi.
16 | E x s i s t e n s i a l i s m e
Dian Arfianty // 1112 1113 1157 // Psikologi Humanistik
Referensi : Schneider,K.J. Bugental, J. F., & Pierson, J. F. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology :Leading Edge in Theory, Research, and Practice. United States of America: Sage Publication.Inc
17 | E x s i s t e n s i a l i s m e